1. Tuhan
telah menciptakan sayap bagi ruhmu agar dapat terbang di angkasa cinta dan
kebebasan. Sungguh sayang jika sayap itu kautanggalkan, sehingga ruhmu
merangkat seperti kutu di tanah.
2. Tuhan telah memberikan berkat kebahagiaan kepada setiap insan, jauh sebelum
kelahirannya di dunia ini. Persoalannya adalah, hak untuk memilih juga
dianugerahkan Tuhan kepada manusia bersamaan dengan anugerah kebahagiaan itu.
“Tuhan tidak mengubah nasih suatu kaum, sebelum ia sendiri mengubahnya” tegal
Al Qur’an. “Kita bisa memilih kesengsaraan dan kebahagiaan jauh sebelum kita
mulai merasakannya”.
3.
Hendak
mendekati Tuhan? Dekatilah rakyat.
4. Untuk
menjelaskan kebenaran diperlukan dua jenis manusia: Yang menyampaikannya dan
yang memahaminya.
5. Jauhkan
aku dari manusia yang berkata, “Akulah lilin yang menerangi manusia dalam
menempuh perjalanannya” tetapi dekatkan aku pada manusia yang mencari jalannya
di bawah cahaya kemanusiaan.
6. Jika
kekayaan merupakan tujuan iman, jika patriotisme menjadi sarana kepentingan
pribadi, dan jika pendidikan menjadi alat mengejar pangkat, aku lebih suka
menjadi orang yang tidak usah beriman, bukan patriot dan orang bebal yang
rendah hati.
7. Ada
orang mendengarkan dengan telinga, ada yang mendengarkan dengan perut, ada yang
mendengarkan dengan dompet, dan ada yang tidak mendengarkan sama sekali.
8. Ada
jiwa seperti sepon. Kita tidak dapat memerahnya selain dari apa yang semula
diisapnya dari kita.
9. Dimana
aku dapat menjumpai manusia yang dibimbing oleh akal, bukan oleh kebiasaan dan
keinginan?
10. Aku
lebih suka menjadi pemimpin di antara rakyat biasa yang punya kesadaran
pandangan hidup, daripada menjadi tuan di antara orang orang yang tidak
mempunyai impian dan hasrat.
11. Jika
ada dua orang yang sama, dunia tidak cukup besar memuatnya.
12. Jika
engkau miskin, hindarkan dirimu dari pergaulan dengan orang yang menilai orang
lain dengan ukuran orang kaya.
13.
Selagi
pemberian dari seseorang bertambah, kawan kawannya menguranginya.
14. Diantara
dua pahala utama kehidupan, keindahan dan kebenaran, aku berpendapat keindahan
bersemayam dalam hati yang mencintai, dan kebenaran melekat pada tangan
pekerja.
15. Hemat
membuat orang menjadi dermawan, kecuali si kikir.
16. Tidak, wahai saudaraku. Jangan mencari kebenaran
seseorang dari yang terlihat. Dan jangan menjadikan perkataan seseorang atau
salah satu perbuatan sebagai judul kata hatinya. Banyak hal yang tidak engkau
ketahui karena beban lidahnya dan kelemahan langgamnya. Padahhal perasaan
hatinya menjadi jalan bagi kecerdasan dan kalbunya menjadi tempat turunnya
wahyu. Banyak orang yang engkau cela karena buruk rupa dan hidup hina, padahal
di bumi banyak sekali pemberian dari langit dan pada orang banyak terdapat
anugerah Allah SWT.
17. Melihat
seseorang yang sedang makan, tahulah aku siapa dia.
18. Tidak
ada yang lebih nista daripada menafsirkan mimpinya sebagai emas dan perak.
19. Bagaimana
seharusnya aku menyebut seseorang yang menamparku ketika aku mencium mukanya
dan orang yang mencium kakiku ketika aku menamparnya?.
20. Orang
yang mendatangkan bencana bagi bangsanya ialah orang yang tidak pernah menyebar
benih, menyusun bata, atau menenun kain, tapi menjadikan politik sebagai mata
pencahariannya.
21. Dengan
dandanan yang berlebihan, seseorang mengakui keburukannya.
22. Kebenaran
adalah anak ilham, tapi silang pendapat dan mengungkit ungkitnya akan
menjauhkan kita dari kebenaran.
23. Sekat
antara orang bijaksana dan orang gila, terkadang lebih tipis dari benang sarang
laba laba.
24. Ada
manusia yang mencari kesenangan dalam penderitaan, dan ada manusia yang tidak
dapat membersihkan dirinya kecuali dengan kehinaan.
25. Ketakutan
akan neraka ialah neraka pula, dan kerinduan akan syurga ialah syurga itu pula.
26. Jika
kita harus memilih satu di antara dua kejahatan, jatuhkanlah pilihan kita pada
kejahatan yang kentara daripada yang tersembunyi, walaupun yang kentara itu
lebih besar daripada yang tersembunyi.
27. Janganlah
lupa bahwa masih ada orang orang yang bertempat tinggal dalam gua, dan gua itu
adalah hati kita.
28. Pakaian: Suatu hari keindahan dan keburukan bertemu di
tepi pantai. Masing masing berkata satu sama lain, “Apakah engkau bisa berenang?”
Selanjutnya, mereka melepaskan baju, lalu menerobos gelombang. Tidak lama
kemudian, keburukan kembali ke tepi dan mengenakan baju keindahan, lalu pergi.
Keindahan juga datang dari laut. Setibanya di tepi ia tidak mendapatkan
bajunya. Ia tentu sangat malu bila tetap telanjang. Karena itu, ia pun
mengenakan baju keburukan, lalu pergi. Sejak hari itu, laki laki dan perempuan
kerapkali keliru ketika bertemu untuk saling mengenal.
29. Kemajuanmu
bukanlah karena memperbaiki apa yang telah kau lakukan, tapi men-capai apa yang
belum kau lakukan.
30. Seorang
aulia bertemu dengan seorang pemuka bodoh, lalu berbicara tentang pendi-dikan
dan kekayaan. Setelah keduanya berpisah, aulia itu tidak memperoleh apa apa
selain segenggam debu, dan si pemuka itu tidak menemukan apa apa dalam hatinya
selain sehembus kabut.
31. Kehalusan
dan kebaikan hati bukanlah pertanda kelemahan dan putus asa, tapi per-lambang
kekuatan dan keteguhan.
32. Periksalah
buku kenanganmu kemarin, dan engkau akan tahu bahwa engkau masih berhutang
kepada manusia dan kehidupan.
33. Ia
buta ayam: yang nampak hanya jalan yang ditapakinya dan dinding tempat ia
bersandar.
34. Orang
yang berfilsafat seperti cermin yang memantulkan benda benda tapi tak nam-pak,
seperti gua yang menggemakan bunyi tapi tak terdengar.
35. Apakah
engkau yakin dapat memahami hakekat dengan mempertanyakan tujuannya? Dapatkah
engkau menyebutkan bau anggur dengan jalan melihat guci anggur?
36. Betapa
menyedihkan si rakus menganjurkan kepada orang orang yang kelaparan agar sabar
menahan pedihnya lapar.
37. Jiwa yang mencapai kesempurnaan mampu bersikap patuh
meski akalnya memberontak, dan akal yang paling kacau akan memberontak terhadap
apa yang dipatuhi oleh jiwanya.
38. Rohaniawan
ialah manusia yang menghayati semua kekejian duniawi dan mem-berontak kepadanya.
39. Karena
antara jiwa dan raga terdapat ikatan, begitu pula raga dan lingkungannya
bertautan pula.
40. Ia
yang melihat kita dengan pandangan Tuhan akan menyaksikan ketelanjangan dan
kenyataan kita yang sebenarnya.
41. Tuhan
menyediakan kebenaran melalui pintu pintu guna menyambut hangat dan kenyataan
kita yang sebenarnya.
42. Wahai,
jika si bebal menyatakan bahwa jiwa akan lenyap seperti raga, jawabnya bahwa
kembang pun akan sirna, sekalipun benih tetap ada. Itulah dalil ciptaan Tuhan.
43. Jika ingin melihat lembah, mari mendaki ke puncak gunung,
jika ingin melihat puncak gunung, mari terbang ke awan, tapi jika ingi memahami
awan, pejamkan mata dan renungkan.
44. Dengarkan
wanita ketika ia sedang melihatmu, tapi jangan pada waktu ia berbicara
denganmu.
45. Jauhkan
aku dari manusia yang tidak mau menyatakan kebenaran jika ia berniat menyakiti
hati, dan dari manusia yang bersikap baik tapi berniat buruk, dan dari manusia
yang mendapatkan penghargaan dengan jalan memperlihatkan kesalahan orang lain.
46. Apakah
nyanyian lautan mengendap di pantai, atau di hati orang orang yang mampu
mendengarkannya.
47. Bila
aku menanam penderitaan di ladang kesabaran, akan berbuahkan kebahagiaan.
48. Seni
merupakan langkah untuk mengetahui apa yang tak diketahui sebelumnya.
49. Ada
orang yang makan dengan tergesa gesa, tapi perlahan lahan jika berjalan. Ah,
mengapa ia tidak makan dengan kakinya dan berjalan dengan telapak tangannya?
50.
Pendidikan
tidak menyuburkan benih pada dirimu, tapi membuat benihmu tumbuh.
51. Kegairahan
adalah gunung berapi, di puncaknya tidak tumbuh rumput keragu raguan.
52. Takut
terhadap syaitan dapat menyebabkan kita meragukan Tuhan.
53. Kesukaran
yang kita jumpai dalam menempuh tujuan merupakan jalan terdekat ke arah tujuan itu.
54. Cinta
yang berkobar kobar adalah dahaga yang tidak terpuaskan.
55. Hanya
manusia jujur yang percaya pada kesungguhan hati.
56. Jika hendak memahami seorang wanita, perhatikanlah
mulutnya selagi tersenyum. Tapi untuk memahami seorang pria, perhatikan warna
putih matanya selagi marah.
57. Ilmu
pengetahuan dan agama serasi sama sekali, tapi ilmu pengetahuan dan kepercayaan
timpang sama sekali.
58.
Fatwa
tidak ada artinya sebelum bersenyawa dengan kebiasaan dan perbuatan.
59. Jika
hendak melihat hati dan pikiran seseorang, jangan melihat apa yang sudah
dicapainya, tapi apa yang dicita citakannya.
60. Sejarah
tidak dapat mengulang sendiri, kecuali dalam pikiran mereka yang tidak tahu
sejarah.
61. Keadilan
amat dekat di hati rakyat, kedermawanan dekat dalam pandangan Tuhan.
62. Kemiskinan
adalah kesalahan sementara, tapi kekayaan yang berlebihan merupakan penyakit
yang lama sembuhnya.
63. Manusia
yang memerlukan dorongan agar dapat berbuat luhur, tak akan mampu
melaksanakannya dengan tuntas.
64. Andaikata
tidak tampak dan tidak terdengar, cahaya dan suara tidak punya arti apa apa
selain kekaburan dan getaran di angkasa. Demikian pula, bila cinta tak terasa
dalam hati, yang ada hanya debu yang tertiup dan bertaburan oleh angin.
65. Orang
orang berkata, jika ada yang dapat memahami dirinya sendiri, ia akan dapat
memahami semua orang. Tapi aku berkata, jika ada yang mencintai orang lain, ia
dapat mempelajari sesuatu tentang dirinya sendiri.
66. Kemasyhuran
membebani bahu pemimpin, sekaligus memikul beban yang diberikan oleh rakyat.
Jika ia dapat memikulnya terus menerus, ia akan diangkat menjadi pahlawan, tapi
jika kakinya terpeleset dan jatuh, ia dianggap sebagai penipu.
67.
Ahli
kimia yang dapat mengekstraksi unsur unsur hasrat, penghormatan, kerinduan,
kesabaran, kekecewaan, ketakjuban, dan pengampunan serta memperse-nyawakannya,
berarti ia dapat menciptakan atom yang bernama cinta.
68. Seorang
yang optimis memandang pada bunga mawar saja, bukan pada durinya. Seorang
pesimis merenungi duri, acuh tak acuh pada bunganya.
69. Kebajikan
sementara orang kaya ialah bahwa mereka mengajari kita agar memandang rendah
kekayaannya.
70. Bagaimana kita dapat mendengarkan nyanyian padang-padang
hijau bila telinga kita bising oleh hiruk pikuk kota?
71. Engkau
benar kawan, bahwa engkau boleh mengorbankan dirimu untuk orang lain. Tetapi,
bukan berarti engkau melupakan kepentinganmu sendiri. Sebab, usahamu memenuhi
kepentingan dirimu seperti akar pohon yang mengalirkan keringatnya di atas
tanah, lalu menyesap susu dari putingnya. Jujur ingin kukatakan padamu bahwa
buah tidak bisa bilang pada akar, “Jadilah engkau sepertiku; matang, indah, dan
dermawan,” lalu memberikan semua yang ada pada dirimu kepada makhluk lain.
Sebab, memberi memang kebutuhan buah, dan ia tidak akan hidup tanpanya.
Sementara menerima adalah salah satu kebutuhan akar, dan ia juga tidak akan
hidup tanpanya.
72.
Sungguh
terpuji orang yang malu bila menerima pujian, dan tetap diam bila tertimpa
fitnah.
73. Nilai
manusia terletak pada beberapa hal yang diciptakannya, bukan pada jumlah milik
yang dikumpulkannya.
74. Setiap
bangsa bertanggungjawab terhadap setiap perbuatan perorangan bangsa itu.
75. Siapa
yang dapat memisahkan diri dari dukacita dan kesunyian tanpa menderita dalam
hati?
76. Dibandingkan
dengan pengalaman, keyakinan lebih cepat dapat merasakan adanya kebenaran.
77. Bedakan:
hadiah yang mengandung penghinaan dan hadiah yang mengandung penghormatan.
78. Jiwaku menasehatiku agar tidak bergembira bila ada yang
memujimu dan tidak marah pada yang mencela. Sebelum jiwaku menasehatiku, aku
selalu menyangsikan kualitas pekerjaanku, sampai bilangan hari mengutus
seseorang yang memuji atau mencelanya. Tetapi, sekarang aku sudah tahu bahwa
pepohonan berbunga di musim semi dan berbuah di musim panas tanpa harus dipuji.
Pun bahwa daun daunnya berguguran di musim gugur dan mulai bersemi di musim
penghujan tanpa harus takut ada yang mencelanya.
79.
Cinta
tidak tahu kedalamannya sendiri sampai saat perpisahan.
80.
Cahaya
bintang bintang yang sudah lenyap berabad abad yang lalu, masih menjamah kita.
Begitu pula manusia manusia besar yang telah wafat berabad abad yang lalu,
masih menjamah kita sinar kepribadiannya.
81.
Kekuatan
hati dan tenggang rasa merupakan mitra.
82. Dalam
pendidikan, perkembangan pikiran setapak demi setapak melangkah dari pengalaman
ilmiah menuju intelektual, melakangkah lagi ke perasaan spiritual, kemudian
menuju Tuhan.
83. Orang
yang tidak sepakat akan lebih banyak dipercakapkan daripada orang yang sepakat.
84. Jiwa
sementara orang bagai papan tulis sekolah, tempat waku menuliskan tanda tanda,
peraturan peraturan dan contoh contoh, yang segera hilang pula oleh gosokan
penghapus.
85. Kebanyakan
orang yang mengetahui harga segala sesuatu malahan tidak memperhatikan
nilainya.
86. Gambarkan
wajah ibumu, aku akan dapat dapat mengatakan siapa engkau.
87.
Anak Anak: Meskipun mereka hidup bersama kalian, mereka
bukan milik kalian. Kalian bisa berikan cinta pada mereka, tetapi kalian tidak
akan bisa menanamkan pada mereka benih pikiran kalian. Sebab, mereka memiliki
pemikiran sendiri. Kalian bisa buatkan tempat tinggal bagi jasad mereka, tetapi
jiwa mereka tidaklah menetap di tempat tinggal kalian. Jiwa itu menempati rumah
esok hari yang tidak bisa kalian kunjungi meskipun dalam mimpi. Kalian bisa
berjuang untuk jadi seperti mereka, tetapi percuma kalian berusaha menjadikan
mereka seperti kalian. Sebab, hidup ini tidak akan kembali ke belakang, dan
tidak pula terlena tinggal di rumah kemarin.
88.
Selera
yang baik bukan karena pandai memilih, tapi dapat merasakan dalam sesuatu
adanya kesatuan alamiah antara jumlah dan mutunya.
89.
Kebenaran
adalah kehendak dan kemauan Tuhan dalam diri manusia.
90. Tuhan
telah menyalakan obor dalam hatimu yang memancarkan cahaya pengetahuan dan
keindahan; sungguh berdosa jika kita memadamkannya dan mencampakkannya dalam
abu.
91. Bekerja
dengan rasa cinta berarti melebur diri dengan jiwa sendiri, diri orang lain,
dan Tuhan.
92. Bila
Anda memerlukan kata kata untuk menggambarkan pengetahuan dan pemaha-man, itu
seperti burung dalam sangkar. Miliki sayap, namun tidak bisa terbang.
93. Jika
Anda tidak dapat memahami teman dalam semua keadaan, maka Anda tidak akan
pernah dapat memahaminya sampai kapanpun.
94. Kata
yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata “ibu” dan panggilan yang
paling indah “ibuku”. Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis
dan baik yang keluar dari kedalaman hati.
95. Kecantikan
bukan berada pada raut wajah. Dia terpancar bagai serunai sinar dari dalam
hati.
96. Kerja
adalah wujud nyata cinta. Jika kita tidak dapat bekerja dengan kecintaan, namun
hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu, lalu duduklah di
gerbang rumah ibadah untuk menerima derma dari mereka yang bekerja dengan suka
cita.
97. Kita
berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu. Seharusnya kita juga berdoa
dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.
98. Nilai
seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung jawab serta
mencintai hidup dan pekerjaannya.
Untuk menjelaskan
kebenaran diperlukan dua jenis manusia: yang menyampaikannya dan yang
memahaminya. Akal budi tanpa pengetahuan, laksana tanah yang tidak di olah dan
laksana raga manusia yang kekurangan makan.