Apa itu makna salam? Untuk
mengetahui makna salam yang hakiki mari kita pelajari apa yang dikemukan oleh “Ghufron Hasan” dalam bukunya “Aku Cermin Shalatku” yakni: Secara
formal, salam mengakhiri shalat yang kita dirikan, silaturahim kita kepada
Allah. Tetapi secara makna shalat kita tidak benar-benar berakhir, sebab salam
disini berarti bersilaturrahim dengan makhluk dalam bentuk kepedulian dan
pengabdian sepanjang hayat sebagai bentuk ketaatan dan peribadatan kita kepada
Sang Khalik.
Allah memberikan nama
silaturrahim dari nama-Nya sendiri ‘Ar Rahim’ yang berarti kasih sayang. Hal
ini untuk menegaskan betapa pentingnya makna kasih sayang itu bagi
keberlangsungan kehidupan manusia. Lalu kepada siapa sajakah kita
bersilaturrahim pasca diri kita mendirikan shalat?
Pertama, kepada keluarga dekat (dzawi al-qurba). Kelurarga
dekat adalah orang yang dekat dengan kita melalui pertalian Rahim. Mereka
adalah pihak pertama yang paling berhak atas kebaikan yang kita lakukan. Selain
nafkah materi mereka juga butuh perhatian kita melebihi bentuk perhatian yang
pernah kita berikan kepada orang lain. Jangan sampai perhatian yang kita
berikan kepada mereka berupa sisa-sisa waktu, setengah tenaga dan hati setelah
kita memberikannya kepada orang lain di luar rumah. Mereka adalah prioritas
yang tidak dapat disamakan dengan orang lain. Sebagaimana hadits berikut ini: “Yang paling baik di antara kamu adalah yang
paling baik terhadap keluarganya. Aku adalah yang paling baik terhadap
keluargaku. Tidak menghinakan perempuan kecuali lelaki yang rendah pula. (Jami
Al-Hadits, no. 11804).”
Kedua, kaum muslimin. Mereka adalah saudara kita seiman dan
sepenanggungan dalam menjalankan dakwah ilallah. Mereka adalah kafilah yang
sama dengan kita dan satu rombongan yang searah menuju Allah. Berbagai
perbedaan pendapat, suku, ras, dan golongan bukan alas an yang penting untuk
saling melecehkan, menghina dan terpecah belah. Kita adalah satu ras, yaitu
rasa pencari Tuhan dan kebenaram yang hakiki.
Bersilaturahim dengan sesama
muslim berarti:
a. Saling mengasihi di antara mereka, membangun saling pengertian, toleransi, dan semangat
kerja sama dan kebersamaan. Shalat berjamaah adalah tauladan yang hebat betapa
kebersamaan itu indah.
b. Saling
menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Orang-orang Islam akan nampak besar dan kuat jika
setiap muslim peduli pada saudaranya yang muslim, saling menguatkan dengan
nasihat yang baik dan kritik membangun, serta tolong menolong di antara mereka
dalam kebaikan dan kemajuan bersama.
c. Saling mendoakan. Doa merupakan banteng pertahanan seorang muslim. Doa
merupakan wujud rasa cinta dan kasih sayang kita kepada saudara seiman. Ketika
Anda menyaksikan tayangan televisi mengenai saudara-saudara kita di Palestina
yang terus dianiaya oleh Israel, bagaimana perasaan Anda? Kalau perasaan Anda
biasa-biasa saja, hati-hati jangan-jangan ruh silaturahim Anda lemah, iman Anda
rendah, dan tidak memiliki rasa solidaritas di antara sesama muslim.
Ketiga, bersilaturahim dengan sesama manusia. Tidak perduli
mereka tidak seiman dengan diri kita. Orang kafir pun berhak mendapat jaminan
keamanan dan kebebasan beribadah menurut agama mereka jika mereka berdomisili
di tengah komunitas muslim. Islam mengajari kita toleransi di antara umat
beragama. Rasulullah SAW di Madinah misalnya, melindungi hak-hak orang Yahudi
yang minoritas sama besarnya dengan perlindungan yang di dapat oleh kaum muslim. Kita disebut
muslim lantaran kita mampu menebar kedamaian dan menjamin keamanan bagi orang
lain, termasuk kaum minoritas yang tidak seagama dengan kita. Bahkan Rasulullah
SAW membuat konvensi perang yang melarang membunuh anak kecil dan kaum
perempuan, serta merusak tempat-tempat ibadah agama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar