Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 28 Januari 2025

MAKNA RUKUK


Apa itu rukuk? Untuk mengetahui makna rukuk mari kita pelajari apa yang dikemukan oleh “Ghufron Hasan” dalam bukunya “Aku Cermin Shalatku” yakni. Rukuk merupakan simbol penghormatan kepada Dzat Yang Maha Agung, Subhana Rabiyal Adhimi wa Bihamdihi (Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung dan memujiah aku pada-Nya)

 

Allah Mahaagung, memiliki segala keagungan dan kebesaran. Keagungan Allah di antaranya mewujud ke dalam bentuk rasa hormat-Nya kepada makhluk Allah menghormati makhluk  dengan cara menciptakan mereka dengan bentuk terbaik, kemudian mereka diberi pangan, sandang dan papab. Semua kebutuhan mereka Allah sediakan di sisi terdekat mereka, tanpa pilah-pilih.

 

Ketika kita rukuk sesungguhnya kita diperintahkan untuk mewarisi karakter keagungan Allah, yang di antara tandanya adalah menghormati orang lain dan makhluk. Rasa hormat kepada orang lain merupakan cermin kebesaran jiwa seseorang. Orang yang berjiwa agung akan menghormati orang lain sebagaimana dirinya ingin dihormati dan dimuliakan oleh orang lain. Maslow berkata, bahwa setiap manusia menghendaki dirinya dihormati dan dihargai oleh orang lain.Ketika rasa hormat dan penghargaan itu tidak ia dapatkan dari lingkungannya, maka ia akan mengalami depresi dan keterasingan lantaran dirinya merasa dicampakkan dan tidak dibutuhkan.

 

Dalam hal ini, lihatlah orang-orang Barat (Eropa dan Amerika) yang tidak mengenal Islam tapi mereka mampu menampilkan karakter islami. Katakanlah penghargaan mereka terhadap  orang yang sedang berbicara. Mereka sangat antusias mendengarkan orang yang sedang berbicara. Mereka sangat antusias mendengarkan orang yang sedang berpidato di panggung, sesekali mereka bertepuk tangan, menatap muka si pembicara pertanda simpati, tidak mengantuk atau tidur meskipun topik yang dibicarakannya tidak menarik dan monoton.

 

Coba bandingkan dengan kita, orang yang justru mengenal Islam dari dekat, namun jauh dari nilai-nilai islami yang mestinya menghiasi kehidupan kita. Kita kerap menyaksikan anggota sidang DPR/MPR yang terhormat mengantuk bahkan tidur ketika mereka sedang bersidang nasib bangsa yang mereka wakili. Padahal mereka orang-orang pintar yang tahu banyak mengenai nilai-nilai kebaikan dan akhlak mulia. Khutbah Jumat pun terkadang hanya berupa formalitas yang nyaris tanpa pendengar.


Begitulah potret kehidupan orang-orang yang dekat dengan Islam, tetapi jauh dari nilai-nilai keislaman yang penuh rahmat. Karena kita, rukuklah kepada orang lain, seperti halnya orang Jepang  rukuk (merunduk 90 derajat) ketika memberi salam tcara melestarikannya, seperti halnya orang Singapura membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan di jalan, menjaga sikap dan ketertiban di tempat-tempat umum, tidak merokok kecuali di smoking area, dan lain-lain. Itulah Islam, yang prakteknya dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat pada awal-awal kelahiran Islam.

Kamis, 23 Januari 2025

MAKNA TAKBIRATUL IHRAM

 

Gerakan-gerakan shalat dapat dikatakan sebagai simbol-simbol yang dapat kita pelajari dan kita perkaya maknanya guna menambah kekusyuan dan kekhudukan dalam beribadah. Makna ini terkait dengan makna penyucian diri dan totalitas kepada Allaj sebagai titik focus keseluruhan ibadah kita, juga terkait dengan makna kemaslahatan social sebagai akibat dari ketaatan kepada Allah. Oleh sebab itu setiap ibadah mahdah (wajib) memiliki implikasi yang logis terhadap kemaslahan sosial. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh “GHUFRON HASAN” dalam bukunya “Aku Cermin Shalatku” mengemukakan tentang gerak shalatku tak sekedar gerakan.

 

Sekarang mari kita pelajari makna dari Takbiratul Ihram berikut ini: Secara bahasa, Takbiratul Ihram berarti takbir yang mengharamkan mushalli (orang yang shalat) untuk melakukan sesuatu yang sebelumnya halal dilakukan. Makan, minum, berbicara, dan semacamnya hukumnya halal sebelum shalat, tetapi ketika kita sudah Takbiratul Ihram (shalat), hal-hal yang disebutkan itu menjadi haram dilakukan dan bisa membatalkan shalat.

 

Saat diri kita melaksanakan Takbiratul Ihram berarti diri kita telah menyatakan bahwa Allah SWT Maha Besar yang berarti diri kita adalah kecil sehingga saat diri kita melaksanakan Takbiratul Ihram berarti diri kita telah mengakui menyerah kalah kepada Allah SWT. Adanya pernyataan menyerah kalah kepada Allah SWT berarti kita harus mengangkat tangan sebagai bukti Allah SWT Maha Besar. Yang harus kita perhatikan adalah pernyataan menyerah kalah seharusnya tidak hanya saat diri kita mendirikan shalat semata, namun diluar ibadah shalat pun kita harus tetap menyatakan Allah SWT Maha Besar sedangkan diri kita kecil selama hayat masih dikandung badan.

 

Dilain sisi, secara filosofis, Takbiratul Ihram ini bermakna pula mengharamkan detakan hati untuk berkelana ke alam materi dan lalai akan Allah. Dalam takbir kita awali dengan mengangkat kedua tangan. Posisi tangan seperti ini biasanya kita lihat pada orang yang dalam keadaan menyerah, tunduk atau pasrah. Gerakan ini memberikan sebuah gambara filosofis kepada kita bahwa kita hendak shalat kita awali semua aktivitas di dalamnya dengan kepasrahan, ketundukan, perasaan diri kita kecil, dan totalitas kepada dzat yang memiliki kehidupan. Totalitas juga mengandung makna bahwa seluruh focus mengalir ke satu titik tujuan, tidak terhalangi oleh bayangan-bayangan materi yang mengalihkan perhatian kita dari Allah. Caranya adalah mematikan rasa dan indera dari getaran-getaran duniawi.

 

Selain itu, ketika takbir kita membuat konfigurasi gerakan bersedekap seperti orang yang meninggal dunia. Artinya, matikan ego, matikan seluruh kepentingan duniawimu, dan kembalikan jiwa dan raganya kepada Tuhan yang memilikmu, seperti kembalinya ruh kehadirat-Nya. Bayangkan, betapa dasyatnya makna takbir ini, kita diajarkan makna kematian agar kita betul-betul tidak larut dengan dunia. Betapa kecil makna materi saat kita berada di ambang kematian, anak-istri dan barang-barang yang kita cintai tidak menyertai kita sebab kita menjadi pribadi yang berdiri di hadapan Tuhan sebagai pribadi yang mempertanggungjawabkan perbuatannya. “Sembahlah Allah sampai datang padamu kematian. (surat Al Hijr (15) ayat 99).

 

Kematian adalah masa depan setiap manusia, Bisa saja menyenangkan dan bisa juga membahagiakan, atau bisa juga sebaliknya. Takbiratul Ihram mengajari kita bahwa kematian itu membahagiakan. Kehidupan duniawi dan segala kenikmatan di dalamnya menyuguhi kita kesenangan dan kebahagiaan yang bersifat fisik. Dunia memanjakan ego kita sedemikian rupa sehingga yang sebenarnya bayang-bayang  nampak seperti yang hakiki.

 

Akibatnya ego kits tidak mau beranjak dari kesenangan semacam ini, kebahagiaan ysng bersifat relatif dan temporal. Akiabatnya lagi kita digerogoti penyakit akut yang disebut Rasulullah SAW sebagai penyakit wahn, yaitu takut akan baying-bayang kematian.

 

Adanya Takbiratul Ihram menarik paksa sang jiwa yang suci, yang terkontaminasi ego-ego tadi, ke arah kebahagiaan hakiki yang tidak mungkin dapat diraih kecuali dengan kematian, yakni kematian ego yang bersifat sementara selama dalam shalat. Lalu rasakan sensai kematian ego tadi dan kenikmatan psikis ketika hati kita benar-benar terbebas dari belenggu ego dan nafsu duniawi dalam shalat. Bandingkan dengan shalat kita yang masih terbelenggu ego duniawi dan pikiran yang melayang-layang ke berbagai tempat, tentu kita tidak akan merasakan sensasi apa-apa, sebab sama saja kita sedang shalat atau sedang senam.

 

Untuk itu besarkan Allah dalam niatmu, rendahkan (kecilkan) dirimu. Ikat pikiran yang melayang-layang ke dalam niat itu, sebab setan sangat lihai menyusup ke dalam hati manusia.

 

Selanjutnya apa yang kita lakukan dalam ranah kehidupan, apakah kita harus tetap ber-Takbiratul Ihram ataukah tidak. Dalam ranah kehidupan, Takbiratul Ihram mengajari kita satu hal penting, yaitu sikap profesionalisme, tercakup di dalamnya makna dedikasi yang tinggi, focus, gairah dan totalitas dalam bekerja. Dan bukan sebuah kebetulan Allah SWT menakdirkan kita bekerja di suatu tempat. Pekerjaan merupakan sebuah anugerah terindah dari Tuhan di antara anugerah lainnya agar kita mensyukurinya dengan cara mencintai dan menggelutinya.

 

Bertakbirlah dalam bekerja, yang berarti bekerjalah dengan penuh hasrat, besarkan pekerjaan Anda dengan prestasi dan target pencapaian maksimal, niscaya Anda akan besar karena pekerjaan tersebut. Bersedekaplah dalam bekerja, yang berarti matikan ego-ego yang merusak pekerjaan Anda, focus pada pencapaian visi dan misinya, hindari kepentingan pribadi yang merusak tatanan pekerjaan Anda, lalu ikat semua itu dengan tujuan-tujuan mulia, yaitu ikhlas dan pengabdian (ibadah) tanpa henti pada Sang Khalik dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.

 

Sebagai penutup mari kita renungkan sebuah puisi dari KH Musthafa Bisri, yaitu: “Di kantor pun aku shalat tahiyyatul kantor”. Artinya spirit shalat yang dilakukan secara benar akan terbawa-bawa ke dalam suasana kerja di kantor berupa penghormatan terhadap rambu-rambu etika kerja dan profesionalisme di dalamnya serta hubungan yang dinamis dengan rekan kerja guna menciptakan kinerja yang efektif dan produktivitas yang tinggi.

Selasa, 21 Januari 2025

MUTIARA KATA SEPUTAR TOBAT DAN ISTIGHFAR

 

Kapan pun engkau datang, Aku akan menemuimu, Jika engkau datang di waktu malam, Aku akan menyambutmu. Jika engkau datang di waktu siang, Aku juga akan menerimamu.

 

Jika engkau mendekat sejengkal kepada-Ku, Aku akan mendekat kepadamu sedepa. Jika engkau mendekat sedepa kepada-Ku, Aku akan mendekat selengan kepadamu. Jika engkau berlari mendekati diri-Ku, Aku akan segera datang kepadamu.

 

Jika engkau menemui-Ku di kedekatan bumi dengan penuh dosa, kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku pada suatu apa pun, Aku akan datang kepada-Mu di kedekatan bumi dengan memberikan ampunan, meskipun dosamu mencapai awan di langit. Jika engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu. Adakah Zat yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia yang melebihi Aku?

 

Hamba-hamba-Ku menentang diri-Ku dengan dosa-dosa besar, dan Aku tetap menjaga mereka di atas pembaringannya. Sesungguhnya Aku, jin, dan manusia berada dalam berita besar. Aku menciptakan mereka, tapi mereka menyembah selain Aku. Aku memberi mereka rezeki tapi mereka bersyukur kepada selain Aku.

 

Segala kebaikan Aku turunkan kepada hamba-hamba-Ku, tapi keburukan yang mereka kirimkan kepada-Ku. Aku mencintai mereka dengan memberikan nikmat-nikmat-Ku dan Aku sama sekali tidak membutuhkan apa pun dari mereka. Mereka membenci-Ku dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Mereka adalah orang-orang yang sangat membutuhkan-Ku.

 

Barangsiapa yang menerima diri-Ku, Aku akan menemuinya dari kejauhan. Barangsiapa yang menolak-Ku, Aku akan memanggilnya dari dekat. Barangsiapa yang meninggalkan perkara buruk karena diri-Ku, Aku akan memberinya lebih banyak lagi kebaikan. Barangsiapa yang mengharapkan ridha-Ku, Aku akan kabulkan segala keinginannya. Barangsiapa berbuat dengan upaya dan kekuatan-Ku, Aku akan lenturkan besi untuknya.

 

Ahli dzikir adalah orang-orang yang berada dalam majelis-Ku. Ahli syukur adalah orang-orang yang akan mendapat tambahan anugerah dari-Ku. Ahli taat adalah orang-orang yang akan mendapat kehormatan dari-Ku. Sedangkan para ahli maksiat, Aku tidak akan membuatnya putus asa dari rahmat-Ku. Jika mereka bertobat kepada-Ku maka Aku akan menjadi kekasih mereka.

 

Sesungguhnya Aku sangat mencintai orang-orang yang bertobat dan orang yang bersuci. Jika mereka tidak bersedia bertobat, Aku akan menjadi tabib bagi mereka, Aku akan memberikan cobaan kepada mereka untuk menyucikan mereka dari segala cela dan dari penyakit.

 

Barangsiapa mengutamakan diri-Ku dari yang lain, Aku akan mengutamakan dirinya dari yang lain. Suatu amal kebaikan di sisi-Ku akan Aku lipat gandakan menjadi 10 kali hingga 700 kali lipat. Sementara satu amal keburukan bagi-Ku tetap terhitung satu. Jika kemudian dia menyesali dn memohon ampunan atas keburukan itu, maka Aku akan mengampuninya. Aku hargai sekecil apa pun suatu amal kebaikan dan Aku  ampuni sebesar apa pun kesalahan.

 

Rahmat-Ku, Aku dahulukan sebelum murka-Ku. Kebijaksanaan-Ku, Aku dahulukan sebelum kecaman-Ku. Ampunan-Ku, Aku dahalukan sebelum siksaan-Ku. Aku menyayangi hamba-hamba-Ku seperti orang tua yang menyayangi anaknya.

Senin, 20 Januari 2025

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA TOBAT

 

Sesungguhnya seorang hamba yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi harus senantiasa memohon ampunan dan bertobat kepada Allah dalam kondisi apapun. Berikut ini akan kamu kemukakan syarat-syarat diterimanya tobat sebagaimana dikemukakan oleh “Majdi Asy-Syahawi” dalam bukunya “17 Cara Mudah Rezeki Berlimpah” sebagaimana berikut ini:

 

Pertama: Syarat-syarat yang berhubungan dengan meninggalkan perbuatan dosa, yaitu:

 

1.    Islam. Imam Qurthubi berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya tobat ada kalanya berasal dari orang kafir dan ada kalanya dari orang muslim. Tobat orang kafir sudah tentu tidak diterima, sedangkan tobat orang muslim yang berbuat maksiat bisa diterima, namun harus disertai dengan janji yang terpercaya.”

 

Allah SWT berfirman: “Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhya saya bertobat sekarang’. Dan tidak pula diterima tobat orang-orang yang mati sedang nereja di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (surat An Nissa (4) ayat 18).

 

2.     Ikhlas. Tobat seseorang tidak akan diterima kecuali dengan keikhlasan. Jika seseorang meninggalkan dosa dengan alas an bukan karena Allah, seperti karena takut aib, khawatir dicemooh orang, tidak mampu melakukan perlawanan, takut kehilangan kemaslahatan atau suatu kemanfaatan hingga hal ini menghalangi dirinya untuk melanjutkan perbuatan maksiatnya, maka tobatnya masih belum dianggap sah.

  

3.   Mengakui Dosa yang Diperbuat. Tobat tidak dilakukan kecuali setelah melakukan dosa. Artinya, orang yang bertobat harus mengetahui dosa yang telah diperbuatnya. Jika orang yang bertobat tidak mengetahui dosanya, maka ini bertentangan dengan petunjuk yang ada, karena tobat tidak sah kecuali setelah mengetahui dan mengakui dosa yang telah diperbuat serta memohon untuk dijauhkan dari keburukan dosa dan dampak-dampaknya yang berbahaya.

 


4. Meninggalkan Perbuatan Dosa. Meninggalkan perbuatan dosa merupakan syarat utama untuk diterimanya tobat.Jika ada orang yang mengaku telah bertobat namun masih melakukan perbuatan dosa maka ia belum termasuk golongan yang bertobat.

 

5. Penyesalan. Penyesalan adalah salah satu rukun tobat, dimana tobat tidak akan terealisasi tanpa penyesalan ini. Rasulullah SAW telah mengisyaratkan nilai sebuah penyesalan dalam haditsnya “Penyesalan adalah Tobat. (Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim)

 

6.      Niat (Tekad) yang Kuat dalam Tobat. Artinya, bertekad untuk tidak mengulangi dosa yang pernah diperbuat.

 

 Kedua: Syarat-Syarat yang Berhubungan dengan Waktu Diterimanya Tobat, yaitu:

 

1.     Tobat Dilakukan Sebelum Mendekati Sakaratul Maut. Dua buah ayat dalam surat An Nissa telah menjelaskan tentang hal ini. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatam (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka (barulah) ia mengatakan: Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak pula diterima tobat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih. (surat An Nissa (4) ayat 17-18)

 

Syarat ini diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama ajal belum datang. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban). Ini artinya selama nyawa masih belum sampai di kerongkongan kesempatan untuk tobat masih terbuka.

 

2. Tobat Dilakukan Sebelum Matahari Terbit dari Barat. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bertobat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah masih menerima tobatnya. (Hadits Riwayat Muslim)

 

Sekarang mari kita perhatikan apa yang dikemukan oleh Ibnu Abbas ra, dimana beliau mengemukakan, “Jika kalian bertobat dan memohon ampunan kepada Allah, maka Allah akan memberi makan kalian dengan banyak rezeki, memberi minum kalian dengan berkah langit, menumbuh kembangkan kalian dari berkah bumi, menunumbuhkan tanaman untuk kalian, memberikan ternak yang melimpah, menganugerahkan harta dan anak, menciptakan kebun-kebun yang di dalamya terdapat berbagai buah-buahan, menghiasi kebun itu dengan sungai-sungai yang mengalir di dalamnya.

Jumat, 17 Januari 2025

TOBAT DAN ISTIGHFAR

 

 

Tobat dan Istighfar adalah pintu pertama yang harus dilakukan oleh diri kita apabila kita berharap kepada Allah SWT untuk memperoleh rezeki yang berlimpah. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh “Majdi asy-Syahawi” dalam bukunya “17 Cara Mudah Rezeki Berlimpah” sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:

 

Tobat dan Istighfar adalah salah satu sarana yang diperkenankan oleh Allah SWT untuk umat manusia memohon ampunan dan juga sarana untuk menambah rezeki. Hal ini sebagaimana firman-Nya: “Maka Aku katakan kepada mereka. Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (surat Nuh ayat 10-12).”

 

Imam Qurthubi berkata, “Ayat tersebut merupakan dalil bahwa istighfar (memohon ampunan) adalah sarana untuk memperoleh rezeki dan hujan.”

 

Suatu hari, seorang laki-laki datang kepada Hasan Bashri. Dia mengeluhkan tentang musim kemarau yang berkepanjangan. Hasan Bashri menyarankan kepadanya, “Memohonlah ampunan kepada Allah “. Kemudian datang seorang laki-laki lainnya yang mengeluhkan tentang kemiskinannya. Hasan Bashri pun berujar, “Mohonlah ampunan kepada Allah.” Selanjutnya datang lagi seorang laki-laki dan berkatan, “Doakanlah diriku, semoga Allah mengaruniai aku seorang anak.” Hasan Bashri menjawab, “Mohonlah ampunan kepada Allah.”

 

Para sahabat Hasan Bashri pun kemudian bertanya, “Bagaimana ini, orang-orang minta kepadamu berbagai hal yang beraneka ragam, tapi engkau menjawabnya hanya dengan satu jawaban, yaitu memohon ampunan kepada Allah.” Lalu Hasan Bashri membacakan firman-Nya yang artinya: “Maka Aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (surat Nuh ayat 10-11-12).

 

Jadi, tobat yang tulus dan murni merupakan salah satu sarana bagi diri kita untuk memperoleh rezeki dan jalan keluar permasalahan hidup yang kita hadapi.

Sekarang mari kita pelajari tentang tobat. Tobat secara bahasa berarti kembali kepada Tuhan dengan meninggalkan perbuatan dosa.

 

Tobat merupakan suatu kata yang bisa disandarkan pada hamba dan Tuhan. Apabila disandarkan pada hamba maka tobat berarti kembali kepada Tuhannya dengan meninggalkan perbuatan maksiat.

 

Tobat jika disandarkan pada Tuhan, maka tobat berarti Allah menarik (mencabut) rahmat dan anugerah dari hamban-Nya.

 

Adapun dalam istilah syariat, tobat memiliki banyak definisi, sebagaimana yang dituturkan oleh para ulama, yakni:

 

1.     Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, “Maksud tobat seseorang hamba kepada Tuhannya adalah berserah diri untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, kembali untuk melakukan perkara yang diridhai-Nya dengan meninggalkan segala perkara yang dapat membuat-Nya murka, yang sebelumnya ia melakukan perkara yang dibenci oleh Tuhan”.

 


2.   Al-Qurthubi mendifinisikan tobat adalah penyesalan dalam hati, meninggalkan kemaksiatan dengan seketika, dan bertekat untuk tidak mengulangi kemaksiatan tersebut. Selain itu, semua ini dilakukan karena rasa malu kepada Allah.

 


3.   Al-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan, Tobat adalah meninggalkan dosa karena buruknya sebuah dosa, menyesali dosa yang telah dilakukan sebab kelalaian, bertekad untuk tidak membiasakan perbuatan dosa, dan mencegah berbagai perbuatan yang dapat mengantarkan dirinya pada pengulangan dosa itu. Jika empat perkara ini sudah terkumpul, maka syarat-syarat tobat telah sempurna.

 

4.    Ibnu Hajar al-Asqalani juga telah menambahkan definisi dari al-Raghib dengan, “Mengembalikan hak yang diperoleh secara zalim kepada para pemiliknya atau meminta kebebasan (keikhlasan) mereka.

 

5.         Ibnu Katsir mengemukakan bahwa “Tobat nasuba (tulus murni) adalah meninggalkan dosa dengan seketika, menyesali dosa yang telah terjadi di masa lalu, bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa itu di masa mendatang, dan apabila perbuatan dosa itu berhubungan dengan hak orang lain, dia harus mengembalikan hak itu kepada pemiliknya.


Berdasarkan uraian tobat di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa tobat adalah pengetahuan seorang hamba terhadap buruknya dosa dan bahaya dosa bagi dirinya. Kemudian dia meninggalkan perbuatan dosa itu dengan tulus ikhlas karena Allah. Menyesali segala dosa yang pernah dilakukannya di masa lalu baik disengaja maupun tidak disengaja, serta bertekad dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulani dosa itu di masa mendatang, menunaikan amal-amal ketaatan dan kebaikan, membebaskan diri dari hak-hak orang lain dengan mengembalikannya kepada pemiliknya atau meminta kebebasan (keikhlasan) mereka.

 

Sekarang apa itu Istighfar. Secara bahasa, lafal istighfar (memohon ampunan) berasal dari kata istaghfara, yastaghfiru, istighfaran. Ia diambil dari unsur huruf ghain, fa dan ra yang menunjukkan makna tutup (satir). Menurut makna umumnya, kata al-Ghafru berarti tutup. Sementara kata al-Ghafru dan al-Ghufran mempunyai makna yang sama. Dicontohkan, “Ghafara Allahu Dzanbahu Ghufran wa Maghfiratan wa Ghufratan (Allah telah mengampuni dosanya dengan sebuah pengampunan).”

 

Adapun Istighfar dalam istilah syariat adalah permohonan ampunan. Ampunan adalah menutupi dosa dengan memberikan maaf atas suatu perbuatan dosa. Istighfar berarti juga memohon ampunan dengan ucapan dan perbuatan.

 

Perintah untuk bertobat dapat kita jumpai dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagaimana berikut in:

 

Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (surat An-Nur ayat 31).”

 

Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. (surat Hud ayat 90).”

 

Abu Burdah bercerita, “Aku pernah mendengar Aghr Muzni ra, berbincang-bincang dengan Ibnu Umar ra, kemudian Ibnu Umar ra, menuturkan sabda Rasulullah SAW, “Wahai manusia bertobatlah kepada Allah. Sesungguhnya diriku bertobat kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 (seratus) kali. (Hadits Riwayat Muslim).”

 

Tobat wajib dilakukan atas dosa kecil maupun besar, baik dosa yang diketahui maupun yang tidak diketahui, dosa yang disengaja maupun tidak disengaja, dosa yang dilakukan secara serius ataupun bercanda, karena Allah memerintahkan tobat kepada hamba-Nya. Perintah tobat ini diberlakukan secara umum. Oleh sebab itu perintah tobat mencakup segala dosa, sehingga tidak dikhususkan pada dosa tertentu saja.  

Selanjutnya kami ingin mengajak jamaah sekalian untuk merenungkan perilaku Rasulullah yang terdapat pelajaran berharga bagi umatnya.

 

Abu Musa ra, menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah melantunkan doa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku, dosaku, ketidaktahuanku, dan sikap berlebih-lebihanku dalam segala hal, serta dalam segala perkara dimana Engkau lebih mengetahui daripada diriku. Ya Allah, ampunilah aku, dosa-dosaku, dosa dalam kesengajaanku, ketidaktahuanku, dosa dalam candaku, dan segala dosa yang ada padaku. Ya Allah, ampunilah aku atas perkara yang aku dahulukan, perkara yang aku tundakan, perkara yang aku rahasiakan, dan perkara yang aku tunjukkan secara terang-terangan. Engkaulah Yang Maha Mendahulukan . Maha Mengakhirkan dan Engkaulah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Hadits Riwayat Bukhari).

 

Sesungguhnya seorang hamba harus senantiasa memohon ampunan dan bertobat kepada Allah dalam kondisi apa pun, baik ia telah melakukan dosa dengan sengaja, tidak mengetahui itu dosa, melakukan dosa dengan bercanda, dalam kerahasiaan ataupun terang-terangan.

 

Istighfar tidak cukup hanya di bibir semata, atau istighfar tidak hanya pada tataran ucapan lisan. Barangsiapa mengucapkan istighfar dengan lisannya tapi ia tidak tahu maksudnya, tanpa ada penghayatan akan maknanya, tiada keserasian antara hati dan lisannya, tidak mengetahui nilai dan hakikatnya, dan tanpa adanya harapan untuk mendapat balasan atas ucapan istighfar itu, maka hanya sebagian dosanya tang diampuni dengan kadar niat istighfar di dalam hatinya. 


Selasa, 14 Januari 2025

KISAH NABI SULAIMAN as, PENJARAKAN IBLIS

 

Saat terusir dari Surga Iblis berucap dengan nada sumpah untuk menyesatkan anak keturunan Nabi Adam, sehingga manusia yang tergoda rayuan Iblis akan hanyut dalam maksiat kepada Allah. Mungkin pernah terlintas difikiran kita kenapa Allah tidak melenyapkan Iblis agar tidak lagi merayu manusia pada kesesatan. Satu hal yang harus kita pahami bahwa Allah Maha Tahu atas segala sesuatu.

 

Di lain sisi, Nabi Sulaiman as, telah diberi kekuasaan yang menakjubkan oleh Allah ta’ala, dengan izin Allah, Nabi Sulaiman as,  mampu menundukkan jin, manusia dan juga binatang sehingga mereka patuh terhadap apa-apa yang dia perintahkan.

 

Terdapat riwayat yang menjelaskan Nabi Sulaiman as, mempekerjakan iblis untuk membawa dan mengimpor batu-batuan, pasir serta bahan bangunan lain untuk mendirikan bangunan-bangunan megah.

 

Iblis memang tunduk dan patuh terhadap Nabi Sulaiman as, namun mereka tetap teguh pada ucapan yaitu menyesatkan anak keturunan Nabi Adam. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi Sulaiman as, memohon kepada Allah agar dirinya diberi kuasa untuk memenjarakan iblis agar manusia tidak lagi melakukan dosa dan maksiat.

Allah Yang Maha Tahu mewahyukan kepada Nabi Sulaiman as,, “Wahai Sulaiman, tidak ada baiknya jika iblis ditangkap”.

 

Namun Sulaiman memohon seraya berkata, “Ya Allah, keberadaan makhluk terkutuk ini tidak ada kebaikan di dalamnya”.

 

Allah berfirman, “Jika iblis ditangkap maka banyak pekerjaan manusia yang akan ditinggalkan.

 

Nabi Sulaiman kembali memohon “Yaa Allah, aku ingin menangkap mahluk terkutuk ini selama beberapa hari saja.

 

Allah menjawab, “Bismillah (dengan menyebut nama Nama Allah), tangkaplah iblis”.

Setelah mendapat izin Allah, Nabi Sulaiman menangkap iblis, lalu mengikat dan memenjarakannya agar tidak ada lagi yang menyesatkan manusia.

 

Selain seorang Nabi, Sulaiman juga seorang raja agung dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas. Dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya Nabi Sulaiman tidak mau menggunakan uang kerajaan.

 

Beliau memilih menggunakan hasil jerih payahnya sendiri dengan membuat kerajinan tas untuk dijual ke pasar. Padahal menurut riwayat, setiap harinya dapur kerajaan Sulaiman memasak 4000 ekor unta, 5000 ekor sapi dan 6000 ekor kambing. Makanan itu dibagikan kepada masyarakat dan anggota kerajaan.

 

Dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas dan diagungkan oleh rakyat, serta disegani musuh-musuhnya Nabi Sulaiman adalah sosok pemimpin yang sederhana. Dia menolak makam menggunakan uang kerajaan dan memilih makan dari hasil usahanya sendiri dengan menjual tas tas buatannya di pasar.

 

Suatu pagi, Sulaiman mengutus seseorang pergi kepasar untuk menjual tas buatannya. Sampai dipasar dia kaget karena tidak menemukan seorangpun, kemudian pulang dan memberitahu fenomena ini pada Nabi Sulaiman. Karena tas buatannya tidak terjual, malam itu Nabi Sulaiman tidak makan dan hanya minum air saja.

 

Keesokan harinya Nabi Sulaiman kembali mengutus seseorang untuk menjual tas-tas buatannya ke pasar. Namun hal yang sama masih didapati, pasar sepi seperti hari sebelumnya. Setelah diselidiki manusia sibuk mempersiapkan bekal menuju akhirat tanpa peduli pada dunia. Manusia lebih banyak mengingat kematian, menangis dan meratap.

 

Merasa heran pada fenomena tersebut lantas Sulaiman bertanya kepada Allah, ” Yaa Allah, apa yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa orang-orang tidak bekerja mencari nafkah?

 

Allah menjawab, ” Wahai Sulaiman, engkau telah menangkap iblis, sehingga akibatnya manusia tidak bergairah bekerja mencari nafkah. Bukankan sebelumnya telah AKU katakan kepadamu bahwa menangkap iblis tidak mendatangkan kebaikan.


Mendengar jawaban dari Allah, dengan segera Sulaiman melepaskan iblis dari penjara. Hingga keesokan harinya pasar kembali ramai. Orang-orang kembali bersemangat bekerja mencari harta dunia untuk makan dan memenuhi kebutuhannya.


Allah tidak pernah melarang kita untuk mengejar kenikmatan dunia, namun jangan sampai kesibukan dalam urusan dunia dan segala gemerlapnya membuat kita lupa untuk apa kita diciptakan

Rabu, 08 Januari 2025

SETELAH KEMBALI MENUNAIKAN IBADAH HAJI DAN UMROH

 


Prof. K.H. Ali Mustafa Yakup MA” dalam bukunya “Haji Pengabdi Setan” mengemukakan tentang sebuah artikel yang mengulas tentang menunaikan ibadah haji berkali-kali atau menunaikan umroh berkali-kali. Yang mana uraian yang disampaikan beliau sangatlah bagus untuk direnungkan. Dan inilah uraian dimaksud. “Setiap kali jamaah haji Indonesia pulang dari menunaikan ibadah haji ke tanah air. Bila mereka ditanya, apakah Anda ingin kembali lagi ke Makkah? Hampir seluruhya menjawab, “Ingin.” Hanya segelintir yang menjawab, “Saya ingin beribadah haji sekali saja, seperti Nabi SAW.”

 

Jawaban itu menunjukkan antusiasme umat umat Islam Indonesia untuk beribadah haji. Sekilas, jawaban itu menunjukkan nilai positif. Karena ibadah haji berkali-kali dianggap sebagai barometer ketaqwaan dan ketebalan kantong. Tapi dari kacamata agama, itu tidak selamanya positif.

 

Kendati ibadah haji telah ada sejak masa Nabi Ibrahim, namun bagi umat Islam, ia baru diwajibkan pada 6 H. Walau begitu, Nabi SAW dan para sahabat belum dapat menjalankan ibadah haji, karena saat itu Makkah masih dikuasai kaum musyrik. Setelah Nabi SAW menguasai Makkah (Fath Makkah) pada 12 Ramadhan 8 H, sejak itu beliau berkesempatan beribadah haji.

 

Tapi Nabi SAW tidak beribadah haji pada 8 H itu. Juga tidak pada 9 H. Pada 10 H, Nabi SAW baru menjalankan ibadah haji. Tiga bulan kemudian Nabi SAW wafat. Karenanya, ibadah haji beliau disebut haji wida’ (haji perpisahan). Itu artinya, Nabi SAW berkesempatan  beribadah haji tiga kali, namun beliau menjalaninya hanya sekali. Nabi SAW juga berkesempatan beribadah umrah ribuan kali, namun beliau hanya melakukan umrah sunnah tiga kali dan umrah wajib bersama haji sekali. Mengapa beliau hanya beribadah haji sekali, padahal berkesempatan tiga kali? Mengapa beliau hanya beribadah umrah sunnah tiga kali, padahal berkesempatan ribuan kali?

 

Sekiranya haji dan atau umrah berkali-kali itu baik, tentu Nabi SAW lebih dahulu mengerjakannya, karena salah satu peran Nabi SAW adalah pemberi uswah (teladan) bagi umatnya. Selama tiga kali Ramadhan, Nabi SAW juga tidak pernah mondar-mandir menggiring jamaah umrah dri Madinah ke Makkah.

 

Dalam Islam, ada dua kategori ibadah, ibadah qashirah (ibadah individual) yang manfaatnya hanya dirasakan pelakunya dan ibadah muta’addiyah (ibadah sosial) yang manfaatnya pelakunya dan orang lain. Ibadah haji dan umrah termasuk ibadah qashirah. Karenanya, ketika pada saat bersamaan terdapat ibadah qashirah dan muta’addiyah, Nabi SAW tidak mengerjakan ibadah qashirah, melainkan ibadah muta’addiyah.

 

Menyatuni anak yatim, yang termasuk ibadah muta’addiyah misalnya, oleh Nabi SAW penyantunnya dijanjikan surga, malah kelak hidup berdampingan dengan beliau. Sementara untuk haji mabrur, Nabi SAW hanya menjanjikan surga, tanpa janji berdampingan bersama beliau. Ini bukti ibadah sosial lebih utama ketimbang ibadah individual.

 

Di Madinah banyak ‘mahasiswa’ belajar pada Nabi SAW. Mereka tinggal di Shuffah Masjid Nabawi dan berjumlah ratusan. Mereka yang disebut ahl al-shuffah itu adalah mahasiswa Nabi SAW yang tidak memiliki apa-apa kecuali dirinya sendiri, seperti Abu Hurairah. Bersama para sahabat. Nabi SAW menanggung makan mereka. Ibadah muta’addiyah seperti ini yang diteladankan beliau, bukan pergi haji berkali-kali atau menggiring jamaah umrah tiap bulan. Karenanya para ulama dari kalangan Tabiin seperti Muhammad bin Sirin, Ibrahim al-Nakha’i dan Malik bin Anas berpendapat, beribadah umrah setahun dua kali hukumnya makruh (tidak disukai), karena Nabi SAW dan ulama salaf tidak pernah melakukannya.

 

Dalam hadist Qudsi riwayat Imam Muslim ditegaskan, Allah SWT dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita. Nabi SAW tidak menyatakan Allah SWT dapat ditemyi di sisi Ka’bah. Jadi, Allah SWT berada di sisi orang lemah dan menderita. Dengan kata lain, Allah SWT dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan ibadah individual. Kaidah fiqih menyebutkan, al-muta’addiyah afdhal min al-qashirah (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual)

 

Jumlah jamaah haji Indonesia yang tiap tahun di atas dua ratus ribu, sekilas kondisi ini menggembirakan. Namun bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian dari jumlah itu sudah beribadah haji berkali-kali. Boleh jadi kepergian mereka yang berkali-kali itu bukan lagi sunnah, melainkan makruh, bahkan haram.

 

Ketika banyak anak yatim terlantar, puluhan ribu orang menjadi tuna wisma akibat bencana alama, banyak balita busung lapar, banyak rumah Allah SWT roboh, banyak orang terkena pemutusan hubungan kerja, banyak orang yang makan nasi aking, dan banyak rumah yatim dan bangunan pesantren terbengkalai, lalau kita pergi haji kedua atau ketiga kalinya, maka kita patut bertanya pada diri sendiri, apakah haji kita itu karena melaksanakan perintah Allah SWT? Ayat mana yang menyuruh kita melaksanakan ibadah haji berkali-kali, sementara kewajiban agama masih segudang di depan kita? Apakah haji kita untuk mengikuti Nabi SAW? Kapan Nabi SAW memberi teladan atau perintah seperti itu? Atau sejatinya mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur di sisi Allah SWT? Apakah motivasi ini yang mendorong kita, maka berarti kita berhaji bukan karena Allah SWT, melainkan karena perintah setan.

 

Dan sayangnya, masih banyak orang yang beranggapan setan hanya menyuruh kita berbuat kejahatan atau setan tidak pernah menyuruh beribadah. Mereka tidak tahu, bahwa sahabat sahabat Abu Hurairah pernah disuruh setan untuk membaca ayat kursi setiap malam. Mereka juga tidak tahu, bahwa ibadah yang dimotivasi oleh rayuan setan bukan lagi menjadi ibadah melainkan maksiat.

 

Mereka juga tidak tahu, bahwa jam terbang Iblis dalam menggoda manusia sudah sangat lama, sehingga ia tahu betul apa kesukaan manusia. Iblis tidak akan menyuruh orang yang suka beribadah untuk minum khamr, tetapi iblis menyuruhnya, antara lain, untuk beribadah haji berkali-kali. Dan ketika manusia beribadah haji karena mengikuti rayuan iblis melalui bisikan hawa nafsunya, maka pada saat itu tipologi haji pengabdi setan telah melekat pada dirinya.”

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi berhati-hatilah setelah diri kita kembali dari menunaikan ibadah haji (ibadah umroh) karena iblis beserta balatentaranya tidak akan pernah berdiam diri untuk menggoda diri kita. Kita akan terus menjadi target operasinya agar jangan sampai ibadah sosial yang seharusnya menjadi penampilan diri kita sepulang berhaji menjadi perbuatan diri kita, atau menjadi cerminan diri kita di tengah masyarakat. Iblis beserta balatentaranya akan senang kepada diri kita jika kita hanya mampu sibuk melaksanakan ibadah invidual lalu berpenampilan seperti penampilan orang-orang Arab seperti berjubah, bersurban dan lain sebagainya. 


Hal ini penting kami kemukakan karena jangan sampai kesempatan menunaikan ibadah haji yang mungkin hanya bisa kita laksanakan sekali dalam seumur hidup, sirna begitu saja, berlalu tanpa kesan, hilang seperti debu yang yang terkena hujan. Lalu apa yang bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT kelak.

Selasa, 07 Januari 2025

MUKJIZAT NABI MUHAMMAD SAW YANG MENJADI BUKTI KEKUASAAN ALLAH SWT


Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT. Setiap Nabi diberikan mukjizat yang berbeda-beda oleh Allah SWT. Lantas, apa saja mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW? Mukjizat adalah suatu hal di luar kebiasaan manusia yang diberikan Allah SWT kepada para Nabi. Salah satu mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW adalah Al-Quran yang dijadikan sebagai kitab suci umat Islam. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam artikel “10 Mukjizat Nabi Muhammad SAW yang menjadi bukti kekuasaan Allah” dalam laman “detik.com” berikut ini:


Mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW bukan tanpa alasan, hal tersebut bertujuan untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan utusannya dan ajaran yang dibawa merupakan ajaran yang benar. Melansir dari situs Muslimah or.id, berikut 10 mukjizat Nabi Muhammad SAW:

 


1.   Kitab Suci Al-Quran. Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad yang terbesar selama masa hidupnya. Berbeda dengan mukjizat yang diberikan kepada nabi dan rasul lainnya, Al-Quran bersifat abadi dan berlaku sepanjang masa yang menunjukkan kebenaran ajaran beliau. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:Artinya: "Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an)." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 174)

 

2. Air Mengalir dari Sela-sela Jemari. Mukjizat selanjutnya yang dimiliki Nabi Muhammad SAW adalah dapat mengeluarkan air dari sela-sela jemarinya. Hal ini diterangkan dalam dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari berikut ini: "Mereka mendatangi Rasulullah SAW dan memberitahukan keadaan itu. Maka, beliau meminta sebuah mangkuk dan menuangkan sedikit air ke dalamnya, lalu mencelupkan tangannya ke dalam wadah air itu. Maka, air mengalir dari sela-sela jemari tangan beliau. Dengan air itu, para sahabat berwudhu. Jumlah mereka waktu itu adalah 300 orang." (HR. Al-Bukhari, no. 3572)


3.  Makanan Sedikit tapi Cukup untuk Banyak orang. Mukjizat lain yang dimiliki Nabi Muhammad SAW adalah dapat membuat makanan sedikit tapi bisa dimakan banyak orang. Seperti yang dikisahkan salah seorang sahabat nabi. Suatu ketika Rasulullah SAW terlihat kelaparan. Abu Thalhah yang mengetahui hal tersebut berniat untuk mengundang Rasulullah untuk makan di rumahnya, namun makanan di rumahnya ternyata sisa sedikit.


Singkat cerita, Abu Thalhah dan istrinya tetap mengundang Rasulullah SAW, dan tidak disangka Rasulullah SAW juga mengajak banyak sahabatnya untuk ikut makan. Hal tersebut membuat Abu Thalhah dan istrinya merasa cemas karena makanan hanya sedikit. Akhirnya, Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya tiba di rumah Abu Thalhah. Sebelum acara makan dimulai, Rasulullah SAW mendoakan makanan yang dihidangkan, setelah itu tamu diminta makan secara bergantian.


Yang pertama makan adalah 10 sahabat. Lalu, 10 sahabat berikutnya, kemudian 10 sahabat berikutnya, dan seterunya. Akhirnya semua sahabat yang datang itu makan sampai kenyang, sedangkan jumlah mereka waktu itu 70 atau 80 orang. Setelah itu, barulah Rasulullah SAW dan keluarga Tholhah makan hingga kenyang pula. (Sumber: H.R. Al-Bukhari, no. 3385; Muslim, no. 2040)

 


4.  Segelas Susu Mengenyangkan Banyak Orang. Tidak jauh berbeda dengan mukjizat sebelumnya, Nabi Muhammad SAW juga pernah mengenyangkan banyak orang dengan segelas susu. Jika dipikir, hal tersebut mustahil, namun itulah bukti kekuasaan Allah. Diceritakan bahwa, Abu Hurairah yang merupakan sahabat Nabi yang sangat miskin tetapi amat banyak ilmunya dan kuat hafalannya sering mengalami kelaparan. Pada suatu hari ketika Abu Hurairah sedang duduk di jalan, Rasulullah SAW melewatinya dan tersenyum melihatnya.



Beliau sangat mengerti akan penderitaan Abu Hurairah. Kemudian, berkatalah Rasulullah SAW,"Yaa Aba Hirr!" Abu Hurairah menjawab, "Labbaika, yaa Rasulullah (aku datang memenuhi panggilanmu, wahai Rasulullah)." beliau berkata, "Ikutilah aku!" Maka Abu Hurairah mengikuti Rasulullah SAW sampai ke rumahnya. Sampai di dalam rumah, Rasulullah SAW menemukan segelas susu.


Beliau bertanya kepada istrinya, "Dari mana susu ini?" Istrinya menjawab, "Dari Fulan, ia menghadiahkannya untukmu." Rasulullah SAW kemudian memanggil Abu Hurairah, "Yaa Aba Hirr!" "Labbaika, yaa Rasulullah," jawabnya. "Pergilah dan panggil ahlush shuffah."


Ahlush shuffah adalah sekumpulan sahabat yang tinggal di masjid Rasulullah SAW karena tidak punya harta dan keluarga di kota Madinah. Abu Hurairah merasa berhak mendapat seteguk lebih dahulu agar kekuatannya yang hilang bisa kembali. Nanti, jika ahlush shuffah datang, tentu Abu Hurairah yang akan melayani mereka.



Namun Abu Hurairah tidak mau menentang perintah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Abu Hurairah segera memanggil ahlush shuffah. Mereka pun datang ke rumah Rasulullah SAW.


Rasulullah SAW memanggil Abu Hurairah, "Yaa Aba Hirr!" "Labbaika, yaa Rasulullah." "Terimalah ini dan bagikan kepada mereka!" Maka Abu Hurairah memberikan gelas berisi susu itu kepada orang pertama. Orang itu meminumnya sampai puas.


Kemudian gelas tersebut dikembalikan kepada Abu Hurairah. Lalu diberikan lagi kepada orang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga semua merasa puas. Sungguh menakjubkan! Gelas itu pun diterima kembali oleh Rasulullah SAW. Beliau kemudian tersenyum kepada Abu Hurairah dan berkata, "Yaa Aba Hirr!" "Labbaika, yaa Rasulullah." Sekarang tinggal aku dan kamu." "Benar, wahai Rasulullah." "Duduklah dan minum!"


Maka Abu Hurairah duduk dan minum, Rasulullah SAW terus memerintahkannya minum sampai Abu Hurairah berkata, "Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, sudah tidak ada tempat lagi dalam perutku." Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Berikan kepadaku gelas itu." Beliau memuji Allah dan bersyukur lalu membaca, "Bismillah," dan meminum sisa susu itu. (Sumber: H.r. Al-Bukhari, no. 6087)

 


5. Doa Minta Hujan yang Langsung dikabulkan. Mukjizat selanjutnya adalah Nabi Muhammad SAW bisa meminta kepada Allah untuk menurunkan hujan yang dikabulkan pada saat itu juga. Mukjizat tersebut dijelaskan pada hadits Al-Bukhari. Dikisahkan bahwa pada suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang berkhutbah Jumat, berdirilah seseorang minta didoakan agar turun hujan. Waktu itu kekeringan sedang melanda. Maka Rasulullah SAW berdoa. Seketika itu pula, turunlah hujan deras terus-menerus, sampai hari Jumat berikutnya.

Akhirnya ada seorang lelaki yang mengadu kepada Rasulullah SAW, bahwa rumah-rumah telah rusak akibat hujan deras terus-menerus. Maka Rasulullah SAW berdoa agar hujan dialihkan ke sekeliling kota Madinah, jangan menimpa kota Madinah. Maka awan-awan yang bergerak di atas kota Madinah pun segera bergerak, tidak lagi berada di atas kota Madinah tetapi berada di pinggir kota Madinah. (Sumber: HR. Al-Bukahari, no. 3582)

 


6.  Pemberitahuan Hal-hal Gaib yang Terbukti Terjadi. Pemberitahuan hal-hal gaib yang dimaksud adalah Rasulullah bisa mengetahui peristiwa yang akan terjadi kedepannya. Salah satu hal gaib yang disampaikan Rasulullah SAW adalah kejadian pada saat Perang Mu'tah.


Zai bin Haritsah, komandan pasukan yang ditunjuk Rasulullah SAW untuk memimpin pasukan muslimin terbunuh, dan akhirnya komandan pasukan digantikan oleh Ja'far bin Abi Thalib. Lalu, Ja'far bin Abi Thalib juga terbunuh. Namun, sebelum kematian dua komandan itu sampai ke Madinah, Rasulullah SAW telah memberitakan kematian Zaid bin haritsah dan Ja'far bin Abi Thalib kepada para sahabatnya. Inilah salah satu mukjizat Rasulullah SAW, Allah beri wahyu kepada beliau tentang berita gaib. (Sumber: H.r. Al-Bukhari, no. 3630)

 


7.  Terbelahnya Bulan Menjadi Dua. Terbelahnya bulan menjadi dua merupakan salah satu mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu orang kafir Mekkah meminta bukti kenabian Rasulullah SAW maka Allah tunjukkan dengan terbelahnya bulan menjadi dua. Rasulullah SAW berdiri, kemudian mengarahkan tangannya ke bulan. Bulan pun terbelah dua, satu bagian di atas gunung dan satunya di gunung yang lain. Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, ia berkata, "Bulan terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Saksikanlah!'" (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3437 dan Muslim dalam Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2800).

 


8.   Mengobati Sakit Mata, Allah Sembuhkan dalam Seketika. Tidak hanya Nabi Isa yang diberikan kelebihan bisa mengobati penyakit. Rasulullah SAW juga diberikan mukjizat yang bisa mengobati sakit mata dengan seketika, namun semua itu terjadi atas izin Allah SWT. Rasulullah SAW pernah memanfaatkan kelebihan tersebut pada saat sebelum penaklukan Benteng Khaibar. Rasulullah SAW menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai pemegang bendera pasukan.


Namun waktu itu Ali menderita sakit mata. Rasulullah SAW kemudian memanggil Ali dan meludahi mata Ali yang sakit. Seketika, mata Ali yang sakit itu menjadi sembuh seolah-olah tak pernah sakit mata. (Sumber: Ar-Rahiqul Makhtum, hlm. 376-378).


 

9.  Orang Akan Selalu Membela Ajarannya. Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam tentu saja tidak mudah. Apalagi pada saat itu kaum Quraisy secara terang-terangan membenci Rasulullah SAW dan menolak ajarannya. Kendati begitu, akan tetap ada yang membela ajaran Rasulullah SAW.


Adanya orang yang selalu membela ajaran Nabi Muhammad SAW ternyata tidak terjadi secara kebetulan. Hal tersebut merupakan mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam hadits Al-Bukhari bahwa akan selalu ada sekelompok umatnya yang selalu menampakkan kebenaran Islam dan membelanya. (Sumber: H.r. Al-Bukhari, no. 3640-3641)

 


10. Air Sedikit Menjadi Banyak. Mukjizat terakhir adalah Rasulullah SAW bisa membuat air yang sedikit menjadi banyak. Dikisahkan pada zaman dahulu, dalam sebuah perjalanan, Rasulullah SAW dan para sahabatnya kehabisan bekal air sedangkan waktu itu air berjarak jauh dari mereka.


Kemudian mereka bertemu seorang wanita yang membawa sedikit air, lalu Rasulullah SAW kemudian mengusap kantung air milik wanita tersebut dan menyuruh para sahabat yang kehausan itu minum. Jumlah mereka pada saat itu ada 40 orang. Setelah puas minum, mereka mengisi kantung air masing-masing sampai penuh juga. (H.r. Al-Bukhari, no. 3571).