Gerakan-gerakan
shalat dapat dikatakan sebagai simbol-simbol yang dapat kita pelajari dan kita
perkaya maknanya guna menambah kekusyuan dan kekhudukan dalam beribadah. Makna
ini terkait dengan makna penyucian diri dan totalitas kepada Allaj sebagai
titik focus keseluruhan ibadah kita, juga terkait dengan makna kemaslahatan
social sebagai akibat dari ketaatan kepada Allah. Oleh sebab itu setiap ibadah
mahdah (wajib) memiliki implikasi yang logis terhadap kemaslahan sosial. Hal
ini sebagaimana dikemukakan oleh “GHUFRON HASAN” dalam bukunya “Aku
Cermin Shalatku” mengemukakan tentang gerak shalatku tak sekedar
gerakan.
Sekarang mari
kita pelajari makna dari Takbiratul Ihram berikut ini: Secara bahasa,
Takbiratul Ihram berarti takbir yang mengharamkan mushalli (orang yang shalat) untuk melakukan sesuatu yang
sebelumnya halal dilakukan. Makan, minum, berbicara, dan semacamnya hukumnya
halal sebelum shalat, tetapi ketika kita sudah Takbiratul Ihram (shalat),
hal-hal yang disebutkan itu menjadi haram dilakukan dan bisa membatalkan
shalat.
Saat diri kita
melaksanakan Takbiratul Ihram berarti diri kita telah menyatakan bahwa Allah
SWT Maha Besar yang berarti diri kita adalah kecil sehingga saat diri kita
melaksanakan Takbiratul Ihram berarti diri kita telah mengakui menyerah kalah
kepada Allah SWT. Adanya pernyataan menyerah kalah kepada Allah SWT berarti
kita harus mengangkat tangan sebagai bukti Allah SWT Maha Besar. Yang harus
kita perhatikan adalah pernyataan menyerah kalah seharusnya tidak hanya saat
diri kita mendirikan shalat semata, namun diluar ibadah shalat pun kita harus
tetap menyatakan Allah SWT Maha Besar sedangkan diri kita kecil selama hayat
masih dikandung badan.
Dilain sisi,
secara filosofis, Takbiratul Ihram ini bermakna pula mengharamkan detakan hati
untuk berkelana ke alam materi dan lalai akan Allah. Dalam takbir kita awali
dengan mengangkat kedua tangan. Posisi tangan seperti ini biasanya kita lihat
pada orang yang dalam keadaan menyerah, tunduk atau pasrah. Gerakan ini
memberikan sebuah gambara filosofis kepada kita bahwa kita hendak shalat kita
awali semua aktivitas di dalamnya dengan kepasrahan, ketundukan, perasaan diri
kita kecil, dan totalitas kepada dzat yang memiliki kehidupan. Totalitas juga
mengandung makna bahwa seluruh focus mengalir ke satu titik tujuan, tidak
terhalangi oleh bayangan-bayangan materi yang mengalihkan perhatian kita dari
Allah. Caranya adalah mematikan rasa dan indera dari getaran-getaran duniawi.
Selain itu,
ketika takbir kita membuat konfigurasi gerakan bersedekap seperti orang yang
meninggal dunia. Artinya, matikan ego, matikan seluruh kepentingan duniawimu,
dan kembalikan jiwa dan raganya kepada Tuhan yang memilikmu, seperti kembalinya
ruh kehadirat-Nya. Bayangkan, betapa dasyatnya makna takbir ini, kita diajarkan
makna kematian agar kita betul-betul tidak larut dengan dunia. Betapa kecil
makna materi saat kita berada di ambang kematian, anak-istri dan barang-barang
yang kita cintai tidak menyertai kita sebab kita menjadi pribadi yang berdiri
di hadapan Tuhan sebagai pribadi yang mempertanggungjawabkan perbuatannya. “Sembahlah Allah sampai datang padamu
kematian. (surat Al Hijr (15) ayat 99).
Kematian adalah
masa depan setiap manusia, Bisa saja menyenangkan dan bisa juga membahagiakan,
atau bisa juga sebaliknya. Takbiratul Ihram mengajari kita bahwa kematian itu
membahagiakan. Kehidupan duniawi dan segala kenikmatan di dalamnya menyuguhi
kita kesenangan dan kebahagiaan yang bersifat fisik. Dunia memanjakan ego kita
sedemikian rupa sehingga yang sebenarnya bayang-bayang nampak seperti yang hakiki.
Akibatnya ego
kits tidak mau beranjak dari kesenangan semacam ini, kebahagiaan ysng bersifat
relatif dan temporal. Akiabatnya lagi kita digerogoti penyakit akut yang
disebut Rasulullah SAW sebagai penyakit wahn, yaitu takut akan baying-bayang
kematian.
Adanya
Takbiratul Ihram menarik paksa sang jiwa yang suci, yang terkontaminasi ego-ego
tadi, ke arah kebahagiaan hakiki yang tidak mungkin dapat diraih kecuali dengan
kematian, yakni kematian ego yang bersifat sementara selama dalam shalat. Lalu
rasakan sensai kematian ego tadi dan kenikmatan psikis ketika hati kita
benar-benar terbebas dari belenggu ego dan nafsu duniawi dalam shalat.
Bandingkan dengan shalat kita yang masih terbelenggu ego duniawi dan pikiran
yang melayang-layang ke berbagai tempat, tentu kita tidak akan merasakan
sensasi apa-apa, sebab sama saja kita sedang shalat atau sedang senam.
Untuk itu
besarkan Allah dalam niatmu, rendahkan (kecilkan) dirimu. Ikat pikiran yang
melayang-layang ke dalam niat itu, sebab setan sangat lihai menyusup ke dalam
hati manusia.
Selanjutnya apa
yang kita lakukan dalam ranah kehidupan, apakah kita harus tetap ber-Takbiratul
Ihram ataukah tidak. Dalam ranah kehidupan, Takbiratul Ihram mengajari kita
satu hal penting, yaitu sikap profesionalisme, tercakup di dalamnya makna
dedikasi yang tinggi, focus, gairah dan totalitas dalam bekerja. Dan bukan
sebuah kebetulan Allah SWT menakdirkan kita bekerja di suatu tempat. Pekerjaan
merupakan sebuah anugerah terindah dari Tuhan di antara anugerah lainnya agar
kita mensyukurinya dengan cara mencintai dan menggelutinya.
Bertakbirlah dalam bekerja, yang
berarti bekerjalah dengan penuh hasrat, besarkan pekerjaan Anda dengan prestasi
dan target pencapaian maksimal, niscaya Anda akan besar karena pekerjaan
tersebut. Bersedekaplah dalam bekerja, yang berarti matikan ego-ego yang
merusak pekerjaan Anda, focus pada pencapaian visi dan misinya, hindari
kepentingan pribadi yang merusak tatanan pekerjaan Anda, lalu ikat semua itu
dengan tujuan-tujuan mulia, yaitu ikhlas dan pengabdian (ibadah) tanpa henti
pada Sang Khalik dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.
Sebagai penutup mari kita
renungkan sebuah puisi dari KH Musthafa Bisri, yaitu: “Di kantor pun aku shalat
tahiyyatul kantor”. Artinya spirit shalat yang dilakukan secara benar akan
terbawa-bawa ke dalam suasana kerja di kantor berupa penghormatan terhadap
rambu-rambu etika kerja dan profesionalisme di dalamnya serta hubungan yang
dinamis dengan rekan kerja guna menciptakan kinerja yang efektif dan
produktivitas yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar