Tobat dan Istighfar adalah pintu
pertama yang harus dilakukan oleh diri kita apabila kita berharap kepada Allah
SWT untuk memperoleh rezeki yang berlimpah. Hal ini sebagaimana dikemukakan
oleh “Majdi asy-Syahawi” dalam
bukunya “17 Cara Mudah Rezeki Berlimpah”
sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:
Tobat dan Istighfar adalah salah
satu sarana yang diperkenankan oleh Allah SWT untuk umat manusia memohon
ampunan dan juga sarana untuk menambah rezeki. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
“Maka
Aku katakan kepada mereka. Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (surat Nuh
ayat 10-12).”
Imam Qurthubi berkata, “Ayat
tersebut merupakan dalil bahwa istighfar (memohon ampunan) adalah sarana untuk
memperoleh rezeki dan hujan.”
Suatu hari, seorang laki-laki
datang kepada Hasan Bashri. Dia mengeluhkan tentang musim kemarau yang
berkepanjangan. Hasan Bashri menyarankan kepadanya, “Memohonlah ampunan kepada Allah “. Kemudian datang seorang
laki-laki lainnya yang mengeluhkan tentang kemiskinannya. Hasan Bashri pun
berujar, “Mohonlah ampunan kepada Allah.”
Selanjutnya datang lagi seorang laki-laki dan berkatan, “Doakanlah diriku,
semoga Allah mengaruniai aku seorang anak.” Hasan Bashri menjawab, “Mohonlah ampunan kepada Allah.”
Para sahabat Hasan Bashri pun
kemudian bertanya, “Bagaimana ini, orang-orang minta kepadamu berbagai hal yang
beraneka ragam, tapi engkau menjawabnya hanya dengan satu jawaban, yaitu
memohon ampunan kepada Allah.” Lalu Hasan Bashri membacakan firman-Nya yang
artinya: “Maka Aku katakan kepada mereka:
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya
Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai. (surat Nuh ayat 10-11-12).”
Jadi, tobat yang tulus dan murni
merupakan salah satu sarana bagi diri kita untuk memperoleh rezeki dan jalan
keluar permasalahan hidup yang kita hadapi.
Sekarang mari kita pelajari
tentang tobat. Tobat secara bahasa berarti kembali kepada Tuhan dengan
meninggalkan perbuatan dosa.
Tobat merupakan suatu kata yang
bisa disandarkan pada hamba dan Tuhan. Apabila disandarkan pada hamba maka
tobat berarti kembali kepada Tuhannya dengan meninggalkan perbuatan maksiat.
Tobat jika disandarkan pada
Tuhan, maka tobat berarti Allah menarik (mencabut) rahmat dan anugerah dari
hamban-Nya.
Adapun dalam istilah syariat,
tobat memiliki banyak definisi, sebagaimana yang dituturkan oleh para ulama,
yakni:
1. Ibnu
Jarir ath-Thabari berkata, “Maksud tobat seseorang hamba kepada Tuhannya adalah
berserah diri untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, kembali untuk melakukan
perkara yang diridhai-Nya dengan meninggalkan segala perkara yang dapat
membuat-Nya murka, yang sebelumnya ia melakukan perkara yang dibenci oleh
Tuhan”.
2. Al-Qurthubi
mendifinisikan tobat adalah penyesalan dalam hati, meninggalkan kemaksiatan
dengan seketika, dan bertekat untuk tidak mengulangi kemaksiatan tersebut.
Selain itu, semua ini dilakukan karena rasa malu kepada Allah.
3. Al-Raghib
al-Ashfahani mendefinisikan, Tobat adalah meninggalkan dosa karena buruknya
sebuah dosa, menyesali dosa yang telah dilakukan sebab kelalaian, bertekad
untuk tidak membiasakan perbuatan dosa, dan mencegah berbagai perbuatan yang
dapat mengantarkan dirinya pada pengulangan dosa itu. Jika empat perkara ini
sudah terkumpul, maka syarat-syarat tobat telah sempurna.
4. Ibnu
Hajar al-Asqalani juga telah menambahkan definisi dari al-Raghib dengan,
“Mengembalikan hak yang diperoleh secara zalim kepada para pemiliknya atau
meminta kebebasan (keikhlasan) mereka.
5. Ibnu
Katsir mengemukakan bahwa “Tobat nasuba (tulus murni) adalah meninggalkan dosa
dengan seketika, menyesali dosa yang telah terjadi di masa lalu, bertekad untuk
tidak akan mengulangi dosa itu di masa mendatang, dan apabila perbuatan dosa
itu berhubungan dengan hak orang lain, dia harus mengembalikan hak itu kepada
pemiliknya.
Berdasarkan uraian tobat di atas,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa tobat adalah pengetahuan seorang hamba
terhadap buruknya dosa dan bahaya dosa bagi dirinya. Kemudian dia meninggalkan
perbuatan dosa itu dengan tulus ikhlas karena Allah. Menyesali segala dosa yang
pernah dilakukannya di masa lalu baik disengaja maupun tidak disengaja, serta
bertekad dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulani dosa itu di masa
mendatang, menunaikan amal-amal ketaatan dan kebaikan, membebaskan diri dari
hak-hak orang lain dengan mengembalikannya kepada pemiliknya atau meminta
kebebasan (keikhlasan) mereka.
Sekarang apa itu Istighfar.
Secara bahasa, lafal istighfar (memohon ampunan) berasal dari kata istaghfara,
yastaghfiru, istighfaran. Ia diambil dari unsur huruf ghain, fa dan ra yang
menunjukkan makna tutup (satir). Menurut makna umumnya, kata al-Ghafru berarti
tutup. Sementara kata al-Ghafru dan al-Ghufran mempunyai makna yang sama.
Dicontohkan, “Ghafara Allahu Dzanbahu Ghufran wa Maghfiratan wa Ghufratan
(Allah telah mengampuni dosanya dengan sebuah pengampunan).”
Adapun Istighfar dalam istilah
syariat adalah permohonan ampunan. Ampunan adalah menutupi dosa dengan
memberikan maaf atas suatu perbuatan dosa. Istighfar berarti juga memohon
ampunan dengan ucapan dan perbuatan.
Perintah untuk bertobat dapat
kita jumpai dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagaimana berikut in:
“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung. (surat An-Nur ayat 31).”
“Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. (surat Hud ayat 90).”
Abu Burdah bercerita, “Aku pernah mendengar Aghr Muzni
ra, berbincang-bincang dengan Ibnu Umar ra, kemudian Ibnu Umar ra, menuturkan
sabda Rasulullah SAW, “Wahai manusia bertobatlah kepada Allah. Sesungguhnya
diriku bertobat kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 (seratus) kali. (Hadits
Riwayat Muslim).”
Tobat wajib dilakukan atas dosa
kecil maupun besar, baik dosa yang diketahui maupun yang tidak diketahui, dosa
yang disengaja maupun tidak disengaja, dosa yang dilakukan secara serius
ataupun bercanda, karena Allah memerintahkan tobat kepada hamba-Nya. Perintah
tobat ini diberlakukan secara umum. Oleh sebab itu perintah tobat mencakup
segala dosa, sehingga tidak dikhususkan pada dosa tertentu saja.
Selanjutnya kami ingin mengajak
jamaah sekalian untuk merenungkan perilaku Rasulullah yang terdapat pelajaran
berharga bagi umatnya.
“Abu Musa ra, menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah melantunkan doa,
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, dosaku, ketidaktahuanku, dan sikap
berlebih-lebihanku dalam segala hal, serta dalam segala perkara dimana Engkau
lebih mengetahui daripada diriku. Ya Allah, ampunilah aku, dosa-dosaku, dosa
dalam kesengajaanku, ketidaktahuanku, dosa dalam candaku, dan segala dosa yang
ada padaku. Ya Allah, ampunilah aku atas perkara yang aku dahulukan, perkara
yang aku tundakan, perkara yang aku rahasiakan, dan perkara yang aku tunjukkan
secara terang-terangan. Engkaulah Yang Maha Mendahulukan . Maha Mengakhirkan
dan Engkaulah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Hadits Riwayat Bukhari).”
Sesungguhnya seorang hamba harus
senantiasa memohon ampunan dan bertobat kepada Allah dalam kondisi apa pun,
baik ia telah melakukan dosa dengan sengaja, tidak mengetahui itu dosa,
melakukan dosa dengan bercanda, dalam kerahasiaan ataupun terang-terangan.
Istighfar tidak cukup hanya di
bibir semata, atau istighfar tidak hanya pada tataran ucapan lisan. Barangsiapa
mengucapkan istighfar dengan lisannya tapi ia tidak tahu maksudnya, tanpa ada penghayatan
akan maknanya, tiada keserasian antara hati dan lisannya, tidak mengetahui
nilai dan hakikatnya, dan tanpa adanya harapan untuk mendapat balasan atas
ucapan istighfar itu, maka hanya sebagian dosanya tang diampuni dengan kadar
niat istighfar di dalam hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar