tiap-tiap
umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan
antara mereka [695] dengan adil dan mereka
(sedikitpun) tidak di aniaya.
(surat Yunus (10) ayat 47)
[695] Maksudnya: antara Rasul dan kaumnya
yang mendustakannya.
Apakah itu NABI dan RASUL? NABI adalah seorang
lelaki yang menjadi MANUSIA PILIHAN
ALLAH SWT yang mendapatkan dan memperolah WAHYU berupa RISALAH yang
tidak wajib disampaikan kepada umatnya
atau Risalah yang diterimanya hanya
untuk dirinya saja. Sedangkan RASUL
adalah seorang lelaki yang menjadi MANUSIA PILIHAN ALLAH SWT yang mendapatkan
dan memperoleh WAHYU berupa RISALAH yang wajib disampaikan kepada umat manusia.
Seorang Nabi belum tentu ia menjadi seorang Rasul, sedangkan seroang Rasul
dapat dipastikan ia adalah seorang Nabi. Hal ini terlihat dengan jelas pada
waktu proses penerimaan wahyu dimana untuk menjadi seorang Rasul maka ia harus
menjadi seorang Nabi terlebih dahulu (atau menerima wahyu ALLAH SWT terlebih
dahulu) barulah ia bisa menyampaikan Risalah yang diterimanya kepada umat atau
kaumnya atau dengan kata lain menjadi Nabi terlebih dahulu baru menjadi Nabi
yang sekaligus Rasul.
Timbul pertanyaan
berapakah jumlah NABI dan/atau RASUL yang telah diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi? Sampai dengan saat ini
kita tidak pernah mengetahui dengan
pasti berapa jumlah NABI dan/atau berapa jumlah NABI yang diangkat menjadi RASUL
yang telah diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi. Angka yang pasti hanya ALLAH SWT
sajalah yang TAHU, namun kita diberi kemudahan oleh ALLAH SWT untuk mengimani
hanya sebanyak 25(dua puluh lima) orang NABI dan RASUL. Jika sekarang NABI dan
RASUL sudah diutus oleh ALLAH SWT dan kitapun harus BERIMAN pula kepada NABI
dan RASUL.
Timbul pertanyaan lagi
untuk apakah ALLAH SWT mengutus seorang NABI atau RASUL ke muka bumi? Jika kita
melihat dan memperhatikan kondisi kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT maka ALLAH
SWT dapat dipastikan tidak membutuhkan sesuatu apapun termasuk ALLAH SWT juga tidak membutuhkan NABI dan
RASUL, akan tetapi kenyataannya adalah NABI dan RASUL itu ada. Adanya NABI dan
RASUL yang di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi tentu bukan tanpa alasan yang
mendasarinya. Apakah itu? ALLAH SWT yang memiliki DZAT dengan KEMAMPUAN dan
KEBESARAN serta KEMAHAAN tentu berkehendak agar rencana besar kekhalifahan di
muka bumi dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan-Nya. Sekarang
dapatkah kehendak tersebut berjalan jika KEMAHAAN dan KEBESARAN dari DZATNYA
ALLAH SWT diperlihatkan kepada ciptaannya? Seluruh ciptaannya tidak akan mampu
melihat apalagi melawan KEMAHAAN dan KEBESARAN dari DZATNYA ALLAH SWT.
Untuk
menjembatani KEMAHAAN dan KEBESARAN dari DZATNYA ALLAH SWT agar jangan sampai
terlihat atau tersambung dengan ciptaan-Nya maka ALLAH SWT mengutus
MANUSIA-MANUSIA PILIHAN sebagai NABI dan RASUL dan juga meciptakan MALAIKAT.
Adanya manusia-manusia pilihan yang di angkat oleh ALLAH SWT sebagai NABI dan
RASUL maka umat manusia akan dapat mengetahui keberadaan ALLAH SWT; kondisi dan
keadaaan ALLAH SWT dapat diterangkan dan disampaikan kepada seluruh umat
manusia. Sekarang jika tanpa ada NABI ataupun RASUL sebagai manusia-manusia
pilihan ALLAH SWT dapatkah RISALAH ALLAH SWT yang berasal dari KALAMNYA sampai
kepada seluruh umat manusia atau dapatkah AD DIIN atau DIINUL ISLAM diketahui
oleh KHALIFAH yang ada di muka bumi? RISALAH ALLAH SWT akan sangat sulit
diketahui dan/atau RISALAH ALLAH SWT akan sia-sia saja sebab tidak akan pernah
diketahui oleh umatnya dikarenakan tidak ada media tertentu untuk menyampaikannya.
Selanjutnya
untuk lebih memudahkan pemahaman tentang NABI dan RASUL berikut ini akan kami
kemukakan ilustrasi sebagai berikut: Pabrikan mobil TOYOTA berkedudukan di
JEPANG. Pabrikan mobil tidak harus mendirikan pabrik di setiap negara jika ingin menjual mobil yang diproduksinya
di negara tersebut. Pabrikan dapat menunjuk dan memberikan kepercayaan kepada
Agen Tunggal atau kepada ATPM di setiap
negara yang ingin menjual produk mobil TOYOTA. Dengan demikian fungsi ATPM atau PERWAKILAN TETAP merupakan
Representasi dari Pabrikan di setiap
negara yang menjual mobil TOYOTA. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWTpun memberlakukan hal yang sama yaitu
dengan mengirim dan mengutus NABI dan RASULNYA sebagai :
1.
Perwakilan ALLAH SWT di muka bumi
dan/atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi di dalam rangka menerangkan
program-program ALLAH SWT di muka bumi sehingga kita tidak perlu pergi ke ARSY.
2.
Sarana dan Alat Bantu bagi
KHALIFAH yang ada di muka bumi untuk mempelajari tentang ALLAH SWT dan/atau
tentang apa-apa yang telah diprogramkan ALLAH SWT di dalam kehendak-Nya terutama tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi
sehingga kita tidak perlu pergi ke ARSY untuk mempelajarinya, untuk memahaminya
atau untuk melaksanakannya.
Sewaktu
menjalankan tugas di suatu negara tertentu atau wilayah tertentu, apakah ATPM
selaku Agen Tunggal dari Pabrikan dapat bertindak dan berbuat di luar kehendak
Pabrikan? ATPM selaku Agen Tunggal harus berbuat dan harus bertindak sesuai
dengan KEHENDAK Pabrikan dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh ATPM selaku Agen
Tunggal wajib mencerminkan jati diri Pabrikan yang kesemuanya disesuaikan
dengan karakteristik wilayah di mana ATPM berada. Selanjutnya bagaimana dengan
ALLAH SWT? ALLAH SWT mengutus NABI dan RASUL dimana NABI dan RASUL yang diutus
selalu disesuaikan dengan wilayah di mana NABI dan RASUL ditempatkan agar
terjadi kemudahan di antara NABI dan RASUL dengan umatnya. (lihat kembali surat
Yunus (10) ayat 47 yang telah kami
kemukakan di atas). Selanjutnya agar maksud dan tujuan yang dikehendaki
oleh Pabrikan dapat dilaksanakan oleh ATPM maka Pabrikan memberikan apa yang
disebut dengan BUKU MANUAL sebagai pedoman bagi ATPM di dalam bertindak dan
berbuat atas nama Pabrikan. Adanya BUKU MANUAL akan memudahkan bagi ATPM selaku
Agen Tunggal di dalam melaksanakan tugasnya, kemudian bolehkah ATPM selaku Agen
Tunggal merubah, menambah, mengurangi ketentuan dari Pabrikan?
ATPM selaku Agen
Tunggal tidak diperkenankan sedikitpun untuk merubah, menambah, mengurangi
apa-apa yang telah ditetapkan oleh Pabrikan melalui BUKU MANUALNYA. Jika ini
adalah ketentuan yang berlaku umum di dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya
bagaimana dengan ALLAH SWT selalu
Pemilik dan Pencipta alam ini? ALLAH SWTpun memberikan pula ketentuan kepada
NABI dan RASULNYA termasuk kepada KHALIFAHNYA sebagai berikut:
1.
NABI dan RASUL sebagai Perwakilan
ALLAH SWT atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi wajib
menjadi cerminan dari apa yang diwakilinya dan/atau NABI dan RASUL wajib bertindak
dan berbuat sesuai dengan apa-apa yang
dikehendaki ALLAH SWT sehingga apa-apa
yang diperbuat NABI dan RASUL tidak lain adalah CERMINAN dari apa-apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT.
2.
NABI dan RASUL sebagai Perwakilan
ALLAH SWT atau Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi wajib selaras, serasi dan
seimbang dengan ALLAH SWT sehingga
apa-apa yang telah diprogramkan ALLAH
SWT dapat berjalan sesuai dengan kehendak
ALLAH SWT. Jika NABI dan RASUL wajib selaras, serasi dan seimbang dengan
ALLAH SWT, bagaimana dengan diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi? Sebagai KHALIFAH di muka bumi diri kita pun
diwajibkan berperilaku seperti yang dicontohkan, ditelandankan oleh NABI dan
RASUL. Adanya kondisi ini mengharuskan diri kita tidak melepaskan diri dari
suri teladan NABI MUHAMMAD SAW.
3.
ALLAH SWT juga memberikan buku
pedoman bagi NABI atau RASUL di dalam menjalankan tugas sebagai Perwakilan
Tetap ALLAH SWT atau Duta Besar ALLAH
SWT di muka bumi. Untuk itu ALLAH SWT
menurunkan Kitab ZABUR, Kitab TAURAT, Kitab
INJIL serta Kitab AL-QUR'AN dan juga Shuhuf.
4.
NABI dan RASULNYA termasuk di
dalamnya NABI MUHAMMAD SAW tidak berhak dan tidak diperkenankan untuk menambah,
mengurangi, meniadakan setiap ketentuan yang telah dituangkan di dalam
Al-Qur'an. Jika NABI dan RASULNYA saja tidak diperkenankan berbuat seperti itu
maka kitapun sebagai KHALIFAHNYA di muka bumi dilarang dan tidak diperkenankan
berbuat seperti itu pula.
5.
NABI dan RASUL selaku
Perpanjangan Tangan ALLAH SWT di muka
bumi diberikan HAK oleh ALLAH SWT untuk menterjemahkan BUKU MANUAL ALLAH SWT
dan/atau mentafsirkan BUKU MANUAL sehingga lahirlah HADITS yang di dalamnya
akan terdapat istilah-istilah seperti SHAHIH, MUTHAWATIR, QUDSI, MUTHAFAQ
ALAIH, HASAN, SHANAT dan RAWI. Sedangkan AL-QUR'AN tidak mengenal itu semua
dikarenakan AL-QUR'AN merupakan HAK MUTLAK dari ALLAH SWT sehingga AL-QUR'AN
akan selalu SUCI dan MURNI. Selanjutnya sebagai KHALIFAH kita diwajibkan untuk
menjadikan AL-QUR'AN dan HADITS sebagai NARASUMBER hukum yang berlaku saat
melaksanakan kekhalifahan di muka bumi.
Sekarang coba kita bayangkan, apakah mungkin kita
pergi ke ARSY hanya untuk mempelajari adanya ALLAH SWT atau mengetahui adanya
KEKHALIFAHAN di muka bumi yang telah
direncanakan ALLAH SWT dan/atau jika ingin mempelajari AD DIIN atau DIINUL
ISLAM? Disinilah ALLAH SWT menunjukkan kepada kita semua tentang KESEMPURNAAN
yang dimiliki ALLAH SWT di dalam merealisasikan KEKHALIFAHAN di muka bumi yaitu
dengan menurunkan dan/atau menunjuk MANUSIA-MANUSIA PILIHAN yang akan dijadikan
DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi. Sehingga dengan demikian apa-apa yang
DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT dapat diketahui, dapat dimengerti, dapat
dicontohkan, dapat dijalankan, dapat dilaksanakan sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT melalui NABI dan RASUL yang di
utusnya.
Setelah mengetahui tentang keberadaan NABI atau
RASUL yang ditinjau dari sisi ALLAH SWT selaku PENCIPTA langit dan bumi serta
selaku PENGUTUS, timbul pertanyaan NABI atau RASUL yang manakah yang harus kita
pedomani dan/atau yang harus kita imani, apakah seluruh NABI dan RASUL ataukah
hanya NABI MUHAMMAD SAW? Sampai dengan saat ini
tidak ada yang tahu secara
pasti berapa jumlah NABI yang telah
diturunkan oleh ALLAH SWT, yang pasti jumlahnya RIBUAN NABI.Adanya kondisi ini
tentu akan sangat menyulitkan diri kita untuk melaksanakan Iman kepada Rasul.
Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi Dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.
(surat
Al Ahzab (33) ayat 40)
[1223]
Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat,
karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.
Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rasul[234]. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.
(surat
Ali Imran (3) ayat 144)
[234] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah
seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah
wafat. ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. karena
itu Nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang
terdahulu itu. di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi
Muhammad s.a.w. mati terbunuh. berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga
ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum
Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi
Muhammad itu seorang Nabi tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah
menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah
kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a.
mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula kegelisahan di kalangan Para sahabat
di hari wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab
r.a. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih
Bukhari bab Ketakwaan Sahabat).
Untuk itu ALLAH SWT memberikan kemudahan kepada diri
kita yaitu hanya WAJIB mengimani 25(dua puluh lima) NABI dan RASUL saja yang
kesemuanya disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu: Adam, Nuh, Idris, Shalih,
Ibrahim, Hud, Luth, Yunus, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa,
Harun, Ilyasa, Dzul Kifli, Dawud, Zakariyya, Sulaiman, Ilyas, Yahya, Isa dan
Muhammad. Delapan belas dari mereka disebutkan dalam ayat Al-Qur’an.
“Dan
itulah hujjah Kami yang telah Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah
menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah
kami beri petunjuk dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Dawud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami member balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakariyya, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk
orang-orang yang saleh. Dan Ismail, Al Yasa, Yunus dan Luth, masing-masingnya
Kami lebihkan derajatnya di atas umat (dimasanya).”
(Surat
Al An’am ayat 83-86)
Yang lainnya disebutkan dalam beberapa firman ALLAH
SWT.
Dan
kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud.
(Surat
Hud ayat 50; Surat Al A’raf (7) ayat 65)
Dan
kepada kaum Tsamud (Kami telah mengutus) saudara mereka, Shalih.
(Surat
Hud ayat 61; Surat Al A’raf (7) ayat 73)
Dan
kepada kaum Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib.
(Surat
Hud ayat 84; Surat Al A’raf (7) ayat 85)
Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam dan Nuh.”
(surat
Ali Imran (3) ayat 33)
“Dan
ingatlah kisah Ismail, Idris, dan Dzul Kifli, semua mereka termasuk orang-orang
yang sabar.:
(Surat
Al Anbiya ayat 85)
Muhammad
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya amat keras kepada
orang-orang kafir dan berkasih sayang dengan sesama mereka.
(Surat
Al Fath ayat 29)
Adapun mengenai Nabi dan Rasul yang tidak ada di
dalam Al-Qur’an, maka ALLAH SWT memerintahkan kita untuk mengimaninya hanya
secara global semata.
Lalu
bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW secara khusus? Berdasarkan surat surat Ali
Imran (3) ayat 144 dan surat Al Ahzab (33) ayat 40, posisi dan kedudukan NABI
MUHAMMAD SAW ada 2(dua) yaitu:
1.
NABI
MUHAMMAD SAW merupakan bagian dari mata rantai Lelaki yang menjadi
Manusia-Manusia Pilihan yang diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi dalam rangka
mensukseskan rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dan/atau
dapat dikatakan bahwa NABI MUHAMMAD SAW merupakan NABI dan RASUL penerus dari rangkaian NABI
dan RASUL yang telah terlebih dahulu diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi yang
jumlahnya ribuan NABI.
2.
NABI
MUHAMMAD SAW merupakan NABI dan RASUL terakhir dari rangkaian ribuan
Manusia-Manusia Pilihan yang diutus
ALLAH SWT ke muka bumi dalam rangka mensukseskan rencana besar ALLAH SWT
tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi.
Adanya 2(dua) buah kondisi yang terdapat pada diri
NABI MUHAMMAD SAW, maka kita harus dapat meletakkan dan menempatkan keduanya
sebagai berikut:
1. Kita wajib mengimani kedudukan
NABI MUHAMMAD SAW sebagai PENERUS dari NABI dan RASUL yang telah diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi
dan/atau NABI MUHAMMAD SAW merupakan bagian dari mata rantai NABI dan RASUL yang telah diutus ALLAH SWT ke muka bumi hal
ini disebabkan AJARAN dari keseluruhan NABIdan RASUL yang diutus oleh ALLAH SWT adalah SAMA yaitu
Mengesakan ALLAH SWT.
2. Kita harus dan wajib menjadikan
NABI MUHAMMAD SAW sebagai PANUTAN dan TELADAN bagi diri kita di dalam
melaksanakan program kekhalifahan di muka bumi sebab NABI MUHAMMAD SAW
merupakan NABI dan RASUL terakhir yang
memberikan contoh dan teladan bagi kekhalifahan di muka bumi.
Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di
muka bumi, sudahkah kita melaksanakan 2(dua) buah ketentuan yang kami kemukakan
di atas ini sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Kami berharap pembaca buku ini
mampu melaksanakan, mampu menempatkan dan mampu meletakkan posisi NABI MUHAMMAD
SAW yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sebagai bagian dari pelaksanaan RUKUN
IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan.
1. RASUL ALLAH SWT dan TUGAS-TUGASNYA
ALLAH SWT berdasarkan PENGETAHUAN yang kita miliki
berkedudukan di ARSY, yaitu suatu tempat yang berada di luar ciptaan ALLAH SWT
atau dengan kata lain tempat dan kedudukan ALLAH SWT tidak sama dengan tempat
dan kedudukan makhluk-Nya. Adanya perbedaan tempat dan kedudukan antara ALLAH
SWT dengan makhluk-Nya dalam rangka ALLAH SWT menjaga Kemahaan yang
dimiliki-Nya dan/atau jika tempat dan kedudukan ALLAH SWT sama dengan tempat
dan kedudukan makhluk-Nya maka antara ALLAH SWT sebagai Pencipta dan Pemilik
tidak memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan makhluk yang
diciptakan-Nya sendiri. ALLAH SWT memilih berkedudukan di ARSY bukanlah tanpa
sebab jika sampai ALLAH SWT berkedudukan sama dengan kedudukan ciptaan-Nya maka
yang terjadi adalah bukannya manfaat yang di dapat oleh ciptaannya melainkan
mudharat yang diperoleh di karenakan ciptaannya tidak akan mampu menghadapi
KEMAHAAN ALLAH SWT.
Agar maksud dan tujuan ALLAH SWT di dalam
menciptakan langit dan bumi serta kekhalifahan di muka bumi sesuai dengan
apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT, maka ALLAH SWT mengutus NABI dan RASUL
untuk menjadi Duta Besar ALLAH SWT yang bertugas menyampaikan segala
Program-program dan Rencana ALLAH SWT termasuk di dalam menerangkan keberadaan
ALLAH SWT dan juga KEKHALIFAHAN di muka bumi dengan mempergunakan AL-KITAB sebagai satu-satunya BUKU MANUAL.
Adanya NABI dan RASUL yang di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi selain akan
memudahkan KHALIFAH yang ada di muka bumi menjalankan tugasnya sebab tidak
perlu jauh-jauh pergi ke ARSY dan juga untuk menunjukkan kebesaran dan kemahaan
ALLAH SWT.
A. Sebelum NABI MUHAMMAD SAW sudah
ada NABI dan RASUL
Sampai dengan saat ini belum ada keterangan yang pasti berapa jumlah NABI
dan RASUL yang telah diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi, walaupun keterangan
tentang hal itu ada pada hadits. Akan
tetapi untuk memudahkan kita melaksanakan IMAN kepada RASUL maka ALLAH
SWT hanya mewajibkan kepada kita untuk
mengimani NABI dan RASUL sebanyak
25(dua puluh lima) NABI dan RASUL saja.
berapa banyaknya nabi-nabi
yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.
(surat Az Zukhruf (43) ayat
6)
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu[1223]., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan
adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Ahzab (33)
ayat 40)
[1223] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w.
bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini
oleh Rasulullah s.a.w.
Selanjutnya jika kita mengacu kepada surat Az Zukhruf (43) ayat 6 di
atas ini, dapat dikatakan sebelum NABI MUHAMMAD SAW di
utus dan di angkat menjadi NABI dan RASUL terakhir sudah ada NABI dan RASUL
lainnya yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi. Ini berarti bahwa NABI MUHAMMAD SAW adalah
bagian dari mata rantai NABI dan RASUL yang di utus ke muka bumi sehingga dapat
dikatakan NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL PENERUS dari NABI dan RASUL
yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi. Sedangkan menurut surat Al Ahzab (33) ayat 40 dinyatakan setelah NABI
MUHAMMAD SAW meninggal dunia maka tidak
ada lagi RASUL baru atau tidak ada lagi NABI baru sesudah NABI MUHAMMAD SAW
meninggal dunia.
Sekarang timbul pertanyaan, siapakah yang lebih berkuasa atau siapakah
yang lebih hebat atau siapakah yang harus lebih kita hormati atau siapakah yang
harus kita patuhi antara orang yang diutus ke muka bumi sebagai Utusan Khusus
atau sebagai Duta Besar dibandingkan dengan
yang mengutusnya, dalam hal ini adalah
ALLAH SWT? Di dalam kehidupan bernegara atau hubungan antar negara,
menghormati Duta Besar suatu negara pada dasarnya bukanlah menghormati orang
yang menjabat sebagai Duta Besar akan tetapi menghormati sebuah NEGARA yang
menjalin hubungan diplomatik dengan negara tertentu. Hal yang sama juga berlaku
pada waktu kita menghormati NABI dan RASUL yang telah di utus oleh ALLAH SWT di muka bumi, yaitu penghormatan
yang kita lakukan kepada NABI MUHAMMAD SAW bukanlah PENGKULTUSAN kepada NABI
MUHAMMAD SAW sebagai Utusan Khusus ALLAH
SWT atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT akan tetapi pada dasarnya merupakan
penghormatan dan pengkultusan kepada ALLAH
SWT.
Hal ini dikarenakan yang mengutus Utusan Khusus atau yang mengutus Duta
Besar, dalam hal ini adalah ALLAH SWT,
lebih berkuasa, lebih hebat dibandingkan dengan utusan itu sendiri,
dalam hal ini adalah NABI MUHAMMAD SAW. Sekarang coba bandingkan antara ALLAH SWT dengan NABI MUHAMMAD SAW, mampukah
NABI MUHAMMAD SAW menciptakan Nyamuk dan/atau menjadikan dirinya seperti ALLAH
SWT selaku Inisiator, Pencipta dan Pemilik alam semesta ini? Untuk menciptakan
Nyamuk saja belum tentu NABI MUHAMMAD SAW mampu apalagi NABI MUHAMMAD SAW mau menjadikan dirinya
seperti ALLAH SWT.
Sekarang bolehkah kita hanya menghormati NABI MUHAMMAD SAW saja dengan
mengabaikan ALLAH SWT? Jika sampai kita
lebih menghormati NABI MUHAMMAD SAW
dibandingkan dengan ALLAH SWT
berarti kita telah menempatkan dan meletakkan NABI MUHAMMAD SAW lebih berkuasa
dan lebih hebat dibandingkan dengan ALLAH SWT. Sedangkan dalam kenyataannya
sesuatu yang diutus lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan yang
mengutus. Sebagai MAKHLUK yang telah TAHU DIRI jangan sampai kita salah
meletakkan posisi ALLAH SWT dan posisi NABI MUHAMMAD SAW sebab hasil akhir dari
penempatan ini akan berbeda dampaknya bagi kesuksesan kita di dalam menjalankan
tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan
jika NABI MUHAMMAD SAW sebagai RASUL TERAKHIR sudah tidak ada lagi karena telah
meninggal dunia, apakah program KEKHALIFAHAN di muka bumi menjadi terhenti atau
tidak berjalan lagi?
Dengan berakhirnya masa tugas NABI MUHAMMAD SAW sebagai
NABI dan RASUL dan/atau telah
berakhirnya masa tugas NABI MUHAMMAD SAW
sebagai Utusan Khusus ALLAH SWT atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi,
BUKAN berarti program KEKHALIFAHAN di
muka bumi menjadi BATAL atau DIHENTIKAN
oleh ALLAH SWT. Wafatnya atau
meninggalnya NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka
bumi maka yang berakhir itu hanyalah
proses penyampaian informasi tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dan/atau
berakhirnya proses sosialisasi tentang rencana besar ALLAH SWT tentang
KEKHALIFAHAN di muka bumi sedangkan programnya akan tetap berlanjut sampai
KHALIFAH-KHALIFAH yang ada di muka bumi menempati SYURGA atau menempati NERAKA.
Selanjutnya, apa yang harus kita jadikan pedoman yang mendasar setelah
meninggalnya NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir? Berikut ini
kami akan kemukakan 4(empat) buah kondisi yang harus kita jadikan pedoman
setelah NABI MUHAMMAD SAW tiada, yaitu:
1. ALLAH SWT selamanya ada sebab
ALLAH SWT tidak akan musnah oleh sebab
apapun juga dan selamanya akan terus menyertai kita dimanapun kita berada
sepanjang diri kita melakukan IMAN kepada ALLAH SWT.
2. AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang
merupakan KONSEP ILAHIAH bagi kepentingan KEKHALIFAHAN di muka bumi akan tetap
ada sampai dengan hari kiamat.
3. AL-QUR'AN sebagai BUKU MANUAL dari KEKHALIFAHAN di muka bumi
juga tetap ada sampai dengan hari kiamat.
4. HADITS dengan berbagai istilah
yang ada di dalamnya seperti SHAHIH, HASAN, RAWI, DHOIF, MUTHAWATIR, QUDSI,
atau MUTHAFAK ALAIH akan tetap ada sampai dengan hari kiamat.
Jika ini adalah kondisinya maka sebagai KHALIFAH di muka bumi kita tidak
perlu TAKUT dan BINGUNG, RESAH dan GELISAH di dalam melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH sebab ALLAH SWT sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik jika
kita ingin sukses menjadi KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus MAKHLUK PILIHAN.
Untuk itu jadikan dan pergunakan 4(empat) ketentuan yang kami sebutkan di atas
sebagai alat bantu di dalam mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang kita
jalani. Selanjutnya dengan telah berakhirnya tugas NABI MUHAMMAD SAW sebagai
NABI dan RASUL terakhir, maka :
1. Kita harus menjadikan NABI
MUHAMMAD SAW sebagai CONTOH dan TELADAN bagi diri kita di dalam menjalankan
tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
2. Jangan pernah mengkultuskan NABI
MUHAMMAD SAW sebab UTUSAN bukanlah segala-galanya. Hal ini disebabkan yang
MENGUTUS lebih berkuasa dan lebih hebat dari yang di utus.
3. KITA
tidak pernah DILARANG oleh ALLAH SWT untuk mendapatkan hal-hal yang sama dengan
apa-apa yang diperoleh NABI MUHAMMAD SAW
seperti pribadi
yang memiliki bakat dan kemampuan
jiwa besar, kecerdasan pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur,
berbudi luhur, mempunyai kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi,
kecepatan tanggapan, kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna,
terkecuali TITEL NABI dan RASUL. Hal ini disebabkan ALLAH SWT tidak mengeluarkan lagi TITEL NABI dan RASUL baru kepada KHALIFAHNYA
setelah NABI MUHAMMAD SAW wafat.
4. Hal
yang harus kita ingat adalah SYAFAAT NABI MUHAMMAD SAW tidak ada saat ini sebab
NABI MUHAMMAD SAW sudah meninggal dunia. SYAFAAT NABI MUHAMMAD SAW hanya
berlaku setelah kiamat terjadi dan/atau SYAFAAT dari NABI MUHAMMAD SAW tidak
akan berlaku sebelum kiamat terjadi.
5. Jika
kita ingin sukses seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW menjalankan tugas di muka
bumi sarananya bukanlah mempergunakan WAHYU akan tetapi melalui IMAN, AMAL SHALEH, DZIKIR dan DOA.
Sebagai KHALIFAH yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi, jangan sampai diri kita salah
menempatkan ALLAH SWT dibandingkan dengan posisi NABI MUHAMMAD SAW. Hal ini
akan berakibat FATAL kepada keberhasilan diri kita di dalam menjalankan tugas
di muka bumi.
B. CINTA ALLAH SWT ikuti RASUL
Pabrikan mobil Toyota ada di Jepang, selanjutnya
untuk memudahkan penjualan dan memberikan layanan purna jual kepada konsumen
yang berada di luar Jepang maka Pabrikan menunjuk ATPM yang berada di luar
Jepang untuk menjadi perpanjangan tangan Pabrikan di dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban Pabrikan terhadap konsumen. Di lain sisi sebagai Konsumen
yang telah membeli mobil Toyota, adakah konsekuensi yang timbul setelah membeli
mobil? Jika kita berharap memperoleh layanan purna jual dari Pabrikan, maka
kita harus mempercayai kemampuan Pabrikan untuk bertanggung jawab terhadap
mobil yang telah diproduksinya dan yang telah dijualnya.
Untuk itu konsumen tidak harus pergi ke Jepang untuk
menagih janji-janji Pabrikan, namun Konsumen cukup hanya mendatangi ATPM maka seluruh fasilitas
layanan purna jual dapat kita nikmati. Adanya kondisi seperti ini dapat
dikatakan bahwa jika kita ingin memperoleh layanan purna jual yang optimal maka
kita harus mempercayai Pabrikan dengan mempercayai ATPM yang telah ditunjuk.
Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang berkedudukan di ARSY di dalam
memenuhi Janji-Janji-Nya kepada setiap KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi,
apakah ALLAH SWT juga memberlakukan hal yang prinsipnya hampir sama dengan
Pabrikan?
apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].
(surat An Nisaa' (4)
ayat 79-80)
[321]
Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak
menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.
ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik kekhalifahan di
muka bumi memiliki mekanisme tersendiri di dalam memenuhi Janji-Janji-Nya
kepada manusia, namun prinsipnya hampir sama dengan apa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu mari kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Untuk
memperoleh Janji-Janji ALLAH SWT dan/atau merasakan nikmatnya bertuhankan
kepada ALLAH SWT, kita harus terlebih dahulu beriman kepada ALLAH SWT lalu
beriman pula kepada NABI dan RASUL yang telah di utus ALLAH SWT ke muka bumi.
2.
Untuk
memperoleh Janji-Janji ALLAH SWT atau untuk memperoleh kenikmatan bertuhankan
kepada ALlAH SWT, kita tidak harus pergi ke ARSY, akan tetapi cukup dengan
mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan melalui utusan khusus ALLAH SWT di
muka bumi.
3.
NABI
dan RASUL tidak mempunyai HAK untuk memberikan Janji-Janji ALLAH SWT dan/atau
memberikan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT. Hal ini dikarenakan NABI
dan RASUL hanyalah Utusan Khusus ALLAH SWT di muka bumi yang dikirim untuk
memberikan CONTOH dan TELADAN kepada
KEKHALIFAHAN yang menjadi tanggung jawabnya.
4.
Hanya
NABI MUHAMMAD SAW yang diberikan kesempatan untuk memberikan SYAFAAT setelah
permainan selesai dilaksanakan dan/atau di waktu penilaian akhir/hisab di
lakukan.
Ke-empat kondisi yang kami kemukakan di atas ini,
sejalan dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT di dalam surat An Nisaa' (4) ayat
79-80 di atas, yaitu ALLAH SWT memerintahkan kepada seluruh KHALIFAHNYA untuk
mentaati RASUL dan jika ini kita lakukan berarti kitapun telah mentaati ALLAH
SWT. Hal ini dimungkinkan karena NABI dan RASUL merupakan Duta Besar ALLAH SWT
di muka bumi yang khusus ditugaskan oleh ALLAH SWT untuk memberikan CONTOH dan
TELADAN serta memberikan BIMBINGAN kepada umatnya yang ingin sukses menjalankan
tugas di muka bumi sebagai seorang KHALIFAH.
C. RASUL penuntun MANUSIA menuju
ALLAH SWT
ATPM ditunjuk oleh Pabrikan bukanlah semata-mata untuk memudahkan
penjualan dan layanan purna jual. Akan tetapi dengan adanya ATPM atau adanya
Agen Tunggal yang berada di luar negara dimana PABRIKAN berada, dapat menjadi
PENUNTUN bagi konsumen untuk berhubungan dengan Pabrikan. Hal yang sama berlaku
juga pada NABI MUHAMMAD SAW selaku Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi. Adanya NABI
MUHAMMAD SAW di muka bumi maka NABI MUHAMMAD SAW selain bertugas menerangkan
tentang ALLAH SWT beserta program kekhalifahan di muka bumi akan tetapi NABI
MUHAMMAD SAW juga memiliki peran sebagai PENUNTUN bagi umatnya jika ingin
menuju atau berhubungan dengan ALLAH SWT sehingga umatnya selalu berada dan
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
Selanjutnya ALLAH SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 164 menerangkan
tentang kegunaan dan manfaat yang dapat kita peroleh dari NABI dan RASUL.
Selain itu ALLAH SWT juga menginformasikan kepada diri kita bahaya jika kita
tidak mau mengikuti tuntunan dari NABI MUHAMMAD SAW yaitu KESESATANlah yang
akan kita peroleh dan/atau ketidaksesuaian diri kita dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
Selanjutnya jika kita mengacu kepada pola kerja ATPM dengan Pabrikan, maka NABI
MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH SWT juga menerapkan pola kerja yang
hampir sama dengan ATPM yaitu NABI MUHAMMAD SAW harus terlebih dahulu selaras,
serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT maka barulah NABI MUHAMMAD SAW akan sukses
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi sesuai
dengan KEHENDAK yang mengutusnya.
sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al
hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat
Ali Imran (3) ayat 164)
Selanjutnya bagaimana dengan diri kita yang telah
mengaku Beriman kepada ALLAH SWT? Jika kita ingin sukses seperti halnya NABI
MUHAMMAD SAW sukses, tidak ada jalan lain kitapun harus selalu selaras, serasi
dan seimbang dengan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT melalui Tuntunan
yang telah dicontohkan oleh NABI MUHAMMAD SAW. Hal yang tidak akan mungkin
terjadi adalah jika kita berharap merasakan Nikmatnya Bertuhankan kepada ALLAH
SWT jika diri kita tidak pernah selaras, serasi dan seimbang dengan apa-apa
yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Selain daripada itu dapatkah kita memperoleh
Janji-Janji ALLAH SWT jika kita
menerapkan konsep putus sambung dengan ALLAH SWT dan/atau kita hanya melakukan
komunikasi secara MISCALL kepada ALLAH SWT padahal konsep ini tidak pernah
dicontohkan oleh NABI MUHAMMAD SAW? Untuk memperoleh sinyal handphone yang baik
dan benar saja kita tidak bisa putus sambung putus sambung dengan operator
selular, apalagi kepada ALLAH SWT.
Untuk itu jika kita merasa bahwa diri kita yang
membutuhkan ALLAH SWT maka kita harus bersikap melebihi apa yang kita lakukan
kepada operator selular. Hal ini dikarenakan
ALLAH SWT tidak membutuhkan diri kita sebab ALLAH SWT sudah MAHA. Selain
daripada itu ada hal lainnya yang harus kita perhatikan yaitu tempat kita melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH bukanlah tempat yang kita ciptakan dan bukan pula tempat yang kita
miliki, akan tetapi tempat yang dimiliki ALLAH SWT. Jika ini keadaannya maka
siapakah yang harus terlebih dahulu menyesuaikan diri kepada ALLAH SWT? Sebagai
orang yang TAHU DIRI maka kita harus mematuhi ketentuan dan ketetapan yang
telah ALLAH SWT berlakukan selaku
pemilik langit dan bumi maka barulah janji-janji ALLAH SWT dapat kita peroleh.
D. RASUL ikutan dan teladan
MANUSIA
Untuk menjadi ATPM suatu PABRIKAN bukanlah perkara yang mudah sebab wajib mencerminkan KREDIBILITAS Pabrikan di mata pelanggan. Untuk menjadi
ATPM mutlak diperlukan kemampuan lebih di atas rata-rata sehingga apa yang
diperbuat oleh ATPM dapat dijadikan pedoman dan ikutan bagi konsumen di dalam
merawat kendaraan. Disinilah kunci sukses PABRIKAN dipertaruhkan oleh ATPM
yaitu ATPM wajib menjadikan dirinya sebagai CERMINAN Pabrikan yang paling
mengerti, yang paling tahu, yang paling ahli, dari mobil atau barang yang
dihasilkan oleh Pabrikan. Sekarang apakah kondisi ini berlaku juga pada diri
NABI MUHAMMAD SAW selaku Duta Besar
ALLAH SWT di muka bumi? Hal yang sama juga terjadi pada diri NABI
MUHAMMAD SAW sewaktu menjalankan tugas sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi. Sebagai Duta Besar
ALLAH SWT maka NABI MUHAMMAD SAW harus dapat menunjukkan dan memperlihatkan
KREDIBILITAS ALLAH SWT yang MAHA HEBAT di mata umatnya.
Jika sampai NABI MUHAMMAD SAW
tidak dapat memperlihatkan, menunjukkan, membuktikan KREDIBILITAS ALLAH SWT
dapat dikatakan bahwa NABI MUHAMMAD SAW telah gagal di dalam menjalankan tugas.
Kenyataannya adalah bahwa NABI MUHAMMAD SAW sukses melaksanakan tugas-tugas
yang diembannya walaupun kita tahu kondisi dasar NABI MUHAMMAD SAW sebagai
MANUSIA BIASA tidak akan mungkin dapat melakukan itu semua.Adanya kesuksesan
yang diraih oleh NABI MUHAMMAD SAW maka kita harus dapat menjadikan NABI
MUHAMMAD SAW sebagai IKUTAN, sebagai CONTOH dan sebagai TELADAN dalam berbuat
dan bertindak sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan
untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika
Menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 64)
[313]
Ialah: berhakim kepada selain Nabi Muhammad s.a.w.
ALLAH SWT melalui
surat An Nisaa' (4) ayat 64 memerintahkan kepada setiap KHALIFAHNYA yang ada di
muka bumi untuk mentaati NABI dan RASUL
yang telah di utus atas izin-Nya. Kenapa kita harus mentaati NABI dan RASUL?
Seperti halnya kita membeli mobil, maka kita diharuskan pula untuk mematuhi
ketentuan Agen Tunggal,hal ini dikarenakan Agen Tunggal merupakan Representasi dari Pabrikan sehingga
apa-apa yang diperbuat dan dilaksanakan oleh Agen Tunggal merupakan perpanjangan tangan Pabrikan untuk
memenuhi layanan purna jual kepada konsumen. Hal yang hampir sama juga berlaku
kepada NABI dan RASUL, sehingga apa-apa yang dicontohkan, apa-apa yang disuruh,
apa-apa yang di ajarkan oleh NABI dan RASUL sebenarnya tidak lain adalah
apa-apa yang telah diperintahkan dan di ajarkan oleh ALLAH SWT selalu pengutus NABI dan RASUL
dan/atau NABI dan RASUL bertindak dan berbuat sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
Selanjutnya jika kita
ingin memperoleh apa-apa yang telah dijanjikan Pabrikan berdasarkan GARANSI
yang masih berlaku, bolehkah kita
melawan atau bolehkah kita melanggar ketentuan atau bolehkah kita mengurangi
dan/atau menambah ketentuan Pabrikan yang dilaksanakan oleh ATPM? Selama kita
mematuhi ketentuan dari Pabrikan yang dijalankan oleh ATPM maka apa-apa yang
telah dijanjikan Pabrikan akan dapat kita nikmati dan rasakan. Sekarang
bagaimana dengan ketentuan ALLAH SWT yang menyuruh manusia untuk taat dan patuh
kepada Nabi dan Rasul-Nya?ALLAH SWT juga akan memberikan apa-apa yang
dijanjikan-Nya kepada diri kita atau manusia sepanjang diri kita atau manusia
mau mentaati, mau melaksanakan, mau menjalankan PERINTAH ALLAH SWT melalui
apa-apa yang dicontohkan oleh Nabi dan Rasul-Nya.
Selanjutnya adakah resiko
yang akan kita peroleh jika kita tidak
mau melaksanakan perintah ALLAH SWT melalui apa-apa yang dicontohkan melalui
Nabi dan Rasul-Nya? Melalui surat An Nisaa' (4) ayat 64, ALLAH SWT memberikan
jawabannya yaitu Nabi dan Rasul akan lepas tanggungjawab kepada manusia yang
tidak patuh dan tidak taat sedangkan kepada manusia yang patuh dan taat maka
Nabi dan Rasul akan memohonkan ampun kepada ALLAH SWT jika kita mempunyai
kesalahan, dosa ataupun perbuatan yang di luar kehendak kita.Sekarang maukah
kita ditolong, dimohonkan, dibantu, oleh Nabi MUHAMMAN SAW kepada
ALLAH SWT? Jika kita menginginkan hal tersebut pelajarilah AD DIIN
dengan sebaik-baiknya dan/atau TAATILAH PERINTAH NABI dan RASULNYA di dalam
kerangka melaksanakan KEHENDAK ALLAH SWT tanpa ada bantahan dan sanggahan
apapun.
E. JANGAN mengaku-ngaku NABI dan RASUL
Pembaca, sebelum kita membahas lebih lanjut tentang
sub bab ini, berikut ini akan kami kemukakan terlebih dahulu beberapa asumsi
dasar yang akan kita jadikan patokan untuk membahas tentang jangan
mengaku-ngaku NABI dan RASUL, yaitu:
1.
ALLAH
SWT adalah Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi ini berarti ketentuan yang
harus berlaku di langit dan di bumi adalah ketentuan ALLAH SWT.
2.
WAHYU
adalah Kalam ALLAH SWT yang harus disampaikan oleh orang-orang pilihan ALLAH
SWT dalam hal ini adalah NABI dan RASUL kepada umat manusia.
3.
Orang-orang
Pilihan adalah UTUSAN KHUSUS ALLAH SWT atau DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi
untuk menyampaikan risalah dari ALLAH SWT, jika ia hanya menyampaikan risalah
secara terbatas kepada kaumnya saja maka ia disebut NABI dan jika ia
menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia ia disebut dengan RASUL.
4.
Seorang
NABI belum tentu ia seorang RASUL, akan tetapi seorang RASUL sudah pasti ia
seorang NABI dan/atau untuk menjadi RASUL harus terlebih dahulu menjadi
NABI.
5.
KITAB
SUCI adalah Kumpulan dari Risalah ataupun WAHYU yang diterima oleh NABI dan
RASUL.
Sekarang ALLAH SWT sebagai Pencipta dan Pemilik dari
alam semesta ini menyatakan di dalam surat Al Ahzab (33) ayat 40 di bawah ini
bahwa MUHAMMAD SAW adalah RASULULLAH dan MUHAMMAD SAW adalah penutup para NABI
atau NABI terakhir. Adanya ketentuan ini berarti di langit dan di bumi yang
diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT berlaku ketentuan bahwa NABI MUHAMMAD
SAW adalah NABI dan RASUL terakhir ALLAH SWT di muka bumi.
Muhammad itu sekali-sekali bukanlah bapak dari seorang laki-laki
diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Ahzab (33)
ayat 40)
Selanjutnya berdasarkan asumsi-asumsi yang telah
kami kemukakan di atas yang kemudian dihubungkan dengan surat Al Ahzab (33)
ayat 40, maka kita akan mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. MUHAMMAD
SAW sudah dinyatakan sebagai Nabi
terakhir atau penutup para NABI oleh ALLAH SWT maka setelah NABI MUHAMMAD SAW
meninggal dunia, tidak akan ada lagi RASUL yang akan di utus oleh ALLAH SWT di
muka bumi (ingat syarat untuk menjadi Rasul harus menjadi Nabi terlebih
dahulu). Hal yang harus kita jadikan pegangan adalah walaupun nanti Nabi Isa
as, akan turun ke muka bumi lagi bukan berarti Nabi Isa as, menjadi nabi
penutup atau nabi terakhir. Nabi Isa as, turun ke muka bumi lagi bukan untuk
menyampaikan risalah baru. Nabi Isa as, turun ke muka bumi lagi bukan untuk
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW, melainkan untuk mengkoreksi umatnya yang
telah salah karena menjadikan dirinya menjadikan Tuhan.
2. Sepeninggal
NABI MUHAMMAD SAW maka tidak ada lagi RISALAH BARU yang wajib disampaikan
kepada seluruh umat manusia, dikarenakan WAHYU kepada orang-orang pilihan dalam
hal ini NABI dan RASUL sudah tidak ada lagi dan/atau sudah tidak diturunkan
lagi atau sudah habis dan ini berarti MALAIKAT JIBRIL as sudah tidak mempunyai
tugas untuk menyampaikan WAHYU.
3. Kitab
suci Al Qur’an menjadi kitab suci yang terakhir diturunkan oleh ALLAH SWT
sehingga Al Qur’an adalah kitab ALLAH SWT yang merupakan penyempurna bagi kitab
sebelumnya, dalam hal ini Zabur, Taurat dan Injil, masih tetap berlaku dan/atau
akan terus berlaku sampai akhir jaman.
Selanjutnya jika saat ini ada orang yang
mengaku-ngaku NABI baru atau mengaku-ngaku RASUL baru dan/atau ada orang
yang mengaku-ngaku telah di angkat
menjadi NABI dan RASUL baru setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia,
bagaimana sikap kita menghadapi itu semua?
berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) Hai
Samiri?" Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak
mengetahuinya, Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul[940] lalu aku
melemparkannya, dan Demikianlah nafsuku membujukku".
(surat Thaahaa (20)
ayat 95-96)
[940]
Yang dimaksud dengan jejak Rasul di sini ialah ajaran-ajarannya. menurut faham
ini Samiri mengambil sebahagian dari ajaran-ajaran Musa kemudian dilemparkannya
ajaran-ajaran itu sehingga Dia menjadi sesat. menurut sebahagian ahli tafsir
yang dimaksud dengan jejak Rasul ialah jejak telapak kuda Jibril a.s. artinya
Samiri mengambil segumpal tanah dari jejak itu lalu dilemparkannya ke dalam
logam yang sedang dihancurkan sehingga logam itu berbentuk anak sapi yang
mengeluarkan suara.
Seperti telah kita IMANI bahwa ALLAH SWT adalah Inisiator yang juga
Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi beserta segala isinya termasuk di
dalamnya KEKHALIFAHAN di muka bumi. Jika ini adalah asumsi dasar ALLAH SWT lalu
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan atau undang-undang siapakah WAJIB
berlaku di muka bumi yang diciptakan dan yang dimiliki oleh ALLAH SWT?
Jawabannya sudah pasti ketentuan-ketentuan ALLAH SWTlah dan/atau aturan-aturan
ALLAH SWTlah dan/atau undang-undang ALLAH SWTlah yang WAJIB berlaku dan yang
diberlakukan di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH SWT. Selanjutnya apakah
keadaan ini memang sudah sepantasnya dan sepatutnya berlaku di langit dan di
bumi yang dimiliki ALLAH SWT?
ALLAH SWT menerapkan hal ini memang sudah menjadi sebuah keharusan sebab
Pencipta dan Pemilik penguasa penuh dari
apa-apa yang diciptakan dan yang dimilikinya. Selanjutnya jika ALLAH SWT selaku Inisiator yang sekaligus
Pencipta dan Pemilik langit dan bumi sudah menetapkan ketentuan atau aturan
atau undang-undang bahwa setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia, tidak ada
lagi NABI dan RASUL yang baru, maka ketentuan ini harus berlaku di langit dan
di bumi yang saat ini kita tinggali. Dan jika sekarang ada orang yang
mengaku-ngaku NABI dan RASUL baru dan/atau ada kelompok-kelompok tertentu yang
menjadikan seseorang sebagai NABI dan RASUL baru di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH SWT
setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia berarti :
1.
Orang atau kelompok tersebut adalah
orang-orang atau kelompok orang yang Tidak Tahu Diri dan/atau Tamu yang Tidak
Tahu Diri sebab sudahlah menumpang di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH
SWT masih pula bertindak di luar batas kepantasan dan kepatutan yaitu seolah-olah
langit dan bumi ia yang menciptakan dan ia yang memilikinya. Jika orang atau
kelompok tersebut Tahu Diri tentu ia tidak akan berani menyatakan hal itu sebab
ia atau kelompok tersebut merupakan makhluk yang juga diciptakan oleh ALLAH SWT sehingga ia tidak
memiliki kemampuan apapun di bandingkan ALLAH SWT.
2. Orang atau kelompok tersebut sudah
merasa mampu untuk menggantikan kedudukan ALLAH SWT di langit dan di bumi yang
dimiliki ALLAH SWT, jika ini keadaannya cobalah orang atau kelompok tersebut membuat
NYAMUK, AIR atau UDARA yang serupa dengan NYAMUK, AIR atau UDARA yang di
diciptakan oleh ALLAH SWT?
3. Orang atau kelompok tersebut telah
mengambil dengan paksa kepemilikan langit dan bumi beserta isinya dari ALLAH
SWT dan/atau telah terjadi Perampokan atau Penjajahan atas kepemilikan langit
dan bumi dari ALLAH SWT. Jika hal ini terjadi bagaimana mungkin terjadi sebab
orang dan kelompok tersebut juga diciptakan atas kehendak ALLAH SWT dan punya
apakah orang dan kelompok di langit dan di bumi milik ALLAH SWT ini?
4.
Orang atau kelompok tersebut sudah
merasa hebat dengan meletakkan ALLAH SWT di bawah kekuasaannya, padahal orang
dan kelompok tersebut bisa hidup dan beraktivitas karena ALLAH SWT dan juga
hidup pun di bumi yang dimiliki ALLAH SWT, jika ini keadaannya kesopansantunan
orang dan kelompok perlu di pertanyakan kembali sebab telah menjadikan TUAN
RUMAH menjadi pecundang di rumahnya sendiri oleh TAMU yang tidak tahu diri
dan/atau orang atau kelompok telah menjadi TAMU yang tidak tahu diri di langit dan
di bumi ALLAH SWT.
5. Orang atau kelompok tersebut berani
menantang ALLAH SWT di bumi dan di
langit yang dimiliki ALLAH SWT, jika ini keadaannya punya kemampuan apakah
orang dan kelompok tersebut di bandingkan ALLAH SWT?
6. Orang atau kelompok tersebut telah
menjadikan dirinya sebagai TAMU yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang di
bumi dan langit yang dimiliki ALLAH SWT sekarang malah TUAN RUMAH yang
dilawannya.
Apabila kita telah menyatakan
beriman kepada ALLAH SWT maka kita wajib melaksanakan Rukun Iman yang Enam
dalam satu kesatuan pemahaman serta satu kesatuan pelaksanaannya. Dan juga kita
Wajib dan Harus mempercayai sepenuhnya KALAM ALLAH SWT yang terdapat dalam Al
Qur’an bahwa tidak ada lagi NABI setelah NABI MUHAMMAD SAW maka kita harus
menerima pernyataan itu dalam bentuk KEIMANAN yang TEGUH dan MANTAP dengan
mengatakan NABI BARU ataupun RASUL baru setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal
dunia adalah SESAT dan MENYESATKAN serta telah melanggar ketentuan ALLAH
SWT.Sekarang bagaimana jika ada orang
yang menyatakan bahwa ia telah menerima Wahyu dari ALLAH SWT secara langsung sehingga ia
menobatkan dirinya sendiri sebagai NABI dan RASUL? Jika hal ini terjadi ada
baiknya hal-hal yang kami kemukakan di bawah ini, dikemukakan, disampaikan
kepada orang yang mengaku-ngaku telah menerima wahyu dari ALLAH SWT itu dengan
hal-hal sebagai berikut:
1. NABI MUHAMMAD SAW yang namanya sudah disandingkan oleh ALLAH
SWT di ARSY sebelum diciptakan langit dan bumi,
sewaktu menerima WAHYU dari ALLAH SWT saja harus melalui perantaraan
Malaikat Jibril as, sekarang bagaimana mungkin ada orang yang menerima WAHYU dari ALLAH SWT secara langsung, apa
tidak akan hancur langit dan bumi ini, apa ALLAH SWT tidak melanggar ketentuannya
sendiri?
2. AL-QUR'AN yang di dalam isi dan
kandungannya tidak mengenal istilah SHAHIH, HASAN, SHANAT, RAWI, MUTHAWATIR,
MUTHAFAQ ALAIH maupun QUDSI, tidak akan mungkin ada ayat-ayatnya saling
bertentangan sebab isi dan kandungan dari Al-QUR'AN itu sendiri merupakan
cerminan dari KEMAHAAN ALLAH SWT itu sendiri. Jika ALLAH SWT sudah menyatakan NABI dan RASUL
berakhir dan tidak ada lagi maka tidak akan mungkin ada NABI dan RASUL baru
sesudah NABI MUHAMMAD SAW dengan demikian tidak akan ada lagi WAHYU yang
diturunkan melalui perantaraan MALAIKAT JIBRIL as.
3. Malaikat JIBRIL as sebagai Malaikat
yang berpredikat paling Mulia dan yang
mempunyai tugas menyampaikan Wahyu, apakah mungkin Malaikat JIBRIL as. mau
membangkang perintah ALLAH SWT untuk
menyampaikan Wahyu kembali sedangkan NABI dan RASUL sudah tidak ada lagi?
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi,
berhati-hatilah dengan kondisi yang kami kemukakan di atas ini. Untuk itu
milikilah PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT atau milikilah PENGETAHUAN tentang AD
DIIN atau DIINUL ISLAM secara KAFFAH agar kita tidak mudah terpengaruh dengan
isu-isu murahan yang saat ini sering terjadi.
F. RASUL tidak boleh bikin AYAT
BUKU MANUAL merupakan kewenangan Mutlak yang hanya dimiliki oleh Pabrikan,
sehingga ATPM tidak memiliki Hak apapun juga untuk merubah, menambah,
mengurangi, menyesuaikan BUKU MANUAL tersebut dengan kepentingan ATPM selaku
perpanjangan tangan Pabrikan. Ini berarti ATPM harus tunduk dan patuh kepada
apa-apa yang tertera di dalam BUKU MANUAL, selanjutnya bagaimana dengan NABI
MUHAMMAD SAW? NABI MUHAMMAD SAW selaku UTUSAN ALLAH SWT juga tidak memiliki Hak
Apapun untuk merubah, menambah, mengurangi, apalagi menyesuaikan AL-QUR'AN
untuk maksud apapun juga.
Sehingga dengan demikian NABI MUHAMMAD SAW wajib
tunduk dan patuh serta taat dengan AL-QUR'AN yang diturunkan oleh ALLAH SWT.
Selanjutnya untuk apakah ALLAH SWT melarang NABI MUHAMMAD SAW melakukan hal-hal
yang kami sebutkan di atas? ALLAH SWT melakukan ini semua dalam rangka menjaga
kemurnian, menjaga kesucian, menjaga keutuhan, menjaga ke-autentikkan AL-QUR'AN
hanya berasal dari ALLAH SWT termasuk di dalamnya jangan sampai isi dan
kandungan AL-QUR'AN tercampur dengan pemikiran, masukan yang berasal dari diri
NABI MUHAMMAD SAW itu sendiri.
Kondisi ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
ALLAH SWT dalam surat Ar Ra'd (13) ayat 38 di bawah ini, dimana ALLAH SWT tidak
memperkenankan NABI dan RASUL termasuk di dalamnya NABI MUHAMMAD SAW untuk membuat atau membikin ayat tertentu
dan/atau membuat sendiri kitab suci yang akan disampaikan kepada umatnya tanpa
se-izin ALLAH SWT. Jika NABI MUHAMMAD SAW yang namanya telah disandingkan
oleh ALLAH SWT di ARSY sebelum langit
dan bumi diciptakan, Tidak diperkenankan dan Tidak diperbolehkan oleh ALLAH SWT untuk membikin atau membuat AYAT,
apalagi diri kita yang hanya menumpang di langit dan bumi yang tidak pernah
kita ciptakan dan tidak pernah pula kita miliki.
dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan
Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak
bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin
Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu)[777].
(surat Ar Ra'd (13)
ayat 38)
[777]
Tujuan ayat ini ialah pertama-tama untuk membantah ejekan-ejekan terhadap Nabi
Muhammad s.a.w. dari pihak musuh-musuh beliau, karena hal itu merendahkan
martabat kenabian. keduanya untuk membantah Pendapat mereka bahwa seorang Rasul
itu dapat melakukan mukjizat yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya bilamana
diperlukan, bukan untuk dijadikan permainan. bagi tiap-tiap Rasul itu ada
kitabnya yang sesuai dengan Keadaan masanya.
Jika sekarang ada orang yang mengaku-ngaku telah
menerima Wahyu dari ALLAH SWT secara langsung, percayakah kita dengan pengakuan
tersebut? Jika pemilik dan pencipta dari langit dan bumi sudah menyatakan Tidak
ada lagi wahyu setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia, maka tidak akan
mungkin ada Ayat Baru, Kitab Baru, Nabi dan Rasul Baru sebab hal ini akan
bertentangan dengan KALAM ALLAH SWT dalam surat Al Ahzab (33) ayat 40 di bawah
ini.
Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi
Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.
(surat Al Ahzab (33)
ayat 40)
[1223]
Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat,
karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.
Sebagai orang yang telah memiliki Pengetahuan
tentang ALLAH SWT, jangan pernah mempercayai hal-hal tersebut sekalipun yang
menyampaikannya adalah seorang KYIA, seorang USTAD, ataupun seorang ULAMA. Jika
kita sampai mempercayai atau bahkan kita sendiri yang mengatakan hal itu maka
secara langsung berarti kita telah mengadakan permusuhan dengan ALLAH SWT di
muka bumi yang dimiliki pula oleh ALLAH SWT.
G. RASUL berdakwah dengan BAHASA
masing-masing
Pabrikan menunjuk ATPM di suatu negara tertentu
dalam rangka mendekatkan Pabrikan dengan Konsumen. Adanya kedekatan Pabrikan
dengan Konsumen melalui keberadaan ATPM berarti Pabrikan dapat melakukan
komunikasi dengan Konsumen melalui BAHASA atau BUDAYA di mana ATPM itu berada
sehingga dengan adanya hal ini terjadilah komunikasi timbal balik yang mudah
antara Pabrikan dan Konsumen. Sekarang
bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka
bumi sebagai NABI dan RASUL terakhir? Dalam rangka memudahkan para pihak
melaksanakan tugas maka ALLAH SWT menempatkan dan mengutus NABI dan RASULNYA
sesuai dengan kondisi dan keadaan di mana umatnya berada. Sekarang bagaimana
mungkin NABI dan RASUL bisa melaksanakan tugas sebagai PANUTAN, CONTOH dan
TELADAN bagi umatnya jika antara NABI dan RASUL dengan umatnya terdapat Gap
atau Jurang Pemisah berupa BAHASA atau BUDAYA?
Disinilah ALLAH SWT memberikan
kemudahan baik bagi NABI dan RASUL dan juga bagi umatnya dalam rangka diberikan
bimbingan oleh NABI dan RASUL. Selain itu dengan adanya kondisi ini ALLAH SWT juga telah menutup pintu complain
atau keberatan atau sanggahan dari umatnya jika dikemudian hari terjadi pernyataan
bahwa ALLAH SWT belum menurunkan NABI dan RASUL untuk umat tertentu.
Sekarang
ALLAH SWT sudah menurunkan kepada seluruh umat manusia termasuk diri kita
Al-Qur'an dalam bahasa ARAB, apa yang harus kita lakukan? Tidak ada jalan lain
kecuali menerima dan meyakini serta mengimani keberadaan Al-Qur'an sebagai Buku
Manual yang diturunkan oleh ALLAH SWT bagi kepentingan kekhalifahan di muka
bumi. Al-Qur'an dikatakan sebagai Buku Manual dari ALLAH SWT selain karena merupakan Kalam
ALLAH SWT dan juga dikarenakan isi dan kandungan dari Al-Qur'an itu tidak lain
adalah CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri. Hal ini sangat dimungkinkan dan
sangat layak berlaku sebab ALLAH SWT sendiri adalah PEMILIK yang sekaligus
PENCIPTA, PEMELIHARA, PERAWAT, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya
termasuk diri kita, sehingga dengan kedudukan yang sempurna seperti itu patut
dan pantaslah jika Al-Qur'an dikatakan sebagai CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri.
Selanjutnya jika NABI MUHAMMAD
SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk
menyampaikan Isi dan Kandungan Al-Qur'an maka secara tidak langsung NABI
MUHAMMAD SAW merupakan juru bicara ALLAH SWT di muka bumi untuk menyampaikan isi dan kandungan
Al-Qur'an kepada seluruh umat manusia. Selanjutnya ada hal lainnya yang harus
kita perhatikan dari Al-Qur'an yaitu tentang bahasa yang dipergunakan, dimana
bahasa Al-Qur'an sangat berbeda jauh dan/atau tidak sama dengan bahasa Arab
atau bahasa manusia lainnya, walaupun ke duanya mempergunakan Huruf Arab. Orang
yang bisa berbahasa Arab belum tentu dia bisa dan mengerti tentang bahasa Al
Qur’an, walaupun huruf yang dipergunakan adalah sama, yaitu huruf Arab. Adanya
perbedaan bahasa antara bahasa Al-Qur'an dengan bahasa Arab, disinilah ALLAH
SWT menunjukkan kebesaran Al-Qur'an dibandingkan dengan kitab atau buku-buku
yang mempergunakan bahsa manusia. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa
keistimewaan-keistimewaan dari bahasa Arab yang mempergunakan huruf Arab, yaitu
:
1.
Sejak
zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab merupakan bahasa yang hidup.
2.
Bahasa
Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan
dan keakhiratan.
3. Bentuk-bentuk
kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang amat luas sehingga
dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian tidak terdapat dalam bahasa
lain.
Sekarang apa yang terjadi jika bahasa Al-Qur'an
mempergunakan huruf Arab? Jika bahasa Arab yang mempergunakan huruf Arab saja
mampu memiliki keistimewaan-keistimewaan dibandingkan dengan bahasa manusia
lainnya, tentu bahasa Al-Qur'an jauh melebihi kemampuan bahasa Arab. Inilah
salah satu alasan lainnya, mengapa Al-Qur’an diturunkan memakai huruf Arab,
bukan mempergunakan bahasa Indonesia, bahasa Urdu atau bahasa Inggris. Hal lainnya yang membedakan
bahasa Al-Qur'an dengan bahasa Arab adalah untuk mempelajari isi dan kandungan
Al-Qur'an tidaklah mudah seperti kita mempelajari bahasa Arab pada umumnya. Hal
ini dikarenakan isi dan kandungan dari Al-Qur'an dapat dibedakan menjadi 3
(tiga)buah tingkatan atau kategori, yaitu:
1.
isi dan kandungan Al-Qur'an yang
tersurat berdasarkan atas apa-apa yang tertulis,
2.
isi dan kandungan Al-Qur'an yang
tersirat di balik tulisan yang terdapat di dalam Al-Qur'an itu sendiri, dan
3.
isi dan kandungan Al-Qur'an yang
tersembunyi di balik yang tersurat dan yang tersiratnya dari apa-apa yang
terdapat dalam Al-Qur'an.
Al-Qur'an
yang di dalamnya sarat makna tentu tidak mudah untuk disampaikan, tidak mudah
untuk di ajarkan, kepada umat manusia. Untuk itu ALLAH SWT mengutus dan/atau
mengirimkan MANUSIA-MANUSIA PILIHAN
sebagai JURU BICARA yang dapat menerangkan dan melaksanakan serta mengajarkan
isi kandungan Al-Qur'an secara menyeluruh sehingga apa-apa yang terdapat di
dalam Al-Qur'an dapat mudah untuk
dipahami dan/atau dapat dengan mudah dimengerti oleh umat manusia sesuai dengan
keinginan dan kehendak ALLAH SWT.
Selain
daripada itu, Al-Qur'an juga wajib kita
IMANI sebagai pelaksanaan RUKUN IMAN
yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM
dan IKHSAN.
dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul
adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka
ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu
adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
(surat
Fushshilat (41) ayat 44)
[1334]
Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi
mereka.
Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sudah tidak ada lagi, apa
yang harus kita lakukan, apakah kita harus pula berbahasa Arab atau berbahasa
Al-Qur'an yang mempergunakan huruf Arab? Jika kita sudah menyatakan memeluk
DIINUL ISLAM sebagai Agama yang Haq dan/atau kita telah menyatakan BERIMAN
kepada ALLAH SWT maka secara otomatis kita harus dapat menjadikan Al-Qur'an
yang mempergunakan huruf ARAB sebagai satu-satu BUKU PEDOMAN di dalam
melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi dan jika ini keadaannya maka kitapun
harus pula mempelajari, mengerti, paham dengan Bahasa Al-Qur'an yang
mempergunakan huruf ARAB. Adanya kondisi seperti ini, bagaimana mungkin kita
dapat mempelajari, memahami, mengerti isi dan makna yang terkandung di dalam
Al-Qur'an jika kita tidak pernah tahu dan tidak pernah mengerti tentang BAHASA
Al-Qur'an yang mempergunakan huruf Arab? Jika kita mengacu kepada perintah IQRA
yang artinya bukan sekedar hanya Membaca Saja maka sudah sepantasnya dan
sepatutnya pula kita tahu dan mengerti tentang Bahasa Al-Qur'an yang
mempergunakan huruf Arab. Sudahkah kita belajar Bahasa Al-Qur'an?
H. SUNNAH NABI MUHAMMAD SAW tetap
Setiap DUTA BESAR wajib bertindak dan berbuat sesuai dengan jati diri
bangsa dari NEGARA yang mengutusnya. Hal ini juga berlaku kepada NABI dan RASUL
yang diutus ALLAH SWT ke muka bumi. Timbul pertanyaan, bagaimana dengan NABI
kita yaitu NABI MUHAMMAD SAW yang juga Duta Besar terakhir ALLAH SWT di muka
bumi? NABI MUHAMMAD SAW tanpa terkecuali juga melaksanakan apa-apa yang
mencerminkan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT yang merupakan Pengutus NABI
MUHAMMAD SAW itu sendiri. Adanya kondisi seperti ini kepada NABI MUHAMMAD SAW maka
NABI MUHAMMAD SAW akan mencerminkannya melalui tindak tanduk, omongan,
perbuatan, memberikan Taqrir atau memberikan suatu persetujuan atas sesuatu hal yang tidak
dilakukan oleh NABI MUHAMMAD SAW akan tetapi NABI memperbolehkannya.
Selanjutnya dengan adanya Tindak Tanduk, Perbuatan,
Omongan, Perkataan, atau Taqrir yang dilakukan oleh NABI MUHAMMAD SAW maka
lahirlah apa yang dinamakan dengan HADITS. Selanjutnya dengan adanya HADITS
yang berasal dari NABI MUHAMMAD SAW berarti terdapat Ketentuan-Ketentuan Baru
di luar yang ada dalam Al-Qur'an, ini
berarti NABI MUHAMMAD SAW telah menetapkan dan mengeluarkan SUNNAH yang harus
dijadikan patokan dan pedoman bagi umatnya dalam berbuat, bertindak dan
berperilaku.
(kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap
Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu[864] dan tidak akan kamu dapati
perobahan bagi ketetapan Kami itu.
(surat Al Israa' (17)
ayat 77)
[864]
Maksudnya: tiap-tiap umat yang mengusir Rasul pasti akan dibinasakan Allah.
demikian Itulah sunnah (ketetapan) Allah s.w.t.
Untuk menjamin SUNNAH yang berasal dari HADITS
berlaku sebagai sebuah pedoman untuk berbuat, untuk bertindak dan untuk
berperilaku maka ALLAH SWT memberikan Jaminan-Nya kepada SUNNAH atau KETENTUAN yang berasal
dari HADITS NABI MUHAMMAD SAW itu sepanjang HADITS tidak bertentangan dengan
ketentuan yang lebih tinggi yaitu AL-QUR'AN. ALLAH SWT memberikan jaminan
seperti ini dalam rangka menunjukkan bahwa ALLAH SWT selaku Pengutus NABI
MUHAMMAD SAW bertanggung jawab dengan apa-apa yang telah diperbuat oleh NABI
MUHAMMAD SAW di mata umatnya atau di mata kekhalifahan di muka bumi.
Sekarang
apa jadinya jika SUNNAH NABI MUHAMMAD SAW yang berasal dari HADITS dimentahkan
atau di anggap tidak berlaku atau dianggap tidak ada sama sekali oleh ALLAH SWT
sedangkan NABI MUHAMMAD SAW sudah menyatakan hal semua itu kepada umatnya? Jika
ini terjadi akan timbul kebimbangan, akan timbul kesimpangsiuran, akan timbul
ketidakpercayaan umat kepada NABI MUHAMMAD SAW selaku utusan ALLAH SWT yang pada
akhirnya dapat mengurangi atau meniadakan kemahaan dak kebesaran ALLAH SWT sebagai pengutus NABI MUHAMMAD SAW
ke muka bumi.
I. NABI dan RASUL RAHMAT seluruh
ALAM
Pabrikan menunjuk ATPM tentu bukan untuk menyusahkan konsumen, akan
tetapi untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen di dalam
memperoleh informasi, keterangan, layanan purna jual sehingga konsumen tidak
perlu pergi jauh-jauh ke tempat Pabrikan. Sekarang bagaimana dengan NABI
MUHAMMAD SAW sebagai Utusan ALLAH SWT di muka bumi? Hal yang sama juga berlaku
bagi NABI MUHAMMAD SAW, dimana NABI MUHAMMAD SAW di utus oleh ALLAH SWT ke muka
bumi bukan untuk menyusahkan umat manusia akan tetapi untuk memberikan panduan,
tuntunan bagi umatnya untuk melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sesuai
dengan KEHENDAK dari pencipta KEKHALIFAHAN
itu sendiri dan juga sebagai
Pembawa Berita Gembira dan juga sebagai
Pemberi Peringatan bagi seluruh umat manusia.
Jika ini yang diajarkan oleh NABI MUHAMMAD SAW kepada seluruh umatnya berarti NABI MUHAMMAD SAW tidak pernah mengajarkan
kepada umatnya, termasuk tidak pernah mengajarkank kepada diri kita, untuk berbuat seperti layaknya seorang
PROVOKATOR, menjadi PEMBOHONG,
Menyebarkan atau menjadi Penyebar FITNAH, maupun menyebarkan berita
bohong baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu introspeksilah diri
masing-masing jika hal-hal di atas ada pada diri kita.
dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(surat
Saba' (34) ayat 28)
Selanjutnya untuk mempertegas tentang NABI dan RASUL dan/atau tentang NABI MUHAMMAD SAW sebagai
Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi, akan
kami kemukakan beberapa ketentuan tentang NABI dan RASUL lainnya yang harus kita imani sebagai bagian
dari RUKUN IMAN yang ENAM berdasarkan firman-firman ALLAH SWT berikut ini:
a. Berdasarkan
surat Al Maa-idah (5) ayat 15-16 di bawah ini,
ALLAH SWT menerangkan bahwa RASUL bertugas untuk menerangkan isi dan
kandungan yang terdapat di dalam KITAB ALLAH SWT dalam hal ini adalah
Al-Qur'an. Sebenarnya apakah itu KITAB ALLAH SWT? KITAB ALLAH SWT merupakan
sebuah kumpulan dari KALAM ALLAH SWT yang disampaikan kepada NABI dan RASULNYA
atau kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui perantaraan MALAIKAT JIBRIL as untuk
dipergunakan bagi kepentingan Manusia menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di
muka bumi sehingga dapat dikatakan KITAB ALLAH SWT adalah sebuah buku PENUNTUN,
sebuah BUKU PEDOMAN, dan juga sebuah BUKU PANDUAN bagi keselamatan kekhalifahan
di muka bumi.
Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu
Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi
kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab
Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(surat
Al Maa-idah (5) ayat 15-16)
KITAB
ALLAH SWT dikatakan demikian dikarenakan isi dan kandungan dari KITAB AL-QUR'AN
tidak lain adalah CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri. Hal ini sangat
dimungkinkan dan sangat layak berlaku sebab ALLAH SWT sendiri adalah PEMILIK
yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PERAWAT, PENGAYOM dari langit dan bumi
beserta isinya termasuk diri kita, sehingga dengan kedudukan yang sempurna
seperti itu patut dan pantaslah jika Al-Qur'an dikatakan sebagai CERMINAN
dari KEMAHAAN ALLAH SWT yang pasti ditunjukkan dan
diperlihat oleh ALLAH SWT dalam KITABNYA. Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sebagai
NABI dan RASUL terakhir diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menyampaikan Isi dan
Kandungan Al-Qur'an maka NABI MUHAMMAD SAW merupakan juru bicara ALLAH SWT di muka bumi.
Al-Qur'an
yang di dalamnya sarat makna, tentu
tidak mudah untuk disampaikan, tidak mudah untuk di ajarkan, tidak mudah pula
di amalkan oleh umat manusia. Untuk itu
ALLAH SWT mengutus dan/atau mengirimkan NABI MUHAMMAD SAW sebagai Juru Bicara
untuk menerangkan dan melaksanakan serta mengajarkan isi kandungan Al-Qur'an
secara menyeluruh sehingga apa-apa yang terdapat di dalam Al-Qur'an dapat mudah untuk dipahami dan/atau
dapat dengan mudah dimengerti oleh umat manusia sesuai dengan keinginan dan
kehendak ALLAH SWT.
Selain daripada itu,
Al-Qur'an juga wajib kita IMANI sebagai
pelaksanaan RUKUN IMAN yang enam dalam
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.
Selanjutnya adakah maksud & tujuan lain dari diturunkannya Al-Qur'an?
Al-Qur'an diturunkan oleh ALLAH SWT
bukan hanya untuk menjelaskan dan menerangkan keberadaan ALLAH SWT melalui NABI
dan RASULNYA akan tetapi Al-Qur'an
diturunkan untuk dijadikan:
1) PETUNJUK
menuju jalan yang lurus sehingga keselamatan yang kita raih.
2) PEDOMAN
di dalam mengarungi kehidupan dalam rangka mendapatkan keridhaan ALLAH SWT.
3) PENUNTUN
dari jalan yang gelap menuju jalan terang dan/atau dari jalan sesat menuju
jalan yang lurus.
Jika
ini adalah kondisi maksud dan tujuan dari diturunkannya Al-Qur'an kepada umat manusia yang dibawa
oleh NABI MUHAMMAD SAW, masih maukah kita mengganti, menukar, atau menambah,
mengurangi, mengakali dan/atau menyusun ulang
Al-Qur'an yang disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok tertentu?
Jika kita berbuat seperti hal yang kami kemukakan di atas, maka hal itu tidak
ada bedanya kita mengganti atau merubah atau melanggar BUKU MANUAL yang telah dikeluarkan Pabrikan
mobil sehingga apabila terjadi kerusakan dari mobil yang kita beli akan menjadi TANGGUNG JAWAB PRIBADI
masing-masing pemilik. ALLAH SWT pun akan memberlakukan ketentuan yang sama
jika MANUSIA melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT mengenai
Al-Qur'an.
a.
Berdasarkan
surat Al Israa' (17) ayat 15 di bawah ini, ALLAH SWT menerangkan bahwa ALLAH
SWT tidak akan meng-azab manusia atau suatu kaum jika ALLAH SWT belum pernah
mengutus NABI/RASUL kepada kaum itu. Sedangkan jika manusia memperoleh hidayah
dari perbuatannya maka nikmat tersebut adalah untuk keselamatan dirinya
sendiri.Inilah salah satu bukti bahwa ALLAH SWT sangat sayang kepada manusia,
ALLAH SWT sangat adil kepada manusia, ALLAH SWT sangat bijaksana kepada manusia
serta ALLAH SWT sangat menjunjung tinggi prinsip FAIRPLAY, selanjutnya ada apakah
di balik kebijaksanaan ini? Seperti kita ketahui bersama bahwa ALLAH SWT
sebelum menciptakan manusia sudah mempersiapkan 2(dua) buah tempat kembali bagi
manusia, yaitu SYURGA dan NERAKA, dimana keduanya memiliki karakteristik yang
sangat berbeda jauh.
Adanya 2(dua) buah tempat kembali yang dipersiapkan
oleh ALLAH SWT maka diperlukanlah bagaimana cara mengisi ke dua tempat kembali
tersebut dengan seadil-adilnya. Adalah sangat zhalim jika ALLAH SWT tidak
memberitahukan terlebih dahulu akan adanya
suatu ketetapan dan suatu ketentuan sebelum memberlakukan dan/atau
mengenakan sanksi kepada manusia. Untuk itulah ALLAH SWT mengutus NABI atau
RASUL terlebih dahulu kepada suatu kaum dalam rangka mengemukakan adanya suatu
ketetapan dan ketentuan sehingga aturan main yang berlandaskan FAIRPLAY atau
ADIL di dalam rangka mengisi SYURGA dan NERAKA dapat terlaksana dengan baik.
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah
(Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri;
dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,
dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(surat
Al Israa' (17) ayat 15)
Jika
telah ada NABI atau RASUL yang telah diutus oleh ALLAH SWT maka terjadilah keseimbangan
informasi sehingga dikemudian hari tidak akan terjadi complain atau
keberatan akibat tidak dan/atau belum diberitahukannya ketentuan dan ketetapan
sebagai suatu aturan main oleh ALLAH SWT. Sehingga dapat dikatakan bahwa ALLAH
SWT yang juga adalah DZAT yang MAHA ADIL tentu ALLAH SWT tidak mau dianggap
tidak adil, berat sebelah, tidak fairplay, sebab hal ini akan mencoreng
KEMAHAAN yang dimiliki-Nya. ALLAH SWT jelas akan menunjukkan kepada seluruh
makhluknya bahwa ALLAH SWT adalah DZAT
yang memiliki KEMAHAAN yang tidak diragukan lagi keberadaan-Nya.
c.
Berdasarkan
menurut surat An Nahl (16) ayat 36 di bawah ini, diterangkan bahwa salah satu tugas pokok yang
harus dilaksanakan oleh Nabi atau Rasul adalah Menyeru umatnya untuk Menyembah
ALLAH SWT saja dan menjauhi THAGHUT. Ini berarti bahwa NABI atau RASUL
diharuskan mengajarkan kepada umatnya apa yang dinamakan dengan BERIMAN
kepada ALLAH SWT saja sehingga dalam
keseharian yang kita jalankan hendaknya selalu bersama dengan ALLAH SWT.
dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan
baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(surat
An Nahl (16) ayat 36)
d. Berdasarkan
surat Ash Shaff (61) ayat 9 di bawah ini,
ALLAH SWT menerangkan bahwa NABI/RASUL di utus oleh ALLAH SWT hanya
untuk membawa PETUNJUK dan AGAMA yang benar yang berasal dari ALLAH SWT semata.
NABI dan RASUL di dalam melaksanakan tugasnya harus dapat menjadikan AGAMA yang
dibawanya menjadi AGAMA yang paling SEMPURNA di muka bumi apapun
resikonya. Selanjutnya bolehkah NABI
atau RASUL melaksanakan tugas di luar apa-apa yang telah ditentukan oleh ALLAH
SWT? NABI atau RASUL tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan oleh ALLAH SWT
berbuat dan berkehendak di luar apa-apa yang menjadi tugas pokoknya. Sekarang
bagaimana dengan MANUSIA atau diri kita jika tidak mau menerima PETUNJUK dan
AGAMA yang BENAR yang berasal dari ALLAH SWT melalui NABI dan RASULNYA?
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa
petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala
agama-agama meskipun orang musyrik membenci.
(surat
Ash Shaff (61) ayat 9)
Seperti halnya konsumen yang
tidak mau menerima apa-apa yang tercantum di dalam buku manual, maka ALLAH SWT
pun akan mengenakan sanksi kepada manusia yang tidak mau menerima Petunjuj dan
Agama yang benar yang disampaikan oleh ALLAH SWT melalui NABI dan RASULNYA.
a.
Berdasarkan surat Al Israa' (17) ayat 110 di bawah
ini, NABI MUHAMMAD SAW adalah penuntun yang mengajarkan dan yang mencontohkan
bagaimana cara untuk menjalankan syariat Diinul Islam. Dengan demikian NABI
MUHAMMAD SAW menjadikan dirinya sendiri sebagai suri teladan dan/atau pemberi
contoh atas ajaran-ajaran yang termaktub dalam kitab atau risalah yang telah
diterimanya. Adanya NABI MUHAMMAD SAW sebagai Nabi dan Rasul yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh ALLAH SWT maka umat manusia akan mendapatkan pelajaran,
wejangan, contoh atas apa-apa yang telah ALLAH SWT perintahkan.
Katakanlah:
“Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru,
Dia mempunyai Al Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu.
(surat Al Israa’ (17) ayat 110)
Jika NABI MUHAMMAD SAW sudah
mengajarkan kepada kita agar jangan sampai mengeraskan suara dan juga jangan
pula terlalu merendahkan suara sewaktu shalat, sudahkah kita melaksanakannya
dengan baik? Selanjutnya kita juga diperkenankan untuk berdoa kepada ALLAH SWT
melalui kebesaran ASMAUL HUSNA, sudahkah kita melakukannya?
f. Berdasarkan surat An Naml (27) ayat 46 dan
surat Huud (11) ayat 52 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW akan memberikan contoh
dan tuntunan bagi MANUSIA termasuk kepada diri kita, untuk menuju atau untuk memperoleh atau untuk
mendapatkan Ampunan dan Rahmat dari ALLAH SWT.
Dia
berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum
(kamu minta) kebaikan? hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu
mendapat rahmat".
(surat An Naml (27) ayat 46)
dan
(dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa."
(surat Huud (11) ayat 52)
g.
Berdasarkan surat Ar Rad' (13) ayat
30 dan surat An Nahl (16) ayat 36 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW juga bertugas
untuk memberikan tuntunan, petunjuk dan cara bagi MANUSIA di dalam melaksanakan
Ketauhidan atau beraqidah hanya kepada ALLAH SWT.
Demikianlah,
Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa
umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami
wahyukan kepadamu, Padahal mereka kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah.
Katakanlah: "Dia-lah Tuhanku tidak ada Tuhan selain dia; hanya kepada-Nya
aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat".
(surat Ar Ra'd 13) ayat 30)
Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu, maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(surat
An Nahl (16) ayat 36)
Kenapa
harus melalui Ilmu Tauhid? Hal ini dikarenakan Ilmu Tauhid adalah Ilmu MENGENAL
ALLAH SWT, Ilmu Menghargai keberadaan ALLAH SWT serta Ilmu untuk BERHUBUNGAN
kepada ALLAH SWT. TAUHID merupakan Dasar
atau Pondasi Keimanan seorang.Tanpa
Iman kepada ALLAH SWT atau tanpa
percaya kepada ALLAH SWT, maka tidaklah mungkin seseorang dapat dikatakan telah
melaksanakan Rukun Iman. Jika kita
percaya akan adanya ALLAH SWT maka
kita wajib mempercayai adanya
Malaikat ALLAH, Kitab ALLAH, Rasul ALLAH, adanya Hari Kiamat (Hari
Berbangkit), serta Qhada dan Qadar, Taqdir ALLAH, secara satu kesatuan yang tidak terpisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya.
Jika RASUL tidak diturunkan oleh ALLAH
SWT sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi dan/atau pemberi contoh suri tauladan
dalam ketauhidan, dapatkah kita mengetahui tentang ketauhidan dengan baik dan
benar sesuai dengan keinginan ALLAH SWT? Di sinilah ALLAH SWT menunjukkan serat
memperlihatkan kehebatan, kesempurnaan, kepiawaian di dalam merencanakan adanya
Rukun IMAN, Rukun ISLAM dan IKHSAN melalui utusanNya yaitu NABI MUHAMMAD SAW.
h. Berdasarkan surat Al Ankabut (29) ayat 18 di
bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW hanya bertugas untuk Menyampaikan, Mengajarkan,
Menyebarluaskan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya Agama yang Haq
dari AGAMA ALLAH SWT.
Dan jika kamu (orang kafir)
mendustakan maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban
rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah)dengan
seterang-terangnya.
(surat
Al Ankabut (29) ayat 18)
Adakah Agama selain DIINUL
ISLAM yang boleh disampaikan oleh NABI MUHAMMAD SAW? ALLAH SWT hanya
memperbolehkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM saja yang wajib disampaikan,
disebarkan, di ajarkan oleh NABI MUHAMMAD SAW kepada seluruh umat manusia.
ia berkata:
"Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku
(hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku
Lihat kamu adalah kaum yang bodoh".
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 23)
i. Berdasarkan surat An Anfaal (8) ayat 20 di bawah ini, NABI
MUHAMMAD SAW bertugas untuk menyuruh, memerintahkan, MANUSIA agar ia mentaati dirinya sebagai NABI
dan RASUL ALLAH SWT yang terakhir. Sebagai Nabi dan Rasul terakhir NABI
MUHAMMAD SAW mempunyai tugas yang maha penting yaitu untuk selalu menyuruh
manusia untuk taat hanya kepada ALLAH
SWT dan RASULNYA. Menyuruh manusia untuk taat dan patuh kepada ALLAH SWT dan
RASULNYA tidak lain untuk melaksanakan DUA KALIMAT SAHADAT yang merupakan salah
satu pelaksanaan RUKUN ISLAM.
Hai orang-orang yang
beriman, ta’atlah kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berpaling dari
padaNya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahNya).
(surat
An Anfaal (8) ayat 20)
Katakanlah:
"Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka
Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan
jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain
kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".
(surat An Nuur (24) ayat 54)
Memberikan pernyataan
SHAHADAT merupakan Syarat Mutlak untuk menjadi seorang MUKMIN sejati. Tanpa
mengucapkan SHAHADAT kita tidak dapat dikatakan telah beragama dan memeluk
DIINUL ISLAM. Jika Rasul menyuruh taat dan patuh kepada ALLAH SWT dan RASULNYA
berarti RASUL wajib mengajarkan dan mencontohkan serta menjadi teladan di dalam
menjalankan dan melaksanakan DIINUL ISLAM.
j. Berdasarkan surat Asy Syu'araa (26) ayat 164
di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW selaku NABI dan RASUL terakhir ALLAH SWT di
muka bumi tidak diperkenankan untuk meminta UPAH apapun juga kepada UMATNYA.
dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; Upahku
tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam.
(surat Asy Syu'araa' (26)
ayat 164)
Ini adalah
larangan ALLAH SWT kepada seluruh NABI dan RASULNYA yang telah ditunjuk menjadi
MANUSIA-MANUSIA PILIHAN sebab yang berhak memberikan UPAH bagi NABI dan RASUL
hanya ALLAH SWT. selanjutnya jika NABI dan RASUL saja sudah mencontohkan kepada
kita untuk tidak meminta apapun kepada umatnya, maka apakah kita tetap akan
tetap pamrih jika beribadah kepada ALLAH SWT? Ungkapan atau kata-kata dari
salah satu sahabat NABI yaitu Ali bin Abi Thalib r.a. di bawah ini kiranya
dapat dijadikan pembelajaran bagi kita
di dalam melaksanakan ibadah.
“Suatu kaum menyembah Allah karena mengharapkan
sesuatu, maka itu adalah ibadahnya pedagang,
dan suatu kaum menyembah Allah karena takut murka
Allah maka itu adalah ibadahnya budak, dan
suatu kaum
menyembah Allah karena ungkapan syukur kepada-Nya, maka itulah ibadahnya
orang-orang yang bebas merdeka.”
(Ali
bin Abi Thalib r.a)
k. Berdasarkan surat An Naml (27) ayat 47 di
bawah ini, NABI MUHAMMAD
SAW dapat memintakan AMPUN atau
memberikan SYAFAAT bagi orang-orang yang beriman di waktu hari kiamat dan/atau
hanya akan diberikan kepada orang-orang yang telah memenuhi syarat dan
ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT saja. Hal yang harus kita perhatikan
adalah saat ini sampai dengan hari kiamat, SYAFAAT NABI MUHAMMAD SAW tidak ada
atau belum dapat diberlakukan sebab NABI MUHAMMAD SAW saat ini sudah meninggal
dunia.
Dia berkata: “Hai kaumku
mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah
kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.
(surat
An Naml (27) ayat 46)
Sekarang maukah kita
dimintakan ampun kepada ALLAH SWT oleh NABI MUHAMMAD SAW? Jika kita mau di
ampuni oleh ALLAH SWT baik melalui ampunan yang di ajukan oleh NABI MUHAMMAD
SAW pada waktu hari berhisab dan/atau meminta sendiri secara langsung pada saat
masih hidup di dunia ini, caranya sangat mudah yaitu cukup laksanakan Rukun
Iman, Rukun Islam dan Ikhsan dalam satu kesatuan dan/atau laksanakan DIINUL
ISLAM secara KAFFAH. Jika kita dapat melaksanakannya sesuai dengan kehendak
ALLAH SWT dapat dipastikan ALLAH SWT akan memberikan ampunan-Nya kepada diri
kita.
Pembaca,
itulah sebahagian dari pengertian dari RASUL
ALLAH SWT beserta tugasnya yang
akan kita jadikan pedoman dan tuntunan bagi diri kita untuk melaksanakan tugas
sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
2. CARA NABI dan RASUL
BERDAKWAH & MENGHADAPI LAWAN
ATPM sebagai perpanjangan tangan Pabrikan tidak dapat bertindak sesuai
dengan kemauan diri sendiri. Untuk itu ATPM harus selaras, serasi dan seimbang
terlebih dahulu dengan Pabrikan barulah ATPM
dapat menjalankan tugas sebagaimana yang diharapkan oleh Pabrikan. Agar
terjadi pemahaman yang sama antara ATPM dan Pabrikan maka dibuatlah STANDARD
OPERATION yang baku sebagai acuannya. Hal yang sama juga berlaku pada saat NABI
MUHAMMAD SAW di utus sebagai DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi. Agar antara
NABI MUHAMMAD SAW selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT maka ALLAH SWT menurunkan AL KITAB dan DIINUL
ISLAM sebagai ACUAN bagi NABI dan RASUL menjalankan tugas. Selanjutnya seperti
apakah cara dan methode NABI dan RASUL termasuk NABI MUHAMMAD SAW di dalam
menjalankan tugasnya? Berikut ini akan
kami kemukakan mekanisme kerja NABI dan RASUL
termasuk mekanisme kerja NABI MUHAMMAD SAW sewaktu menjalankan tugas
sebagai DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi.
A. Memberikan TELADAN Terlebih
Dahulu
Seorang DUTA BESAR, katakanlah Duta Besar Indonesia
untuk Amerika Serikat, pada waktu melakukan tugas di Amerika
Serikat maka ia harus mampu dan mengerti
serta dan mengetahui secara rinci tentang Indonesia. Adanya pengetahuan yang
MAKSIMAL tentang Indonesia yang dimiliki Duta Besar maka ia akan mampu berbuat
dan menerangkan serta dapat menampilkan Indonesia yang sesuai dengan martabat
bangsa dan negara Indonesia yang berdaulat atau dengan kata lain Duta
Besar Indonesia harus dapat menjadikan dirinya sendiri
sebagai cerminan dari Indonesia sebagai
NEGARA yang mengutusnya. Adanya kondisi seperti ini baik dan buruknya bangsa dan negara
Indonesia sangat tergantung kepada
keberhasilan DUTA BESAR mempromosikan dan memperkenalkan Indonesia di Amerika Serikat.
Jika hal ini dapat dilakukan oleh seorang DUTA BESAR, sekarang bagaimana
dengan NABI MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi? NABI
MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH SWT juga harus mengetahui secara pasti
tentang ALLAH SWT termasuk di dalamnya tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dan
juga tentang DIINUL ISLAM. Adanya kemampuan ini maka NABI MUHAMMAD SAW harus
mampu pula menampilkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT melalui dirinya
sendiri.
Selanjutnya seperti apakah yang ditampilkan oleh NABI MUHAMMAD SAW di
dalam menunjukkan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT melalui dirinya sendiri?
ALLAH SWT selaku PENGUTUS dari NABI MUHAMMAD SAW adalah DZAT yang memiliki
KESEMPURNAAN dan KEMAHAAN serta KEBESARAN yang tidak akan ada yang mampu
mengalahkannya. ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA tentu dalam bertindak juga
harus mencerminkan pula kemahaan yang dimilikinya.
Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka
katakan, dan kamu sekali- kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka
beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.
(surat
Qaaf (50) ayat 45)
Untuk itu NABI MUHAMMAD SAW harus dapat menjalankan
tugas yang mencerminkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT sebagai pengutusnya.
Agar NABI dan RASUL atau NABI MUHAMMAD SAW sukses melaksanakan tugas sebagai
Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi maka ALLAH SWT menurunkan Wahyu dan
menciptakan DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya konsep ILAHIAH di dalam
melaksanakan program kekhalifahan di muka bumi. Untuk itu lihatlah,
perhatikanlah, renungkanah serta perbandingkanlah kondisi dasar MUHAMMAD bin
ABDULLAH sebelum menerima Wahyu dari ALLAH SWT dengan kondisi NABI MUHAMMAD SAW
setelah menerima Wahyu dari ALLAH SWT,
di bawah ini:
1.
Kondisi
dasar MUHAMMAD bin ABDULLAH dan/atau kondisi sebelum menerima WAHYU adalah Manusia Biasa, Ummi, Tidak Pernah Belajar,
Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari
Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati
dan Rajin serta Terpercaya, sedangkan,
2. Kondisi NABI MUHAMMAD SAW setelah
menerima WAHYU dari ALLAH SWT adalah pribadi yang memiliki bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan
pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai
kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan,
kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna, jujur, terpercaya,
serta berwibawa.
Adanya WAHYU yang diturunkan ALLAH SWT kepada MUHAMMAD bin ABDULLAH
melalui perantaraan MALAIKAT JIBRIL as, merupakan salah satu cara ALLAH
SWT agar NABI MUHAMMAD SAW sukses
menjadi Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi. Jika ini adalah kondisinya maka NABI
MUHAMMAD SAW sewaktu menjalankan tugas menjadi Duta Besar ALLAH SWT di muka
bumi mempunyai kondisi dasar sebagai berikut: NABI dan RASUL yang memiliki bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan
pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai
kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan,
kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna, jujur, terpercaya,
serta berwibawa. Adanya perbedaan yang
sangat mencolok dalam diri NABI MUHAMMAD SAW sebagai manusia biasa antara
sebelum menerima WAHYU dengan sesudah
menerima WAHYU.
Timbul pertanyaan TATA KERJA yang manakah yang akan kita jadikan PANUTAN, IKUTAN, CONTOH dan
TELADAN, apakah TATA CARA sebelum adanya WAHYU ataukah TATA CARA setelah
adanya WAHYU? TATA KERJA yang harus kita
jadikan pedoman, panutan dan teladaan adalah TATA KERJA setelah adanya WAHYU dari ALLAH SWT sebab dengan telah
adanya WAHYU dari ALLAH SWT maka berubahlah MUHAMMAD bin ABDULLAH menjadi NABI
MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL. Selanjutnya agar NABI MUHAMMAD SAW mampu
mencerminkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT melalui tugas yang diembannya,
maka segala tindakan NABI MUHAMMAD SAW tidak bisa keluar dari GARIS-GARIS BESAR
HALUAN ALLAH SWT yaitu DIINUL ISLAM. Selanjutnya apakah yang dilakukan oleh
NABI MUHAMMAD SAW? Tindakan dan perbuatan NABI MUHAMMAD SAW akan selalu
berpedoman kepada SIFAT MA'ANI ALLAH SWT dan juga ASMA ALLAH SWT yang berjumlah 99 perbuatan. Untuk
itu lihatlah hal-hal sebagai berikut:
1. jika ALLAH SWT adalah AL LATIEF
atau MAHA LEMBUT maka tindakan dan
perbuatan NABI MUHAMMAD SAW di dalam mengajarkan DIINUL ISLAM selalu dengan
cara lemah lembut, penuh perhatian, mengedepankan bukti dibandingkan tindakan kekerasan.
2. jika ALLAH SWT adalah AL MAJIID
atau MAHA MULIA maka tindakan dan perbuatan NABI MUHAMMAD SAW di dalam
mengajarkan DIINUL ISLAM selalu dengan cara tidak mempermalukan orang lain akan
tetapi dengan cara-cara terhormat dan mulia.
3. jika ALLAH SWT adalah AL HAQ atau
MAHA BENAR maka tindakan dan perbuatan NABI MUHAMMAD SAW di dalam mengajarkan
DIINUL ISLAM selalu dengan UTUH, KAFFAH, tidak dikurangi atau tidak
dirubah-rubah.
4. Demikian seterusnya sesuai dengan
ASMA ALLAH SWT yang berjumlah 99 perbuatan.
Jika methode dan tata kerja yang seperti ini yang di ajarkan dan yang dicontohkan
serta yang diteladankan oleh NABI MUHAMMAD SAW selaku UTUSAN ALLAH SWT yang
terakhir, sudahkah kita sebagai umatnya melakukan itu semua? Kami yakin bahwa pembaca buku ini adalah orang-orang yang
telah mampu mencontoh dan meneladani serta menjadikan NABI MUHAMMAD SAW panutan
sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
B. Mengadukan Kepada ALLAH SWT
Sewaktu kita bekerja, apakah segala sesuatu yang kita kerjakan hanya
berdasarkan keinginan kita semata ataukah harus sesuai dengan kebijakan
perusahaan? Jika kita adalah pekerja yang baik maka setiap pekerjaan yang kita
lakukan haruslah sesuai dengan kebijakan perusahaan yang berlaku.Selanjutnya,
jika dalam suatu pekerjaan timbul permasalahan, apakah kita diam saja ataukah
kita mengadukannya kepada direksi perusahaan? Sepanjang direksi perusahaan
tidak diberi tahu, maka segala urusan yang menyangkut tentang pekerjaan menjadi
tanggung jawab kita. Sehingga jika terjadi kesalahan maka kesalahan tersebut juga
menjadi tanggung jawab kita dan jika terjadi keruwetan maka keruwetan tersebut
menjadi tanggung jawab kita atau dengan kata lain segala resiko yang timbul
tanggung sendiri akibatnya. Sekarang apa yang terjadi jika persoalan yang kita
hadapi kita laporkan kepada direksi perusahaan? Adanya laporan kepada direksi
tentang persoalan pekerjaan, berarti:
1.
Direksi akan membantu mencarikan jalan keluar yang
terbaik agar nama baik perusahaan tetap terjaga dan/atau kredibilitas
perusahaan di mata konsumen tetap terjaga.
2.
Direksi akan ikut terjun langsung memperbaiki
persoalan yang kita hadapi.
3.
Direksi mengambil alih tanggung jawab pekerjaan yang
sedang kita lakukan.
Jika hal ini yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanakah
dengan NABI MUHAMMAD SAW dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapinya
sewaktu menjadi Duta Besar ALLAH SWT di
muka bumi? NABI MUHAMMAD SAW sebagai utusan juga melaporkan segala sesuatu yang
dihadapinya kepada yang mengutusnya. Adanya laporan yang dilakukan oleh NABI
MUHAMMAD SAW kepada ALLAH SWT maka :
1. ALLAH SWT akan membantu
mencarikan jalan keluar yang terbaik agar nama baik ALLAH SWT tetap sesuai
dengan KEMAHAAN dan KEBESARAN yang dimiliki-Nya.
2. ALLAH SWT akan ikut terjun
langsung memperbaiki persoalan yang dihadapi NABI MUHAMMAD SAW dengan
menurunkan WAHYU melalui perantaraan Malaikat Jibril as.
3. ALLAH SWT mengambil alih tanggung
jawab pekerjaan yang sedang NABI MUHAMMAD SAW lakukan.
Sekarang bagaimana dengan diri kita yang sedang melaksanakan tugas
sebagai KHALIFAH di muka bumi, apakah kita diam saja dengan persoalan yang kita
hadapi ataukah mengadukan kepada ALLAH SWT?
tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan
Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan
dalam urusan kami[235] dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir".
(surat
Ali Imran (3) ayat 147)
[235]
Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah s.w.t.
Sebagai manusia,
sebagai khalifah ALLAH SWT di muka bumi
kitapun mempunyai HAK yang sama seperti NABI MUHAMMAD SAW yaitu dapat pula
mengadukan segala urusan, segala persoalan, segala permasalahan, yang sedang
kita hadapi baik itu masalah keluarga, anak, pendidikan, pekerjaan, dan lain
sebagainya. ALLAH SWT tidak pernah melarang umatnya untuk mengadukan,
mengajukan, memohon, segala sesuatu jika umatnya memiliki persoalan hidup di
dunia. ALLAH SWT justru akan marah jika sampai umatnya tidak mau mengadukan,
mengajukan, memohon segala sesuatu kepada ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT akan
marah jika diri kita malah mengadukan,
memohon kepada selain ALLAH SWT.
Untuk
itu jangan sampai kita melakukan hal tersebut sebab keberadaan diri kita di
muka bumi atas kehendak ALLAH SWT. Adanya pengaduan, adanya permohonan, adanya
upaya untuk meminta sesuatu kepada ALLAH SWT merupakan sesuatu hal yang sangat
DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT. Hal ini dikarenakan SIFAT dan ASMA yang berjumlah
99 perbuatan yang dimiliki ALLAH SWT bukanlah untuk diri ALLAH SWT melainkan
untuk umatnya termasuk di dalamnya untuk diri kita. Selanjutnya sebagai
umat-Nya sudahkah kita merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT seperti
kita merasakan nikmatnya SAMBAL LADO yang selalu kita rasakan berulang-ulang?
C. Sabar
Sewaktu di tugaskan ke daerah oleh perusahaan, maka kita harus melaporkan
apa-apa yang terjadi kepada kantor pusat. Kantor Pusat akan memberikan jawaban,
akan memberikan ketentuan yang terjadi di daerah. Selanjutnya apa yang kita
lakukan jika kita telah melaporkan permasalahan yang terjadi di daerah kepada kantor
pusat, namun kantor pusat belum juga memberi jawaban? Untuk itu kita harus
sabar menunggu sampai jawaban diberikan oleh kantor pusat, terkecuali jika kita
mau mengambil RESIKO yang timbul. Selanjutnya bagaimana dengan NABI MUHAMMAD
SAW di dalam menjalankan tugasnya di muka bumi? Sebagai UTUSAN ALLAH SWT di
muka bumi tentu NABI MUHAMMAD SAW tidak bisa bertindak semaunya tanpa ada
persetujuan dari ALLAH SWT. Untuk itu NABI MUHAMMAD SAW pun akan berbuat hal
yang sama dengan menunggu jawaban dari ALLAH SWT dari setiap persoalan yang
dihadapinya sewaktu menjalankan tugas di muka bumi seperti yang terdapat dalam
surat Al A'raaf (7) ayat 87 di bawah ini.
jika ada segolongan daripada
kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula)
segolongan yang tidak beriman, Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan
hukumnya di antara kita; dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.
(surat Al A'raaf (7)
ayat 87)
NABI MUHAMMAD SAW sebagai DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi tentu
akan berbuat dan bertindak di dalam
koridor yang selalu mencerminkan KEMAHAAN dan KEMULIAAN dari yang mengutusnya.
Jika ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA
SABAR maka NABI MUHAMMAD SAW pun dalam bertindak dan berbuat harus mencerminkan
pula KEMAHASABARAN yang dimiliki ALLAH SWT di dalam setiap
ucapan, perbuatan, maupun contoh dan teladan yang disampaikannya. NABI MUHAMMAD
SAW selalu bertindak dan berbuat secara perlahan namun pasti sehingga
tindakannya tidak tergesa-gesa, tidak
pernah grasa-grusu, penuh perhitungan, matang dalam bertindak, lemah lembut,
sopan, serta penuh pengertian. NABI MUHAMAMD SAW melakukan hal ini dikarenakan
segala aktivitas, segala ucapan, segala perbuatan, segala yang disetujui oleh
BELIAU akan melahirkan apa yang dinamakan dengan HADITS.
Sekarang apa jadinya
jika HADITS yang tidak lain adalah TAFSIR dari AL-QUR'AN isinya saling
bertentangan? Hal ini tidak boleh terjadi, sebab kedudukan HADITS yang lebih
rendah dari kedudukan AL-QUR'AN maka ketentuan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi, apalagi menggantikan ketentuan
yang lebih tinggi.
Ketika Aisyah ra, ditanya tentang Akhlak
Rasulullah SAW maka dia menjawab, "Akhlaknya adalah Al-Qur'an."
(HR Abu Dawud dan Muslim)
Selanjutnya bagaimana dengan HADITS yang kami kemukakan di atas ini?
HADITS di atas menerangkan bahwa AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW selaku DUTA BESAR
ALLAH SWT di muka bumi adalah AL-QUR'AN. Ini berarti segala tindak tanduk NABI
MUHAMMAD SAW selaku DUTA BESAR ALLAH SWT harus sesuai dengan BUKU MANUAL yang
telah diturunkan oleh ALLAH SWT sehingga apa-apa yang terkandung dalam BUKU
MANUAL tersebut akan nampak di dalam kepribadian, perbuatan dari NABI MUHAMMAD
SAW.
Adanya kondisi seperti ini antara HADITS dan AL-QUR'AN aslinya dan/atau
kondisi awalnya sudah dalam keadaan yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT
dan/atau isi HADITS tidak saling bertentangan dengan AL-QUR'AN. Selanjutnya
sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, bagaimana dengan
HADITS yang kami kemukakan di bawah ini, apakah HADITS ini hanya berlaku untuk
NABI MUHAMMAD SAW selaku UTUSAN ALLAH SWT di muka bumi ataukah berlaku juga
untuk diri kita sebagai umatnya yang saat ini sedang melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi? HADITS di bawah ini bukan hanya untuk NABI MUHAMMAD SAW
semata, akan tetapi HADITS ini berlaku pula untuk semua orang termasuk untuk
diri kita sepanjang diri kita mampu memenuhi segala syarat dan ketentuan yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT.
ALLAH
SWT berfirman dalam Hadits Qudsi:
Hamba-Ku
senatiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan hal-hal yang sunnat,
sehingga ia Kusenangi dan Kucintai. Karenanya Aku-lah yang menjadi
pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia
melihat, lidahnya yang dengannya ia bertutur kata dan Akal yang denganya ia
berfikir.
Apabila
ia berdoa kepada-Ku, Aku perkenankan doanya. Apabila ia meminta sesuatu
kepada-Ku niscaya Aku mengurniainya, dan apabila ia meminta pertolongan
kepada-Ku, niscaya Aku menolongnya.Ibadah yang dilakukannya kepada-Ku yang
paling Aku senangi ialah menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya untuk-Ku
(HQR At
Thabarani dalam Kitab Al Kabiir yang bersumber dari Abu Umamah)
Jika ini keadaannya adakah yang susah, adakah yang akan menghalangi,
adakah gangguan syaitan dan ahwa lagi,
sewaktu kita menjadi KHALIFAH di muka bumi? Semoga pembaca buku ini termasuk orang-orang yang telah merasakan apa
yang terdapat di dalam HADITS yang kami kemukakan di atas ini. Selanjutnya
sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi, apa yang harus kita perbuat, apa yang
harus kita lakukan dengan adanya RASUL ALLAH SWT? Jika kita berkeinginan
untuk tetap berada di dalam
KEHENDAK ALLAH SWT maka kita harus:
1) SAMBUT dan IMANI NABI MUHAMMAD SAW dengan cara memenuhi seruan ALLAH
SWT dan seruan RASUL.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu[605], ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya[606] dan
(surat Al Anfaal (8) ayat
24)
[605]
Maksudnya: menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat
membinasakan musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. juga berarti menyeru
kamu kepada iman, petunjuk Jihad dan segala yang ada hubungannya dengan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
[606]
Maksudnya: Allah-lah yang menguasai hati manusia.
2) MENTAATI RASUL sesungguhnya maka ia telah mentaati ALLAH SWT dan jangan berpaling dari ketaatan
itu.
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya
ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu),
Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].
(surat
An Nisaa' (4) ayat 80)
[321]
Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak
menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.
3) Setiap PENGIKUT RASUL akan diuji terlebih dahulu oleh ALLAH SWT
dalam rangka untuk menguji kadar keimanan yang ada di dalam diri.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,
Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu
Amat dekat.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 214)
4) Setiap MANUSIA akan dimintakan kesaksiannya tentang NABI dan RASUL
yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi.
Maka Sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus
Rasul-rasul kepada mereka dan Sesungguhnya Kami akan menanyai (pula)
Rasul-rasul (Kami),
(surat Al A'raaf (7)
ayat 6)
5. ALLAH SWT akan memberikan bimbingan kepada MANUSIA melalui NABI dan RASUL yang telah di
utus-Nya.
keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan,
(surat An Nahl (16)
ayat 44)
[829]
Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat
dalam Al Quran.
6) Ikutilah petunjuk, nasehat, perintah, suri teladan dari NABI dan
RASUL maka SELAMATLAH diri kita masing-masing.
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka
Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya
sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami
tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(surat Al Israa' (17)
ayat 15)
dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia
menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat
kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan
keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus,
(surat Al Hujuraat
(49) ayat 7)
Pembaca yang kami hormati, sudahkah anda semua dapat
meletakkan posisi ALLAH SWT dan posisi NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL
terakhir, sesuai dengan peran dan kedudukannya masing-masing? ALLAH SWT selaku
inisiator, pencipta dan pemilik dari langit dan bumi dapat dipastikan posisinya
Lebih Tinggi dan Lebih Mulia, Lebih Hebat di bandingkan dengan posisi NABI
MUHAMMAD SAW selaku Utusan-Nya. Hal yang harus di ingat adalah Pengutus selalu
lebih berkuasa dari yang Di utus. Untuk itu jangan pernah mengkultuskan NABI
MUHAMMAD SAW tetapi KULTUSKANLAH ALLAH SWT sebagai satu-satu TUHAN yang Berhak
di sembah di jagat raya ini sedangkan kepada NABI MUHAMMAD SAW jadikan BELIAU
sebagai Panutan, Contoh dan Teladan sewaktu menjalankan tugas di muka bumi
sehingga diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.
3. Apa yang akan kita peroleh
dari IMAN kepada RASUL
Sewaktu kita memperoleh Kartu Garansi dari Pabrikan, maka sepanjang Kartu
Garansi itu masih berlaku tentu kita akan memperoleh Layanan Purna Jual dari Pabrikan atas produk yang telah kita
beli. ALLAH SWT juga akan memberikan hal yang sama setelah kita melaksanakan
IMAN kepada RASUL sebagai bagian dari pelaksanaan RUKUN IMAN yang enam dalam
satu kesatuan yang tidak terpisahkah. Apakah yang akan ALLAH SWT berikan? Berikut
ini akan kami sampaikan beberapa hal yang akan kita peroleh jika kita telah
melaksanakan IMAN kepada RASUL yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, yaitu:
A. Menjadi HAMBA ALLAH SWT
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, maukah kita menjadi HAMBA ALLAH SWT
sehingga kita akan di tolong ALLAH SWT sehingga
dapat menghantarkan diri kita sebagai
PEMENANG dari program KEKHALIFAHAN di muka bumi? Rasanya tidak ada
satupun KHALIFAH di muka bumi yang akan menolak menjadi HAMBA ALLAH SWT.
Selanjutnya adakah syarat dan ketentuan khusus yang ditetapkan ALLAH SWT agar
diri kita menjadi HAMBA ALLAH SWT? ALLAH SWT melalui surat Al Maa-idah (5) ayat
55-56 menunjukkan syarat dan ketentuannya, yaitu: cukup dengan BERIMAN kepada
ALLAH SWT dan RASULNYA, lalu dirikanlah SHALAT dan TUNAIKAN ZAKAT seraya tunduk
patuh kepada ALLAH SWT maka kita akan menjadi HAMBA ALLAH SWT.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut
(agama) Allah[423] Itulah yang pasti menang.
(surat
Al Maa-idah (5) ayat 55-56)
[423] Yaitu: orang-orang
yang menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai
penolongnya.
SYARAT yang diminta ALLAH SWT
tidak terlalu sulit dan sangat mudah dilaksanakan yaitu CUKUP dengan
BERIMAN lalu dirikan SHALAT dan tunaikan ZAKAT maka kita akan menjadi PEMENANG
di dalam mengarungi program KEKHALIFAHAN
di muka bumi sehingga kita berhak memperoleh tiket untuk masuk SYURGA. Inilah
salah satu janji ALLAH SWT yang harus kita jadikan KEIMANAN dengan
sebaik-baiknya. Sekarang jika ALLAH SWT sudah berani menjanjikan seperti ini
kepada diri kita, apakah janji ALLAH SWT ini akan kita sia-siakan begitu saja?
Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI tentu kita akan berusaha untuk
mendapatkan janji ALLAH SWT.
B. DOSA DIAMPUNKAN
ALLAH SWT melalui surat An Nuur (24) ayat 62 di bawah ini menerangkan
bahwa NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir diberikan hak oleh
ALLAH SWT untuk memohonkan ampunan kepada ALLAH SWT atas dosa dan kesalahan
yang dilakukan oleh hambanya dan/atau NABI MUHAMMAD SAW diberikan hak untuk
memberikan SYAFAAT kepada hambanya. Timbul pertanyaan, apakah fasilitas
tersebut di atas akan diberikan kepada seluruh hamba atau kepada seluruh
KHALIFAH? Dalam kehidupan sehari-hari, Produsen hanya akan memberikan layanan
purna jual khusus kepada Konsumen sepanjang barang yang telah dibelinya masih
di dalam masa garansi yang tertuang di dalam kartu garansi. Adanya keterkaitan
secara langsung antara barang yang dibeli, dengan Produsen yang diback-up
dengan kartu garansi maka barulah Konsumen dapat menikmati janji-janji Produsen
yang tertuang dalam promo penjualan.
Kondisi ini juga berlaku pada saat
NABI MUHAMMAD SAW mengajukan permohonan ampunan kepada ALLAH SWT dan/atau
memberikan SYAFAAT kepada umatnya, dimana NABI MUHAMMAD SAW hanya akan
mengajukan dan memberikan itu semua TERBATAS kepada hambanya yang berkaitan
langsung dengan ALLAH SWT melalui dirinya (maksudnya BERIMAN kepada ALLAH SWT
dan BERIMAN kepada RASUL secara berbarengan). Sehingga dapat dikatakan bahwa
NABI MUHAMMAD SAW hanya akan memberikan permohonan ampunan kepada ALLAH SWT dan/atau memberikan SYAFAAT bukan
untuk seluruh KHALIFAH yang ada di muka bumi tetapi terbatas kepada umatnya
yang memiliki hubungan dengan NABI MUHAMMAD SAW melalui KEIMANAN kepada ALLAH
SWT. Hal yang harus di ingat adalah FASILITAS dari NABI MUHAMMAD SAW ini tidak
berlaku pada saat kita masih hidup di dunia ini namun hanya berlaku pada saat hari KIAMAT atau saat
pelaksanaan HISAB dilakukan dan juga tidak berlaku untuk umum tetapi TERBATAS
kepada umatnya yang telah memenuhi
syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada
bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka
tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya
orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin
kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu
kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat
An Nuur (24) ayat 62)
Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi,
tentu apa-apa yang kita lakukan belum tentu semuanya benar, belum tentu
semuanya sesuai dengan kehendak ALLAH SWT yang pada gilirannya akan menimbulkan DOSA. Akibat DOSA yang kita
lakukan dan/atau akibat adanya DOSA yang pernah kita buat akan memberikan
dampak negatif terutama:
1. Setiap DOSA yang kita lakukan
akan menjadikan titik-titik noda hitam pada HATI RUHANI yang akan
mengakibatkan HATI RUHANI menjadi KELAM
yang pada akhirnya dapat mengakibat putusnya hubungan kita dengan ALLAH SWT
dan/atau HATI RUHANI yang kelam akan menjadikan HUBUNGAN kita kepada ALLAH SWT
menjadi terganggu sebab yang dapat menjangkau ALLAH SWT hanyalah HATI RUHANI.
2. KELAMnya HATI RUHANI akibat dosa
yang kita lakukan menandakan antara diri kita dengan ALLAH SWT tidak terjadi
kesesuaian dimana ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA SUCI tidak akan mungkin
dapat dijangkau dengan sesuatu yang sudah kotor.
Selanjutnya, siapakah yang mampu membersihkan DOSA dan/atau membersihkan
HATI RUHANI? Untuk membersihkan DOSA dan/atau membersihkan HATI RUHANI akibat
DOSA yang kita perbuat, hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu. Jika ini keadaannya
sudahkah kita memenuhi segala KEHENDAK ALLAH SWT? Jika kita ingin selalu berada
di dalam KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau ingin lancar berhubungan dengan ALLAH SWT
tidak ada jalan lain kecuali menerima seluruh ketentuan yang telah ALLAH SWT
berlakukan yaitu jadikan DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang HAQ
selama HAYAT di kandung BADAN atau sebelum NYAWA tiba di kerongkongan.
C. AMAL DAPAT GANJARAN
Ini salah satu janji ALLAH SWT yang akan diberikan kepada hambanya yang
BERIMAN kepada ALLAH SWT dan juga BERIMAN kepada RASUL, yaitu berupa PAHALA
yang sangat besar dan/atau ALLAH SWT akan memberikan GANJARAN AMAL untuk setiap
perbuatan yang kita lakukan. Selanjutnya ALLAH SWT berdasarkan surat Al Ahzab
(33) ayat 29 di bawah ini menyatakan bahwa akan memberikan kesenangan di negeri
Akhirat hanya kepada orang-orang yang
meghendaki kehidupan AKHIRAT itu sendiri dan/atau hanya kepada orang-orang yang
diridhai oleh ALLAH SWT. ALLAH SWT mempersilahkan kepada manusia untuk memilih
yaitu jika ia memilih kehidupan dunia maka ALLAH SWT akan memberikannya
sedangkan jika ia memilih ahkirat maka
ALLAH SWTpun akan memberikannya pula. Dengan catatan segala bentuk atau
segala akibat hal yang timbul akibat dari pilihan yang kita lakukan harus kita
terima dan kita laksanakan secara bertanggung jawab atau kita harus konsekuen
dengan pilihan itu.
dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya
serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi
siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.
(surat Al Ahzab (33)
ayat 29)
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya[1456]. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.
(surat Al Hadiid (57)
ayat 7)
[1456]
Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara
mutlak. hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah. manusia menafkahkan
hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. karena
itu tidaklah boleh kikir dan boros.
Sedangkan berdasarkan surat Al Hadiid (57) ayat 7 yang kami kemukakan di
bawah ini jika kita ingin memperoleh pahala yang besar dalam kehidupan di dunia
maka belanjakanlah atau nafkahkanlah sebahagian harta yangkita miliki pada
jalan yang diridhai ALLAH SWT seperti menunaikan Zakat, Infaq,
dan Shadaqah Jariah, Namun perlu di ingat apabila kita ingin memperoleh pahala
yang besar di sisi ALLAH SWT sewaktu masih di dunia maka posisi kita harus
dalam KEIMANAN kepada ALLAH SWT dan RASULNYA. Tanpa ini maka akan sia-sia saja
perbuatan yang kita lakukan. Adanya kesempatan memperoleh pahala dan ganjaran
baik di dunia dan akhirat menandakan bahwa ALLAH SWT berkehendak kepada seluruh
KHALIFAHNYA untuk mengadakan keseimbangan kehidupan di dunia dan akhirat. Untuk
jadikan kehidupan di dunia yang saat ini kita laksanakan sebagai bekal bagi
kepentingan kita sewaktu kampung kampung ke negeri akhikrat.
D. DISELAMATKAN DARI ORANG KAFIR
Seperti kita ketahui bersama, dengan adanya SYURGA dan NERAKA maka dalam
kehidupan saat ini tentu ada calon penghuni SYURGA dan calon penghuni NERAKA di
mana keduanya mempunyai hak HIDUP yang sama di muka bumi. Apabila seseorang
termasuk calon penghuni NERAKA tentu ia akan berbuat yang Tidak Sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sedangkan yang
termasuk calon penghuni SYURGA akan berbuat yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH
SWT. Adanya perbedaan perbuatan antara calon penghuni NERAKA dan calon penghuni
SYURGA tidak ayal akan menimbulkan problem, akan menimbulkan persoalan yang
pada gilirannya akan mengusik keberadaan diri kita yang termasuk calon penghuni
SYURGA.
Adanya kondisi seperti ini tentu tidak bisa kita hindari dan/atau tidak
mungkin kita hilangkan sebab antara diri kita dengan mereka sama-sama mempunyai
hak hidup di muka bumi ini. Selanjutnya sewaktu kita menjalankan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi, tentu kita akan mengalami hal-hal sebagai berikut dengan
calon-calon penghuni NERAKA seperti orang KAFIR, orang syirik, orang musyrik,
orang yang masuk kriteria Nafs Fujur
sehingga diri kitapun akan dihadapkan dengan 3(tiga) kemungkinan, yaitu:
1. Diri kita ikut dan/atau turut
menjadi calon-calon penghuni Neraka.
2. Diri kita tidak ikut menjadi
calon-calon penghuni Neraka namun menghadapi calon-calon penghuni Neraka.
3. Diri kita tidak ikut menjadi
calon-calon penghuni Neraka akan tetapi
mengayomi calon-calon penghuni Neraka.
Untuk point 1, mudah-mudahan kita tidak termasuk calon-calon penghuni NERAKA akan tetapi jika
terlanjur telah masuk dalam calon penghuni NERAKA tidak ada jalan lain kecuali
TAUBATAN NASUHA. Sekarang bagaimana dengan kondisi kita jika kita menghadapi,
bertemu, atau mengayomi calon-calon penghuni NERAKA baik langsung maupun tidak
langsung?
Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang
telah Engkau turunkan dan telah Kami ikuti rasul, karena itu masukanlah Kami ke
dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)".
orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah
membalas tipu daya mereka itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.
(surat
Ali Imran (3) ayat 53-54)
Sebagai MAKHLUK yang harus tetap berinteraksi dengan dengan sesama
manusia, tentu kita tidak dapat selamanya menghindar dari calon-calon penghuni
NERAKA. Agar diri kita dapat selamat dan/atau tidak diganggu oleh calon-calon
penghuni NERAKA dan/atau tidak termasuk
menjadi calon penghuni NERAKA maka ALLAH
SWT menunjukkan jalan keluarnya yang tertuang dalam surat Ali Imran (3) ayat
53-54 di atas ini. Untuk itu jika kita ingin selamat menghadapi calon penghuni
NERAKA seperti orang KAFIR dan/atau selamat dari tipu daya orang KAFIR maka
kita diwajibkan oleh untuk BERIMAN
hanya kepada ALLAH SWT dan juga BERIMAN kepada RASUL yang telah di utus-Nya. Adanya IMAN
kepada ALLAH SWT dan RASULNYA maka secara otomatis kita turut melibatkan ALLAH
SWT untuk membantu diri kita dari pengaruh calon penghuni NERAKA baik kepada
diri sendiri, anak dan keturunan kita. Semoga diri kita menjadi calon-calon
penghuni SYURGA.
E. ALLAH SWT akan menurunkan ketenangan
Ketenangan dan Ketentraman merupakan suatu anugerah
yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada umatnya yang selalu berada di dalam
KEHENDAKNYA dan/atau salah satu hasil dari kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH
SWT. Hal yang harus kita perhatikan adalah sampai dengan saat ini belum ada
ALAT ataupun MESIN yang mampu untuk :
1. membuat KETENANGAN dan
KETENTRAMAN BATHIN yang diletakkan di dalam HATI RUHANI.
2. mengukur NILAI atau HARGA dari
KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN.
Jika ini keadaannya, siapakah yang mampu membuatnya? Hanya ALLAH SWT
sajalah yang mampu mengadakan dan/atau yang mampu memproduksi ketenangan dan
ketentraman bathin yang nilainya tidak dapat dihitung dalam ukuran angka atau
uang. Selanjutnya butuhkah kita dengan ketenangan dan ketentraman bathin?
Setiap manusia termasuk diri kita pasti membutuhkan ketenangan dan ketentraman
bathin sebab dengan adanya ketenangan dan ketentraman bathin akan membuat diri
kita TENANG dan MANTAP untuk berbuat dan bekerja di muka bumi sebagai seorang
KHALIFAH.Selanjutnya apakah ketenangan dan ketentraman bathin itu datang dengan
tiba-tiba ataukah ia merupakan buah dari sesuatu hal yang kita perbuat?
KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN merupakan pemberian ALLAH SWT kepada setiap
umatnya yang mau melaksanakan IMAN kepada ALLAH SWT dan Rasul-Nya dan/atau yang
mau melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Selanjutnya apakah setiap orang
mampu memperoleh dan mendapatkan ketenangan dan ketentraman bathin yang berasal
dari ALLAH SWT? KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN TIDAK AKAN diberikan kepada
setiap orang oleh ALLAH SWT sebab tidak
semua orang mampu berada di dalam
KEHENDAK ALLAH SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Tenang itu datangnya dari ALLAH SWT.
sedangkan tergesa-gesa itu datangnya dari Syaitan.
(Jamius Shaghir,
hadits no.3008)
reka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan
ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan
kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa
itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Fath (48) ayat
26)
[1404] Kalimat takwa ialah
kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.
Sekarang coba anda bayangkan dimana ALLAH SWT telah memberikan KETENANGAN
dan KETENTRAMAN yang tidak ternilai harganya kepada diri kita. Sudahkah kita
mensyukuri KETENANGAN dan KETENTRAMAN yang telah kita peroleh kepada ALLAH SWT?
Jika kita ingin bersyukur kepada ALLAH SWT maka tidak CUKUP hanya dengan
MENGUCAPKAN TERIMA KASIH kepada ALLAH SWT. Akan tetapi sudahkah KETENANGAN dan
KETENTRAMAN BATHIN yang kita peroleh tersebut dipergunakan sesuai dengan
peruntukannya serta memberikan manfaat kepada sesama manusia? Jika kita telah
mampu mengerjakan itu semua berarti kita termasuk orang-orang yang telah TAHU
DIRI.
Pembaca, selain 5(lima) manfaat yang akan kita peroleh dari pelaksanaan
IMAN kepada RASUL, berikut ini akan kami kemukakan pula beberapa manfaat
lainnya yang dapat kita peroleh melalui IMAN kepada RASUL, yaitu:
1) Akan Merasakan nikmatnya BERIMAN kepada ALLAH SWT dan/atau
merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang merasakan nikmat iman adalah
orang yang ridha kepada ALLAH SWT sebagai RABB-NYA, ridha ISLAM sebagai
Agamanya, dan ridha MUHAMMAD sebagai utusan ALLAH SWT.
(jamiush shaghir,
hadits no.3419)
2) Akan di angkat menjadi KHALIFAH di muka bumi yang juga MAKHLUK
PILIHAN.
dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
(surat An Nuur (24)
ayat 55)
3)
Akan dilimpahi RAHMAT
oleh ALLAH SWT sehingga akan memudahkan diri kita melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi.
dan
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu
diberi rahmat.
(surat An Nuur (24) ayat 56)
4) Tidak akan dihinakan dan/atau tidak akan disengsarakan oleh ALLAH
SWT di hari Kiamat
kelak.
Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami
dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di
hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
(surat Ali Imran (3)
ayat 194)
5)
Tidak akan dimiskinkan oleh ALLAH SWT baik dalam kehidupan dunia maupun
kehidupan akhirat.
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum Mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya
dan Allah telah memberi taubat kepadamu Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
(surat Al Mujaadilah
(58) ayat 13)
6)
Dikeluarkan dari Gelap Gulita menuju Cahaya
yang terang benderang dan/atau
dikeluarkan dari jalan sesat menuju jalan yang lurus.
Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu
Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi
kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan[408].
dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang
yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(surat
Al Maa-idah (5) ayat 15-16)
[408] Cahaya Maksudnya: Nabi
Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.
Sebagai KHALIFAH yang saat ini sedang menjalankan
tugas di muka bumi, sudahkah anda merasakan buah dari IMAN kepada RASUL sebagai
bagian dari pelaksanaan RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan? Jika anda belum pernah merasakan nikmatnya IMAN cepat-cepatlah
lakukanlah Introsopeksi Diri dan lakukan TAUBATAN NASUHA sebelum masa aktif
diri kita berlalu atau sebelum NYAWA sampai
dikerongkongan.
4. BAHAYA TIDAK BERIMAN kepada RASUL
Langit dan bumi adalah CIPTAAN ALLAH SWT dan juga MILIK ALLAH SWT, jika
ini adalah keadaannya maka Segala Ketentuan dan Hukum yang Harus Berlaku di
langit dan bumi adalah KETENTUAN dan HUKUM dari ALLAH SWT selaku Pencipta dan
Pemilik. Jika sekarang pencipta dan pemilik dari langit dan bumi memerintahkan
untuk Beriman kepada ALLAH SWT dan Beriman kepada RASUL, wajib berlakukah
ketentuan ini di langit dan bumi yang diciptakan dan dimiliki ALLAH SWT?
Berdasarkan AKAL SEHAT maka KETENTUAN Beriman kepada ALLAH SWT dan Beriman
kepada RASUL WAJIB BERLAKU di muka bumi ini tanpa Terkecuali. Selanjutnya
sebagai KHALIFAH yang sedang menumpang dan/atau sedang menjadi TAMU di muka
bumi yang dimiliki oleh ALLAH SWT, apa yang harus kita perbuat dengan ketentuan
di atas? Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI maka kitapun wajib mengatakan dan
mematuhi serta melaksanakan ketentuan ALLAH SWT di atas. Sekarang adakah
konsekuensi bagi TAMU yang menumpang di langit dan bumi yang dimiliki ALLAH
SWT, jika tidak mau melaksanakan ketentuan dan hukum-hukum ALLAH SWT? Berikut
ini akan kami kemukakan beberapa konsekuensi yang harus ditanggung oleh
TAMU-TAMU yang tidak TAHU DIRI akibat tidak mau beriman kepada ALLAH SWT dan
RASULNYA, yaitu:
A.
Dapat SIKSA dan AZAB yang PEDIH
ALLAH
SWT melalui surat Al Furqaan (25) ayat 37 di bawah ini menceritakan kembali
kepada seluruh umat manusia, termasuk kepada diri kita tentang
ditenggelamkannya umat NABI NUH as, sebagai konsekuensi dari tindakan mereka
yang mendustakan NABI NUH as, sebagai UTUSAN ALLAH SWT di muka bumi. Timbul
pertanyaan apakah siksaan atau azab yang pedih yang dikemukakan oleh ALLAH SWT
ini hanya berlaku bagi umat-umat dari NABI yang terdahulu sehingga hal ini
tidak berlaku bagi diri kita? ALLAH SWT mengemukakan cerita tentang umat NABI
NUH as, bukanlah tanpa maksud dan tujuan sebab azab itu dapat terjadi pula
kepada diri kita dalam bentuk yang berbeda. Adanya cerita ini agar diri kita
sebagai umat yang kemudian datang dapat mengambil hikmah dan pelajaran atas apa
yang terjadi pada umat NABI NUH as.
Sebagai KHALIFAH yang telah TAHU DIRI kami
berharap dengan adanya hikmah dan pelajaran dari umat NABI NUH as, kiranya
dapat menyadarkan diri kita untuk untuk tidak berbuat kesalahan yang sama
seperti umat NABI NUH as, yaitu mendustakan ALLAH SWT melalui pendustaan kepada
NABI NUH as.
dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka
mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita)
mereka itu pelajaran bagi manusia. dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang
zalim azab yang pedih;
(surat
Al Furqaan (25) ayat 37)
dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul dari mereka
sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan
mereka adalah orang-orang yang zalim.
(surat An Nahl (16)
ayat 113)
Sebagai umat yang hidup saat ini, tentu bukan tidak
mungkin kita melakukan pendustaan atau tidak mau mengakui atau tidak mau
mengimani NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir ALLAH SWT di muka
bumi dengan mengakui adanya NABI atau RASUL baru setelah NABI MUHAMMAD SAW,
jika ini yang terjadi berarti kita telah menantang KETENTUAN-KETENTUAN dan
HUKUM-HUKUM ALLAH SWT di muka bumi dan/atau kita telah menjadi TAMU yang TIDAK
TAHU DIRI dihadapan ALLAH SWT. Jika kita tidak ingin mengulang kembali
peristiwa umat NABI NUH as, jangan pernah lakukan pendustaan kepada NABI
MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir sebab ALLAH SWT siap memberikan
dan menurunkan AZAB yang pedih seperrti yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat
An Nahl (16) ayat 113 di atas ini. Hal yang harus kita perhatikan adalah UMAT
NABI NUH as, yang di azab oleh ALLAH SWT
dapat dipastikan mereka semuanya adalah umat yang memiliki NAFS FUJUR atau JIWA
FUJUR dan mereka semua akan ditempatkan oleh ALLAH SWT di NERAKA JAHANNAM.
B.
BERAGAMA NENEK MOYANG
Jika kita ingin tetap mempertahankan dan/atau menjadikan AGAMA dan
KEPERCAYAAN yang berasal dari NENEK MOYANG sebagai AGAMA yang kita peluk saat
ini, caranya sangat mudah yaitu jangan pernah IMANI ALLAH SWT dan jangan pernah
IMANI RASUL serta jangan pernah jadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ.
Apabila kita mampu melakukan ketiga hal yang kami kemukakan di atas, sudah
cukup menghantarkan diri kita ke NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita ingin
pulang kampung ke SYURGA jangan pernah menjadikan AGAMA dan KEPERCAYAAN yang
berasal dari ajaran-ajaran NENEK MOYANG sebagai
AGAMA yang kita peluk sewaktu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di
muka bumi.
apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah
untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan
Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.
(surat Al Maa-idah
(5) ayat 104)
NABI MUHAMMAD SAW di utus oleh
ALLAH SWT ke muka bumi sebagai NABI dan RASUL terakhir untuk memutus segala
mata rantai dari ajaran-ajaran yang bersumber dari kepercayaan yang berasal
dari nenek-nenek moyang manusia yang tidak jelas asal usulnya dan/atau
ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Adanya NABI MUHAMMAD
SAW sebagai utusan ALLAH SWT di
muka bumi maka manusia termasuk diri kita dapat terhindar dari beragama atau
berkepercayaan kepada ajaran nenek moyang yang tentunya tidak sesuai dengan
apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.
C.
AMALNYA DITOLAK
Adanya NABI MUHAMMAD SAW yang di utus oleh ALLAH SWT
sebagai Duta Besar di muka bumi, maka kita akan memiliki acuan dan pedoman di
dalam bertindak dan/atau akan mengetahui secara pasti GARIS GARIS BESAR HALUAN
ALLAH SWT yang merupakan dasar dan pijakan diri kita di dalam melaksanakan
KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT selaku pencipta
dari alam semesta ini. Selanjutnya adakah konsekuensi bagi diri kita jika tidak
mau melaksanakan acuan dan pedoman di dalam bertindak yang di contohkan NABI
MUHAMMAD SAW?
dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka
nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan
mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula)
menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.
(surat At Taubah (9)
ayat 54)
ALLAH SWT akan memberikan SANKSI bagi setiap
KHALIFAH yang ada di muka bumi jika tidak mau mencontoh dan/atau menjadikan
NABI MUHAMMAD SAW sebagai Ikutan, Contoh, Teladan di dalam bertindak dan
berbuat. SANKSI yang akan diberikan oleh ALLAH SWT adalah segala AMAL yang
pernah kita perbuat baik langsung maupun tidak langsung DITOLAK oleh ALLAH SWT
dan/atau ALLAH SWT tidak akan memberikan PAHALA sedikitpun kepada kita walaupun
kita telah banyak berbuat untuk kepentingan masyarakat banyak. Pembaca, selain
ke tiga hal yang telah kami kemukakan di atas, masih terdapat beberapa MANFAAT
lain yang akan kita peroleh jika kita tidak mau beriman kepada RASUL sebagai
pelaksanaan RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
yaitu:
1)
Manusia
akan cenderung kepada KEHIDUPAN DUNIA dan/atau menjadikan KEHIDUPAN DUNIA
sebagai TUJUAN AKHIR sewaktu menjadi KHALIFAH di muka bumi.
dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia
yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari
orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun,
Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa.
Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 96)
2) Manusia akan menjadi BUDAK AHWA dan/atau NAFS
FUJUR akan bersemi di dalam diri kita.
Sesungguhnya Kami telah mengambil Perjanjian dari
Bani Israil[432], dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. tetapi Setiap
datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini
oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul-rasul itu mereka dustakan
dan sebagian yang lain mereka bunuh.
(surat Al Maa-idah
(5) ayat 70)
[432] Perjanjian itu Ialah:
mereka beriman kepada Allah dan rasul-rasulNya.
3)
Manusia akan keluar atau tersesat dari JALAN yang LURUS dan/atau berada di luar
KEHENDAK ALLAH SWT.
Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani
Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan Barangsiapa yang menukar iman
dengan kekafiran, Maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 108)
Adanya 6 (enam) buah MANFAAT UTAMA yang akan kita
peroleh dari TIDAK MAU BERIMAN kepada RASUL sebagai pelaksanaan RUKUN IMAN yang
ENAM dalam satu kesatuan, maka HASIL AKHIR dari itu semua adalah akan dapat
MENGHANTARKAN diri kita secara Mantap dan Tegas menjadi SAHABAT dan TETANGGA
yang BAIK bagi JIN/IBLIS/SYAITAN di NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita
tidak mau pulang ke Neraka Jahannam maka BERFIKIRLAH dengan MATANG sebelum
bertindak di dalam menentang PERINTAH dan LARANGAN ALLAH SWT. Untuk itu jangan
sampai apa yang terdapat di dalam surat Al Mu'min (40) ayat 50 dan surat Al
Ahzab (33) ayat 66 yang kami kemukakan di bawah ini menimpa diri kita.
penjaga Jahannam berkata: "Dan Apakah belum
datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?"
mereka menjawab: "Benar, sudah datang". penjaga-penjaga Jahannam
berkata: "Berdoalah kamu". dan doa orang-orang kafir itu hanyalah
sia-sia belaka.
(surat Al Mu'min (40) ayat 50)
pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam
neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada Rasul".
(surat
Al Ahzab (33) ayat 66)
Hal ini
dikarenakan tidak ada guna dan manfaat lagi segala DOA dan segala PENYESALAN
serta segala PENGHARAPAN yang kita lakukan setelah RUHANI berpisah dengan
JASMANI sebab yang ada hanyalah PENYESALAN belaka. Jika saat ini kita masih
dapat Menghirup udara yang segar dan merasakan segarnya AIR yang diciptakan
oleh ALLAH SWT, berarti RUHANI diri kita
belum berpisah dengan JASMANI dan/atau berarti kita masih HIDUP. Jika
ini adalah kenyataannya sudahkah kita Melakukan TAUBATAN NASUHA jika kita
merasa berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau sudahkah kita MENINGKATKAN
KUALITAS KEIMANAN kita kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu agar diri kita
selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT? PILIHAN ada di tangan kita, untuk
itu SILAHKAN PILIH apakah mau menjadi Penghuni Neraka Jahannam ataukah mau
menjadi Penghuni Syurga? Dalam hal ini ALLAH SWT memberikan KEBEBASAN kepada
setiap MANUSIA untuk menentukan sendiri jalan yang akan ditempuhnya serta
dibebaskan memilih kemana kita akan tinggal kelak di Negeri Akhirat.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya".
(surat Al Kahfi (18)
ayat 110)
Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan
tugas di muka bumi, inginkah kita sukses seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW?
ALLAH SWT melalui surat Al Kahfi (18) ayat 110 memberikan jawabannya, yaitu
jika kita ingin sukses seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW maka:
1.
Jangan
pernah KULTUSKAN NABI MUHAMMAD SAW akan tetapi KULTUSKANLAH ALLAH SWT selaku
TUHAN bagi semesta alam yang juga adalah pengutus NABI MUHAMMAD SAW. Hal yang
harus kita jadikan pedoman adalah TUHAN dari NABI MUHAMMAD SAW dan TUHAN dari
diri kita adalah SAMA yaitu ALLAH SWT.
2.
Jika
NABI MUHAMMAD SAW pasti Meninggal Dunia maka
ALLAH SWT akan TETAP ada selamanya dan ALLAH SWT tidak akan mungkin
BINASA oleh sebab apapun juga, untuk itu bergantunglah selalu hanya kepada
ALLAH SWT semata.
3.
Jadikan
PERILAKU NABI MUHAMMAD SAW sebagai contoh dan teladan bagi diri kita sebab NABI
MUHAMMAD SAW bertindak dan berbuat berdasarkan WAHYU ALLAH SWT dan/atau jadikan
perilaku NABI MUHAMMAD SAW yang bertindak berdasarkan WAHYU ALLAH SWT sebagai
TELADAN bagi diri kita di dalam berbuat dan bertindak di muka bumi.
4.
Jika
NABI MUHAMMAD SAW bertindak dan berbuat berdasarkan WAHYU ALLAH SWT maka jika
kita ingin sukses lakukanlah IMAN kepada ALLAH SWT dan kerjakanlah AMAL SHALEH
serta jangan pernah sekutukan ALLAH SWT dengan yang lainnya. Apabila kita mampu
melakukan perintah ALLAH SWT dan
menjauhi larangan ALLAH SWT ini maka kita akan selalu berada di dalam KEHENDAK
ALLAH SWT.
Selanjutnya, hal yang harus kita perhatikan di dalam
mencontoh dan menjadikan NABI MUHAMMAD SAW sebagai IKUTAN, CONTOH dan TELADAN
bagi diri kita adalah:
1)
Kita harus dapat membedakan dengan jelasa antara
PERILAKU dan PERBUATAN atau AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH
SWT di muka bumi yang bertindak dan berbuat berdasarkan WAHYU (ingat AKHLAK
NABI MUHAMMAD SAW adalah AL-QUR'AN) dengan penampilan phisik dari NABI
MUHAMMAD SAW sebagai Manusia Biasa yang dilahirkan dan dibesarkan di Tanah ARAB
sehingga NABI MUHAMMAD SAW berbudaya ARAB, berbahasa ARAB, beraktivitas sosial
menurut tata cara ARAB pula.
sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.
(surat Ali Imran (3) ayat 164)
Akan
sangat ANEH dan JANGGAL jika NABI MUHAMMAD SAW berpenampilan tidak seperti
orang ARAB kebanyakan sedangkan pengertian dari NABI itu sendiri adalah
penyampai Risalah ALLAH SWT untuk suatu kaum tertentu. Adanya kondisi seperti
ini maka yang harus kita jadikan contoh, panutan serta teladan dari NABI
MUHAMMAD SAW adalah:
a. Akhlaknya
yang mencerminkan isi dan kandungan Al-Qur'an dan/atau
b. Akhlaknya
yang mencerminkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT selaku pengutus NABI
MUHAMMAD SAW ke muka bumi.
Sedangkan
contoh, panutan serta teladan dari NABI MUHAMMAD SAW yang tercermin dari
penampilan phisik sebagai manusia biasa yang berbudaya Arab, berbahasa Arab
tidaklah sesuatu yang mutlak harus kita kerjakan.
Ketika Aisyah ra, ditanya tentang Akhlak Rasulullah SAW maka dia
menjawab, "Akhlaknya adalah Al-Qur'an."
(HR Abu Dawud dan
Muslim)
2) Hal ini
dimungkinkan jika kita mengacu kepada HADITS di atas ini, yang menyatakan
AKHLAK dari NABI MUHAMMAD SAW adalah Al-Qur'an dimana Al-Qur'an itu sendiri
merupakan cerminan dari kebesaran dan kemahaan serrta kehebatan ALLAH SWT
selaku pengutus NABI MUHAMMAD SAW ke muka bumi serta pencipta alam semesta ini.
3) Suksesnya
NABI MUHAMMAD SAW melaksanakan tugas yang mencerminkan isi dan kandungan
Al-Qur'an menandakan bahwa AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW dapat dikatakan sebagai
cerminan dari ajaran dari DIINUL ISLAM dan/atau penampilan dari umat ISLAM yang
dicontohkan oleh NABI MUHAMMAD SAW yang berasal dari cerminan kebesaran dan
kemahaan ALLAH SWT selaku pengutus NABI MUHAMMAD SAW ke muka bumi. Adanya
kondisi seperti ini yang dicontohkan, yang diteladani oleh NABI MUHAMMAD SAW
kepada umatnya maka Penampilan Phisik dari NABI MUHAMMAD SAW sebagai manusia
biasa yang berbudaya ARAB tidak dapat dikatakan sebagai Budaya Islam walaupun
NABI MUHAMMAD SAW dengan DIINUL ISLAMnya diturunkan di TANAH ARAB oleh ALLAH
SWT.
Kami berharap, kita semua mampu menjadikan diri,
anak dan keturunan kita sukses, seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW menjalankan
tugas di muka bumi sehingga kita dapat bertemu langsung dengan ALLAH SWT dan
juga bertemu langsung dengan NABI MUHAMMAD SAW kelak.
dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan
tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh
dengan orang-orang yang durhaka. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.
(surat Al Mu'min (40)
ayat 58)
Hal lainnya yang harus kita jadikan pedoman di dalam melaksanakan IMAN
kepada RASUL adalah ALLAH SWT tidak akan mungkin menyamakan kedudukan antara
orang yang beriman dan yang mengerjakan amal shaleh dengan orang yang durhaka
sebab ALLAH SWT adalah MAHA ADIL. Jika
kondisi ini sudah dikemukakan oleh ALLAH SWT masihkah kita tidak mau
melaksanakan RUKUN IMAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan RUKUN
ISLAM dan IKHSAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar