Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 08 Agustus 2016

IMAN KEPADA NABI dan RASUL


 tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka [695] dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak di aniaya.

                     (surat Yunus (10) ayat 47)

[695] Maksudnya: antara Rasul dan kaumnya yang mendustakannya.



Apakah itu NABI dan RASUL? NABI adalah seorang lelaki yang menjadi MANUSIA PILIHAN  ALLAH SWT yang mendapatkan dan memperolah WAHYU berupa RISALAH yang tidak wajib disampaikan kepada umatnya  atau  Risalah yang diterimanya hanya untuk dirinya saja.  Sedangkan RASUL adalah seorang lelaki yang menjadi MANUSIA PILIHAN ALLAH SWT yang mendapatkan dan memperoleh WAHYU berupa RISALAH yang wajib disampaikan kepada umat manusia. Seorang Nabi belum tentu ia menjadi seorang Rasul, sedangkan seroang Rasul dapat dipastikan ia adalah seorang Nabi. Hal ini terlihat dengan jelas pada waktu proses penerimaan wahyu dimana untuk menjadi seorang Rasul maka ia harus menjadi seorang Nabi terlebih dahulu (atau menerima wahyu ALLAH SWT terlebih dahulu) barulah ia bisa menyampaikan Risalah yang diterimanya kepada umat atau kaumnya atau dengan kata lain menjadi Nabi terlebih dahulu baru menjadi Nabi yang sekaligus Rasul.


Timbul pertanyaan berapakah jumlah NABI dan/atau RASUL yang telah diutus oleh ALLAH SWT  ke muka bumi? Sampai dengan saat ini kita tidak pernah mengetahui  dengan pasti berapa jumlah NABI dan/atau berapa jumlah NABI yang diangkat menjadi RASUL yang telah diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi. Angka yang pasti hanya ALLAH SWT sajalah yang TAHU, namun kita diberi kemudahan oleh ALLAH SWT untuk mengimani hanya sebanyak 25(dua puluh lima) orang NABI dan RASUL. Jika sekarang NABI dan RASUL sudah diutus oleh ALLAH SWT dan kitapun harus BERIMAN pula kepada NABI dan RASUL.


Timbul pertanyaan lagi untuk apakah ALLAH SWT mengutus seorang NABI atau RASUL ke muka bumi? Jika kita melihat dan memperhatikan kondisi kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT maka ALLAH SWT dapat dipastikan tidak membutuhkan sesuatu apapun termasuk  ALLAH SWT juga tidak membutuhkan NABI dan RASUL, akan tetapi kenyataannya adalah NABI dan RASUL itu ada. Adanya NABI dan RASUL yang di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi tentu bukan tanpa alasan yang mendasarinya. Apakah itu? ALLAH SWT yang memiliki DZAT dengan KEMAMPUAN dan KEBESARAN serta KEMAHAAN tentu berkehendak agar rencana besar kekhalifahan di muka bumi dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan-Nya. Sekarang dapatkah kehendak tersebut berjalan jika KEMAHAAN dan KEBESARAN dari DZATNYA ALLAH SWT diperlihatkan kepada ciptaannya? Seluruh ciptaannya tidak akan mampu melihat apalagi melawan KEMAHAAN dan KEBESARAN dari DZATNYA ALLAH SWT. 


Untuk menjembatani KEMAHAAN dan KEBESARAN dari DZATNYA ALLAH SWT agar jangan sampai terlihat atau tersambung dengan ciptaan-Nya maka ALLAH SWT mengutus MANUSIA-MANUSIA PILIHAN sebagai NABI dan RASUL dan juga meciptakan MALAIKAT. Adanya manusia-manusia pilihan yang di angkat oleh ALLAH SWT sebagai NABI dan RASUL maka umat manusia akan dapat mengetahui keberadaan ALLAH SWT; kondisi dan keadaaan ALLAH SWT dapat diterangkan dan disampaikan kepada seluruh umat manusia. Sekarang jika tanpa ada NABI ataupun RASUL sebagai manusia-manusia pilihan ALLAH SWT dapatkah RISALAH ALLAH SWT yang berasal dari KALAMNYA sampai kepada seluruh umat manusia atau dapatkah AD DIIN atau DIINUL ISLAM diketahui oleh KHALIFAH yang ada di muka bumi? RISALAH ALLAH SWT akan sangat sulit diketahui dan/atau RISALAH ALLAH SWT akan sia-sia saja sebab tidak akan pernah diketahui oleh umatnya dikarenakan tidak ada media tertentu untuk menyampaikannya.


Selanjutnya untuk lebih memudahkan pemahaman tentang NABI dan RASUL berikut ini akan kami kemukakan ilustrasi sebagai berikut: Pabrikan mobil TOYOTA berkedudukan di JEPANG. Pabrikan mobil tidak harus mendirikan pabrik di setiap negara  jika ingin menjual mobil yang diproduksinya di negara tersebut. Pabrikan dapat menunjuk dan memberikan kepercayaan kepada Agen Tunggal  atau kepada ATPM di setiap negara yang ingin menjual produk mobil TOYOTA. Dengan demikian fungsi ATPM atau PERWAKILAN TETAP merupakan Representasi  dari Pabrikan di setiap negara yang menjual mobil TOYOTA. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT?  ALLAH SWTpun memberlakukan hal yang sama yaitu dengan mengirim dan mengutus NABI dan RASULNYA sebagai :

1.      Perwakilan ALLAH SWT di muka bumi dan/atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi di dalam rangka menerangkan program-program ALLAH SWT di muka bumi sehingga kita tidak perlu pergi ke ARSY.
2.      Sarana dan Alat Bantu bagi KHALIFAH yang ada di muka bumi untuk mempelajari tentang ALLAH SWT dan/atau tentang apa-apa yang telah diprogramkan ALLAH SWT di dalam kehendak-Nya  terutama tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi sehingga kita tidak perlu pergi ke ARSY untuk mempelajarinya, untuk memahaminya atau untuk melaksanakannya.
  

Sewaktu menjalankan tugas di suatu negara tertentu atau wilayah tertentu, apakah ATPM selaku Agen Tunggal dari Pabrikan dapat bertindak dan berbuat di luar kehendak Pabrikan? ATPM selaku Agen Tunggal harus berbuat dan harus bertindak sesuai dengan KEHENDAK Pabrikan dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh ATPM selaku Agen Tunggal wajib mencerminkan jati diri Pabrikan yang kesemuanya disesuaikan dengan karakteristik wilayah di mana ATPM berada. Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWT mengutus NABI dan RASUL dimana NABI dan RASUL yang diutus selalu disesuaikan dengan wilayah di mana NABI dan RASUL ditempatkan agar terjadi kemudahan di antara NABI dan RASUL dengan umatnya. (lihat kembali surat Yunus (10) ayat 47 yang telah kami kemukakan di atas). Selanjutnya agar maksud dan tujuan yang dikehendaki oleh Pabrikan dapat dilaksanakan oleh ATPM maka Pabrikan memberikan apa yang disebut dengan BUKU MANUAL sebagai pedoman bagi ATPM di dalam bertindak dan berbuat atas nama Pabrikan. Adanya BUKU MANUAL akan memudahkan bagi ATPM selaku Agen Tunggal di dalam melaksanakan tugasnya, kemudian bolehkah ATPM selaku Agen Tunggal merubah, menambah, mengurangi ketentuan dari Pabrikan? 

ATPM selaku Agen Tunggal tidak diperkenankan sedikitpun untuk merubah, menambah, mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan oleh Pabrikan melalui BUKU MANUALNYA. Jika ini adalah ketentuan yang berlaku umum di dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya bagaimana dengan  ALLAH SWT selalu Pemilik dan Pencipta alam ini? ALLAH SWTpun memberikan pula ketentuan kepada NABI dan RASULNYA termasuk kepada KHALIFAHNYA sebagai berikut:


1.      NABI dan RASUL sebagai Perwakilan ALLAH SWT   atau sebagai  Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi wajib menjadi cerminan dari apa yang diwakilinya dan/atau NABI dan RASUL wajib bertindak dan berbuat sesuai dengan  apa-apa yang dikehendaki  ALLAH SWT sehingga apa-apa yang diperbuat NABI dan RASUL tidak lain adalah CERMINAN dari apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.

2.      NABI dan RASUL sebagai Perwakilan ALLAH SWT atau Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi wajib selaras, serasi dan seimbang dengan  ALLAH SWT sehingga apa-apa yang telah diprogramkan  ALLAH SWT dapat berjalan sesuai dengan kehendak  ALLAH SWT. Jika NABI dan RASUL wajib selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT, bagaimana dengan diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi?  Sebagai KHALIFAH di muka bumi diri kita pun diwajibkan berperilaku seperti yang dicontohkan, ditelandankan oleh NABI dan RASUL. Adanya kondisi ini mengharuskan diri kita tidak melepaskan diri dari suri teladan NABI MUHAMMAD SAW.

3.      ALLAH SWT juga memberikan buku pedoman bagi NABI atau RASUL di dalam menjalankan tugas sebagai Perwakilan Tetap  ALLAH SWT atau Duta Besar ALLAH SWT  di muka bumi. Untuk itu ALLAH SWT menurunkan Kitab ZABUR, Kitab TAURAT, Kitab  INJIL serta Kitab AL-QUR'AN dan juga Shuhuf.

4.      NABI dan RASULNYA termasuk di dalamnya NABI MUHAMMAD SAW tidak berhak dan tidak diperkenankan untuk menambah, mengurangi, meniadakan setiap ketentuan yang telah dituangkan di dalam Al-Qur'an. Jika NABI dan RASULNYA saja tidak diperkenankan berbuat seperti itu maka kitapun sebagai KHALIFAHNYA di muka bumi dilarang dan tidak diperkenankan berbuat seperti itu pula.

5.      NABI dan RASUL selaku Perpanjangan Tangan  ALLAH SWT di muka bumi diberikan HAK oleh ALLAH SWT untuk menterjemahkan BUKU MANUAL ALLAH SWT dan/atau mentafsirkan BUKU MANUAL sehingga lahirlah HADITS yang di dalamnya akan terdapat istilah-istilah seperti SHAHIH, MUTHAWATIR, QUDSI, MUTHAFAQ ALAIH, HASAN, SHANAT dan RAWI. Sedangkan AL-QUR'AN tidak mengenal itu semua dikarenakan AL-QUR'AN merupakan HAK MUTLAK dari ALLAH SWT sehingga AL-QUR'AN akan selalu SUCI dan MURNI. Selanjutnya sebagai KHALIFAH kita diwajibkan untuk menjadikan AL-QUR'AN dan HADITS sebagai NARASUMBER hukum yang berlaku saat melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. 


Sekarang coba kita bayangkan, apakah mungkin kita pergi ke ARSY hanya untuk mempelajari adanya ALLAH SWT atau mengetahui adanya KEKHALIFAHAN di muka bumi  yang telah direncanakan ALLAH SWT dan/atau jika ingin mempelajari AD DIIN atau DIINUL ISLAM? Disinilah ALLAH SWT menunjukkan kepada kita semua tentang KESEMPURNAAN yang dimiliki ALLAH SWT di dalam merealisasikan KEKHALIFAHAN di muka bumi yaitu dengan menurunkan dan/atau menunjuk MANUSIA-MANUSIA PILIHAN yang akan dijadikan DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi. Sehingga dengan demikian apa-apa yang DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT dapat diketahui, dapat dimengerti, dapat dicontohkan, dapat dijalankan, dapat dilaksanakan sesuai dengan KEHENDAK  ALLAH SWT melalui NABI dan RASUL yang di utusnya.

Setelah mengetahui tentang keberadaan NABI atau RASUL yang ditinjau dari sisi ALLAH SWT selaku PENCIPTA langit dan bumi serta selaku PENGUTUS, timbul pertanyaan NABI atau RASUL yang manakah yang harus kita pedomani dan/atau yang harus kita imani, apakah seluruh NABI dan RASUL ataukah hanya NABI MUHAMMAD SAW? Sampai dengan saat ini  tidak ada  yang tahu secara pasti  berapa jumlah NABI yang telah diturunkan oleh ALLAH SWT, yang pasti jumlahnya RIBUAN NABI.Adanya kondisi ini tentu akan sangat menyulitkan diri kita untuk melaksanakan Iman kepada Rasul.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Ahzab (33) ayat 40)


[1223] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.


Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[234]. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
(surat Ali Imran (3) ayat 144)

[234] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. karena itu Nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang terdahulu itu. di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mati terbunuh. berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula kegelisahan di kalangan Para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari bab Ketakwaan Sahabat).


Untuk itu ALLAH SWT memberikan kemudahan kepada diri kita yaitu hanya WAJIB mengimani 25(dua puluh lima) NABI dan RASUL saja yang kesemuanya disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu: Adam, Nuh, Idris, Shalih, Ibrahim, Hud, Luth, Yunus, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Ilyasa, Dzul Kifli, Dawud, Zakariyya, Sulaiman, Ilyas, Yahya, Isa dan Muhammad. Delapan belas dari mereka disebutkan dalam ayat Al-Qur’an.

“Dan itulah hujjah Kami yang telah Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah kami beri petunjuk dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami member balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakariyya, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. Dan Ismail, Al Yasa, Yunus dan Luth, masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (dimasanya).”
(Surat Al An’am ayat 83-86)

Yang lainnya disebutkan dalam beberapa firman ALLAH SWT.

Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud.
(Surat Hud ayat 50; Surat Al A’raf (7) ayat 65)

Dan kepada kaum Tsamud (Kami telah mengutus) saudara mereka, Shalih.
(Surat Hud ayat 61; Surat Al A’raf (7) ayat 73)


Dan kepada kaum Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib.
(Surat Hud ayat 84; Surat Al A’raf (7) ayat 85)

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam dan Nuh.”
(surat Ali Imran (3) ayat 33)

“Dan ingatlah kisah Ismail, Idris, dan Dzul Kifli, semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.:
(Surat Al Anbiya ayat 85)

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya amat keras kepada orang-orang kafir dan berkasih sayang dengan sesama mereka.
(Surat Al Fath ayat 29)


Adapun mengenai Nabi dan Rasul yang tidak ada di dalam Al-Qur’an, maka ALLAH SWT memerintahkan kita untuk mengimaninya hanya secara global semata.

 Lalu bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW secara khusus? Berdasarkan surat surat Ali Imran (3) ayat 144 dan surat Al Ahzab (33) ayat 40, posisi dan kedudukan NABI MUHAMMAD SAW ada 2(dua) yaitu:


1.      NABI MUHAMMAD SAW merupakan bagian dari mata rantai Lelaki yang menjadi Manusia-Manusia Pilihan yang diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi dalam rangka mensukseskan rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dan/atau dapat dikatakan bahwa NABI MUHAMMAD SAW merupakan  NABI dan RASUL penerus dari rangkaian NABI dan RASUL yang telah terlebih dahulu diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi yang jumlahnya ribuan NABI.

2.      NABI MUHAMMAD SAW merupakan NABI dan RASUL terakhir dari rangkaian ribuan Manusia-Manusia Pilihan  yang diutus ALLAH SWT ke muka bumi dalam rangka mensukseskan rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi.


Adanya 2(dua) buah kondisi yang terdapat pada diri NABI MUHAMMAD SAW, maka kita harus dapat meletakkan dan menempatkan keduanya sebagai berikut:

1.      Kita wajib mengimani kedudukan NABI MUHAMMAD SAW sebagai PENERUS dari NABI dan RASUL  yang telah diutus oleh ALLAH SWT ke muka bumi dan/atau NABI MUHAMMAD SAW merupakan bagian dari mata rantai  NABI dan RASUL  yang telah diutus ALLAH SWT ke muka bumi hal ini disebabkan AJARAN dari keseluruhan NABIdan RASUL  yang diutus oleh ALLAH SWT adalah SAMA yaitu Mengesakan ALLAH SWT.

2.      Kita harus dan wajib menjadikan NABI MUHAMMAD SAW sebagai PANUTAN dan TELADAN bagi diri kita di dalam melaksanakan program kekhalifahan di muka bumi sebab NABI MUHAMMAD SAW merupakan NABI dan RASUL terakhir  yang memberikan contoh dan teladan bagi kekhalifahan di muka bumi. 


Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita melaksanakan 2(dua) buah ketentuan yang kami kemukakan di atas ini sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Kami berharap pembaca buku ini mampu melaksanakan, mampu menempatkan dan mampu meletakkan posisi NABI MUHAMMAD SAW yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sebagai bagian dari pelaksanaan RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan.


1.     RASUL ALLAH SWT dan TUGAS-TUGASNYA


ALLAH SWT berdasarkan PENGETAHUAN yang kita miliki berkedudukan di ARSY, yaitu suatu tempat yang berada di luar ciptaan ALLAH SWT atau dengan kata lain tempat dan kedudukan ALLAH SWT tidak sama dengan tempat dan kedudukan makhluk-Nya. Adanya perbedaan tempat dan kedudukan antara ALLAH SWT dengan makhluk-Nya dalam rangka ALLAH SWT menjaga Kemahaan yang dimiliki-Nya dan/atau jika tempat dan kedudukan ALLAH SWT sama dengan tempat dan kedudukan makhluk-Nya maka antara ALLAH SWT sebagai Pencipta dan Pemilik tidak memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan makhluk yang diciptakan-Nya sendiri. ALLAH SWT memilih berkedudukan di ARSY bukanlah tanpa sebab jika sampai ALLAH SWT berkedudukan sama dengan kedudukan ciptaan-Nya maka yang terjadi adalah bukannya manfaat yang di dapat oleh ciptaannya melainkan mudharat yang diperoleh di karenakan ciptaannya tidak akan mampu menghadapi KEMAHAAN ALLAH SWT.

Agar maksud dan tujuan ALLAH SWT di dalam menciptakan langit dan bumi serta kekhalifahan di muka bumi sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT, maka ALLAH SWT mengutus NABI dan RASUL untuk menjadi Duta Besar ALLAH SWT yang bertugas menyampaikan segala Program-program dan Rencana ALLAH SWT termasuk di dalam menerangkan keberadaan ALLAH SWT dan juga KEKHALIFAHAN di muka bumi dengan mempergunakan  AL-KITAB sebagai satu-satunya BUKU MANUAL. Adanya NABI dan RASUL yang di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi selain akan memudahkan KHALIFAH yang ada di muka bumi menjalankan tugasnya sebab tidak perlu jauh-jauh pergi ke ARSY dan juga untuk menunjukkan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT.


A.  Sebelum NABI MUHAMMAD SAW sudah ada NABI dan RASUL

Sampai dengan saat ini belum ada keterangan yang pasti berapa jumlah NABI dan RASUL yang telah  diutus oleh  ALLAH SWT ke muka bumi, walaupun keterangan tentang hal itu ada pada hadits. Akan  tetapi untuk memudahkan kita melaksanakan IMAN kepada RASUL maka ALLAH SWT hanya mewajibkan kepada kita untuk  mengimani NABI dan RASUL sebanyak  25(dua puluh lima) NABI dan RASUL saja.


berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 6)


Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Ahzab (33) ayat 40)

[1223] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.

Selanjutnya jika kita mengacu kepada surat Az Zukhruf (43) ayat 6 di atas  ini,  dapat dikatakan sebelum NABI MUHAMMAD SAW di utus dan di angkat menjadi NABI dan RASUL terakhir sudah ada NABI dan RASUL lainnya yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi.  Ini berarti bahwa NABI MUHAMMAD SAW adalah bagian dari mata rantai NABI dan RASUL yang di utus ke muka bumi sehingga dapat dikatakan NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL PENERUS dari NABI dan RASUL yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi. Sedangkan menurut surat  Al Ahzab (33) ayat 40 dinyatakan setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia  maka tidak ada lagi RASUL baru atau tidak ada lagi NABI baru sesudah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia.


Sekarang timbul pertanyaan, siapakah yang lebih berkuasa atau siapakah yang lebih hebat atau siapakah yang harus lebih kita hormati atau siapakah yang harus kita patuhi antara orang yang diutus ke muka bumi sebagai Utusan Khusus atau sebagai Duta Besar  dibandingkan dengan yang mengutusnya, dalam hal ini adalah  ALLAH SWT? Di dalam kehidupan bernegara atau hubungan antar negara, menghormati Duta Besar suatu negara pada dasarnya bukanlah menghormati orang yang menjabat sebagai Duta Besar akan tetapi menghormati sebuah NEGARA yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara tertentu. Hal yang sama juga berlaku pada waktu kita menghormati NABI dan RASUL yang telah di utus oleh  ALLAH SWT di muka bumi, yaitu penghormatan yang kita lakukan kepada NABI MUHAMMAD SAW bukanlah PENGKULTUSAN kepada NABI MUHAMMAD SAW  sebagai Utusan Khusus ALLAH SWT atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT akan tetapi pada dasarnya merupakan penghormatan dan pengkultusan kepada  ALLAH SWT. 


Hal ini dikarenakan yang mengutus Utusan Khusus atau yang mengutus Duta Besar, dalam hal ini adalah ALLAH SWT,  lebih berkuasa, lebih hebat dibandingkan dengan utusan itu sendiri, dalam hal ini adalah NABI MUHAMMAD SAW. Sekarang coba bandingkan antara  ALLAH SWT dengan NABI MUHAMMAD SAW, mampukah NABI MUHAMMAD SAW menciptakan Nyamuk dan/atau menjadikan dirinya seperti ALLAH SWT selaku Inisiator, Pencipta dan Pemilik alam semesta ini? Untuk menciptakan Nyamuk saja belum tentu NABI MUHAMMAD SAW mampu apalagi  NABI MUHAMMAD SAW mau menjadikan dirinya seperti ALLAH SWT.


Sekarang bolehkah kita hanya menghormati NABI MUHAMMAD SAW saja dengan mengabaikan ALLAH SWT?  Jika sampai kita lebih menghormati  NABI MUHAMMAD SAW dibandingkan dengan      ALLAH SWT berarti kita telah menempatkan dan meletakkan NABI MUHAMMAD SAW lebih berkuasa dan  lebih hebat dibandingkan dengan  ALLAH SWT. Sedangkan dalam kenyataannya sesuatu yang diutus lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan yang mengutus. Sebagai MAKHLUK yang telah TAHU DIRI jangan sampai kita salah meletakkan posisi ALLAH SWT dan posisi NABI MUHAMMAD SAW sebab hasil akhir dari penempatan ini akan berbeda dampaknya bagi kesuksesan kita di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan jika NABI MUHAMMAD SAW sebagai RASUL TERAKHIR sudah tidak ada lagi karena telah meninggal dunia, apakah program KEKHALIFAHAN di muka bumi menjadi terhenti atau tidak berjalan lagi? 


Dengan berakhirnya masa tugas NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL  dan/atau telah berakhirnya masa tugas  NABI MUHAMMAD SAW sebagai Utusan Khusus ALLAH SWT atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi, BUKAN  berarti program KEKHALIFAHAN di muka bumi menjadi BATAL  atau DIHENTIKAN oleh ALLAH SWT. Wafatnya  atau meninggalnya NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir  atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi  maka yang berakhir itu hanyalah proses penyampaian informasi tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dan/atau berakhirnya proses sosialisasi tentang rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi sedangkan programnya akan tetap berlanjut sampai KHALIFAH-KHALIFAH yang ada di muka bumi menempati SYURGA atau menempati NERAKA. Selanjutnya, apa yang harus kita jadikan pedoman yang mendasar setelah meninggalnya NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir? Berikut ini kami akan kemukakan 4(empat) buah kondisi yang harus kita jadikan pedoman setelah NABI MUHAMMAD SAW tiada, yaitu:   


1.      ALLAH SWT selamanya ada sebab ALLAH SWT  tidak akan musnah oleh sebab apapun juga dan selamanya akan terus menyertai kita dimanapun kita berada sepanjang diri kita melakukan IMAN kepada ALLAH SWT.

2.      AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang merupakan KONSEP ILAHIAH bagi kepentingan KEKHALIFAHAN di muka bumi akan tetap ada sampai dengan hari kiamat.

3.      AL-QUR'AN sebagai  BUKU MANUAL dari KEKHALIFAHAN di muka bumi juga tetap ada sampai dengan hari kiamat.

4.      HADITS dengan berbagai istilah yang ada di dalamnya seperti SHAHIH, HASAN, RAWI, DHOIF, MUTHAWATIR, QUDSI, atau MUTHAFAK ALAIH akan tetap ada sampai dengan hari kiamat.


Jika ini adalah kondisinya maka sebagai KHALIFAH di muka bumi kita tidak perlu TAKUT dan BINGUNG, RESAH dan GELISAH di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH sebab ALLAH SWT sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik jika kita ingin sukses menjadi KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus MAKHLUK PILIHAN. Untuk itu jadikan dan pergunakan 4(empat) ketentuan yang kami sebutkan di atas sebagai alat bantu di dalam mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang kita jalani. Selanjutnya dengan telah berakhirnya tugas NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir, maka :


1.      Kita harus menjadikan NABI MUHAMMAD SAW sebagai CONTOH dan TELADAN bagi diri kita di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.

2.      Jangan pernah mengkultuskan NABI MUHAMMAD SAW sebab UTUSAN bukanlah segala-galanya. Hal ini disebabkan yang MENGUTUS lebih berkuasa dan lebih hebat dari yang di utus.

3.      KITA tidak pernah DILARANG oleh ALLAH SWT untuk mendapatkan hal-hal yang sama dengan apa-apa yang diperoleh NABI MUHAMMAD SAW  seperti pribadi yang memiliki  bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan, kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna, terkecuali TITEL  NABI dan RASUL.  Hal ini disebabkan ALLAH SWT  tidak mengeluarkan lagi  TITEL NABI dan RASUL baru kepada KHALIFAHNYA setelah NABI MUHAMMAD SAW wafat.

4.      Hal yang harus kita ingat adalah SYAFAAT NABI MUHAMMAD SAW tidak ada saat ini sebab NABI MUHAMMAD SAW sudah meninggal dunia. SYAFAAT NABI MUHAMMAD SAW hanya berlaku setelah kiamat terjadi dan/atau SYAFAAT dari NABI MUHAMMAD SAW tidak akan berlaku sebelum kiamat terjadi.

5.      Jika kita ingin sukses seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW menjalankan tugas di muka bumi sarananya bukanlah mempergunakan WAHYU akan tetapi melalui IMAN,  AMAL SHALEH, DZIKIR dan DOA.


Sebagai KHALIFAH yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke  muka bumi, jangan sampai diri kita salah menempatkan ALLAH SWT dibandingkan dengan posisi NABI MUHAMMAD SAW. Hal ini akan berakibat FATAL kepada keberhasilan diri kita di dalam menjalankan tugas di muka bumi.


B.  CINTA ALLAH SWT ikuti RASUL


Pabrikan mobil Toyota ada di Jepang, selanjutnya untuk memudahkan penjualan dan memberikan layanan purna jual kepada konsumen yang berada di luar Jepang maka Pabrikan menunjuk ATPM yang berada di luar Jepang untuk menjadi perpanjangan tangan Pabrikan di dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban Pabrikan terhadap konsumen. Di lain sisi sebagai Konsumen yang telah membeli mobil Toyota, adakah konsekuensi yang timbul setelah membeli mobil? Jika kita berharap memperoleh layanan purna jual dari Pabrikan, maka kita harus mempercayai kemampuan Pabrikan untuk bertanggung jawab terhadap mobil yang telah diproduksinya dan yang telah dijualnya.


Untuk itu konsumen tidak harus pergi ke Jepang untuk menagih janji-janji Pabrikan, namun Konsumen cukup  hanya mendatangi ATPM maka seluruh fasilitas layanan purna jual dapat kita nikmati. Adanya kondisi seperti ini dapat dikatakan bahwa jika kita ingin memperoleh layanan purna jual yang optimal maka kita harus mempercayai Pabrikan dengan mempercayai ATPM yang telah ditunjuk. Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang berkedudukan di ARSY di dalam memenuhi Janji-Janji-Nya kepada setiap KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi, apakah ALLAH SWT juga memberlakukan hal yang prinsipnya hampir sama dengan Pabrikan?


apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].
(surat An Nisaa' (4) ayat 79-80)

[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.


ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik kekhalifahan di muka bumi memiliki mekanisme tersendiri di dalam memenuhi Janji-Janji-Nya kepada manusia, namun prinsipnya hampir sama dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu mari kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:

1.      Untuk memperoleh Janji-Janji ALLAH SWT dan/atau merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT, kita harus terlebih dahulu beriman kepada ALLAH SWT lalu beriman pula kepada NABI dan RASUL yang telah di utus ALLAH SWT ke muka bumi.

2.      Untuk memperoleh Janji-Janji ALLAH SWT atau untuk memperoleh kenikmatan bertuhankan kepada ALlAH SWT, kita tidak harus pergi ke ARSY, akan tetapi cukup dengan mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan melalui utusan khusus ALLAH SWT di muka bumi.

3.      NABI dan RASUL tidak mempunyai HAK untuk memberikan Janji-Janji ALLAH SWT dan/atau memberikan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT. Hal ini dikarenakan NABI dan RASUL hanyalah Utusan Khusus ALLAH SWT di muka bumi yang dikirim untuk memberikan CONTOH dan TELADAN kepada  KEKHALIFAHAN yang menjadi tanggung jawabnya.

4.      Hanya NABI MUHAMMAD SAW yang diberikan kesempatan untuk memberikan SYAFAAT setelah permainan selesai dilaksanakan dan/atau di waktu penilaian akhir/hisab di lakukan. 

Ke-empat kondisi yang kami kemukakan di atas ini, sejalan dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT di dalam surat An Nisaa' (4) ayat 79-80 di atas, yaitu ALLAH SWT memerintahkan kepada seluruh KHALIFAHNYA untuk mentaati RASUL dan jika ini kita lakukan berarti kitapun telah mentaati ALLAH SWT. Hal ini dimungkinkan karena NABI dan RASUL merupakan Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi yang khusus ditugaskan oleh ALLAH SWT untuk memberikan CONTOH dan TELADAN serta memberikan BIMBINGAN kepada umatnya yang ingin sukses menjalankan tugas di muka bumi sebagai seorang KHALIFAH. 


C.  RASUL penuntun MANUSIA menuju ALLAH SWT


ATPM ditunjuk oleh Pabrikan bukanlah semata-mata untuk memudahkan penjualan dan layanan purna jual. Akan tetapi dengan adanya ATPM atau adanya Agen Tunggal yang berada di luar negara dimana PABRIKAN berada, dapat menjadi PENUNTUN bagi konsumen untuk berhubungan dengan Pabrikan. Hal yang sama berlaku juga pada NABI MUHAMMAD SAW selaku Duta Besar       ALLAH SWT di muka bumi. Adanya NABI MUHAMMAD SAW di muka bumi maka NABI MUHAMMAD SAW selain bertugas menerangkan tentang ALLAH SWT beserta program kekhalifahan di muka bumi akan tetapi NABI MUHAMMAD SAW juga memiliki peran sebagai PENUNTUN bagi umatnya jika ingin menuju atau berhubungan dengan ALLAH SWT sehingga umatnya selalu berada dan sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.


Selanjutnya ALLAH SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 164 menerangkan tentang kegunaan dan manfaat yang dapat kita peroleh dari NABI dan RASUL. Selain itu ALLAH SWT juga menginformasikan kepada diri kita bahaya jika kita tidak mau mengikuti tuntunan dari NABI MUHAMMAD SAW yaitu KESESATANlah yang akan kita peroleh dan/atau ketidaksesuaian diri kita dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita mengacu kepada pola kerja ATPM dengan Pabrikan, maka NABI MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH SWT juga menerapkan pola kerja yang hampir sama dengan ATPM yaitu NABI MUHAMMAD SAW harus terlebih dahulu selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT maka barulah NABI MUHAMMAD SAW akan sukses melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi sesuai dengan KEHENDAK yang mengutusnya.


sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat Ali Imran (3) ayat 164)


Selanjutnya bagaimana dengan diri kita yang telah mengaku Beriman kepada ALLAH SWT? Jika kita ingin sukses seperti halnya NABI MUHAMMAD SAW sukses, tidak ada jalan lain kitapun harus selalu selaras, serasi dan seimbang dengan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT melalui Tuntunan yang telah dicontohkan oleh NABI MUHAMMAD SAW. Hal yang tidak akan mungkin terjadi adalah jika kita berharap merasakan Nikmatnya Bertuhankan kepada ALLAH SWT jika diri kita tidak pernah selaras, serasi dan seimbang dengan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Selain daripada itu dapatkah kita memperoleh Janji-Janji  ALLAH SWT jika kita menerapkan konsep putus sambung dengan ALLAH SWT dan/atau kita hanya melakukan komunikasi secara MISCALL kepada ALLAH SWT padahal konsep ini tidak pernah dicontohkan oleh NABI MUHAMMAD SAW? Untuk memperoleh sinyal handphone yang baik dan benar saja kita tidak bisa putus sambung putus sambung dengan operator selular, apalagi kepada ALLAH SWT.


Untuk itu jika kita merasa bahwa diri kita yang membutuhkan ALLAH SWT maka kita harus bersikap melebihi apa yang kita lakukan kepada operator selular. Hal ini dikarenakan  ALLAH SWT tidak membutuhkan diri kita sebab ALLAH SWT sudah MAHA. Selain daripada itu ada hal lainnya yang harus kita perhatikan yaitu  tempat kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH bukanlah tempat yang kita ciptakan dan bukan pula tempat yang kita miliki, akan tetapi tempat yang dimiliki ALLAH SWT. Jika ini keadaannya maka siapakah yang harus terlebih dahulu menyesuaikan diri kepada ALLAH SWT? Sebagai orang yang TAHU DIRI maka kita harus mematuhi ketentuan dan ketetapan yang telah ALLAH SWT berlakukan  selaku pemilik langit dan bumi maka barulah janji-janji ALLAH SWT dapat kita peroleh.


D.  RASUL ikutan dan teladan MANUSIA


Untuk menjadi ATPM suatu PABRIKAN bukanlah perkara yang mudah sebab  wajib mencerminkan KREDIBILITAS  Pabrikan di mata pelanggan. Untuk menjadi ATPM mutlak diperlukan kemampuan lebih di atas rata-rata sehingga apa yang diperbuat oleh ATPM dapat dijadikan pedoman dan ikutan bagi konsumen di dalam merawat kendaraan. Disinilah kunci sukses PABRIKAN dipertaruhkan oleh ATPM yaitu ATPM wajib menjadikan dirinya sebagai CERMINAN Pabrikan yang paling mengerti, yang paling tahu, yang paling ahli, dari mobil atau barang yang dihasilkan oleh Pabrikan. Sekarang apakah kondisi ini berlaku juga pada diri NABI MUHAMMAD SAW selaku Duta Besar  ALLAH SWT di muka bumi? Hal yang sama juga terjadi pada diri NABI MUHAMMAD SAW sewaktu menjalankan tugas sebagai Duta Besar  ALLAH SWT di muka bumi. Sebagai Duta Besar ALLAH SWT maka NABI MUHAMMAD SAW harus dapat menunjukkan dan memperlihatkan KREDIBILITAS ALLAH SWT yang MAHA HEBAT di mata umatnya.


 Jika sampai NABI MUHAMMAD SAW tidak dapat memperlihatkan, menunjukkan, membuktikan KREDIBILITAS ALLAH SWT dapat dikatakan bahwa NABI MUHAMMAD SAW telah gagal di dalam menjalankan tugas. Kenyataannya adalah bahwa NABI MUHAMMAD SAW sukses melaksanakan tugas-tugas yang diembannya walaupun kita tahu kondisi dasar NABI MUHAMMAD SAW sebagai MANUSIA BIASA tidak akan mungkin dapat melakukan itu semua.Adanya kesuksesan yang diraih oleh NABI MUHAMMAD SAW maka kita harus dapat menjadikan NABI MUHAMMAD SAW sebagai IKUTAN, sebagai CONTOH dan sebagai TELADAN dalam berbuat dan bertindak sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.


dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(surat An Nisaa' (4) ayat 64)

[313] Ialah: berhakim kepada selain Nabi Muhammad s.a.w.


ALLAH SWT melalui surat An Nisaa' (4) ayat 64 memerintahkan kepada setiap KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi  untuk mentaati NABI dan RASUL yang telah di utus atas izin-Nya. Kenapa kita harus mentaati NABI dan RASUL? Seperti halnya kita membeli mobil, maka kita diharuskan pula untuk mematuhi ketentuan Agen Tunggal,hal ini dikarenakan Agen Tunggal  merupakan Representasi dari Pabrikan sehingga apa-apa yang diperbuat dan dilaksanakan oleh Agen Tunggal  merupakan perpanjangan tangan Pabrikan untuk memenuhi layanan purna jual kepada konsumen. Hal yang hampir sama juga berlaku kepada NABI dan RASUL, sehingga apa-apa yang dicontohkan, apa-apa yang disuruh, apa-apa yang di ajarkan oleh NABI dan RASUL sebenarnya tidak lain adalah apa-apa yang telah diperintahkan dan di ajarkan oleh  ALLAH SWT selalu pengutus NABI dan RASUL dan/atau NABI dan RASUL bertindak dan berbuat sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.


Selanjutnya jika kita ingin memperoleh apa-apa yang telah dijanjikan Pabrikan berdasarkan GARANSI yang masih berlaku,  bolehkah kita melawan atau bolehkah kita melanggar ketentuan atau bolehkah kita mengurangi dan/atau menambah ketentuan Pabrikan yang dilaksanakan oleh ATPM? Selama kita mematuhi ketentuan dari Pabrikan yang dijalankan oleh ATPM maka apa-apa yang telah dijanjikan Pabrikan akan dapat kita nikmati dan rasakan. Sekarang bagaimana dengan ketentuan ALLAH SWT yang menyuruh manusia untuk taat dan patuh kepada Nabi dan Rasul-Nya?ALLAH SWT juga akan memberikan apa-apa yang dijanjikan-Nya kepada diri kita atau manusia sepanjang diri kita atau manusia mau mentaati, mau melaksanakan, mau menjalankan PERINTAH ALLAH SWT melalui apa-apa yang dicontohkan oleh Nabi dan Rasul-Nya. 


Selanjutnya adakah resiko yang  akan kita peroleh jika kita tidak mau melaksanakan perintah ALLAH SWT melalui apa-apa yang dicontohkan melalui Nabi dan Rasul-Nya? Melalui surat An Nisaa' (4) ayat 64, ALLAH SWT memberikan jawabannya yaitu Nabi dan Rasul akan lepas tanggungjawab kepada manusia yang tidak patuh dan tidak taat sedangkan kepada manusia yang patuh dan taat maka Nabi dan Rasul akan memohonkan ampun kepada ALLAH SWT jika kita mempunyai kesalahan, dosa ataupun perbuatan yang di luar kehendak kita.Sekarang maukah kita ditolong, dimohonkan, dibantu, oleh Nabi MUHAMMAN SAW  kepada  ALLAH SWT? Jika kita menginginkan hal tersebut pelajarilah AD DIIN dengan sebaik-baiknya dan/atau TAATILAH PERINTAH NABI dan RASULNYA di dalam kerangka melaksanakan KEHENDAK ALLAH SWT tanpa ada bantahan dan sanggahan apapun.
 


E.   JANGAN mengaku-ngaku NABI dan RASUL

Pembaca, sebelum kita membahas lebih lanjut tentang sub bab ini, berikut ini akan kami kemukakan terlebih dahulu beberapa asumsi dasar yang akan kita jadikan patokan untuk membahas tentang jangan mengaku-ngaku NABI dan RASUL, yaitu: 

1.      ALLAH SWT adalah Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi ini berarti ketentuan yang harus berlaku di langit dan di bumi adalah ketentuan ALLAH SWT.
2.      WAHYU adalah Kalam ALLAH SWT yang harus disampaikan oleh orang-orang pilihan ALLAH SWT dalam hal ini adalah NABI dan RASUL kepada umat manusia.
3.      Orang-orang Pilihan adalah UTUSAN KHUSUS ALLAH SWT atau DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi untuk menyampaikan risalah dari ALLAH SWT, jika ia hanya menyampaikan risalah secara terbatas kepada kaumnya saja maka ia disebut NABI dan jika ia menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia ia disebut dengan RASUL.

4.      Seorang NABI belum tentu ia seorang RASUL, akan tetapi seorang RASUL sudah pasti ia seorang NABI dan/atau untuk menjadi RASUL harus terlebih dahulu menjadi NABI. 

5.      KITAB SUCI adalah Kumpulan dari Risalah ataupun WAHYU yang diterima oleh NABI dan RASUL.



Sekarang ALLAH SWT sebagai Pencipta dan Pemilik dari alam semesta ini menyatakan di dalam surat Al Ahzab (33) ayat 40 di bawah ini bahwa MUHAMMAD SAW adalah RASULULLAH dan MUHAMMAD SAW adalah penutup para NABI atau NABI terakhir. Adanya ketentuan ini berarti di langit dan di bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT berlaku ketentuan bahwa NABI MUHAMMAD SAW adalah NABI dan RASUL terakhir ALLAH SWT di muka bumi.

Muhammad itu sekali-sekali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Ahzab (33) ayat 40)


Selanjutnya berdasarkan asumsi-asumsi yang telah kami kemukakan di atas yang kemudian dihubungkan dengan surat Al Ahzab (33) ayat 40, maka kita akan mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:


1.      MUHAMMAD SAW sudah dinyatakan sebagai  Nabi terakhir atau penutup para NABI oleh ALLAH SWT maka setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia, tidak akan ada lagi RASUL yang akan di utus oleh ALLAH SWT di muka bumi (ingat syarat untuk menjadi Rasul harus menjadi Nabi terlebih dahulu). Hal yang harus kita jadikan pegangan adalah walaupun nanti Nabi Isa as, akan turun ke muka bumi lagi bukan berarti Nabi Isa as, menjadi nabi penutup atau nabi terakhir. Nabi Isa as, turun ke muka bumi lagi bukan untuk menyampaikan risalah baru. Nabi Isa as, turun ke muka bumi lagi bukan untuk menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW, melainkan untuk mengkoreksi umatnya yang telah salah karena menjadikan dirinya menjadikan Tuhan.

2.      Sepeninggal NABI MUHAMMAD SAW maka tidak ada lagi RISALAH BARU yang wajib disampaikan kepada seluruh umat manusia, dikarenakan WAHYU kepada orang-orang pilihan dalam hal ini NABI dan RASUL sudah tidak ada lagi dan/atau sudah tidak diturunkan lagi atau sudah habis dan ini berarti MALAIKAT JIBRIL as sudah tidak mempunyai tugas untuk menyampaikan WAHYU.

3.      Kitab suci Al Qur’an menjadi kitab suci yang terakhir diturunkan oleh ALLAH SWT sehingga Al Qur’an adalah kitab ALLAH SWT yang merupakan penyempurna bagi kitab sebelumnya, dalam hal ini Zabur, Taurat dan Injil, masih tetap berlaku dan/atau akan terus berlaku sampai akhir jaman. 
                       
Selanjutnya jika saat ini ada orang yang mengaku-ngaku NABI baru atau mengaku-ngaku RASUL baru dan/atau ada orang yang  mengaku-ngaku telah di angkat menjadi NABI dan RASUL baru setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia, bagaimana sikap kita menghadapi itu semua?

berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) Hai Samiri?" Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul[940] lalu aku melemparkannya, dan Demikianlah nafsuku membujukku".
(surat Thaahaa (20) ayat 95-96)

[940] Yang dimaksud dengan jejak Rasul di sini ialah ajaran-ajarannya. menurut faham ini Samiri mengambil sebahagian dari ajaran-ajaran Musa kemudian dilemparkannya ajaran-ajaran itu sehingga Dia menjadi sesat. menurut sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan jejak Rasul ialah jejak telapak kuda Jibril a.s. artinya Samiri mengambil segumpal tanah dari jejak itu lalu dilemparkannya ke dalam logam yang sedang dihancurkan sehingga logam itu berbentuk anak sapi yang mengeluarkan suara.


Seperti telah kita IMANI bahwa ALLAH SWT adalah Inisiator yang juga Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi beserta segala isinya termasuk di dalamnya KEKHALIFAHAN di muka bumi. Jika ini adalah asumsi dasar ALLAH SWT lalu ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan atau undang-undang siapakah WAJIB berlaku di muka bumi yang diciptakan dan yang dimiliki oleh ALLAH SWT? Jawabannya sudah pasti ketentuan-ketentuan ALLAH SWTlah dan/atau aturan-aturan ALLAH SWTlah dan/atau undang-undang ALLAH SWTlah yang WAJIB berlaku dan yang diberlakukan di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH SWT. Selanjutnya apakah keadaan ini memang sudah sepantasnya dan sepatutnya berlaku di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH SWT?


ALLAH SWT menerapkan hal ini memang sudah menjadi sebuah keharusan sebab Pencipta dan Pemilik penguasa  penuh dari apa-apa yang diciptakan dan yang dimilikinya. Selanjutnya jika  ALLAH SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik langit dan bumi sudah menetapkan ketentuan atau aturan atau undang-undang bahwa setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia, tidak ada lagi NABI dan RASUL yang baru, maka ketentuan ini harus berlaku di langit dan di bumi yang saat ini kita tinggali. Dan jika sekarang ada orang yang mengaku-ngaku NABI dan RASUL baru dan/atau ada kelompok-kelompok tertentu yang menjadikan seseorang sebagai NABI dan RASUL baru  di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH SWT setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia berarti :

1.      
Orang atau kelompok tersebut adalah orang-orang atau kelompok orang yang Tidak Tahu Diri dan/atau Tamu yang Tidak Tahu Diri sebab sudahlah menumpang di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH SWT masih pula bertindak di luar batas kepantasan dan kepatutan yaitu seolah-olah langit dan bumi ia yang menciptakan dan ia yang memilikinya. Jika orang atau kelompok tersebut Tahu Diri tentu ia tidak akan berani menyatakan hal itu sebab ia atau kelompok tersebut merupakan makhluk yang juga  diciptakan oleh ALLAH SWT sehingga ia tidak memiliki kemampuan apapun di bandingkan ALLAH SWT. 


2.      Orang atau kelompok tersebut sudah merasa mampu untuk menggantikan kedudukan ALLAH SWT di langit dan di bumi yang dimiliki ALLAH SWT, jika ini keadaannya cobalah orang atau kelompok tersebut membuat NYAMUK, AIR atau UDARA yang serupa dengan NYAMUK, AIR atau UDARA yang di diciptakan oleh ALLAH SWT?


3.      Orang atau kelompok tersebut telah mengambil dengan paksa kepemilikan langit dan bumi beserta isinya dari ALLAH SWT dan/atau telah terjadi Perampokan atau Penjajahan atas kepemilikan langit dan bumi dari ALLAH SWT. Jika hal ini terjadi bagaimana mungkin terjadi sebab orang dan kelompok tersebut juga diciptakan atas kehendak ALLAH SWT dan punya apakah orang dan kelompok di langit dan di bumi milik ALLAH SWT ini?

4.      
Orang atau kelompok tersebut sudah merasa hebat dengan meletakkan ALLAH SWT di bawah kekuasaannya, padahal orang dan kelompok tersebut bisa hidup dan beraktivitas karena ALLAH SWT dan juga hidup pun di bumi yang dimiliki ALLAH SWT, jika ini keadaannya kesopansantunan orang dan kelompok perlu di pertanyakan kembali sebab telah menjadikan TUAN RUMAH menjadi pecundang di rumahnya sendiri oleh TAMU yang tidak tahu diri dan/atau orang atau kelompok telah menjadi TAMU yang tidak tahu diri di langit dan di bumi ALLAH SWT.   


5.      Orang atau kelompok tersebut berani menantang  ALLAH SWT di bumi dan di langit yang dimiliki ALLAH SWT, jika ini keadaannya punya kemampuan apakah orang dan kelompok tersebut di bandingkan ALLAH SWT?


6.      Orang atau kelompok tersebut telah menjadikan dirinya sebagai TAMU yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang di bumi dan langit yang dimiliki ALLAH SWT sekarang malah TUAN RUMAH yang dilawannya.   


Apabila  kita telah menyatakan beriman kepada ALLAH SWT maka kita wajib melaksanakan Rukun Iman yang Enam dalam satu kesatuan pemahaman serta satu kesatuan pelaksanaannya. Dan juga kita Wajib dan Harus mempercayai sepenuhnya KALAM ALLAH SWT yang terdapat dalam Al Qur’an bahwa tidak ada lagi NABI setelah NABI MUHAMMAD SAW maka kita harus menerima pernyataan itu dalam bentuk KEIMANAN yang TEGUH dan MANTAP dengan mengatakan NABI BARU ataupun RASUL baru setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia adalah SESAT dan MENYESATKAN serta telah melanggar ketentuan ALLAH SWT.Sekarang bagaimana jika ada orang  yang menyatakan bahwa ia telah menerima Wahyu dari  ALLAH SWT secara langsung sehingga ia menobatkan dirinya sendiri sebagai NABI dan RASUL? Jika hal ini terjadi ada baiknya hal-hal yang kami kemukakan di bawah ini, dikemukakan, disampaikan kepada orang yang mengaku-ngaku telah menerima wahyu dari ALLAH SWT itu dengan hal-hal sebagai berikut: 


1.      NABI MUHAMMAD SAW  yang namanya sudah disandingkan oleh ALLAH SWT di ARSY sebelum diciptakan langit dan bumi,  sewaktu menerima WAHYU dari ALLAH SWT saja harus melalui perantaraan Malaikat Jibril as, sekarang bagaimana mungkin ada orang yang menerima  WAHYU dari ALLAH SWT secara langsung, apa tidak akan hancur langit dan bumi ini, apa ALLAH SWT tidak melanggar ketentuannya sendiri?

2.      AL-QUR'AN yang di dalam isi dan kandungannya tidak mengenal istilah SHAHIH, HASAN, SHANAT, RAWI, MUTHAWATIR, MUTHAFAQ ALAIH maupun  QUDSI,  tidak akan mungkin ada ayat-ayatnya saling bertentangan sebab isi dan kandungan dari Al-QUR'AN itu sendiri merupakan cerminan dari KEMAHAAN ALLAH SWT itu sendiri. Jika  ALLAH SWT sudah menyatakan NABI dan RASUL berakhir dan tidak ada lagi maka tidak akan mungkin ada NABI dan RASUL baru sesudah NABI MUHAMMAD SAW dengan demikian tidak akan ada lagi WAHYU yang diturunkan melalui perantaraan MALAIKAT JIBRIL as.

3.      Malaikat JIBRIL as sebagai Malaikat yang berpredikat paling Mulia  dan yang mempunyai tugas menyampaikan Wahyu, apakah mungkin Malaikat JIBRIL as. mau membangkang perintah  ALLAH SWT untuk menyampaikan Wahyu kembali sedangkan NABI dan RASUL sudah tidak ada lagi?


Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, berhati-hatilah dengan kondisi yang kami kemukakan di atas ini. Untuk itu milikilah PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT atau milikilah PENGETAHUAN tentang AD DIIN atau DIINUL ISLAM secara KAFFAH agar kita tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu murahan yang saat ini sering terjadi.


F.   RASUL tidak boleh bikin AYAT

BUKU MANUAL merupakan kewenangan Mutlak yang hanya dimiliki oleh Pabrikan, sehingga ATPM tidak memiliki Hak apapun juga untuk merubah, menambah, mengurangi, menyesuaikan BUKU MANUAL tersebut dengan kepentingan ATPM selaku perpanjangan tangan Pabrikan. Ini berarti ATPM harus tunduk dan patuh kepada apa-apa yang tertera di dalam BUKU MANUAL, selanjutnya bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW? NABI MUHAMMAD SAW selaku UTUSAN ALLAH SWT juga tidak memiliki Hak Apapun untuk merubah, menambah, mengurangi, apalagi menyesuaikan AL-QUR'AN untuk maksud apapun juga. 

Sehingga dengan demikian NABI MUHAMMAD SAW wajib tunduk dan patuh serta taat dengan AL-QUR'AN yang diturunkan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya untuk apakah ALLAH SWT melarang NABI MUHAMMAD SAW melakukan hal-hal yang kami sebutkan di atas? ALLAH SWT melakukan ini semua dalam rangka menjaga kemurnian, menjaga kesucian, menjaga keutuhan, menjaga ke-autentikkan AL-QUR'AN hanya berasal dari ALLAH SWT termasuk di dalamnya jangan sampai isi dan kandungan AL-QUR'AN tercampur dengan pemikiran, masukan yang berasal dari diri NABI MUHAMMAD SAW itu sendiri.

Kondisi ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat Ar Ra'd (13) ayat 38 di bawah ini, dimana ALLAH SWT tidak memperkenankan NABI dan RASUL termasuk di dalamnya NABI MUHAMMAD SAW  untuk membuat atau membikin ayat tertentu dan/atau membuat sendiri kitab suci yang akan disampaikan kepada umatnya tanpa se-izin ALLAH SWT. Jika NABI MUHAMMAD SAW yang namanya telah disandingkan oleh  ALLAH SWT di ARSY sebelum langit dan bumi diciptakan, Tidak diperkenankan dan Tidak diperbolehkan oleh  ALLAH SWT untuk membikin atau membuat AYAT, apalagi diri kita yang hanya menumpang di langit dan bumi yang tidak pernah kita ciptakan dan tidak pernah pula kita miliki.


dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu)[777].
(surat Ar Ra'd (13) ayat 38)

[777] Tujuan ayat ini ialah pertama-tama untuk membantah ejekan-ejekan terhadap Nabi Muhammad s.a.w. dari pihak musuh-musuh beliau, karena hal itu merendahkan martabat kenabian. keduanya untuk membantah Pendapat mereka bahwa seorang Rasul itu dapat melakukan mukjizat yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya bilamana diperlukan, bukan untuk dijadikan permainan. bagi tiap-tiap Rasul itu ada kitabnya yang sesuai dengan Keadaan masanya.


Jika sekarang ada orang yang mengaku-ngaku telah menerima Wahyu dari ALLAH SWT secara langsung, percayakah kita dengan pengakuan tersebut? Jika pemilik dan pencipta dari langit dan bumi sudah menyatakan Tidak ada lagi wahyu setelah NABI MUHAMMAD SAW meninggal dunia, maka tidak akan mungkin ada Ayat Baru, Kitab Baru, Nabi dan Rasul Baru sebab hal ini akan bertentangan dengan KALAM ALLAH SWT dalam surat Al Ahzab (33) ayat 40 di bawah ini.


Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Ahzab (33) ayat 40)

[1223] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.


Sebagai orang yang telah memiliki Pengetahuan tentang ALLAH SWT, jangan pernah mempercayai hal-hal tersebut sekalipun yang menyampaikannya adalah seorang KYIA, seorang USTAD, ataupun seorang ULAMA. Jika kita sampai mempercayai atau bahkan kita sendiri yang mengatakan hal itu maka secara langsung berarti kita telah mengadakan permusuhan dengan ALLAH SWT di muka bumi yang dimiliki pula oleh ALLAH SWT.


G.  RASUL berdakwah dengan BAHASA masing-masing


Pabrikan menunjuk ATPM di suatu negara tertentu dalam rangka mendekatkan Pabrikan dengan Konsumen. Adanya kedekatan Pabrikan dengan Konsumen melalui keberadaan ATPM berarti Pabrikan dapat melakukan komunikasi dengan Konsumen melalui BAHASA atau BUDAYA di mana ATPM itu berada sehingga dengan adanya hal ini terjadilah komunikasi timbal balik yang mudah antara Pabrikan  dan Konsumen. Sekarang bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi sebagai NABI dan RASUL terakhir? Dalam rangka memudahkan para pihak melaksanakan tugas maka ALLAH SWT menempatkan dan mengutus NABI dan RASULNYA sesuai dengan kondisi dan keadaan di mana umatnya berada. Sekarang bagaimana mungkin NABI dan RASUL bisa melaksanakan tugas sebagai PANUTAN, CONTOH dan TELADAN bagi umatnya jika antara NABI dan RASUL dengan umatnya terdapat Gap atau Jurang Pemisah berupa BAHASA atau BUDAYA? 


Disinilah ALLAH SWT memberikan kemudahan baik bagi NABI dan RASUL dan juga bagi umatnya dalam rangka diberikan bimbingan oleh NABI dan RASUL. Selain itu dengan adanya kondisi ini   ALLAH SWT juga telah menutup pintu complain atau keberatan atau sanggahan dari umatnya jika dikemudian hari terjadi pernyataan bahwa ALLAH SWT belum menurunkan NABI dan RASUL untuk umat tertentu. 


Sekarang ALLAH SWT sudah menurunkan kepada seluruh umat manusia termasuk diri kita Al-Qur'an dalam bahasa ARAB, apa yang harus kita lakukan? Tidak ada jalan lain kecuali menerima dan meyakini serta mengimani keberadaan Al-Qur'an sebagai Buku Manual yang diturunkan oleh ALLAH SWT bagi kepentingan kekhalifahan di muka bumi. Al-Qur'an dikatakan sebagai Buku Manual dari ALLAH SWT selain karena merupakan Kalam ALLAH SWT dan juga dikarenakan isi dan kandungan dari Al-Qur'an itu tidak lain adalah CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri. Hal ini sangat dimungkinkan dan sangat layak berlaku sebab ALLAH SWT sendiri adalah PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PERAWAT, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya termasuk diri kita, sehingga dengan kedudukan yang sempurna seperti itu patut dan pantaslah jika Al-Qur'an dikatakan sebagai CERMINAN dari  ALLAH SWT itu sendiri.


Selanjutnya jika NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menyampaikan Isi dan Kandungan Al-Qur'an maka secara tidak langsung NABI MUHAMMAD SAW merupakan juru bicara ALLAH SWT di muka bumi untuk menyampaikan isi dan kandungan Al-Qur'an kepada seluruh umat manusia. Selanjutnya ada hal lainnya yang harus kita perhatikan dari Al-Qur'an yaitu tentang bahasa yang dipergunakan, dimana bahasa Al-Qur'an sangat berbeda jauh dan/atau tidak sama dengan bahasa Arab atau bahasa manusia lainnya, walaupun ke duanya mempergunakan Huruf Arab. Orang yang bisa berbahasa Arab belum tentu dia bisa dan mengerti tentang bahasa Al Qur’an, walaupun huruf yang dipergunakan adalah sama, yaitu huruf Arab. Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Al-Qur'an dengan bahasa Arab, disinilah ALLAH SWT menunjukkan kebesaran Al-Qur'an dibandingkan dengan kitab atau buku-buku yang mempergunakan bahsa manusia. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa keistimewaan-keistimewaan dari bahasa Arab yang mempergunakan huruf Arab, yaitu :

1.      Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab merupakan bahasa yang hidup.
2.      Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan.
3.  Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang amat luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian tidak terdapat dalam bahasa lain.


Sekarang apa yang terjadi jika bahasa Al-Qur'an mempergunakan huruf Arab? Jika bahasa Arab yang mempergunakan huruf Arab saja mampu memiliki keistimewaan-keistimewaan dibandingkan dengan bahasa manusia lainnya, tentu bahasa Al-Qur'an jauh melebihi kemampuan bahasa Arab. Inilah salah satu alasan lainnya, mengapa Al-Qur’an diturunkan memakai huruf Arab, bukan mempergunakan bahasa Indonesia, bahasa Urdu atau bahasa Inggris. Hal lainnya yang membedakan bahasa Al-Qur'an dengan bahasa Arab adalah untuk mempelajari isi dan kandungan Al-Qur'an tidaklah mudah seperti kita mempelajari bahasa Arab pada umumnya. Hal ini dikarenakan isi dan kandungan dari Al-Qur'an dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)buah tingkatan atau kategori, yaitu:

1.      isi dan kandungan Al-Qur'an yang tersurat berdasarkan atas apa-apa yang tertulis,
2.      isi dan kandungan Al-Qur'an yang tersirat di balik tulisan yang terdapat di dalam Al-Qur'an itu sendiri, dan
3.      isi dan kandungan Al-Qur'an yang tersembunyi di balik yang tersurat dan yang tersiratnya dari apa-apa yang terdapat dalam Al-Qur'an.

Al-Qur'an yang di dalamnya sarat makna tentu tidak mudah untuk disampaikan, tidak mudah untuk di ajarkan, kepada umat manusia. Untuk itu ALLAH SWT mengutus dan/atau mengirimkan MANUSIA-MANUSIA  PILIHAN sebagai JURU BICARA yang dapat menerangkan dan melaksanakan serta mengajarkan isi kandungan Al-Qur'an secara menyeluruh sehingga apa-apa yang terdapat di dalam  Al-Qur'an dapat mudah untuk dipahami dan/atau dapat dengan mudah dimengerti oleh umat manusia sesuai dengan keinginan dan kehendak ALLAH SWT.

Selain daripada itu, Al-Qur'an  juga wajib kita IMANI sebagai pelaksanaan RUKUN  IMAN yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.

 
dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
(surat Fushshilat (41) ayat 44)

[1334] Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka.


Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sudah tidak ada lagi, apa yang harus kita lakukan, apakah kita harus pula berbahasa Arab atau berbahasa Al-Qur'an yang mempergunakan huruf Arab? Jika kita sudah menyatakan memeluk DIINUL ISLAM sebagai Agama yang Haq dan/atau kita telah menyatakan BERIMAN kepada ALLAH SWT maka secara otomatis kita harus dapat menjadikan Al-Qur'an yang mempergunakan huruf ARAB sebagai satu-satu BUKU PEDOMAN di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi dan jika ini keadaannya maka kitapun harus pula mempelajari, mengerti, paham dengan Bahasa Al-Qur'an yang mempergunakan huruf ARAB. Adanya kondisi seperti ini, bagaimana mungkin kita dapat mempelajari, memahami, mengerti isi dan makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an jika kita tidak pernah tahu dan tidak pernah mengerti tentang BAHASA Al-Qur'an yang mempergunakan huruf Arab? Jika kita mengacu kepada perintah IQRA yang artinya bukan sekedar hanya Membaca Saja maka sudah sepantasnya dan sepatutnya pula kita tahu dan mengerti tentang Bahasa Al-Qur'an yang mempergunakan huruf Arab. Sudahkah kita belajar Bahasa Al-Qur'an?

   
H.  SUNNAH NABI MUHAMMAD SAW tetap

Setiap DUTA BESAR wajib bertindak dan berbuat sesuai dengan jati diri bangsa dari NEGARA yang mengutusnya. Hal ini juga berlaku kepada NABI dan RASUL yang diutus ALLAH SWT ke muka bumi. Timbul pertanyaan, bagaimana dengan NABI kita yaitu NABI MUHAMMAD SAW yang juga Duta Besar terakhir ALLAH SWT di muka bumi? NABI MUHAMMAD SAW tanpa terkecuali juga melaksanakan apa-apa yang mencerminkan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT yang merupakan Pengutus NABI MUHAMMAD SAW itu sendiri. Adanya kondisi seperti ini kepada NABI MUHAMMAD SAW maka NABI MUHAMMAD SAW akan mencerminkannya melalui tindak tanduk, omongan, perbuatan, memberikan Taqrir atau memberikan suatu  persetujuan atas sesuatu hal yang tidak dilakukan oleh NABI MUHAMMAD SAW akan tetapi NABI memperbolehkannya.

Selanjutnya dengan adanya Tindak Tanduk, Perbuatan, Omongan, Perkataan, atau Taqrir yang dilakukan oleh NABI MUHAMMAD SAW maka lahirlah apa yang dinamakan dengan HADITS. Selanjutnya dengan adanya HADITS yang berasal dari NABI MUHAMMAD SAW berarti terdapat Ketentuan-Ketentuan Baru di luar yang ada dalam  Al-Qur'an, ini berarti NABI MUHAMMAD SAW telah menetapkan dan mengeluarkan SUNNAH yang harus dijadikan patokan dan pedoman bagi umatnya dalam berbuat, bertindak dan berperilaku.


(kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu[864] dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.
(surat Al Israa' (17) ayat 77)

[864] Maksudnya: tiap-tiap umat yang mengusir Rasul pasti akan dibinasakan Allah. demikian Itulah sunnah (ketetapan) Allah s.w.t.


Untuk menjamin SUNNAH yang berasal dari HADITS berlaku sebagai sebuah pedoman untuk berbuat, untuk bertindak dan untuk berperilaku maka ALLAH SWT memberikan Jaminan-Nya  kepada SUNNAH atau KETENTUAN yang berasal dari HADITS NABI MUHAMMAD SAW itu sepanjang HADITS tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi yaitu AL-QUR'AN. ALLAH SWT memberikan jaminan seperti ini dalam rangka menunjukkan bahwa ALLAH SWT selaku Pengutus NABI MUHAMMAD SAW bertanggung jawab dengan apa-apa yang telah diperbuat oleh NABI MUHAMMAD SAW di mata umatnya atau di mata kekhalifahan di muka bumi. 


Sekarang apa jadinya jika SUNNAH NABI MUHAMMAD SAW yang berasal dari HADITS dimentahkan atau di anggap tidak berlaku atau dianggap tidak ada sama sekali oleh ALLAH SWT sedangkan NABI MUHAMMAD SAW sudah menyatakan hal semua itu kepada umatnya? Jika ini terjadi akan timbul kebimbangan, akan timbul kesimpangsiuran, akan timbul ketidakpercayaan umat kepada NABI MUHAMMAD SAW selaku utusan ALLAH SWT yang pada akhirnya dapat mengurangi atau meniadakan kemahaan dak kebesaran  ALLAH SWT sebagai pengutus NABI MUHAMMAD SAW ke muka bumi.  


I.    NABI dan RASUL RAHMAT seluruh ALAM


Pabrikan menunjuk ATPM tentu bukan untuk menyusahkan konsumen, akan tetapi untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen di dalam memperoleh informasi, keterangan, layanan purna jual sehingga konsumen tidak perlu pergi jauh-jauh ke tempat Pabrikan. Sekarang bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW sebagai Utusan ALLAH SWT di muka bumi? Hal yang sama juga berlaku bagi NABI MUHAMMAD SAW, dimana NABI MUHAMMAD SAW di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi bukan untuk menyusahkan umat manusia akan tetapi untuk memberikan panduan, tuntunan bagi umatnya untuk melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK dari pencipta KEKHALIFAHAN  itu sendiri dan juga  sebagai Pembawa Berita Gembira  dan juga sebagai Pemberi Peringatan bagi seluruh umat manusia.

Jika ini yang diajarkan oleh NABI MUHAMMAD SAW  kepada seluruh umatnya berarti  NABI MUHAMMAD SAW tidak pernah mengajarkan kepada umatnya, termasuk tidak pernah mengajarkank kepada diri kita,  untuk berbuat seperti layaknya seorang PROVOKATOR, menjadi PEMBOHONG,  Menyebarkan atau menjadi Penyebar FITNAH, maupun menyebarkan berita bohong baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu introspeksilah diri masing-masing jika hal-hal di atas ada pada diri kita.  

dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(surat Saba' (34) ayat 28)


Selanjutnya  untuk mempertegas tentang NABI dan RASUL  dan/atau tentang NABI MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar  ALLAH SWT di muka bumi, akan kami kemukakan beberapa ketentuan tentang NABI dan RASUL  lainnya yang harus kita imani sebagai bagian dari RUKUN IMAN yang ENAM berdasarkan firman-firman ALLAH SWT berikut ini:


a.   Berdasarkan surat Al Maa-idah (5) ayat 15-16 di bawah ini,  ALLAH SWT menerangkan bahwa RASUL bertugas untuk menerangkan isi dan kandungan yang terdapat di dalam KITAB ALLAH SWT dalam hal ini adalah Al-Qur'an. Sebenarnya apakah itu KITAB ALLAH SWT? KITAB ALLAH SWT merupakan sebuah kumpulan dari KALAM ALLAH SWT yang disampaikan kepada NABI dan RASULNYA atau kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui perantaraan MALAIKAT JIBRIL as untuk dipergunakan bagi kepentingan Manusia menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi sehingga dapat dikatakan KITAB ALLAH SWT adalah sebuah buku PENUNTUN, sebuah BUKU PEDOMAN, dan juga sebuah BUKU PANDUAN bagi keselamatan kekhalifahan di muka bumi.                                 


Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
 Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 15-16)


KITAB ALLAH SWT dikatakan demikian dikarenakan isi dan kandungan dari KITAB AL-QUR'AN tidak lain adalah CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri. Hal ini sangat dimungkinkan dan sangat layak berlaku sebab ALLAH SWT sendiri adalah PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PERAWAT, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya termasuk diri kita, sehingga dengan kedudukan yang sempurna seperti itu patut dan pantaslah jika Al-Qur'an dikatakan sebagai CERMINAN dari  KEMAHAAN  ALLAH SWT yang pasti ditunjukkan dan diperlihat oleh ALLAH SWT dalam KITABNYA. Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menyampaikan Isi dan Kandungan Al-Qur'an maka NABI MUHAMMAD SAW merupakan juru bicara  ALLAH SWT di muka bumi. 

Al-Qur'an yang di dalamnya sarat makna,  tentu tidak mudah untuk disampaikan, tidak mudah untuk di ajarkan, tidak mudah pula di amalkan oleh  umat manusia. Untuk itu ALLAH SWT mengutus dan/atau mengirimkan NABI MUHAMMAD SAW sebagai Juru Bicara untuk menerangkan dan melaksanakan serta mengajarkan isi kandungan Al-Qur'an secara menyeluruh sehingga apa-apa yang terdapat di dalam  Al-Qur'an dapat mudah untuk dipahami dan/atau dapat dengan mudah dimengerti oleh umat manusia sesuai dengan keinginan dan kehendak  ALLAH SWT. 


Selain daripada itu, Al-Qur'an  juga wajib kita IMANI sebagai pelaksanaan RUKUN  IMAN yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM dan IKHSAN. Selanjutnya adakah maksud & tujuan lain dari diturunkannya Al-Qur'an? Al-Qur'an diturunkan oleh  ALLAH SWT bukan hanya untuk menjelaskan dan menerangkan keberadaan ALLAH SWT melalui NABI dan RASULNYA akan tetapi  Al-Qur'an diturunkan untuk dijadikan:

1)      PETUNJUK menuju jalan yang lurus sehingga keselamatan yang kita raih.
2)      PEDOMAN di dalam mengarungi kehidupan dalam rangka mendapatkan keridhaan ALLAH SWT.
3)      PENUNTUN dari jalan yang gelap menuju jalan terang dan/atau dari jalan sesat menuju jalan yang lurus.    

Jika ini adalah kondisi maksud dan tujuan dari diturunkannya  Al-Qur'an kepada umat manusia yang dibawa oleh NABI MUHAMMAD SAW, masih maukah kita mengganti, menukar, atau menambah, mengurangi, mengakali dan/atau menyusun ulang  Al-Qur'an yang disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok tertentu? Jika kita berbuat seperti hal yang kami kemukakan di atas, maka hal itu tidak ada bedanya kita mengganti atau merubah atau melanggar  BUKU MANUAL yang telah dikeluarkan Pabrikan mobil sehingga apabila terjadi kerusakan dari mobil yang  kita beli akan menjadi TANGGUNG JAWAB PRIBADI masing-masing pemilik. ALLAH SWT pun akan memberlakukan ketentuan yang sama jika MANUSIA melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT mengenai Al-Qur'an.

a.       Berdasarkan surat Al Israa' (17) ayat 15 di bawah ini, ALLAH SWT menerangkan bahwa ALLAH SWT tidak akan meng-azab manusia atau suatu kaum jika ALLAH SWT belum pernah mengutus NABI/RASUL kepada kaum itu. Sedangkan jika manusia memperoleh hidayah dari perbuatannya maka nikmat tersebut adalah untuk keselamatan dirinya sendiri.Inilah salah satu bukti bahwa ALLAH SWT sangat sayang kepada manusia, ALLAH SWT sangat adil kepada manusia, ALLAH SWT sangat bijaksana kepada manusia serta ALLAH SWT sangat menjunjung tinggi prinsip FAIRPLAY, selanjutnya  ada apakah  di balik kebijaksanaan ini? Seperti kita ketahui bersama bahwa ALLAH SWT sebelum menciptakan manusia sudah mempersiapkan 2(dua) buah tempat kembali bagi manusia, yaitu SYURGA dan NERAKA, dimana keduanya memiliki karakteristik yang sangat berbeda jauh.

Adanya 2(dua) buah tempat kembali yang dipersiapkan oleh ALLAH SWT maka diperlukanlah bagaimana cara mengisi ke dua tempat kembali tersebut dengan seadil-adilnya. Adalah sangat zhalim jika ALLAH SWT tidak memberitahukan terlebih dahulu akan adanya  suatu ketetapan dan suatu ketentuan sebelum memberlakukan dan/atau mengenakan sanksi kepada manusia. Untuk itulah ALLAH SWT mengutus NABI atau RASUL terlebih dahulu kepada suatu kaum dalam rangka mengemukakan adanya suatu ketetapan dan ketentuan sehingga aturan main yang berlandaskan FAIRPLAY atau ADIL di dalam rangka mengisi SYURGA dan NERAKA dapat terlaksana dengan baik.


Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(surat Al Israa' (17) ayat 15)


Jika telah ada NABI atau RASUL yang telah diutus oleh  ALLAH SWT maka terjadilah keseimbangan informasi sehingga dikemudian hari tidak akan terjadi complain atau keberatan akibat tidak dan/atau belum diberitahukannya ketentuan dan ketetapan sebagai suatu aturan main oleh ALLAH SWT. Sehingga dapat dikatakan bahwa ALLAH SWT yang juga adalah DZAT yang MAHA ADIL tentu ALLAH SWT tidak mau dianggap tidak adil, berat sebelah, tidak fairplay, sebab hal ini akan mencoreng KEMAHAAN yang dimiliki-Nya. ALLAH SWT jelas akan menunjukkan kepada seluruh makhluknya bahwa  ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki KEMAHAAN yang tidak diragukan lagi keberadaan-Nya.


c.       Berdasarkan menurut surat An Nahl (16) ayat 36 di bawah ini,  diterangkan bahwa salah satu tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh Nabi atau Rasul adalah Menyeru umatnya untuk Menyembah ALLAH SWT saja dan menjauhi THAGHUT. Ini berarti bahwa NABI atau RASUL diharuskan mengajarkan kepada umatnya apa yang dinamakan dengan BERIMAN kepada  ALLAH SWT saja sehingga dalam keseharian yang kita jalankan hendaknya selalu bersama dengan ALLAH SWT.


dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(surat An Nahl (16) ayat 36)


d.   Berdasarkan surat Ash Shaff (61) ayat 9 di bawah ini,  ALLAH SWT menerangkan bahwa NABI/RASUL di utus oleh ALLAH SWT hanya untuk membawa PETUNJUK dan AGAMA yang benar yang berasal dari ALLAH SWT semata. NABI dan RASUL di dalam melaksanakan tugasnya harus dapat menjadikan AGAMA yang dibawanya menjadi AGAMA yang paling SEMPURNA di muka bumi apapun resikonya.  Selanjutnya bolehkah NABI atau RASUL melaksanakan tugas di luar apa-apa yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT? NABI atau RASUL tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan oleh ALLAH SWT berbuat dan berkehendak di luar apa-apa yang menjadi tugas pokoknya. Sekarang bagaimana dengan MANUSIA atau diri kita jika tidak mau menerima PETUNJUK dan AGAMA yang BENAR yang berasal dari ALLAH SWT melalui NABI dan RASULNYA?


Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.
(surat Ash Shaff (61) ayat 9)

Seperti halnya konsumen yang tidak mau menerima apa-apa yang tercantum di dalam buku manual, maka ALLAH SWT pun akan mengenakan sanksi kepada manusia yang tidak mau menerima Petunjuj dan Agama yang benar yang disampaikan oleh ALLAH SWT melalui NABI dan RASULNYA.


a.       Berdasarkan surat Al Israa' (17) ayat 110 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW adalah penuntun yang mengajarkan dan yang mencontohkan bagaimana cara untuk menjalankan syariat Diinul Islam. Dengan demikian NABI MUHAMMAD SAW menjadikan dirinya sendiri sebagai suri teladan dan/atau pemberi contoh atas ajaran-ajaran yang termaktub dalam kitab atau risalah yang telah diterimanya. Adanya NABI MUHAMMAD SAW sebagai Nabi dan Rasul yang ditunjuk dan ditetapkan oleh ALLAH SWT maka umat manusia akan mendapatkan pelajaran, wejangan, contoh atas apa-apa yang telah ALLAH SWT perintahkan.



Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.
(surat Al Israa’ (17) ayat 110)


Jika NABI MUHAMMAD SAW sudah mengajarkan kepada kita agar jangan sampai mengeraskan suara dan juga jangan pula terlalu merendahkan suara sewaktu shalat, sudahkah kita melaksanakannya dengan baik? Selanjutnya kita juga diperkenankan untuk berdoa kepada ALLAH SWT melalui kebesaran ASMAUL HUSNA, sudahkah kita melakukannya? 

f.    Berdasarkan surat An Naml (27) ayat 46 dan surat Huud (11) ayat 52 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW akan memberikan contoh dan tuntunan bagi MANUSIA termasuk kepada diri kita,  untuk menuju atau untuk memperoleh atau untuk mendapatkan Ampunan dan Rahmat dari ALLAH SWT.


Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat".
(surat An Naml (27) ayat 46)

dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."
(surat Huud (11) ayat 52)


g.   Berdasarkan surat Ar Rad' (13) ayat 30 dan surat An Nahl (16) ayat 36 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW juga bertugas untuk memberikan tuntunan, petunjuk dan cara bagi MANUSIA di dalam melaksanakan Ketauhidan atau beraqidah hanya kepada ALLAH SWT.


Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, Padahal mereka kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dia-lah Tuhanku tidak ada Tuhan selain dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat".
(surat Ar Ra'd 13) ayat 30)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu, maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(surat An Nahl (16) ayat 36)


Kenapa harus melalui Ilmu Tauhid? Hal ini dikarenakan Ilmu Tauhid adalah Ilmu MENGENAL ALLAH SWT, Ilmu Menghargai keberadaan ALLAH SWT serta Ilmu untuk BERHUBUNGAN kepada  ALLAH SWT. TAUHID merupakan Dasar atau Pondasi Keimanan seorang.Tanpa  Iman  kepada ALLAH SWT atau tanpa percaya kepada ALLAH SWT, maka tidaklah mungkin seseorang dapat dikatakan telah melaksanakan Rukun Iman. Jika kita  percaya akan adanya ALLAH SWT maka  kita  wajib mempercayai adanya Malaikat  ALLAH, Kitab  ALLAH, Rasul ALLAH, adanya Hari Kiamat (Hari Berbangkit), serta Qhada dan Qadar, Taqdir ALLAH,  secara satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. 


Jika RASUL tidak diturunkan oleh ALLAH SWT sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi dan/atau pemberi contoh suri tauladan dalam ketauhidan, dapatkah kita mengetahui tentang ketauhidan dengan baik dan benar sesuai dengan keinginan ALLAH SWT? Di sinilah ALLAH SWT menunjukkan serat memperlihatkan kehebatan, kesempurnaan, kepiawaian di dalam merencanakan adanya Rukun IMAN, Rukun ISLAM dan IKHSAN melalui utusanNya yaitu NABI MUHAMMAD SAW.


h.   Berdasarkan surat Al Ankabut (29) ayat 18 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW hanya bertugas untuk Menyampaikan, Mengajarkan, Menyebarluaskan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya Agama yang Haq dari AGAMA ALLAH SWT.


Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah)dengan seterang-terangnya.
(surat Al Ankabut (29) ayat 18)


Adakah Agama selain DIINUL ISLAM yang boleh disampaikan oleh NABI MUHAMMAD SAW? ALLAH SWT hanya memperbolehkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM saja yang wajib disampaikan, disebarkan, di ajarkan oleh NABI MUHAMMAD SAW kepada seluruh umat manusia.


ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku Lihat kamu adalah kaum yang bodoh".
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 23)


i.    Berdasarkan surat An Anfaal (8) ayat 20 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW bertugas untuk menyuruh, memerintahkan,  MANUSIA agar ia mentaati dirinya sebagai NABI dan RASUL ALLAH SWT yang terakhir. Sebagai Nabi dan Rasul terakhir NABI MUHAMMAD SAW mempunyai tugas yang maha penting yaitu untuk selalu menyuruh manusia untuk taat hanya kepada  ALLAH SWT dan RASULNYA. Menyuruh manusia untuk taat dan patuh kepada ALLAH SWT dan RASULNYA tidak lain untuk melaksanakan DUA KALIMAT SAHADAT yang merupakan salah satu pelaksanaan RUKUN ISLAM.


Hai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berpaling dari padaNya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahNya).
(surat An Anfaal (8) ayat 20)

Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".
(surat An Nuur (24) ayat 54)


Memberikan pernyataan SHAHADAT merupakan Syarat Mutlak untuk menjadi seorang MUKMIN sejati. Tanpa mengucapkan SHAHADAT kita tidak dapat dikatakan telah beragama dan memeluk DIINUL ISLAM. Jika Rasul menyuruh taat dan patuh kepada ALLAH SWT dan RASULNYA berarti RASUL wajib mengajarkan dan mencontohkan serta menjadi teladan di dalam menjalankan dan melaksanakan DIINUL ISLAM.


j.    Berdasarkan surat Asy Syu'araa (26) ayat 164 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW selaku NABI dan RASUL terakhir ALLAH SWT di muka bumi tidak diperkenankan untuk meminta UPAH apapun juga kepada UMATNYA.


 dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam.
(surat Asy Syu'araa' (26) ayat 164)


Ini adalah larangan ALLAH SWT kepada seluruh NABI dan RASULNYA yang telah ditunjuk menjadi MANUSIA-MANUSIA PILIHAN sebab yang berhak memberikan UPAH bagi NABI dan RASUL hanya ALLAH SWT. selanjutnya jika NABI dan RASUL saja sudah mencontohkan kepada kita untuk tidak meminta apapun kepada umatnya, maka apakah kita tetap akan tetap pamrih jika beribadah kepada ALLAH SWT? Ungkapan atau kata-kata dari salah satu sahabat NABI yaitu Ali bin Abi Thalib r.a. di bawah ini kiranya dapat dijadikan pembelajaran  bagi kita di dalam melaksanakan ibadah.


“Suatu kaum menyembah Allah karena mengharapkan sesuatu, maka itu adalah ibadahnya pedagang,
dan suatu kaum menyembah Allah karena takut murka Allah maka itu adalah ibadahnya budak, dan
 suatu kaum menyembah Allah karena ungkapan syukur kepada-Nya, maka itulah ibadahnya orang-orang yang bebas merdeka.”
(Ali bin Abi Thalib r.a)

k.   Berdasarkan surat An Naml (27) ayat 47 di bawah ini, NABI MUHAMMAD SAW dapat memintakan AMPUN atau memberikan SYAFAAT bagi orang-orang yang beriman di waktu hari kiamat dan/atau hanya akan diberikan kepada orang-orang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT saja. Hal yang harus kita perhatikan adalah saat ini sampai dengan hari kiamat, SYAFAAT NABI MUHAMMAD SAW tidak ada atau belum dapat diberlakukan sebab NABI MUHAMMAD SAW saat ini sudah meninggal dunia.


Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.
(surat An Naml (27) ayat 46)



Sekarang maukah kita dimintakan ampun kepada ALLAH SWT oleh NABI MUHAMMAD SAW? Jika kita mau di ampuni oleh ALLAH SWT baik melalui ampunan yang di ajukan oleh NABI MUHAMMAD SAW pada waktu hari berhisab dan/atau meminta sendiri secara langsung pada saat masih hidup di dunia ini, caranya sangat mudah yaitu cukup laksanakan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ikhsan dalam satu kesatuan dan/atau laksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Jika kita dapat melaksanakannya sesuai dengan kehendak ALLAH SWT dapat dipastikan ALLAH SWT akan memberikan ampunan-Nya kepada diri kita. 


Pembaca, itulah sebahagian dari pengertian dari RASUL  ALLAH SWT beserta tugasnya  yang akan kita jadikan pedoman dan tuntunan bagi diri kita untuk melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.


2. CARA NABI dan RASUL BERDAKWAH & MENGHADAPI LAWAN


ATPM sebagai perpanjangan tangan Pabrikan tidak dapat bertindak sesuai dengan kemauan diri sendiri. Untuk itu ATPM harus selaras, serasi dan seimbang terlebih dahulu dengan Pabrikan barulah ATPM  dapat menjalankan tugas sebagaimana yang diharapkan oleh Pabrikan. Agar terjadi pemahaman yang sama antara ATPM dan Pabrikan maka dibuatlah STANDARD OPERATION yang baku sebagai acuannya. Hal yang sama juga berlaku pada saat NABI MUHAMMAD SAW di utus sebagai DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi. Agar antara NABI MUHAMMAD SAW selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT maka   ALLAH SWT menurunkan AL KITAB dan DIINUL ISLAM sebagai ACUAN bagi NABI dan RASUL menjalankan tugas. Selanjutnya seperti apakah cara dan methode NABI dan RASUL termasuk NABI MUHAMMAD SAW di dalam menjalankan tugasnya?  Berikut ini akan kami kemukakan mekanisme kerja NABI dan RASUL  termasuk mekanisme kerja NABI MUHAMMAD SAW sewaktu menjalankan tugas sebagai DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi.


A.  Memberikan TELADAN Terlebih Dahulu


Seorang DUTA BESAR, katakanlah Duta Besar  Indonesia  untuk Amerika Serikat, pada waktu melakukan tugas di Amerika Serikat  maka ia harus mampu dan mengerti serta dan mengetahui secara rinci tentang Indonesia. Adanya pengetahuan yang MAKSIMAL tentang Indonesia yang dimiliki Duta Besar maka ia akan mampu berbuat dan menerangkan serta dapat menampilkan Indonesia yang sesuai dengan martabat bangsa  dan  negara Indonesia  yang berdaulat atau dengan kata lain Duta Besar  Indonesia  harus dapat menjadikan dirinya sendiri sebagai cerminan dari Indonesia  sebagai NEGARA yang mengutusnya. Adanya kondisi seperti ini  baik dan buruknya bangsa dan negara Indonesia  sangat tergantung kepada keberhasilan DUTA BESAR mempromosikan dan memperkenalkan Indonesia  di Amerika Serikat.

Jika hal ini dapat dilakukan oleh seorang DUTA BESAR, sekarang bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi? NABI MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH SWT juga harus mengetahui secara pasti tentang ALLAH SWT termasuk di dalamnya tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dan juga tentang DIINUL ISLAM. Adanya kemampuan ini maka NABI MUHAMMAD SAW harus mampu pula menampilkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT melalui dirinya sendiri. 

Selanjutnya seperti apakah yang ditampilkan oleh NABI MUHAMMAD SAW di dalam menunjukkan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT melalui dirinya sendiri? ALLAH SWT selaku PENGUTUS dari NABI MUHAMMAD SAW adalah DZAT yang memiliki KESEMPURNAAN dan KEMAHAAN serta KEBESARAN yang tidak akan ada yang mampu mengalahkannya. ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA tentu dalam bertindak juga harus mencerminkan pula kemahaan yang dimilikinya.


Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali- kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.
(surat Qaaf (50) ayat 45)

Untuk itu NABI MUHAMMAD SAW harus dapat menjalankan tugas yang mencerminkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT sebagai pengutusnya. Agar NABI dan RASUL atau NABI MUHAMMAD SAW sukses melaksanakan tugas sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi maka ALLAH SWT menurunkan Wahyu dan menciptakan DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya konsep ILAHIAH di dalam melaksanakan program kekhalifahan di muka bumi. Untuk itu lihatlah, perhatikanlah, renungkanah serta perbandingkanlah kondisi dasar MUHAMMAD bin ABDULLAH sebelum menerima Wahyu dari ALLAH SWT dengan kondisi NABI MUHAMMAD SAW setelah menerima Wahyu dari  ALLAH SWT, di bawah ini:

1.      Kondisi dasar MUHAMMAD bin ABDULLAH dan/atau kondisi sebelum menerima WAHYU adalah  Manusia Biasa, Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati dan Rajin serta Terpercaya, sedangkan,
2.      Kondisi NABI MUHAMMAD SAW setelah menerima WAHYU dari ALLAH SWT adalah pribadi yang memiliki  bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan, kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna, jujur, terpercaya, serta berwibawa.


Adanya WAHYU yang diturunkan ALLAH SWT kepada MUHAMMAD bin ABDULLAH melalui perantaraan MALAIKAT JIBRIL as, merupakan salah satu cara ALLAH SWT  agar NABI MUHAMMAD SAW sukses menjadi Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi. Jika ini adalah kondisinya maka NABI MUHAMMAD SAW sewaktu menjalankan tugas menjadi Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi mempunyai kondisi dasar sebagai berikut: NABI dan RASUL yang memiliki  bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan, kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna, jujur, terpercaya, serta berwibawa. Adanya perbedaan yang sangat mencolok dalam diri NABI MUHAMMAD SAW sebagai manusia biasa antara sebelum menerima WAHYU dengan sesudah  menerima WAHYU.


Timbul pertanyaan TATA KERJA yang manakah yang akan  kita jadikan PANUTAN, IKUTAN, CONTOH dan TELADAN, apakah TATA CARA sebelum adanya WAHYU ataukah TATA CARA setelah adanya  WAHYU? TATA KERJA yang harus kita jadikan pedoman, panutan dan teladaan adalah TATA KERJA setelah adanya  WAHYU dari ALLAH SWT sebab dengan telah adanya WAHYU dari ALLAH SWT maka berubahlah MUHAMMAD bin ABDULLAH menjadi NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL. Selanjutnya agar NABI MUHAMMAD SAW mampu mencerminkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT melalui tugas yang diembannya, maka segala tindakan NABI MUHAMMAD SAW tidak bisa keluar dari GARIS-GARIS BESAR HALUAN ALLAH SWT yaitu DIINUL ISLAM. Selanjutnya apakah yang dilakukan oleh NABI MUHAMMAD SAW? Tindakan dan perbuatan NABI MUHAMMAD SAW akan selalu berpedoman kepada SIFAT MA'ANI ALLAH SWT dan juga ASMA  ALLAH SWT yang berjumlah 99 perbuatan. Untuk itu lihatlah hal-hal sebagai berikut:

1.      jika ALLAH SWT adalah AL LATIEF atau MAHA LEMBUT  maka tindakan dan perbuatan NABI MUHAMMAD SAW di dalam mengajarkan DIINUL ISLAM selalu dengan cara lemah lembut, penuh perhatian, mengedepankan bukti dibandingkan tindakan kekerasan.
2.      jika ALLAH SWT adalah AL MAJIID atau MAHA MULIA maka tindakan dan perbuatan NABI MUHAMMAD SAW di dalam mengajarkan DIINUL ISLAM selalu dengan cara tidak mempermalukan orang lain akan tetapi dengan cara-cara terhormat dan mulia. 
3.      jika ALLAH SWT adalah AL HAQ atau MAHA BENAR maka tindakan dan perbuatan NABI MUHAMMAD SAW di dalam mengajarkan DIINUL ISLAM selalu dengan UTUH, KAFFAH, tidak dikurangi atau tidak dirubah-rubah.
4.      Demikian seterusnya sesuai dengan ASMA ALLAH SWT yang berjumlah 99 perbuatan. 


Jika methode dan tata kerja yang seperti  ini yang di ajarkan dan yang dicontohkan serta yang diteladankan oleh NABI MUHAMMAD SAW selaku UTUSAN ALLAH SWT yang terakhir, sudahkah kita sebagai umatnya melakukan itu semua? Kami yakin bahwa  pembaca buku ini adalah orang-orang yang telah mampu mencontoh dan meneladani serta menjadikan NABI MUHAMMAD SAW panutan sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.


B. Mengadukan Kepada ALLAH SWT

Sewaktu kita bekerja, apakah segala sesuatu yang kita kerjakan hanya berdasarkan keinginan kita semata ataukah harus sesuai dengan kebijakan perusahaan? Jika kita adalah pekerja yang baik maka setiap pekerjaan yang kita lakukan haruslah sesuai dengan kebijakan perusahaan yang berlaku.Selanjutnya, jika dalam suatu pekerjaan timbul permasalahan, apakah kita diam saja ataukah kita mengadukannya kepada direksi perusahaan? Sepanjang direksi perusahaan tidak diberi tahu, maka segala urusan yang menyangkut tentang pekerjaan menjadi tanggung jawab kita. Sehingga jika terjadi kesalahan maka kesalahan tersebut juga menjadi tanggung jawab kita dan jika terjadi keruwetan maka keruwetan tersebut menjadi tanggung jawab kita atau dengan kata lain segala resiko yang timbul tanggung sendiri akibatnya. Sekarang apa yang terjadi jika persoalan yang kita hadapi kita laporkan kepada direksi perusahaan? Adanya laporan kepada direksi tentang persoalan pekerjaan, berarti:

1.      Direksi akan membantu mencarikan jalan keluar yang terbaik agar nama baik perusahaan tetap terjaga dan/atau kredibilitas perusahaan di mata konsumen tetap terjaga.
2.      Direksi akan ikut terjun langsung memperbaiki persoalan yang kita hadapi.
3.      Direksi mengambil alih tanggung jawab pekerjaan yang sedang kita lakukan.


Jika hal ini yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanakah dengan NABI MUHAMMAD SAW dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapinya sewaktu menjadi Duta Besar  ALLAH SWT di muka bumi? NABI MUHAMMAD SAW sebagai utusan juga melaporkan segala sesuatu yang dihadapinya kepada yang mengutusnya. Adanya laporan yang dilakukan oleh NABI MUHAMMAD SAW kepada ALLAH SWT maka :

1.      ALLAH SWT akan membantu mencarikan jalan keluar yang terbaik agar nama baik ALLAH SWT tetap sesuai dengan KEMAHAAN dan KEBESARAN yang dimiliki-Nya.
2.      ALLAH SWT akan ikut terjun langsung memperbaiki persoalan yang dihadapi NABI MUHAMMAD SAW dengan menurunkan WAHYU melalui perantaraan Malaikat Jibril as.
3.      ALLAH SWT mengambil alih tanggung jawab pekerjaan yang sedang NABI MUHAMMAD SAW lakukan.

Sekarang bagaimana dengan diri kita yang sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, apakah kita diam saja dengan persoalan yang kita hadapi ataukah mengadukan kepada ALLAH SWT?

  
tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami[235] dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir".
(surat Ali Imran (3) ayat 147)

[235] Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah s.w.t.

Sebagai manusia, sebagai khalifah ALLAH SWT  di muka bumi kitapun mempunyai HAK yang sama seperti NABI MUHAMMAD SAW yaitu dapat pula mengadukan segala urusan, segala persoalan, segala permasalahan, yang sedang kita hadapi baik itu masalah keluarga, anak, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. ALLAH SWT tidak pernah melarang umatnya untuk mengadukan, mengajukan, memohon, segala sesuatu jika umatnya memiliki persoalan hidup di dunia. ALLAH SWT justru akan marah jika sampai umatnya tidak mau mengadukan, mengajukan, memohon segala sesuatu kepada ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT akan marah jika diri kita  malah mengadukan, memohon kepada selain  ALLAH SWT.

Untuk itu jangan sampai kita melakukan hal tersebut sebab keberadaan diri kita di muka bumi atas kehendak ALLAH SWT. Adanya pengaduan, adanya permohonan, adanya upaya untuk meminta sesuatu kepada ALLAH SWT merupakan sesuatu hal yang sangat DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT. Hal ini dikarenakan SIFAT dan ASMA yang berjumlah 99 perbuatan yang dimiliki ALLAH SWT bukanlah untuk diri ALLAH SWT melainkan untuk umatnya termasuk di dalamnya untuk diri kita. Selanjutnya sebagai umat-Nya sudahkah kita merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT seperti kita merasakan nikmatnya SAMBAL LADO yang selalu kita rasakan berulang-ulang?


C. Sabar


Sewaktu di tugaskan ke daerah oleh perusahaan, maka kita harus melaporkan apa-apa yang terjadi kepada kantor pusat. Kantor Pusat akan memberikan jawaban, akan memberikan ketentuan yang terjadi di daerah. Selanjutnya apa yang kita lakukan jika kita telah melaporkan permasalahan yang terjadi di daerah kepada kantor pusat, namun kantor pusat belum juga memberi jawaban? Untuk itu kita harus sabar menunggu sampai jawaban diberikan oleh kantor pusat, terkecuali jika kita mau mengambil RESIKO yang timbul. Selanjutnya bagaimana dengan NABI MUHAMMAD SAW di dalam menjalankan tugasnya di muka bumi? Sebagai UTUSAN ALLAH SWT di muka bumi tentu NABI MUHAMMAD SAW tidak bisa bertindak semaunya tanpa ada persetujuan dari ALLAH SWT. Untuk itu NABI MUHAMMAD SAW pun akan berbuat hal yang sama dengan menunggu jawaban dari ALLAH SWT dari setiap persoalan yang dihadapinya sewaktu menjalankan tugas di muka bumi seperti yang terdapat dalam surat Al A'raaf (7) ayat 87 di bawah ini.


jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.
(surat Al A'raaf (7) ayat 87)


NABI MUHAMMAD SAW sebagai DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi tentu akan  berbuat dan bertindak di dalam koridor yang selalu mencerminkan KEMAHAAN dan KEMULIAAN dari yang mengutusnya. Jika ALLAH SWT  adalah DZAT yang MAHA SABAR maka NABI MUHAMMAD SAW pun dalam bertindak dan berbuat harus mencerminkan pula  KEMAHASABARAN  yang dimiliki ALLAH SWT di dalam setiap ucapan, perbuatan, maupun contoh dan teladan yang disampaikannya. NABI MUHAMMAD SAW selalu bertindak dan berbuat secara perlahan namun pasti sehingga tindakannya  tidak tergesa-gesa, tidak pernah grasa-grusu, penuh perhitungan, matang dalam bertindak, lemah lembut, sopan, serta penuh pengertian. NABI MUHAMAMD SAW melakukan hal ini dikarenakan segala aktivitas, segala ucapan, segala perbuatan, segala yang disetujui oleh BELIAU akan melahirkan apa yang dinamakan dengan HADITS. 


Sekarang apa jadinya jika HADITS yang tidak lain adalah TAFSIR dari AL-QUR'AN isinya saling bertentangan? Hal ini tidak boleh terjadi, sebab kedudukan HADITS yang lebih rendah dari kedudukan AL-QUR'AN maka ketentuan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi, apalagi menggantikan ketentuan yang lebih tinggi. 

 
Ketika Aisyah ra, ditanya tentang Akhlak Rasulullah SAW maka dia menjawab, "Akhlaknya adalah Al-Qur'an."
(HR Abu Dawud dan Muslim)


Selanjutnya bagaimana dengan HADITS yang kami kemukakan di atas ini? HADITS di atas menerangkan bahwa AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW selaku DUTA BESAR ALLAH SWT di muka bumi adalah AL-QUR'AN. Ini berarti segala tindak tanduk NABI MUHAMMAD SAW selaku DUTA BESAR ALLAH SWT harus sesuai dengan BUKU MANUAL yang telah diturunkan oleh ALLAH SWT sehingga apa-apa yang terkandung dalam BUKU MANUAL tersebut akan nampak di dalam kepribadian, perbuatan dari NABI MUHAMMAD SAW.

Adanya kondisi seperti ini antara HADITS dan AL-QUR'AN aslinya dan/atau kondisi awalnya sudah dalam keadaan yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau isi HADITS tidak saling bertentangan dengan AL-QUR'AN. Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, bagaimana dengan HADITS yang kami kemukakan di bawah ini, apakah HADITS ini hanya berlaku untuk NABI MUHAMMAD SAW selaku UTUSAN ALLAH SWT di muka bumi ataukah berlaku juga untuk diri kita sebagai umatnya yang saat ini sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi? HADITS di bawah ini bukan hanya untuk NABI MUHAMMAD SAW semata, akan tetapi HADITS ini berlaku pula untuk semua orang termasuk untuk diri kita sepanjang diri kita mampu memenuhi segala syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.


ALLAH SWT berfirman dalam Hadits Qudsi:
Hamba-Ku senatiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan hal-hal yang sunnat, sehingga ia Kusenangi dan Kucintai. Karenanya Aku-lah yang menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, lidahnya yang dengannya ia bertutur kata dan Akal yang denganya ia berfikir.
Apabila ia berdoa kepada-Ku, Aku perkenankan doanya. Apabila ia meminta sesuatu kepada-Ku niscaya Aku mengurniainya, dan apabila ia meminta pertolongan kepada-Ku, niscaya Aku menolongnya.Ibadah yang dilakukannya kepada-Ku yang paling Aku senangi ialah menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya untuk-Ku
 (HQR At Thabarani dalam Kitab Al Kabiir yang bersumber dari Abu Umamah)



Jika ini keadaannya adakah yang susah, adakah yang akan menghalangi, adakah gangguan syaitan dan ahwa lagi,  sewaktu kita menjadi KHALIFAH di muka bumi? Semoga pembaca buku ini  termasuk orang-orang yang telah merasakan apa yang terdapat di dalam HADITS yang kami kemukakan di atas ini. Selanjutnya sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi, apa yang harus kita perbuat, apa yang harus kita lakukan dengan adanya RASUL ALLAH SWT? Jika kita berkeinginan untuk  tetap berada di dalam KEHENDAK    ALLAH SWT maka kita harus:

1)   SAMBUT dan IMANI NABI MUHAMMAD SAW dengan cara memenuhi seruan ALLAH SWT dan seruan RASUL.  

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606] dan
(surat Al Anfaal (8) ayat 24)

[605] Maksudnya: menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. juga berarti menyeru kamu kepada iman, petunjuk Jihad dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
[606] Maksudnya: Allah-lah yang menguasai hati manusia.


2)   MENTAATI RASUL sesungguhnya maka  ia telah mentaati  ALLAH SWT dan jangan berpaling dari ketaatan itu.

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].
(surat An Nisaa' (4) ayat 80)

[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.


3)   Setiap PENGIKUT RASUL akan diuji terlebih dahulu oleh ALLAH SWT dalam rangka untuk menguji kadar keimanan yang ada di dalam diri.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.
(surat Al Baqarah (2) ayat 214)

4)   Setiap MANUSIA akan dimintakan kesaksiannya tentang NABI dan RASUL yang telah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi.

Maka Sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul-rasul kepada mereka dan Sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul (Kami),
(surat Al A'raaf (7) ayat 6)

5.   ALLAH SWT akan memberikan bimbingan kepada  MANUSIA melalui NABI dan RASUL yang telah di utus-Nya.

keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan,
(surat An Nahl (16) ayat 44)

[829] Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.

6)   Ikutilah petunjuk, nasehat, perintah, suri teladan dari NABI dan RASUL maka SELAMATLAH diri kita masing-masing. 

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(surat Al Israa' (17) ayat 15)

dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
(surat Al Hujuraat (49) ayat 7)

Pembaca yang kami hormati, sudahkah anda semua dapat meletakkan posisi ALLAH SWT dan posisi NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir, sesuai dengan peran dan kedudukannya masing-masing? ALLAH SWT selaku inisiator, pencipta dan pemilik dari langit dan bumi dapat dipastikan posisinya Lebih Tinggi dan Lebih Mulia, Lebih Hebat di bandingkan dengan posisi NABI MUHAMMAD SAW selaku Utusan-Nya. Hal yang harus di ingat adalah Pengutus selalu lebih berkuasa dari yang Di utus. Untuk itu jangan pernah mengkultuskan NABI MUHAMMAD SAW tetapi KULTUSKANLAH ALLAH SWT sebagai satu-satu TUHAN yang Berhak di sembah di jagat raya ini sedangkan kepada NABI MUHAMMAD SAW jadikan BELIAU sebagai Panutan, Contoh dan Teladan sewaktu menjalankan tugas di muka bumi sehingga diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.   


3. Apa yang akan kita peroleh dari IMAN kepada  RASUL


Sewaktu kita memperoleh Kartu Garansi dari Pabrikan, maka sepanjang Kartu Garansi itu masih berlaku tentu kita akan memperoleh Layanan Purna Jual  dari Pabrikan atas produk yang telah kita beli. ALLAH SWT juga akan memberikan hal yang sama setelah kita melaksanakan IMAN kepada RASUL sebagai bagian dari pelaksanaan RUKUN IMAN yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkah. Apakah yang akan ALLAH SWT berikan? Berikut ini akan kami sampaikan beberapa hal yang akan kita peroleh jika kita telah melaksanakan IMAN kepada RASUL yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, yaitu:


A. Menjadi HAMBA ALLAH SWT

Sebagai KHALIFAH di muka bumi, maukah kita menjadi HAMBA ALLAH SWT sehingga kita akan di tolong ALLAH SWT sehingga  dapat menghantarkan diri kita sebagai  PEMENANG dari program KEKHALIFAHAN di muka bumi? Rasanya tidak ada satupun KHALIFAH di muka bumi yang akan menolak menjadi HAMBA ALLAH SWT. Selanjutnya adakah syarat dan ketentuan khusus yang ditetapkan ALLAH SWT agar diri kita menjadi HAMBA ALLAH SWT? ALLAH SWT melalui surat Al Maa-idah (5) ayat 55-56 menunjukkan syarat dan ketentuannya, yaitu: cukup dengan BERIMAN kepada ALLAH SWT dan RASULNYA, lalu dirikanlah SHALAT dan TUNAIKAN ZAKAT seraya tunduk patuh kepada ALLAH SWT maka kita akan menjadi HAMBA ALLAH SWT.

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah[423] Itulah yang pasti menang.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 55-56)

[423] Yaitu: orang-orang yang menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya.

SYARAT yang diminta ALLAH SWT  tidak terlalu sulit dan sangat mudah dilaksanakan yaitu CUKUP dengan BERIMAN lalu dirikan SHALAT dan tunaikan ZAKAT maka kita akan menjadi PEMENANG di dalam mengarungi program  KEKHALIFAHAN di muka bumi sehingga kita berhak memperoleh tiket untuk masuk SYURGA. Inilah salah satu janji ALLAH SWT yang harus kita jadikan KEIMANAN dengan sebaik-baiknya. Sekarang jika ALLAH SWT sudah berani menjanjikan seperti ini kepada diri kita, apakah janji ALLAH SWT ini akan kita sia-siakan begitu saja? Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI tentu kita akan berusaha untuk mendapatkan janji ALLAH SWT.


B. DOSA DIAMPUNKAN


ALLAH SWT melalui surat An Nuur (24) ayat 62 di bawah ini menerangkan bahwa NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir diberikan hak oleh ALLAH SWT untuk memohonkan ampunan kepada ALLAH SWT atas dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh hambanya dan/atau NABI MUHAMMAD SAW diberikan hak untuk memberikan SYAFAAT kepada hambanya. Timbul pertanyaan, apakah fasilitas tersebut di atas akan diberikan kepada seluruh hamba atau kepada seluruh KHALIFAH? Dalam kehidupan sehari-hari, Produsen hanya akan memberikan layanan purna jual khusus kepada Konsumen sepanjang barang yang telah dibelinya masih di dalam masa garansi yang tertuang di dalam kartu garansi. Adanya keterkaitan secara langsung antara barang yang dibeli, dengan Produsen yang diback-up dengan kartu garansi maka barulah Konsumen dapat menikmati janji-janji Produsen yang tertuang dalam promo penjualan.


 Kondisi ini juga berlaku pada saat NABI MUHAMMAD SAW mengajukan permohonan ampunan kepada ALLAH SWT dan/atau memberikan SYAFAAT kepada umatnya, dimana NABI MUHAMMAD SAW hanya akan mengajukan dan memberikan itu semua TERBATAS kepada hambanya yang berkaitan langsung dengan ALLAH SWT melalui dirinya (maksudnya BERIMAN kepada ALLAH SWT dan BERIMAN kepada RASUL secara berbarengan). Sehingga dapat dikatakan bahwa NABI MUHAMMAD SAW hanya akan memberikan permohonan ampunan kepada  ALLAH SWT dan/atau memberikan SYAFAAT bukan untuk seluruh KHALIFAH yang ada di muka bumi tetapi terbatas kepada umatnya yang memiliki hubungan dengan NABI MUHAMMAD SAW melalui KEIMANAN kepada ALLAH SWT. Hal yang harus di ingat adalah FASILITAS dari NABI MUHAMMAD SAW ini tidak berlaku pada saat kita masih hidup di dunia ini namun  hanya berlaku pada saat hari KIAMAT atau saat pelaksanaan HISAB dilakukan dan juga tidak berlaku untuk umum tetapi TERBATAS kepada umatnya yang  telah memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.

  
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat An Nuur (24) ayat 62)


Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, tentu apa-apa yang kita lakukan belum tentu semuanya benar, belum tentu semuanya sesuai dengan kehendak ALLAH SWT yang pada gilirannya akan  menimbulkan DOSA. Akibat DOSA yang kita lakukan dan/atau akibat adanya DOSA yang pernah kita buat akan memberikan dampak negatif terutama:


1.      Setiap DOSA yang kita lakukan akan menjadikan titik-titik noda hitam pada HATI RUHANI yang akan mengakibatkan  HATI RUHANI menjadi KELAM yang pada akhirnya dapat mengakibat putusnya hubungan kita dengan ALLAH SWT dan/atau HATI RUHANI yang kelam akan menjadikan HUBUNGAN kita kepada ALLAH SWT menjadi terganggu sebab yang dapat menjangkau ALLAH SWT hanyalah HATI RUHANI.

2.      KELAMnya HATI RUHANI akibat dosa yang kita lakukan menandakan antara diri kita dengan ALLAH SWT tidak terjadi kesesuaian dimana ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA SUCI tidak akan mungkin dapat dijangkau dengan sesuatu yang sudah kotor.  


Selanjutnya, siapakah yang mampu membersihkan DOSA dan/atau membersihkan HATI RUHANI? Untuk membersihkan DOSA dan/atau membersihkan HATI RUHANI akibat DOSA yang kita perbuat, hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu. Jika ini keadaannya sudahkah kita memenuhi segala KEHENDAK ALLAH SWT? Jika kita ingin selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau ingin lancar berhubungan dengan ALLAH SWT tidak ada jalan lain kecuali menerima seluruh ketentuan yang telah ALLAH SWT berlakukan yaitu jadikan DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang HAQ selama HAYAT di kandung BADAN atau sebelum NYAWA tiba di kerongkongan.


C.     AMAL DAPAT GANJARAN


Ini salah satu janji ALLAH SWT yang akan diberikan kepada hambanya yang BERIMAN kepada ALLAH SWT dan juga BERIMAN kepada RASUL, yaitu berupa PAHALA yang sangat besar dan/atau ALLAH SWT akan memberikan GANJARAN AMAL untuk setiap perbuatan yang kita lakukan. Selanjutnya ALLAH SWT berdasarkan surat Al Ahzab (33) ayat 29 di bawah ini menyatakan bahwa akan memberikan kesenangan di negeri Akhirat  hanya kepada orang-orang yang meghendaki kehidupan AKHIRAT itu sendiri dan/atau hanya kepada orang-orang yang diridhai oleh ALLAH SWT.  ALLAH SWT  mempersilahkan kepada manusia untuk memilih yaitu jika ia memilih kehidupan dunia maka ALLAH SWT akan memberikannya sedangkan jika ia memilih ahkirat maka  ALLAH SWTpun akan memberikannya pula. Dengan catatan segala bentuk atau segala akibat hal yang timbul akibat dari pilihan yang kita lakukan harus kita terima dan kita laksanakan secara bertanggung jawab atau kita harus konsekuen dengan pilihan itu. 

dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.
(surat Al Ahzab (33) ayat 29)

berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya[1456]. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
(surat Al Hadiid (57) ayat 7)

[1456] Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah. manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.

Sedangkan berdasarkan surat Al Hadiid (57) ayat 7 yang kami kemukakan di bawah ini jika kita ingin memperoleh pahala yang besar dalam kehidupan di dunia maka belanjakanlah atau nafkahkanlah sebahagian harta yangkita miliki pada jalan yang  diridhai  ALLAH SWT seperti menunaikan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Jariah, Namun perlu di ingat apabila kita ingin memperoleh pahala yang besar di sisi ALLAH SWT sewaktu masih di dunia maka posisi kita harus dalam KEIMANAN kepada ALLAH SWT dan RASULNYA. Tanpa ini maka akan sia-sia saja perbuatan yang kita lakukan. Adanya kesempatan memperoleh pahala dan ganjaran baik di dunia dan akhirat menandakan bahwa ALLAH SWT berkehendak kepada seluruh KHALIFAHNYA untuk mengadakan keseimbangan kehidupan di dunia dan akhirat. Untuk jadikan kehidupan di dunia yang saat ini kita laksanakan sebagai bekal bagi kepentingan kita sewaktu kampung kampung ke negeri akhikrat.


D.     DISELAMATKAN DARI ORANG KAFIR

Seperti kita ketahui bersama, dengan adanya SYURGA dan NERAKA maka dalam kehidupan saat ini tentu ada calon penghuni SYURGA dan calon penghuni NERAKA di mana keduanya mempunyai hak HIDUP yang sama di muka bumi. Apabila seseorang termasuk calon penghuni NERAKA tentu ia akan berbuat yang Tidak Sesuai  dengan KEHENDAK ALLAH SWT sedangkan yang termasuk calon penghuni SYURGA akan berbuat yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Adanya perbedaan perbuatan antara calon penghuni NERAKA dan calon penghuni SYURGA tidak ayal akan menimbulkan problem, akan menimbulkan persoalan yang pada gilirannya akan mengusik keberadaan diri kita yang termasuk calon penghuni SYURGA. 

Adanya kondisi seperti ini tentu tidak bisa kita hindari dan/atau tidak mungkin kita hilangkan sebab antara diri kita dengan mereka sama-sama mempunyai hak hidup di muka bumi ini. Selanjutnya sewaktu kita menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, tentu kita akan mengalami hal-hal sebagai berikut dengan calon-calon penghuni NERAKA seperti orang KAFIR, orang syirik, orang musyrik, orang yang masuk kriteria Nafs Fujur  sehingga diri kitapun akan dihadapkan dengan 3(tiga) kemungkinan, yaitu:

1.      Diri kita ikut dan/atau turut menjadi calon-calon penghuni Neraka.
2.      Diri kita tidak ikut menjadi calon-calon penghuni Neraka namun menghadapi calon-calon penghuni Neraka.
3.      Diri kita tidak ikut menjadi calon-calon penghuni Neraka akan  tetapi mengayomi calon-calon penghuni Neraka.

Untuk point 1, mudah-mudahan kita tidak termasuk  calon-calon penghuni NERAKA akan tetapi jika terlanjur telah masuk dalam calon penghuni NERAKA tidak ada jalan lain kecuali TAUBATAN NASUHA. Sekarang bagaimana dengan kondisi kita jika kita menghadapi, bertemu, atau mengayomi calon-calon penghuni NERAKA baik langsung maupun tidak langsung?

Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah Kami ikuti rasul, karena itu masukanlah Kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)".
orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.
(surat Ali Imran (3) ayat 53-54)


Sebagai MAKHLUK yang harus tetap berinteraksi dengan dengan sesama manusia, tentu kita tidak dapat selamanya menghindar dari calon-calon penghuni NERAKA. Agar diri kita dapat selamat dan/atau tidak diganggu oleh calon-calon penghuni NERAKA  dan/atau tidak termasuk menjadi calon penghuni NERAKA  maka ALLAH SWT menunjukkan jalan keluarnya yang tertuang dalam surat Ali Imran (3) ayat 53-54 di atas ini. Untuk itu jika kita ingin selamat menghadapi calon penghuni NERAKA seperti orang KAFIR dan/atau selamat dari tipu daya orang KAFIR maka kita diwajibkan oleh  untuk BERIMAN hanya  kepada  ALLAH SWT dan juga BERIMAN kepada  RASUL yang telah di utus-Nya. Adanya IMAN kepada ALLAH SWT dan RASULNYA maka secara otomatis kita turut melibatkan ALLAH SWT untuk membantu diri kita dari pengaruh calon penghuni NERAKA baik kepada diri sendiri, anak dan keturunan kita. Semoga diri kita menjadi calon-calon penghuni SYURGA.


E. ALLAH SWT akan menurunkan ketenangan

Ketenangan dan Ketentraman merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada umatnya yang selalu berada di dalam KEHENDAKNYA dan/atau salah satu hasil dari kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT. Hal yang harus kita perhatikan adalah sampai dengan saat ini belum ada ALAT ataupun MESIN yang mampu untuk :

1.      membuat KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN yang diletakkan di dalam HATI RUHANI. 
2.      mengukur NILAI atau HARGA dari KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN.

Jika ini keadaannya, siapakah yang mampu membuatnya? Hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu mengadakan dan/atau yang mampu memproduksi ketenangan dan ketentraman bathin yang nilainya tidak dapat dihitung dalam ukuran angka atau uang. Selanjutnya butuhkah kita dengan ketenangan dan ketentraman bathin? Setiap manusia termasuk diri kita pasti membutuhkan ketenangan dan ketentraman bathin sebab dengan adanya ketenangan dan ketentraman bathin akan membuat diri kita TENANG dan MANTAP untuk berbuat dan bekerja di muka bumi sebagai seorang KHALIFAH.Selanjutnya apakah ketenangan dan ketentraman bathin itu datang dengan tiba-tiba ataukah ia merupakan buah dari sesuatu hal yang kita perbuat? 

KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN merupakan pemberian ALLAH SWT kepada setiap umatnya yang mau melaksanakan IMAN kepada ALLAH SWT dan Rasul-Nya dan/atau yang mau melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Selanjutnya apakah setiap orang mampu memperoleh dan mendapatkan ketenangan dan ketentraman bathin yang berasal dari ALLAH SWT? KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN TIDAK AKAN diberikan kepada setiap orang oleh  ALLAH SWT sebab tidak semua orang mampu  berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT.


Rasulullah SAW bersabda, "Tenang itu datangnya dari ALLAH SWT. sedangkan tergesa-gesa itu datangnya dari Syaitan.
(Jamius Shaghir, hadits no.3008)

reka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui           segala sesuatu.
(surat Al Fath (48) ayat 26)

[1404] Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.

Sekarang coba anda bayangkan dimana ALLAH SWT telah memberikan KETENANGAN dan KETENTRAMAN yang tidak ternilai harganya kepada diri kita. Sudahkah kita mensyukuri KETENANGAN dan KETENTRAMAN yang telah kita peroleh kepada ALLAH SWT? Jika kita ingin bersyukur kepada ALLAH SWT maka tidak CUKUP hanya dengan MENGUCAPKAN TERIMA KASIH kepada ALLAH SWT. Akan tetapi sudahkah KETENANGAN dan KETENTRAMAN BATHIN yang kita peroleh tersebut dipergunakan sesuai dengan peruntukannya serta memberikan manfaat kepada sesama manusia? Jika kita telah mampu mengerjakan itu semua berarti kita termasuk orang-orang yang telah TAHU DIRI.  


Pembaca, selain 5(lima) manfaat yang akan kita peroleh dari pelaksanaan IMAN kepada RASUL, berikut ini akan kami kemukakan pula beberapa manfaat lainnya yang dapat kita peroleh melalui IMAN kepada RASUL, yaitu:

1)   Akan Merasakan nikmatnya BERIMAN kepada ALLAH SWT dan/atau merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.

Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang merasakan nikmat iman adalah orang yang ridha kepada ALLAH SWT sebagai RABB-NYA, ridha ISLAM sebagai Agamanya, dan ridha MUHAMMAD sebagai utusan ALLAH SWT.
(jamiush shaghir, hadits no.3419)

2)  Akan di angkat menjadi KHALIFAH di muka bumi yang juga MAKHLUK PILIHAN.

dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang  yang fasik.
(surat An Nuur (24) ayat 55)

3) Akan dilimpahi RAHMAT oleh ALLAH SWT sehingga akan memudahkan diri kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.

dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.
(surat An Nuur (24) ayat 56)

4) Tidak akan dihinakan dan/atau tidak akan disengsarakan oleh ALLAH SWT di hari Kiamat kelak.

Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
(surat Ali Imran (3) ayat 194)

5) Tidak akan dimiskinkan oleh ALLAH SWT baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum Mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Mujaadilah (58) ayat 13)

6) Dikeluarkan dari Gelap Gulita menuju Cahaya yang terang  benderang dan/atau dikeluarkan dari jalan sesat menuju jalan yang lurus.

Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan[408].
dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 15-16)

[408] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.

Sebagai KHALIFAH yang saat ini sedang menjalankan tugas di muka bumi, sudahkah anda merasakan buah dari IMAN kepada RASUL sebagai bagian dari pelaksanaan RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan? Jika anda belum pernah merasakan nikmatnya IMAN cepat-cepatlah lakukanlah Introsopeksi Diri dan lakukan TAUBATAN NASUHA sebelum masa aktif diri kita berlalu atau sebelum NYAWA sampai  dikerongkongan.


4.     BAHAYA TIDAK BERIMAN kepada RASUL


Langit dan bumi adalah CIPTAAN ALLAH SWT dan juga MILIK ALLAH SWT, jika ini adalah keadaannya maka Segala Ketentuan dan Hukum yang Harus Berlaku di langit dan bumi adalah KETENTUAN dan HUKUM dari ALLAH SWT selaku Pencipta dan Pemilik. Jika sekarang pencipta dan pemilik dari langit dan bumi memerintahkan untuk Beriman kepada ALLAH SWT dan Beriman kepada RASUL, wajib berlakukah ketentuan ini di langit dan bumi yang diciptakan dan dimiliki ALLAH SWT? Berdasarkan AKAL SEHAT maka KETENTUAN Beriman kepada ALLAH SWT dan Beriman kepada RASUL WAJIB BERLAKU di muka bumi ini tanpa Terkecuali. Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang menumpang dan/atau sedang menjadi TAMU di muka bumi yang dimiliki oleh ALLAH SWT, apa yang harus kita perbuat dengan ketentuan di atas? Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI maka kitapun wajib mengatakan dan mematuhi serta melaksanakan ketentuan ALLAH SWT di atas. Sekarang adakah konsekuensi bagi TAMU yang menumpang di langit dan bumi yang dimiliki ALLAH SWT, jika tidak mau melaksanakan ketentuan dan hukum-hukum ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa konsekuensi yang harus ditanggung oleh TAMU-TAMU yang tidak TAHU DIRI akibat tidak mau beriman kepada ALLAH SWT dan RASULNYA, yaitu: 


A.     Dapat SIKSA dan AZAB yang PEDIH

ALLAH SWT melalui surat Al Furqaan (25) ayat 37 di bawah ini menceritakan kembali kepada seluruh umat manusia, termasuk kepada diri kita tentang ditenggelamkannya umat NABI NUH as, sebagai konsekuensi dari tindakan mereka yang mendustakan NABI NUH as, sebagai UTUSAN ALLAH SWT di muka bumi. Timbul pertanyaan apakah siksaan atau azab yang pedih yang dikemukakan oleh ALLAH SWT ini hanya berlaku bagi umat-umat dari NABI yang terdahulu sehingga hal ini tidak berlaku bagi diri kita? ALLAH SWT mengemukakan cerita tentang umat NABI NUH as, bukanlah tanpa maksud dan tujuan sebab azab itu dapat terjadi pula kepada diri kita dalam bentuk yang berbeda. Adanya cerita ini agar diri kita sebagai umat yang kemudian datang dapat mengambil hikmah dan pelajaran atas apa yang terjadi pada umat NABI NUH as. 

Sebagai KHALIFAH yang telah TAHU DIRI kami berharap dengan adanya hikmah dan pelajaran dari umat NABI NUH as, kiranya dapat menyadarkan diri kita untuk untuk tidak berbuat kesalahan yang sama seperti umat NABI NUH as, yaitu mendustakan ALLAH SWT melalui pendustaan kepada NABI NUH as.


dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih;
(surat Al Furqaan (25) ayat 37)

dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
(surat An Nahl (16) ayat 113)

Sebagai umat yang hidup saat ini, tentu bukan tidak mungkin kita melakukan pendustaan atau tidak mau mengakui atau tidak mau mengimani NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir ALLAH SWT di muka bumi dengan mengakui adanya NABI atau RASUL baru setelah NABI MUHAMMAD SAW, jika ini yang terjadi berarti kita telah menantang KETENTUAN-KETENTUAN dan HUKUM-HUKUM ALLAH SWT di muka bumi dan/atau kita telah menjadi TAMU yang TIDAK TAHU DIRI dihadapan ALLAH SWT. Jika kita tidak ingin mengulang kembali peristiwa umat NABI NUH as, jangan pernah lakukan pendustaan kepada NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir sebab ALLAH SWT siap memberikan dan menurunkan AZAB yang pedih seperrti yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat An Nahl (16) ayat 113 di atas ini. Hal yang harus kita perhatikan adalah UMAT NABI NUH as, yang di azab oleh  ALLAH SWT dapat dipastikan mereka semuanya adalah umat yang memiliki NAFS FUJUR atau JIWA FUJUR dan mereka semua akan ditempatkan oleh ALLAH SWT di NERAKA JAHANNAM.   


B. BERAGAMA NENEK MOYANG

Jika kita ingin tetap mempertahankan dan/atau menjadikan AGAMA dan KEPERCAYAAN yang berasal dari NENEK MOYANG sebagai AGAMA yang kita peluk saat ini, caranya sangat mudah yaitu jangan pernah IMANI ALLAH SWT dan jangan pernah IMANI RASUL serta jangan pernah jadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ. Apabila kita mampu melakukan ketiga hal yang kami kemukakan di atas, sudah cukup menghantarkan diri kita ke NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita ingin pulang kampung ke SYURGA jangan pernah menjadikan AGAMA dan KEPERCAYAAN yang berasal dari ajaran-ajaran NENEK MOYANG sebagai  AGAMA yang kita peluk sewaktu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.    


apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 104)

NABI MUHAMMAD SAW  di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi sebagai NABI dan RASUL terakhir untuk memutus segala mata rantai dari ajaran-ajaran yang bersumber dari kepercayaan yang berasal dari nenek-nenek moyang manusia yang tidak jelas asal usulnya dan/atau ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Adanya NABI MUHAMMAD SAW sebagai utusan         ALLAH SWT di muka bumi maka manusia termasuk diri kita dapat terhindar dari beragama atau berkepercayaan kepada ajaran nenek moyang yang tentunya tidak sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.

 
C.     AMALNYA DITOLAK


Adanya NABI MUHAMMAD SAW yang di utus oleh ALLAH SWT sebagai Duta Besar di muka bumi, maka kita akan memiliki acuan dan pedoman di dalam bertindak dan/atau akan mengetahui secara pasti GARIS GARIS BESAR HALUAN ALLAH SWT yang merupakan dasar dan pijakan diri kita di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT selaku pencipta dari alam semesta ini. Selanjutnya adakah konsekuensi bagi diri kita jika tidak mau melaksanakan acuan dan pedoman di dalam bertindak yang di contohkan NABI MUHAMMAD SAW?

dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.
(surat At Taubah (9) ayat 54)


ALLAH SWT akan memberikan SANKSI bagi setiap KHALIFAH yang ada di muka bumi jika tidak mau mencontoh dan/atau menjadikan NABI MUHAMMAD SAW sebagai Ikutan, Contoh, Teladan di dalam bertindak dan berbuat. SANKSI yang akan diberikan oleh ALLAH SWT adalah segala AMAL yang pernah kita perbuat baik langsung maupun tidak langsung DITOLAK oleh ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT tidak akan memberikan PAHALA sedikitpun kepada kita walaupun kita telah banyak berbuat untuk kepentingan masyarakat banyak. Pembaca, selain ke tiga hal yang telah kami kemukakan di atas, masih terdapat beberapa MANFAAT lain yang akan kita peroleh jika kita tidak mau beriman kepada RASUL sebagai pelaksanaan RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yaitu:


1)      Manusia akan cenderung kepada KEHIDUPAN DUNIA dan/atau menjadikan KEHIDUPAN DUNIA sebagai TUJUAN AKHIR sewaktu menjadi KHALIFAH di muka bumi.

dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 96)

2)   Manusia akan menjadi BUDAK AHWA dan/atau NAFS FUJUR akan bersemi di dalam diri kita.

Sesungguhnya Kami telah mengambil Perjanjian dari Bani Israil[432], dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. tetapi Setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 70)

[432] Perjanjian itu Ialah: mereka beriman kepada Allah dan rasul-rasulNya.

3) Manusia akan keluar atau tersesat dari JALAN yang LURUS dan/atau berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT.

Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan Barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, Maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.
(surat Al Baqarah (2) ayat 108)

Adanya 6 (enam) buah MANFAAT UTAMA yang akan kita peroleh dari TIDAK MAU BERIMAN kepada RASUL sebagai pelaksanaan RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan, maka HASIL AKHIR dari itu semua adalah akan dapat MENGHANTARKAN diri kita secara Mantap dan Tegas menjadi SAHABAT dan TETANGGA yang BAIK bagi JIN/IBLIS/SYAITAN di NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita tidak mau pulang ke Neraka Jahannam maka BERFIKIRLAH dengan MATANG sebelum bertindak di dalam menentang PERINTAH dan LARANGAN ALLAH SWT. Untuk itu jangan sampai apa yang terdapat di dalam surat Al Mu'min (40) ayat 50 dan surat Al Ahzab (33) ayat 66 yang kami kemukakan di bawah ini menimpa diri kita.  


penjaga Jahannam berkata: "Dan Apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?" mereka menjawab: "Benar, sudah datang". penjaga-penjaga Jahannam berkata: "Berdoalah kamu". dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.
(surat Al Mu'min (40) ayat 50)

pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul".
(surat Al Ahzab (33) ayat 66)


Hal ini dikarenakan tidak ada guna dan manfaat lagi segala DOA dan segala PENYESALAN serta segala PENGHARAPAN yang kita lakukan setelah RUHANI berpisah dengan JASMANI sebab yang ada hanyalah PENYESALAN belaka. Jika saat ini kita masih dapat Menghirup udara yang segar dan merasakan segarnya AIR yang diciptakan oleh ALLAH SWT, berarti RUHANI diri kita  belum berpisah dengan JASMANI dan/atau berarti kita masih HIDUP. Jika ini adalah kenyataannya sudahkah kita Melakukan TAUBATAN NASUHA jika kita merasa berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau sudahkah kita MENINGKATKAN KUALITAS KEIMANAN kita kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu agar diri kita selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT? PILIHAN ada di tangan kita, untuk itu SILAHKAN PILIH apakah mau menjadi Penghuni Neraka Jahannam ataukah mau menjadi Penghuni Syurga? Dalam hal ini ALLAH SWT memberikan KEBEBASAN kepada setiap MANUSIA untuk menentukan sendiri jalan yang akan ditempuhnya serta dibebaskan memilih kemana kita akan tinggal kelak di Negeri Akhirat.

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
(surat Al Kahfi (18) ayat 110)


Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, inginkah kita sukses seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW? ALLAH SWT melalui surat Al Kahfi (18) ayat 110 memberikan jawabannya, yaitu jika kita ingin sukses seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW maka:


1.      Jangan pernah KULTUSKAN NABI MUHAMMAD SAW akan tetapi KULTUSKANLAH ALLAH SWT selaku TUHAN bagi semesta alam yang juga adalah pengutus NABI MUHAMMAD SAW. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah TUHAN dari NABI MUHAMMAD SAW dan TUHAN dari diri kita adalah SAMA yaitu ALLAH SWT.

2.      Jika NABI MUHAMMAD SAW pasti Meninggal Dunia maka  ALLAH SWT akan TETAP ada selamanya dan ALLAH SWT tidak akan mungkin BINASA oleh sebab apapun juga, untuk itu bergantunglah selalu hanya kepada ALLAH SWT semata.

3.      Jadikan PERILAKU NABI MUHAMMAD SAW sebagai contoh dan teladan bagi diri kita sebab NABI MUHAMMAD SAW bertindak dan berbuat berdasarkan WAHYU ALLAH SWT dan/atau jadikan perilaku NABI MUHAMMAD SAW yang bertindak berdasarkan WAHYU ALLAH SWT sebagai TELADAN bagi diri kita di dalam berbuat dan bertindak di muka bumi.

4.      Jika NABI MUHAMMAD SAW bertindak dan berbuat berdasarkan WAHYU ALLAH SWT maka jika kita ingin sukses lakukanlah IMAN kepada ALLAH SWT dan kerjakanlah AMAL SHALEH serta jangan pernah sekutukan ALLAH SWT dengan yang lainnya. Apabila kita mampu melakukan perintah  ALLAH SWT dan menjauhi larangan ALLAH SWT ini maka kita akan selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT.

Selanjutnya, hal yang harus kita perhatikan di dalam mencontoh dan menjadikan NABI MUHAMMAD SAW sebagai IKUTAN, CONTOH dan TELADAN bagi diri kita adalah:

1)      Kita harus dapat membedakan dengan jelasa antara PERILAKU dan PERBUATAN atau AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi yang bertindak dan berbuat berdasarkan WAHYU (ingat AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW adalah AL-QUR'AN) dengan penampilan phisik dari NABI MUHAMMAD SAW sebagai Manusia Biasa yang dilahirkan dan dibesarkan di Tanah ARAB sehingga NABI MUHAMMAD SAW berbudaya ARAB, berbahasa ARAB, beraktivitas sosial menurut tata cara ARAB pula.

sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat Ali Imran (3) ayat 164)

Akan sangat ANEH dan JANGGAL jika NABI MUHAMMAD SAW berpenampilan tidak seperti orang ARAB kebanyakan sedangkan pengertian dari NABI itu sendiri adalah penyampai Risalah ALLAH SWT untuk suatu kaum tertentu. Adanya kondisi seperti ini maka yang harus kita jadikan contoh, panutan serta teladan dari NABI MUHAMMAD SAW adalah:

a.       Akhlaknya yang mencerminkan isi dan kandungan Al-Qur'an dan/atau
b.      Akhlaknya yang mencerminkan kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT selaku pengutus NABI MUHAMMAD SAW ke muka bumi.

Sedangkan contoh, panutan serta teladan dari NABI MUHAMMAD SAW yang tercermin dari penampilan phisik sebagai manusia biasa yang berbudaya Arab, berbahasa Arab tidaklah sesuatu yang mutlak harus kita kerjakan.


Ketika Aisyah ra, ditanya tentang Akhlak Rasulullah SAW maka dia menjawab, "Akhlaknya adalah Al-Qur'an."
(HR Abu Dawud dan Muslim)


2)      Hal ini dimungkinkan jika kita mengacu kepada HADITS di atas ini, yang menyatakan AKHLAK dari NABI MUHAMMAD SAW adalah Al-Qur'an dimana Al-Qur'an itu sendiri merupakan cerminan dari kebesaran dan kemahaan serrta kehebatan ALLAH SWT selaku pengutus NABI MUHAMMAD SAW ke muka bumi serta pencipta alam semesta ini.

3)      Suksesnya NABI MUHAMMAD SAW melaksanakan tugas yang mencerminkan isi dan kandungan Al-Qur'an menandakan bahwa AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW dapat dikatakan sebagai cerminan dari ajaran dari DIINUL ISLAM dan/atau penampilan dari umat ISLAM yang dicontohkan oleh NABI MUHAMMAD SAW yang berasal dari cerminan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT selaku pengutus NABI MUHAMMAD SAW ke muka bumi. Adanya kondisi seperti ini yang dicontohkan, yang diteladani oleh NABI MUHAMMAD SAW kepada umatnya maka Penampilan Phisik dari NABI MUHAMMAD SAW sebagai manusia biasa yang berbudaya ARAB tidak dapat dikatakan sebagai Budaya Islam walaupun NABI MUHAMMAD SAW dengan DIINUL ISLAMnya diturunkan di TANAH ARAB oleh ALLAH SWT.

Kami berharap, kita semua mampu menjadikan diri, anak dan keturunan kita sukses, seperti suksesnya NABI MUHAMMAD SAW menjalankan tugas di muka bumi sehingga kita dapat bertemu langsung dengan ALLAH SWT dan juga bertemu langsung dengan NABI MUHAMMAD SAW kelak.

dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.
(surat Al Mu'min (40) ayat 58)


Hal lainnya yang harus kita jadikan pedoman di dalam melaksanakan IMAN kepada RASUL adalah ALLAH SWT tidak akan mungkin menyamakan kedudukan antara orang yang beriman dan yang mengerjakan amal shaleh dengan orang yang durhaka sebab  ALLAH SWT adalah MAHA ADIL. Jika kondisi ini sudah dikemukakan oleh ALLAH SWT masihkah kita tidak mau melaksanakan RUKUN IMAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar