Rabiah
al Adawiyah, “Baiklah, tetapi aku ingin tahu, siapakah di antara kalian yang
paling alim, maka saya bersedia menjadi istrinya.”
Mereka
menjawab, ”Dialah Hasan Al Bashri orangnya.”
Rabiah
al Adawiyah, “Jika Tuan mampu menjawab 4 (empat) masalah yang saya ajukan maka
saya bersedia menjadi istri Tuan”.
Hasan
Al Bashri, “Silahkan anda bertanya, semoga Allah memberi taufik padaku dalam
menjawab pertanyaan anda!”
Rabiah
al Adawiyah bertanya, “Menurut Tuan, kalau saya meninggal dunia, apakah
kematian saya dengan membawa ketetapan iman ataukah tidak?”
Hasan
Al Bashri, “Maaf, hal ini termasuk masalah ghaib, dan tidak ada yang tahu
pasti, kecuali hanya Allah.”
Rabiah
al Adawiyah, “Menurut Tuan, kalau saya disemayamkan dalam kubur, lalu malaikat
Munkar-Nakir bertanya kepada saya, mampukah saya menjawabnya atau tidak?”
Hasan
Al Bashri, “Maaf, itupun termasuk
masalah ghaib, dan tidak ada yang tahu pasti, kecuali hanya Allah.”
Rabiah
al Adawiyah, “Menurut Tuan, saya termasuk orang yang menerima kitab amal dengan
tangan kanan ataukah dengan tangan kiri, di saat manusia dihimpun kelak di hari
kiamat?”
Hasan Al Bashri, “Maaf, itupun termasuk masalah ghaib.
Rabiah
al Adawiyah, “Menurut Tuan, saya termasuk golongan manakah, ketika manusia
dipanggi, segolongan di syurga dan segolongan lainnya di neraka?”
Hasan
Al Bashri, “Maaf, itu juga termasuk masalah ghaib.
Akhirnya
Rabiah al Adawiyah, berkata, “Bagi orang yang tengah kalut memikirkan 4 perkara
ini, mana ada kesempatan berumah tangga?”
Kemudian
Rabiah al Adawiyah bertanya, “ Ya Tuan Hasan, berapa bagiankah Allah yang
menjadi akal?”
Hasan
Al Bashri, “Sepuluh dengan rincian Sembilan bagi pria dan satu bagi wanita.”
Rabiah
al Adawiyah, “Lalu berapa bagian pula Allah menjadikan syahwatnya?”
Hasan
Al Bashri menjawab, “Sepuluh juga, dengan rincian sembilan bagi wanita dan satu
bagi pria.
Lalu
Rabiah al Adawiyah berkata, “Ya Tuan Hasan, dengan hanya satu akal, saya mampu
mengendalikan diri dari gejolak nafsu syahwat yang sembilan bagian. Tetapi
dengan sembilan bagian akalnya mengapa Tuan tidak mampu mengekang nafsu
syahwat?”
Maka
menangislah Hasan Al Bashri seraya mohon diri dari rumah Rabiah al Adawiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar