‘Urip iku paribasan mung mampir ngombe”
Hidup itu ibarat hanya mampir minum, kata orang Jawa.
Orang Inggris berkata, “Time is Money”.
Waktu adalah Uang.
“Waktu itu laksana pedang, jika engkau
tidak memotongnya maka dialah yang akan memotongmu,” kata Penyair Arab.
Andaikan hidup ini ibarat hujan, maka
manusia ibarat bunga yang mekar sesaat lalu layu, kering dan gugur diterbangkan
angin. Tak ada lagi yang tersisa, kecuali kenangan akan baunya yang harum
mewangi atau busuk menusuk, kemudian musnah karena terik mentari mengeringkan,
bahkan sungai yang tadinya meluap. Demikian kata ahli hikmah.
Andaikan manusia adalah daun, maka waktu
adalah ulat yang melahapnya lembar demi lembar hingga hancur tak tersisa.
Demikian kata ahli hikmah yang lain.
“Ya Tuhanku, alangkah lambatnya mentari
bergeser? Terik menyengat panas membakar sekujur tubuhku. Dahaga tidak tertahan
menghabiskan seluruh kekuatanku. Kering sudah kerongkonganku, Kapankah mendung
dan datang bertebar dan hujan tercurah dari langit menyegarkan bumi menyejukkan
kerongkonganku?” Ratap pengembara tersesat di gurun pasir yang kering.
“Oh, alangkah cepatnya waktu berputar!
Tahun demi tahun melelehkan lemak dan dagingku, merapuhkan tulang dan memupus
umurku. Aku belum sempat berhenti sejenak mereguk nikmat memuaskan masa mudaku.
Mengapa usia tua merapuhkan sekujur tubuhku?” Demikian keluh kesah seseorang
petualang jalang yang lalai menghitung waktu.
“Sesungguhnya malam demi malam hanyalah
seteguk minuman. Menggelar dan menggulung umur manusia, Singkatnya usia malam
bagi mereka yang bersedih terasa demikian panjang. Sementara panjangnya usia
manusia terasa terlalu pendek bagi mereka yang bersukaria”. Kata sang penyair.
“Dunia
itu Cuma terdiri dari tiga hari. Kemarin, telah berlalu apa yang kau lakukan.
Besok, kamu tidak tahu pasti tentang besok. Dan hari ini di mana kamu berada di
dalamnya. Sebenarnya kamu tidak memiliki
apa-apa kecuali satu hari saja. Maka rebutlah hari yang satu itu, yaitu
hari ini”. Kata Isa Al Masih.
“Aku ini hari baru. Aku menjadi saksi
terhadap apa yang kau lakukan”. Kata hari.
Ketika matahari terbenam dan waktu
magrib telah datang, berarti kita memasuki pergantian tanggal. Demikian menurut
perhitungan tahun Qamariyah. Berbeda
dengan almanak Syamsiyah, yang hari barunya dihitung mulai pukul 00 tengah
malam. Hari baru menurut almanac Syamsiyah diawali ketika umumnya manusia
sedang tidur lelap yang berarti dalam keadaan tidak sadar. Sedangkan hari baru
menurut almanac Qamariyah diawali ketika senja berganti malam, orang-orang yang
beriman kepada Allah menyambut dan mengawalinya dengan shalat Magrib tiga
rakaat karena mereka dalam keadaan sadar dan tidak tidur.
Setiap pergantian hari, maka yang baru
tiba itu akan menjadi saksi terhadap segala perbuatan kita sampai muncul hari
baru lagi.
“Wahai Manusia! Lupakah kalian akan
kelicikan, keganasan dan kekejamanku? Perjalananku kalian rekatkan pada
jarum-jarum jam dan kertas-kertas penanggalan. Seakan langkah-langkahku dapat
kalian ukur dengan detik demi detik, dengan menit demi menit, dengan jam demi
jam, dengan hari demi hari, dengan bulan demi bulan, dengan tahun demi tahun,
dengan abad demi abad. Tidak! itu hanya perhitungan nisbi yang meninabobokkan
kalian dalam kelalaian. Aku berlari tanpa dapat kaliar kejar. Karena aku tidak
pernah tunduk pada batas detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, atau batas
abad. Yang jelas dan pasti aku selalu mengintai kalian dari belakang hanya
dengan satu kepastian ajal. Tidakkah kalian sadari bahwa aku menyeretmu menuju
ke jurang maut? Demikian kata pasti dari sang waktu.
“Semua
yang ada di bumi akan binasa.”
(surat
al ranchman (55) ayat 26
“Tiap-tiap
yang bernyawa akan merasakan kematian”.
(surat
Ali Imran (3) ayat 185)
“Sesungguhnya
kamu akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati”.
(surat
Az Zumar (39) ayat 30)
“Katakanlah,
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya maka sesungguhnya ia akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia akan menerangkan kepadamu terhadap apa yang
kamu kerjakan”.
(surat
Al Jumu’ah (62) ayat 8)
“Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu. Hingga tibalah kalian di liang kuburan.
(surat
At Takasur (102) ayat 1-2)
“Demi
Masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh, dan mereka saling menasehati dengan kebenaran dan
saling menasehati dengan kesabaran”.
(Surat
Al Ashr (103) ayat 1-2-3)
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi merekalah syurga yang penuh
dengan kenikmatan”.
“Mereka
kekal di dalamnya, janji Allah itu adalah benar dan Dialah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”.
(surat
Luqman (31) ayat 8-9)
“Maka
berilah peringatan, karena peringatan itu sungguh berguna. Orang yang takut
(kepada Allah) akan menerima peringatan itu. Dan orang yang celaka (kafir) akan
menjauhinya. Yang akan masuk ke dalam api yang besar (neraka). Kemudian ia
tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Sungguh beruntung orang yang
mensucikan dirinya. Dan dia mengingat nama Tuhannya lalu mendirikan shalat”.
(surat
Al A’la (87) ayat 9-15)
Demikianlah antara lain peringatan Allah
dalam Kitab Suci Alqur’an. Bahwa pada hakekatnya “waktu” sekali lagi “waktu”
akan mengantarkan kita bahwa menyeret kita tanpa pandang warna kulit, tempat,
tua atau muda, dengan langkah sangat mantap dan pasti menuju “maut”.
Ingat, hanya orang-orang yang shalat,
beriman dan beramal shaleh dengan ikhlas karena Allah yang akan bahagia di sana
kelak.
SEKARANG KITA MASIH MEMILIKI WAKTU
UNTUK ITU MARI KITA PELAJARI NASEHAT DI BAWAH INI
Anak-anaku dan cucu-cucuku!
Kalian telah bertahun-tahun tinggal dan hidup di kampung ini
Menghirup udara bersih yang disediakan Allah di sini.
Meneguk ari bening yang terpancar dari dalam bumi di kampung kita ini
Berpijak di bumi ini, tidur di sini dan menikmati kehidupan di kampung ini.
Apakah yang telah kalian sumbangsihkan terhadap kampung jura ini, wahai anak-anakku dan cucu-cucuku?
Ketahuilah, bahwa kalian wajib bertanggungjawab terhadap kemajuan dan kesejahteraan kampung kita ini!
Jika kalian bersikap masa bodoh, maka kalian telah berlaku sombong, pengkhianat, bahkan perampok yang serakah!
Anak-anakku dan cucu-cucuku!
Sadarilah bahwa kalian mempunyai tanggung jawab dan wajib memajukan dan mensejahterakan lingkungan hidup di kampung kita ini.
Sebab jika tidak demikian kita telah merusak lingkungan hidup di kampung kita ini dengan limbah yang kalian buang setiap hari.
Bukankah kalian tidak menginginkan caci maki dan kutukan dari para generasi penerus kalian, yang akan mewarisi dan melanjutkan kehidupan di kampung kita ini?
SEBAGAI PENGHUNI KAMPUNG YANG BAIK,, pergunakanlah yang lima sebelum datang yang lima, yaitu "Mudamu sebelum Tuamu,; Sehatmu sebelum sakitmu; Kayamu sebelum miskinmu; Kesempatanmu sebelum kesibukanmu; dan Hidupmu sebelum matimu".
Tidak akan miskin orang yang hemat dan bersedekah.
Kerjakan apa yang engkau kehendaki, maka engkau akan mendapatkan balasannya.
Jika syahwat yang dijadikan senjata, maka akan mewariskan kesedihan yang panjang.
Katakanlah yang baik walaupun dalam keadaan pahit
Tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah
Umat ini akan selalu dalam keadaan baik
jika berkata, berkata dengan benar.
jika menghukum, menghukum dengan adil
dan jika minta dikasihi harus dikasihi
jadilah manusia yang berakhlaq
bertaqwalah kepada Allah dimana saja engkat berada
Ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapuskannya.
(diambil dari buku Menabur Mutiara
Hikmah yang ditulis oleh Drs. Asnan Sjarif Wagino yang diterbitkan oleh cv.
Izufa Gempita Jakarta, 1993)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar