Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 22 September 2016

INILAH PENGARUH BURUK DOSA, MAKSIAT DAN KEJAHATAN BAGI PELAKUNYA


Dalam konteks masyarakat yang plural seperti di Indonesia, nampaknya pengertian tentang Dosa, Maksiat dan juga Kejahatan harus dipahami ulang sehingga tidak menimbulkan salah kaprah dan juga gangguan dalam hubungan sosial antar agama. Dosa selama ini dipahami oleh sebahagian umat Islam sebagai pelanggaran atas aturan-aturan yang telah ditentukan oleh agama. Contoh-contoh berikut ini bisa menjadi semacam ilustrasi. Jika seseorang tidak melaksanakan shalat Jum’at, atau shalat lima waktu sebagaimana diwajibkan oleh ajaran Islam, maka ia telah berdosa. Seseorang yang tidak  berpuasa di bulan Ramadhan, dia berdosa. Seseorang yang tidak  membayar zakat fitrah, ia berdosa. Seseorang yang menghardik orang-tuanya, ia berdosa. Begitu pula jika seseorang mencuri atau membunuh orang lain, maka ia juga berdosa. Seseorang yang menyerobot tanah tetangganya, ia berdosa. Begitu seterusnya. Pemahaman seperti ini, dalam konteks negara non-agama seperti Indonesia, jelas kurang tepat.

Untuk memberikan gambaran yang lebih tentang definisi dosa, maksiat dan juga kejahatan, berikut ini kami kemukakan pengertian yang dimaksud sebagaimana di bawah ini.

1.      Dosa adalah pelanggaran hukum-hukum agama yang sama sekali tidak diatur oleh hukum positif negara. Jika seseorang tidak melaksanakan shalat lima waktu, maka ia berdosa, tetapi ia tidak melanggar hukum negara. Tetapi, jika seseorang mencuri, maka ia  berdosa dan melakukan kejahatan sekaligus. Berdosa karena ia melanggar ketentuan agama yang melarang pencurian, tetapi juga kejahatan, karena tindakan mencuri melanggar hukum positif yang ditetapkan oleh negara.
  
2.       Maksiat adalah sebuah kategori yang tidak jauh berbeda dengan dosa, yakni melanggar hukum-hukum agama yang tidak diatur oleh hukum negara. Tetapi maksiat memiliki pengertian yang lebih khusus, yakni pelanggaran hukum agama yang bersifat individualistik. Jika seseorang dengki, atau ghibah yakni membicarakan kejelekan orang lain, maka dia melakukan maksiat. Jika seseorang melakukan perbuatan syirik atau musyrik  dengan menyekutukan Allah SWT maka ia melakukan maksiat. Jika seseorang melakukan perbuatan riya maka ia melakukan perbuatan maksiat. Jika seseorang memperturutkan ahwanya maka ia berbuat maksiat. Jika ia bersekutu dengan jin atau syaitan maka ia berbuat maksiat. Jika ia tidak mau melaksanakan tidak mau melaksanakan diinul islam secara kaffah maka ia bebuat maksiat. Begitulah seterusnya. Tetapi keseluruhan tindakan itu tidak masuk dalam ketegori kejahatan yang diatur oleh hukum positif yang ditetapkan negara.

3.       Kejahatan adalah tindakan melawan hukum negara. Jika seseorang merampok atau korupsi, dia melakukan suatu tindakan yang masuk dalam dua kategori sekaligus: kejahatan, karena melanggar hukum positif, dan dosa karena melanggar hukum agama. Tetapi jika seseorang melanggar hukum lalulintas, seperti menerabas marka jalan, maka dia hanya dapat dikatakan melanggar hukum negara, tetapi dia tidak, atau sekurang-kurangnya belum tentu berdosa, sebab dalam agama tak ada ketentuan larangan untuk melanggar marka jalan. Agama sama sekali tak punya aturan khusus mengenai lalulintas, sehingga dengan demikian pelanggar hukum lalulintas tidak bisa disebut berdosa. Begitu pula jika seseorang melakukan pembajakan suatu karya, misalnya menerbitkan sebuah buku karya orang lain tanpa memperoleh hak cipta, maka ia melakukan kejahatan "intellectual property", tetapi tidak berdosa dalam pandangan agama. Agama, sekurang-kurangnya Islam, tak memiliki aturan khusus mengenai "intellectual property right". Kalaupun ada aturan mengenai itu, paling jauh hanyalah merupakan hasil ijtihad ulama modern. Dalam Al-Quran dan hadits sendiri tak ada aturan yang jelas mengenai hak cipta intelektual.

Agar diri kita terhindar dari perbuatan dosa, maksiat ataupun kejahatan, berikut ini akan kami kemukakan beberapa dampak buruk yang ditimbulkan dari perbuatan dosa, maksiat dan juga kejahatan, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam  bukunya Kitab Jawabul Kafi (Jawaban Lengkap Tentang Obat Mujarab),  yaitu:

1.                  Perbuatan maksiat mempunyai dampak buruk lagi tercela, berbahaya bagi hati dan badan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dampak dari perbuatan maksiat hanya Allah-lah yang mengetahui secara pasti. Dampak buruk maksiat diantaranya adalah terhalangnya ilmu, karena ilmu adalah cahaya yang Allah SWT tempatkan di hati, sedangkan maksiat mematikan cahaya tersebut.

2.                  Perbuatan maksiat akan memberikan dampak kepada rezeki seseorang. Seorang hamba terhalang rezekinya karena perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukannya, sebagaimana halnya taqwa kepada Allah SWT dapat mendatangkan rezeki, maka meninggalkan taqwa dapat mendatangkan kefakiran, Maka sebaik-baik jalan untuk mendapatkan rezeki adalah dengan meninggalkan maksiat.


3.                  Dampak lain dari maksiat adalah adanya perasaan kekosongan bathin yang dirasakan oleh orang yang berbuat maksiat, yang menyebabkan ia merasa jauh dari Allah, dan sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan suatu kesenangan apapun, meski seluruh kesenangan dunia terkumpul, kekosongan bathin tetap tidak akan terisi. Dan hal ini tidak mungkin dapat dirasakan kecuali oleh orang yang memiliki hati yang hidup, karena luka itu terasa sakit oleh orang yang hidup dan tidak dapat dirasakan oleh orang mati. Maka jika dosa tidak terperosok kepada kekosongan bathin, maka niscaya orang yang berakal akan merasa bebas untuk meninggalkannya.

Seseorang mengadu kepada orang bijak tentang kekosongan bathin yang ia dapatkan dalam dirinya. Orang bijak itu berkata kepadanya, “Jika adan telah merasakan kosongnya bathin karena dosa-dosa yang anda lakukan, maka tinggalkanlah dosa-dosa tersebut, niscaya anda akan mendapatkan kebahagiaan. Karena keterasingan hati yang disebabkan oleh dosa tidak dapat diusir dengan dosa dan hanya kepada Allah-lah kita mohon pertolongan.

4.      Dampak lain dari pada maksiat adalah kesepian yang terjadi antara orang yang bermaksiat dan oirang lain (keterasingan) yang dirasakan oleh orang yang bermaksiat dari orang lain, apalagi terhadap orang baik. Orang yang suka melakukan maksiat akan merasakan adanya jarak yang jauh sekali dari orang-orang baik. Semakin kuat rasa keterasingan, semakin jauhlah dari mereka dan dari kesempatan untuk bergaul dengan mereka, sehingga terjauhkan pula dari berkah ilmu mereka yang sangat bermanfaat baginya. Semakin dekat jarak dengan golongan syaitan maka semakin jauh jaraknya dengan golongan Allah Yang Maha Pengasih. Rasa keterasingan ini dapat menjadi kuat sehingga menjadi rasa yang sangat dominan, sehingga ia akan merasa keterasingan dari istrinya, dari anaknya, kerabatnya, bahkan dengan dirinya sendiri, sehingga ia merasa asing dengan dirinya sendiri.

5.      Dampak lain dari maksiat adalah segala urusan menjadi sulit untuk dilaksanakan dan sukar dicarikan jalan keluarnya. Hal ini adalah kebalikan dari orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa kepada Allah, pasti Allah akan memudahkan segala macam urusannya, Sebagai kebalikannya, siapa yang meninggalkan taqwa kepada-Nya maka Allah akan menjadikan segala urusannya sulit.

6.      Dampak lain dari maksiat adalah kegelapan yang didapatkan dalam hatinya, yang benar-benar ia rasakan sebagaimana ia merasakan gelap gulita dan kepekatan malam. Maka kegelapan maksiat bagi hatinya menjadi seperti kegelapan inderawi bagi matanya. Karena taat itu adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Semakin kuat kegelapan, semakin kuat pula kebingungannya, sehingga ia terjerumus kepada perbuatan-perbuatan bid’ah, kesesatan-kesesatan dan perkara-perkara yang membinasakan, sedang ia tidak merasakannya sebagaimana seorang tuna netra yang dilepas berjalan sendiri di malam yang gelap gulita. Kegelapan ini menjadi kuat hingga tampak dalam mata, kemudian menguat lagi sehingga menyebar keselurh wajahnya, yang kemudian menjadi hitam yang dapat dilihat oleh setiap orang.Abdullah bin Abbas, berkata, “Sesungguhnya kebaikan itu memiliki sinar dalam wajah dan hati, kelapangan dalam rezeki, kekuatan dalam badan, dicintai oleh orang-orang. Dan kejahatan memberikan kepekatan dalam wajah, dalam kubur dan dalam hati, kelemahan badan, kekurangan dalam rezeki dan kebencian di hati orang-orang”.


7.      Perbuatan  maksiat akan melemahkan hati dan badan. Lemahnya hati adalah hal yang sangat jelas, bahkan secara terus menerus melemahkannya hingga akhirnya sama sekali menyeretnya pada kematian. Sedang lemahnya badan adalah karena seorang mukmin sumber kekuatannya itu adalah hatinya. Semakin kuat hatinya semakin kuat pula badannya, Dan orang durhaka, meski badannya kuat, ia sebetulnya makhluk yang paling lemah ketika ia menghajatkan sesuatu. Maka kekuatannya itu akan mengkhianatinya ketika ia sangat membutuhkan sesuatu. Perhatikan kekuatan fisik bangsa Persia dan Romawi, sebagaimana kekuatan fisik mereka mengkhianati ketika mereka sangat memerlukannya, sehingga mereka dapat dikalahkan oleh kaum Mu’minin dengan kekuatan fisik dan hati mereka.

8.      Perbuatan maksiat yang kita lakukan akan mengakibatkan terhalangnya ketaatan seseorang, meskipun dosa yang dilakukannya itu tidak mendatangkan hukuman, tetapi ia menghalangi ketaatan sebagai penggantinya, dan memutus jalan taat yang lainnya.

9.      Perbuatan maksiat yang kita lakukan dapat memperpendek umur yang mengakibatkan hilangnya keberkahan umur. Ingat, kebajikan dapat memperpanjang umur, sebaliknya durhaka dapat memperpendek umur.

10.  Perbuatan maksiat akan menanam maksiat serupa dan maksiat yang satu akan melahirkan maksiat yang lainnya. Sehingga seseorang akan merasa sangat sulit meninggalkannya dan keluar daripadanya.

11.  Perbuatan maksiat yang kita kerjakan akan melemahkan kehendak (iradat) atau niat seseorang untuk melakukan kebaikan sehingga maksiat dapat mewariskan kehinaan.

12.  Dampak negatif dari maksiat adalah hilangnya pandangan buruk dari hati terhadap maksiat, sehingga maksiat telah menyatu dengan dirinya sehingga tidak malu berbuat maksiat walaupun dilihat orang. Hal ini dimungkinkan karena tidak merasa bahwa dirinya berbuat kejelekan walaupun orang orang membicarakannya.

13.  Perbuatan Maksiat mengakibatkan hinanya Allah SWT, kecilnya Allah SWT, tidak adanya Allah SWT,  dimata orang yang melakukannya.  

14.  Perbuatan maksiat dapat merusak akal karena akal itu mempunyai cahaya dan maksiat memadamkan cahaya akal. Jika cahaya akal sudah padam, maka kekuatannya pun berkurang.

15.  Perbuatan maksiat adalah timbulnya berbagai kerusakan di muka bumi, seperti rusaknya air, udara, tumbuhan, buah-buahan dan tempat-tempat tinggal.

16.  Perbuatan maksiat dapat memadamkan ghirah dalam hati yang berfungsi untuk hidup dan kebaikan.

17.  Perbuatan maksiat dapat menghilang rasa malu yang merupakan substansi kehidupan. Rasa malu adalah pokok dari segala kebaikan dan hilangnya rasa malu berarti hilangnya semua kebaikan. Jika seseorang sampai kepada keadaan seperti ini maka tidak bisa diharapkan lagi ia menjadi baik.

18.  Perbuatan maksiat dapat melemahkan hati dari pengagungan terhadap Allah SWT. Rasa hormat kepada-Nya akan berkurang karena jika rasa pengagungan dan penghormatan masih tetap teguh kepada-Nya niscaya dia tidak akan berani mendurhakai Allah SWT.

19.  Perbuatan maksiat dapat menyebabkan Allah SWT lupa akan hamba-Nya, Allah SWT meninggalkannya dan tidak akan melindunginya lagi dan syaitan yang akan mengganggunya.

20.  Perbuatan maksiat mengeluarkan pelakunya dari lingkaran kebaikan (ikhsan) dan menghalanginya dari pahala orang-orang yang melakukan kebaikan Hal ini dikarenakan jika kebaikan telah menguasai hati, maka kebaikan itu akan mencegahnya dari perbuatan maksiat.

21.  Perbuatan maksiat dapat menghilangkan nikmat bertuhankan kepada Allah SWT dan mendatangkan siksa.

22.  Perbuatan maksiat dapat menimbulkan rasa takut dan cemas yang Allah SWT timpakan kepada hati pelakunya. Untuk lihatlah pelaku maksiat yang hidupnya selalu berada dalam ketakutan dan kecemasan. Ingatlah bahwa ketaatan adalah benteng Allah SWT yang paling kokoh, siapa saja yang memasukinya akan merasakan aman dari tertimpanya hukuman dunia dan akhirat dan barangsiapa yang keluar daripadanya maka ia akan dikepung oleh rasa takut dari segenap penjuru. Barangsiapa yang taat kepada Allah SWT rasa takutnya akan berubah menjadi rasa aman. Demikian pula sebaliknya, barangsiapa yang mendurhakai Allah SWT, rasa amannya berubah menjadi rasa takut.

23.  Perbuatan maksiat dapat menjadikan jiwa seseorang menjadi kecil dan hina sehingga menjadi sesuatu yang paling kecil dan paling hina, sebagaimana ketaatan dapat menjadikan tumbuh, suci dan agung.

24.  Perbuatan maksiat menjadikan pelakunya untuk selamanya berada dalam tahanan syaitan, dalam penjara syahwat dan dililit rantai ahwa sehingga menjadikan jiwanya dalam kondisi jiwa fujur.

25.  Perbuatan maksiat dapat menjatuhkan kehormatan dan kedudukan seseorang pelakunya dalam pandangan Allah SWT dan makhluk-Nya. Hal ini dikarenakan makhluk yang paling mulia dalam pandangan Allah SWT adalah yang paling bertaqwa di antara mereka dan yang paling dekat kedudukannya dengan Allah SWT adalah yang paling taat kepada-Nya.

26.  Perbuatan maksiat dapat menjadikan pelakunya yang tadinya mulia dan terpuji menjadi terhina dan tercela sehingga pelakunya menyandang gelar si pendurhaka, si perusak, si koruptor, si pembunuh, si pengkhianat dan seterusnya.

27.   Perbuatan maksiat memutuskan hubungan antara seorang hamba dengan Allah SWT. Jika sudah demikian maka terputus pula sebab-sebab kebaikan dan yang berhubungan dengannya adalah sebab-sebab kejahatan.

28.  Perbuatan maksiat dapat melenyapkan berkah umur, berkah rezeki, berkah ilmu, berkah pekerjaan dan berkah taat atau dengan kata lain kemaksiatan yang kita lakukan melenyapkan berkah agama dan dunia.

29.  Perbuatan maksiat dapat menjadikan pelakunya hina setelah sebelumnya siap menjadi orang yang terhormat.

30.  Perbuatan maksiat menjadikan musuh-musuh pelakunya dari berbagai lapisan makhluk berani terhadapnya, yang mana dahulunya mereka takut. Diantaranya adalah syaitan, setelah mengetahui bahwa seorang manusia melakukan maksiat, ia menjadi berani menyesatkannya, menggoda, menakut-nakuti, memperdaya dan lain sebagainya.

31.  Perbuatan maksiat melemahkan pelakunya terhadap sesuatu yang diperlukan oleh dirinya sendiri atau melemahkan pelakunya dihadapan dirinya sendiri. Setiap orang perlu mengetahui apa yang bermanfaat bagi dirinya dan apa yang membahayakannya dalam kehidupannya di dunia ini dan untuk kehidupannya di kemudian hari.

32.   Perbuatan maksiat dapat membutakan hati. Kalaupun tidak sampai buta, ia akan melemahkan bashirah dan juga akalnya. Jika hati telah menjadi buta ataupun lemah daya kerjanya, maka hatinya tersebut tidak akan dapat dipergunakan untuk mengetahui petunjuk dan hilang kekuatannya untuk melaksanakannya. Selain daripada itu. pelaku maksiat tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil karena hatinya telah tertutup oleh ulahnya sendiri.

33.  Hukuman lain dari maksiat adalah merupakan sebagai tambahan musuh kepada pelakunya yang dikirim oleh musuh utamanya untuk memperkuat balatentara yang lama dalam rangka memeranginya. Jika manusia tidur maka sang musuh ini tidak keluar, Jika manusia lengah sang musuh ini tidak lengah. Musuh dapat melihat dia sendiri tidak dapat melihatnya. Serangan musuh ini dilancarkan dengan segala macam dan dalam segala kesempatan. Dalam rangka mengalahkan musuhnya maka musuh juga bekerja sama dengan makhluk sejenis yaitu syaitan-syaitan manusia dan juga syaitan-syaitan jin.  Dan Allah SWT tidak memberi kekuasaan kepada sang musuh untuk mengalahkan hamba-Nya yang mukmin dimana ia adalah makhluk yang paling dicintai-Nya.

34.  Hukuman lain daripada maksiat adalah menjadikan pelakunya lupa akan dirinya. Jika seseorang sudah lupa akan dirinya, niscaya ia akan menyia-nyiakan dan membinasakan dirinya sendiri.

35.  Sebagai hukuman dari perbuatan maksiat adalah menghilangkan nikmat kini dan memutuskan nikmat yang akan datang sehingga nikmat yang telah diperoleh hilang sedang nikmat yang akan datang terhalang. Ingat, nikmat-nikmat Allah SWT hanya dapat diperlihara keberadaannya dengan melakukan taat kepada-Nya sebagaimana nikmat yang hilang dapat dikembalikan dengan berlaku taat kepada karena semua yang berada di sisi Allah SWT tidak dapat diperoleh kecuali dengan berlaku taat kepada-Nya.

36.  Perbuatan maksiat menjadikan pelakunya jauh dari malaikat pelindung. Jika sang pelindung ini sudah jauh maka mendekatlah musuhnya yang merupakan sejahat-jahat makhluk baginya yaitu syaitan.

Hukuman lain dari pendosa dan maksiat adalah rasa takut dan cemas yang Allah SWT timpakan kepada hati pelakunya. Untuk itu lihatlah pelaku dosa dan maksiat yang senantiasa berada dalam ketakutan dan kecemasan. Hal ini dikarenakan ketaatan adalah benteng Allah SWT yang paling besar sehingga siapa yang memasukinya akan merasakan aman dari tertimpanya hukuman dunia dan akhirat dan barangsiapa yang keluar dari ketaatan maka ia akan dikepung oleh rasa takut dari segala penjuru. Selain daripada itu perbuatan dosa akan menghilangkan nikmat dan mendatangkan siksa.
                                 
Sebagai penutup, ada satu hal yang harus kita ketahui dan sikapi tentang adanya hukum positif yang telah ditetapkan oleh negara dan adanya hukum agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, dimana keduanya harus didudukkan dalam porsinya masing-masing. Ingat, pada saat kita hidup di dunia yang diciptakan oleh Allah SWT maka pada saat hidup itu kita menghadapi dua buah ketentuan hukum, yaitu hukum positif yang ditetapkan oleh negara dan juga hukum agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Karena substansi dan kaidah ke dua hukum ini sangatlah berbeda maka kita harus mensikapinya dengan berbeda pula. Katakan saat kita hidup dunia, kita melakukan kejahatan karena melanggar hukum positif dan hukum agama dan kemudian kita telah menerima hukuman dari kejahatan yang kita lakukan. Untuk itu ketahuilah wahai para pelaku kejahatan bahwa hukum positif atau hukum yang ditetapkan oleh negara tidak dapat menggantikan hukum yang berasal dari Allah SWT. Sehingga apabila seseorang sudah dihukum oleh Negara tidak serta merta seseorang terbebas dari hukum Allah SWT. Agar hukum positif bisa sejalan dengan hukum Allah SWT maka kita harus mendahulukan hukum akhirat dibandingkan dengan hukum dunia dengan melakukan terlebih dahulu taubatan nasuha selama melaksanakan hukuman negara yang dilanjutkan dengan selalu meminta ampun sebanyak mungkin disetiap kesempatan serta mengembalikan barang aniayaan kepada pemiliknya.


Sabda Nabi dalam menceritakan firman Allah: Allah telah mewahyukan kepadaku: "Wahai saudara para Rasul, wahai saudara para pemberi peringatan! Berilah berita peringatan kepada kaummu, agar mereka jangan memasuki satu rumahpun dari rumah-rumah-Ku (masjid), kecuali dengan hati bersih, lidah yang benar, tangan yang suci, dan kemaluan yang bersih. Dan janganlah mereka memasuki salah satu rumah-Ku (masjid) padahal mereka masih tersangkut barang aniayaan hak orang lain. Sesungguhnya Aku tidak memberi rahmat, selama ia berdiri di hadapan-Ku melakukan shalat, sampai ia mengembalikan barang aniayaan itu kepada pemiliknya. Apabila ia telah mengembalikannya, Aku akan jadi alat pendengarannya yang dengan itu ia mendengar, dan Aku akan menjadi penglihatannya yang dengan itu ia memandang, dan ia akan menjadi salah seorang wali dan orang pilihan-Ku dan akan menjadi tetangga-Ku bersama para Nabi, para shiddikin dan para syuhada yang ditempatkan di dalam syurga.
(Al Hadits Qudsi Riwayat Abu Nua'im, Hakim, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir yang bersumber dari Hudzaifah)


Ingat Allah SWT sudah menyatakan dengan jelas bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sekarang bagaimana mungkin Allah SWT yang sudah siap memberikan pengampunan kepada siapun juga sedangkan orang yang akan diberikan pengampunan dari Allah SWT tidak mau mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya? Dilain sisi untuk mengakui kesalahan dan meminta ampunan kepada Allah SWT tidak dipungut biaya oleh Allah SWT sebab Allah SWT tidak butuh dengan pengampunan yang akan diberikannya karena Allah SWT sudah Maha Selamanya. Sebagai orang yang membutuhkan pengampunan dari Allah SWT apakah kesempatan dan fasilitas untuk meminta ampunan yang kita miliki saat ini akan kita sia-siakan begitu saja berlalu tanpa kesan. Sedangkan orang-orang yang sekarang di alam barzah (maksudnya yang di sijjin) berusaha dan meminta untuk dikembalikan ke muka bumi kepada Allah SWT untuk melakukan pertaubatan karena sudah merasakan azab dan  ketidaknyamanan berada di sijjin yang ada di alam barzah. Tidak ada jalan lain kecuali taubatan nasuha dengan mengakui kesalahan yang telah diperbuat yang dilanjutkan dengan selalu meminta ampun disetiap kesempatan yang ada kemudian melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah.


Sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi, jangan sampai diri kita berbuat dosa dan maksiat serta kejahatan saat hidup di muka bumi ini karena resiko yang harus kita hadapi begitu luar biasa, terkecuali jika kita mampu menahan panasnya api neraka yang panasnya 70 (tujuh puluh) kali dari panasnya api dunia dan jangan sampai diri kita ditertawakan oleh Syaitan sang laknatullah karena mau diajak pulang kampung ke Neraka Jahannam akibat kebodohan diri kita sendiri padahal kampung halaman yang asli untuk diri kita adalah Syurga.  

Minggu, 18 September 2016

JALINAN KEHIDUPAN



Kehidupan itu merupakan suatu jalinan yang saling kait mengkait yang tidak bisa dipisahkan begitu saja. Semua makhluk hidup di bumi Allah SWT. Satu dengan yang lain saling membutuhkan, saling bergantung, saling memanfaatkan dan saling menentukan terhadap kelangsungan hidupnya.

Tumbuhan yang tumbuh di tanah menghisap zat hara tanah dan mereguk sinar mentari, dapat menghasilkan tunas baru, daun muda, bunga dan buah yang dapat menjadi makanan manusia, binatang atau makhluk yang lain. Selain itu tumbuhan juga berfungsi menjaga dan menyuburkan tanah, menangkap dan memproses Co2 untuk menghasilkan O2, serta mengatur peredaran air yang sangat berguna bagi kelestarian kehidupan.

Binatang, baik yang liar maupun yang diternakkan oleh manusia, selain menghasilkan kotoran yang dapat menyuburkan tanah, juga menghasilkan susu, madu, telur, daging dan lain-lain yang menjadi makanan manusia dan makhluk lain. Disamping itu beberapa jenis binatang tertentu dapat dimanfaatkan untuk kendaraan atau sebagai alat angkut berbagai keperluan manusia.

Untuk mempertahankan kehidupan manusia dari generasi ke generasi, telah bertrilyun-trilyun produksi pertanian dan bertrilyun-trilyun hewan disantapnya, yang jumlah persisnya tak seorangpun yang mampu menghitungnya, kecuali Allah SWT.

Demikian pula sebaliknya, yaitu kuman, baksil, virus atau hama penyakit lainnya dari jenis tumbuhan dan hewan, untuk mempertahankan kehidupannya, telah berjuta-juta manusia dibunuhnya.

Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya menghasilkan kebudayaan yang senantiasa berkembang. Fungsi manusia antara lain untuk memakmurkan bumi dan juga untuk menjaga kelestarian bumi melalui memelihara lingkungan hidup, termasuk menyelamatkan tumbuhan dan binatang dari bahaya kepunahan. Sehingga tetap terjaga keseimbangan ekosistem yang akan memberikan keamanan dan keselematan kepada seluruh makhluk hidup.

Perlu disadari oleh setiap manusia bahwa tugas pokok setiap manusia adalah Khalifah Allah SWT di muka bumi sehingga setiap manusia dijadikan sebagai perpanjangan tangan Allah SWT, atau wakil Allah SWT atau Duta Besar Allah SWT di muka bumi sehingga dengan adanya kekhalifahan ini terjagalah, terpeliharalah bumi oleh sebab adanya diri kita.

Segala kejadian tidak ada yang terlepas atau berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan dalam susunan yang cermat berupa sebab akibat bagaikan lingkaran-lingkaran berantai yang tidak putus. Tidak ada yang paling penting dan tidak ada yang paling remeh. Lingkaran besar atau lingkaran kecil dalam rangkaian yang terkait itu tidak ada perbedaannya. Pecahnya atau terputusnya rantai lingkaran itu, apakah yang besar atau yang kecil berarti pecah atau terputus ikatan-ikatannya.

Karena itu tidak ada alasan merendahkan, meremehkan atau mengecilkan arti makhluk lain, apalagi makhluk yang sederajat kedudukannya di hadapan Allah SWT. Sebab sering kali terjadi sesuatu yang kecil dan dianggap remeh atau rendah, justru mempunyai daya penghancur yang luar biasa mengerikan. Contoh dari kejadian ini telah banyak kita temui.

Memang dunia ini tempat bertarung, berjuang atau berjihad, tempat cobaan dan ujian. Dan setiap makhluk mempunyai lawan atau musuh yang saling menghancurkan. Hal ini hanya Allah SWT sendiri yang mengetahui hikmahnya. Mungkin apabila semata-mata hanya mengandalkan ketenangan, ketentraman, kenyamanan, kedamaian dan keamanan terus menerus, bisa jadi manusia akan malas, santai, lemah, lengah, benci dan kemudian musnah.

Maka Allah SWT menciptakan penyakit juga menciptakan obat. Menciptakan racun juga menciptakan penawarnya. Menciptakan daun juga menciptakan ulat daun. Menciptakan buah juga menciptakan pembusuk buah. Menciptakan manusia juga menciptakan sepasukan musuh, yaitu selain syaitan dari golongan jin dan manusia yang selalu berusaha menyesatkan, juga kuman-kuman penyakit yang akan membunuh dan menghancurleburkan tulang-tulang manusia sehingga tidak berbekas.

Karena itu apabila manusia tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai Khalifah, maka Allah SWT akan mencampakkan ke derajat yang serendah-rendahnya dan memasukkannya ke Neraka Jahannam. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya (Al-Qur’an Surat At Tin)


LALU APAKAH YANG ENGKAU BANGGAKAN JIKA KAMU TIDAK MAU BERBAKTI KEPADA ALLAH SWT,
WAHAI MANUSIA????


Manusia akan mengisnyafi sedalam-dalamnya tentang betapa nikmat dan tingginya nilai makan, manakala sedang dalam kelaparan. Manusia akan menginsyafi sedalam-dalamnya betapa nikmatnya dan tingginya nilai minum, manakala manusia sedang dalam kehausan. Manusia akan menghargai betapa nikmat dan tingginya nilai kesehatan, manakala manusia sedang dalam keadaan sakit. Manusia akan menyadari berapa lama waktu tidur, mimpi buruk atau mimpi indah, manakala manusia telah bangun dari tidur, Selama dalam keadaan tidur manusia tidak tahu dan tidak menyadari bahwa dia tidur, kecuali ketika bangun tidur. Demikian pula halnya manusia akan menginsyafi dengan sesadar-sadarnya tentang makna sesungguhnya dari kehidupan serta betapa manisnya dan nikmatnya hidup beriman beribadah kepada Allah SWT selama di dunia ini, manakala manusia telah menghadapi maut dan dihidupkan kembali pada Hari Kebangkitan.

Itulah sebabnya, manakala manusia perlu merasakan lapar, haus dan sakit untuk lebih menghayati dan menginsyafi makna kehidupan dan rahasia keadilan serta kekuasaan Allah SWT. Itulah sebabnya manusia hidup di dunia wajib beriman, beribadah hanya kepada Allah SWT dengan keinsyafan  yang sedalam-dalamnya sebagai kebutuhan mutlak selama hidup. Itulah makna kehidupan, bekal menghadap kehadirat-Nya di alam abadi.

Apabila keinsyafan itu baru terjadi saat ajal merenggut atau ketika dibangkitkan kembali sesudah Hari Kiamat, maka terlambatlah sudah dan hilanglah segala-galanya. Hal itu berarti ketika hidup di dunia bagaikan tidur selama-lamanya dengan mimpi buruk yang sangat mengerikan. Dan selanjutnya ketika terjaga mewarisi kepedihan yang panjang dalam siksaan neraka yang dahsyat karena lalai, sombong dan mengingkari perintah Ilahi.


Na’udzubillahi min dzalik!
(Kami berlindung kepada Allah dari hal demikian)


Kita mengetahui siang karena ada malam. Kita mengetahui terang karena ada gelap, Kita mengetahui warna putih karena ada warna hitam. Kita mengetahui wanita karena ada pria. Kita mengetahui benar karena ada yang salah. Kita mengetahui yang baik karena ada yang buruk. Kita mengetahui yang halal karena ada yang haram. Demikian seterusnya. Kita mengetahui sesuatu karena sesuatu itu ada lawannya ada pembandingnya atau ada pasangannya dan karena kita mendapat petunjuk.

Sesuatu yang karena sangat nyata dan jelasnya justru tidak nampak oleh mata kita, sehingga kita tidak mengetahui, Karena siang sangat terang bagi kalelawar maka ia tidak dapat melihat dan baru melihat setelah malam telah tiba. Bukankah apabila kita menentang cahaya yang sangat terang benderang kita juga sangat silau sehingga tidak mampu melihat sama sekali?

Sesuatu benda mempunyai bentuk karena benda itu tercakup oleh wilayah pandangan mata kita dan karena di bagian luar dari benda itu terdapat bagian kosong. Kalau benda itu sangat besar dan tidak tercakup dalam wilayah pandangan mata kita serta tidak ada bagian kosong di sekitarnya apakah kita dapat membayangkan dan tahu persis bagaimana bentuk benda itu?

Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah Yang Maha Tunggal, Maha Tinggi, Maha Suci, Maha Besar, Maha Nyata dengan segala keagungan dan kemulian-Nya adalah tidak mempunyai lawan atau bandingan yang setara, sehingga indera manusia tidak mampu menjangkaunya, kecuali dengan Iman dan petunjuk-Nya saja kita mampu merasakan rasa kemahaan dan kebesaran Allah SWT.


Saat ini sampai dengan hari kiamat kelak Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an dan Diinul Islam sebagai konsep Ilahiah untuk kepentingan kekhalifahan di muka bumi ini. Dimana Diinul Islam adalah Agama yang benar dan satu-satunya Agama yang diridhai Allah SWT sehingga tidak dapat dicela dan dibantah kebenarannya, bahkan akan dibuktikan kebenarannya oleh ilmu pengetahuan yang didasarkan pada keimanan dan perasaan keagamaan, Kecuali Syaitan dan para pengikutnya dari golongan jin dan manusia, yang akan mengingkari dan membantah tanpa dasar ilmu, tetapi berdasarkan kesombongan. “Islam itu Tinggi dan ketinggiannya tak ada yang mampu mengatasinya”.


Apakah kita sebagai manusia masih meragukan kebenaran ini? Lalu apa yang kau cari, wahai manusia? Jika kamu tidak mau ditunjuki jalan lurus dan melewatinya, apakah kamu lebih senang memilih dan melewati jalan berbelok? Jalan yang berbelok yang kamu pilih itu  menuju ke arah mana? Apakah kamu tahu tanpa petunjuk-Nya?


Apakah kamu akan memilih menjadi manusia kalelawar yang tidak bisa melihat terangnya siang, melainkan gelapnya malam. Padahal kita buta mata dan buta hati sehingga tidak dapat melihat kebenaran dalam terangnya dunia, kita akan menjadi lebih buta lagi dalam kegelapan Kiamat dan Akhirat.

“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka jangan sekali-kali kamu menjadi golongan orang-orang yang ragu-ragu.”


Demikian Allah SWT memberikan penegasan dalam Kitab Suci Al-Qur’an Surat Al Baqarah (2) ayat 147 di atas ini.

Jumat, 16 September 2016

IMAN KEPADA MALAIKAT



bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan yang (memerdekakan) hamba sahaya, yang mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
(surat Al Baqarah (2) ayat 177)



Iman kepada MALAIKAT merupakan salah satu Rukun yang terdapat dalam RUKUN IMAN yang Enam.Jika sekarang kita melaksanakan IMAN kepada MALAIKAT maka kita wajib dan harus pula mempercayai ketentuan Rukun Iman yang lainnya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Selanjutnya apakah itu MALAIKAT? Malaikat adalah makhluk yang Agung. Jumlah Malaikat sangat banyak dan tidak seorangpun yang tahu berapa jumlah malaikat kecuali  ALLAH SWT. ALLAH SWT menciptakan malaikat dari Cahaya dan dicetak atau diberi karakter untuk kebaikan. Malaikat tidak mengenal kejahatan, Malaikat tidak memberi perintah kepada kejahatan dan Malaikat tidak pula mengerjakan kejahatan. 

Malaikat selalu taat dan patuh kepada ALLAH SWT. Malaikat tidak pernah berbuat maksiat dan/atau tidak pernah membangkang terhadap sesuatu yang diperintahkan kepadanya, bahkan Malaikat selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT tanpa membantah ataupun menggerutu semuanya dilakukan dengan ikhlas. Malaikat selalu bertasbih tanpa rasa jengkel apalagi bosan beribadah kepada ALLAH SWT serta Malaikat tidak pernah sekalipun ujub, sombong, takabur seperti halnya IBLIS yang membangkan perintah ALLAH SWT.




Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyalanya api dan Adam diciptakan dari sesuatu yang disifatkan kepada kalian.
(HR Muslim)


Untuk itu lihatlah  dan perhatikanlah Cahaya lampu senter, adakah kebengkokan Cahaya lampu senter setelah senter dipancarkan ke sesuatu bidang tertentu? Cahaya lampu senter tidak akan pernah berbelok-belok, miring ke kiri atau ke kanan  akan tetapi Cahaya akan LURUS sesuai dengan arahan lampu senter. Inilah kondisi dasar atau sifat dasar dari MALAIKAT yang di ciptakan oleh ALLAH SWT dari Nuur atau Cahaya. Sekarang bandingkan dengan JIN/IBLIS/SYAITAN yang diciptakan dari api? Api mempunyai sifat dasar yang sangat berlainan dengan sifat dasar cahaya, jika cahaya selalu lurus sedangkan sifat dasar api adalah Ingin Selalu Menang Sendiri; Tidak Mau Kalah dan Mengalah;  Apapun akan dibabat dan dilawannya tanpa pandang bulu; Semuanya dibakar dan dihajar sampai habis atau sampai luluh lantah, Selalu merasa jagoan.


Adanya perbedaan sifat dasar antara MALAIKAT dengan JIN/IBLIS/SYAITAN akan mengakibatkan adanya perbedaan tingkah laku serta perbuatan di antara ke duanya. Selanjutnya sejak kapankah MALAIKAT ada di bandingkan dengan langit dan bumi, manakah yang lebih dahulu ada? Berdasarkan Hadits yang kami kemukakan di bawah ini, yang lebih dahulu diciptakan oleh ALLAH SWT adalah MALAIKAT, baik yang diciptakan dari NUUR maupun yang diciptakan dari NAAR. Hal yang harus di ingat adalah sebelum perintah sujud kepada Nabi Adam as, posisi dan IBLIS pada waktu itu masih menyandang predikat Malaikat. Namun setelah peristiwa pembangkangan atas perintah ALLAH SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as, maka IBLIS tidak diperkenankan lagi oleh ALLAH SWT menyandang predikat sebagai Malaikat. 


Sabda Nabi Muhammad SAW: “Ketika ALLAH menciptakan bumi terjadilah goncangan dan getaran-getaran, maka ALLAH ciptakan gunung-gunung hingga bumi menjadi tenang dan tetap. Malaikat kagum atas kehebatan gunung-gunung itu, mereka bertanya: “Tuhan kami, adakah Engkau ciptakan satu ciptaan yang lebih hebat dari gunung-gunung itu?” Firman Allah: “Ada yaitu Besi”. Adakah yang lebih hebat dari Besi? “ Ada Api” Adakah yang lebih hebat dari Api? Ada! Yaitu Air, yang lebih hebat dari semua itu ialah ANAK ADAM yang bersedekah tangan kanannya lalu sembunyikan dari tangan kirinya.
(HR Tarmidzi)


Sekarang manakah yang lebih dahulu diciptakan oleh ALLAH SWT , apakah MALAIKAT ataukah MANUSIA? Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 di bawah ini, MALAIKAT lebih dahulu ada dibandingkan dengan keberadaan manusia. Hal ini dipertegas dengan adanya sanggahan dan/atau keberatan MALAIKAT kepada ALLAH SWT ketika hendak menciptakan kekhalifahan di muka bumi dengan menciptakan makhluk baru yang bernama MANUSIA.


ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(surat Al Baqarah (2) ayat 30)


Timbul pertanyaan baru, kapankah, dimanakah, bagaimanakah MALAIKAT diciptakan oleh ALLAH SWT? Jawabannya, hanya ALLAH SWTlah yang tahu kapan, dimana serta bagaimana MALAIKAT itu diciptakan. Selanjutnya apa yang ALLAH SWT lakukan setelah menciptakan Malaikat, Langit dan Bumi? Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 3 di bawah ini, diterangkan bahwa ALLAH SWT bertahta di ARSY setelah menciptakan langit dan bumi. ALLAH SWT berada di ARSY bukanlah untuk melihat apa-apa yang telah diciptakan-Nya, akan tetapi ALLAH SWT berkedudukan di ARSY untuk mengatur, memelihara, menjaga, merawat, segala macam ciptaannya yang berada di langit dan di bumi tanpa terkecuali, termasuk di dalamnya diri kita, anak dan keturunan kita.



Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
(surat Yunus (10) ayat 3)



Lalu dimanakah letak tempat dan kedudukan ALLAH SWT, apakah ALLAH SWT berada bersama dengan ciptaan-Nya ataukah  ALLAH SWT berada di luar ciptaan-Nya? Berdasarkan HADITS ISRA MI"RAD yang kami kemukakan di bawah ini ALLAH SWT berkedudukan di ARSY, dimana ARSY adalah suatu tempat yang berada di luar ciptaan ALLAH SWT. Hal ini terlihat dari letak ARSY yang berada di atas SIDRATUL MUNTAHA, dimana SIDRATUL MUNTAHA itu sendiri adalah suatu ruang yang memisahkan antara ARSY dengan langit yang ke tujuh dan/atau suatu ruang yang memisahkan antara ARSY dengan ciptaan ALLAH SWT.



Abu Dzar r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: Pada suatu malam terbuka atap rumahku di Mekkah, lalu turun Jibril, dan membelah dadaku, kemudian membasuhnya dengan air zam-zam, kemudian ia membawa mangkok emas yang penuh berisi hikmat dan iman lalu dituangkan ke dalam dadaku, lalu ditutup kembali. Kemudian ia membimbing tanganku dan menaikkan aku ke langit dunia, dan ketika sampai di langit, Jibril berkata kepada penjaganya: Bukalah. Lalu ditanya: Siapakah itu? Jawabnya: Jibril. Lalu ditanya: Apakah bersama lain orang? Jawabnya: Ya, bersamaku Muhammad SAW. Ditanya: Apakah dipanggil? Jawabnya: Ya. Ketika telah dibuka, kami naik ke langit dunia tiba-tiba bertemu dengan orang yang duduk sedang di kanan, kirinya banyak gerombolan, bila ia melihat ke kanan tertawa, bila melihat kekiri menangis, maka ia menyambut: Marhaban (selamat datang) nabi yang salih dan putra yang salih. Saya Tanya kepada Jibril: Siapakah itu? Jawabnya: Itu Adam a.s, sedang gerombolan yang kanan-kirinya anak cucunya, yang di kanan ahli sorga dan yang di kirinya ahli neraka, karena itu ia tertawa bila melihat ke kanan, dan menangis bila melihat ke kirinya. Kemudian dinaikkan ke langit kedua, dan minta buka pada penjaganya, juga dikatakan oleh penjaganya sebagaimana langit pertama, lalu dibuka. Anas r.a. berkata: Maka menyebut bahwa di langit-langit itu telah bertemu dengan Adam, Idris, Musa, Isa, Ibrahim a.s. tetapi tidak dijelaskan tempat masing-masing, hanya menyebut  bahwa Adam di langit pertama dan Ibrahim di langit ke enam.Anas r.a. berkata: Ketika Jibril bersama Nabi Muhammad SAW jumpa dengan nabi Idris maka disambut: Marhaban (selamat datang) nabi yang salih dan saudara yang salih. Lalu saya tanya: Siapakah ini? Jawabnya: Ini Idris, kemudian melalui nabi Musa juga disambut: Marhaban binnabiyissalih, dan saya bertanya: Siapakah ini? Jawab Jibril: Itu Musa, lalu melalui Isa juga menyambut selamat datang nabi yang salih dan saudara yang salih, ketika saya tanya: Siapakah itu? Jawab Jibril: Itu Isa a.s. Kemudian melalui Ibrahim juga menyambut: Selamat datang nabi yang salih dan putra yang salih. Lalu saya tanya: Siapakah itu? Jawab Jibril: Itu Ibrahim a.s. Kemudian aku dibawa naik sehingga ke atas mustawa, dimana aku mendengar suara kalam yang mencatat dilauh mahfudh. Maka Allah mewajibkan atas ummatku lima puluh kali sembahyang. Lalu aku kembali membawa perintah kewajiban itu sehingga melalui Musa, maka ia tanya: Apakah yang diwajibkan Tuhan atas ummatmu? Jawabku: Lima puluh kali sembahyang, langsung ia berkata: Kembalilah kepada Tuhan untuk minta keringanan, sebab ummatmu takkan kuat melakukan itu, maka aku kembali kepada Tuhan minta keringanan dan diringankan separuhnya, lalu kembali kepada Musa dan saya terangkan padanya telah diringankan separuhnya, tetapi Musa tetap berkata: Mintalah keringanan karena ummatmu tidak akan kuat, maka kembali aku minta keringanan kepada Tuhan dan mendapat keringanan separuhnya, kemudian kepada Musa saya katakan telah mendapat keringanan separuhnya, tetapi Musa tetap menganjurkan supaya minta keringanan karena ummatmu tidak akan kuat melakukan itu, maka kembalilah aku minta keringanan kepada Tuhan, sehingga Allah berfirman: Itu hanya lima kali dan berarti lima puluh, tidak akan berubah lagi putusanku maka aku kembali kepada Musa dan Musa tetap menganjurkan supaya minta keringanan, tetapi aku jawab bahwa aku malu kepada Tuhan. Kemudian aku dibawa ke sidratul muntaha yang diliputi oleh berbagai warna sehingga aku tidak mengerti apakah itu. Kemudian aku dimasukkan sorga, mendadak kubah-kubahnya dari mutiara dan tanahnya kasturi (misik)
(HR Bukhari, Muslim, Al Lulu Wal Marjan: 102)


Selanjutnya perhatikanlah hadits qudsi yang kami kemukakan di bawah ini, dimana ALLAH SWT menegaskan bahwa sesungguhnya tidaklah akan melihat-Ku suatu makhluk hidup melainkan ia mati dan suatu makhluk yang kering melainkan ia tergelincir dan makhluk yang basah melainkan ia bercerai-berai. Adanya kondisi ALLAH SWT yang tidak mungkin diperlihatkan secara langsung kepada ciptaan-Nya, maka:

1.      NABI MUHAMMAD SAW sebelum melaksanakan ISRA MI'RAD terlebih dahulu dipersiapkan segala sesuatunya oleh MALAIKAT JIBRIL as, yaitu dengan  membelah dada NABI, kemudian membasuhnya dengan air zam-zam, kemudian MALAIKAT JIBRIL as, membawa mangkok emas yang penuh berisi hikmat dan iman lalu dituangkan ke dalam dada NABI, lalu ditutup kembali dada NABI.

2.      MALAIKAT JIBRIL as, hanya mengantar NABI MUHAMMAD SAW sampai SIDRATUL MUNTAHA sehingga NABI MUHAMMAD SAW hanya sendirian menemui ALLAH SWT. Sebab jika sampai MALAIKAT JIBRIL as, melanggar batas di dalam mengantar NABI MUHAMMAD SAW maka berlakukah ketentuan hadits qudsi yang kami kemukakan di bawah ini kepada MALAIKAT JIBRIL as.



Ibnu Abbas r.a berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman:"Wahai Musa. Engkau tidak dapat melihat-Ku. Sesungguhnya tidaklah akan melihat-Ku suatu makhluk hidup melainkan ia mati dan suatu makhluk yang kering melainkan ia tergelincir dan makhluk yang basah melainkan ia bercerai-berai.Sesungguhnya hanyalah ahli syurga yang tidak kehilangan pandangan dan tidak rusak/hancur jasadnya dapat melihat-Ku".
(HQR Al Hakim, 272:202)



ALLAH SWT berkedudukan tetap di luar ciptaan-Nya selain untuk menjaga keutuhan ciptaan-Nya itu sendiri, juga untuk menunjukkan pula KEMAHATINGGIAN yang dimiliki ALLAH SWT. Di lain sisi jika sampai ALLAH SWT bertahta atau bertempat dan berkedudukan bersamaan dengan ciptaan-Nya maka bukan manfaat yang didapat oleh ciptaan-Nya akan tetapi mudharat serta kehancuran yang akan didapat ciptaan-Nya (pelajari kembali saat BUKIT TURSINA hancur tidak sanggup saat diperlihatkan KEMAHAAN ALLAH SWT pada saat NABI MUSA as memintanya). Adanya kondisi yang tidak memungkinkan ALLAH SWT memperlihatkan Kemahaan-Nya secara langsung kepada segala ciptaannya maka ALLAH SWT menciptakan sebuah makhluk yang dapat menjadi abdi dalem bagi kepentingan ALLAH SWT untuk mengatur segala urusan yang berhubungan dengan ciptaan-Nya dari ARSY.



malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.[1510]
(surat Al Ma'aarij (70) ayat 4)

[1510] Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.


Selain daripada itu, jika kita mengacu surat Al Ma'aarij (70) ayat 4 di atas ini, yang menyatakan bahwa jarak antara ARSY dengan bumi yang jika dilakukan oleh manusia akan memakan waktu lima puluh ribu tahun. Untuk itu maka ALLAH SWT menciptakan suatu makhluk yang berasal dari NUUR/CAHAYA yang dinamakan dengan MALAIKAT. Adanya makhluk  yang diciptakan dari NUUR/CAHAYA maka kendala jarak antara ARSY dengan bumi dapat dijembati dengan adanya MALAIKAT.

Sekarang lihatlah MALAIKAT yang mampu menghadap ALLAH SWT hanya dalam satu hari untuk menuju SIDRATUL MUNTAHA. Hal ini dimungkinkan karena dzat pembentuk MALAIKAT dalam hal ini NUUR merupakan bagian dari ASMA AN NUUR yang dimiliki ALLAH SWT. Sekarang apa yang terjadi jika ketentuan hadits qudsi yang kami kemukakan di atas terjadi pada alam yang di akibatkan oleh tidak diciptakannya malaikat? Seluruh ciptaaan ALLAH SWT tanpa terkecuali akan hancur berkeping-keping dan jika ini sampai terjadi bagaimana dengan program kekhalifajan di muka bumi akan berjalan jika buminya telah hancur berkeping-keping.ALLAH SWT selaku DZAT yang memiliki Kesempurnaan  tentu sudah mempersiapkan dengan matang apa-apa yang telah dikehendaki-Nya. Tinggal sekarang bagaimana kita menyikapi ini semua. Selanjutnya kita pelajari dan kita imani keberadaan MALAIKAT yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT dengan sebaik-baiknya agar diri kita sukses menjadi KHALIFAH di muka bumi.



1.  BENTUK FISIK MALAIKAT


Sebagai orang mukmin sejati kita wajib mengakui segala apa yang diinformasikan oleh Sang Pencipta, baik secara global ataupun secara terperinci dengan tidak menambah ataupun mengurangi serta tidak memaksakan diri untuk membahas atau mendalami apa yang tidak diinformasikan-Nya kepada kita. Karenanya Allah SWT hanya sedikit menginformasikan kepada kita tentang Malaikat. Hakekat bentuk fisik Malaikat, bagaimana postur dan detail keadaan mereka hanya Allah SWT saja yang tahu. Allah SWT tidak memberitahu kita tentang semua hal yang ghaib, baik yang berkaitan dengan keagungan, sifat dan nama-nama-Nya maupun yang terkait dengan makhluk-makhluk-Nya yang ghaib.

Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30, Allah SWT menjelaskan bahwa Malaikat diciptakan sebelum Nabi Adam as, diciptakan. Allah SWT dalam firmannya memberitahukan kepada para Malaikat bahwa Dia akan menciptakan manusia dan menempatkannya di muka bumi sebagai Khalifah.

Dan ingatlah ketika Rabbmu, berfirman kepada para Malaikat “Sesungguhnya Aku menjadikan seorang Khalifah di muka bumi”. Maka mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menciptakan khalifah di muka bumi itu orang yang akan kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tidak kamu ketahui”.
(surat Al Baqarah (2) ayat 30)

Adapun tentang material yang menjadi bahan penciptaan Malaikat, Rasullah SAW telah menyampaikan  bahwa malaikat diciptakan dari Cahaya.

Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari apa yang sudah dijelaskan kepada kalian”
(Hadits Riwayat Muslim dan Ahmad)


Malaikat adalah makhluk cahaya yang tidak mempunyai jasad material yang dapat dijangkau dengan indera manusia, Malaikat tidak seperti manusia. Mereka tidak makan dan minum, tidak tidur, tidak menikah, dibersihkan dari syahwat binatang, disucikan dari dosa-dosa dan kesalahan, dan tidak mempunyai sifat-sifat material seperti yang dimiliki anak Adam. Namun mereka memiliki kemampuan menjelma dengan wujud manusia dengan izin Allah SWT seperti saat Malaikat Jibril as, mendatangi Maryam dalam bentuk manusia.

Dan terangkanlah di dalam Al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.”
(Surat Maryam ayat 16-17)

Selain daripada itu, berdasarkan hadits Malaikat Jibril yang masyhur menjelaskan bagaimana wujud Jibril saat ia datang untuk mengajadi para sahabat tentang arti Islam, Iman dan Ikhsan dan tanda-tanda kiamat. Umar bin Khattab ra, menyebutkan bahwa Malaikat Jibril datang dalam wujud seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, dan tidak tampak padanya tanda-tanda telah menempuh perjalanan panjang, Ia duduk dekat Nabi SAW seraya menempelkan kedua lututnya ke lutul Rasulullah SAW dan meletakkan telapak tangannya pada kedua pahanya, kemudian mulailah bertanya.

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu”.
(surat Fathir ayat 1)

Selain daripada itu, berdasarkan surat Fathir ayat 1 yang kami kemukakan di atas ini, di dapat keterangan bahwa malaikat mempunyai sayap dengan jumlah yang berbeda-beda. Itulah yang diinformasikan oleh Allah kepada kita tentang fisik makhluk yang mulia itu. Kita mengimaninya apa adanya tanpa bertanya tentang hal-hal lain. Andaikata ada penjelasan detail yang berguna bagi hamba-Nya, niscaya Allah SWT tidak akan menutup-nutupinya untuk diketahui oleh kita. Dialah yang Maha Lembut dan Maha Kasih kepada kita. Allah SWT mengajari kita kebenaran dan kebaikan.



2.  TUGAS dan  PEKERJAAN MALAIKAT


Hubungan para malaikat dengan ALLAH SWT adalah hubungan penghambaan yang murni, ketaatan dan kepatuhan serta ketundukan mutlak terhadap perintah-perintah ALLLH. Malaikat tidak punya kaitan apapun dengan ALLAH SWT selain kaitan tersebut. Malaikat bukanlah tuhan-tuhan, bukan keturunan dan anak-anak perempuan dari ALLAH SWT sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dahulu. Malaikat mentaati ALLAH SWT dan tidak mempunyai kemampuan atas dirinya sendiri. Malaikat tidak dapat mengusulkan sesuatu kepada ALLAH SWT dengan menggunakan kekuatan mereka. Malaikat mengkhususkan diri selamanya hanya untuk beribadah dan taat kepada ALLAH SWT. Inilah hakekat dari malaikat, maka merupakan sebuah kemusyrikan apabila mereka disembah, dimintai pertolongan atau diyakini bahwa mereka menguasai urusan tertentu.

Jika hubungan para malaikat dengan ALLAH SWT adalah hubungan ibadah dan ketaatan yang sempurna, maka hubungan malaikat dengan alam semesta dan manusia merupakan bagian dari pengabdian dan ketaatan. Ibadah malaikat kepada ALLAH SWT tidak hanya sebatas bertasbih dengan memuji ALLAH SWT dan memuliakan-Nya. Melainkan mencakup pelaksanaan kehendak-Nya dengan mengatur dan  memelihara urusan-urusan alam semesta, serta memelihara segala apa yang ada di dalamnya berupa makhluk-makhluk, segala gerak dan aktivitas, segala kehidupan dan benda mati, segala aturan dan undang-undang. Malaikat juga melaksanakan ketetapan  yang berlaku bagi dirinya yang sesuai dengan ketentuan-Nya. Malaikat juga melaksanakan kehendak-Nya dalam mengawasi dan mencatat setiap yang terjadi di alam semesta. Malaikatlah yang ditugasi mengurus langit dan bumi. Setiap gerakan di alam semesta ini masuk dalam tugasnya, sebagaimana yang dikehendaki oleh Sang Pencipta.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa Malaikat diciptakan oleh ALLAH SWT untuk mengabdi, untuk berbakti, untuk menjadi abdi dalem bagi dan untuk kepentingan ALLAH SWT semata di dalam mengurus segala urusan dari ARSY. Tugas dan Pekerjaan yang dilaksanakan oleh setiap Malaikat sangat banyak, berbeda-beda dan bermacam-macam  antara satu Malaikat dengan Malaikat yang lainnya. Tugas dan Pekerjaan yang dilakukan oleh Malaikat adalah pekerjaan yang dibebankan oleh ALLAH SWT agar Malaikat itu beribadah dan taat hanya kepada ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan tugas dan pekerjaan Malaikat beserta nama-namanya yang dikemukakan oleh Abu Bakar Al-Jazairi dalam bukunya “Pemurnian Akidah” yaitu :


A.  MALAIKAT JIBRIL as


Malaikat Jibril a.s. disebut juga dengan Ruhul Qudus (Ruh Kudus). ALLAH SWT memberikan sifat kepada Malaikat Jibril a.s. dengan kuat dan dapat dipercaya disebabkan melalui Malaikat Jibril a.s. inilah wahyu atau kalam ALLAH SWT disampaikan kepada NABI dan/atau RASUL sebagai utusan khusus ALLAH SWT di muka bumi. ALLAH SWT memberikan tugas khusus kepada Malaikat Jibril as, dengan tugas yang paling mulia, yaitu sebagai perantara atau mediator antara ALLAH SWT dengan para Rasul-Nya. Malaikat Jibril as, yang membawa turun wahyu, sebagaimana firman ALLAH SWT yang terdapat dalam surat Asy Syu'araa (26) ayat 192-193-194 di bawah ini.

Sesungguhnya Al Qur’an itu   benar-benar   firman   (Allah yang dibawa oleh)  utusan  yang   mulia (Jibril), Yang   mempunyai kekuatan,   yang mempunyai   kedudukan   tinggi   di sisi Allah yang mempunyai Arsy,Yang dita’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
(surat At Takwiir (81) ayat 19-20-21)

Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh           Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.
(surat Asy Syu’araa’ (26) ayat 192-193-194)

Malaikat Jibril a.s. adalah malaikat yang menemani Rasulullah melakukan perjalanan Isra’ yaitu dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina dan menemani Rasulullah melakukan perjalanan Mi’rad dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha, suatu tempat yang terletak di atas lapisan langit yang ke tujuh sebelum ARSY.



B.  MALAIKAT MIKAIL 

Malaikat Mikail, diserahi tugas dan tanggung jawab oleh ALLAH SWT untuk menjaga hujan dan tumbuh-tumbuhan.



C.  MALAIKAT ISRAFIL


Malaikat Israfil diserahi tugas dan tanggung jawab oleh ALLAH SWT untuk meniup terompet pada hari kiamat.



D.  MALAIKAT IZRAIL


Malaikat Izrail atau disebut juga dengan Malaikat Maut di serahi tugas dan tanggung jawab oleh ALLAH SWT untuk mencabut ruh manusia sehingga berpisahlah antara JASMANI dengan RUHANI. Malaikat Izrail di dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh Malaikat lainnya  dalam hal ini adalah Pembantu Malaikat Maut.


Dan dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu  malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
(surat Al An’aam (6) ayat 61)



E.   PARA PEMBANTU MALAIKAT MAUT


Para Pembantu Malaikat Maut terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu Malaikat yang bertugas memberi rahmat dan Malaikat yang bertugas memberi siksaan.



F.   MALAIKAT PEMBAWA ARSY


Malaikat Pembawa Arsy ALLAH SWT ada empat malaikat dan jika hari kiamat telah tiba, ke empat malaikat itu akan digabung untuk menjunjung Arsy ALLAH SWT di atas kepala mereka.


Dan malaikat-malaikat berada di penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
(surat Al Haaqqah (69) ayat 17)

(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan periharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala,
(surat Al Mu’min (40) ayat 7)



G.  MALAIKAT RIDWAN


Malaikat Riddwan diberi tugas dan tanggung jawab oleh ALLAH SWT sebagai penjaga surga dan ia juga di angkat sebagai pimpinan dari para pelayan (malaikat) surga.


H.  PARA MALAIKAT PELAYAN SYURGA


Para Malaikat yang menjadi Pelayan Syurga jumlahnya sangat banyak, tidak dapat dihitung oleh siapapun juga kecuali oleh  ALLAH SWT.


I.    MALAIKAT ZABANIAH


Malaikat Zabaniyah berjumlah sembilan belas malaikat. ALLAH SWT menugaskan Malaikat Zabaniyah di Neraka Jahannam dan mereka diberi wewenang untuk menyiksa penghuni neraka.


Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar, Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)
(surat Al Muddatstsir (74) ayat 26-30)

  
Mereka berseru: “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 77)


Pimpinan malaikat penjaga neraka adalah MALAIKAT MALIK, hal ini sesuai dengan firman ALLAH SWT yang terdapat di dalam surat Az Zukhruf ayat 77 yang menceritakan tentang kondisi di dalam neraka.



J.   PARA MALAIKAT YANG MULIA dan YANG MENCATAT

Malaikat yang mulia dan yang mencatat adalah malaikat ALLAH SWT yang mempunyai pekerjaan mencatat dan menghitung seluruh amal perbuatan manusia. Di sebelah kanan setiap orang mukalaf terdapat malaikat yang mencatat amal kebaikan, sedangkan disebelah kirinya terdapat malaikat yang mencatat amal kejelekan. Hal ini sesuai dengan firman  ALLAH SWT di bawah ini :

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Infithaar (82) ayat 10-11-12)


K.  MALAIKAT HAFAZHAH

Malaikat Hafazhah adalah malaikat ALLAH SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga manusia dari gangguan  jin, syaitan dan beberapa penyakit. ALLAH SWT berfirman:


Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(surat Ar Ra’d (13) ayat 11)


L.   MALAIKAT YANG MENJAGA RAHIM


Malaikat yang menjaga rahim adalah malaikat ALLAH SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga rahim dan/atau Malaikat yang bertugas untuk mencatat catatan awal dari setiap Jasmani manusia sebelum ruh ditiupkan sewaktu masih di dalam rahim seorang ibu.


Anas r.a berkata: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wajalla memerintah malaikat menjaga rahim.Abdullah bin Mas’ud  r.a berkata: Rasulullah SAW yang benar dan harus dibenarkan telah menerangkan kepada kami: “Sesungguhnya seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh hari berupa mani, kemudian berupa sekepal darah selama itu juga kemudian berupa sekepal daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat  yang diperintah mencatat empat kalimat dan diperintah: “Tulislah Amalnya, rizqinya, ajalnya dan nasib baik dan sial (celaka), kemudian ditiup ruh kepadanya. Maka sesungguhnya adakalanya seorang dari kamu melakukan amal ahli sorga sehingga antaranya dengan sorga hanya sehasta, tetapi adakalanya dalam suratan pertama, tiba-tiba melakukan amal ahli neraka, dan adakalanya seorang berbuat amal ahli neraka sehingga antaranya dengan neraka hanya sehasta, tiba-tiba dalam ketentuan suratannya ia berubah mengerjakan ahli sorga”.
(HR Bukhari, Muslim)



M. MALAIKAT YANG MENJAGA GUNUNG


Malaikat yang menjaga gunung adalah malaikat ALLAH SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan menjaga gunung. Ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim:


Malaikat penjaga gunung berseru kepadaku. Dia memberi salam, seraya berkata, wahai Muhammad, hal itu tergantung dirimu. Jika engkau mau, kedua bukit gunung itu akan saya timpakan kepada mereka (orang-orang kafir quraisy)
(HR Bukhari, Muslim)



N.  MALAIKAT PENJAGA DOA


Malaikat Penjaga Doa diberi tugas dan pekerjaan oleh ALLAH SWT untuk menjaga doa-doa para hamba. Jika seorang hamba mendoakan saudaranya yang mukmin sedang di berada di tempat yang jauh, maka malaikat menjawab, “Amin dan semoga engkau mendapatkan pembalasan yang setimpal. Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim:


Doa seorang muslim kepada saudaranya yang ada di tempat yang jauh akan dikabulkan. Di atas kepalanya terdapat malaikat yang diserahi tugas. Jika orang itu mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat yang diserahi tugas itu menjawab; “Amien dan semoga engkau mendapat pembalasan yang setimpal”.
(HR Muslim)



O.  MALAIKAT PEMBAWA RUH SETELAH MENINGGAL


Malaikat yang membawa ruh para hamba ke atas menuju langit setelah hamba itu meninggal dunia. Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim:

“Jika ruh seorang mukmin keluar, maka kedua malaikat menemui dan menerimanya, lantas mereka membawanya ke atas’.
(HR Muslim)



P.   MALAIKAT MUNKAR dan MALAIKAT NAKIR


Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir adalah malaikat ALLAH SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menanyakan hamba tentang Tuhan, Agama dan Rasulullah. Malaikat ini akan bertanya siapa Tuhanmu, apa Agamamu, dan siapa Nabimu.

Pembaca, itulah Nama-Nama MALAIKAT dengan segala macam pekerjaan dan tugasnya. Untuk menambah wawasan serta bahan perbandingan antara MALAIKAT dengan SYAITAN, berikut ini akan kami kemukakan pula nama-nama dari anak dan keturunan SYAITAN beserta pekerjaannya masing-masing yang saat ini ada bersama diri kita. Untuk itu mari kita perhatian apa yang dikemukakan oleh UMAR bin KHATHTHAB r.a di dalam sebuah riwayat, beliau menerangkan bahwa anak keturunan  syaitan itu ada sembilan yaitu:


1.      ZALITUN adalah syaitan yang bertugas menggoda penghuni pasar dalam transaksi jual beli dengan menyuruh untuk melakukan kedustaan, penipuan, memuji-muji barang dagangan, mencurangi timbangan/takaran, dan bersumpah palsu.

2.      WATSIN adalah syaitan yang bertugas menggoda manusia yang tertimpa musibah agar tidak bersabar sehingga yang bersangkutan berteriak histeris, menampar-nampar pipi dan sebagainya.

3.      A’WAN adalah syaitan yang bertugas menggoda para penguasa untuk bertindak zhalim.

4.      HAFFAL adalah syaitan yang bertugas membujuk dan menggoda orang untuk meneguk minuman keras.

5.      MURRAH adalah syaitan yang bertugas menggoda orang agar asyik bermain seruling atau alat musik berikut nyanyiannya.

6.      LAQUS adalah syaitan yang bertugas menggoda orang untuk menyembah api.

7.      MASUTH adalah syaitan yang bertugas menyebarkan berita-berita dusta lewat lisan manusia sehingga tidak bisa diketemukan berita yang sebenarnya.

8.      DASIM adalah syaitan yang berada dalam rumah, jika seseorang tidak mengucapkan salam sewaktu memasuki rumahnya dan tidak pernah  menyebut nama ALLAH SWT di dalamnya, maka syaitan tersebut akan menimbulkan perselisihan sehingga  akan terjadi thalaq, khulu’, dan pemukulan. Singkatnya syaitan ini selalu ingin menciptakan ketidakharmonisan di dalam rumah tangga.

9.      WALHAN adalah syaitan yang bertugas menggoda dan mengacaukan manusia dalam berwudhu’, shalat dan dalam ibadah-ibadah lain. 

Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, yang manakah yang akan kita jadikan teman atau sahabat karib, apakah MALAIKAT ataukah SYAITAN? Sebagai orang yang telah Tahu Diri maka sahabat karib diri kita tentulah Malaikat dikarenakan ketaatam dan kepatuhannya kepada ALLAH SWT. Akan tetapi jika kita belum termasuk orang yang telah Tahu Diri kemungkinan besar sahabat karib diri kita dan/atau panutan dan teladan diri kita dalam bertindak akan mencontoh perilaku SYAITAN sang laknatullah. Untuk itu berfikirlah sebelum mengambil suatu tindakan, sesal kemudian tidak akan berguna.


 3. SIFAT-SIFAT MALAIKAT


Iman kepada Malaikat adalah kewajiban setiap umat Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan Rukun Iman yang enam. Kewajiban untuk mengimani dan mempercayai adanya malaikat-malaikat ALLAH SWT termasuk mempercayai tugas dan pekerjaan mereka. Untuk menambah rasa keimanan kita sebagai salah satu sarana pelaksanaan Rukun Iman yang Enam, berikut ini akan kami kemukakan beberapa sifat yang dimiliki oleh Malaikat, yaitu: 


A.  Malaikat Merasa Malu

Malaikat merasa malu sesuai dengan keadaannya. Hal ini berdasarkan hadist yang menjelaskan bahwa Rasulullah bersabda:



 “Tidakkah kalian merasa malu terhadap seorang laki-laki yang malaikat sendiri merasa malu kepadanya?”

(HR Muslim)


B.  Malaikat Merasa Sakit

Malaikat merasa sakit terhadap sesuatu yang dibenci seperti manusia. Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu :


“Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah dan barang bakung, hendaknya dia tidak mendekati masjid kita, karena malaikat merasa sakit sebagaimana anak keturunan Adam”.

(HR Muslim)


C. Malaikat Takut Kepada ALLAH SWT


Malaikat takut kepada ALLAH SWT dan Malaikat melaksanakan apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT, hal ini terdapat dalam        Al Qur’an yang terdapat dalam surat An Nahl (16) ayat 49-50, yaitu:


Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).

(surat An Nahl (16) ayat 49-50)



D.  Malaikat Taat Kepada ALLAH SWT


Malaikat selalu taat dan patuh hanya kepada ALLAH SWT dan Malaikat tidak pernah sekalipun bermaksiat kepada ALLAH SWT. Sekarang bagaimana dengan diri kita?



Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

(surat At Thariim (66) ayat 6)

E.  Malaikat Disucikan dari Sifat-Sifat Manusia


Malaikat di sucikan dari sifat-sifat manusia seperti lapar, sakit, makan, minum, payah dan lain sebagainya. Di dalam  Al Qur’an terdapat dalil yang menunjukkan hal tersebut secara pasti. ALLAH SWT berfirman:


Mereka selalu bertasbih malam dan siang tidak henti-hentinya.
(surat Al Anbiyaa’ (21) ayat 20)


Melalui ayat di atas ini, menunjukkan bahwa malaikat tidak tidur, tidak makan dan tidak minum dan tidak juga payah.


F. Malaikat Mencintai Orang Yang Mencintai ALLAH SWT


Malaikat mencintai orang yang mencintai ALLAH SWT sesuai dengan keadaan malaikat itu sendiri yaitu taat dan patuh kepada ALLAH SWT. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim:


“Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, Dia berseru kepada Jibril, “ Sesungguhnya Allah telah mencintai Fulan. Oleh karena itu, cintailah dia. : setelah itu, Jibril mencintainya. Jibril lantas mengumumkan di langit, “Sesungguhnya Allah telah mencintai Fulan. Oleh karena itu hendaklah kalian mencintainya. Dengan demikian, status diterima untuknya diletakkan di bumi.”

(HR Bukhari-Muslim)



  1. Malaikat Berdoa dan Melaknat

Malaikat selalu berdoa, memuji dan memohon, bertasbih serta selalu bertahmit kepada ALLAH SWT sebagai bakti malaikat kepada ALLAH SWT dan juga melakukan hal yang sama kepada manusia yang melakukan tindakan yang serupa dengan malaikat.


Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la’nat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam la’nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.
(surat Al Baqarah (2) ayat 161-162)


(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan periharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala,
(surat Al Mu’min (40) ayat 7)


Demikian juga sebaliknya, malaikat juga akan melaknat kepada orang-orang yang melaknat ALLAH SWT.Jika kita ingin merasakan laknat yang dimohonkan Malaikat kepada ALLAH SWT, caranya sangat mudah, cukup dengan berada di luar kehendak ALLAH SWT.  


H. Penciptaan  Malaikat  adalah  Agung  dan Mereka Berbeda-beda


Penciptaan malaikat adalah agung dan kedudukan malaikat sangat berbeda-beda. Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari-Muslim disebutkan bahwa Malaikat Jibril a.s mempunyai enam ratus sayap, sedangkan malaikat yang lain hanya mempunyai dua sayap. Sedangkan menurut surat Faathir (35) ayat 1 di bawah ini, kedudukan antar malaikat berbeda-beda serta kondisinya pun berbeda beda pula. Ada Malaikat yang memiliki 2(dua) sayap, ada yang 3(tiga) sayap dan juga ada yang 4(empat) sayap.

  
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang  menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(surat Faathir (35) ayat 1)


Sekarang MALAIKAT sudah ada, sudah menjalankan tugas serta sedang menjalankan tugas, apa yang harus kita lakukan? Hal yang harus dijadikan pedoman adalah kita tidak boleh menjalankan RUKUN IMAN yang terdiri dari enam ketentuan secara terkotak-kotak atau terpisah-pisah akan tetapi harus dalam satu kesatuan pemahaman, satu kesatuan pelaksanaan dan satu kesatuan keimanan. Kita tidak boleh hanya percaya kepada MALAIKAT saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN yang lainnya, akan tetapi kita harus melaksanakan ketentuan RUKUN IMAN secara utuh sehingga dari keimanan itu akan kita dapatkan hal-hal sebagai berikut:

1.      Mengetahui keagungan, kebesaran, kemahaan ALLAH SWT, mengetahui kekuatan ALLAH SWT, dan mengetahui pula kekuasaan ALLAH SWT.Hal ini dikarenakan kebesaran makhluk pada hakekatnya adalah berasal dari keagungan sang Pencipta.

2.      Syukur kepada ALLAH SWT atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga menugasi Malaikat untuk memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai kemaslahatan yang lain.

3.      Cinta kepada para Malaikat karena ibadah yang mereka lakukan kepada ALLAH SWT.  



Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mampu  melaksanakan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ikhsan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga kita selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT sehingga kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dapat kita peroleh dan/atau dapat menghantarkan diri kita pulang kampung ke SYURGA untuk bertemu langsung dengan NABI MUHAMMAD SAW serta ALLAH SWT.