Al-Qur'an adalah merupakan hal yang luar biasa, boleh dikatakan sebagai mukjizat yang tiada tandingnya. Jika mukjizat Nabi Musa berupa tongkat yang dapat menjelma menjadi ular raksasa itu hanya mampu dinikmati oleh bangsa yang turut menyaksikan, dan yang tidak menyaksikan mukjizat tidak dapat menikmatinya, maka Al-Qur'an tidak, Al-Qur'an bisa disaksikan dan dinikmati oleh umat Rasulullah baik yang hidup semasa beliau maupun yang hidup di masa yang akan datang,
Al-Qur'an merupakan firman Allah swt yang terdiri atas 114 surat dimulai dengan surat Al Fatehah dan diakhiri dengan surat An Nas. Teknis penurunannya adalah dengan berangsur-angsur, Menurut kebutuhan umat yang berdampingan dengan Nabi Muhammad SAW. Al-Qur'an memuat ajaran Islam, termasuk akidah, ibadah, muamalah/jual beli, undang-undang, etika pergaulan dan akhlak. karena risalah Nabi tidak waktu, tempat dan bangsa, maka ilmu yang dicantumkan dalam Al-Qur'an pun tidak terbatas oleh waktu, tempat dan bangsa. Artinya Al-Qur'an untuk umat manusia dari berbagai bangsa dari masa ke masa dan dari berbagai tempat di dunia.
Bahasa yang dipakai Al-Qur'an merupakan mutiara sastra yang tiada duanya. Jika bangsa Arab mampu melahirkan sastrawan-sastrawan ulung, penyair-penyair berkaliber international, maka mereka semua tidak akan berbanding dengan Al-Qur'an. Mereka akan bertekut lutut bila merenungi isi kandungan Al-Qur'an. Apalagi bangsa lain yang masih memerlukan belajar tata bahasa Arab. Ketidaksanggupan sastrawan-sastrawan Arab untuk mengimbangi keelokan bahasa sastra yang dipakai Al-Qur'an sebagai bukti bahwa Al-Qur'an bukan produk manusia.
'Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain"
(Surat Al Isra' ayat 88)
Pertanyaan ini bukan sekedar hitam di atas putih, atau sekedar bualan belaka, akan tetapi yang tampak dikalangan masyarakat manusia sejak dahulu hingga masa yang akan datang tidak akan ada orang yang mampu menciptakan buku atau satu ayat saja yang mampu mengimbangi Al-Qur'an. Ketidaksanggupan umat manusia, suatu bukti bahwa segenap manusia di bumi ini sekalipun dikumpulkan menjadi satu tidak mampu, apalagi Nabi Muhammad yang hanya sendiri saja.
"Bahwa mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al-Qur'an itu, katakanlah (kalau demikian),maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar."
(surat Hud ayat 13)
Segala ilmu akan berkembang sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah. Jadi semakin mendekati akhir jaman, ilmu semakin berkembang. Produk ilmupun bertambah canggih. Jika dengan ilmu teknologi, jaman dulu manusia mampu memproduksi sepeda, maka lambat laun manusia mampu memproduksi motor.
Dalam ilmu sastra hal serupa itu juga berlangsung. Kesusastraan Arab semakin hari semakin berkembang. Bahasa yang dipakai juga demikian indah, Jadi bahasa Arab pada saat ini lebih maju daripada jaman dahulu, begitu juga dengan kesusastraannya. Sungguhpun demikian, sastrawan-sastrawan yang hidup pada masa kini masih tidak sanggup menciptakan satu surat yang hampir sama dengan Al-Qur'an.
Sebuah kitab yang dibuat standar, melambangkan bahwa kitab itu bermutu tinggi, kandungannya telah diuji kebenarannya, Dewasa ini banyak sarjana yang menggali ilmu Al-Qur'an bukan hanya yang memeluk agama Islam tetapi dari luar Islam pun banyak yang meninggalkan agamanya karena tertarik oleh kehebatan isi dan kandungan Al-Qur'an.
Kisah-kisah masa lalu juga telah termaktub dalam Al-Qur'an, begitu juga hal-hal yang akan terjadi. Misalnya bangsa Romawi yang telah takluk kepada bangsa Persi, suatu saat roda akan terbalik, yaitu bangsa Persi akan ditundukkan oleh bangsa Romawi.
"ALIF LAAM MIM, Bangsa Romawi telah kalah, dalam beberapa daerah.Dan sesudah kekalahan ini mereka pasti akan menang di tahun-tahun mendatang".
(surat Ar Ruum (30) ayat 1-3)
Al-Qur'an juga telah menyebutkan proses terbentuknya bayi dalam kanduingan, dan setelah 1300 tahun kemudian, ilmu pengetahuan baru dapat membuktikan kebenaran Al-Qur'an.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhuk yang (berbentuk) lain, maka Maha Sucilah Allah Pencipta yang paling baik".
(surat Al Mu'minuun ayat 12-14)
Pernyataan yang demikian ini telah dicanangkan sebelum ilmu pengetahuan memiliki alat yang sanggup meneropong asal mula kejadian manusia di dalam rahim. Jadi pernyataan saat itu tidak dapat dikatakan sebagai terkaan, akan tetapi pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya. Pembuktian pernyataan semacam ini membutuhkan mikroskop atau sinar yang mampu menyingkap benda yang berada di balik kulit manusia. Sedangkan sinar seperti itu baru diketemukan sesudah ilmu pengetahuan mampu menemukan tenaga listrik, Padahal penemuan tenaga listrik masih baru sekitar abad ke delapan belas.
Di dalam Al-Qur'an juga terdapat aturan hubungan antara Allah dengan hamba-Nya. Al-Qur'an juga mencantumkan standar-standar peraturan pemerintahan yang adil, kemasyarakatan yang makmur dan kekeluargaan yang harmonis. Hal ini terbukti dari banyaknya buku-buku yang membahas hal-hal yang serupa yang bersumber dari Al-Qur'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar