Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 15 September 2016

INILAH SURAT AL FATEHAH YANG WAJIB KITA BACA SAAT MENDIRIKAN SHALAT

 
RAHASIA DIBALIK TUJUH AYAT SURAT AL FATEHAH


Surah al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Kalau kita perhatikan dengan seksama, tujuh ayat yang ada di dalam surat Al Fatihah itu dirangkapkan dua ayat, dua ayat. Ia seolah-olah berbentuk sajak. Ujungnya disamakan yaitu ada huruf mim atau huruf nun di akhir setiap ayat. Ada ayat yang berakhir dengan ‘mim’ dan ada ayat yang akhirnya dengan ‘nun’. Ayatnya seolah-olah bahagian akhirnya dipasang-pasangkan. Di lain sisi, jika kita mau memperhatikan jumlah surat ayat Al Fatehah yang tujuh ini, ada hikmah yang sangat luar biasa sesuai dengan ALLAH SWT dzat Yang Maha Besar, yaitu :


1. Tujuh ayat menggambarkan tujuh hari dalam seminggu

Apakah ada hari yang lain selain daripada adanya hari yang  tujuh hari itu (yakni dari hari Ahad hingga hari Sabtu)? .


2. Tujuh ayat berkait dengan tujuh anggota badan

Dalam seminggu ada manusia yang menjadi baik atau menjadik buruk, yang ditentukan oleh anggota yang tujuh. Untuk itu perhatikanlah shalat yang kita dirikan dimana ke tujuh anggota tubuh ini terlibat atau digunakan dalam shalat. Kalau agama lain, mereka menyembah Tuhan tidak melibatkan semua anggota. Sebaliknya dalam ajaran Islam, semua anggota tubuh terlibat untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT.

Ketujuh-tujuh anggota tubuh itu ialah a.) Kepala - ini termasuklah anggota-anggota yang ada di kepala seperti mata, mulut, telinga, lidah dan lain-lain. Kegunaan kepala pula ada bermacam-macam jenis;b.) Dua tangan - ia juga banyak peranannya. Ia boleh berbuat baik atau berbuat jahat, boleh membunuh orang, harus membantu sesama dan tidak boleh mencelakakan orang; c.) Kedua-dua lutut; d.) Kedua- telapak kaki.

Seluruh gerakan shalat merupakan gerakan anggota tubuh manusia. Semuanya terlibat dalam gerakan shalat. Hal ini dipertegas dengan doa Iftitah yang kita kemukakan, “Hidupku dan matiku adalah untuk Allah.” Artinya baik Ruh dan Jasad termasuk di dalamnya anggota tubuh secara langsung sudah kita ikrarkan bahawa kita serahkan hanya kepada Allah. Artinya kita akan menggunakannya ke jalan Allah sebagaimana yang Allah kehendaki.


3.  Tujuh ayat berkait dengan tujuh Neraka dan tujuh Syurga

Inilah tingkatan-tingkatan atau keveling yang ada di dalam SYURGA, yaitu :Syurga Firdaus; Syurga 'Adn.; Syurga Na'iim.; Syurga Na'wa.; Syurga Darussalaam.; Syurga Daarul Muaqaamah.; Syurga Al-Muqqamul Amin dan Syurga Khuldi.

Adapun  tingkatan atau kaveling yang ada di dalam NERAKA adalah sebagai berikut Neraka Jahannam.; Neraka Jahiim.; Neraka Hawiyah.; Neraka Wail.; Neraka Sa'iir.; Neraka Ladhaa.; Neraka Saqar dan Neraka Hutomah.


4. Tujuh ayat itu juga menggambarkan di dunia ini ada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
(Surat Ath Thalaaq (65) ayat 12)


KEISTIMEWAAN-KEISTIMEWAAN DARI SURAT AL FATEHAH


1.      Isi dan Kandungan dari Surat Al Fatehah Paling Besar (A’zham)

”Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: Ya Rasulullah, Engkau mengatakan akan mengajarkan kepadaku sebesar-besarnya surah dalam Al Quran?”. Berkata Rasulullah saw: ya, Alhamdulillahi Rabbil Aalamin (dan seterusnya), 7 ayat yang berulang-ulang, dan itulah al Quran al Azhiim yang telah disampaikan kepadaku.”

(Al Hadits riwayat Bukhari, Abu Dawud, an Nasa’i, Ibnu Majah dan al Waqidi dari berbagai sumber)


2.  Isi Kandungan Al Fatehah (Al-Qur’an) paling istimewa dibandingkan dengan Taurat, Injil dan Zabur.


Diriwayatkan dari Ali Bin Abu Talib r.a bahwa Rasulullah s.a.w berkata
”Siapa yang membaca Faithatul-Kitab (al Fatihah), maka seakan-akan dia telah membaca Taurat, Injil, Zabur dan al Furqan (Al Quran)”


3.  Surat Al Fatehah Hanya Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW semata. Nabi-Nabi lain tidak diberikan.

dari ibnu Abbas r.a. katanya ”Jibril berkata kepada Muhammad s.a.w, pada saat beliau mendengar suatu bunyi dari atas: ”Bahwa telah terbuka sebuah pintu di langit dan tak pernah pintu itu terbuka sebelum ini, dari pintu itu turunlah seorang Malaikat dan langsung menuju kepada Rasulullah dan berkata” Bergembiralah engkau Muhammad mendapat 2 cahaya yang tak pernah kedua cahaya itu diberikan kepada Nabi yang manapun sebelum engkau, kedua cahaya itu adalah Fatihatul Kitab dan beberapa ayat di akhir Surah Al Baqarah, setiap huruf engkau baca dari keduanya pasti engkau mendapatkannya”
(Alhadits riwayat Muslim dan an Nasa’i,)


4. Membaca Surat Al fatehah baik di dalam shalat ataupun di luar  ibadah Shalat Langsung mendapat jawaban dari ALLAH  SWT.


”Siapa yang membaca Surah Al Fatihah, setiap ayat yang dibaca itu langsung dijawab oleh Allah”
(diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a.)

Abu Hurairah ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku telah membagi shalat menjadi dua bahagian di antara Aku dan hamba-Ku, dan Aky beri hamba-Ku apa yang ia minta. Bila ia mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil Alamin”, berfirman Allah: “Hamba-Ku telah menyematkan pujian kepada-Ku”. Bila ia mengucapkan “Arrahmanirrahim”, berfirman Allah: “Hamba-Ku telah memberikan sanjungan kepada-Ku” Bila ia mengucapkan “Maliki Yaumiddin” berfirman Allah: “hamba-Ku telah mengagungkan Aku”. Bila ia mengucapkan Iyyaka Na’budu dan Iyyakanasta’in, berfirman Allah: “Inilah persoalan antara Aku dan Hamba-Ku dan Aku beri Hamba-Ku apa yang ia minta”. Bila ia mengucapkan Ihdinash Shiratal Mustaqim hingga akhir surat Al fatihah, berfirman Allah: “Inilah untuk hamba-Ku dan Aku beri hamba-Ku apa yang ia minta.
(Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ath Tirmidzi, An Nasa’I, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah; 272-115)


5.  Aman dari Segala Bahaya

Diriwayatkan oleh al Buzar dari Anas r.a. : Berkata Rasulullah s.a.w: ”Bila engkau baca al Fatihah dan Qul Huwwallahu Ahad maka amanlah engkau dari segala sesuatu, kecuali dari maut”



6.  Langsung dari Arsy

Dirawayatkan oleh al Hakim di dalam al Mustadrak dari Ma’qal bin Yasaar r.a.:
Telah berkata Rasulullah s.a.w: ”Amalkanlah segala apa yang tersebut di dalam Al Quran, halalkanlah apa yang dihalalkannya, haramkanlah apa yang diharamkannya, dan patuhilah ia, jangan sekali-kali engkau ingkari dan ragukan, ... sesungguhnya al Quran itu Pemberi Syafaat, sesuatu yang tak pandai bicara tetapi membawa kebenaran dan kepadaku diberikan Allah surah Al Baqarah dari Zikir Pertama .... dan diberikan kepadaku Surah Al Fatihah langsung dari Arasy”


7.  Surat Al Fatehah Sebagai obat dan Rahmat bagi Orang Yang Beriman.


”Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, dan penawar obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(Surat Yunus ayat 57)

” Dan kami turunkan dari Al Quran sesuatu yang jadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bagi orang-orang yang zhalim tetap merugi”
(Surat Al Isra (17) ayat: 82)

”Katakanlah al Quran itu sebagai petunjuk dan penawar (obat) bagi orang-orang yang beriman
(Surat Fusshilat: 44)


KEUTAMAAN BASMALLAH
(Bismillaahir Rahmaanir Rahiim)
Dengan Menyebut nama ALLAH YANG MAHA PENGASIH lagi MAHA PENYAYANG

Didalamnya terdapat 3 Nama yang terbesar dari Nama-Nama Allah yaitu:
Allah, Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, karena itu Rasulullah s.a.w menamakan al Ismul A’zham yaitu Nama Teragung dari Allah s.w.t.

Diriwayatkan oleh Imam Abdur Rahman bin Abu Hatim, berasal dari Ibnu Abbas, bahwa Usman bin Affan bertanya kepada Rasullullah tentang kalimah basmalah, lalu Rasulullah s.a.w menjawab:”Ia adalah salah satu dari nama-nama Allah. Begitu dekatnya Bismillah ini dengan Nama Allah yang Teragung seperti dekatnya biji mata hitam dengan biji mata yang putih.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang berasal dari Abu Buraidah bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: ”Diturunkan kepadaku satu ayat yang tak pernah diturunkan kepada salah seorang Nabi, selain Nabi Sulaiman bin Dawud dan saya sendiri, yaitu ayat Bismillahir Rahmaanir Rahiim” Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan, sabda Rasulullah s.a.w:
”Setiap pekerjaan (urusan) yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut: Bismillaahir Rahmaanir-Rahiim, maka pekerjaan (urusan) itu akan pincang”

Ibnu Abbas  r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman: Rezekimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya.
(Al Hadits Riwayat Abussyekh; 272-259)

Berdasarkan Hadits Qudsi di atas ini, jika kita Makan dan Minum,tetapi tidak dibacakan Basmallah maka yang diberi Makan dan Minum oleh diri kita bukanlah untuk kepentingan jasmani diri kita sendiri, melainkan untuk Syaitan. Ini berarti kita yang Makan dan Minum tetapi yang diberi Rezeki adalah musuh utama dan terutama umat manusia, yaitu Syaitan. Selain daripada itu, dengan kita membaca Basmallah saat kita mengkonsumsi, katakana air atau makanan  untuk kebutuhan dan kepentingan jasmani diri kita, berarti kita sudah menyampaikan atas nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada air atau kepada makanan untuk melepaskan dengan ridha (tanpa keterpaksaan) atas apa-apa yang terkandung di dalam makanan atau minuman yang kita konsumsi tersebut sehingga menjadi sebuah kebaikan bagi jasmani diri  kita.


MEMBUKA TABIR SURAT AL FATEHAH
Dengan Menyebut nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Visi/ Tujuan Hidup

Segala Puji bagi ALLAH, RAB (pencipta/pemelihara/ pemilik) alam semesta.
Dari Mana & Mau Kemana

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Wawasan Yang Luas

Yang Menguasai di Hari Pembalasan
Arah Hidup & Tujuan Akhir

Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
Misi/Tugas Hidup untuk apa

Tunjukilah kami jalan yang lurus
Strategi/Pedoman Hidup

Yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau Beri Nikmat kepada mereka bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat
Action Plan/Cara Hidup
-Teladan
-Mengelola Resiko



HAKEKAT DASAR SURAT AL FATEHAH
 VISI
TUJUAN HIDUP
(1: 1 – 4)
ALLAH SWT memperkenalkan Diri-Nya dengan Af’al –Nya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kita Bersyukur karena Rab (Tuhan) menyediakan kenikmatan segala fasilitas hidup dengan menciptakan alam semesta dan manusia. Alam Semesta bukti kebesaran ALLAH SWT, segala puja dan puji bagi Allah.

Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang menunjukkan bahwa di hari akhir ada Hari Pembalasan, dimana segala amal perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan dihadapan pengadilan Allah SWT

Manusia, hamba ciptaan Allah dan akan kembali kepada Allah SWT

Tujuan Hidup: Kembali kepada Allah dengan mendapat rahmat dan ridha Allah, kebahagiaan di dunia dan di akhirat Syurga dengan keluarga.

MISI
(1:5)
Tugas Hidup/Untuk Apa: Menyadari diri sebagai hamba untuk beribadah dan selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT.
STRATEGI
(1:6)
Pedoman Hidup: Meniti Jalan Yang lurus yaitu Islam, beribadah dengan mengamalkan/berpedoman kepada Al-Qur’an.
ACTION PLAN/
CARA HIDUP
(1:7)

Beriman dan Beramal Shaleh mengikuti (sunnah Rasul), meneladani orang yang telah diberi nikmat yaitu Nabi (sebagai teladan/contoh terbaik), para sidiqqin, para mujahid dan orang-orang yang shaleh.

Mengelola resiko, tidak berbuat kerusakan dan selalu menjaga diri supaya tidak dimurkai Allah SWT dan tidak tersesat. 


ARTI DAN MAKNA YANG TERKANDUNG DARI ISI
SURAT AL FATEHAH

Ayat Pertama
al-Hamdu lillahi Rabbil 'alamin
Artinya: Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam


Alhamdulillah

       Ucapan atau kalimat yang menunjukkan rasa syukur terimakasih, kasih sayang, cinta, hormat, khidmat, lega dan bangga terhadap Allah SWT. . Dari segala macam bentuk susunan kalimah yang berisi pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah, Allah memilih satu yang paling Allah senangi, nyaitu Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin.

Sabda Rasulullah s.a.w:
” Zikir paling utama ialah kalimah laa Ilaaha Illallaah, dan doa paling utama ialah kalimah Alhamdulillaahi” Kalimah hamdalah berarti berdoa. Syaratnya ialah agar hati setiap orang yang menyebutnya harus ingat dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan dan mendengarkannya.

Diriwayatkan oleh Imam al Qurthuby di dalam tafsiran dan di dalam kitab Nawadirul Ushul, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: ”Sekiranya dunia dan seluruh harta kekayaan yang berada di atasnya diserahkan ke tangan seorang dari umatku, lalu orang itu berkata: ”Alhamdulillah”, sungguh ucapan ”Alhamdulillah” itu lebih berharga dari seluruh harta kekayaan itu.”


Rabbil’Aalamiin

    Jadi seluruh kejadian dibumi ini, disamping diambil manfaatnya untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti dan tanda tentang wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk pendorong agar kita selamanya hidup di dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mentaati segala perintah Allah.

”Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di atas samudera membawa apa-apa yang berguna bagi manusia dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi hiduplah bumi yang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segala macam binatang, berhembusnya angin dan awan antara langit dan bumi, semua itu adalah menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir) .”
(Surat Al Baqarah (2) ayat 164).

Al’aalamiin (Alam Semesta) (Luasnya Alam Semesta), Lalu bagaimana dengan luasnya Alam Akhirat?

Berdasarkan keterangan surat Al Ma’arij (70) ayat 4 di bawah ini, luasnya alam semesta seluas 50.000 (lima puluh ribu) tahun perjalanan cahaya. Dimana perjalanan cahaya pertahunnya sekitar 9 trilyun 460 milyar 530 juta kilometer. Sekarang hitung sendirilah luasnya alam semesta itu?

Para Malaikat dam Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan  dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.
(surat Al Ma’arij (70) ayat 4)

Sehebat apapun ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai umat manusia saat ini, namun masih sedikit sekali dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta raya.

 ”Dan tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit.”
(Surat Al Isra Ayat 85).

”Katakanlah (hai Muhammad), bahwa sesungguhnya pengetahuan (yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya pemberi peringatan yang nyata.”
(Surat al Mulk Ayat 26)

Begitu sedikit pengetahuan manusia tentang alam semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia tentang akhirat. Nabi Muhammad s.a.w. berkata kepada salah seorang sahabat:”Bila engkau masukkan sebelah tanganmu ke dalam laut, lalu engkau angkatlah tangan itu kembali, maka air yang melekat pada tangan itulah pengetahuan dunia, dan air laut yang tertinggal di samudera ialah pengetahuan tentang akhirat”. Sekarang lihatlah keindahan dan luasnya alam semesta ini,  terlebih keindahannya di malam yang terang dan cerah.  Kekaguman kita terhadap kehebatan dan kebesaran alam semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan dan kebesaran Allah yang menciptakan itu semua, yang menunjukkan kehebatan dan kemahaan-Nya.

”Sekiranya laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimah-kalimah Allah, sungguh akan keringlah lautan sebelum habis kalimah-kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu lagi.”
(surat Al Kahfi ayat 109)

1.  Ayat ini menunjukkan bahwa yang berhak mendapatkan segala bentuk pujian hanyalah Allah ta'ala karena Dia lah yang memiliki segala kebaikan yang sempurna dan berbuat ihsan/kebaikan secara menyeluruh.

2.    Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma mengatakan, “al-Hamdu lillah adalah ucapan setiap orang yang bersyukur.”Abu Nashr al-Jauhari mengatakan, “al-Hamdu/pujian adalah lawan dari celaan.”  

3. Ucapan al-Hamdu lillah adalah doa yang paling utama. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu'anhu, Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seutama-utama dzikir adalah laa ilaha illallah, sedangkan seutama-utama doa adalah al-Hamdu lillah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab ad-Da'awat [3383], dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani.

4.    Allah memuji diri-Nya sendiri, yang di dalamnya tersirat perintah kepada hamba-hamba-Nya untuk memuji-Nya)

5.    Penetapan pujian kepada Allah dari segala sisi atas kesempurnaan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.

6.    Ayat ini menunjukkan bahwa keberadaan makhluk-makhluk adalah bukti keberadaan Allah Dzat yang telah menciptakannya. 

7.         Ayat ini juga mengandung bantahan bagi kaum Jahiliyah yang menolak sifat-sifat Allah.

8.    Ayat ini juga mengandung bantahan bagi kaum Jahiliyah yang beranggapan bahwa Allah memaksa hamba-hamba-Nya dan tidak memberikan pilihan sama sekali bagi mereka di dalam hidupnya.

9.     Penetapan bahwasanya hanya Allah ta'ala yang berhak mendapatkan pujian yang sempurna karena imbuhan al dalam kata al-Hamdu menunjukkan makna mencakup keseluruhan bagiannya. 

10. Pengenalan tentang sosok yang patut untuk disembah; yaitu Allah subhanahu wa ta'ala melalui tiga nama Allah yang itu menjadi poros asma'ul husna, yaitu Allah, ar-Rabb, dan ar-Rahman. 

11. Dalam segala kondisi Allah tetap berhak mendapatkan pujian. Oleh sebab itu apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam merasakan sesuatu yang menyenangkan beliau maka beliau pun berdzikir, 'Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush shalihaat' artinya: “Segala puji bagi Allah yang dengan curahan nikmat-Nyalah maka segala kebaikan menjadi sempurna”. Demikian juga apabila beliau menjumpai keadaan yang sebaliknya (tidak menyenangkan) maka beliau berdzikir, 'Alhamdulillahi 'ala kulli haal' artinya: “Segala puji bagi Allah dalam kondisi apapun” (lihat Tafsir Juz 'Amma, hal. 9). Dari 'Aisyah radhiyallahu'anha, beliau menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya apabila melihat sesuatu yang membuat beliau senang maka beliau berkata, “Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihat.” Dan apabila melihat sesuatu yang kurang beliau senangi maka beliau berkata, “Alhamdulillahi 'ala kulli haal.” (HR. Thabrani dalam ad-Du'a[1769]

12.    Yang dimaksud pujian -al-Hamdu- di sini adalah sanjungan yang diiringi dengan rasa cinta dan pengagungan. 

13.  Allah senantiasa dipuji dikarenakan kesempurnaan dzat-Nya, keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta keagungan perbuatan-perbuatan-Nya. Selain itu Allah juga dipuji karena anugerah nikmat yang dicurahkan oleh-Nya kepada seluruh makhluk-Nya.

14.  Allah juga terpuji karena ketetapan hukum-Nya, yaitu hukum kauni -hukum yang berlaku bagi semua ciptaan-Nya di dalam dunia ini- demikian juga hukum syar'i -yang berupa ketetapan hukum ilmiah dan amaliah bagimukallaf/orang yang dibebani syari'at- begitu pula dalam hal hukum ukhrawi yang ditetapkan oleh-Nya berupa balasan dan hukuman bagi hamba-Nya di alam akherat.

15.   Pujian (al-Hamd) berbeda dengan syukur. Karena pujian itu diberikan sebagai tanggapan atas sifat-sifatmuta'addiyah (yang memiliki pengaruh terhadap objek) maupun sifat-sifat lazimah (yang hanya melekat pada yang disifati, tidak mempengaruhi objek). Adapun syukur diberikan sebagai tanggapan atas sifat-sifatmuta'addiyah semata. Selain itu pujian diwujudkan melalui ucapan saja, sedangkan syukur diwujudkan dalam bentuk keyakinan hati, ucapan, dan amal anggota badan.

16.     Iman terhadap nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.

17.     Penetapan tauhid asma' wa shifat.

18.  Penetapan Allah sebagai satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Hal ini dimungkinkan karena 2 alasan: Pertama, karena kata Allah itu adalah nama khusus bagi-Nya yang disifati oleh Asma'ul Husna yang lain sehingga dikedepankan. Atau yang kedua, karena orang-orang yang didakwahi oleh para rasul adalah golongan orang-orang yang menolak keesaan Allah dalam hal uluhiyah-Nya, artinya mereka membagi-bagi ibadah mereka tidak hanya untuk Allah tapi juga untuk selain-Nya. Karena Allah satu-satunya pemelihara seluruh alam semesta ini maka hanya Allah pula yang berhak untuk diibadahi, tidak ada yang menerima ibadah selain Allah.

19.  Penetapan tauhid rububiyah. Rububiyah Allah mencakup semua makhluk. Ayat ini -al-Hamdu lillahi Rabbil 'alamin- menunjukkan keesaan Allah dalam hal rububiyah-Nya.  Rububiyah Allah itu mencakup tiga hal pokok, yaitu: mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta . Tauhid rububiyah merupakan landasan dan dalil untuk menundukkan orang-orang yang menentang tauhid uluhiyah.

20.     Rabb adalah Dzat yang mentarbiyah hamba-hamba-Nya. Dia lah yang menciptakan mereka dan kemudian menunjuki mereka kepada kemasalahatan dirinya. Selain itu, Rabb juga bermakna yang menguasai dan mengatur serta memperbaiki keadaan.

21.     Bantahan bagi kaum atheis yang mengingkari adanya pengatur alam semesta ini.

22.   Allah telah menanamkan fitrah di dalam hati umat manusia untuk meyakini keberadaan Allah Yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini.

23.     Bantahan bagi paham wahdatul wujud -kesatuan antara Allah dengan makhluk.

24.   Penetapan tarbiyah Allah kepada makhluk-Nya, baik yang bersifat umum -mencakup seluruh makhluk- maupun yang bersifat khusus -yang diberikan hanya kepada wali-wali-Nya.

25.  Penetapan nubuwwah (kenabian) dan kebutuhan umat manusia terhadapnya. Karena tidak mungkin Allah sebagai Rabbul 'alamin meninggalkan umat manusia dalam keadaan sia-sia; tidak menunjukkan kepada mereka apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan dirinya.

26.  Penetapan keesaan Allah dalam hal penciptaan alam semesta, pengaturan, dan pemberian nikmat, sekaligus menunjukkan betapa besarnya kebutuhan seluruh makhluk kepada-Nya

27.  Ayat ini mengandung pilar ibadah yang sangat agung yaitu al-Mahabbah/rasa cinta. Karena Allah adalah al-Muhsin -yang melimpahkan segala kebaikan- dan Dia juga al-Mun'im -yang mencurahkan semua nikmat- maka sebagai konsekuensinya adalah hanya Allah yang layak dicintai dengan puncak kecintaan yang tertinggi dan tidak boleh ditandingi dengan kecintaan kepada apapun juga.


Ayat Kedua
ar-Rahmanir Rahim
Artinya: Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang merupakan cerminan dari wawasan yang luas dari Allah SWT serta pedoman bagi diri kita untuk selalu berwawasan luas.

Ar Rahmaan ar Rahiim

Ar Rahmaan berarti Allah Pemegang Kunci Rahmat Dunia , Ar Rahiim berarti Allah Pemegang Kunci Rahmat Akhirat. Menurut Hadits, Rasulullah s.a.w apabila berdoa paling sering menyeru dengan seruan: Ya Rahmaan Ya Rahiim.

Rahmat Alam

Diterangkan oleh banyak surah-surah dalam Al Quran, beberapanya antara lain:
Firman Allah:”Dan kami jadikan dari tiap-tiap sesuatu yang hidup, apakah kamu tetap tidak mau beriman?” 

(surat al Anbiya ayat 30)

”Engkau lihat bumi itu kering tetapi apabila Kami turunkan atasnya air, lalu ia menjadi mekar dan segar (lunak dan subur), dan dapat menumbuhkan bermacam-macam tumbuh-tumbuhan yang menarik hati.” 
(surat al Haj (22) ayat 5).

Segala sesuatu tentang alam yang luas ini, kita akan kagum memikirkan kebesaran dan kebijaksanaan Allah yang menciptakan dan mengaturnya. 
(surat al A’raf (7) ayat :53, surat al Mu’minun ayat 14).

Rahmat Kesehatan Jasmani dan Rohani

Selain nikmat alam semesta, rahmat Allah yang sangat bernilai adalah kesehatan jasmani dan rohani. Sabda Rasulullah s.a.w:”Siapa yang sehat badannya, senang hatinya (sehat rohaninya), dirumahnya ada makanan buat sehari, maka seakan-akan seluruh dunia ini berada dalam genggamannya.”Mintalah kepada Allah akan keyakinan (agama yang benar) dan kesehatan, karena sesungungnya tidak ada sesuatu sesudah keyakinan yang lebih berharga daripada kesehatan”.

Rahmat Iman dan Islam.

Rahmat terbesar yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Sungguh beruntung sekali orang yang telah menerima dan merasa memiliki nikmat Iman dan Islam itu di dadanya.
Sabda Rasulullah s.a.w: ”Beruntung orang yang telah meilhat akan Aku dan beriman dengan Aku, dan beruntung, beruntung, beruntung orang yang tidak melihat akan Aku tetapi beriman kepada Aku.” Dijelaskan pula dalam surat al Baqarah (2) ayat 132-136 dan 140, tentang hal ini.

Rahmat Akhirat

Seluruh rahmat dan nikmat yang dituangkan Allah di permukaan bumi ini adalah sebahagian kecil dari rahmat Allah yang amat besar.”

Firman Allah:”Katakanlah (hai Muhammad): Harta benda (kesenangan) dunia ini sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang yang taqwa, dimana mereka tidak akan dianiaya (dirugikan) sekalipun sedikit.” (surat An Nisa (4) ayat 77)

Sabda Rasulullah s.a.w: ”Sejelek-jelek kedudukan manusia pada sisi Allah di hari kiamat ialah seorang yang mengorbankan akhiratnya untuk dunia lainnya”.

1.      Penyebutan ar-Rahmanir Rahim setelah al-Hamdu lillahi Rabbil 'alamin adalah dalam rangka mengiringi tarhib(peringatan yang tersirat dari nama Rabb) dengan targhib (motivasi yang terkandung dalam nama ar-Rahman dan ar-Rahim). Ayat ini -sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya- menunjukkan bahwa rububiyah (kekuasaan dan pengaturan) Allah dilandasi dengan sifat kasih sayang yang sangat luas, bukan rububiyah yang dibangun di atas sifat suka menyiksa dan menghukum.

2.     Penetapan sifat rahmat yang luas pada diri Allah, baik rahmat yang meliputi semua makhluk maupun rahmat yang hanya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

3.  Nama Allah ar-Rahman juga mengandung makna suka memberikan kebaikan, bersifat dermawan, dan suka berbuat kebajikan.

4.    Selain mengandung penetapan kenabian dan kerasulan -sebagai konsekuensi rahmat Allah- maka nama ar-Rahman juga mengandung faidah penetapan mengenai diturunkannya kitab-kitab sebagai pembimbing perjalanan hidup umat manusia.. Konsekuensi dari sifat rahmat ini adalah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk membimbing manusia demi kebahagiaan hidup mereka. Perhatian Allah untuk itu jelas lebih besar daripada sekedar perhatian Allah untuk menurunkan hujan, menumbuhkan tanam-tanaman dan biji-bijian di atas muka bumi ini. Siraman air hujan membuahkan kehidupan tubuh jasmani bagi manusia. Adapun wahyu yang dibawa oleh para rasul dan terkandung di dalam kitab-kitab merupakan sebab hidupnya hati mereka.

5.   Berangkat dari faidah di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang yang ingin mendapatkan rahmat Allah yang sempurna di dunia dan di akherat maka dia harus tunduk kepada syari'at Rasul yang diutus kepadanya. Sehingga pada jaman sekarang ini -setelah diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam- siapa saja yang ingin masuk surga dia harus tunduk kepada ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

6.   Mengimani sifat rahmat yang terkandung pada nama ar-Rahman dan ar-Rahim serta tidak menyelewengkan maknanya menjadi irodatul in'am/kehendak untuk memberikan nikmat sebagaimana yang dilakukan oleh kaum ahli bid'ah.

7.    Nama ar-Rahman  bermakna  Allah  pemilik rahmat yang maha luas mencakup seluruh makhluk di dunia dan bagi kaum beriman di akherat. Adapun nama ar-Rahim bermakna Allah pemilik rahmat bagi kaum beriman kelak pada hari kiamat.

8.    Di dalam ayat ar-Rahmanir Rahim terkandung salah satu pilar ubudiyah yaitu roja'/harapan. Dengan merenungkan ayat ini seorang hamba akan senantiasa mengharapkan rahmat Allah subhanahu wa ta'ala. Sebab apabila Allah itu adalah sosok yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tentu saja kasih sayang-Nya adalah sangatlah diharapkan.


Ayat Ketiga
Maaliki Yaumid Diin
Artinya: Yang Menguasai Pada Hari Pembalasan

Yang Menguasai di Hari Pembalasan merupakan arah Hidup dan Tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia. Tidak akan ada satupun manusia yang bisa menghindar dari Hari Pembalasan.

1.   Penyebutan Allah sebagai raja yang menguasai pada hari pembalasan tidaklah menafikan kekuasaan Allah di dunia, karena di awal surat al-Fatihah Allah telah menegaskan bahwa diri-Nya adalah Rabb seru sekalian alam; dan itu berlaku di dunia maupun di akherat. Penyebutan Allah sebagai raja dan penguasa pada hari kiamat adalah karena pada hari itu tidak ada lagi orang yang bisa mendakwakan kekuasaan, bahkan tak ada yang boleh berbicara kecuali dengan izin dari-Nya.

2.   Penetapan kekuasaan bagi Allah yang mengandung konsekuensi memerintah dan melarang, memberikan pahala dan menjatuhkan hukuman.

3.         Penetapan tauhid asma' wa shifat.

4.         Iman kepada hari akhir, kebangkitan setelah kematian, hisab, dan pembalasan amal

5.         Penanaman rasa takut terhadap hari kiamat dan khawatir akan hukuman Allah

6.         Adanya pembalasan amalan dengan penuh keadilan

7.   Adanya penegakan hujjah kepada umat manusia dengan diturunkannya kitab-kitab dan diutusnya para rasul.

8.    Pada hari kiamat nanti akan tampak secara jelas bagi semua makhluk tentang kebesaran kekuasaan Allah, kebijaksanaan dan keadilan-Nya sehingga tidak ada lagi sisa kekuasaan manusia yang ketika di dunia pernah dimiliki oleh para raja dan penguasa. Pada saat itu semua orang tunduk kepada kekuasaan-Nya.

9.     Pada ayat pertama sampai ayat ketiga dalam surat ini secara berurutan terkandung penetapan pokok-pokok ibadah yaitu cinta (mahabbah), harapan (roja'), dan takut (khauf)

10. Ayat-ayat tersebut mengandung bantahan bagi orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan modal rasa cinta semata (seperti halnya kaum Sufi), rasa harap semata (seperti halnya kaum Murji'ah), atau rasa takut semata (seperti halnya kaum Khawarij)


Ayat Keempat
Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in
Artinya: Hanya Kepada-Mu Kami Beribadah dan Hanya Kepada-Mu Kami Meminta Pertolongan

INILAH MISI DARI KEHIDUPAN YANG HARUS KITA JALANI SAAT KITA HIDUP DI DUNIA DENGAN HANYA BERIBADAH ALLAH SWT dan HANYA MEMINTA KEPADA ALLAH SWT


1.   Penetapan tauhid uluhiyah; yaitu mengesakan Allah dalam beribadah serta mengikhlaskan agama (ketaatan) semata-mata untuk Allah. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah ini merupakan pokok terbesar di dalam ajaran Islam.

2.     Maksud ayat ini adalah “Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu, dan kami tidak bertawakal kecuali kepada-Mu.” Pada kedua hal inilah berporos seluruh ajaran agama. Dua kalimat inilah yang menjadi rahasia kemuliaan surat al-Fatihah dan intisari ajaran al-Qur'an.

3.      Ayat Iyyaka na'budu bermakna; “Kami beribadah kepada-Mu dengan penuh rasa cinta, takut, dan harap”, sebab ibadah tidak akan terealisasi dengan benar kecuali dengan ketiganya.

4.    Ayat Iyyaka na'budu mengandung bantahan bagi orang-orang musyrik; yang beribadah kepada selain Allah sebagai sekutu bagi Allah.

5.     Ayat Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in mengandung pemurnian ibadah semata-mata kepada Allah. Dalam susunan ayat ini objeknya didahulukan (iyyaka). Padahal seharusnya ia terletak di belakang. Dalam bahasa arab susunan semacam ini menunjukkan pembatasan dan pengkhususan. Sehingga arti ayat ini adalah,“Kami tidak beribadah kecuali hanya kepada-Mu. Dan kami tidak memohon pertolongan kecuali kepada-Mu.”

6.    Kalimat Iyyaka na'budu berkaitan erat dengan nama 'Allah' yang telah disebutkan di awal surat ini, sedangkan kalimat Iyyaka nasta'in berkaitan erat dengan nama 'ar-Rabb' yang juga telah disebutkan sebelumnya. Hal itu disebabkan Iyyaka na'budu mengandung tauhid uluhiyah yang terkandung dalam nama Allah. Adapun Iyyaka nasta'in mengandung tauhid rububiyah yang terkandung dalam nama ar-Rabb.

7.      Ibadah memadukan dua perkara pokok; puncak rasa cinta dengan puncak perendahan diri dan ketundukan  Adapun isti'anah (memohon pertolongan kepada Allah) memadukan dua hal pokok yang lain, yaitu: tsiqah/kepercayaan kepada Allah dan bersandar kepada-Nya.    

8.      Penetapan adanya kenabian dan pengutusan para rasul. Karena umat manusia tidak mungkin bisa mengenal tata-cara beribadah secara terperinci kecuali dengan perantara penjelasan para rasul.

9.  Penyebutan ibadah  sebelum isti'anah (meminta pertolongan) adalah dalam rangka menyebutkan sesuatu yang memiliki cakupan lebih luas daripada yang lebih sempit. Karena isti'anah merupakan bagian dari ibadah. Selain itu, hal ini juga dalam rangka mendahulukan hak Allah ta'ala (ibadah) di atas hak hamba (isti'anah). Ibnul Qayyim rahimahullah memaknakan bahwa didahulukannya ibadah sebelumisti'anah adalah karena ibadah merupakan tujuan (ghoyah) sedangkan isti'anah adalah sarananya. Oleh sebab itu tujuan lebih didahulukan penyebutannya sebelum sarana.

10.     Iyyaka na'budu merupakan bagian milik Allah, sedangkan Iyyaka nasta'in merupakan jatah untuk hamba. Karena hanya Allah yang berhak disembah maka ibadah itu semuanya menjadi hak-Nya semata. Dan karena hamba itu penuh dengan kelemahan dan kekurangan maka dia berhak -sekaligus wajib atasnya- untuk meminta pertolongan kepada Allah ta'ala Rabb seluruh alam semesta. Allahu a'lam.

11.  Penyebutan isti'anah secara terpisah dari ibadah padahal ia merupakan bagian dari ibadah adalah dikarenakan begitu besarnya kebutuhan seorang hamba terhadapnya. Sebab tanpa pertolongan Allah dia tidak akan mampu untuk beribadah; apakah itu dalam melaksanakan perintah ataupun meninggalkan larangan.

12.  Tidaklah seorang menjadi hamba yang sejati kecuali apabila dia mengikhlaskan ibadahnya semata-mata untuk Allah dan berlepas diri dari peribadatan kepada segala sesembahan selain-Nya, meyakini kebatilannya, membenci perbuatan tersebut beserta pelakunya, dan memusuhinya karena Allah ta'ala.

13.   Inilah hakikat ajaran Islam yang benar; yaitu kepasrahan diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada Allah dengan penuh kepatuhan, serta berlepas diri dari syirik dan pelakunya.

14.   Semestinya seorang hamba bertawakal kepada Allah semata dalam menghadapi segala urusan agama maupun urusan dunianya.

15.    Sebuah realita yang sangat menyedihkan adalah banyak diantara kaum muslimin di masa kita sekarang ini yang telah mengucapkan Iyyaka na'budu wa Iyyaka nasta'in, akan tetapi di sisi lain mereka tidak memperhatikan kandungan maknanya sama sekali. Mereka tidak memurnikan ibadahnya kepada Allah semata. Mereka juga beribadah kepada selain-Nya. Seperti halnya orang-orang yang berdoa -padahal doa adalah intisari ibadah, pen- kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, berdoa kepada Husain, kepada Abdul Qadir Jailani, Badawi, dan lain sebagainya. Ini semua termasuk perbuatan syirik akbar dan dosa yang tidak akan diampuni pelakunya apabila dia mati dalam keadaan belum bertaubat darinya . 

16. Kalimat Iyyaka na'budu mengandung obat bagi penyakit riya' sedangkan kalimat Iyyaka nasta'inmengandung obat bagi penyakit sombong/kibr.

17.  Ayat ini juga mengandung bantahan yang jelas bagi paham wahdatul wujud -kesatuan antara Allah dengan makhluk.

18.  Dalam kalimat Iyyaka nasta'in terkandung bantahan bagi kaum Qodariyah (penolak takdir). Mereka beranggapan bahwa segala perbuatan hamba terjadi dengan kehendak dirinya sendiri tanpa ada campur tangan kehendak Allah. Kalau memang demikian lantas apa gunanya memohon pertolongan kepada-Nya?!

19.  Ayat ini juga mengandung bantahan bagi kaum Jabriyah yang beranggapan bahwa Allah memaksa hamba-hamba-Nya dan tidak memberikan pilihan sama sekali bagi mereka di dalam hidupnya. Sebab kalau seandainya hamba memang dipaksa dalam perbuatan-perbuatannya maka tidak dibenarkan baginya untuk mengucapkan “Kami beribadah” atau “Kami meminta pertolongan” .

20.   Mewujudkan kandungan Iyyaka na'budu wa Iyyaka nasta'in merupakan wasilah/sarana untuk bisa meraih kebahagiaan yang abadi dan jalan keselamatan dari berbagai keburukan.

21. Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah seorang hamba tidaklah dianggap benar tanpa pengingkaran terhadapthoghut/sesembahan selain Allah.

22.  Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang yang menunaikan sholat akan tetapi dia juga berdoa kepada selain Allah bukanlah seorang muslim, akan tetapi dia adalah musyrik.

23.  Ayat ini mengandung makna laa ilaha illallah yang mencakup penolakan segala sesembahan selain Allah (nafi dalam kata-kata laa ilaha) dan penetapan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar (itsbatdalam kata-kata illallah) (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 31)

24. Ayat ini dan juga ayat sesudahnya menunjukkan bahwa ibadah tidak benar jika tidak memenuhi syarat ikhlas dan mutaba'ah/mengikuti tuntunan.

25.  Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang bertawakal kepada makhluk telah berbuat syirik dalam beribadah kepada Allah.


Ayat Kelima
Ihdinash Shirathal Mustaqim
Artinya: Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus

INILAH STRATEGI HIDUP DAN JUGA PEDOMAN HIDUP DENGAN SELALU MENINTI JALAN YANG LURUS YAITU MELAKSANAKAN DIINUL ISLAM SECARA KAFFAH.


1.  Doa ini -yaitu doa meminta hidayah- merupakan doa yang paling mencakup berbagai kebaikan. Doa yang paling bermanfaat bagi seorang hamba. Oleh sebab itulah setiap hamba wajib untuk berdoa dengannya dalam setiap raka'at sholat yang dilakukannya; karena sedemikian besar kebutuhan dirinya kepada hidayah -menuju dan di atas- jalan yang lurus

2.     Penetapan kerasulan. Karena hidayah tidak akan mungkin tersampaikan kepada umat manusia kecuali melalui perantara dakwah para rasul.

3.   Besarnya kebutuhan hamba terhadap hidayah. Dia senantiasa membutuhkannya baik untuk hal-hal yang terkait dengan masa lalu, sekarang, maupun akan datang. Untuk masa lalu maka dia membutuhkan hidayah untuk bisa bermuhasabah atas seluruh amalan yang pernah dilakukannya dan kemudian bertaubat darinya jika itu adalah kesalahan dan bersyukur kepada Allah apabila yang dia lakukan sudah benar. Adapun masa sekarang maka dia membutuhkan hidayah untuk mengetahui apakah perbuatan yang sedang dilakukannya benar ataukah tidak. Untuk masa depan maka dia membutuhkan hidayah agar bisa berjalan di atas jalan yang benar dan tegar di atasnya.

4.     Seorang hamba tidak akan bisa meraih kebahagiaan yang sejati kecuali dengan meniti jalan yang lurus, dan menunjukkan pula bahwa dia tidak akan bisa istiqomah di atasnya kecuali dengan hidayah dari Rabbnya. Sebagaimana pula dia tidak akan bisa beribadah kepada-Nya tanpa pertolongan dari-Nya.

5.   Hidayah ada dua macam: Pertama; hidayah berupa penunjukan, arahan, dan keterangan. Lawan dari hidayah ini adalah kesesatan (dholal). Kedua; hidayah berupa taufik, ilham, dan keistiqomahan. Lawan dari hidayah ini adalah penyimpangan (ghoyyu). Hidayah taufik adalah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (yang artinya), “Sesungguhnya kamu tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai.” (QS. al-Qoshosh: 56). Adapun hidayah penunjukan adalah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (yang artinya), “Sesungguhnya kamu benar-benar memberikan hidayah menuju jalan yang lurus.” (QS. asy-Syura: 52).

6.    Hidayah juga bisa dibagi menjadi hidayah 'menuju jalan' dan hidayah 'di atas jalan'. Hidayah menuju jalan adalah hidayah untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan agama-agama yang lain. Adapun hidayah di atas jalan adalah hidayah untuk bisa melaksanakan rincian-rincian ajaran di dalam agama Islam.

7. Dalam memaknai jalan yang lurus ada beberapa penafsiran. Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma mengatakan bahwa yang dimaksud jalan lurus adalah Islam. Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu mengatakan bahwa maksudnya adalah al-Qur'an. Bakr bin Abdullah al-Muzani berkata bahwa maksudnya adalah jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Semua penafsiran ini tidak bertentangan dan saling menjelaskan. Barangsiapa yang istiqomah di atas jalan yang lurus yang bersifat maknawi ketika hidup di dunia maka kelak di akherat dia akan selamat ketika meniti shirath yang sebenarnya; yaitu jembatan yang dibentangkan di atas neraka.

8.   Ayat ini mengandung bantahan bagi seluruh kaum ahli bid'ah dan seluruh agama serta kelompok-kelompok yang menyimpang dari kebenaran.

9.    Jalan yang lurus ini mencakup pengenalan terhadap kebenaran dan ketundukan kepadanya, setia mengikutinya, mendahulukannya di atas segala kepentingan, membela dan mendakwahkannya, serta melawan serangan musuh-musuhnya.

10.  Dalam kalimat Ihdinash shirathal mustaqim juga terkandung bantahan bagi kaum Qodariyah (penolak takdir). Mereka beranggapan bahwa segala perbuatan hamba terjadi dengan kehendak dirinya sendiri tanpa ada campur tangan kehendak Allah. Sementara di dalam ayat ini kita diajari untuk memohon hidayah kepada-Nya. Hidayah yang kita minta tentu saja bukan hanya ilmu akan tetapi juga hidayah taufik sehingga bisa beramal. Kalaulah memang perbuatan hamba hanya tergantung kepada kehendak dirinya sendiri -tanpa ada pengaruh dari kehendak Allah- lalu apa perlunya meminta hidayah kepada-Nya?!  

11.     Jalan yang lurus adalah jalan terdekat untuk menggapai cita-cita. Sebagaimana halnya garis lurus adalah jarak terdekat yang menghubungkan antara dua buah titik.


Ayat Keenam dan Ketujuh
Shirathalladzina An'amta 'Alaihim,
Ghairil Maghdhubi 'Alaihim wa Ladhdhaalliin

Artinya: Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Engkau Beri Nikmat Kepada Mereka
Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Dimurkai dan Bukan Pula Orang-Orang Yang Sesat

Inilah Cara Hidup di Dunia : Beriman dan Beramal Shaleh mengikuti (sunnah Rasul), Meneladani Orang-Orang yang telah diberi nikmat, yaitu Nabi (sebagai teladan/contoh terbaik), para siddiqin, mujahid dan orang shaleh; Mengelola Resiko dengan tidak berbuat kerusakan dan menjaga diri supaya tidak dimurkai Allah dan tidak tersesat.

1.     Jalan yang lurus ini adalah jalannya orang-orang yang bertauhid. Merekalah orang-orang yang telah merealisasikan kandungan ayat Iyyaka na'budu wa Iyyaka nasta'in di dalam hidupnya. Adapun orang-orang musyrik adalah kaum yang dimurkai dan tersesat dari jalan Allah.

2.     Yang dimaksud 'orang-orang yang diberikan nikmat' itu adalah para nabi, shiddiqin, syuhada', dan orang-orang salih.  Allah ta'alaberfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul, maka mereka itulah yang akan bersama dengan orang-orang yang diberikan kenikmatan oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada' dan orang-orang yang salih. Mereka itulah sebaik-baik teman.” (QS. an-Nisaa': 69).

3.     Zaid bin Aslam rahimahullah -guru Imam Malik- menafsirkan, “Orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah itu adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan 'Umar.”  Dengan demikian, ayat ini mengandung penetapan keabsahan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu'anhudalam memangku jabatan khalifah, sekaligus bantahan bagi kaum Syi'ah yang mempertanyakan dan mencela kekhilafahan beliau. Umar bin Khaththab radhiyallahu'anhupernah berkata, “Seandainya ditimbang iman Abu Bakar dengan iman seluruh penduduk bumi, niscaya lebih berat iman Abu Bakar.” 

4.         Ayat ini menunjukkan bahwa hidayah menuju jalan yang lurus adalah nikmat dan anugerah dari Allah ta'alakepada hamba. Oleh sebab itu tidak semestinya seorang hamba merasa ujub dengan amal dan ketaatan yang dimilikinya.

5.     Yang dimaksud 'orang yang dimurkai' adalah Yahudi, sedangkan 'orang yang tersesat' adalah Nasrani berdasarkan hadits 'Adi bin Hatim yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Yahudi dan Nasrani tidak berada di atas jalan yang lurus.

6.     Ayat ini mengandung penetapan salah satu sifat Allah yaitu al-Ghadhab (marah) sebagaimana kemarahan yang sesuai dengan kemuliaan-Nya. Sehingga ia mengandung bantahan bagi orang yang menyimpangkan makna Ghadhab menjadi Irodatul Intiqom/kehendak untuk menghukum.

7.   Ayat ini juga mengandung bantahan bagi orang-orang yang menganut paham kebebasan beragama (Hurriyat al-Adyan) dan berupaya untuk mempersatukan agama-agama yang ada.

8.   Berdasarkan ayat ini manusia bisa dibagi ke dalam tiga kelompok; [1] orang-orang yang mendapatkan nikmat; yaitu orang yang mengetahui kebenaran dan tunduk kepadanya, [2] orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi menolaknya; mereka itulah orang yang dimurkai, [3] orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran; mereka inilah orang-orang yang tersesat.

9. Ayat ini mengandung bantahan bagi kaum Rafidhah/Syi'ah. Sebab para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam -yang dimusuhi mati-matian oleh kaum Syi'ah- merupakan orang-orang yang paling mengetahui kebenaran dan paling tunduk kepadanya. Dan hal itu bisa kita buktikan dengan melihat pengaruh nyata dakwah mereka yang sangat mengagumkan dengan ditaklukkannya berbagai negeri dan ditundukkannya hati-hati manusia untuk memeluk agama Allah ta'ala melalui perantara dakwah mereka. Hal ini jelas bertolak belakang dengan Rafidhah; dimana pun mereka berada mereka senantiasa memusuhi Islam dan membantu musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin. Maka siapakah gerangan diantara kedua kelompok ini yang lebih pantas dan layak disebut berada di atas shirathal mustaqim?! Oleh sebab itulah para ulama salaf menafsirkan shirathal mustaqim dengan Abu Bakar, 'Umar dan para Sahabat Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun Rafidhah; maka mereka adalah orang-orang yang paling sengit permusuhan dan kebenciannya kepada Abu Bakar dan 'Umar radhiyallahu'anhuma.

10.  Ayat ini mengandung peringatan kepada umat Islam agar tidak ber-tasyabbuh (meniru-niru) kepada Yahudi dan Nasrani.

11.  Ayat ini juga mengandung peringatan keras bagi para ulama kaum muslimin dan para ahli ibadah diantara mereka; supaya tidak terjerumus ke dalam kemurkaan Allah -akibat tidak beramal dengan ilmunya- dan selamat dari kesesatan -akibat beribadah tanpa landasan ilmu yang benar.

(diolah kembali dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar