RAHASIA
DIBALIK TUJUH AYAT SURAT AL FATEHAH
Surah
al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Kalau kita perhatikan dengan seksama, tujuh
ayat yang ada di dalam surat Al Fatihah itu dirangkapkan dua ayat, dua ayat. Ia
seolah-olah berbentuk sajak. Ujungnya disamakan yaitu ada huruf mim atau huruf
nun di akhir setiap ayat. Ada ayat yang berakhir dengan ‘mim’ dan ada ayat yang
akhirnya dengan ‘nun’. Ayatnya seolah-olah bahagian akhirnya
dipasang-pasangkan. Di lain sisi, jika kita mau memperhatikan jumlah surat
ayat Al Fatehah yang tujuh ini, ada hikmah yang sangat luar biasa sesuai dengan
ALLAH SWT dzat Yang Maha Besar, yaitu :
1.
Tujuh ayat menggambarkan tujuh hari dalam seminggu
Apakah ada hari
yang lain selain daripada adanya hari yang tujuh hari itu (yakni dari hari Ahad hingga hari
Sabtu)? .
2. Tujuh ayat berkait dengan tujuh anggota badan
Dalam seminggu ada manusia yang menjadi baik atau menjadik buruk, yang ditentukan oleh anggota yang tujuh. Untuk itu perhatikanlah shalat yang kita dirikan dimana ke tujuh anggota tubuh ini terlibat atau digunakan dalam shalat. Kalau agama lain,
mereka menyembah Tuhan tidak melibatkan semua anggota. Sebaliknya dalam ajaran
Islam, semua anggota tubuh terlibat untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Ketujuh-tujuh
anggota tubuh itu ialah a.) Kepala - ini termasuklah anggota-anggota yang ada di
kepala seperti mata, mulut, telinga, lidah dan lain-lain. Kegunaan kepala pula
ada bermacam-macam jenis;b.) Dua tangan - ia juga banyak peranannya. Ia boleh
berbuat baik atau berbuat jahat, boleh membunuh orang, harus membantu sesama
dan tidak boleh mencelakakan orang; c.) Kedua-dua lutut; d.) Kedua- telapak
kaki.
Seluruh gerakan shalat merupakan gerakan anggota tubuh manusia. Semuanya terlibat dalam gerakan shalat. Hal ini dipertegas dengan doa Iftitah yang kita kemukakan, “Hidupku dan matiku adalah untuk Allah.” Artinya baik Ruh dan Jasad termasuk di dalamnya anggota tubuh secara langsung sudah kita ikrarkan bahawa kita serahkan hanya kepada Allah. Artinya kita akan menggunakannya ke jalan Allah sebagaimana yang Allah kehendaki.
3. Tujuh ayat berkait dengan tujuh Neraka dan tujuh Syurga
Inilah
tingkatan-tingkatan atau keveling yang ada di dalam SYURGA, yaitu :Syurga
Firdaus; Syurga 'Adn.; Syurga Na'iim.; Syurga Na'wa.; Syurga Darussalaam.; Syurga
Daarul Muaqaamah.; Syurga Al-Muqqamul Amin dan Syurga Khuldi.
Adapun tingkatan atau kaveling yang ada di dalam
NERAKA adalah sebagai berikut Neraka Jahannam.; Neraka Jahiim.; Neraka Hawiyah.;
Neraka Wail.; Neraka Sa'iir.; Neraka Ladhaa.; Neraka Saqar dan Neraka Hutomah.
4.
Tujuh ayat itu juga menggambarkan di dunia ini ada tujuh lapis langit dan tujuh
lapis bumi
Allah-lah yang
menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
(Surat Ath
Thalaaq (65) ayat 12)
KEISTIMEWAAN-KEISTIMEWAAN
DARI SURAT AL FATEHAH
1. Isi dan Kandungan dari Surat Al Fatehah Paling Besar (A’zham)
”Seorang sahabat
bertanya kepada Rasulullah saw.: Ya Rasulullah, Engkau mengatakan akan
mengajarkan kepadaku sebesar-besarnya surah dalam Al Quran?”. Berkata
Rasulullah saw: ya, Alhamdulillahi Rabbil Aalamin (dan seterusnya), 7 ayat yang
berulang-ulang, dan itulah al Quran al Azhiim yang telah disampaikan kepadaku.”
(Al Hadits riwayat
Bukhari, Abu Dawud, an Nasa’i, Ibnu Majah dan al Waqidi dari berbagai sumber)
2. Isi Kandungan Al Fatehah (Al-Qur’an) paling
istimewa dibandingkan dengan Taurat, Injil dan Zabur.
Diriwayatkan dari Ali Bin Abu Talib r.a bahwa Rasulullah s.a.w berkata
”Siapa yang membaca Faithatul-Kitab (al Fatihah), maka seakan-akan dia telah membaca Taurat, Injil, Zabur dan al Furqan (Al Quran)”
3. Surat Al Fatehah Hanya Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW semata. Nabi-Nabi lain tidak diberikan.
dari ibnu Abbas r.a. katanya ”Jibril berkata kepada Muhammad s.a.w, pada saat beliau mendengar suatu bunyi dari atas: ”Bahwa telah terbuka sebuah pintu di langit dan tak pernah pintu itu terbuka sebelum ini, dari pintu itu turunlah seorang Malaikat dan langsung menuju kepada Rasulullah dan berkata” Bergembiralah engkau Muhammad mendapat 2 cahaya yang tak pernah kedua cahaya itu diberikan kepada Nabi yang manapun sebelum engkau, kedua cahaya itu adalah Fatihatul Kitab dan beberapa ayat di akhir Surah Al Baqarah, setiap huruf engkau baca dari keduanya pasti engkau mendapatkannya”
(Alhadits riwayat
Muslim dan an Nasa’i,)
4.
Membaca Surat Al fatehah baik di dalam shalat ataupun di luar ibadah Shalat Langsung mendapat jawaban dari ALLAH
SWT.
”Siapa yang membaca Surah Al Fatihah, setiap ayat yang dibaca itu langsung dijawab oleh Allah”
(diriwayatkan
oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
Abu Hurairah ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku telah membagi shalat menjadi dua bahagian di antara Aku dan hamba-Ku, dan Aky beri hamba-Ku apa yang ia minta. Bila ia mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil Alamin”, berfirman Allah: “Hamba-Ku telah menyematkan pujian kepada-Ku”. Bila ia mengucapkan “Arrahmanirrahim”, berfirman Allah: “Hamba-Ku telah memberikan sanjungan kepada-Ku” Bila ia mengucapkan “Maliki Yaumiddin” berfirman Allah: “hamba-Ku telah mengagungkan Aku”. Bila ia mengucapkan Iyyaka Na’budu dan Iyyakanasta’in, berfirman Allah: “Inilah persoalan antara Aku dan Hamba-Ku dan Aku beri Hamba-Ku apa yang ia minta”. Bila ia mengucapkan Ihdinash Shiratal Mustaqim hingga akhir surat Al fatihah, berfirman Allah: “Inilah untuk hamba-Ku dan Aku beri hamba-Ku apa yang ia minta.
(Hadits riwayat
Ahmad, Abu Dawud, Ath Tirmidzi, An Nasa’I, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah; 272-115)
5. Aman dari Segala Bahaya
Diriwayatkan oleh al Buzar dari Anas r.a. : Berkata Rasulullah s.a.w: ”Bila engkau baca al Fatihah dan Qul Huwwallahu Ahad maka amanlah engkau dari segala sesuatu, kecuali dari maut”
6. Langsung dari Arsy
Dirawayatkan oleh al Hakim di dalam al Mustadrak dari Ma’qal bin Yasaar r.a.:Telah berkata Rasulullah s.a.w: ”Amalkanlah segala apa yang tersebut di dalam Al Quran, halalkanlah apa yang dihalalkannya, haramkanlah apa yang diharamkannya, dan patuhilah ia, jangan sekali-kali engkau ingkari dan ragukan, ... sesungguhnya al Quran itu Pemberi Syafaat, sesuatu yang tak pandai bicara tetapi membawa kebenaran dan kepadaku diberikan Allah surah Al Baqarah dari Zikir Pertama .... dan diberikan kepadaku Surah Al Fatihah langsung dari Arasy”
7. Surat Al Fatehah Sebagai obat dan Rahmat bagi
Orang Yang Beriman.
”Hai Manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, dan penawar obat
bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.”
(Surat Yunus ayat
57)
” Dan kami turunkan dari Al Quran sesuatu yang jadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bagi orang-orang yang zhalim tetap merugi”
(Surat Al Isra (17)
ayat: 82)
”Katakanlah al Quran itu sebagai petunjuk dan penawar (obat) bagi orang-orang yang beriman
(Surat Fusshilat:
44)
KEUTAMAAN
BASMALLAH
(Bismillaahir
Rahmaanir Rahiim)
Dengan
Menyebut nama ALLAH YANG MAHA PENGASIH lagi MAHA PENYAYANG
Didalamnya
terdapat 3 Nama yang terbesar dari Nama-Nama Allah yaitu:
Allah, Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, karena itu Rasulullah s.a.w menamakan al Ismul A’zham yaitu Nama Teragung dari Allah s.w.t.
Allah, Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, karena itu Rasulullah s.a.w menamakan al Ismul A’zham yaitu Nama Teragung dari Allah s.w.t.
Diriwayatkan oleh Imam Abdur Rahman bin Abu Hatim, berasal dari Ibnu Abbas, bahwa Usman bin Affan bertanya kepada Rasullullah tentang kalimah basmalah, lalu Rasulullah s.a.w menjawab:”Ia adalah salah satu dari nama-nama Allah. Begitu dekatnya Bismillah ini dengan Nama Allah yang Teragung seperti dekatnya biji mata hitam dengan biji mata yang putih.”
Diriwayatkan
oleh Ibnu Marduwaih yang berasal dari Abu Buraidah bahwa Rasulullah s.a.w
bersabda: ”Diturunkan kepadaku satu ayat yang tak pernah diturunkan kepada
salah seorang Nabi, selain Nabi Sulaiman bin Dawud dan saya sendiri, yaitu ayat
Bismillahir Rahmaanir Rahiim” Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan, sabda Rasulullah
s.a.w:
”Setiap pekerjaan (urusan) yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut: Bismillaahir Rahmaanir-Rahiim, maka pekerjaan (urusan) itu akan pincang”
”Setiap pekerjaan (urusan) yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut: Bismillaahir Rahmaanir-Rahiim, maka pekerjaan (urusan) itu akan pincang”
Ibnu Abbas r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala
berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan
rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman: Rezekimu adalah makanan yang
tidak disebut nama-Ku padanya.
(Al Hadits
Riwayat Abussyekh; 272-259)
Berdasarkan
Hadits Qudsi di atas ini, jika kita Makan dan Minum,tetapi tidak dibacakan
Basmallah maka yang diberi Makan dan Minum oleh diri kita bukanlah untuk kepentingan
jasmani diri kita sendiri, melainkan untuk Syaitan. Ini berarti kita yang Makan
dan Minum tetapi yang diberi Rezeki adalah musuh utama dan terutama umat
manusia, yaitu Syaitan. Selain daripada itu, dengan kita membaca Basmallah saat
kita mengkonsumsi, katakana air atau makanan
untuk kebutuhan dan kepentingan jasmani diri kita, berarti kita sudah
menyampaikan atas nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada
air atau kepada makanan untuk melepaskan dengan ridha (tanpa keterpaksaan) atas
apa-apa yang terkandung di dalam makanan atau minuman yang kita konsumsi
tersebut sehingga menjadi sebuah kebaikan bagi jasmani diri kita.
MEMBUKA TABIR SURAT AL FATEHAH
Dengan
Menyebut nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
|
Visi/
Tujuan Hidup
|
Segala
Puji bagi ALLAH, RAB (pencipta/pemelihara/ pemilik) alam semesta.
|
Dari
Mana & Mau Kemana
|
Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang
|
Wawasan
Yang Luas
|
Yang
Menguasai di Hari Pembalasan
|
Arah
Hidup & Tujuan Akhir
|
Hanya
Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan
|
Misi/Tugas
Hidup untuk apa
|
Tunjukilah
kami jalan yang lurus
|
Strategi/Pedoman
Hidup
|
Yaitu
Jalan orang-orang yang telah Engkau Beri Nikmat kepada mereka bukan jalan
mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat
|
Action
Plan/Cara Hidup
-Teladan
-Mengelola
Resiko
|
HAKEKAT
DASAR SURAT AL FATEHAH
VISI
TUJUAN
HIDUP
(1:
1 – 4)
|
ALLAH
SWT memperkenalkan Diri-Nya dengan Af’al –Nya yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kita Bersyukur karena Rab (Tuhan) menyediakan kenikmatan segala
fasilitas hidup dengan menciptakan alam semesta dan manusia. Alam Semesta
bukti kebesaran ALLAH SWT, segala puja dan puji bagi Allah.
Allah
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang menunjukkan bahwa di hari akhir ada
Hari Pembalasan, dimana segala amal perbuatan manusia harus
dipertanggungjawabkan dihadapan pengadilan Allah SWT
Manusia,
hamba ciptaan Allah dan akan kembali kepada Allah SWT
Tujuan
Hidup: Kembali kepada Allah dengan mendapat rahmat dan ridha Allah,
kebahagiaan di dunia dan di akhirat Syurga dengan keluarga.
|
MISI
(1:5)
|
Tugas
Hidup/Untuk Apa: Menyadari diri sebagai hamba untuk beribadah dan selalu
memohon pertolongan kepada Allah SWT.
|
STRATEGI
(1:6)
|
Pedoman
Hidup: Meniti Jalan Yang lurus yaitu Islam, beribadah dengan
mengamalkan/berpedoman kepada Al-Qur’an.
|
ACTION
PLAN/
CARA
HIDUP
(1:7)
|
Beriman
dan Beramal Shaleh mengikuti (sunnah Rasul), meneladani orang yang telah
diberi nikmat yaitu Nabi (sebagai teladan/contoh terbaik), para sidiqqin, para
mujahid dan orang-orang yang shaleh.
Mengelola
resiko, tidak berbuat kerusakan dan selalu menjaga diri supaya tidak dimurkai
Allah SWT dan tidak tersesat.
|
ARTI
DAN MAKNA YANG TERKANDUNG DARI ISI
SURAT
AL FATEHAH
Ayat
Pertama
al-Hamdu
lillahi Rabbil 'alamin
Artinya: Segala
puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam
Alhamdulillah
Ucapan atau kalimat yang menunjukkan
rasa syukur terimakasih, kasih sayang, cinta, hormat, khidmat, lega dan bangga
terhadap Allah SWT. . Dari segala macam bentuk susunan kalimah yang berisi
pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah, Allah memilih satu yang
paling Allah senangi, nyaitu Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin.
Sabda Rasulullah s.a.w:
” Zikir paling
utama ialah kalimah laa Ilaaha Illallaah, dan doa paling utama ialah kalimah
Alhamdulillaahi” Kalimah hamdalah berarti berdoa. Syaratnya ialah agar hati
setiap orang yang menyebutnya harus ingat dan yakin bahwa Allah akan
mengabulkan dan mendengarkannya.
Diriwayatkan oleh Imam al Qurthuby di dalam tafsiran dan di dalam kitab Nawadirul Ushul, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: ”Sekiranya dunia dan seluruh harta kekayaan yang berada di atasnya diserahkan ke tangan seorang dari umatku, lalu orang itu berkata: ”Alhamdulillah”, sungguh ucapan ”Alhamdulillah” itu lebih berharga dari seluruh harta kekayaan itu.”
Diriwayatkan oleh Imam al Qurthuby di dalam tafsiran dan di dalam kitab Nawadirul Ushul, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: ”Sekiranya dunia dan seluruh harta kekayaan yang berada di atasnya diserahkan ke tangan seorang dari umatku, lalu orang itu berkata: ”Alhamdulillah”, sungguh ucapan ”Alhamdulillah” itu lebih berharga dari seluruh harta kekayaan itu.”
Rabbil’Aalamiin
Jadi seluruh kejadian dibumi ini, disamping
diambil manfaatnya untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti dan tanda tentang
wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk pendorong agar kita selamanya hidup
di dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mentaati segala perintah
Allah.
”Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di atas samudera membawa apa-apa yang berguna bagi manusia dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi hiduplah bumi yang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segala macam binatang, berhembusnya angin dan awan antara langit dan bumi, semua itu adalah menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir) .”
(Surat Al
Baqarah (2) ayat 164).
Al’aalamiin
(Alam Semesta) (Luasnya Alam Semesta), Lalu bagaimana dengan luasnya Alam
Akhirat?
Berdasarkan
keterangan surat Al Ma’arij (70) ayat 4 di bawah ini, luasnya alam semesta
seluas 50.000 (lima puluh ribu) tahun perjalanan cahaya. Dimana perjalanan
cahaya pertahunnya sekitar 9 trilyun 460 milyar 530 juta kilometer. Sekarang
hitung sendirilah luasnya alam semesta itu?
Para Malaikat
dam Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan
dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.
(surat Al
Ma’arij (70) ayat 4)
Sehebat apapun
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai umat manusia saat ini, namun
masih sedikit sekali dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta raya.
”Dan tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit.”
(Surat Al Isra Ayat
85).
”Katakanlah (hai Muhammad), bahwa sesungguhnya pengetahuan (yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya pemberi peringatan yang nyata.”
(Surat al Mulk
Ayat 26)
Begitu sedikit
pengetahuan manusia tentang alam semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan
manusia tentang akhirat. Nabi Muhammad s.a.w. berkata kepada salah seorang
sahabat:”Bila engkau masukkan sebelah tanganmu ke dalam laut, lalu engkau
angkatlah tangan itu kembali, maka air yang melekat pada tangan itulah
pengetahuan dunia, dan air laut yang tertinggal di samudera ialah pengetahuan
tentang akhirat”. Sekarang lihatlah keindahan dan luasnya alam semesta ini, terlebih keindahannya di malam yang terang dan
cerah. Kekaguman kita terhadap kehebatan
dan kebesaran alam semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan
dan kebesaran Allah yang menciptakan itu semua, yang menunjukkan kehebatan dan
kemahaan-Nya.
”Sekiranya laut
dijadikan tinta untuk menuliskan kalimah-kalimah Allah, sungguh akan keringlah
lautan sebelum habis kalimah-kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu
lagi.”
(surat Al Kahfi
ayat 109)
1. Ayat ini menunjukkan bahwa yang berhak
mendapatkan segala bentuk pujian hanyalah Allah ta'ala karena Dia lah
yang memiliki segala kebaikan yang sempurna dan berbuat ihsan/kebaikan secara
menyeluruh.
2. Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma mengatakan, “al-Hamdu
lillah adalah ucapan setiap orang yang bersyukur.”Abu Nashr al-Jauhari
mengatakan, “al-Hamdu/pujian adalah lawan dari celaan.”
3. Ucapan al-Hamdu lillah adalah
doa yang paling utama. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu'anhu,
Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seutama-utama
dzikir adalah laa ilaha illallah, sedangkan seutama-utama doa adalah al-Hamdu
lillah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab ad-Da'awat [3383], dinyatakan
hasan oleh Syaikh al-Albani.
4. Allah memuji diri-Nya sendiri, yang di
dalamnya tersirat perintah kepada hamba-hamba-Nya untuk memuji-Nya)
5. Penetapan pujian kepada Allah dari
segala sisi atas kesempurnaan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.
6. Ayat ini menunjukkan bahwa keberadaan
makhluk-makhluk adalah bukti keberadaan Allah Dzat yang telah menciptakannya.
7.
Ayat ini juga mengandung bantahan bagi
kaum Jahiliyah yang menolak sifat-sifat Allah.
8. Ayat ini juga mengandung bantahan bagi
kaum Jahiliyah yang beranggapan bahwa Allah memaksa hamba-hamba-Nya dan tidak
memberikan pilihan sama sekali bagi mereka di dalam hidupnya.
9. Penetapan bahwasanya hanya Allah ta'ala yang
berhak mendapatkan pujian yang sempurna karena imbuhan al dalam
kata al-Hamdu menunjukkan makna mencakup keseluruhan bagiannya.
10. Pengenalan tentang sosok yang patut
untuk disembah; yaitu Allah subhanahu wa ta'ala melalui tiga nama
Allah yang itu menjadi poros asma'ul husna, yaitu Allah, ar-Rabb, dan
ar-Rahman.
11. Dalam segala kondisi Allah tetap berhak
mendapatkan pujian. Oleh sebab itu apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam merasakan sesuatu yang menyenangkan beliau maka beliau pun
berdzikir, 'Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush shalihaat' artinya: “Segala
puji bagi Allah yang dengan curahan nikmat-Nyalah maka segala kebaikan menjadi
sempurna”. Demikian juga apabila beliau menjumpai keadaan yang sebaliknya
(tidak menyenangkan) maka beliau berdzikir, 'Alhamdulillahi 'ala kulli
haal' artinya: “Segala puji bagi Allah dalam kondisi apapun” (lihat Tafsir
Juz 'Amma, hal. 9). Dari 'Aisyah radhiyallahu'anha, beliau menuturkan
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya apabila
melihat sesuatu yang membuat beliau senang maka beliau berkata, “Alhamdulillahilladzi
bini'matihi tatimmush shalihat.” Dan apabila melihat sesuatu yang kurang
beliau senangi maka beliau berkata, “Alhamdulillahi 'ala kulli haal.” (HR.
Thabrani dalam ad-Du'a[1769]
12. Yang dimaksud pujian -al-Hamdu- di sini
adalah sanjungan yang diiringi dengan rasa cinta dan pengagungan.
13. Allah senantiasa dipuji dikarenakan
kesempurnaan dzat-Nya, keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta keagungan
perbuatan-perbuatan-Nya. Selain itu Allah juga dipuji karena anugerah nikmat
yang dicurahkan oleh-Nya kepada seluruh makhluk-Nya.
14. Allah juga terpuji karena ketetapan
hukum-Nya, yaitu hukum kauni -hukum yang berlaku bagi semua
ciptaan-Nya di dalam dunia ini- demikian juga hukum syar'i -yang
berupa ketetapan hukum ilmiah dan amaliah bagimukallaf/orang yang dibebani
syari'at- begitu pula dalam hal hukum ukhrawi yang ditetapkan
oleh-Nya berupa balasan dan hukuman bagi hamba-Nya di alam akherat.
15. Pujian (al-Hamd) berbeda dengan syukur.
Karena pujian itu diberikan sebagai tanggapan atas sifat-sifatmuta'addiyah (yang
memiliki pengaruh terhadap objek) maupun sifat-sifat lazimah (yang
hanya melekat pada yang disifati, tidak mempengaruhi objek). Adapun syukur
diberikan sebagai tanggapan atas sifat-sifatmuta'addiyah semata. Selain
itu pujian diwujudkan melalui ucapan saja, sedangkan syukur diwujudkan dalam
bentuk keyakinan hati, ucapan, dan amal anggota badan.
16.
Iman terhadap nama-nama Allah dan
sifat-sifat-Nya.
17.
Penetapan tauhid asma' wa shifat.
18. Penetapan Allah sebagai satu-satunya
yang berhak untuk diibadahi. Hal ini dimungkinkan karena 2 alasan: Pertama,
karena kata Allah itu adalah nama khusus bagi-Nya yang disifati oleh Asma'ul
Husna yang lain sehingga dikedepankan. Atau yang kedua, karena orang-orang
yang didakwahi oleh para rasul adalah golongan orang-orang yang menolak keesaan
Allah dalam hal uluhiyah-Nya, artinya mereka membagi-bagi ibadah mereka tidak
hanya untuk Allah tapi juga untuk selain-Nya. Karena Allah satu-satunya
pemelihara seluruh alam semesta ini maka hanya Allah pula yang berhak untuk
diibadahi, tidak ada yang menerima ibadah selain Allah.
19. Penetapan tauhid rububiyah. Rububiyah
Allah mencakup semua makhluk. Ayat ini -al-Hamdu lillahi Rabbil 'alamin-
menunjukkan keesaan Allah dalam hal rububiyah-Nya. Rububiyah Allah itu mencakup tiga hal pokok,
yaitu: mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta . Tauhid
rububiyah merupakan landasan dan dalil untuk menundukkan orang-orang yang
menentang tauhid uluhiyah.
20.
Rabb adalah Dzat yang mentarbiyah
hamba-hamba-Nya. Dia lah yang menciptakan mereka dan kemudian menunjuki mereka
kepada kemasalahatan dirinya. Selain itu, Rabb juga bermakna yang menguasai dan
mengatur serta memperbaiki keadaan.
21.
Bantahan bagi kaum atheis yang
mengingkari adanya pengatur alam semesta ini.
22. Allah telah menanamkan fitrah di dalam
hati umat manusia untuk meyakini keberadaan Allah Yang menciptakan dan mengatur
alam semesta ini.
23.
Bantahan bagi paham wahdatul wujud -kesatuan
antara Allah dengan makhluk.
24. Penetapan tarbiyah Allah kepada
makhluk-Nya, baik yang bersifat umum -mencakup seluruh makhluk- maupun yang
bersifat khusus -yang diberikan hanya kepada wali-wali-Nya.
25. Penetapan nubuwwah (kenabian)
dan kebutuhan umat manusia terhadapnya. Karena tidak mungkin Allah
sebagai Rabbul 'alamin meninggalkan umat manusia dalam keadaan
sia-sia; tidak menunjukkan kepada mereka apa yang bermanfaat dan apa yang
membahayakan dirinya.
26. Penetapan keesaan Allah dalam hal
penciptaan alam semesta, pengaturan, dan pemberian nikmat, sekaligus
menunjukkan betapa besarnya kebutuhan seluruh makhluk kepada-Nya
27. Ayat ini mengandung pilar ibadah yang
sangat agung yaitu al-Mahabbah/rasa cinta. Karena Allah adalah al-Muhsin -yang
melimpahkan segala kebaikan- dan Dia juga al-Mun'im -yang mencurahkan
semua nikmat- maka sebagai konsekuensinya adalah hanya Allah yang layak
dicintai dengan puncak kecintaan yang tertinggi dan tidak boleh ditandingi
dengan kecintaan kepada apapun juga.
Ayat
Kedua
ar-Rahmanir
Rahim
Artinya: Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang merupakan cerminan dari wawasan yang luas dari Allah SWT
serta pedoman bagi diri kita untuk selalu berwawasan luas.
Ar
Rahmaan ar Rahiim
Ar Rahmaan
berarti Allah Pemegang Kunci Rahmat Dunia , Ar Rahiim berarti Allah Pemegang
Kunci Rahmat Akhirat. Menurut Hadits, Rasulullah s.a.w apabila berdoa paling
sering menyeru dengan seruan: Ya Rahmaan Ya Rahiim.
Rahmat Alam
Diterangkan oleh
banyak surah-surah dalam Al Quran, beberapanya antara lain:
Firman Allah:”Dan kami jadikan dari tiap-tiap sesuatu yang hidup, apakah kamu tetap tidak mau beriman?”
(surat al Anbiya ayat 30)
Firman Allah:”Dan kami jadikan dari tiap-tiap sesuatu yang hidup, apakah kamu tetap tidak mau beriman?”
(surat al Anbiya ayat 30)
”Engkau lihat
bumi itu kering tetapi apabila Kami turunkan atasnya air, lalu ia menjadi mekar
dan segar (lunak dan subur), dan dapat menumbuhkan bermacam-macam
tumbuh-tumbuhan yang menarik hati.”
(surat al Haj (22) ayat 5).
(surat al Haj (22) ayat 5).
Segala sesuatu
tentang alam yang luas ini, kita akan kagum memikirkan kebesaran dan
kebijaksanaan Allah yang menciptakan dan mengaturnya.
(surat al A’raf (7) ayat :53, surat al Mu’minun ayat 14).
(surat al A’raf (7) ayat :53, surat al Mu’minun ayat 14).
Rahmat Kesehatan Jasmani dan Rohani
Selain nikmat
alam semesta, rahmat Allah yang sangat bernilai adalah kesehatan jasmani dan
rohani. Sabda Rasulullah s.a.w:”Siapa yang sehat badannya, senang hatinya
(sehat rohaninya), dirumahnya ada makanan buat sehari, maka seakan-akan seluruh
dunia ini berada dalam genggamannya.”Mintalah kepada Allah akan keyakinan
(agama yang benar) dan kesehatan, karena sesungungnya tidak ada sesuatu sesudah
keyakinan yang lebih berharga daripada kesehatan”.
Rahmat Iman dan Islam.
Rahmat Iman dan Islam.
Rahmat terbesar
yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Sungguh beruntung sekali orang yang
telah menerima dan merasa memiliki nikmat Iman dan Islam itu di dadanya.
Sabda Rasulullah s.a.w: ”Beruntung orang yang telah meilhat akan Aku dan beriman dengan Aku, dan beruntung, beruntung, beruntung orang yang tidak melihat akan Aku tetapi beriman kepada Aku.” Dijelaskan pula dalam surat al Baqarah (2) ayat 132-136 dan 140, tentang hal ini.
Sabda Rasulullah s.a.w: ”Beruntung orang yang telah meilhat akan Aku dan beriman dengan Aku, dan beruntung, beruntung, beruntung orang yang tidak melihat akan Aku tetapi beriman kepada Aku.” Dijelaskan pula dalam surat al Baqarah (2) ayat 132-136 dan 140, tentang hal ini.
Rahmat Akhirat
Seluruh rahmat
dan nikmat yang dituangkan Allah di permukaan bumi ini adalah sebahagian kecil
dari rahmat Allah yang amat besar.”
Firman
Allah:”Katakanlah (hai Muhammad): Harta benda (kesenangan) dunia ini sedikit
dan akhirat itu lebih baik bagi orang yang taqwa, dimana mereka tidak akan
dianiaya (dirugikan) sekalipun sedikit.” (surat An Nisa (4) ayat 77)
Sabda Rasulullah
s.a.w: ”Sejelek-jelek kedudukan manusia pada sisi Allah di hari kiamat ialah
seorang yang mengorbankan akhiratnya untuk dunia lainnya”.
1. Penyebutan ar-Rahmanir Rahim setelah al-Hamdu
lillahi Rabbil 'alamin adalah dalam rangka mengiringi tarhib(peringatan
yang tersirat dari nama Rabb) dengan targhib (motivasi yang
terkandung dalam nama ar-Rahman dan ar-Rahim). Ayat ini -sebagai kelanjutan
dari ayat sebelumnya- menunjukkan bahwa rububiyah (kekuasaan dan
pengaturan) Allah dilandasi dengan sifat kasih sayang yang sangat luas,
bukan rububiyah yang dibangun di atas sifat suka menyiksa dan menghukum.
2. Penetapan sifat rahmat yang luas pada
diri Allah, baik rahmat yang meliputi semua makhluk maupun rahmat yang hanya
diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
3. Nama Allah ar-Rahman juga mengandung
makna suka memberikan kebaikan, bersifat dermawan, dan suka berbuat kebajikan.
4. Selain mengandung penetapan kenabian dan
kerasulan -sebagai konsekuensi rahmat Allah- maka nama ar-Rahman juga
mengandung faidah penetapan mengenai diturunkannya kitab-kitab sebagai
pembimbing perjalanan hidup umat manusia.. Konsekuensi dari sifat rahmat ini
adalah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk membimbing
manusia demi kebahagiaan hidup mereka. Perhatian Allah untuk itu jelas lebih
besar daripada sekedar perhatian Allah untuk menurunkan hujan, menumbuhkan
tanam-tanaman dan biji-bijian di atas muka bumi ini. Siraman air hujan
membuahkan kehidupan tubuh jasmani bagi manusia. Adapun wahyu yang dibawa oleh
para rasul dan terkandung di dalam kitab-kitab merupakan sebab hidupnya hati
mereka.
5. Berangkat dari faidah di atas, kita
dapat menarik kesimpulan bahwa orang yang ingin mendapatkan rahmat Allah yang
sempurna di dunia dan di akherat maka dia harus tunduk kepada syari'at Rasul
yang diutus kepadanya. Sehingga pada jaman sekarang ini -setelah diutusnya Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam- siapa saja yang ingin masuk surga
dia harus tunduk kepada ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
6. Mengimani sifat rahmat yang terkandung
pada nama ar-Rahman dan ar-Rahim serta tidak menyelewengkan maknanya
menjadi irodatul in'am/kehendak untuk memberikan nikmat sebagaimana yang
dilakukan oleh kaum ahli bid'ah.
7. Nama ar-Rahman bermakna Allah pemilik
rahmat yang maha luas mencakup seluruh makhluk di dunia dan bagi kaum beriman
di akherat. Adapun nama ar-Rahim bermakna Allah pemilik rahmat bagi kaum
beriman kelak pada hari kiamat.
8. Di dalam ayat ar-Rahmanir Rahim terkandung
salah satu pilar ubudiyah yaitu roja'/harapan. Dengan merenungkan ayat ini
seorang hamba akan senantiasa mengharapkan rahmat Allah subhanahu wa
ta'ala. Sebab apabila Allah itu adalah sosok yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, tentu saja kasih sayang-Nya adalah sangatlah diharapkan.
Ayat
Ketiga
Maaliki
Yaumid Diin
Artinya: Yang
Menguasai Pada Hari Pembalasan
Yang
Menguasai di Hari Pembalasan merupakan arah Hidup dan Tujuan akhir dari
perjalanan hidup manusia. Tidak akan ada satupun manusia yang bisa menghindar dari
Hari Pembalasan.
1. Penyebutan Allah sebagai raja yang
menguasai pada hari pembalasan tidaklah menafikan kekuasaan Allah di dunia,
karena di awal surat al-Fatihah Allah telah menegaskan bahwa diri-Nya adalah
Rabb seru sekalian alam; dan itu berlaku di dunia maupun di akherat. Penyebutan
Allah sebagai raja dan penguasa pada hari kiamat adalah karena pada hari itu
tidak ada lagi orang yang bisa mendakwakan kekuasaan, bahkan tak ada yang boleh
berbicara kecuali dengan izin dari-Nya.
2. Penetapan kekuasaan bagi Allah yang
mengandung konsekuensi memerintah dan melarang, memberikan pahala dan
menjatuhkan hukuman.
3.
Penetapan tauhid asma' wa shifat.
4.
Iman kepada hari akhir, kebangkitan
setelah kematian, hisab, dan pembalasan amal
5.
Penanaman rasa takut terhadap hari
kiamat dan khawatir akan hukuman Allah
6.
Adanya pembalasan amalan dengan penuh
keadilan
7. Adanya penegakan hujjah kepada umat
manusia dengan diturunkannya kitab-kitab dan diutusnya para rasul.
8. Pada hari kiamat nanti akan tampak
secara jelas bagi semua makhluk tentang kebesaran kekuasaan Allah,
kebijaksanaan dan keadilan-Nya sehingga tidak ada lagi sisa kekuasaan manusia
yang ketika di dunia pernah dimiliki oleh para raja dan penguasa. Pada saat itu
semua orang tunduk kepada kekuasaan-Nya.
9. Pada ayat pertama sampai ayat ketiga
dalam surat ini secara berurutan terkandung penetapan pokok-pokok ibadah yaitu
cinta (mahabbah), harapan (roja'), dan takut (khauf)
10. Ayat-ayat tersebut mengandung bantahan
bagi orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan modal rasa cinta semata
(seperti halnya kaum Sufi), rasa harap semata (seperti halnya kaum Murji'ah),
atau rasa takut semata (seperti halnya kaum Khawarij)
Ayat
Keempat
Iyyaka
Na'budu wa Iyyaka Nasta'in
Artinya: Hanya
Kepada-Mu Kami Beribadah dan Hanya Kepada-Mu Kami Meminta Pertolongan
INILAH
MISI DARI KEHIDUPAN YANG HARUS KITA JALANI SAAT KITA HIDUP DI DUNIA DENGAN
HANYA BERIBADAH ALLAH SWT dan HANYA MEMINTA KEPADA ALLAH SWT
1. Penetapan tauhid uluhiyah; yaitu
mengesakan Allah dalam beribadah serta mengikhlaskan agama (ketaatan)
semata-mata untuk Allah. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah ini merupakan pokok
terbesar di dalam ajaran Islam.
2. Maksud ayat ini adalah “Kami tidak
beribadah kecuali kepada-Mu, dan kami tidak bertawakal kecuali
kepada-Mu.” Pada kedua hal inilah berporos seluruh ajaran agama. Dua
kalimat inilah yang menjadi rahasia kemuliaan surat al-Fatihah dan intisari
ajaran al-Qur'an.
3. Ayat Iyyaka na'budu bermakna; “Kami
beribadah kepada-Mu dengan penuh rasa cinta, takut, dan harap”, sebab ibadah
tidak akan terealisasi dengan benar kecuali dengan ketiganya.
4. Ayat Iyyaka na'budu mengandung
bantahan bagi orang-orang musyrik; yang beribadah kepada selain Allah sebagai
sekutu bagi Allah.
5. Ayat Iyyaka na'budu wa iyyaka
nasta'in mengandung pemurnian ibadah semata-mata kepada Allah. Dalam
susunan ayat ini objeknya didahulukan (iyyaka). Padahal seharusnya ia terletak
di belakang. Dalam bahasa arab susunan semacam ini menunjukkan pembatasan dan
pengkhususan. Sehingga arti ayat ini adalah,“Kami tidak beribadah kecuali hanya
kepada-Mu. Dan kami tidak memohon pertolongan kecuali kepada-Mu.”
6. Kalimat Iyyaka na'budu berkaitan
erat dengan nama 'Allah' yang telah disebutkan di awal surat ini, sedangkan
kalimat Iyyaka nasta'in berkaitan erat dengan nama 'ar-Rabb' yang
juga telah disebutkan sebelumnya. Hal itu disebabkan Iyyaka na'budu mengandung
tauhid uluhiyah yang terkandung dalam nama Allah. Adapun Iyyaka nasta'in mengandung
tauhid rububiyah yang terkandung dalam nama ar-Rabb.
7. Ibadah memadukan dua perkara pokok;
puncak rasa cinta dengan puncak perendahan diri dan ketundukan Adapun isti'anah (memohon
pertolongan kepada Allah) memadukan dua hal pokok yang lain, yaitu: tsiqah/kepercayaan
kepada Allah dan bersandar kepada-Nya.
8. Penetapan adanya kenabian dan pengutusan
para rasul. Karena umat manusia tidak mungkin bisa mengenal tata-cara beribadah
secara terperinci kecuali dengan perantara penjelasan para rasul.
9. Penyebutan ibadah sebelum isti'anah (meminta
pertolongan) adalah dalam rangka menyebutkan sesuatu yang memiliki cakupan
lebih luas daripada yang lebih sempit. Karena isti'anah merupakan
bagian dari ibadah. Selain itu, hal ini juga dalam rangka mendahulukan hak
Allah ta'ala (ibadah) di atas hak hamba (isti'anah). Ibnul
Qayyim rahimahullah memaknakan bahwa didahulukannya ibadah sebelumisti'anah adalah
karena ibadah merupakan tujuan (ghoyah) sedangkan isti'anah adalah
sarananya. Oleh sebab itu tujuan lebih didahulukan penyebutannya sebelum sarana.
10.
Iyyaka na'budu merupakan bagian
milik Allah, sedangkan Iyyaka nasta'in merupakan jatah untuk hamba.
Karena hanya Allah yang berhak disembah maka ibadah itu semuanya menjadi
hak-Nya semata. Dan karena hamba itu penuh dengan kelemahan dan kekurangan maka
dia berhak -sekaligus wajib atasnya- untuk meminta pertolongan kepada
Allah ta'ala Rabb seluruh alam semesta. Allahu a'lam.
11. Penyebutan isti'anah secara
terpisah dari ibadah padahal ia merupakan bagian dari ibadah adalah dikarenakan
begitu besarnya kebutuhan seorang hamba terhadapnya. Sebab tanpa pertolongan
Allah dia tidak akan mampu untuk beribadah; apakah itu dalam melaksanakan
perintah ataupun meninggalkan larangan.
12. Tidaklah seorang menjadi hamba yang
sejati kecuali apabila dia mengikhlaskan ibadahnya semata-mata untuk Allah dan
berlepas diri dari peribadatan kepada segala sesembahan selain-Nya, meyakini
kebatilannya, membenci perbuatan tersebut beserta pelakunya, dan memusuhinya
karena Allah ta'ala.
13. Inilah hakikat ajaran Islam yang benar;
yaitu kepasrahan diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada Allah dengan
penuh kepatuhan, serta berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
14. Semestinya seorang hamba bertawakal
kepada Allah semata dalam menghadapi segala urusan agama maupun urusan dunianya.
15. Sebuah realita yang sangat menyedihkan
adalah banyak diantara kaum muslimin di masa kita sekarang ini yang telah
mengucapkan Iyyaka na'budu wa Iyyaka nasta'in, akan tetapi di sisi lain
mereka tidak memperhatikan kandungan maknanya sama sekali. Mereka tidak
memurnikan ibadahnya kepada Allah semata. Mereka juga beribadah kepada
selain-Nya. Seperti halnya orang-orang yang berdoa -padahal doa adalah intisari
ibadah, pen- kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, berdoa kepada
Husain, kepada Abdul Qadir Jailani, Badawi, dan lain sebagainya. Ini semua
termasuk perbuatan syirik akbar dan dosa yang tidak akan diampuni pelakunya
apabila dia mati dalam keadaan belum bertaubat darinya .
16. Kalimat Iyyaka na'budu mengandung
obat bagi penyakit riya' sedangkan kalimat Iyyaka nasta'inmengandung obat
bagi penyakit sombong/kibr.
17. Ayat ini juga mengandung bantahan yang
jelas bagi paham wahdatul wujud -kesatuan antara Allah dengan makhluk.
18. Dalam kalimat Iyyaka nasta'in terkandung
bantahan bagi kaum Qodariyah (penolak takdir). Mereka beranggapan bahwa segala
perbuatan hamba terjadi dengan kehendak dirinya sendiri tanpa ada campur tangan
kehendak Allah. Kalau memang demikian lantas apa gunanya memohon
pertolongan kepada-Nya?!
19. Ayat ini juga mengandung bantahan bagi
kaum Jabriyah yang beranggapan bahwa Allah memaksa hamba-hamba-Nya dan tidak
memberikan pilihan sama sekali bagi mereka di dalam hidupnya. Sebab kalau
seandainya hamba memang dipaksa dalam perbuatan-perbuatannya maka tidak
dibenarkan baginya untuk mengucapkan “Kami beribadah” atau “Kami
meminta pertolongan” .
20. Mewujudkan kandungan Iyyaka na'budu
wa Iyyaka nasta'in merupakan wasilah/sarana untuk bisa meraih
kebahagiaan yang abadi dan jalan keselamatan dari berbagai keburukan.
21. Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah
seorang hamba tidaklah dianggap benar tanpa pengingkaran terhadapthoghut/sesembahan
selain Allah.
22. Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang
yang menunaikan sholat akan tetapi dia juga berdoa kepada selain Allah bukanlah
seorang muslim, akan tetapi dia adalah musyrik.
23. Ayat ini mengandung makna laa ilaha
illallah yang mencakup penolakan segala sesembahan selain Allah (nafi dalam
kata-kata laa ilaha) dan penetapan Allah sebagai satu-satunya sesembahan
yang benar (itsbatdalam kata-kata illallah) (lihat Tafsir Surah
al-Fatihah, hal. 31)
24. Ayat ini dan juga ayat sesudahnya
menunjukkan bahwa ibadah tidak benar jika tidak memenuhi syarat ikhlas
dan mutaba'ah/mengikuti tuntunan.
25. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang
bertawakal kepada makhluk telah berbuat syirik dalam beribadah kepada Allah.
Ayat
Kelima
Ihdinash
Shirathal Mustaqim
Artinya: Tunjukilah
Kami Jalan Yang Lurus
INILAH
STRATEGI HIDUP DAN JUGA PEDOMAN HIDUP DENGAN SELALU MENINTI JALAN YANG LURUS YAITU
MELAKSANAKAN DIINUL ISLAM SECARA KAFFAH.
1. Doa ini -yaitu doa meminta hidayah-
merupakan doa yang paling mencakup berbagai kebaikan. Doa yang paling
bermanfaat bagi seorang hamba. Oleh sebab itulah setiap hamba wajib untuk
berdoa dengannya dalam setiap raka'at sholat yang dilakukannya; karena
sedemikian besar kebutuhan dirinya kepada hidayah -menuju dan di atas- jalan
yang lurus
2. Penetapan kerasulan. Karena hidayah
tidak akan mungkin tersampaikan kepada umat manusia kecuali melalui perantara
dakwah para rasul.
3. Besarnya kebutuhan hamba terhadap
hidayah. Dia senantiasa membutuhkannya baik untuk hal-hal yang terkait dengan
masa lalu, sekarang, maupun akan datang. Untuk masa lalu maka dia membutuhkan
hidayah untuk bisa bermuhasabah atas seluruh amalan yang pernah dilakukannya
dan kemudian bertaubat darinya jika itu adalah kesalahan dan bersyukur kepada
Allah apabila yang dia lakukan sudah benar. Adapun masa sekarang maka dia
membutuhkan hidayah untuk mengetahui apakah perbuatan yang sedang dilakukannya
benar ataukah tidak. Untuk masa depan maka dia membutuhkan hidayah agar bisa
berjalan di atas jalan yang benar dan tegar di atasnya.
4. Seorang hamba tidak akan bisa meraih
kebahagiaan yang sejati kecuali dengan meniti jalan yang lurus, dan menunjukkan
pula bahwa dia tidak akan bisa istiqomah di atasnya kecuali dengan hidayah dari
Rabbnya. Sebagaimana pula dia tidak akan bisa beribadah kepada-Nya tanpa
pertolongan dari-Nya.
5. Hidayah ada dua macam: Pertama; hidayah
berupa penunjukan, arahan, dan keterangan. Lawan dari hidayah ini adalah
kesesatan (dholal). Kedua; hidayah berupa taufik, ilham, dan keistiqomahan.
Lawan dari hidayah ini adalah penyimpangan (ghoyyu). Hidayah taufik adalah
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (yang artinya), “Sesungguhnya kamu
tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai.” (QS.
al-Qoshosh: 56). Adapun hidayah penunjukan adalah sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (yang artinya), “Sesungguhnya kamu benar-benar memberikan
hidayah menuju jalan yang lurus.” (QS. asy-Syura: 52).
6. Hidayah juga bisa dibagi menjadi hidayah
'menuju jalan' dan hidayah 'di atas jalan'. Hidayah menuju jalan adalah hidayah
untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan agama-agama yang lain. Adapun
hidayah di atas jalan adalah hidayah untuk bisa melaksanakan rincian-rincian
ajaran di dalam agama Islam.
7. Dalam memaknai jalan yang lurus ada
beberapa penafsiran. Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma mengatakan bahwa
yang dimaksud jalan lurus adalah Islam. Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu mengatakan
bahwa maksudnya adalah al-Qur'an. Bakr bin Abdullah al-Muzani berkata bahwa
maksudnya adalah jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Semua
penafsiran ini tidak bertentangan dan saling menjelaskan. Barangsiapa yang
istiqomah di atas jalan yang lurus yang bersifat maknawi ketika hidup di dunia
maka kelak di akherat dia akan selamat ketika meniti shirath yang
sebenarnya; yaitu jembatan yang dibentangkan di atas neraka.
8. Ayat ini mengandung bantahan bagi
seluruh kaum ahli bid'ah dan seluruh agama serta kelompok-kelompok yang
menyimpang dari kebenaran.
9. Jalan yang lurus ini mencakup pengenalan
terhadap kebenaran dan ketundukan kepadanya, setia mengikutinya,
mendahulukannya di atas segala kepentingan, membela dan mendakwahkannya, serta
melawan serangan musuh-musuhnya.
10. Dalam kalimat Ihdinash shirathal
mustaqim juga terkandung bantahan bagi kaum Qodariyah (penolak takdir).
Mereka beranggapan bahwa segala perbuatan hamba terjadi dengan kehendak dirinya
sendiri tanpa ada campur tangan kehendak Allah. Sementara di dalam ayat ini
kita diajari untuk memohon hidayah kepada-Nya. Hidayah yang kita minta tentu
saja bukan hanya ilmu akan tetapi juga hidayah taufik sehingga bisa beramal.
Kalaulah memang perbuatan hamba hanya tergantung kepada kehendak dirinya
sendiri -tanpa ada pengaruh dari kehendak Allah- lalu apa perlunya meminta
hidayah kepada-Nya?!
11.
Jalan yang lurus adalah jalan terdekat
untuk menggapai cita-cita. Sebagaimana halnya garis lurus adalah jarak terdekat
yang menghubungkan antara dua buah titik.
Ayat Keenam dan Ketujuh
Shirathalladzina
An'amta 'Alaihim,
Ghairil Maghdhubi 'Alaihim wa Ladhdhaalliin
Artinya: Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Engkau Beri Nikmat Kepada Mereka
Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Dimurkai dan Bukan Pula Orang-Orang Yang Sesat
Ghairil Maghdhubi 'Alaihim wa Ladhdhaalliin
Artinya: Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Engkau Beri Nikmat Kepada Mereka
Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Dimurkai dan Bukan Pula Orang-Orang Yang Sesat
Inilah
Cara Hidup di Dunia : Beriman dan Beramal Shaleh mengikuti (sunnah Rasul), Meneladani
Orang-Orang yang telah diberi nikmat, yaitu Nabi (sebagai teladan/contoh terbaik),
para siddiqin, mujahid dan orang shaleh; Mengelola Resiko dengan tidak berbuat kerusakan
dan menjaga diri supaya tidak dimurkai Allah dan tidak tersesat.
1. Jalan yang lurus ini adalah jalannya
orang-orang yang bertauhid. Merekalah orang-orang yang telah merealisasikan
kandungan ayat Iyyaka na'budu wa Iyyaka nasta'in di dalam hidupnya.
Adapun orang-orang musyrik adalah kaum yang dimurkai dan tersesat dari jalan
Allah.
2. Yang dimaksud 'orang-orang yang
diberikan nikmat' itu adalah para nabi, shiddiqin, syuhada', dan orang-orang
salih. Allah ta'alaberfirman (yang
artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul, maka mereka
itulah yang akan bersama dengan orang-orang yang diberikan kenikmatan oleh
Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada' dan orang-orang yang salih. Mereka
itulah sebaik-baik teman.” (QS. an-Nisaa': 69).
3. Zaid bin Aslam rahimahullah -guru
Imam Malik- menafsirkan, “Orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah itu
adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan 'Umar.”
Dengan demikian, ayat ini mengandung penetapan keabsahan Abu Bakar
ash-Shiddiq radhiyallahu'anhudalam memangku jabatan khalifah, sekaligus
bantahan bagi kaum Syi'ah yang mempertanyakan dan mencela kekhilafahan beliau.
Umar bin Khaththab radhiyallahu'anhupernah berkata, “Seandainya
ditimbang iman Abu Bakar dengan iman seluruh penduduk bumi, niscaya lebih berat
iman Abu Bakar.”
4.
Ayat ini menunjukkan bahwa hidayah
menuju jalan yang lurus adalah nikmat dan anugerah dari Allah ta'alakepada
hamba. Oleh sebab itu tidak semestinya seorang hamba merasa ujub dengan amal
dan ketaatan yang dimilikinya.
5. Yang dimaksud 'orang yang dimurkai'
adalah Yahudi, sedangkan 'orang yang tersesat' adalah Nasrani berdasarkan
hadits 'Adi bin Hatim yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa Yahudi dan Nasrani tidak berada di atas jalan yang lurus.
6. Ayat ini mengandung penetapan salah satu
sifat Allah yaitu al-Ghadhab (marah) sebagaimana kemarahan yang
sesuai dengan kemuliaan-Nya. Sehingga ia mengandung bantahan bagi orang yang
menyimpangkan makna Ghadhab menjadi Irodatul Intiqom/kehendak
untuk menghukum.
7. Ayat ini juga mengandung bantahan bagi
orang-orang yang menganut paham kebebasan beragama (Hurriyat al-Adyan) dan
berupaya untuk mempersatukan agama-agama yang ada.
8. Berdasarkan ayat ini manusia bisa dibagi
ke dalam tiga kelompok; [1] orang-orang yang mendapatkan nikmat; yaitu orang
yang mengetahui kebenaran dan tunduk kepadanya, [2] orang-orang yang mengetahui
kebenaran akan tetapi menolaknya; mereka itulah orang yang dimurkai, [3]
orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran; mereka inilah orang-orang yang
tersesat.
9. Ayat ini mengandung bantahan bagi kaum
Rafidhah/Syi'ah. Sebab para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam -yang dimusuhi mati-matian oleh kaum Syi'ah- merupakan orang-orang
yang paling mengetahui kebenaran dan paling tunduk kepadanya. Dan hal itu bisa
kita buktikan dengan melihat pengaruh nyata dakwah mereka yang sangat
mengagumkan dengan ditaklukkannya berbagai negeri dan ditundukkannya hati-hati
manusia untuk memeluk agama Allah ta'ala melalui perantara dakwah
mereka. Hal ini jelas bertolak belakang dengan Rafidhah; dimana pun mereka
berada mereka senantiasa memusuhi Islam dan membantu musuh-musuh Islam dalam
menghancurkan kaum muslimin. Maka siapakah gerangan diantara kedua kelompok ini
yang lebih pantas dan layak disebut berada di atas shirathal mustaqim?!
Oleh sebab itulah para ulama salaf menafsirkan shirathal mustaqim dengan
Abu Bakar, 'Umar dan para Sahabat Rasulullahshallallahu 'alaihi wa
sallam. Adapun Rafidhah; maka mereka adalah orang-orang yang paling sengit
permusuhan dan kebenciannya kepada Abu Bakar dan 'Umar radhiyallahu'anhuma.
10. Ayat ini mengandung peringatan kepada
umat Islam agar tidak ber-tasyabbuh (meniru-niru) kepada Yahudi dan
Nasrani.
11. Ayat ini juga mengandung peringatan
keras bagi para ulama kaum muslimin dan para ahli ibadah diantara mereka;
supaya tidak terjerumus ke dalam kemurkaan Allah -akibat tidak beramal dengan
ilmunya- dan selamat dari kesesatan -akibat beribadah tanpa landasan ilmu yang
benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar