2.
MAKSUD dan TUJUAN diturunkannya AL-QUR'AN oleh ALLAH SWT
ALLAH SWT berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 adalah INISIATOR yang
sekaligus PENCIPTA dari rencana besar kekhalifahan di muka bumi. Ini berarti keberadaan
KHALIFAH di muka bumi tidak terlepas dari kehendak dan kemampuan ALLAH SWT.
Untuk memudahkan KHALIFAH yang ada di muka bumi menjalankan tugas yang sesuai
dengan KEHENDAK ALLAH SWT, maka ALLAH SWT perlu menurunkan ALKITAB dan/atau
AL-QUR'AN agar antara ALLAH SWT selaku pencipta dengan manusia selalu ciptaan
terjadi hubungan timbal balik yang sesuai dengan kehendak pencipta. ALLAH SWT
menurunkan AL-QUR'AN bukanlah untuk kepentingan ALLAH SWT itu sendiri sebab
ALLAH SWT tidak membutuhkan ALKITAB dikarenakan
ALLAH SWT sudah MAHA. Jika ini adalah kondisi ALLAH SWT dengan KITABNYA
dapat dikatakan ALKITAB atau AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT adalah murni
untuk kepentingan manusia di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka
bumi. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa maksud dan tujuan dari
diturunkannya ALKITAB dan/atau AL-QUR'AN kepada manusia, yaitu:
A.
Petunjuk untuk Manusia
ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN bukanlah untuk
mencelakakan manusia dan/atau bukanlah untuk menjadikan manusia susah,
menderita apalagi membuat manusia sengsara. AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH
SWT dalam kerangka KEBAIKAN bagi
manusia. Timbul pertanyaan, kebaikan apakah yang ada di dalam AL-QUR'AN? Salah
satu kebaikan yang terdapat di dalam AL-QUR'AN yaitu adanya banyak PETUNJUK
dari ALLAH SWT kepada umat manusia. Adanya PETUNJUK yang ada di dalam AL-QUR'AN
maka :
1.
Manusia
dan/atau diri kita selalu berada di jalan keselamatan dan/atau ditunjukkan
untuk menuju jalan keselamatan.
2.
Manusia
dan/atau diri kita dikeluarkan dari jalan kegelapan atau kesesatan menuju jalan
yang terang atau jalan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.
3.
Manusia
dan/atau diri kita ditunjukkan jalan yang lurus dan/atau selalu berada di jalan
yang lurus.
dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah
(5) ayat 16)
Sekarang lihatlah dan perhatikanlah rambu lalu lintas yang telah dibuat
oleh Kepolisian, apakah keberadaan rambu lalu lintas itu ada karena adanya
Kepolisian ataukah karena adanya pengguna jalan? Rambu lalu lintas di buat
bukanlah karena adanya Kepolisian semata, akan tetapi Kepolisian membuat rambu
dikarenakan adanya pengguna jalan yang mempergunakan jalan secara bersama-sama.
Adanya kondisi seperti ini maka Kepolisian sebagai pihak yang bertanggung jawab
mengatur lalu lintas perlu menetapkan dan membuat rambu lalu lintas agar
terjadi ketertiban dan keselamatan di jalan raya. Sekarang siapakah yang
menjadikan rambu lalu lintas itu berlaku, apakah Kepolisian ataukah diri kita
sebagai pengguna jalan? Berlaku atau tidaknya rambu lalu lintas setelah dibuat
oleh Kepolisian sangat tergantung mau atau tidaknya diri kita sebagai pengguna
jalan untuk mentaati rambu lalu lintas tersebut. Jika semua pengguna jalan mau
mentaati maka terjadilah ketertiban di jalan raya.
Selanjutnya bagaimana dengan PETUNJUK ALLAH SWT yang telah ada di dalam
AL-QUR'AN, apakah kita akan memanfaatkannya ataukah akan mencampakkannya atau
hanya membiarkannya saja tersimpan di rak buku? Dalam permasalahan ini yang
jelas adalah ALLAH SWT tidak membutuhkan sama sekali Petunjuk yang ada di dalam
AL-QUR'AN, jika ini adalah keadaan ALLAH SWT, bagaimana dengan diri kita? Sikap
yang kita ambil dengan adanya petunjuk yang ada di dalam AL-QUR'AN akan mencerminkan keadaan diri
kita, yaitu apabila kita telah merasa cukup sehingga tidak membutuhkan lagi
AL-QUR'AN sebagai Petunjuk dari ALLAH SWT dapat dipastikan diri kita termasuk NAFS
FUJUR atau JIWA FUJUR. Demikian pula sebaliknya yaitu jika kita merasa sangat
membutuhkan AL-QUR'AN yang merupakan PETUNJUK dari ALLAH SWT maka diri kita
dapat dipastikan berada di dalam NAFS TAQWA atau JIWA TAQWA. Selanjutnya timbul
pertanyaan, samakah atau berbedakah antara Petunjuk ALLAH SWT yang ada di dalam
AL-QUR'AN dengan Petunjuk yang berasal langsung dari ALLAH SWT? Untuk menjawab
pertanyaan ini mari kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
ALLAH SWT
memiliki sifat KALAM dimana sifat KALAM tersebut bersifat BAQA; MUKHALAFAH LIL HAWADISH.
ALLAH SWT juga memiliki ASMA AL HAADII yang juga bersifat BAQA; MUKHALAFAH LIL
HAWADISH. Ini berarti baik sifat KALAM maupun ASMA AL HAADII yang dimiliki oleh
ALLAH SWT akan tetap utuh selamanya dan akan tetap ada pada ALLAH SWT walaupun
ke duanya telah dizhahirkan ke alam baik melalui ciptaan maupun melalui
AL-QUR'AN.
2.
Untuk
menunjukkan sifat KALAM yang dimiliki oleh ALLAH SWT maka ALLAH SWT
menzhahirkan sifat KALAM tersebut sehingga jadilah AL-QUR'AN sebagai kumpulan
dari KALAM ALLAH SWT. Demikian pula dengan ASMA AL HAADII yang dimiliki ALLAH
SWT maka ALLAH SWT menzhahirkan asma AL HAADII (MAHA PEMBERI PETUNJUK) yang
dimiliki-Nya tersebut dengan menjadikan AL-QUR'AN sebagai PETUNJUK bagi umat
manusia.
Adanya 2(dua) buah keterangan yang kami kemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa Petunjuk yang ada di
dalam AL-QUR'AN sangat berbeda dengan PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH
SWT. PETUNJUK yang ada di dalam AL-QUR'AN merupakan bentuk penzhahiran dari
SIFAT KALAM dan ASMA AL HAADII sedangkan SIFAT KALAM dan ASMA AL HAADII yang
masih dimiliki oleh ALLAH SWT masih tetap UTUH ada pada ALLAH SWT. Jika ini adalah keadaanya maka
kita harus dapat meletakkan dan menempatkan kondisi ini dengan sebenar-benarnya
yaitu dengan menjadikan PETUNJUK yang ada di dalam AL-QUR'AN untuk memperoleh
PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT. Jika kita hanya berpedoman dan
berpatokan kepada AL-QUR'AN semata berarti kita telah menempatkan AL-QUR'AN
lebih tinggi daripada ALLAH SWT.
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, yang manakah
yang sering kita dapatkan, apakah PETUNJUK yang berasal dari AL-QUR'AN ataukah
PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT? Kami berharap pembaca buku ini
adalah orang-orang yang telah dapat menjadikan AL-QUR'AN sebagai Penunjuk Jalan
untuk memperoleh dan mendapatkan PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT
melalui HATI RUHANI. Selanjutnya sudahkah kita merasakan dan/atau memperoleh
PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT melalui HATI RUHANI? Untuk
memperoleh dan merasakan PETUNJUK dari ALLAH SWT maka kita harus mempersiapkan
tempat diletakkannya petunjuk itu terlebih dahulu, dalam hal ini adalah HATI
RUHAN, barulah petunjuk dari ALLAH SWT akan kita dapatkan. Sepanjang HATI
RUHANI sebagai tempat diletakkannya PETUNJUK ALLAH SWT belum sesuai dengan
apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT maka petunjuk dari ALLAH SWT tidak akan
diberikan. Agar diri kita memperoleh PETUNJUK ALLAH SWT, penuhilah syarat yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT yaitu jadikan diri kita dan juga HATI RUHANI kita
masuk dalam kategori MUKMIN yaitu BERIMAN dan BERAMAL SHALEH.
Wahab bin Munabbih berkata, ALLAH ta'ala berfirman: Sesungguhnya
langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau
oleh hati seorang mukmin.
(HQR Ahmad dari Wahab
bin Munabbih, 272:32)
Hal yang harus kita mengerti adalah PETUNJUK yang berasal dari ALLAH SWT
bukanlah PETUNJUK yang dapat di kalkulasi dengan bilangan atau nilai tertentu.
PETUNJUK dari ALLAH SWT tidak dapat dinilai atau tidak dapat dikalkulasi ke dalam bentuk bilangan atau dalam bentuk
angka-angka sebab PETUNJUK dari ALLAH SWT dapat berupa :
1.
Diberikannya
FIRASAT yang baik melalui HATI RUHANI dan/atau dibukanya pintu ILHAM atau ide
dan pemikiran yang brilian tanpa di sangka-sangka melalui HATI RUHANI.
2.
Diberikannya
pemahaman dan kemantapan hati di dalam mempelajari DIINUL ISLAM termasuk
hal-hal lainnya.
3.
Diturunkannya
MAUNAH atau PERTOLONGAN di luar jangkauan kemampuan atau nalar manusia yang
digetarkan melalui HATI RUHANI.
Sekarang bagaimana dengan PETUNJUK yang berasal dari Syaitan? Untuk
memperoleh PETUNJUK dari Syaitan SANG LAKNATULLLAH syaratnya sangat mudah dan
murah, yaitu cukup dengan konsisten dari waktu ke waktu berada di luar KEHENDAK
ALLAH SWT dan/atau jadikan AHWA sebagai TUHAN pengganti selain ALLAH SWT
dan/atau jangan pernah terima DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dari ALLAH
SWT dan/atau jangan pernah laksanakan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN. Jika
kita mampu melaksanakan hal-hal yang kami sebutkan di atas secara konsisten
maka SYAITAN akan konsisten pula memberikan PETUNJUK kepada diri kita dari
waktu ke waktu.
B.
Rahmat ALLAH SWT untuk Manusia
Buku Manual yang dikeluarkan oleh Pabrikan berfungsi sebagai sarana bagi
Pabrikan untuk mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan produk yang
dihasilkannya. Hal ini dimungkinkan sebab Pabrikan adalah pihak yang paling
mengerti dan yang paling mengetahui
secara detail dari produk yang di dihasilkannya. Selain daripada itu Buku
Manual merupakan wujud tanggung jawab Pabrikan kepada Konsumen atas suatu
produk yang telah diproduksinya. Hal ini terlihat dari bagaimana Produsen
sangat berharap kepada Konsumen, jika ingin produk yang dibelinya awet dan
tahan lama maka lakukanlah hal-hal yang telah dikemukakan dalam Buku Manual.
Selanjutnya jika Produsen saja memberlakukan hal itu kepada konsumennya,
sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT kepada umat manusia? ALLAH SWT menurunkan
AL-QUR'AN kepada umat manusia bukanlah sekedar hanya sarana untuk
memperkenalkan Nama-Nya/Dzat-Nya, akan tetapi lebih dari itu semua. ALLAH SWT
menurunkan AL-QUR'AN kepada umat manusia merupakan wujud tanggung jawab ALLAH
SWT selaku PENCIPTA dan selaku PEMILIK dari langit dan bumi kepada umat manusia
dan/atau wujud kasih sayang ALLAH SWT kepada umat manusia yang telah
dijadikannya sebagai khalifah di muka bumi.
dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu,
tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu [1143],
sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
(surat Al Qashash
(28) ayat 86)
[1143] Maksudnya: Al Quranul
karim itu diturunkan bukanlah karena Nabi Muhammad s.a.w. mengharap agar
diturunkan, melainkan karena rahmat daripada Allah.
Jika ini adalah keadaan dari diturunkannya AL-QUR'AN
oleh ALLAH SWT ke muka bumi, berarti AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT bukanlah sesuatu yang sia-sia belaka
dan/atau AL-QUR'AN bukanlah sesuatu kemudharatan yang diturunkan oleh ALLAH SWT
ke muka bumi. AL-QUR'AN diturunkan kepada manusia merupakan RAHMAT dari ALLAH
SWT untuk kemaslahatan umat manusia dan/atau untuk mensukseskan manusia sebagai
KHALIFAH di muka bumi. Sekarang bagaimana jadinya jika sampai ALLAH SWT tidak
menurunkan AL-QUR'AN kepada umat
manusia? Yang jelas umat manusia tidak akan tahu dan tidak akan mengerti
hal-hal sebagai berikut:
1.
Tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi.
2.
Tentang DIINUL ISLAM
3.
Tentang RUKUN IMAN yang terdiri
dari tentang ALLAH SWT, tentang NABI dan RASUL, tentang ALKITAB, tentang
MALAIKAT, tentang KIAMAT, tentang QADA;QADAR dan TAQDIR.
4.
Tentang RUKUN ISLAM yang terdiri
dari KALIMAT SHAHADAT, SHALAT, ZAKAT, PUASA dan HAJI dan tentang IKHSAN.
Sekarang jika ini adalah salah satu maksud dan
tujuan dari AL-QUR'AN diturunkan ALLAH SWT kepada umat manusia, sudahkah kita
bersyukur kepada ALLAH SWT? SYUKUR kepada ALLAH SWT tidak cukup dengan
mengatakan terima kasih belaka. SYUKUR kepada ALLAH SWT atas diturunkannya
AL-QUR'AN tidak cukup AL-QUR'AN hanya sekedar di baca saja. Akan tetapi jika
kita harus dapat meletakkan dan menempatkan AL-QUR'AN yang diturunkan harus
sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT selaku pemilik dari kumpulan
WAHYU ALLAH SWT itu sendiri. Sebagai KHALIFAH yang tahu diri, sudahkah kita
menjadikan AL-QUR'AN yang diturunkan ALLAH SWT kita baca, kita pelajari, kita
pahami, kita imani, kita ajarkan dan kita jadikan AL-QUR'AN sebagai AKHLAK bagi
diri kita, seperti halnya AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW yaitu AL-QUR'AN? Semoga kita
mampu mengemban dan melaksanakan contoh dan suri teladan NABI MUHAMMAD SAW.
C. Peringatan dan Pelajaran
Kitab Suci AL-QUR'AN dapat dikatakan sebagai bagian dari mata rantai
kitab-kitab yang telah diturunkan oleh ALLAH SWT ke muka. Adanya kondisi ini
tentu AL-QUR'AN tidak terlepas dari perjalanan panjang dari KEKHALIFAHAN di
muka bumi termasuk di dalamnya perjalanan umat-umat terdahulu baik yang
mengakui tentang ajaran ALLAH SWT dan yang tidak mau mengakui ajaran ALLAH SWT.
Jika ini kondisi dari AL-QUR'AN yang diturunkan oleh ALLAH SWT maka sudah
sepantasnya ALLAH SWT selaku INISIATOR dan PENCIPTA serta PEMILIK dari
AL-QUR'AN menerangkan kembali tentang kejadian-kejadian baik yang baik maupun
yang buruk dari umat-umat terdahulu dan/atau peristiwa-peristiwa yang terjadi
di masa lampau agar manusia termasuk diri kita yang datang dikemudian hari
dapat mengambil pelajaran dan/atau mengambil hikmah dan/atau menjadi peringatan
bagi diri kita agar jangan mengulangi peristiwa-peristiwa yang tidak sesuai
dengan kehendak ALLAH SWT. ALLAH SWT mengemukakan kembali, atau menceritakan
kembali peristiwa-peristiwa masa lampau tentulah bukanlah sekedar CERITA BELAKA
atau untuk menakut-nakuti umat manusia yang datang di kemudian hari. ALLAH SWT
mengemukakan kembali hal ini karena ALLAH SWT sangat sayang kepada umat manusia
dan/atau sangat sayang kepada diri kita sehingga jangan sampai kita terjerumus
ke dalam lubang yang sama.
ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada
kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan
kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
beriman.
(surat Al A'raaf (7)
ayat 2)
dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya
dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang
yang beriman.
(surat Al Ankabuut
(29) ayat 51)
Jika kita mengacu kepada AL-QUR'AN sebagai bagian dari mata rantai
Kitab-Kitab ALLAH SWT yang telah diturunkan ke muka bumi, maka diri kitapun
tidak terlepas dari mata rantai dari keberadaan umat-umat yang terdahulu.
Adanya kondisi seperti ini maka sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas
di muka bumi, kita tidak dapat menghindar atau terhindar dari SEJARAH umat
manusia sebelum diri kita ada di muka bumi ini. Selanjutnya jika di dalam AL-QUR'AN ada cerita tentang:
1. Umat
NABI LUTH as, umat NABI NUH as, umat NABI MUSA as, atau cerita tentang FIR'AUN,
yang kesemuanya di azab oleh ALLAH SWT karena ke-ingkaran, sudahkah kita
mengambil pelajaran?
2. NABI
IBRAHIM as, yang tidak hangus di makan api, NABI YUNUS as, yang tetap hidup
walaupun berada di dalam perut ikan, NABI ISA as, yang dapat berbicara sejak
bayi, NABI MUSA as, yang mampu membelah lautan, sudah kita mengambil hikmah di
balik kejadian tersebut?
Jika kita termasuk orang yang telah tahu diri, maka dengan diceritakan
kembali oleh ALLAH SWT kejadian-kejadian yang terdahulu baik yang buruk maupun
yang sukses, sudah sepatutnya dan sepantasnya apa yang di wahyukan oleh ALLAH
SWT kita percayai, tanpa di bantah, serta kita harus bercermin dengan kejadian
tersebut agar diri kita tidak mengalami kejadian serupa dengan umat yang
terdahulu terutama umat yang telah di azab oleh ALLAH SWT sebab azab itu bukan
tidak mungkin dapat menimpa diri kita.
D.
OBAT dan PENYEMBUH
ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN kepada umat manusia bukanlah untuk
menyusahkan umat manusia, akan tetapi untuk memberikan ketenangan bagi umat
manusia. Hal ini dikarenakan ALLAH SWT sayang kepada umat manusia. Pernyataan
ini ada pada surat Thaahaa (20) ayat 2 di bawah ini yang menerangkan bahwa
AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT bukanlah untuk menyusahkan manusia dan/atau
membuat manusia atau diri kita menjadi susah oleh sebab adanya AL-QUR'AN.
Pernyataan di atas dipertegas lagi di dalam surat Yunus (10) ayat 57 di bawah
ini, dimana yang diturunkan oleh ALLAH SWT merupakan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada
di dalam dada manusia. Selanjutnya, sebagai KHALIFAH di muka bumi, pernahkah
anda di waktu merasa susah, sedih, stress, sakit atau depresi, putus asa,
kemudian anda melakukan thaharah dengan berwudhu lalu anda membaca AL-QUR'AN
dengan Tartil dan Tajwid yang baik dan benar, apa yan terjadi?
Apa yang anda rasakan baik di waktu membaca ataupun setelah membaca AL-QUR'AN?
Apakah ada perubahan dalam diri dan hati ruhani anda?
Kami tidak
menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu
menjadi susah;
(surat Thaahaa (20) ayat 2)
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(surat Yunus (10)
ayat 57)
Kami yakin apabila anda adalah orang yang beriman, maka dengan membaca
AL-QUR'AN dengan Tartil dan Tajwid yan baik dan benar maka yang akan terjadi
adalah timbul ketenangan di dalam Hati Ruhani serta pikiran akan menjadi
tenteram, rasa stress berkurang dan mungkin akan timbul ide-ide baru untuk
menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi. Hal yang harus anda ingat dalam
hal ini adalah bahwa yang memberikan ketenangan atau yang memberikan
penyembuhan atas penyakit yang ada di dalam dada manusia bukanlah AL-QUR'AN
yang anda baca akan tetapi ALLAH SWT lah yang memberikan itu semua khususnya kepada orang-orang yang
beriman dan yang mau mengimani bahwa AL-QUR'AN itu adalah kumpulan dari Wahyu
ALLAH SWT.Untuk itu jangan pernah berharap memperoleh pengobatan secara gratis
dari ALLAH SWT jika kita tidak pernah beriman kepada ALLAH SWT dan/atau kita
tidak pernah mau melaksanakan rukun iman yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.Selain dari 4(empat)
hal yang telah kami kemukakan di atas tentang maksud dan tujuan dari
diturunkannya AL-QUR'AN oleh ALLAH SWT ke muka bumi, masih terdapat beberapa
maksud dan tujuan lainnya dari diturunkannya AL-QUR'AN sebagai Buku Manual, yaitu:
1) Al-Qur'an adalah Pembeda Orang yang BERIMAN dengan ORANG KAFIR
dan/atau Pembeda yang HAQ dengan yang BATHIL dan/atau Pembeda antara yang Benar
dengan yang Salah.
Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al
Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali[1142]. Katakanlah:
"Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam
kesesatan yang nyata".
dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu,
tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu [1143],
sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari
(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan
serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu
Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan
(surat Al Qashash
(28) ayat 85-86-87)
[1142]
Yang dimaksud dengan tempat kembali di sini ialah kota Mekah. ini adalah suatu
janji dari Tuhan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. akan kembali ke Mekah sebagai orang
yang menang, dan ini sudah terjadi pada tahun kedelapan hijrah di waktu Nabi
menaklukkan Mekah. ini merupakan suatu mukjizat bagi Nabi.
[1143]
Maksudnya: Al Quranul karim itu diturunkan bukanlah karena Nabi Muhammad s.a.w.
mengharap agar diturunkan, melainkan karena rahmat daripada Allah.
sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan
Al Furqaan[182]. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah
akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan
(siksa).
(surat Ali Imran (3)
ayat 4)
[182]
Al Furqaan ialah kitab yang membedakan antara yang benar dan yang salah.
dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan
keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat
petunjuk.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 53)
2) Al-Qur'an adalah Kemuliaan yang berasal dari ALLAH SWT dan/atau
Al-Qur'an adalah penunjuk ke jalan yang lurus yang berasal dari ALLAH SWT untuk
kepentingan kekhalifahan di muka bumi.
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan
kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar
bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.
(surat Az Zukhruf
(43) ayat 43-44)
3) Al-Qur'an adalah Al hikmah
yang banyak mengandung pelajaran, ilmu maupun pengetahuan, yang pada gilirannya
akan memudahkan manusia saat menjadi khalifah di muka bumi.
Alif
laam raa[668]. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah.
(surat Yunus (10) ayat 1)
[668]
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat
Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan
sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada
Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang
menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama
surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk
menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang
tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran
diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka
cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
4) Al-Qur'an adalah untuk seluruh alam dan/atau untuk seluruh umat
manusia, termasuk untuk diri, anak dan keturunan kita.
Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.
dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran
setelah beberapa waktu lagi[1305].
(surat Shaad (38)
ayat 87-88)
[1305] Kebenaran
berita-berita Al Quran itu ada yang terlaksana di dunia dan ada pula yang
terlaksana di akhirat; yang terlaksana di dunia seperti kebenaran janji Allah
kepada orang-orang mukmin bahwa mereka akan menang dalam peperangan dengan kaum
musyrikin, dan yang terlaksana di akhirat seperti kebenaran janji Allah tentang
Balasan atau perhitungan yang akan dilakukan terhadap manusia.
5) Al-Qur'an itu adalah Mudah
dan/atau akan dimudahkan oleh ALLAH SWT jika kita mau mempelajarinya
atau jika kita mau menelaahnya atau jika kita mau mengamalkannya.
dan
Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang
yang mengambil pelajaran?
(surat Al Qamar (54) ayat 22)
Pembaca, kami berharap anda semua termasuk orang-orang yang telah mampu
mendudukkan, meletakkan, menempatkan AL-QUR'AN sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT sehingga diri kita akan selalu berada di dalam
Kehendak ALLAH SWT berdasarkan AL-QUR'AN
yang telah diturunkan-Nya untuk kesuksesan dan kemaslahatan kekhalifahan di
muka bumi.
3.
HUBUNGAN MANUSIA dengan AL-QUR'AN
ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN kepada umat manusia bukanlah untuk membuat
manusia menjadi susah; atau untuk membuat manusia menjadi gundah; atau untuk
membuat manusia menjadi tidak produktif dan/atau AL-QUR'AN tidak diturunkan ALLAH
SWT sebagai penghambat bagi aktivitas manusia di muka bumi. AL-QUR'AN merupakan
salah satu wujud Kasih Sayang ALLAH SWT kepada umat manusia agar manusia sukses
menjadi KHALIFAH di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Jika ini
adalah sebahagian dari maksud dan tujuan diturunkannya AL-QUR'AN dari sisi
ALLAH SWT, selanjutnya sebagai makhluk telah yang diciptakan oleh ALLAH SWT
secara terhormat, apakah akan kita sia-siakan AL-QUR'AN yang diturunkan ALLAH
SWT dan/atau apakah yang sebaiknya kita berbuat dengan AL-QUR'AN? Jika kita
termasuk orang yang telah TAHU DIRI maka sudah sepantasnya dan sepatutnya kita
melakukan hal-hal yang akan kami sebutkan di bawah ini kepada AL-QUR'AN, yaitu:
A. AL-QUR'AN harus di-imani secara
UTUH
AL-QUR'AN adalah KITAB SUCI yang berasal dari kumpulan KALAM atau WAHYU
ALLAH SWT dan/atau kumpulan WAHYU yang berasal dari INISIATOR, PENCIPTA dan
sekaligus PEMILIK dari langit dan bumi yang disampaikan melalui perantaraan
Malaikat Jibril as kepada NABI MUHAMMAD SAW. Jika ini adalah kondisi dasar dari
AL-QUR'AN maka AL-QUR'AN dapat dikatakan sebagai informasi yang berasal dari
INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi yang ditujukan kepada
manusia untuk kepentingan melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Jika saat ini
kita masih hidup di dunia berarti diri kita merupakan salah satu KHALIFAH yang
penerima AL-QUR'AN yang berasal dari ALLAH SWT. Selanjutnya sebagai penerima
AL-QUR'AN maka kita diperintahkan oleh ALLAH SWT melalui surat Al Baqarah (2)
ayat 91 untuk mengimani AL-QUR'AN.
Selanjutnya mengimani AL-QUR'AN yang seperti apakah yang dikehendaki oleh
ALLAH SWT? Sebagai makhluk yang telah diciptakan secara Terhormat, maka kita
harus mengimani AL-QUR'AN secara Utuh tanpa ada yang dipilah-pilah atau tanpa
ada yang dikurangi, atau tanpa ada yang ditambah, atau tanpa ada yang disesuaikan
dengan maksud dan tujuan tertentu baik untuk kepentingan diri pribadi maupun
untuk kelompok tertentu. Sekarang
setelah menerima AL-QUR'AN justru kita sebagai KHALIFAH di muka bumi malah
mengubah, malah menambah, atau malah bahkan mengurangi isi dan kandungan
AL-QUR'AN untuk kepentingan diri atau kelompok tertentu. Jika ini yang kita
lakukan berarti kita telah menantang dengan cara meremehkan ALLAH SWT selaku
Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari AL-QUR'AN itu sendiri.
dan apabila dikatakan kepada mereka:
"Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata:
"Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan
mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu
adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah:
"Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang
yang beriman?"
(surat
Al Baqarah (2) ayat 91)
Selanjutnya adakah sanksi kepada manusia yang tidak
mau mengimani AL-QUR'AN secara UTUH dan/atau adakah sanksi kepada orang yang
berani menambah, mengurangi, mengubah, atau memilah-milah AL-QUR'AN untuk
kepentingan diri atau kelompok tertentu? Sebuah gelar kehormatan sudah menanti
orang-orang yang berani tidak mengimani AL-QUR'AN secara UTUH yaitu GELAR KAFIR akan diberikan oleh ALLAH
SWT.
Sekarang bayangkan ALLAH SWT selaku INISIATOR,
PENCIPTA dan sekaligus PEMILIK dari alam semesta ini sampai tega memberikan
GELAR KAFIR kepada Khalifah-Nya sendiri
yang sejak awal telah ditempatkan sebagai makhluk yang TERHORMAT. Jika keadaan
ini sampai terjadi kepada diri kita berarti ada yang SANGAT-SANGAT SALAH di
dalam diri kita dan/atau ada perbuatan diri kita yang SANGAT-SANGAT DIBENCI
oleh ALLAH SWT yaitu kita telah membalas SUSU dengan AIR TUBA kepada ALLAH SWT
di muka bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT.
B. Harus diimani dan diyakini
bahwa AL-QUR'AN pasti hanya dari ALLAH SWT
AL-QUR'AN sebagai KALAM/WAHYU ALLAH SWT tentu apa-apa yang telah di
kalamkan atau yang telah di wahyukan tidak terlepas dari siapa yang telah
mengkalamkan atau yang telah mewahyukan. Jika sekarang AL-QUR'AN kita nyatakan
sebagai KALAM/WAHYU ALLAH SWT berarti AL-QUR'AN tidak dapat dilepaskan dari
apa-apa yang telah dikalamkan/diwahyukan oleh ALLAH SWT sehingga AL-QUR'AN
harus dapat mencerminkan pemilik kalam/pemilik wahyu itu sendiri. AL-QUR'AN
diturunkan oleh ALLAH SWT kepada NABI MUHAMAMD SAW sekitar tahun 600 masehi di
kota Makkah. Menurut sumber-sumber
informasi Islam, kota Makkah pada waktu itu merupakan suatu tempat yang paling
terbelakang, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan, dimana
kehidupan masyarakat pada waktu itu masih bersifat jahiliah. Lalu
ditengah suasana seperti itulah AL-QUR'AN diturunkan ke muka bumi secara
berangsur-angsur atau tidak secara sekaligus kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui
perantaraan Malaikat Jibril as.
Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang
Kami turunkan kepadamu, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab
sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab
itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.
dan sekali-kali janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang rugi.
(surat Yunus (10)
ayat 94-95)
Selanjutnya
lihatlah, perhatikanlah, persaksikanlah, isi dan kandungan AL-QUR'AN yang diturunkan
oleh ALLAH SWT kepada NABI MUHAMMAD SAW yang isinya sangat hebat, sangat maju,
sangat sempurna sehingga AL-QUR'AN mampu melebihi serta melampaui situasi dan
keadaan kota Makkah pada waktu itu. Dimana isi dan kandungan AL-QUR'AN mampu
dan dapat menceritakan, menerangkan, menjabarkan, melaksanakan, mencontohkan
suatu ajaran, membuat hal-hal sebagai
berikut seperti:
1) AL-QUR"AN adalah Kitab Suci dengan Tata Bahasa, Irama dan
Syair yang Sangat Indah ditambah irama sangat menakjubkan jika dibaca dengan tartil
dan tajwid yang baik dan benar. Dimana pada jaman itu tak satupun orang
yang mampu membuat kitab serupa walaupun telah di adakan perlombaan membuat
syair dan/atau tulisan untuk menandingi kitab suci tersebut.
2)
AL-QUR'AN mampu menceritakan,
menerangkan dan menjabarkan sejarah Nabi Isa a.s. yang berjarak 600 tahun, yang
mana Nabi Isa a.s. dilahirkan tanpa seorang ayah, Nabi Isa a.s. hanya mempunyai
seorang Ibu. Selanjutnya AL-QUR'AN dapat
pula menceritakan dengan jelas
sejarah Nabi Musa a.s. termasuk di dalamnya sejarah atau cerita tentang
FIR’AUN. Menurut sejarah, Fir’aun dimasa Nabi Musa a. s. ialah Raja Mesir yang bernama Menepthah
yang hidup tahun 1232 s/d 1224 sebelum masehi anak dari Raja Ramses.
Selain daripada itu AL-QUR'AN dapat pula menceritakan dengan jelas sejarah Nabi
Sulaiman a.s., Nabi Daud a.s., Nabi Nuh a.s., Nabi Idris a.s., Nabi Yusuf a.s.,
Nabi Yunus a.s, Nabi Ibrahim a.s. dan bahkan AL-QUR'AN dapat menceritakan asal
usul kejadian langit dan bumi serta sejarah Nabi Adam as,.
3) AL-QUR'AN
adalah Kitab Suci dengan jumlah ayat
sebanyak 6.666 yang di dalamnya terdapat 1.000 ayat menunjukkan perintah, 1.000
ayat menunjukkan larangan, 1.000 ayat menunjukkan ancaman, 1.000 ayat
menunjukkan janji, 1.000 ayat yang menjelaskan tentang proses kejadian pada
masa lampau dan masa akan datang, dan 1.000 ayat contoh-contoh atau
perumpamaan., Kemudian ada 500 ayat yang menerangkan tentang halal dan haram,
100 ayat nasikhmansukh, serta 66 ayat zikir, doa, tasbih, tahmid, dan
istighfar.
4) AL-QUR'AN
mampu serta dapat mengajarkan, menerangkan, menerapkan Ilmu Syariat dengan baik
dan benar, dimana ilmu syariat itu terdiri dari beberapa cabang ilmu
pengetahuan seperti ilmu tafsir, lmu hadist, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu
kalam dan lain-lain.
5) AL-QUR'AN
mampu serta dapat mengajarkan, menerangkan Al-Hikmah dan Filsafat dengan baik
dan benar, dimana ilmu Al hikmat dan filsafat
pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu ilmu manthiq, ilmu
alam, ilmu pasti dan ilmu ketuhanan.
a) Yang
termasuk ilmu alam itu ilmu kimia, ilmu kedokteran, farmasi, ilmu hewan dan
ilmu pertanian.
b) Yang
termasuk ilmu pasti ialah berhitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu mekanika, ilmu
falak dan geografi.
c) Yang
termasuk ilmu ketuhanan ialah metafiksika yaitu pembahasan mengenai pencipta,
jiwa, jin, malaikat dan sebagainya.
Jika demikian kondisi dasar dari AL-QUR'AN yang
diturunkan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia, mungkinkah AL-QUR'AN itu dibuat
oleh selain ALLAH SWT? Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat 2(dua)
buah tulisan yang kami ambil dari buku "Bahan Renungan Kalbu:penghantar
mencapai pencerahan jiwa" yang
disajikan oleh Ir Permadi Alibasyah, yaitu: "Seorang guru besar/ahli bedah
kenamaan dari Perancis, Prof Dr Maurice Bucaille, masuk Islam secara diam-diam.
Sebelumnya, ia membaca dalam Al-Qur'an, bahwa Fir'aun itu mati karena tenggelam
di laut (dengan shock yang berat) dan jasadnya oleh ALLAH SWT diselamatkan (
untuk lihat dan pelajari kembali surat
Yunus (10) ayat 92 yang kami kemukakan di bawah ini). Dicarinya mumi Fir'aun
itu; dan setelah ketemu, dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia
terheran-heran, karena sel-sel syaraf Fir'aun menunjukkan bahwa kematiannya
benar akibat tenggelam di laut dengan shock yang hebat.
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.
(surat Yunus (10)
ayat 92)
[704]
Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun
itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir
lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir,
Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.
Menemukan bukti ini, ia yakin kalau Al-Qur'an itu
wahyu ALLAH SWT. Prof Dr Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat-ayat
Al-Qur'an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia lantas masuk
Islam". "Lain lagi halnya yang di alami oleh Jacques Yves Costeau. Ia
adalah seorang ahli kelautan (oceanographer) dan ahli selam terkemuka dari
Perancis. Mr Costeau sepanjang hidupnya menyelam berbagai dasar samudra di
seantero dunia, dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut
untuk di tonton jutaan pemirsa di seluruh dunia melalui acara
"Discovery". Pada sautu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di
bawah laut, ia menemukan fenomena yang sangat ganjil, yaitu adanya air tawar di
tengah lautan yang tidak bercampur dengan air laut seolah-olah ada dinding atau
membran yang membatasi keduanya. Apa yang disaksikannya ini benar-benar kejutan
besar selama kariernya yang panjang di kelautan. Bagaimana mungkin hal ini
dapat terjadi? Pertanyaan ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu
seorang Profesor yang kebetulan Muslim. Profesor yang Muslim ini menyampaikan
kepadanya bahwa fenomena ganjil tersebut sebenarnya sudah di-informasikan oleh
Al-Qur'an empat belas abad yang lalu, yaitu pada surat Ar Rahmaan (55) ayat
19-20 dan Al-Furqaan(25) ayat 53 yang kami kemukakan di bawah ini.
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui
masing-masing
(surat
Ar Rahmaan (55) ayat 19-20)
Mendengar hal ini Mr Costeau terkejut, bagaimana
mungkin MUHAMMAD SAW yang hidup di abad ke enam, yaitu di suatu zaman dimana
pasti belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh di
kedalaman samudra mengetahui akan hal ini. Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa
Al-Qur'an mustahil buatan MUHAMMAD SAW, pastilah Al-Qur'an itu buatan Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi ini. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk menjadi seorang
Muslim".
dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
(surat
Al-Furqan (25) ayat 53)
Adanya dua buah bukti yang kami kemukakan di atas
ini, tentang kebesaran AL-QUR'AN yang terungkap setelah ribuan tahun kemudian,
menunjukkan bahwa AL-QUR'AN bukanlah produk atau buatan manusia, sebab manusia
pada tahun 600 Masehi belum memiliki kemampuan teknologi dan pengetahuan yang
sedemikian canggih. Demikian pula berlaku dengan hal-hal lainya yang melekat dan
terdapat di dalam AL-QUR'AN, seperti bahasa, syair, lirik, dan ilmu-ilmu
lainnya yang terdapat di dalam AL-QUR'AN. Berdasarkan kondisi ini, dapat
dikatakan bahwa hanya ALLAH SWTlah yang
mampu membuat AL-QUR'AN seperti yang kami kemukakan di atas. Sebagai KHALIFAH
yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, kita harus yakin dengan seyakin
yakinnya bahwa AL-QUR'AN itu hanya dari
ALLAH SWT semata.
C. Jangan dibantah sedikitpun
Hal yang berikutnya yang harus kita lakukan jika kita telah mengimani
AL-QUR'AN adalah jangan pernah sekalipun kita membantah, atau jangan pernah
sekalipun kita meragukan, atau bahkan jangan pernah sekalipun kita menduakan
isi dan kandungan AL-QUR'AN yang tidak lain adalah KALAM ALLAH SWT dan ILMU
ALLAH SWT. Jika sampai kita melakukan hal itu berarti kita telah membantah,
kita telah meragukan atau kita telah menduakan Wahyu yang disampaikan kepada
NABI MUHAMMAD SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril as yang berasal dari
INISIATOR, PENCIPTA yang sekaligus PEMILIK alam semesta ini.
Hai ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah[198] tentang hal Ibrahim,
Padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah
kamu tidak berpikir?
(surat Ali Imran (3)
ayat 65)
[198] Orang Yahudi dan Nasrani
masing-masing menganggap Ibrahim a.s. itu dari golongannya. lalu Allah
membantah mereka dengan alasan bahwa Ibrahim a.s. itu datang sebelum mereka.
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, tidak ada
jalan lain yang dapat kita tempuh jika kita ingin tetap selalu berada di dalam
KEHENDAK ALLAH SWT, jangan pernah
sekalipun kita meragukan, menduakan, membantah AL-QUR'AN yang diturunkan oleh
ALLAH SWT. Terkecuali jika kita memang telah berketetapan hati untuk menjadi
TETANGGA yang baik bagi JIN/IBLIS/SYAITAN di NERAKA JAHANNAM.
APAKAH KAMU TIDAK BERFIKIR? Inilah salah satu bentuk ungkapan atau
pernyataan ALLAH SWT yang terdapat dalam surat Ali Imran (3) ayat 65 di atas
ini, yang ditujukan kepada manusia atau orang-orang yang berani membantah,
meragukan, menduakan AL-QUR'AN. Jika hal ini terjadi pada diri kita berarti
kita secara sadar telah menghilangkan, telah meniadakan, telah membungkam
pemberian ALLAH SWT yang tidak terhingga nilainya berupa AMANAH 7, berupa
HUBBUL (terutama HUBBUL ISTITLAQ atau keinginan untuk tahu), HATI RUHANI
(terutama perasaan dan akal) menjadi tidak berguna lagi atau menjadi tidak
fitrah lagi. Selanjutnya apa yang terjadi pada diri kita? Diri kita masuk ke
dalam kelompok NAFS FUJUR atau JIWA FUJUR dan/atau kita telah menjadikan AHWA sebagai tuhan
pengganti ALLAH SWT berarti tempat
kembali kita adalah NERAKA JAHANNAM.
D. AL-QUR'AN jangan Dirubah,
jangan Ditambah, jangan Dikurangi, jangan Dipilah-pilah.
AL-QUR'AN
adalah kumpulan dari KALAM/WAHYU ALLAH
SWT yang disampaikan kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui perantaraan Malaikat
Jibril as. Ini berarti jika kita mengimani AL-QUR'AN sebagai bagian dari
pelaksanaan Rukun Iman, maka kita telah melaksanakan 4(empat) buah ketentuan
Rukun Imam secara sekaligus, yaitu:
1.
Kita telah melaksanakan Iman kepada
ALLAH SWT selaku NARASUMBER/INISIATOR dari AL-QUR'AN. ALLAH SWT selaku
NARASUMBER AL-QUR'AN tentu akan menyampaikan apa-apa yang mencerminkan
Kemahaan, Kebesaran, Kemuliaan
ALLAH SWT itu sendiri.
2.
Kita telah melaksanakan Iman kepada
Malaikat, dalam hal ini kepada MALAIKAT JIBRIL as, selaku penyampai KALAM/WAHYU
ALLAH SWT. Malaikat Jibril as, selaku Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu
tentu akan menyampaikan wahyu sesuai dengan aslinya, tanpa ada yang ditambah,
dikurangi, dipilah-pilah sebab Malaikat Jibril as, adalah Malaikat ALLAH SWT
yang memiliki predikat utama, yaitu mulia, agung serta Ruhul Qudus.
3.
Kita telah melaksanakan Iman kepada
Rasul, dalam hal ini kepada NABI MUHAMMAD SAW selaku penerima KALAM/WAHYU ALLAH SWT. Adapun kondisi dasar dari wahyu
ALLAH SWT yang diterima oleh NABI MUHAMMAD SAW dapat dipastikan menerima wahyu
dari ALLAH SWT yang sesuai dengan aslinya. Hal ini dimungkinkan karena Malaikat Jibril as, selaku penyampai wahyu
merupakan malaikat yang paling terhormat sehingga ia tidak akan mungkin
melanggar apa-apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT.
4.
Kita telah melaksanakan Iman kepada Kitab
ALLAH SWT, dalam hal ini kepada AL-QUR'AN itu sendiri yang merupakan kumpulan
dari KALAM/WAHYU ALLAH SWT.
Selanjutnya,
selain adanya 4(empat) kondisi yang telah kami kemukakan di atas ini, masih
terdapat satu hal lainnya yang tidak dapat dipisahkan dengan turunnya AL-QUR'AN
yaitu tentang kondisi dasar NABI MUHAMMAD SAW sebelum di angkat menjadi NABI
dan RASUL. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa kondisi dasar dari NABI
MUHAMMAD SAW sebelum diangkat menjadi NABI dan RASUL dan/atau kondisi dasar dari
MUHAMMAD bin ABDULLAH adalah sebagai berikut yaitu "MANUSIA BIASA, tidak
pernah belajar, tidak bisa membaca, tidak bisa menulis, ummi, yatim sejak
kecil,dihormati, terpercaya, jujur, miskin serta rajin. Adanya kondisi yang
seperti ini di dalam diri MUHAMMAD bin ABDULLAH sebelum menerima wahyu dari
ALLAH SWT bukanlah tanpa maksud dan tujuan.
ALLAH
SWT melakukan hal ini dalam rangka menjaga kemurnian, kesucian, AL-QUR'AN hanya berasal dari Wahyu ALLAH SWT
semata tanpa ada campur tangan dari apapun dan siapapun juga termasuk di
dalamnya tidak tercampur dengan pemikiran atau masukan yang berasal dari diri
NABI MUHAMMAD SAW.Adanya kondisi ini berarti ALLAH SWT sudah membuat suatu
skenario yang tidak memungkinkan atau yang tidak memperbolehkan NABI MUHAMMAD
SAW menambah, mengurangi isi dan kandungan AL-QUR'AN.
Maka Patutkah aku mencari hakim selain daripada
Allah, Padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan
terperinci? orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka
mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka
janganlah kamu sekali-kali Termasuk orang yang ragu-ragu.
telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran)
sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah
kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.
(surat
Al An'am (6) ayat 114-115)
Selanjutnya
jika NABI MUHAMMAD SAW tidak mempunyai kewenangan apapun terhadap KALAM ALLAH
SWT yang disampaikan kepadanya. Ini berarti NABI dan RASUL atau NABI MUHAMMAD
SAW hanyalah sebagai penyampai dan/atau penyambung lidah atas apa-apa yang
diwahyukan ALLAH SWT kepadanya tanpa ada perubahan sedikitpun oleh sebab apapun
juga. Jika hal terjadi berarti AL-QUR'AN yang ada pada saat ini sampai dengan
hari kiamat kelak adalah AL-QUR'AN yang suci dan murni yang berasal dari ALLAH
SWT semata.
Sekarang
jika ada orang atau kelompok tertentu yang berani merubah, menambah,
mengurangi, memilah-milah AL-QUR'AN untuk kepentingan diri atau kelompoknya,
apakah hal ini dibenarkan? Jika NABI MUHAMMAD SAW yang namanya sudah
disandingkan oleh ALLAH SWT di ARSY sebelum langit dan bumi diciptakan, tidak
diperkenankan untuk merubah, menambah, mengurangi, meniadakan, atau
menyesuaikan Al-Qur'an dengan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, bagaimana
dengan kita sebagai umat dari NABI
MUHAMMAD SAW? Seperti halnya konsumen yang tidak boleh merubah atau
mengurangi apa-apa yang telah tercantum di dalam buku manual, maka kita sebagai
umat dari NABI MUHAMMAD SAW juga tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan
melakukan itu semua walau dengan kondisi apapun juga.
Al-Qur'an
wajib diterima secara utuh, suci, murni,
fitrah hanya dari ALLAH SWT, tanpa ada perubahan sedikitpun dan Al-Qur'an wajib
diimani sebagai bagian dari Rukun Iman yang enam dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan Rukun Islam dan Ikhsan. Jika sampai ada orang yang melakukan
itu semua berarti orang tersebut atau kelompok tersebut telah menjadi TAMU yang
TIDAK TAHU DIRI kepada ALLAH SWT, yaitu sudahlah menumpang di langit dan di
bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT sekarang malah ALLAH SWT
sendiri yang dilawannya. Hasil akhir dari itu semua adalah NERAKA JAHANNAM
sudah siap menantikan kedatangan mereka semua.
E. Pelajari dan Amalkan
Kalam/Wahyu
pertama yang diturunkan atau disampaikan ALLAH SWT melalui perantaraan Malaikat
Jibril as, kepada NABI MUHAMMAD SAW adalah perintah Iqra atau perintah baca
atau perintah membaca. Iqra memang artinya baca atau membaca, akan tetapi
pengertian Iqra bukanlah hanya sebatas baca atau membaca saja. Iqra memiliki
makna yang lebih dari itu semua. Jika kita membaca, maka:
1. Membaca tidak akan ada manfaatnya
jika apa yang kita baca tidak bisa kita pahami atau tidak bisa kita mengerti
serta tidak memberikan pengaruh apapun kepada diri kita.
2. Membaca baru dapat dikatakan
memberikan manfaat jika apa yang kita baca dapat kita pahami lalu apa yang kita
pahami dapat memberikan manfaat kepada diri kita dan juga kepada orang lain.
Apakah
setelah melaksanakan perintah Iqra yang kami kemukakan di atas ini, maka kita
sudah dapat dikatakan melaksanakan
perintah Iqra sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Jika AL-QUR'AN merupakan
cerminan dari sebahagian kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT yang telah
ditunjukkan kepada makhluk-Nya, maka perintah Iqra pun harus pula mencerminkan
hal itu sehingga perintah Iqra yang terdapat di dalam AL-QUR'AN juga berarti
tidak sekedar perintah membaca semata.
ini adalah sebuah kitab yang
Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
(surat Shaad (38)
ayat 29)
Jika
kedua hal yang kami kemukakan di atas belum dapat mencerminkan kebesaran dan
kemahaan ALLAH SWT yang terdapat di dalam perintah Iqra, timbul pertanyaan
perbuatan-perbuatan apakah yang harus kita lakukan dengan telah diturunkannya
AL-QUR'AN kepada diri kita selain perintah Iqra? Hal yang harus di ingat adalah
perintah Iqra tidak akan bisa kita laksanakan tanpa adanya tulisan
dan/atau perintah Iqra tanpa ada sesuatu
yang tertulis akan menjadi sia-sia belaka. Adanya kondisi ini berarti BACA dan TULIS merupakan satu kesatuan
perintah ALLAH SWT yang tidak
terpisahkan. Jika sekarang Al-Qur'an
sudah tertulis, apakah cukup hanya di baca saja? Jawablah pertanyaan ini dengan
jujur, sebab itulah cerminan diri kita sendiri.
Selanjutnya
sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, sebagai KHALIFAH
yang telah memperoleh AL-QUR'AN dari ALLAH SWT apakah kita akan menyianyiakan
dengan begitu saja hikmah, pengajaran, karunia yang besar yang berasal dari ALLAH SWT yang terdapat di
dalam AL-QUR'AN sehingga kita hanya mau melakukan perintah Iqra semata tanpa
melakukan perbuatan lainnya yang lebih dari itu? Inilah yang harus kita lakukan
kepada AL-QUR'AN, yaitu:
1) Isi dan Kandungan AL-QUR'AN tidak sekedar untuk di
baca dan dipahami semata akan tetapi harus di amalkan untuk diri, anak dan
keturunan, keluarga serta masyarakat luas.
mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)?
Maka tidaklah kamu berpikir?
(surat Al Baqarah (2)
ayat 44)
ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada
kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan
kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
beriman.
ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya).
(surat Al A'raaf (7)
ayat 2-3)
[528] Maksudnya:
pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.
2) Isi dan Kandungan AL-QUR'AN juga harus didakwahkan
dan/atau disebarluaskan untuk kepentingan umat Islam itu sendiri maupun sebagai
sarana memperkenalkan dan menunjukkan ALLAH SWT dan DIINUL ISLAM kepada
masyarakat luas.
Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa
yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu
dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,
(surat
Al Baqarah (2) ayat 159)
dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan
menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
(surat An Nahl (16)
ayat 64)
3) Isi dan Kandungan AL-QUR'AN selain di baca dan
dimengerti juga harus ditegakkan dan disyiarkan dalam rangka menunjukkan
eksistensi DIINUL ISLAM di muka bumi.
dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu,
tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu [1143],
sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari
(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan
serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu
Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.
(surat Al Qashash
(28) ayat 86-87)
[1143]
Maksudnya: Al Quranul karim itu diturunkan bukanlah karena Nabi Muhammad s.a.w.
mengharap agar diturunkan, melainkan karena rahmat daripada Allah.
Selanjutnya, dalam posisi yang manakah diri kita memahami arti dan makna yang terkandung dalam AL-QUR'AN? Untuk itu
jangan sampai diri kita hanya mampu membaca AL-QUR'AN sebatas tahu apa yang
tertera di dalam AL-QUR'AN namun kita
tahu dan tidak mengerti maksud dan tujuan dari diturunkannya AL-QUR'AN kepada
umat manusia (hanya tahu yang tersurat saja, tanpa tahu apa yang tersirat dan
yang tersembunyi). Kemudian jangan pula setelah kita mampu membaca AL-QUR'AN
akan tetapi kita tidak pernah paham isi dan kandungan AL-QUR'AN sehingga kita
tidak pernah mendapatkan pelajaran apapun dari AL-QUR'AN. Jika ini yang terjadi
pada diri kita maka sia-sialah hidup yang sedang kita laksanakan sebab hal itu
belum sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT. Kami berharap kepada pembaca buku
ini, jangan pernah jadikan AL-QUR'AN sebatas pajangan lemari buku saja sehingga
kita malas membacanya atau bahkan tidak mampu membacanya sehingga apa-apa yang
terdapat di dalam AL-QUR'AN akan terpendam selamanya sampai kita meninggal
dunia.
F. Jangan Menyembunyikan, Jangan
Menutup-nutupi dan Jangan memperjualbelikan AL-QUR'AN
ALLAH SWT melalui surat Al Baqarah (2) ayat 174-175 di bawah ini
memberikan batasan-batasan yang tidak boleh kita lakukan dan/atau hal-hal yang
harus kita hindari dan/atau hal-hal yang dilarang keras oleh ALLAH SWT
sehubungan dengan telah diturunkannya AL-QUR'AN ke muka bumi, yaitu:
Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan
Allah, Yaitu Al kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka
itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan
api[109], dan Allah tidak akan berbicara[110] kepada mereka pada hari kiamat
dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang Amat pedih.
mereka Itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan
siksa dengan ampunan. Maka Alangkah beraninya mereka menentang api neraka!
(surat Al Baqarah (2)
ayat 174-175)
[109] Maksudnya ialah makanan
yang dimakannya yang berasal dari hasil Menyembunyikan ayat-ayat yang
diturunkan Allah, menyebabkan mereka masuk api neraka.
[110] Maksudnya: Allah tidak
berbicara kepada mereka dengan kasih sayang, tetapi berbicara dengan kata-kata
yang tidak menyenangkan.
1. Manusia
tanpa terkecuali termasuk diri kita
dilarang keras oleh ALLAH SWT untuk
menyembunyikan baik sebahagian ataupun secara keseluruhan ayat-ayat AL-QUR'AN
baik untuk kepentingan diri ataupun kelompok tertentu termasuk di dalamnya
berbuat kebohongan atau memanipulasi atau merekayasa sesuatu hal dengan
mempergunakan ayat-ayat AL-QUR'AN dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu
yang bertentangan dengan hukum-hukum
ALLAH SWT.
2. Manusia
tanpa terkecuali termasuk diri kita dilarang keras untuk menutup-nutupi
ayat-ayat AL-QUR'AN baik sebahagian ataupun secara keseluruhan baik untuk
kepentingan diri ataupun kelompok tertentu termasuk di dalamnya dilarang keras
mempermainkan ayat-ayat AL-QUR'AN untuk tujuan tertentu seperti untuk
kepentingan politik praktis tertentu, untuk kepentingan golongan tertentu dan
lain sebagainya.
3. Manusia
tanpa terkecuali termasuk diri kita dilarang keras untuk memperjualbelikan
dan/atau menjadikan ayat-ayat AL-QUR'AN sebagai sebuah komoditas atau alat
untuk sebuah provokasi tertentu sehingga diperjualbelikan dengan harga yang
murah.
Selain daripada itu diri kita juga dilarang keras oleh ALLAH SWT untuk
merubah, mengganti, mengurangi, meniadakan, memilah-milah ayat-ayat AL-QUR'AN
baik untuk kepentingan diri atau kelompok tertentu.
Selanjutnya adakah sanksi atau hadiah dan penghargaan yang akan diberikan ALLAH
SWT kepada orang-orang yang melakukan ke 3(tiga) hal yang dilarang keras oleh
ALLAH SWT? Inilah Hadiah dan Penghargaan yang akan ALLAH SWT berikan, yaitu:
1. Dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam
untuk menjadi tetangga, sahabat, teman seperjuangan yang baik bagi
JIN/IBLIS/SYAITAN.
2. ALLAH SWT tidak akan pernah
berbicara secara sopan atau ALLAH SWT tidak akan bersikap kasih sayang kepada
mereka pada waktu hari kiamat melainkan dengan kata-kata yang tidak
menyenangkan.
Sebagai
KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jika sampai kita berbuat
hal yang dilarang keras oleh ALLAH SWT berarti kita telah membalas air susu
dengan air tuba yaitu dengan menukar atau membeli petunjuk dengan kesesatan
serta menukar ampunan dengan siksa dan juga telah menukar SYURGA dengan NERAKA.
Pembaca, berikut ini akan kami
kemukakan buah atau hasil yang akan diberikan oleh ALLAH SWT kepada setiap
manusia, termasuk diri kita, jika mampu
melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT atas diturunkannya AL-QUR'AN kepada umat manusia,
yaitu:
1) Untuk mencari KEMENANGAN dan/atau untuk memperoleh
KEBERUNTUNGAN serta untuk memperoleh PETUNJUK langsung dari ALLAH SWT oleh sebab
adanya AL-QUR'AN.
orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan
Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 121)
[84] Maksudnya: tidak merobah dan
mentakwilkan Al kitab sekehendak hatinya.
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu
Al kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang
mendapat petunjuk Maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang
sesat Maka Sesungguhnya Dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri,
dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.
(Surat Az Zumar (39)
ayat 41)
2) Untuk menaikkan DERAJAT dan/atau mengembalikan diri
kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT
atau sesuai dengan fitrah ALLAH SWT yaitu menjadi umat yang terbaik yang
di antara makhluk ALLAH SWT yang lainnya atau menjadi Makhluk Terhormat.
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.
(surat
Ali Imran (3) ayat 110)
3) Supaya dilindungi oleh ALLAH SWT dan/atau
dipelihara, dijaga oleh ALLAH SWT sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di
muka bumi.
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430].
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
(surat Al Maaidah (5)
ayat 67)
[430] Maksudnya: tak seorangpun
yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.
Sesungguhnya
pelindungku ialahlah yang telah menurunkan Al kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang
yang saleh.
(surat Al A'raaf (7) ayat 196)
4) Jadi calon penghuni Syurga dan/atau akan mendapatkan
keberuntungan atau kemenangan dari ALLAH
SWT baik di dunia maupun di akhirat.
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi,
(surat Faathir (35)
ayat 29)
(bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya
mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan
pakaian mereka didalamnya adalah sutera.
(surat Faathir (35)
ayat 33)
5) Untuk mensucikan JIWA dari pengaruh AHWA maupun
akibat pengaruh SYAITAN dan/atau akibat dari dosa yang kita perbuat.
sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat Ali Imran (3)
ayat 164)
6) Agar Hidup di dunia subur MAKMUR, di akhirat kelak menjadi
penghuni Syurga untuk bertemu ALLAH SWT.
dan Sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan
Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya
mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka[428].
diantara mereka ada golongan yang pertengahan[429]. dan Alangkah buruknya apa
yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
(surat Al Maaidah (5)
ayat 66)
[428] Maksudnya: Allah akan melimpahkan
rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari
bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah.
[429]
Maksudnya: orang yang Berlaku jujur dan Lurus dan tidak menyimpang dari
kebenaran.
7) Mengokohkan Pendirian, Teguh dalam Pendirian, tidak
mudah dijerumuskan oleh AHWA dan SYAITAN.
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al
Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al
kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.
(surat
Asy Syuura (42) ayat 52)
8) Adanya AL-QUR'AN akan memudahkan diri kita di dalam
mempelajari Ilmu TAUHID dan/atau Ilmu mengenal
ALLAH SWT atau Ilmu untuk berhubungan dengan ALLAH SWT.
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?"
Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan Al
Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia aku memberi peringatan kepadamu
dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah Sesungguhnya
kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah:
"Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan
yang Maha Esa dan Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan (dengan Allah)".
(surat Al An'am (6)
ayat 19)
9) Bagi para AHLI KITAB dengan diturunkannya AL-QUR'AN
maka pendirian mereka akan dikokohkan oleh ALLAH SWT sehingga tidak mudah
goyah.
dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada
Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada
mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan
ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya Allah Amat cepat perhitungan-Nya.
(surat Ali Imran (3)
ayat 199)
Setelah mempelajari IMAN kepada ALKITAB sebagai
bagian dari RUKUN IMAN yang enam, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan
kepada pembaca buku ini, yaitu:
1.
masih
maukah kita hanya menjadikan Al-Qur'an sebagai penghuni rak buku atau penghuni
perpustakaan semata sehingga apa-apa yang terdapat di dalamnya tetap terkubur
selama hayat di kandung badan dan/atau
2.
KALAM/WAHYU
ALLAH SWT yang pertama adalah perintah membaca, selanjutnya apakah hanya cukup
di baca saja maka isi dan kandungan Al-Qur'an dapat kita peroleh dan/atau hanya
dengan membaca Al-Qur'an saja maka kita sudah sesuai dengan kehendak ALLAH SWT?
3.
USIA
dan UMUR tidaklah sama, untuk itu jika kita ingin panjang UMUR maka artikanlah
bahwa perintah IQRA itu adalah perintah ALLAH SWT untuk membaca dan menulis.
Sekarang sudahkah kita MENULIS seperti halnya BUKHARI, MUSLIM menulis kumpulan
HADITS sehingga ia memiliki UMUR sampai dengan hari kiamat?
Jawablah pertanyaan ini dengan jujur, sebab dengan
kejujuran ini akan dapat mencerminkan kualitas diri kita sendiri sehingga diri
kita berusaha untuk memperbaiki diri sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar