Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 02 September 2016

IMAN KEPADA KITAB - part 2 of 2




2. MAKSUD dan TUJUAN diturunkannya AL-QUR'AN oleh ALLAH SWT


ALLAH SWT berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 adalah INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dari rencana besar kekhalifahan di muka bumi. Ini berarti keberadaan KHALIFAH di muka bumi tidak terlepas dari kehendak dan kemampuan ALLAH SWT. Untuk memudahkan KHALIFAH yang ada di muka bumi menjalankan tugas yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT, maka ALLAH SWT perlu menurunkan ALKITAB dan/atau AL-QUR'AN agar antara ALLAH SWT selaku pencipta dengan manusia selalu ciptaan terjadi hubungan timbal balik yang sesuai dengan kehendak pencipta. ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN bukanlah untuk kepentingan ALLAH SWT itu sendiri sebab ALLAH SWT tidak membutuhkan ALKITAB dikarenakan  ALLAH SWT sudah MAHA. Jika ini adalah kondisi ALLAH SWT dengan KITABNYA dapat dikatakan ALKITAB atau AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT adalah murni untuk kepentingan manusia di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa maksud dan tujuan dari diturunkannya ALKITAB dan/atau AL-QUR'AN kepada manusia, yaitu:


A.     Petunjuk untuk Manusia

ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN bukanlah untuk mencelakakan manusia dan/atau bukanlah untuk menjadikan manusia susah, menderita apalagi membuat manusia sengsara.               AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT dalam kerangka KEBAIKAN  bagi manusia. Timbul pertanyaan, kebaikan apakah yang ada di dalam AL-QUR'AN? Salah satu kebaikan yang terdapat di dalam AL-QUR'AN yaitu adanya banyak PETUNJUK dari ALLAH SWT kepada umat manusia. Adanya PETUNJUK yang ada di dalam AL-QUR'AN maka :

1.      Manusia dan/atau diri kita selalu berada di jalan keselamatan dan/atau ditunjukkan untuk menuju jalan keselamatan.
2.      Manusia dan/atau diri kita dikeluarkan dari jalan kegelapan atau kesesatan menuju jalan yang terang atau jalan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.
3.      Manusia dan/atau diri kita ditunjukkan jalan yang lurus dan/atau selalu berada di jalan yang lurus.

dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 16)

Sekarang lihatlah dan perhatikanlah rambu lalu lintas yang telah dibuat oleh Kepolisian, apakah keberadaan rambu lalu lintas itu ada karena adanya Kepolisian ataukah karena adanya pengguna jalan? Rambu lalu lintas di buat bukanlah karena adanya Kepolisian semata, akan tetapi Kepolisian membuat rambu dikarenakan adanya pengguna jalan yang mempergunakan jalan secara bersama-sama. Adanya kondisi seperti ini maka Kepolisian sebagai pihak yang bertanggung jawab mengatur lalu lintas perlu menetapkan dan membuat rambu lalu lintas agar terjadi ketertiban dan keselamatan di jalan raya. Sekarang siapakah yang menjadikan rambu lalu lintas itu berlaku, apakah Kepolisian ataukah diri kita sebagai pengguna jalan? Berlaku atau tidaknya rambu lalu lintas setelah dibuat oleh Kepolisian sangat tergantung mau atau tidaknya diri kita sebagai pengguna jalan untuk mentaati rambu lalu lintas tersebut. Jika semua pengguna jalan mau mentaati maka terjadilah ketertiban di jalan raya.


Selanjutnya bagaimana dengan PETUNJUK ALLAH SWT yang telah ada di dalam AL-QUR'AN, apakah kita akan memanfaatkannya ataukah akan mencampakkannya atau hanya membiarkannya saja tersimpan di rak buku? Dalam permasalahan ini yang jelas adalah ALLAH SWT tidak membutuhkan sama sekali Petunjuk yang ada di dalam AL-QUR'AN, jika ini adalah keadaan ALLAH SWT, bagaimana dengan diri kita? Sikap yang kita ambil dengan adanya petunjuk yang ada di dalam  AL-QUR'AN akan mencerminkan keadaan diri kita, yaitu apabila kita telah merasa cukup sehingga tidak membutuhkan lagi AL-QUR'AN sebagai Petunjuk dari ALLAH SWT dapat dipastikan diri kita termasuk NAFS FUJUR atau JIWA FUJUR. Demikian pula sebaliknya yaitu jika kita merasa sangat membutuhkan AL-QUR'AN yang merupakan PETUNJUK dari ALLAH SWT maka diri kita dapat dipastikan berada di dalam NAFS TAQWA atau JIWA TAQWA. Selanjutnya timbul pertanyaan, samakah atau berbedakah antara Petunjuk ALLAH SWT yang ada di dalam AL-QUR'AN dengan Petunjuk yang berasal langsung dari ALLAH SWT? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:

1.      ALLAH SWT memiliki sifat KALAM dimana sifat KALAM tersebut bersifat BAQA; MUKHALAFAH LIL HAWADISH. ALLAH SWT juga memiliki ASMA AL HAADII yang juga bersifat BAQA; MUKHALAFAH LIL HAWADISH. Ini berarti baik sifat KALAM maupun ASMA AL HAADII yang dimiliki oleh ALLAH SWT akan tetap utuh selamanya dan akan tetap ada pada ALLAH SWT walaupun ke duanya telah dizhahirkan ke alam baik melalui ciptaan maupun melalui AL-QUR'AN.
  
2.      Untuk menunjukkan sifat KALAM yang dimiliki oleh ALLAH SWT maka ALLAH SWT menzhahirkan sifat KALAM tersebut sehingga jadilah AL-QUR'AN sebagai kumpulan dari KALAM ALLAH SWT. Demikian pula dengan ASMA AL HAADII yang dimiliki ALLAH SWT maka ALLAH SWT menzhahirkan asma AL HAADII (MAHA PEMBERI PETUNJUK) yang dimiliki-Nya tersebut dengan menjadikan AL-QUR'AN sebagai PETUNJUK bagi umat manusia.


Adanya 2(dua) buah keterangan yang kami kemukakan di atas, dapat dikatakan  bahwa Petunjuk yang ada di dalam AL-QUR'AN sangat berbeda dengan PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT. PETUNJUK yang ada di dalam AL-QUR'AN merupakan bentuk penzhahiran dari SIFAT KALAM dan ASMA AL HAADII sedangkan SIFAT KALAM dan ASMA AL HAADII yang masih dimiliki oleh ALLAH SWT masih tetap UTUH ada pada  ALLAH SWT. Jika ini adalah keadaanya maka kita harus dapat meletakkan dan menempatkan kondisi ini dengan sebenar-benarnya yaitu dengan menjadikan PETUNJUK yang ada di dalam AL-QUR'AN untuk memperoleh PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT. Jika kita hanya berpedoman dan berpatokan kepada AL-QUR'AN semata berarti kita telah menempatkan AL-QUR'AN lebih tinggi daripada ALLAH SWT. 

Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, yang manakah yang sering kita dapatkan, apakah PETUNJUK yang berasal dari AL-QUR'AN ataukah PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT? Kami berharap pembaca buku ini adalah orang-orang yang telah dapat menjadikan AL-QUR'AN sebagai Penunjuk Jalan untuk memperoleh dan mendapatkan PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT melalui HATI RUHANI. Selanjutnya sudahkah kita merasakan dan/atau memperoleh PETUNJUK yang berasal langsung dari ALLAH SWT melalui HATI RUHANI? Untuk memperoleh dan merasakan PETUNJUK dari ALLAH SWT maka kita harus mempersiapkan tempat diletakkannya petunjuk itu terlebih dahulu, dalam hal ini adalah HATI RUHAN, barulah petunjuk dari ALLAH SWT akan kita dapatkan. Sepanjang HATI RUHANI sebagai tempat diletakkannya PETUNJUK ALLAH SWT belum sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT maka petunjuk dari ALLAH SWT tidak akan diberikan. Agar diri kita memperoleh PETUNJUK ALLAH SWT, penuhilah syarat yang dikehendaki oleh ALLAH SWT yaitu jadikan diri kita dan juga HATI RUHANI kita masuk dalam kategori MUKMIN yaitu BERIMAN dan BERAMAL SHALEH.
     
Wahab bin Munabbih berkata, ALLAH ta'ala berfirman: Sesungguhnya langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau oleh hati seorang mukmin.
(HQR Ahmad dari Wahab bin Munabbih, 272:32)

Hal yang harus kita mengerti adalah PETUNJUK yang berasal dari ALLAH SWT bukanlah PETUNJUK yang dapat di kalkulasi dengan bilangan atau nilai tertentu. PETUNJUK dari ALLAH SWT tidak dapat dinilai atau tidak dapat dikalkulasi  ke dalam bentuk bilangan atau dalam bentuk angka-angka sebab PETUNJUK dari ALLAH SWT dapat berupa :

1.      Diberikannya FIRASAT yang baik melalui HATI RUHANI dan/atau dibukanya pintu ILHAM atau ide dan pemikiran yang brilian tanpa di sangka-sangka melalui HATI RUHANI.
2.      Diberikannya pemahaman dan kemantapan hati di dalam mempelajari DIINUL ISLAM termasuk hal-hal lainnya.
3.      Diturunkannya MAUNAH atau PERTOLONGAN di luar jangkauan kemampuan atau nalar manusia yang digetarkan melalui HATI RUHANI.

Sekarang bagaimana dengan PETUNJUK yang berasal dari Syaitan? Untuk memperoleh PETUNJUK dari Syaitan SANG LAKNATULLLAH syaratnya sangat mudah dan murah, yaitu cukup dengan konsisten dari waktu ke waktu berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau jadikan AHWA sebagai TUHAN pengganti selain ALLAH SWT dan/atau jangan pernah terima DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dari ALLAH SWT dan/atau jangan pernah laksanakan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN. Jika kita mampu melaksanakan hal-hal yang kami sebutkan di atas secara konsisten maka SYAITAN akan konsisten pula memberikan PETUNJUK kepada diri kita dari waktu ke waktu.  

B. Rahmat ALLAH SWT untuk Manusia

Buku Manual yang dikeluarkan oleh Pabrikan berfungsi sebagai sarana bagi Pabrikan untuk mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan produk yang dihasilkannya. Hal ini dimungkinkan sebab Pabrikan adalah pihak yang paling mengerti  dan yang paling mengetahui secara detail dari produk yang di dihasilkannya. Selain daripada itu Buku Manual merupakan wujud tanggung jawab Pabrikan kepada Konsumen atas suatu produk yang telah diproduksinya. Hal ini terlihat dari bagaimana Produsen sangat berharap kepada Konsumen, jika ingin produk yang dibelinya awet dan tahan lama maka lakukanlah hal-hal yang telah dikemukakan dalam Buku Manual.

Selanjutnya jika Produsen saja memberlakukan hal itu kepada konsumennya, sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT kepada umat manusia? ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN kepada umat manusia bukanlah sekedar hanya sarana untuk memperkenalkan Nama-Nya/Dzat-Nya, akan tetapi lebih dari itu semua. ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN kepada umat manusia merupakan wujud tanggung jawab ALLAH SWT selaku PENCIPTA dan selaku PEMILIK dari langit dan bumi kepada umat manusia dan/atau wujud kasih sayang ALLAH SWT kepada umat manusia yang telah dijadikannya sebagai khalifah di muka bumi.
  
dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu [1143], sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
(surat Al Qashash (28) ayat 86)

[1143] Maksudnya: Al Quranul karim itu diturunkan bukanlah karena Nabi Muhammad s.a.w. mengharap agar diturunkan, melainkan karena rahmat daripada Allah.

Jika ini adalah keadaan dari diturunkannya AL-QUR'AN oleh ALLAH SWT ke muka bumi, berarti AL-QUR'AN diturunkan oleh  ALLAH SWT bukanlah sesuatu yang sia-sia belaka dan/atau AL-QUR'AN bukanlah sesuatu kemudharatan yang diturunkan oleh ALLAH SWT ke muka bumi. AL-QUR'AN diturunkan kepada manusia merupakan RAHMAT dari ALLAH SWT untuk kemaslahatan umat manusia dan/atau untuk mensukseskan manusia sebagai KHALIFAH di muka bumi. Sekarang bagaimana jadinya jika sampai ALLAH SWT tidak menurunkan  AL-QUR'AN kepada umat manusia? Yang jelas umat manusia tidak akan tahu dan tidak akan mengerti hal-hal sebagai berikut:

1.      Tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi.
2.      Tentang DIINUL ISLAM
3.      Tentang RUKUN IMAN yang terdiri dari tentang ALLAH SWT, tentang NABI dan RASUL, tentang ALKITAB, tentang MALAIKAT, tentang KIAMAT, tentang QADA;QADAR dan TAQDIR.
4.      Tentang RUKUN ISLAM yang terdiri dari KALIMAT SHAHADAT, SHALAT, ZAKAT, PUASA dan HAJI dan tentang IKHSAN. 

Sekarang jika ini adalah salah satu maksud dan tujuan dari AL-QUR'AN diturunkan ALLAH SWT kepada umat manusia, sudahkah kita bersyukur kepada ALLAH SWT? SYUKUR kepada ALLAH SWT tidak cukup dengan mengatakan terima kasih belaka. SYUKUR kepada ALLAH SWT atas diturunkannya AL-QUR'AN tidak cukup AL-QUR'AN hanya sekedar di baca saja. Akan tetapi jika kita harus dapat meletakkan dan menempatkan AL-QUR'AN yang diturunkan harus sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT selaku pemilik dari kumpulan WAHYU ALLAH SWT itu sendiri. Sebagai KHALIFAH yang tahu diri, sudahkah kita menjadikan AL-QUR'AN yang diturunkan ALLAH SWT kita baca, kita pelajari, kita pahami, kita imani, kita ajarkan dan kita jadikan AL-QUR'AN sebagai AKHLAK bagi diri kita, seperti halnya AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW yaitu AL-QUR'AN? Semoga kita mampu mengemban dan melaksanakan contoh dan suri teladan NABI MUHAMMAD SAW.

C. Peringatan dan Pelajaran

Kitab Suci AL-QUR'AN dapat dikatakan sebagai bagian dari mata rantai kitab-kitab yang telah diturunkan oleh ALLAH SWT ke muka. Adanya kondisi ini tentu AL-QUR'AN tidak terlepas dari perjalanan panjang dari KEKHALIFAHAN di muka bumi termasuk di dalamnya perjalanan umat-umat terdahulu baik yang mengakui tentang ajaran ALLAH SWT dan yang tidak mau mengakui ajaran ALLAH SWT. Jika ini kondisi dari AL-QUR'AN yang diturunkan oleh ALLAH SWT maka sudah sepantasnya ALLAH SWT selaku INISIATOR dan PENCIPTA serta PEMILIK dari AL-QUR'AN menerangkan kembali tentang kejadian-kejadian baik yang baik maupun yang buruk dari umat-umat terdahulu dan/atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau agar manusia termasuk diri kita yang datang dikemudian hari dapat mengambil pelajaran dan/atau mengambil hikmah dan/atau menjadi peringatan bagi diri kita agar jangan mengulangi peristiwa-peristiwa yang tidak sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. ALLAH SWT mengemukakan kembali, atau menceritakan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau tentulah bukanlah sekedar CERITA BELAKA atau untuk menakut-nakuti umat manusia yang datang di kemudian hari. ALLAH SWT mengemukakan kembali hal ini karena ALLAH SWT sangat sayang kepada umat manusia dan/atau sangat sayang kepada diri kita sehingga jangan sampai kita terjerumus ke dalam lubang yang sama.

ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
(surat Al A'raaf (7) ayat 2)


dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 51)


Jika kita mengacu kepada AL-QUR'AN sebagai bagian dari mata rantai Kitab-Kitab ALLAH SWT yang telah diturunkan ke muka bumi, maka diri kitapun tidak terlepas dari mata rantai dari keberadaan umat-umat yang terdahulu. Adanya kondisi seperti ini maka sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, kita tidak dapat menghindar atau terhindar dari SEJARAH umat manusia sebelum diri kita ada di muka bumi ini. Selanjutnya jika di dalam         AL-QUR'AN ada cerita tentang:

1.      Umat NABI LUTH as, umat NABI NUH as, umat NABI MUSA as, atau cerita tentang FIR'AUN, yang kesemuanya di azab oleh ALLAH SWT karena ke-ingkaran, sudahkah kita mengambil pelajaran?

2.      NABI IBRAHIM as, yang tidak hangus di makan api, NABI YUNUS as, yang tetap hidup walaupun berada di dalam perut ikan, NABI ISA as, yang dapat berbicara sejak bayi, NABI MUSA as, yang mampu membelah lautan, sudah kita mengambil hikmah di balik kejadian tersebut?


Jika kita termasuk orang yang telah tahu diri, maka dengan diceritakan kembali oleh ALLAH SWT kejadian-kejadian yang terdahulu baik yang buruk maupun yang sukses, sudah sepatutnya dan sepantasnya apa yang di wahyukan oleh ALLAH SWT kita percayai, tanpa di bantah, serta kita harus bercermin dengan kejadian tersebut agar diri kita tidak mengalami kejadian serupa dengan umat yang terdahulu terutama umat yang telah di azab oleh ALLAH SWT sebab azab itu bukan tidak mungkin dapat menimpa diri kita.

D. OBAT dan PENYEMBUH                         

ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN kepada umat manusia bukanlah untuk menyusahkan umat manusia, akan tetapi untuk memberikan ketenangan bagi umat manusia. Hal ini dikarenakan ALLAH SWT sayang kepada umat manusia. Pernyataan ini ada pada surat Thaahaa (20) ayat 2 di bawah ini yang menerangkan bahwa AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT bukanlah untuk menyusahkan manusia dan/atau membuat manusia atau diri kita menjadi susah oleh sebab adanya AL-QUR'AN. Pernyataan di atas dipertegas lagi di dalam surat Yunus (10) ayat 57 di bawah ini, dimana yang diturunkan oleh ALLAH SWT merupakan  penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada di dalam dada manusia. Selanjutnya, sebagai KHALIFAH di muka bumi, pernahkah anda di waktu merasa susah, sedih, stress, sakit atau depresi, putus asa, kemudian anda melakukan thaharah dengan berwudhu lalu anda membaca AL-QUR'AN dengan Tartil dan Tajwid yang baik dan benar, apa yan terjadi? Apa yang anda rasakan baik di waktu membaca ataupun setelah membaca AL-QUR'AN? Apakah ada perubahan dalam diri dan hati ruhani anda?

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu  menjadi susah;
(surat Thaahaa (20) ayat 2)


Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(surat Yunus (10) ayat 57)

Kami yakin apabila anda adalah orang yang beriman, maka dengan membaca AL-QUR'AN dengan Tartil dan Tajwid yan baik dan benar maka yang akan terjadi adalah timbul ketenangan di dalam Hati Ruhani serta pikiran akan menjadi tenteram, rasa stress berkurang dan mungkin akan timbul ide-ide baru untuk menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi. Hal yang harus anda ingat dalam hal ini adalah bahwa yang memberikan ketenangan atau yang memberikan penyembuhan atas penyakit yang ada di dalam dada manusia bukanlah AL-QUR'AN yang anda baca akan tetapi ALLAH SWT lah yang memberikan  itu semua khususnya kepada orang-orang yang beriman dan yang mau mengimani bahwa AL-QUR'AN itu adalah kumpulan dari Wahyu ALLAH SWT.Untuk itu jangan pernah berharap memperoleh pengobatan secara gratis dari ALLAH SWT jika kita tidak pernah beriman kepada ALLAH SWT dan/atau kita tidak pernah mau melaksanakan rukun iman yang enam dalam satu kesatuan  yang tidak terpisahkan.Selain dari 4(empat) hal yang telah kami kemukakan di atas tentang maksud dan tujuan dari diturunkannya AL-QUR'AN oleh ALLAH SWT ke muka bumi, masih terdapat beberapa maksud dan tujuan lainnya dari diturunkannya AL-QUR'AN sebagai  Buku Manual, yaitu: 


1)   Al-Qur'an adalah Pembeda Orang yang BERIMAN dengan ORANG KAFIR dan/atau Pembeda yang HAQ dengan yang BATHIL dan/atau Pembeda antara yang Benar dengan yang Salah.

Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali[1142]. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata".
dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu [1143], sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan
(surat Al Qashash (28) ayat 85-86-87)

[1142] Yang dimaksud dengan tempat kembali di sini ialah kota Mekah. ini adalah suatu janji dari Tuhan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. akan kembali ke Mekah sebagai orang yang menang, dan ini sudah terjadi pada tahun kedelapan hijrah di waktu Nabi menaklukkan Mekah. ini merupakan suatu mukjizat bagi Nabi.
[1143] Maksudnya: Al Quranul karim itu diturunkan bukanlah karena Nabi Muhammad s.a.w. mengharap agar diturunkan, melainkan karena rahmat daripada Allah.

sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan[182]. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan (siksa).
(surat Ali Imran (3) ayat 4)

[182] Al Furqaan ialah kitab yang membedakan antara yang benar dan yang salah.
dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
(surat Al Baqarah (2) ayat 53)


2)   Al-Qur'an adalah Kemuliaan yang berasal dari ALLAH SWT dan/atau Al-Qur'an adalah penunjuk ke jalan yang lurus yang berasal dari ALLAH SWT untuk kepentingan kekhalifahan di muka bumi.

Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 43-44)


3)   Al-Qur'an adalah Al hikmah yang banyak mengandung pelajaran, ilmu maupun pengetahuan, yang pada gilirannya akan memudahkan manusia saat menjadi khalifah di muka bumi.

Alif laam raa[668]. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah.
(surat Yunus (10) ayat 1)

[668] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

4)   Al-Qur'an adalah untuk seluruh alam dan/atau untuk seluruh umat manusia, termasuk untuk diri, anak dan keturunan kita.

Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.
dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi[1305].
(surat Shaad (38) ayat 87-88)

[1305] Kebenaran berita-berita Al Quran itu ada yang terlaksana di dunia dan ada pula yang terlaksana di akhirat; yang terlaksana di dunia seperti kebenaran janji Allah kepada orang-orang mukmin bahwa mereka akan menang dalam peperangan dengan kaum musyrikin, dan yang terlaksana di akhirat seperti kebenaran janji Allah tentang Balasan atau perhitungan yang akan dilakukan terhadap manusia.


5)   Al-Qur'an itu adalah Mudah  dan/atau akan dimudahkan oleh ALLAH SWT jika kita mau mempelajarinya atau jika kita mau menelaahnya atau jika kita mau mengamalkannya.

dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?
(surat Al Qamar (54) ayat 22)

Pembaca, kami berharap anda semua termasuk orang-orang yang telah mampu mendudukkan, meletakkan, menempatkan AL-QUR'AN sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT sehingga diri kita akan selalu berada di dalam Kehendak ALLAH SWT berdasarkan  AL-QUR'AN yang telah diturunkan-Nya untuk kesuksesan dan kemaslahatan kekhalifahan di muka bumi.

3. HUBUNGAN MANUSIA dengan AL-QUR'AN

ALLAH SWT menurunkan AL-QUR'AN kepada umat manusia bukanlah untuk membuat manusia menjadi susah; atau untuk membuat manusia menjadi gundah; atau untuk membuat manusia menjadi tidak produktif dan/atau AL-QUR'AN tidak diturunkan ALLAH SWT sebagai penghambat bagi aktivitas manusia di muka bumi. AL-QUR'AN merupakan salah satu wujud Kasih Sayang ALLAH SWT kepada umat manusia agar manusia sukses menjadi KHALIFAH di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Jika ini adalah sebahagian dari maksud dan tujuan diturunkannya AL-QUR'AN dari sisi ALLAH SWT, selanjutnya sebagai makhluk telah yang diciptakan oleh ALLAH SWT secara terhormat, apakah akan kita sia-siakan AL-QUR'AN yang diturunkan ALLAH SWT dan/atau apakah yang sebaiknya kita berbuat dengan AL-QUR'AN? Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI maka sudah sepantasnya dan sepatutnya kita melakukan hal-hal yang akan kami sebutkan di bawah ini kepada  AL-QUR'AN, yaitu:    

A.  AL-QUR'AN harus di-imani secara UTUH

AL-QUR'AN adalah KITAB SUCI yang berasal dari kumpulan KALAM atau WAHYU ALLAH SWT dan/atau kumpulan WAHYU yang berasal dari INISIATOR, PENCIPTA dan sekaligus PEMILIK dari langit dan bumi yang disampaikan melalui perantaraan Malaikat Jibril as kepada NABI MUHAMMAD SAW. Jika ini adalah kondisi dasar dari AL-QUR'AN maka AL-QUR'AN dapat dikatakan sebagai informasi yang berasal dari INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi yang ditujukan kepada manusia untuk kepentingan melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Jika saat ini kita masih hidup di dunia berarti diri kita merupakan salah satu KHALIFAH yang penerima AL-QUR'AN yang berasal dari ALLAH SWT. Selanjutnya sebagai penerima AL-QUR'AN maka kita diperintahkan oleh ALLAH SWT melalui surat Al Baqarah (2) ayat 91 untuk mengimani  AL-QUR'AN.

Selanjutnya mengimani AL-QUR'AN yang seperti apakah yang dikehendaki oleh ALLAH SWT? Sebagai makhluk yang telah diciptakan secara Terhormat, maka kita harus mengimani AL-QUR'AN secara Utuh tanpa ada yang dipilah-pilah atau tanpa ada yang dikurangi, atau tanpa ada yang ditambah, atau tanpa ada yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan tertentu baik untuk kepentingan diri pribadi maupun untuk kelompok tertentu.  Sekarang setelah menerima AL-QUR'AN justru kita sebagai KHALIFAH di muka bumi malah mengubah, malah menambah, atau malah bahkan mengurangi isi dan kandungan AL-QUR'AN untuk kepentingan diri atau kelompok tertentu. Jika ini yang kita lakukan berarti kita telah menantang dengan cara meremehkan ALLAH SWT selaku Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari AL-QUR'AN itu sendiri.

dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
(surat Al Baqarah (2) ayat 91)

Selanjutnya adakah sanksi kepada manusia yang tidak mau mengimani AL-QUR'AN secara UTUH dan/atau adakah sanksi kepada orang yang berani menambah, mengurangi, mengubah, atau memilah-milah AL-QUR'AN untuk kepentingan diri atau kelompok tertentu? Sebuah gelar kehormatan sudah menanti orang-orang yang berani tidak mengimani AL-QUR'AN secara UTUH  yaitu GELAR KAFIR akan diberikan oleh ALLAH SWT.

Sekarang bayangkan ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan sekaligus PEMILIK dari alam semesta ini sampai tega memberikan GELAR KAFIR kepada Khalifah-Nya  sendiri yang sejak awal telah ditempatkan sebagai makhluk yang TERHORMAT. Jika keadaan ini sampai terjadi kepada diri kita berarti ada yang SANGAT-SANGAT SALAH di dalam diri kita dan/atau ada perbuatan diri kita yang SANGAT-SANGAT DIBENCI oleh ALLAH SWT yaitu kita telah membalas SUSU dengan AIR TUBA kepada ALLAH SWT di muka bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT.


B.  Harus diimani dan diyakini bahwa AL-QUR'AN pasti hanya dari ALLAH SWT


AL-QUR'AN sebagai KALAM/WAHYU ALLAH SWT tentu apa-apa yang telah di kalamkan atau yang telah di wahyukan tidak terlepas dari siapa yang telah mengkalamkan atau yang telah mewahyukan. Jika sekarang AL-QUR'AN kita nyatakan sebagai KALAM/WAHYU ALLAH SWT berarti AL-QUR'AN tidak dapat dilepaskan dari apa-apa yang telah dikalamkan/diwahyukan oleh ALLAH SWT sehingga AL-QUR'AN harus dapat mencerminkan pemilik kalam/pemilik wahyu itu sendiri. AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT kepada NABI MUHAMAMD SAW sekitar tahun 600 masehi di kota Makkah. Menurut sumber-sumber informasi Islam, kota Makkah pada waktu itu merupakan suatu tempat yang paling terbelakang, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan, dimana kehidupan masyarakat pada waktu itu masih bersifat jahiliah. Lalu ditengah suasana seperti itulah AL-QUR'AN diturunkan ke muka bumi secara berangsur-angsur atau tidak secara sekaligus kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as.  


Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.
dan sekali-kali janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang rugi.
(surat Yunus (10) ayat 94-95)

Selanjutnya lihatlah, perhatikanlah, persaksikanlah, isi dan kandungan AL-QUR'AN yang diturunkan oleh ALLAH SWT kepada NABI MUHAMMAD SAW yang isinya sangat hebat, sangat maju, sangat sempurna sehingga AL-QUR'AN mampu melebihi serta melampaui situasi dan keadaan kota Makkah pada waktu itu. Dimana isi dan kandungan AL-QUR'AN mampu dan dapat menceritakan, menerangkan, menjabarkan, melaksanakan, mencontohkan suatu ajaran, membuat  hal-hal sebagai berikut seperti:

1)   AL-QUR"AN adalah Kitab Suci dengan Tata Bahasa, Irama dan Syair yang Sangat Indah ditambah irama sangat menakjubkan jika dibaca dengan tartil dan tajwid yang baik dan benar. Dimana pada jaman itu tak satupun orang yang mampu membuat kitab serupa walaupun telah di adakan perlombaan membuat syair dan/atau tulisan untuk menandingi kitab suci tersebut.

2) AL-QUR'AN mampu menceritakan, menerangkan dan menjabarkan sejarah Nabi Isa a.s. yang berjarak 600 tahun, yang mana Nabi Isa a.s. dilahirkan tanpa seorang ayah, Nabi Isa a.s. hanya mempunyai seorang Ibu. Selanjutnya AL-QUR'AN dapat  pula  menceritakan dengan jelas sejarah Nabi Musa a.s. termasuk di dalamnya sejarah atau cerita tentang FIR’AUN. Menurut sejarah, Fir’aun dimasa Nabi  Musa a. s. ialah Raja Mesir yang bernama Menepthah yang hidup tahun 1232 s/d 1224 sebelum masehi anak dari Raja Ramses. Selain daripada itu AL-QUR'AN dapat pula menceritakan dengan jelas sejarah Nabi Sulaiman a.s., Nabi Daud a.s., Nabi Nuh a.s., Nabi Idris a.s., Nabi Yusuf a.s., Nabi Yunus a.s, Nabi Ibrahim a.s. dan bahkan AL-QUR'AN dapat menceritakan asal usul kejadian langit dan bumi serta sejarah Nabi Adam as,.

3)   AL-QUR'AN adalah Kitab Suci dengan  jumlah ayat sebanyak 6.666 yang di dalamnya terdapat 1.000 ayat menunjukkan perintah, 1.000 ayat menunjukkan larangan, 1.000 ayat menunjukkan ancaman, 1.000 ayat menunjukkan janji, 1.000 ayat yang menjelaskan tentang proses kejadian pada masa lampau dan masa akan datang, dan 1.000 ayat contoh-contoh atau perumpamaan., Kemudian ada 500 ayat yang menerangkan tentang halal dan haram, 100 ayat nasikhmansukh, serta 66 ayat zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar.

4)   AL-QUR'AN mampu serta dapat mengajarkan, menerangkan, menerapkan Ilmu Syariat dengan baik dan benar, dimana ilmu syariat itu terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu tafsir, lmu hadist, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu kalam dan lain-lain.

5)   AL-QUR'AN mampu serta dapat mengajarkan, menerangkan Al-Hikmah dan Filsafat dengan baik dan benar, dimana ilmu Al hikmat dan filsafat  pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu ilmu manthiq, ilmu alam, ilmu pasti dan ilmu ketuhanan.

a)      Yang termasuk ilmu alam itu ilmu kimia, ilmu kedokteran, farmasi, ilmu hewan dan ilmu pertanian.
b)     Yang termasuk ilmu pasti ialah berhitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu mekanika, ilmu falak dan geografi.
c)      Yang termasuk ilmu ketuhanan ialah metafiksika yaitu pembahasan mengenai pencipta, jiwa, jin, malaikat dan sebagainya.


Jika demikian kondisi dasar dari AL-QUR'AN yang diturunkan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia, mungkinkah AL-QUR'AN itu dibuat oleh selain ALLAH SWT? Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat 2(dua) buah tulisan yang kami ambil dari buku "Bahan Renungan Kalbu:penghantar mencapai pencerahan jiwa"  yang disajikan oleh Ir Permadi Alibasyah, yaitu: "Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan dari Perancis, Prof Dr Maurice Bucaille, masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam Al-Qur'an, bahwa Fir'aun itu mati karena tenggelam di laut (dengan shock yang berat) dan jasadnya oleh ALLAH SWT diselamatkan ( untuk lihat  dan pelajari kembali surat Yunus (10) ayat 92 yang kami kemukakan di bawah ini). Dicarinya mumi Fir'aun itu; dan setelah ketemu, dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia terheran-heran, karena sel-sel syaraf Fir'aun menunjukkan bahwa kematiannya benar akibat tenggelam di laut dengan shock yang hebat.

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.
(surat Yunus (10) ayat 92)

[704] Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.

Menemukan bukti ini, ia yakin kalau Al-Qur'an itu wahyu ALLAH SWT. Prof Dr Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat-ayat Al-Qur'an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia lantas masuk Islam". "Lain lagi halnya yang di alami oleh Jacques Yves Costeau. Ia adalah seorang ahli kelautan (oceanographer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Mr Costeau sepanjang hidupnya menyelam berbagai dasar samudra di seantero dunia, dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk di tonton jutaan pemirsa di seluruh dunia melalui acara "Discovery". Pada sautu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, ia menemukan fenomena yang sangat ganjil, yaitu adanya air tawar di tengah lautan yang tidak bercampur dengan air laut seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Apa yang disaksikannya ini benar-benar kejutan besar selama kariernya yang panjang di kelautan. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Pertanyaan ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu seorang Profesor yang kebetulan Muslim. Profesor yang Muslim ini menyampaikan kepadanya bahwa fenomena ganjil tersebut sebenarnya sudah di-informasikan oleh Al-Qur'an empat belas abad yang lalu, yaitu pada surat Ar Rahmaan (55) ayat 19-20 dan                 Al-Furqaan(25)  ayat 53 yang kami kemukakan di bawah ini.

  
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui  masing-masing 
(surat Ar Rahmaan (55) ayat 19-20)

Mendengar hal ini Mr Costeau terkejut, bagaimana mungkin MUHAMMAD SAW yang hidup di abad ke enam, yaitu di suatu zaman dimana pasti belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh di kedalaman samudra mengetahui akan hal ini. Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa Al-Qur'an mustahil buatan MUHAMMAD SAW, pastilah  Al-Qur'an itu buatan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk menjadi seorang Muslim".

dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
(surat Al-Furqan (25) ayat 53)

Adanya dua buah bukti yang kami kemukakan di atas ini, tentang kebesaran AL-QUR'AN yang terungkap setelah ribuan tahun kemudian, menunjukkan bahwa AL-QUR'AN bukanlah produk atau buatan manusia, sebab manusia pada tahun 600 Masehi belum memiliki kemampuan teknologi dan pengetahuan yang sedemikian canggih. Demikian pula berlaku dengan hal-hal lainya yang melekat dan terdapat di dalam AL-QUR'AN, seperti bahasa, syair, lirik, dan ilmu-ilmu lainnya yang terdapat di dalam AL-QUR'AN. Berdasarkan kondisi ini, dapat dikatakan bahwa hanya  ALLAH SWTlah yang mampu membuat AL-QUR'AN seperti yang kami kemukakan di atas. Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, kita harus yakin dengan seyakin yakinnya bahwa  AL-QUR'AN itu hanya dari ALLAH SWT semata. 

C.  Jangan dibantah sedikitpun

Hal yang berikutnya yang harus kita lakukan jika kita telah mengimani AL-QUR'AN adalah jangan pernah sekalipun kita membantah, atau jangan pernah sekalipun kita meragukan, atau bahkan jangan pernah sekalipun kita menduakan isi dan kandungan AL-QUR'AN yang tidak lain adalah KALAM ALLAH SWT dan ILMU ALLAH SWT. Jika sampai kita melakukan hal itu berarti kita telah membantah, kita telah meragukan atau kita telah menduakan Wahyu yang disampaikan kepada NABI MUHAMMAD SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril as yang berasal dari INISIATOR, PENCIPTA yang sekaligus PEMILIK alam semesta ini.

Hai ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah[198] tentang hal Ibrahim, Padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?
(surat Ali Imran (3) ayat 65)


[198] Orang Yahudi dan Nasrani masing-masing menganggap Ibrahim a.s. itu dari golongannya. lalu Allah membantah mereka dengan alasan bahwa Ibrahim a.s. itu datang sebelum mereka.


Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, tidak ada jalan lain yang dapat kita tempuh jika kita ingin tetap selalu berada di dalam KEHENDAK  ALLAH SWT, jangan pernah sekalipun kita meragukan, menduakan, membantah AL-QUR'AN yang diturunkan oleh ALLAH SWT. Terkecuali jika kita memang telah berketetapan hati untuk menjadi TETANGGA yang baik bagi JIN/IBLIS/SYAITAN di NERAKA JAHANNAM. 


APAKAH KAMU TIDAK BERFIKIR? Inilah salah satu bentuk ungkapan atau pernyataan ALLAH SWT yang terdapat dalam surat Ali Imran (3) ayat 65 di atas ini, yang ditujukan kepada manusia atau orang-orang yang berani membantah, meragukan, menduakan AL-QUR'AN. Jika hal ini terjadi pada diri kita berarti kita secara sadar telah menghilangkan, telah meniadakan, telah membungkam pemberian ALLAH SWT yang tidak terhingga nilainya berupa AMANAH 7, berupa HUBBUL (terutama HUBBUL ISTITLAQ atau keinginan untuk tahu), HATI RUHANI (terutama perasaan dan akal) menjadi tidak berguna lagi atau menjadi tidak fitrah lagi. Selanjutnya apa yang terjadi pada diri kita? Diri kita masuk ke dalam kelompok NAFS FUJUR atau JIWA FUJUR dan/atau  kita telah menjadikan AHWA sebagai tuhan pengganti  ALLAH SWT berarti tempat kembali kita adalah NERAKA JAHANNAM.

D.  AL-QUR'AN jangan Dirubah, jangan Ditambah, jangan Dikurangi, jangan Dipilah-pilah.

AL-QUR'AN adalah kumpulan dari KALAM/WAHYU  ALLAH SWT yang disampaikan kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as. Ini berarti jika kita mengimani AL-QUR'AN sebagai bagian dari pelaksanaan Rukun Iman, maka kita telah melaksanakan 4(empat) buah ketentuan Rukun Imam secara sekaligus, yaitu:

1.      Kita telah melaksanakan Iman kepada ALLAH SWT selaku NARASUMBER/INISIATOR dari AL-QUR'AN. ALLAH SWT selaku NARASUMBER AL-QUR'AN tentu akan menyampaikan apa-apa yang mencerminkan Kemahaan, Kebesaran, Kemuliaan            ALLAH SWT itu sendiri.

2.      Kita telah melaksanakan Iman kepada Malaikat, dalam hal ini kepada MALAIKAT JIBRIL as, selaku penyampai KALAM/WAHYU ALLAH SWT. Malaikat Jibril as, selaku Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu tentu akan menyampaikan wahyu sesuai dengan aslinya, tanpa ada yang ditambah, dikurangi, dipilah-pilah sebab Malaikat Jibril as, adalah Malaikat ALLAH SWT yang memiliki predikat utama, yaitu mulia, agung serta Ruhul Qudus.

3.      Kita telah melaksanakan Iman kepada Rasul, dalam hal ini kepada NABI MUHAMMAD SAW selaku penerima KALAM/WAHYU  ALLAH SWT. Adapun kondisi dasar dari wahyu ALLAH SWT yang diterima oleh NABI MUHAMMAD SAW dapat dipastikan menerima wahyu dari ALLAH SWT yang sesuai dengan aslinya. Hal ini dimungkinkan karena  Malaikat Jibril as, selaku penyampai wahyu merupakan malaikat yang paling terhormat sehingga ia tidak akan mungkin melanggar apa-apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT.

4.      Kita telah melaksanakan Iman kepada Kitab ALLAH SWT, dalam hal ini kepada AL-QUR'AN itu sendiri yang merupakan kumpulan dari KALAM/WAHYU ALLAH SWT. 

Selanjutnya, selain adanya 4(empat) kondisi yang telah kami kemukakan di atas ini, masih terdapat satu hal lainnya yang tidak dapat dipisahkan dengan turunnya AL-QUR'AN yaitu tentang kondisi dasar NABI MUHAMMAD SAW sebelum di angkat menjadi NABI dan RASUL. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa kondisi dasar dari NABI MUHAMMAD SAW sebelum diangkat menjadi NABI dan RASUL dan/atau kondisi dasar dari MUHAMMAD bin ABDULLAH adalah sebagai berikut yaitu "MANUSIA BIASA, tidak pernah belajar, tidak bisa membaca, tidak bisa menulis, ummi, yatim sejak kecil,dihormati, terpercaya, jujur, miskin serta rajin. Adanya kondisi yang seperti ini di dalam diri MUHAMMAD bin ABDULLAH sebelum menerima wahyu dari ALLAH SWT bukanlah tanpa maksud dan tujuan.


ALLAH SWT melakukan hal ini dalam rangka menjaga kemurnian, kesucian,  AL-QUR'AN hanya berasal dari Wahyu ALLAH SWT semata tanpa ada campur tangan dari apapun dan siapapun juga termasuk di dalamnya tidak tercampur dengan pemikiran atau masukan yang berasal dari diri NABI MUHAMMAD SAW.Adanya kondisi ini berarti ALLAH SWT sudah membuat suatu skenario yang tidak memungkinkan atau yang tidak memperbolehkan NABI MUHAMMAD SAW menambah, mengurangi isi dan kandungan AL-QUR'AN.  

  
Maka Patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, Padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali Termasuk orang yang ragu-ragu.
telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.
(surat Al An'am (6) ayat 114-115)

Selanjutnya jika NABI MUHAMMAD SAW tidak mempunyai kewenangan apapun terhadap KALAM ALLAH SWT yang disampaikan kepadanya. Ini berarti NABI dan RASUL atau NABI MUHAMMAD SAW hanyalah sebagai penyampai dan/atau penyambung lidah atas apa-apa yang diwahyukan ALLAH SWT kepadanya tanpa ada perubahan sedikitpun oleh sebab apapun juga. Jika hal terjadi berarti AL-QUR'AN yang ada pada saat ini sampai dengan hari kiamat kelak adalah AL-QUR'AN yang suci dan murni yang berasal dari ALLAH SWT semata.


Sekarang jika ada orang atau kelompok tertentu yang berani merubah, menambah, mengurangi, memilah-milah AL-QUR'AN untuk kepentingan diri atau kelompoknya, apakah hal ini dibenarkan? Jika NABI MUHAMMAD SAW yang namanya sudah disandingkan oleh ALLAH SWT di ARSY sebelum langit dan bumi diciptakan, tidak diperkenankan untuk merubah, menambah, mengurangi, meniadakan, atau menyesuaikan Al-Qur'an dengan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, bagaimana dengan kita sebagai umat dari NABI  MUHAMMAD SAW? Seperti halnya konsumen yang tidak boleh merubah atau mengurangi apa-apa yang telah tercantum di dalam buku manual, maka kita sebagai umat dari NABI MUHAMMAD SAW juga tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan melakukan itu semua walau dengan kondisi apapun juga.


Al-Qur'an wajib diterima secara  utuh, suci, murni, fitrah hanya dari ALLAH SWT, tanpa ada perubahan sedikitpun dan Al-Qur'an wajib diimani sebagai bagian dari Rukun Iman yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Rukun Islam dan Ikhsan. Jika sampai ada orang yang melakukan itu semua berarti orang tersebut atau kelompok tersebut telah menjadi TAMU yang TIDAK TAHU DIRI kepada ALLAH SWT, yaitu sudahlah menumpang di langit dan di bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT sekarang malah ALLAH SWT sendiri yang dilawannya. Hasil akhir dari itu semua adalah NERAKA JAHANNAM sudah siap menantikan kedatangan mereka semua. 

E.   Pelajari dan Amalkan

Kalam/Wahyu pertama yang diturunkan atau disampaikan ALLAH SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril as, kepada NABI MUHAMMAD SAW adalah perintah Iqra atau perintah baca atau perintah membaca. Iqra memang artinya baca atau membaca, akan tetapi pengertian Iqra bukanlah hanya sebatas baca atau membaca saja. Iqra memiliki makna yang lebih dari itu semua. Jika kita membaca, maka:

1.      Membaca tidak akan ada manfaatnya jika apa yang kita baca tidak bisa kita pahami atau tidak bisa kita mengerti serta tidak memberikan pengaruh apapun kepada diri kita.

2.      Membaca baru dapat dikatakan memberikan manfaat jika apa yang kita baca dapat kita pahami lalu apa yang kita pahami dapat memberikan manfaat kepada diri kita dan juga kepada orang lain.

Apakah setelah melaksanakan perintah Iqra yang kami kemukakan di atas ini, maka kita sudah dapat dikatakan  melaksanakan perintah Iqra sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Jika AL-QUR'AN merupakan cerminan dari sebahagian kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT yang telah ditunjukkan kepada makhluk-Nya, maka perintah Iqra pun harus pula mencerminkan hal itu sehingga perintah Iqra yang terdapat di dalam AL-QUR'AN juga berarti tidak sekedar perintah membaca semata.

ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
(surat Shaad (38) ayat 29)

Jika kedua hal yang kami kemukakan di atas belum dapat mencerminkan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT yang terdapat di dalam perintah Iqra, timbul pertanyaan perbuatan-perbuatan apakah yang harus kita lakukan dengan telah diturunkannya AL-QUR'AN kepada diri kita selain perintah Iqra? Hal yang harus di ingat adalah perintah Iqra tidak akan bisa kita laksanakan tanpa adanya tulisan dan/atau  perintah Iqra tanpa ada sesuatu yang tertulis akan menjadi sia-sia belaka. Adanya kondisi ini berarti  BACA dan TULIS merupakan satu kesatuan perintah ALLAH SWT  yang tidak terpisahkan. Jika sekarang  Al-Qur'an sudah tertulis, apakah cukup hanya di baca saja? Jawablah pertanyaan ini dengan jujur, sebab itulah cerminan diri kita sendiri.


Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, sebagai KHALIFAH yang telah memperoleh AL-QUR'AN dari ALLAH SWT apakah kita akan menyianyiakan dengan begitu saja hikmah, pengajaran, karunia yang besar  yang berasal dari ALLAH SWT yang terdapat di dalam AL-QUR'AN sehingga kita hanya mau melakukan perintah Iqra semata tanpa melakukan perbuatan lainnya yang lebih dari itu? Inilah yang harus kita lakukan kepada AL-QUR'AN, yaitu:


1)      Isi dan Kandungan AL-QUR'AN tidak sekedar untuk di baca dan dipahami semata akan tetapi harus di amalkan untuk diri, anak dan keturunan, keluarga serta masyarakat luas.

mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
(surat Al Baqarah (2) ayat 44)


ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).
(surat Al A'raaf (7) ayat 2-3)

[528] Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.

2)      Isi dan Kandungan AL-QUR'AN juga harus didakwahkan dan/atau disebarluaskan untuk kepentingan umat Islam itu sendiri maupun sebagai sarana memperkenalkan dan menunjukkan ALLAH SWT dan DIINUL ISLAM kepada masyarakat luas. 

Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,
(surat Al Baqarah (2) ayat 159)

dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
(surat An Nahl (16) ayat 64)

3)      Isi dan Kandungan AL-QUR'AN selain di baca dan dimengerti juga harus ditegakkan dan disyiarkan dalam rangka menunjukkan eksistensi DIINUL ISLAM di muka bumi.

dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu [1143], sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.
(surat Al Qashash (28) ayat 86-87)

[1143] Maksudnya: Al Quranul karim itu diturunkan bukanlah karena Nabi Muhammad s.a.w. mengharap agar diturunkan, melainkan karena rahmat daripada Allah.

Selanjutnya, dalam posisi yang manakah diri  kita memahami arti dan makna  yang terkandung dalam AL-QUR'AN? Untuk itu jangan sampai diri kita hanya mampu membaca AL-QUR'AN sebatas tahu apa yang tertera di dalam AL-QUR'AN  namun kita tahu dan tidak mengerti maksud dan tujuan dari diturunkannya AL-QUR'AN kepada umat manusia (hanya tahu yang tersurat saja, tanpa tahu apa yang tersirat dan yang tersembunyi). Kemudian jangan pula setelah kita mampu membaca AL-QUR'AN akan tetapi kita tidak pernah paham isi dan kandungan AL-QUR'AN sehingga kita tidak pernah mendapatkan pelajaran apapun dari AL-QUR'AN. Jika ini yang terjadi pada diri kita maka sia-sialah hidup yang sedang kita laksanakan sebab hal itu belum sesuai dengan  Kehendak  ALLAH SWT. Kami berharap kepada pembaca buku ini, jangan pernah jadikan AL-QUR'AN sebatas pajangan lemari buku saja sehingga kita malas membacanya atau bahkan tidak mampu membacanya sehingga apa-apa yang terdapat di dalam AL-QUR'AN akan terpendam selamanya sampai kita meninggal dunia.
  
F.   Jangan Menyembunyikan, Jangan Menutup-nutupi dan Jangan memperjualbelikan AL-QUR'AN

ALLAH SWT melalui surat Al Baqarah (2) ayat 174-175 di bawah ini memberikan batasan-batasan yang tidak boleh kita lakukan dan/atau hal-hal yang harus kita hindari dan/atau hal-hal yang dilarang keras oleh ALLAH SWT sehubungan dengan telah diturunkannya AL-QUR'AN ke muka bumi, yaitu:

Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, Yaitu Al kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api[109], dan Allah tidak akan berbicara[110] kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang Amat pedih.
mereka Itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka Alangkah beraninya mereka menentang api neraka!
(surat Al Baqarah (2) ayat 174-175)

[109] Maksudnya ialah makanan yang dimakannya yang berasal dari hasil Menyembunyikan ayat-ayat yang diturunkan Allah, menyebabkan mereka masuk api neraka.
[110] Maksudnya: Allah tidak berbicara kepada mereka dengan kasih sayang, tetapi berbicara dengan kata-kata yang tidak menyenangkan.

1.      Manusia tanpa terkecuali  termasuk diri kita dilarang  keras oleh ALLAH SWT untuk menyembunyikan baik sebahagian ataupun secara keseluruhan ayat-ayat AL-QUR'AN baik untuk kepentingan diri ataupun kelompok tertentu termasuk di dalamnya berbuat kebohongan atau memanipulasi atau merekayasa sesuatu hal dengan mempergunakan ayat-ayat AL-QUR'AN dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu yang bertentangan dengan hukum-hukum  ALLAH SWT.

2.      Manusia tanpa terkecuali termasuk diri kita dilarang keras untuk menutup-nutupi ayat-ayat AL-QUR'AN baik sebahagian ataupun secara keseluruhan baik untuk kepentingan diri ataupun kelompok tertentu termasuk di dalamnya dilarang keras mempermainkan ayat-ayat AL-QUR'AN untuk tujuan tertentu seperti untuk kepentingan politik praktis tertentu, untuk kepentingan golongan tertentu dan lain sebagainya.

3.      Manusia tanpa terkecuali termasuk diri kita dilarang keras untuk memperjualbelikan dan/atau menjadikan ayat-ayat AL-QUR'AN sebagai sebuah komoditas atau alat untuk sebuah provokasi tertentu sehingga diperjualbelikan dengan harga yang murah.


Selain daripada itu diri kita juga dilarang keras oleh ALLAH SWT untuk merubah, mengganti, mengurangi, meniadakan, memilah-milah ayat-ayat AL-QUR'AN baik untuk kepentingan diri atau kelompok tertentu. Selanjutnya adakah sanksi atau hadiah dan penghargaan yang akan diberikan ALLAH SWT kepada orang-orang yang melakukan ke 3(tiga) hal yang dilarang keras oleh ALLAH SWT? Inilah Hadiah dan Penghargaan yang akan  ALLAH SWT berikan, yaitu:
 
1.      Dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam untuk menjadi tetangga, sahabat, teman seperjuangan yang baik bagi JIN/IBLIS/SYAITAN.

2.      ALLAH SWT tidak akan pernah berbicara secara sopan atau ALLAH SWT tidak akan bersikap kasih sayang kepada mereka pada waktu hari kiamat melainkan dengan kata-kata yang tidak menyenangkan.


Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jika sampai kita berbuat hal yang dilarang keras oleh ALLAH SWT berarti kita telah membalas air susu dengan air tuba yaitu dengan menukar atau membeli petunjuk dengan kesesatan serta menukar ampunan dengan siksa dan juga telah menukar SYURGA dengan NERAKA. Pembaca, berikut ini akan kami kemukakan buah atau hasil yang akan diberikan oleh ALLAH SWT kepada setiap manusia, termasuk diri kita, jika  mampu melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT atas  diturunkannya AL-QUR'AN kepada umat manusia, yaitu:

1)      Untuk mencari KEMENANGAN dan/atau untuk memperoleh KEBERUNTUNGAN serta untuk memperoleh PETUNJUK langsung dari ALLAH SWT oleh sebab adanya AL-QUR'AN.  

orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.
(surat Al Baqarah (2) ayat 121)


[84] Maksudnya: tidak merobah dan mentakwilkan Al kitab sekehendak hatinya.


Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu  Al kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk Maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.
(Surat Az Zumar (39) ayat 41)


2)      Untuk menaikkan DERAJAT dan/atau mengembalikan diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT  atau sesuai dengan fitrah ALLAH SWT yaitu menjadi umat yang terbaik yang di antara makhluk ALLAH SWT yang lainnya atau menjadi Makhluk Terhormat.

kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(surat Ali Imran (3) ayat 110)

3)      Supaya dilindungi oleh ALLAH SWT dan/atau dipelihara, dijaga oleh ALLAH SWT sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.

Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang  yang kafir.
(surat Al Maaidah (5) ayat 67)

[430] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

Sesungguhnya pelindungku ialahlah yang telah menurunkan Al kitab  (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.
(surat Al A'raaf (7) ayat 196)

4)      Jadi calon penghuni Syurga dan/atau akan mendapatkan keberuntungan atau kemenangan  dari ALLAH SWT baik di dunia maupun di akhirat.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
(surat Faathir (35) ayat 29)


(bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.
(surat Faathir (35) ayat 33)


5)      Untuk mensucikan JIWA dari pengaruh AHWA maupun akibat pengaruh SYAITAN dan/atau akibat dari dosa yang kita perbuat.

sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat Ali Imran (3) ayat 164)

6)      Agar Hidup di dunia subur MAKMUR, di akhirat kelak menjadi penghuni Syurga untuk bertemu ALLAH SWT.

dan Sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka[428]. diantara mereka ada golongan yang pertengahan[429]. dan Alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
(surat Al Maaidah (5) ayat 66)

 [428] Maksudnya: Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah.
[429] Maksudnya: orang yang Berlaku jujur dan Lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran.

7)      Mengokohkan Pendirian, Teguh dalam Pendirian, tidak mudah dijerumuskan oleh AHWA dan SYAITAN.

dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(surat Asy Syuura (42) ayat 52)


8)      Adanya AL-QUR'AN akan memudahkan diri kita di dalam mempelajari Ilmu TAUHID dan/atau Ilmu mengenal  ALLAH SWT atau Ilmu untuk berhubungan dengan ALLAH SWT.


Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah Sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".
(surat Al An'am (6) ayat 19)


9)      Bagi para AHLI KITAB dengan diturunkannya AL-QUR'AN maka pendirian mereka akan dikokohkan oleh ALLAH SWT sehingga tidak mudah goyah.

dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah Amat cepat perhitungan-Nya.
(surat Ali Imran (3) ayat 199)

Setelah mempelajari IMAN kepada ALKITAB sebagai bagian dari RUKUN IMAN yang enam, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan kepada pembaca buku ini, yaitu:

1.      masih maukah kita hanya menjadikan Al-Qur'an sebagai penghuni rak buku atau penghuni perpustakaan semata sehingga apa-apa yang terdapat di dalamnya tetap terkubur selama hayat di kandung badan dan/atau

2.      KALAM/WAHYU ALLAH SWT yang pertama adalah perintah membaca, selanjutnya apakah hanya cukup di baca saja maka isi dan kandungan Al-Qur'an dapat kita peroleh dan/atau hanya dengan membaca Al-Qur'an saja maka kita sudah sesuai dengan kehendak ALLAH SWT?

3.      USIA dan UMUR tidaklah sama, untuk itu jika kita ingin panjang UMUR maka artikanlah bahwa perintah IQRA itu adalah perintah ALLAH SWT untuk membaca dan menulis. Sekarang sudahkah kita MENULIS seperti halnya BUKHARI, MUSLIM menulis kumpulan HADITS sehingga ia memiliki UMUR sampai dengan hari kiamat?  



Jawablah pertanyaan ini dengan jujur, sebab dengan kejujuran ini akan dapat mencerminkan kualitas diri kita sendiri sehingga diri kita berusaha untuk memperbaiki diri sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar