Kehidupan itu merupakan
suatu jalinan yang saling kait mengkait yang tidak bisa dipisahkan begitu saja.
Semua makhluk hidup di bumi Allah SWT. Satu dengan yang lain saling
membutuhkan, saling bergantung, saling memanfaatkan dan saling menentukan
terhadap kelangsungan hidupnya.
Tumbuhan yang tumbuh di
tanah menghisap zat hara tanah dan mereguk sinar mentari, dapat menghasilkan
tunas baru, daun muda, bunga dan buah yang dapat menjadi makanan manusia,
binatang atau makhluk yang lain. Selain itu tumbuhan juga berfungsi menjaga dan
menyuburkan tanah, menangkap dan memproses Co2 untuk menghasilkan O2, serta
mengatur peredaran air yang sangat berguna bagi kelestarian kehidupan.
Binatang, baik yang
liar maupun yang diternakkan oleh manusia, selain menghasilkan kotoran yang
dapat menyuburkan tanah, juga menghasilkan susu, madu, telur, daging dan
lain-lain yang menjadi makanan manusia dan makhluk lain. Disamping itu beberapa
jenis binatang tertentu dapat dimanfaatkan untuk kendaraan atau sebagai alat
angkut berbagai keperluan manusia.
Untuk mempertahankan
kehidupan manusia dari generasi ke generasi, telah bertrilyun-trilyun produksi
pertanian dan bertrilyun-trilyun hewan disantapnya, yang jumlah persisnya tak
seorangpun yang mampu menghitungnya, kecuali Allah SWT.
Demikian pula
sebaliknya, yaitu kuman, baksil, virus atau hama penyakit lainnya dari jenis
tumbuhan dan hewan, untuk mempertahankan kehidupannya, telah berjuta-juta
manusia dibunuhnya.
Manusia sebagai makhluk
yang paling tinggi derajatnya menghasilkan kebudayaan yang senantiasa
berkembang. Fungsi manusia antara lain untuk memakmurkan bumi dan juga untuk menjaga
kelestarian bumi melalui memelihara lingkungan hidup, termasuk menyelamatkan
tumbuhan dan binatang dari bahaya kepunahan. Sehingga tetap terjaga
keseimbangan ekosistem yang akan memberikan keamanan dan keselematan kepada
seluruh makhluk hidup.
Perlu
disadari oleh setiap manusia bahwa tugas pokok setiap manusia adalah Khalifah Allah
SWT di muka bumi sehingga setiap manusia dijadikan sebagai perpanjangan tangan Allah
SWT, atau wakil Allah SWT atau Duta Besar Allah SWT di muka bumi sehingga dengan
adanya kekhalifahan ini terjagalah, terpeliharalah bumi oleh sebab adanya diri kita.
Segala kejadian tidak
ada yang terlepas atau berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan dalam
susunan yang cermat berupa sebab akibat bagaikan lingkaran-lingkaran berantai
yang tidak putus. Tidak ada yang paling penting dan tidak ada yang paling
remeh. Lingkaran besar atau lingkaran kecil dalam rangkaian yang terkait itu
tidak ada perbedaannya. Pecahnya atau terputusnya rantai lingkaran itu, apakah
yang besar atau yang kecil berarti pecah atau terputus ikatan-ikatannya.
Karena
itu tidak ada alasan merendahkan, meremehkan atau mengecilkan arti makhluk
lain, apalagi makhluk yang sederajat kedudukannya di hadapan Allah SWT. Sebab
sering kali terjadi sesuatu yang kecil dan dianggap remeh atau rendah, justru
mempunyai daya penghancur yang luar biasa mengerikan. Contoh dari kejadian ini
telah banyak kita temui.
Memang dunia ini tempat
bertarung, berjuang atau berjihad, tempat cobaan dan ujian. Dan setiap makhluk
mempunyai lawan atau musuh yang saling menghancurkan. Hal ini hanya Allah SWT
sendiri yang mengetahui hikmahnya. Mungkin apabila semata-mata hanya
mengandalkan ketenangan, ketentraman, kenyamanan, kedamaian dan keamanan terus
menerus, bisa jadi manusia akan malas, santai, lemah, lengah, benci dan
kemudian musnah.
Maka Allah SWT
menciptakan penyakit juga menciptakan obat. Menciptakan racun juga menciptakan
penawarnya. Menciptakan daun juga menciptakan ulat daun. Menciptakan buah juga
menciptakan pembusuk buah. Menciptakan manusia juga menciptakan sepasukan
musuh, yaitu selain syaitan dari golongan jin dan manusia yang selalu berusaha
menyesatkan, juga kuman-kuman penyakit yang akan membunuh dan menghancurleburkan
tulang-tulang manusia sehingga tidak berbekas.
Karena itu apabila
manusia tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai Khalifah, maka
Allah SWT akan mencampakkan ke derajat yang serendah-rendahnya dan memasukkannya
ke Neraka Jahannam. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh mereka akan
mendapat pahala yang tidak putus-putusnya (Al-Qur’an Surat At Tin)
LALU
APAKAH YANG ENGKAU BANGGAKAN JIKA KAMU TIDAK MAU BERBAKTI KEPADA ALLAH SWT,
WAHAI
MANUSIA????
Manusia akan
mengisnyafi sedalam-dalamnya tentang betapa nikmat dan tingginya nilai makan,
manakala sedang dalam kelaparan. Manusia akan menginsyafi sedalam-dalamnya
betapa nikmatnya dan tingginya nilai minum, manakala manusia sedang dalam
kehausan. Manusia akan menghargai betapa nikmat dan tingginya nilai kesehatan,
manakala manusia sedang dalam keadaan sakit. Manusia akan menyadari berapa lama
waktu tidur, mimpi buruk atau mimpi indah, manakala manusia telah bangun dari
tidur, Selama dalam keadaan tidur manusia tidak tahu dan tidak menyadari bahwa
dia tidur, kecuali ketika bangun tidur. Demikian pula halnya manusia akan
menginsyafi dengan sesadar-sadarnya tentang makna sesungguhnya dari kehidupan
serta betapa manisnya dan nikmatnya hidup beriman beribadah kepada Allah SWT
selama di dunia ini, manakala manusia telah menghadapi maut dan dihidupkan
kembali pada Hari Kebangkitan.
Itulah
sebabnya, manakala manusia perlu merasakan lapar, haus dan sakit untuk lebih
menghayati dan menginsyafi makna kehidupan dan rahasia keadilan serta kekuasaan
Allah SWT. Itulah sebabnya manusia hidup di dunia wajib
beriman, beribadah hanya kepada Allah SWT dengan keinsyafan yang sedalam-dalamnya sebagai kebutuhan
mutlak selama hidup. Itulah makna kehidupan, bekal menghadap kehadirat-Nya di
alam abadi.
Apabila
keinsyafan itu baru terjadi saat ajal merenggut atau ketika dibangkitkan
kembali sesudah Hari Kiamat, maka terlambatlah sudah dan hilanglah
segala-galanya. Hal itu berarti ketika hidup di dunia bagaikan tidur
selama-lamanya dengan mimpi buruk yang sangat mengerikan. Dan
selanjutnya ketika terjaga mewarisi kepedihan yang panjang dalam siksaan neraka
yang dahsyat karena lalai, sombong dan mengingkari perintah Ilahi.
Na’udzubillahi
min dzalik!
(Kami
berlindung kepada Allah dari hal demikian)
Kita mengetahui siang
karena ada malam. Kita mengetahui terang karena ada gelap, Kita mengetahui
warna putih karena ada warna hitam. Kita mengetahui wanita karena ada pria.
Kita mengetahui benar karena ada yang salah. Kita mengetahui yang baik karena
ada yang buruk. Kita mengetahui yang halal karena ada yang haram. Demikian
seterusnya. Kita mengetahui sesuatu karena sesuatu itu ada lawannya ada
pembandingnya atau ada pasangannya dan karena kita mendapat petunjuk.
Sesuatu yang karena
sangat nyata dan jelasnya justru tidak nampak oleh mata kita, sehingga kita
tidak mengetahui, Karena siang sangat terang bagi kalelawar maka ia tidak dapat
melihat dan baru melihat setelah malam telah tiba. Bukankah apabila kita
menentang cahaya yang sangat terang benderang kita juga sangat silau sehingga
tidak mampu melihat sama sekali?
Sesuatu benda mempunyai
bentuk karena benda itu tercakup oleh wilayah pandangan mata kita dan karena di
bagian luar dari benda itu terdapat bagian kosong. Kalau benda itu sangat besar
dan tidak tercakup dalam wilayah pandangan mata kita serta tidak ada bagian
kosong di sekitarnya apakah kita dapat membayangkan dan tahu persis bagaimana
bentuk benda itu?
Tuhan
Yang Maha Esa yaitu Allah Yang Maha Tunggal, Maha Tinggi, Maha Suci, Maha
Besar, Maha Nyata dengan segala keagungan dan kemulian-Nya adalah tidak
mempunyai lawan atau bandingan yang setara, sehingga indera manusia tidak mampu
menjangkaunya, kecuali dengan Iman dan petunjuk-Nya saja kita mampu merasakan rasa
kemahaan dan kebesaran Allah SWT.
Saat ini sampai dengan hari
kiamat kelak Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an dan Diinul Islam sebagai konsep
Ilahiah untuk kepentingan kekhalifahan di muka bumi ini. Dimana Diinul Islam adalah
Agama yang benar dan satu-satunya Agama yang diridhai Allah SWT sehingga tidak
dapat dicela dan dibantah kebenarannya, bahkan akan dibuktikan kebenarannya
oleh ilmu pengetahuan yang didasarkan pada keimanan dan perasaan keagamaan,
Kecuali Syaitan dan para pengikutnya dari golongan jin dan manusia, yang akan
mengingkari dan membantah tanpa dasar ilmu, tetapi berdasarkan kesombongan.
“Islam itu Tinggi dan ketinggiannya tak ada yang mampu mengatasinya”.
Apakah
kita sebagai manusia masih meragukan kebenaran ini? Lalu apa yang kau cari,
wahai manusia? Jika kamu tidak mau ditunjuki jalan lurus dan melewatinya,
apakah kamu lebih senang memilih dan melewati jalan berbelok? Jalan yang
berbelok yang kamu pilih itu menuju ke
arah mana? Apakah kamu tahu tanpa petunjuk-Nya?
Apakah
kamu akan memilih menjadi manusia kalelawar yang tidak bisa melihat terangnya
siang, melainkan gelapnya malam. Padahal kita buta mata dan buta hati sehingga
tidak dapat melihat kebenaran dalam terangnya dunia, kita akan menjadi lebih
buta lagi dalam kegelapan Kiamat dan Akhirat.
“Kebenaran
itu datangnya dari Tuhanmu, maka jangan sekali-kali kamu menjadi golongan
orang-orang yang ragu-ragu.”
Demikian Allah SWT
memberikan penegasan dalam Kitab Suci Al-Qur’an Surat Al Baqarah (2) ayat 147
di atas ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar