Air
mempunyai volume tetap dan bentuknya berubah-ubah menurut tempatnya. Terdiri
dari molekul-molekul dan setiap molekulnya terdiri dari atom-atom dengan jumlah
dan ukuran tertentu. Sehingga air dalam ilmu kimia ditulis dengan rumus H20.
Artinya tiap satu molekul air terdiri dari dua atom hydrogen (H2) dan satu atom
oksigen (O). Karena ketaatan dan kerelaannya terhadap azas dan sifat-sifatnya
itu, maka atas ridha Tuhan air segar diminum untuk kehidupan.
Demikian pula benda-benda
lainnya, mempunyai volume dan bentuk tertentu. Juga terdiri dari
molekul-molekul dan setiap molekulnya tersusun dari atom-atom dengan jumlah dan
ukuran tertentu pula. Karena ketaatan dan kerelaannya pada azas dan
sifat-sifatnya itu, maka atas ridha Tuhan benda-benda tersebut masing-masing
membawa hikmah bagi kehidupan. Banda-benda tersebut senantiasa taat dan rela
menerima aturan-aturan yang merupakan kepastian hukum Tuhan yang diberlakukan
terhadap mereka.
Dan tidak sesuatu pun melainkan pada sisi kamilah
perbendaharaannya dan Kami menurunkannya melainkan dengan kadar (ukuran
tertentu)
(Al-Qur’an Surat Al Hijr ayat 21)
Bumi,
Bulan, Matahari, Planet, Bintang dan segala benda angkasa yang jumlahnya tidak
terhitung, terapung di alam semesta yang tidak terbatas. Benda-benda angkasa
tersebut tersusun dalam satuan-satuan Tata Surya dan Tata Bintang (galaksi)
yang jumlahnya pun tidak atau belum diketahui. Sebuah tata surya terdiri dari
satu Matahari dan semua benda angkasa yang beredar mengelilinginya. Matahari
adalah bintang yang menghasilkan cahayanya sendiri. Benda yang mengedari
bintang dinamakan planet. Sebahagian besar planet memiliki satelit (bulan) yang
berjalan mengelilinginya, Dalam Tata Surya kita, semuanya terdapat sembilan
planet yang mengedari matahari,
Matahari dalam Tata Surya hanyalah satu dari
dua milyar bintang lebih yang membentuk suatu galaksi raksasa yang disebut
dengan Bima Sakti. Dalam alam semesta terdapat banyak galaksi seperti bima
sakti. Segala benda angkasa tersebut bergerak dan beredar teratur serasi dalam
proses dan garis edarnya masing-masing dalam satuan-satuan ukuran yang serba
menakjubkan. Karena ketaatan dan kerelaannya terhadap azas dan sifat-sifatnya,
maka atas ridha Tuhan benda-benda angkasa tersebut masing-masing membawa hikmah
bagi kehidupan, yaitu dapat menimbulkan keseimbangan, keamanan dan kenyamanan
bagi mereka dan segala makhluk lainnya. Benda-benda tersebut senantiasa taat
dan rela menerima aturan-aturan yang merupakan kepastian hukum Tuhan yang
diberlakukan terhadap mereka.
Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan dengan ukuran-ukurannya yang tepat sekali.
(Al-Qur’an Surat Al Furqan ayat 2)
Anggur
dan tanaman-tanaman lain sebangsanya, mempunyai sifat-sifat tertentu dan
selamanya memakan garam-garaman atau unsur
hara yang tidak enak dari dalam tanah yang telah ditetapkan bagi mereka
dengan jumlah dan ukuran tertentu. Karena ketaatan dan kerelaannya terhadap
azas dan sifat-sifatnya itu, maka atas ridha Tuhan dapat menghasilkan buah yang
enak dan manis rasanya. Demikian pula tanaman-tanaman lainnya, mempunyai
sifat-sifat tertentu dan memakan bagian masing-masing. Mereka tidak serakah
memakan atau menyimpang dari yang telah ditetapkan. Karena ketaatan dan
kerelaannya terhadap azas dan sifat-sifatnya itu, maka atas ridha Tuhan
tanaman-tanaman itu masing-masing membawa hikmah bagi kehidupan, Segala tanaman
tersebut senanantiasa taat dan rela menerima aturan-aturan yang merupakan
kepastian hukum yang diberlakukan terhadap mereka.
Sapi
dan hewan-hewan lain sebangsanya selamanya memakan rerumputan dan dedaunan yang
ditetapkan bagi mereka dengan jumlah dan ukuran yang tertentu pula. Karena
ketaatan dan kerelaannya terhadap ketentuan-ketentuan itu pula, maka atas ridha
Tuhan mereka dapat menghasilkan daging dan susu yang lezat dan menyehatkan.
Demikian pula binatang-binatang lainnya, mempunyai sifat-sifat tertentu dan
memakan bagian masing-masing. Mereka tidak serakah memakan atau menyimpang dari
yang telah ditetapkan. Karena ketaatan dan kerelaannya terhadap azas dan
sifat-sifatnya itu, maka atas ridha Tuhan hewan-hewan tersebut masing-masing
membawa hikmah bagi kehidupan. Segala hewan tersebut senantiasa taat dan rela
menerima aturan-aturan yang merupakan kepastian hukum Tuhan yang diberlakukan
terhadap mereka.
Demikian
pula orang-orang yang beriman yang bertaqwa kepada Allah SWT Pencipta Alam
Semesta dan segala yang berada di dalamnya, niscaya mempunyai sifat-sifat dan
kepribadian tertentu sesuai yang dikehendaki-Nya dan selalu berusaha, berkarya,
beribadah untuk mendapatkan yang hak menghindari yang bathil. Mereka tidak
serakah memiliki yang bukan haknya. Mereka taat dan rela menerima aturan-aturan
Allah SWT yang merupakan kepastian hukum yang diperlakukan terhadap mereka.
Karena ketaatan dan kerelaannya terhadap azas dan sifat-sifat kepribadian yang
dikehendaki-Nya maka atas ridha ALLAH SWT niscaya mereka akan mendapatkan dan
mendatangkan manfaat yang besar bagi kehidupan. Mereka akan senantiasa berusaha
untuk taat dan rela menerima ajaran Agama dan Wahyu-Nya yang benar dan suci
sebagai kepastian hukum ALLAH SWT yang diberlakukan kepada manusia. Mereka
yakin, bahwa penolakan atau pembangkangan terhadap hukum ALLAH SWT yang berupa
Agama dan Wahyu yang diridhai-Nya, pasti akan mewarisi kesedihan yang panjang
dan penderitaan abadi di akhirat nanti. Merekapun yakin bahwa sesungguhnya
segala makluk itu tidak bisa berpola akhlak lain, kecuali tunduk patuh kepada
hukum ALLAH SWT atau sunnatullah baik secara terpaksa ataupun secara sukarela,
karena manusia diberikan kebebasan-kemerdekaan untuk menentukan pilihan
terhadap pola akhlak, sunnatullah Islam atau yang lainnya melalui perangkat
hati nurani dan otak. Akibat yang dipetik dari kehidupan abadi di akhirat
tergantung pada kebenaran dan kesalahan dalam menentukan pilihannya tersebut.
Sedangkan makhluk lain, seperti benda mati, tumbuhan dan hewan hanya mematuhi
sunnatullah secara terpaksa saja. Mereka tidak diberikan kebebasan untuk
menentukan pilihan terhadap pola akhlak lain, karena sifatnya sudah baku atau
secara naluri. Sehingga mereka tidak akan dituntut untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya di akhirat kelak.
dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak,
benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu
dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak
itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu,
(surat Al Mu'minuun
(23) ayat 21)
Sebagai makhluk yang harus
memenuhi kebutuhan gizi saat hidup di dunia, apakah yang berasal dari tumbuhan
dan juga hewan. Sekarang mampukah manusia memenuhi kebutuhan gizi bagi dirinya sendiri
jika di alam semesta ini tidak diciptakan tumbuhan dan binatang ternak? Untuk itu persaksikanlah dengan Ilmu dan
Kejujuran yang kita miliki tentang bermanfaatnya, tentang berkhasiatnya,
tentang bergunanya binatang dan juga tumbuhan bagi kepentingan manusia di muka
bumi ini. Selanjutnya, jika kita termasuk orang yang telah mampu dan mengenal
diri sendiri, maka dengan adanya keberadaan tumbuhan dan hewan yang ada di muka
bumi ini, sudah cukup bagi diri kita untuk selalu menyatakan bahwa Tiada Tuhan
selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan tumbuhan dan hewan yang dapat
memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, tentu saat ini
kita telah merasakan betapa bermanfaatnya serta betapa bergunanya tumbuhan dan
juga hewan bagi kepentingan kesehatan tubuh kita, yang pada akhirnya dapat
memudahkan diri kita menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Akan
tetapi tahukah, mengertikah kita semua, apa yang telah dilakukan dan apa yang
telah dikerjakan oleh tumbuhan dan hewan kepada ALLAH SWT?
semua
yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Al Hadiid (57) ayat 1)
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah
bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung,
pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada
manusia? dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan
Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(surat Al Hajj (22) ayat 18)
Berdasarkan surat Al Hadiid (57) ayat 1 dan
surat Al Hajj (22) ayat 18 yang kami kemukakan di atas ini, diterangkan bahwa
seluruh apa-apa yang ada di langit dan seluruh apa-apa yang ada di muka bumi,
yang terdiri dari matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan, tanpa
terkecuali melakukan Sujud kepada ALLAH SWT atau Bertasbih kepada ALLAH SWT,
dengan menyatakan dan mengakui akan kebesaran ALLAH SWT; menyatakan dan
mengakui akan kekuasaan ALLAH SWT, menyatakan dan mengakui kemahaan ALLAH SWT.
(hal yang tidak pernah kita ketahui adalah cara
ciptaan ALLAH SWT di atas melaksanakan sujud dan tasbihnya) Selanjutnya bagaimana dengan Manusia atau
dengan Diri Kita yang saat ini sama-sama berada di tengah-tengah langit dan
bumi seperti halnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, dan tumbuhan?
Jika
DIRI KITA adalah sama-sama makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT, apakah DIRI
KITA juga telah melaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh matahari, bulan,
bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada ALLAH SWT? Selanjutnya jika DIRI
KITA tidak mau melaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh matahari, bulan,
bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada
ALLAH SWT, lalu apa bedanya DIRI KITA yang telah dijadikan KHALIFAH di
muka bumi dibandingkan dengan matahari, bulan, bintang, gunung, binatang,
tumbuhan sedangkan KHALIFAH itu sendiri dapat diartikan sebagai Makhluk yang
Terhormat dibandingkan dengan makhluk ALLAH SWT lainnya? Termasuk di dalam kelompok manakah
Diri Kita ini, apakah kelompok yang sujud dan bertasbih kepada ALLAH SWT atau apakah kelompok yang tidak mau
sujud dan bertasbih kepada ALLAH SWT? Kami sangat berharap kita semua termasuk
kelompok MANUSIA yang selalu Sujud dan Bertasbih hanya kepada ALLAH SWT.
Sekarang bagaimana jika kita tidak mau sujud dan tidak mau bertasbih seperti
sujud dan bertasbihnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan
kepada ALLAH SWT, apakah ada sanksinya dan konsekuensinya?
Jika
kita tidak mau sujud dan tidak mau bertasbih dengan menyatakan dan mengakui
akan kebesaran ALLAH SWT, berarti Manusia atau Diri kita termasuk orang-orang
yang Tidak Tahu Diri atau Manusia yang kedudukannya lebih rendah dari apa-apa
yang dikhalifahinya atau Manusia yang seharusnya menjadi Subyek telah berubah
menjadi Obyek dikarenakan manusia sudah tidak sesuai lagi dengan kefitrahan
yang dimilikinya yang pada akhirnya akan dapat menghantarkan diri kita berada
di dalam kehendak SYAITAN yang siap dibawa ke Neraka Jahannam.
Selanjutnya ada satu hal yang akan kami kemukakan yaitu mengenai
bertasbih dan sujudnya apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi,
yang dihubungkan dengan keadaan yang terjadi di sekeliling kita, yaitu :
1.
Padi, Tikus dan Wereng bertasbih dan sujud kepada
ALLAH SWT, sekarang relakah padi; sudikah padi, bersediakah padi, ikhlaskah
padi, di makan oleh manusia yang tidak mau sujud dan yang tidak mau bertasbih
kepada ALLAH SWT.
2. Air dan
Udara bertasbih dan sujud kepada ALLAH SWT, sekarang relakah air dan udara,
sudikah air dan udara, bersediakan air dan udara, ikhlaskah air dan udara, jika
dipergunakan oleh manusia yang membutuhkannya dimana manusia tersebut justru
melakukan perbuatan dan tindakan yang berseberangan dengan perbuatan Air dan
Udara kepada ALLAH SWT?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa jengkel dan rasanya sangat marah
jika kita memberikan sesuatu kepada orang lain, katakanlah memberikan sejumlah
uang, lalu uang tersebut dipergunakan untuk foya-foya atau untuk membiayai
perbuatan maksiat atau untuk berjudi. Hal yang sama juga terjadi pada Padi, Air
dan Udara yang juga merasa jengkel, marah, tidak suka, kepada manusia yang
perilakunya sangat berseberangan dengan perilaku dirinya sedangkan manusia itu
sendiri mempergunakan diri mereka untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk
itu jangan pernah salahkan Tikus ataupun juga wereng jika ia menjadi hama padi
atau memakan padi secara sporadis sebab padi lebih suka, padi lebih ikhlas,
padi lebih rela di makan oleh tikus dan juga wereng karena mereka semua
sama-sama bertasbih dan sujud kepada ALLAH SWT seperti yang padi lakukan
dibandingkan dengan manusia atau petani yang mengolah padi atau jangan pernah
salahkan Air dan Juga Udara jika Air tiba-tiba menjelma menjadi banjir bandang
atau malah menghilang atau jika Udara menjelma menjadi puting beliung atau
bahkan menjadi badai yang menghancurkan dan meluluh lantakkan apa-apa yang
ditemuinya.
Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas,
tidak ada jalan lain bagi diri kita
untuk selalu menjaga perilaku diri kita agar jangan sampai perilaku diri kita
lebih rendah dibandingkan dengan perilaku Hewan atau Binatang atau Tumbuhan
dikarenakan mereka semua lebih tinggi tingkat ketaatannya kepada ALLAH SWT
dibandingkan manusia atau
jangan sampai Tikus dan Wereng, lebih disukai, lebih diinginkan, lebih dihargai
oleh Padi dibandingkan dengan manusia selaku pengelola dan pengambil manfaat
dari Padi. Untuk itu
mari kita kembalikan kefitrahan diri kita sesuai dengan apa-apa yang
dikehendaki ALLAH SWT saat pertama kali menciptakan Kekhalifahan di muka bumi.
Berdasarkan
hal-hal yang kami uraikan di atas, masih ada satu hal lain yang harus kita
ketahui yaitu : maukah, relakah atau terpaksakah air, padi, hewan atau tumbuhan
yang akan kita konsumsi begitu saja melepaskan zat-zat yang terkandung di dalamnya
untuk kebutuhan manusia? Harus bagaimanakah kita bersikap kepada apa-apa yang akan
kita konsumsi? ALLAH SWT selaku pencipta diri kita sudah memberikan ketentuan
yang baku kepada diri kita tentang ketentuan dasar untuk mengkonsumsi segala sesuatu
yang dibutuhkan oleh tubuh kita yang kesemuanya termaktub di dalam surat Abasa
(80) ayat 24, di dalam surat Al Baqarah
(2) ayat 168 dan juga melalui surat An Nahl (16) ayat 114 di bawah ini.
Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 168)
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepadaNya saja
menyembah.
(surat
An Nahl (16) ayat 114)
Ibnu Abbas r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala
berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan
rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman: Rezekimu adalah makanan yang
tidak disebut nama-Ku padanya.
(hr Abussyekh;
272-259)
Berdasarkan
beberapa firman ALLAH SWT dan ketentuan hadits yang kami kemukakan di atas, ALLAH SWT telah
memberikan panduan kepada setiap manusia, termasuk kepada diri kita, jika akan
mengkonsumsi Makanan ataupun Minuman, haruslah memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Setiap Makanan dan Minuman WAJIB
memenuhi kriteria HALAL
b. Setiap Makakan dan Minuman WAJIB
memenuhi kriteria BAIK (Thayib).
c. Setiap akan makan Makanan dan Minuman
WAJIB membaca BASMALLAH.
d. Setiap akan makan Makanan dan Minum
WAJIB membaca DOA sebelum makan dan minum.
Adanya
ketentuan di atas adalah bukti Kasih Sayang ALLAH SWT kepada diri kita,
sehingga dengan begitu kita akan selalu berada di dalam Lindungan dan Ridha-Nya
serta selalu mendapatkan hal-hal yang Berkualitas tinggi. Selain daripada itu
ada hal lain yang harus kita perhatikan yaitu Halal dan Baik di dalam Makanan dan Minuman
yang kita konsumsi merupakan sebuah kondisi yang kait mengkait serta keduanya
tidak dapat berdiri sendiri. Kita tidak dapat hanya berpedoman kepada
ketentuan Halal semata dengan mengabaikan ketentuan Baik, atau demikian pula
sebaliknya. Halal dan Baik harus seiring sejalan. Halal mengindikasikan Kualitas dan Mutu dari bahan
sedangkan Baik adalah Ukuran, Takaran yang harus dikonsumsi atau Tingkat
Kebutuhan Gizi yang harus dipenuhi. Jika ketentuan Halal dan ketentuan Baik (Thayib) sudah kita
buat dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan, apakah hal ini sudah sesuai
dengan kehendak ALLAH SWT?
ALLAH
SWT menunjukkan kasih sayang-Nya kepada setiap manusia bahwa Ketentuan Halal
dan Ketentuan Baik belum cukup. Untuk itu ALLAH SWT memerintahkan kepada setiap
manusia untuk selalu membaca Basmallah yang dilanjutkan Membaca Doa jika kita
ingin Makan ataupun Minum. Untuk apa Basmallah dan Doa itu dan adakah
hubungannya dengan Makanan dan Minuman yang kita konsumsi?
Ibnu Abbas r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala
berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan
rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman: Rezekimu adalah makanan yang
tidak disebut nama-Ku padanya.
(hr Abussyekh;
272-259)
Berdasarkan
Hadits Qudsi di atas ini, jika kita
Makan dan Minum,tetapi tidak dibacakan Basmallah maka yang diberi Makan dan
Minum oleh diri kita bukanlah untuk diri kita sendiri, melainkan untuk Syaitan.
Ini berarti kita yang Makan dan Minum tetapi yang diberi Rezeki adalah musuh
utama dan terutama umat manusia.Adapun
melalui Doa yang kita panjatkan sebelum Makan dan Minum, mudah-mudahan dapat
memberikan atau dapat meningkatkan atau dapat menambah manfaat kepada kebutuhan
Jasmani kita atau dapat mengurangi dampak negatif dari Makakan dan Minuman yang
kita konsumsi. Hal ini dikarenakan belum tentu seluruh Makakan dan Minuman yang
kita konsumsi 100% telah memenuhi Ketentuan Halal dan Ketentuan Baik maka dengan Doa itulah kita berharap kepada
ALLAH SWT untuk memberikan Lindungan dan Ridhanya terhadap Makanan dan Minuman
yang kita konsumsi jika belum sepenuhnya memenuhi Ketentuan yang telah ALLAH
SWT tetapkan. Sekarang apakah Makanan dan Minuman yang kita konsumsi
sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan
ALLAH SWT ataukah kita yang makan tetapi Syaitan yang Tumbuh Subur
sehingga Syaitan mampu membangun rumah di dalam tubuh kita?
Ketentuan
Halal dan Haram bukan hanya mengatur makanan dan minuman yang kita konsumsi
sehari-hari saja. Akan tetapi ketentuan Halal dan Haram juga menyangkut
bagaimana cara untuk mendapatkan makanan dan minuman yang akan kita konsumsi.
Apa maksudnya? Sebagai contoh, makanan dan minuman yang akan kita konsumsi
sudah memenuhi seluruh konsep yang ditetapkan oleh ALLAH SWT, akan tetapi jika
cara memperolehnya tidak halal atau bertentangan dengan hukum yang berlaku
seperti mencuri dan juga korupsi, maka ketentuan yang telah kita penuhi menjadi
batal atau tidak berlaku lagi. Selanjutnya
jika makanan dan minuman yang memenuhi konsep Halal lagi Baik saja dapat batal
karena diperoleh dengan cara yang haram. Sekarang bagaimana dengan yang haram
lagi syaiat, jika diperoleh dengan cara yang haram pula? Jawabannya
dari pertanyaan ini adalah inilah kondisi yang paling dikehendaki oleh Syaitan
sang laknatullah dikarenakan kesempatan Syaitan untuk memiliki Istana di dalam
tubuh kita dapat terlaksana akibat ulah diri kita sendiri.
Selain
daripada itu dengan membacakan Basmallah sebelum makan atau minum sesuatu yang diciptakan
oleh ALLAH SWT untuk kebutuhan jasmani diri kita berarti pada saat diri kita akan
makan dan minum kita sudah mengucapkan atas nama ALLAH SWT engkau ku minum atau
engkau ku makan wahai zat yang dibutuhkan tubuhku sehingga pada saat itu juga apa yang kita makan ataupun apa yang
kita minum rela dan ikhlas menyerahkan apa-apa yang terkandung di dalam dirinya
untuk kebutuhan dan kemaslahatan jasmani diri kita. Namun apabila kita langsung
memakan ataupun meminum segala yang diciptakan oleh ALLAH SWT tanpa mengucapkan
Basmallah yang terjadi adalah adanya keterpaksaan atau adanya ketidakridhaan dari
zat-zat yang kita makan dan kita minum yang pada akhirnya hilanglah manfaat dan
berkah dari makanan dan minuman yang kita konsumsi. Semoga hal ini tidak terjadi
pada diri kita dan juga pada anak dan keturunan diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar