1. Berapa
banyak manusia yang dihukum secara berangsur angsur melalui kesenangan yang
diberikan kepadanya. Betapa banyak manusia yang mendapat cobaan melalui pujian
orang lain kepadanya. Dan betapa banyak manusia yang terperdaya karena
kelemahannya di sembunyikan oleh Allah SWT.
2. Sebaik
baik kaya ialah kaya hati. Sebaik baik bekal ialah taqwa. Seburuk buruk buta
ialah buta hati. Sebesar besar dosa ialah berdusta. Seburuk buruk usaha ialah
memungut riba. Seburuk buruk makanan ialah makan harta anak yatim. Siapa
memaafkan orang akan dimaafkan Allah. Siapa mengampuni akan diampuni Allah.
3. Sumber
kehancuran manusia ada dua: perasaan putus asa dan perasaan bangga diri (ujub).
Putus asa berarti sirnanya harapan. Dan bangga diri berarti rasa puas yang
menimbulkan anggapan segala urusan telah tuntas.
4. Sesungguhnya,
Allah menjadikan putus asa dan kesenangan ada dalam keyakinan dan ridha,
menjadikan kekhawatiran dan kesedihan dalam keraguan dan kemarahan.
5. Dimana
pun kita berada, Allah akan mencoba manusia dengan kekayaan dan kefa-kiran. Aku
tidak menolak jika diuji dengan salah satu dari keduanya. Jika kaya, ia akan
melatihku untuk berbelas kasih. Jika fakir, ia melatihku untuk bersabar.
6. Semua
orang itu pintar berbicara. Barangsiapa yang perbuatannya sejalan dengan
ucapannya, itulah orang yang layak dikagumi. Akan tetapi, jika ucapannya
berbeda dengan perbuatannya, itulah orang yang mencela dirinya sendiri.
7. Hai
lisan, katakanlah kebaikan, niscaya engkau akan mendapatkan keberuntungan.
Janganlah mengucapkan yang jahat (buruk), niscaya engkau akan selamat, sebelum
timbulnya penyesalan.
8. Perkataan
tidak bermanfaat kecuali dengan amal. Perkataan dan amal tidak berman-faat
kecuali dengan niat. Perkataan, amal dan niat tidak bermanfaat kecuali sesuai
sunnah Nabi.
9. Tidaklah
seorang hamba mendapatkan hidayah hati, ridha, dan berserah diri kepada Allah
kecuali dengan keyakinan.
10. Bagi
Tuhan kamu tidak ada malam tidak pula siang. Dia adalah cahaya seluruh langit
dan bumi; dari cahaya wajahNya. Dan di hari kiamat, hari pengadilan kelak, bumi
akan terang benderang dengan cahayaNya.
11. Jika
seseorang dari kami (sahabat Nabi) mempelajari sepuluh ayat AlQuran, ia tidak
melanjutkan ke ayat berikutnya sebelum memahami dan mengamalkan sepuluh ayat
tersebut.
12. Seseorang
akan lupa pada ilmu yang dipelajarinya akibat dosa yang dilakukannya.
13. Barangsiapa
congkak karena merasa dirinya mulia, niscaya Allah akan menghi-nakannya. Namun
siapa yang tawadhu kepada Allah karena khusyu’ niscaya Allah akan
memuliakannya.
14. Setiap
orang di dunia ini adalah seorang tamu dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu
pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan.
15. Orang yang berbahagia
itu, ialah orang yang mengambil pengajaran dari orang lain.
16. Sabar memiliki dua
sisi, sisi yang satu adalah sabar, dan sisi yang lain adalah ber-syukur kepada
Allah.
17. Hendaklah kamu semua
mengusahakan ilmu pengetahuan itu sebelum dilenyapkan. Lenyapnya ilmu
pengetahuan ialah dengan matinya orang orang yang memberikan atau mengajarkannya.
Seorang itu tidaklah dilahirkan pandai, jadi ilmu pengetahuan itu pastilah
harus dengan belajar.
18. Kebaikan bukanlah
karena banyak harta dan anak anak tetapi kebaikan yang se-sungguhnya ialah bila
semakin besar rasa santunmu semakin bertambah ilmumu, dan kamu berpacu
menandingi manusia dalam mengabdi kepada Allah.
19. AlQuran diturunkan
untuk diamalkan, maka ikutilah pelajaran tentangnya dengan amalan. Dan akan
datang suatu kaum yang membersihkan AlQur’an seperti membersihkan selokan,
mereka itu tidak termasuk orang orang yang baik. Orang berilmu yang tidak
mengamalkan ilmunya, adalah seumpama orang sakit yang menerangkan tentang obat,
dan seumpama orang lapar yang menerangkan tentang kelezatan makanan sedangkan
hal itu tidak dimilikinya.
20. Orang
tidak mungkin mencapai derajat muttaqien, apabila tidak berilmu, dan apa guna
ilmu apabila tiada dibuktikan dalam perbuatan.
21. Satu dirham yang disedekahkan ketika sehat dan bakhil lebih baik dari seratus dir-ham
yang diwasiatkan ketika akan mati.
22. Selagi engkau berada
dalam shalat, berarti engkau sedang mengetuk pintu Allah. Dan barangsiapa
mengetuk pintu Allah, pintu itu akan dibukakan untuknya.
23. Ilmu ialah pengertian
dari hasil penelitian, jalan dalam mencapai tujuan, ma’rifat untuk membuka
tabir hakekat, landasan dalam perbuatan dan tindakan, daya pikir dalam mencapai
kebenaran dan motor kehidupan yang disinari jiwa, dalam melaksanakan amal bakti
kepada Allah Yang Maha Penyayang.
24. Apabila
kamu semua mengingkan ilmu pengetahuan, maka selidikilah AlQuran sebab di dalamnya
termuat ilmu ilmu orang orang yang dahulu dan yang belakangan.
25. Demi Allah, tiada
seorangpun yang berbaik sangka kepada Allah, melainkan pasti akan memberikan
kepadanya apa yang ia sangkakan. Sebab, semua kebaikan itu ada dalam genggaman
Allah. Apabila Allah sudah memberi husnuzzhanNya berarti Allah akan memberi apa
yang disangkakannya.
26. Setan itu
memunculkan cetusan pikiran buruk dan mendustakan kebenara. Adapun malaikat
mencetuskan pikiran baik dan membenarkan kebenaran. Bersyukurlah kepada Allah
apabila engkau memilik cetusan pikiran kebaikan. Jika selain itu, berlindunglah
kepada Allah dari golongan setan.
27. Tuntutlah
ilmu sebelum ilmu itu diangkat. Ilmu diangkat dengan kematian perawi perawinya.
Demi Tuhan yang jiwaku di dalam kekuasaanNya. Sesungguhnya orang orang yang
syahid dalam perang sabil lebih suka dibangkitkan oleh Allah nanti sebagai
ulama, karena mereka mengetahui kemuliaan ulama. Sesungguhnya, tidak seorangpun
dilahirkan berilmu. Ilmu diperoleh dengan belajar. Dan ilmu itu bukan sebuah
kemahiran dalam berkata kata, tetapi ilmu itu (menimbulkan) taqwa kepada Allah.
28. Orang
yang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya bagaikan orang sakit yang
menerangkan obat dan bagaikan orang lapar yang menerangkan kelezatan makanan
sedang makanan itu tidak dimilikinya.
29. Hendaklah
engkau menjadi air mata ilmu, lampu petunjuk, banyak berdiam di rumah, pelita
malam, sunyi hati dari selain Allah, memakai pakaian dari kain yang kasar,
terkenal di kalangan penduduk langit, dan tersembunyi di kalangan penduduk
bumi.
30. Aku
peringatkan engkau dari berlebihan dalam berkata kata. Cukuplah bagi seorang
manusia sekedar menyampaikan keperluannya.
31. Demi
Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia, tidak ada yang kita perlukan untuk kita
penjarakan selama-lamanya selain lisan kita.
32. Tidaklah sekali-kali suatu rumah dipenuhi dengan gelak tawa, melainkan akan berakhir
dengan deraian air mata.
33. Demi
Allah, tidak ada seorangpun di antara kamu kecuali Tuhannya akan bertemu
dengannya, sebagaimana kamu melihat bulan purnama, kemudian Allah SWT
berfirman, “Wahai anak Adam, apa yang kamu memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadapKu? (Diulang sebanyak tiga kali). Apa jawabanmu atas dakwah para Rasul?
Dan apa yang Anda amalkan dari apa yang sudah Anda ketahui?
34. Belajarlah ilmu,
apabila sudah tahu, maka amalkanlah.
35. Biasakanlah
dirimu dengan kebaikan. Sebab sesungguhnya, kebaikan itu adalah suatu
kebiasaan.
36. Tidaklah
seseorang mencintai suatu kaum, kecuali ia akan datang pada hari kiamat bersama
mereka.
37. Jika
aku bersumpah atasnya, niscaya aku buktikan kebenarannya, tidaklah Allah
me-nyembunyikan aib seorang hamba di dunia, kecuali akan disembunyikan pula
aibnya pada hari kiamat.
38. Sesungguhnya,
malaikat itu mempunyai bisikan dan syaitan pun mempunyai bisikan. Bisikan
malaikat ialah menyusupkan kebaikan dan meyakini kebenaran. Jika engkau melihat
hal demikian, pujilah Allah. Adapun bisikan syaitan adalah menyusupkan
kejahatan dan kedustaan pada kebenaran. Dan jika engkau melihat hal demikian
maka berlindunglah kepadaNya.
39. Orang yang bahagia
adalah orang yang bisa menarik pelajaran dari orang lain.
40. Dunia adalah
kerisauan dan duka cita, apabila terdapat kebahagiaan di dalam berarti
keuntungan bagimu.
41. Orang yang bahagia
adalah orang yang bisa menarik pelajaran dari orang lain.
42. Dua rakaat yang
dilakukan seorang alim yang mengerti dan ikhlas, lebih baik dari-pada ibadah
orang jahil sepanjang masa.
43. Cukuplah hanya dengan
takut kepada Allah sebagai ilmu, dan keberanian menen-tang-Nya sebagai sebuah
kebodohan.
44. Seorang
mukmin sejati, melihat dosanya bagaikan gunung yang akan runtuh menim-pa
dirinya. Adapun orang kafir melihat dosanya bagai lalat yang hinggap di hidung,
seraya berkata, ‘seperti ini saja’. Lalu, terbanglah lalat itu.
45. Jalan
keluar dan pertolongan berasal dari keimanan dan kerelaan. Kecemasan dan
kepedihan berasal dari keraguan dan amarah.
46. Orang
yang bersabar akan mencapai tujuan yang
terbaik. Dengan keadilan dan kemahatahuan-Nya, Allah SWT menjadikan kebahagiaan
dan kesenangan ada pada keyakinan dan kerelaan hati, dan menjadikan duka dan
kesusahan pada keraguan dan ketidakrelaan.
47. Tiada
suatu hari pun melainkan di dalamnya Malaikat berseru, “Hai anak Adam! Yang
sedikit tetapi memadai bagimu, lebih baik daripada yang banyak tetapi
menganiaya kamu.”
48. AlQuran
diturunkan untuk diamalkan isinya. Sesungguhnya, ada diantara kalian seseorang
yang membaca AlQuran dari permulaan sampai penghabisan tanpa meninggalkan satu
huruf pun. Akan tetapi, ia tidak mengamalkan kandungannya.
49. Aku
benar-benar benci melihat orang yang hanya menganggur saja dan tidak berusaha
memanuhi kepentingan keduniaan ataupun keakhiratannya.
50. Pada
akhir zaman akan banyak orang melaksanakan ibadah haji tanpa sebab. Mereka
melakukannya dengan perasaan ringan dan tanpa kesulitan. Mereka sangat luas
rezekinya dan berlimpah ruah hartanya. Namun mereka kembali tanpa membawa
pahala, tertutup dari rahmat Allah, serta terampas semua ganjarannya. Untanya
melintasi padang pasir, sedangkan tetangganya yang mengikat perutnya karena
kelaparan, tidak dihiraukan, apalagi ditolongnya.
51. Wasiat Abdullah bin
Mas’ud ra, kepada anaknya (Abdurrahman): Asy Sya’bi menceritakan bahwa saat
akan meninggal, Abdullah bin Mas’ud memanggil putranya dan berkata, “Wahai
Abdurrahman! Aku wasiatkan kepadamu agar bersikap dengan lima perangai dan
jangan pernah meninggalkannya. Pertama,
perlihatkan kemandirianmu kepada orang lain, karena mandiri merupakan suatu
kekayaan. Kedua, jangan
menggantunkan kebutuhanmu kepada orang lain, karena hal itu merupakan
kemiskinan yang sedang menjelma. Ketiga,
jangan mengurusi hal hal yang tidak mampu kamu tangani, dan jangan
mengerjakannya. Keempat, jika kamu
mampu, usahakan agar tidak ada yang yang kamu lewatkan melainkan hari itu kamu
lebih baik dari hari kemarin. Kelima,
bila kamu hendak mendirikan shalat, shalatlah dalam keadaan seperti orang yang
akan meninggal dunia, seakan akan setelah itu kamu tidak dapat lagi
mengerjakannya.”
Ismail
bin Abu Khalid menceritakan bahwa ada tiga hal yang diwasiatkan Ibnu Mas’ud
kepada anaknya, Abu Ubaidah, yaitu: “Wahai Anakku! Aku wasiatkan kepadamu agar
bertakwa kepada Allah dan gendaknya kamu bisa diterima di rumahmu, dan
tangisilah dosa dosamu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar