Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 07 Juli 2021

TAHU DIRI MELALUI KONSEP DWIFUNGSI DAN DWIDIMENSI (PART 3 of 8)

 

D.     MENJAGA KESEHATAN JASMANI.

 

Untuk menjaga kesehatan jasmani ada dua hal yang harus kita perhatikan, yang pertama adalah apa-apa yang kita masukkan ke dalam tubuh dan yang kedua, adalah apa apa yang harus kita keluarkan dari dalam tubuh. Khusus untuk apa apa yang dimasukkan ke dalam tubuh. Allah SWT telah memberikan petunjuk-Nya melalui surat Al Baqarah (2) ayat 168 sebagaimana telah kami kemukakan di atas. Dan jika kita ingin mendapatkan kesehatan tubuh yang maksimal, selain kita memperhatikan apa-apa yang kita masukkan ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi, kitapun harus pula memper-hatikan hal-hal yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh dalam kerangka membersihkan 4 (empat) kotoran atau racun dari dalam tubuh kita secara tuntas sebagaimana dikemukakan oleh  Andri Wang, dalam bukunyaMenuju Hidup Sehat dan Panjang Umur, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014, berikut ini:

 

1.   Udara Kotor. Hawa kotor yang keluar dari mulut yang terasa bau atau gas tidak sedap yang keluar dari usus besar itu adalah udara kotor atau udara racun yang tertimbun dalam tubuh kita. Bila tidak dikeluarkan, akan menggangu kesehatan tubuh kita. Maka, di pagi hari setelah bangun tidur, minumlah air putih sebanyak 200cc, kemudian berkumur 3 kali, lantas pergilah ke halaman atau ke tempat yang banyak pohon. Buanglah napas yang bau itu, keluarkan lewat mulut sebanyak mungkin sampai hawa yang keluar dari mulut tidak terasa bau lagi. Kemudian teruskan dengan menarik napas panjang dan hirup udara bersih segar itu sepuas puasnya di barengi dengan dzikir sehingga udara yang sudah keluar diganti dengan udara yang bersih segar plus dzikir. Sedangkan gas yang keluar dari usus besar adalah udara kotor dan gas bau yang memang harus dibuang. Buang gas adalah gejala yang baik dan perlu disyukuri, meskipun tidak sopan bila dilakukan di depan umum. Gas di dalam usus besar ini mengandung gas beracun H2S yang dihasilkan dari fermentasi bakteri di dalam usus besar. Jika gas itu tidak dikeluarkan akan menjadi racun dalam tubuh kita.

 

2.     Cairan Kotor. Air putih yang kita minum akan segera masuk ke lambung dan usus kecil, kemudian molekul H2O yang ada dalam air tersebut diserap melalui usus besar ke dalam sirkulasi darah. Cairan yang berlebihan di dalam darah akan dikeluarkan secara berangsur angsur melalui organ ginjal. Cairan tersebut membawa kotoran dan “creatine” yang beracun serta hasil uraian obat yang dilakukan oleh organ hati, dan zat lainnya yang dihasilkan dari proses katabolisme. Semua kotoran beracun tersebut lolos dari saringan ginjal yang sehat, lantas mengalir ke dalam kantong kemih dan keluar menjadi air seni yang berbau pesing. Begitu juga keringat kotor dan bau itu, dikeluarkan melalui pori pori kulit. Keringat juga termasuk kotoran cair dari tubuh yang harus dikeluarkan.

 

3.  Kotoran Dari Usus Besar. Untuk mempertahankan kesehatan tubuh, sebaiknya setiap pagi dibiasakan buang air besar secara rutin. Bila kotoran yang tertimbun dalam usus besar tidak dikeluarkan setiap hari, maka akan menjadi racun dan ini tidak baik untuk kesehatan tubuh. Bagi orang yang mengalami konstipasi (sembelit), perutnya terasa kembung serta kencang, mulutnya akan mengeluarkan bau tidak sedap, kulitnya juga terlihat kusam. Orang mengatakan bahwa di mana ada yang bisa masuk (makan dan minum) dan bisa keluar (buang air besar), itu adalah sehat. Namun itu saja belum cukup jika kotoran dalam pikiran belum dikeluarkan.

 

4.    Kotoran Dalam Pikiran. Pikiran  negatif  seperti  gampang  marah,  membenci orang, suka mengkritisi dan menilai orang lain, berprasangka buruk dan suka berdebat tidak akan bisa menjadikan pikiraan dan tubuh yang sehat. Pikiran negatif adalah kotoran dalam pikiran yang paling ampuh merusak kesehatan tubuh dan juga kesehatan ruhani seseorang. Maka pikiran negatif yang kotor itu perlu dibersihkan sesegara mungkin dan setuntas tuntasnya.

 

Selain daripada itu ketahuilah 3 (racun) yang bisa mendatangkan penderitaan, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan. Orang yang suka marah besar dan dendam kepada orang lain, hidupnya selalu tegang dan pikirannya tidak bisa senang. Dan yang dimaksud dengan kebodohan disini bukanlah tidak berpendidikan melainkan masih saja melanggar objek yang salah. Jadi, meskipun secara akademis seseorang intelek, bisa saja dia tetap melakukan kebodohan. Misalnya orang yang sudah berkecukupan, tapi belum merasa puas dan cukup, masih melekat pada nafsu, terus mengejar kekayaan, bahkan sampai menempuh cara yang tidak halal. Karena keserakahan, akhirnya terjerat hukum dan harus mendekam di penjara, Dia merasa malu dan menyesal di kemudian hari, istri, anak anaknya menanggung malu seumur hidupnya. Itulah yang dimaksud dengan manusia bisa melakukan kebodohan.

 

Untuk lebih mempertegas kotoran yang ada di dalam pikiran, berikut ini akan kami kemukakan tentang penyakit penyakit hati yang berhubungan erat dengan kotoran yang ada dalam pikiran, yang keduanya juga harus dikeluarkan dari dalam tubuh kita. “Sembuhkan sakit hatimu, maka akan sembuh seluruh tubuhmu”. Ada orang yang punya sakit hati yang benar benar kronis dalam bentuk Benci Banget; Dendam Banget; Nggak Suka Banget; Sedih Banget; Kecewa Banget. Semua itu dianggap serius, sampai sakitnya berdampak pada tubuh. Begitu muncul dalam bentuk penyakit kanker, diabetes, sakit jantung, baru diatasi. Dan yang diatasi pun hanya dipermukaannya saja. Diatasi dengan operasi, obat herbal bertahun tahun bahkan seumur hidup, kemoterapi, radiasi. Semua yang membuat sel sel tubuh luluh lantak. Tapi akar masalahnya tidak di atasi.

 

Akar masalahnya adalah hati yang sakit dan semakin rusak. Kemudian merusak seluruh jaringan tubuh seperti : (a) Darah tetap dibiarkan asam; (b) Kondisi tubuh asam; (c) Pikiran tetap stress, jiwa tidak tenang; (d) Dendam masih banyak; (e) Kecewa masih berlanjut; (f) Perasaan masih tidak enak; (g) Benci masih kuat. Secara tidak langsung kita membunuh diri sendiri. Ingat Rasulullah SAW pernah berkata: Ada segumpal daging yang jika ia baik maka seluruh tubuh akan baik. Dan kalau ia buruk maka seluruh tubuh akan buruk. Itulah Hati. Seharusnya ia selalu dalam kondisi indah dan baik; selalu ikhlas, menerima ketentuan Allah SWT, bersyukur, tulus berbagi dan bahagia bersama. Seperti anak yang selalu bahagia dan tertawa, seperti itulah kondisi hati kita seharusnya.Pada saat kita sudah tidak lagi seperti itu, itulah saat penyakit muncul. Dan deteksi dini harus dilakukan. Akar permasalahan  harus diatasi.

 

Hati perlu terus dicuci dan dibersihkan. Tanda tanda hati bersih dan suci adalah: (a) Selalu bahagia atas kebahagiaan orang lain; (b) Selalu bersemangat berbagi tanpa pamrih; (c) Selalu ridha dengan ketentuan yang Allah SWT berikan untuk kita; (d) Tidak dengki; (e) Tidak dendam. Semoga kita mampu menjaga kesehatan jasmani dengan sebaik baiknya, jika jasmani sehat akan sangat membantu diri kita beraktivitas sehari hari. Jangan lupa berolah raga untuk membakar karbohidrat dan juga lemak dalam tubuh selain memperhatikan makanan dan minuman yang kita konsumsi serta membuang apa apa yang harus di buang yang berasal dari dalam tubuh.

 

Dan sekali lagi kami ingatkan bahwa halalnya makanan dan minuman yang kita konsumsi tidak serta merta memberikan kebaikan bagi tubuh kita, sepanjang ketentuan thayib (baik) tidak bisa kita penuhi. Apalagi jika makanan dan minuman yang kita konsumsi termasuk dalam kategori haram dari sisi jenis makanannya dan juga diperoleh dari penghasilan yang haram, dimakan tanpa membaca Basmallah dan Doa serta dimakan sampai kekenyangan. Bayangkan apa yang terjadi pada tubuh kita? Bukan manfaat yang kita peroleh melainkan mudharat yang kita dapatkan yang sewaktu-waktu akan berdampak negatif jasmani kita. Untuk itu berhati hatilah dalam mengkonsumsi sesuatu yang kita masukkan ke dalam tubuh, ataupun ke dalam tubuh istri (suami) serta anak keturunan kita.

 

E.    MENJAGA KEFITRAHAN RUH.

 

Jati diri manusia yang sesungguhnya adalah ruh, dimana ruh harus dijaga kesehatannya (maksudnya kefitrahannya). Untuk menjaga kesehatan ruh tentu sangat berbeda dengan menjaga kesehatan jasmani karena asal usul dari keduanya berbeda. Jasmani bukanlah Allah SWT yang membuat, namun Allah SWT yang menentukan aturan mainnya, seperti makan dan minum yang sesuai dengan konsep halal dan thayyib, sebelum makan dan minum diwajibkan membaca basmallah dan berdoa sebelum mempertemukan sperma dan ovum diwajibkan membaca doa agar setan tidak ikut andil di dalamnya.

 

Sedangkan untuk menjaga kesehatan (kefitrahan) ruh sangat berbeda dengan ketentuan untuk menjaga kesehatan jasmani. Membersihkan permukaan tubuh itu mudah sekali, kita tinggal mandi memakai sabun dan shampoo. Sebaliknya membersihkan ruh atau bathin dan pikiran tidaklah semudah membersihkan tubuh. Kita harus terus menerus melakukan instrospeksi diri, membersihkan pikiran negatif dan keakuan yang melekat dalam diri kita, barulah pikiran kita bisa bersih dan cemerlang.Tidak ada orang yang yang  bisa menghadiahkan atau meminjamkan kesehatan dirinya untuk kepentingan diri kita kecuali usaha dari kita sendiri.

 

Untuk memperoleh dan mendapatkan kesehatan yang hakiki (maksudnya kesehatan jasmani dan ruh) adalah akumulasi dari memelihara kesehatan jasmani dan juga kesehatan ruh secara istiqamah selama hayat masih di kandung badan. Dengan ketentuan, jaga kesehatan ruh terlebih dahulu barulah kita menjaga kesehatan jasmani sehingga ruh sehat yang dibarengi dengan jasmani sehat. Jika ini yang terjadi sangat terasa indah nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT. Selain daripada itu, ketahuilah setiap manusia yang hidup pasti akan mengalami apa yang dinamakan proses pengaruh mempengaruhi antara jasmani dengan ruh serta setiap manusia pasti akan mengalami gangguan ahwa (hawa nafsu) dan setan serta gangguan monster ketakutan yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kefitrahan manusia, atau timbullah kekotoran jiwa manusia, atau manusia sudah tidak sesuai lagi dengan konsep awal penciptaan manusia. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (surat Al Baqarah (2) ayat 155).”

 

Di lain sisi, pada saat manusia hidup maka setiap manusia pasti akan melakukan aktivitas, yang mana aktivitas ini akan mengakibatkan jasmani mengalami gangguan berupa debu, berupa keringat, berupa bau badan, berupa daki, mengakibatkan buang air kecil maupun besar.  Adanya pengaruh negatif baik kepada jasmani maupun kepada ruh tentu hal ini akan mengakibatkan baik jasmani maupun ruh menjadi tidak suci atau tidak fitrah lagi, atau mengalami suatu kekotoran. Adanya kekotoran, atau ketidaksucian yang dialami oleh jasmani maupun oleh ruh maka kondisi ini harus dikembalikan lagi ke posisi yang suci lagi karena kita akan menghadap kepada yang Maha Suci. Untuk mengembalikan kefitrahan ruh menjadi sediakala, atau membersihkan jasmani dari kekotoran akibat proses alam, atau akibat proses alamiah jasmani maka proses thaharah harus kita laksanakan.

 

Sekarang tolong perhatikan dengan seksama dua buah hadits yang akan kami kemukakan di bawah ini. Hal ini penting kami kemukakan karena kita tidak akan bisa menampilkan penampilan Allah SWT jika ketentuan yang ada pada ke dua hadits berikut ini masih melekat dalam diri kita, yaitu: Dari Ibnu Umar ra, katanya, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak diterima shalat seseorang tanpa suci, dan tidak diterima sedekah yang berasal dari kejahatan (seperti mencuri, menipu, menggelapkan atau korupsi, rampok, judi dan sebagainya). (Hadits Riwayat Bukhari No.175)

 

Hudzaifah ra, berkata: Nabi SAW  bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Allah SWT telah mewahyukan kepadaku: "Wahai saudara para Rasul dan saudara para pemberi peringatan! Berilah berita peringatan kepada kaummu untuk tidak memasuki rumahKu (masjid) kecuali dengan hati yang bersih, lidah yang jujur, tangan yang suci, dan kemaluan yang bersih. Dan janganlah mereka memasuki rumahKu (masjid) padahal mereka masih tersangkut barang aniayaan hak hak orang lain. Sesungguhnya Aku mengutuknya selama ia berdiri mengerjakan shalat di hadapanKu sehingga ia mengembalikan barang aniayaan itu kepada pemiliknya yang berhak. Apabila ia telah mengembalikannya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat dan ia akan menjadi salah seorang kekasihKu, orang pilihanKu dan bersanding bersamaKu bersama para Nabi, para shiddiqin dan para syuhada di dalam syurga. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Nua'im, Hakim, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir; 272:240)

 

Berdasarkan ketentuan 2 (dua) buah hadits di atas ini, kita tidak bisa serta merta begitu saja menjadi abd’ (hamba)Nya yang sekaligus khalifahNya Allah SWT di muka bumi. Untuk itu ketahuilah bahwa semuanya ada syarat dan ketentuan yang harus kita penuhi terlebih dahulu sebelum diri kita melaksanakan apa yang kami kemukakan di atas. Adapun syarat dan ketentuan yang wajib kita penuhi yang keseluruhannya sangat dikehendaki Allah SWT adalah : hati yang bersih, lidah yang benar, tangan yang suci serta kemaluan yang bersih. Selain daripada masih melalui ketentuan hadits di atas, Allah SWT tidak memperkenankan diri kita untuk memasuki masjid, atau tidak memperkenankan diri kita mendirikan shalat jika kita masih tersangkut barang aniayaan hak orang lain, sebelum diri kita melunasi atau mengembalikan barang aniayaan itu kepada yang berhak. Atau dengan kata lain uang yang dipergunakan untuk menafkahi diri, keluarga, anak dan keturunan haruslah uang yang halal yang tidak terkontaminasi sedikitpun dengan hasil dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta grativikasi.

 

Timbul pertanyaan, ada apa dengan kondisi seperti itu sehingga Allah SWT sampai harus menetapkan hal ini dengan tegas saat diri kita menjadi khalifahNya? Ada beberapa alasan kenapa Allah SWT sampai harus menetapkan kondisi dasar setiap manusia sebelum melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT seperti melaksanakan haji dan umroh, mendirikan shalat, atau sebelum memasuki masjid, atau sebelum menghadap Allah SWT, yaitu :

 

a.    Hati  yang  bersih  merupakan  syarat  utama  untuk berkomunikasi dengan Allah SWT, hal ini dikarenakan Allah SWT hanya bisa dijangkau oleh hati yang mukmin.

b.    Allah SWT adalah Dzat yang Maha Suci, sekarang bagaimana mungkin kita akan berhubungan, atau menghadap, atau menjadi tamu, atau berkomunikasi dengan yang Maha Suci dengan baik dan benar jika lidah, tangan, kemaluan, harta, pakaian, serta diri kita sendiri masih dalam keadaan kotor.

c.     Adanya barang aniayaan milik orang lain yang masih belum kita lunasi, atau belum kita kembalikan kepada yang pemiliknya yang berhak, atau adanya barang aniayaan yang masih melekat di dalam harta kita berarti saat diri kita menghadap, atau saat berhubungan, atau menjadi tamu, atau saat berkomunikasi  dengan Allah SWT berarti kondisi harta yang kita miliki, atau sesuatu yang kita miliki belum seluruhnya dalam keadaan bersih, atau masih dalam keadaan kotor sedangkan Allah SWT adalah Dzat yang Maha Suci. Adanya perbedaan kondisi ini akan menghambat diri kita untuk bersinergi dengan Allah SWT melalui ibadah Haji dan Umroh yang kita laksanakan dan juga saat mendirikan shalat apalagi untuk menjadikan jiwa Muthmainnah. 

 

Allah SWT akan mengutuk kepada orang yang masih tersangkut barang aniayaan, kepada orang yang masih tersangkut dengan barang curian, kepada orang yang masih tersangkut dengan hasil korupsi, kepada orang yang masih tersangkut hak hak orang lain yang diambil tanpa hak, seperti menipu, sampai dengan apa yang telah diambilnya dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak atau  yang sah, terkecuali kita siap untuk dikutuk Allah SWT.

 

Dan jika sampai sesuatu yang haram sampai menjadi penghasilan kita, akan sia-sialah shalat kita, akan sia-sialah kita ke masjid, akan sia-sialah kita melaksanakan haji & umroh, karena Allah SWT tidak menghendaki diri kita ada dihadapanNya baik pada saat kita hadir di rumah Allah SWT (maksudnya di masjid), pada saat diri menghadap Allah SWT (maksudnya saat mendirikan shalat), pada saat diri kita memenuhi undangan Allah SWT (maksudnya saat melaksanakan haji dan umroh atau wukuf) karena ulah kita sendiri yang tidak mampu membersihkan harta kekayaan atau tidak mampu  memperoleh harta kekayaan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 

Lalu setelah diri kita mampu membersihkan hati, membersihkan lidah, membersihkan tangan, membersihkan  kemaluan serta membersihkan harta kekayaan maka terjadilah apa yang dinamakan dengan kesesuaian kondisi antara diri kita dengan Allah SWT, yaitu Yang Maha Suci hanya bisa ditemui dengan yang suci pula. Sehingga jika Allah SWT adalah Yang Maha Suci maka kitapun harus suci terlebih dahulu sebelum menghadap Yang Maha Suci. Lalu jika Allah SWT adalah Yang Maha Terpuji, maka kitapun harus berperilaku terpuji sebelum menghadap Yang Maha Terpuji. Lalu, jika Allah SWT adalah Yang Maha Terhormat, maka kitapun harus berperilaku terhormat sebelum menghadap Yang Maha Terhormat. Adanya kesesuaian yang kita lakukan sebelum melaksanakan ibadah haji dan umroh, atau sebelum mendirikan shalat berarti diri kita telah menempatkan dan meletakkan serta memposisikan Allah SWT sesuai dengan kebesaraan dan kemahaan yang dimiliki-Nya.

 

Agar diri kita memiliki tolak ukur dari sehatnya (fitrahnya) ruh, berikut ini akan kami kemukakan sebuah indikator dari sehatnya ruh selama dipersatukan dengan jasmani, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, katanya: “Apabila ruh orang orang mukmin keluar dari tubuhnya, dua orang malaikat menyambutnya dan menaikkannya ke langit”. Kata Hammad. “Karena baunya harum seperti kasturi” Kata penduduk langit: “Ruh yang baik datang dari bumi, Shallallahu ‘alaika (semoga Allah melimpahkan kebahagiaan kepadamu) dan kepada tubuh tempat engkau bersemayam.” Lalu ruh dibawa kehadapan Tuhannya, Kemudian Allah berfirman: “Bawalah dia ke sidratul muntaha, dan biarkan disana hingga hari kiamat. Kata Abu Hurairah selanjutnya, “Apabila ruh orang kafir keluar tubuhnya, kata Hammad, berbau busuk dan mendapat makian, maka berkata penduduk langit, “Ruh jahat datang dari bumi. “Lalu diperintahkan, “Bawalah dia ke penjara dan biarkan disana hingga hari kiamat. (Hadits Riwayat Muslim No.2248).” Semoga kita mampu menjaga, merawat, memperta-hankan kefitrahan ruh yang menjadi jati diri kita yang sesungguhnya. Amiin

 

Agar ruh selalu berada dalam kondisi fitrah, atau agar jiwa muthmainnah konsisten dan berkualitas selama hayat masih di kandung badan maka ruh selaku jatidiri kita yang sesunggunya harus selalu memperoleh asupan energi keimanan melalui pelaksanaan ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT melalui pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah (menyeluruh), dengan catatan bahwa :

 

1.   Ibadah yang kita laksanakan bukanlah untuk mencari pahala, atau membatalkan sebuah kewajiban, ibadah adalah kebutuhan yang hakiki bagi diri dan jiwa kita serta menjadikan hati nurani menjadi raja.

2.    Ibadah merupakan sarana dan alat bantu terbaik untuk memberi asupan makanan (energi) guna pertumbuhan keimanan, atau untuk mempertahankan kualitas keimanan yang sangat dibutuhkan oleh ruh atau jiwa kita.

3.   Ibadah merupakan sarana dan alat bantu untuk memantapkan iman dalam jiwa, sehingga jiwa kita berada di dalam kelompok jiwa taqwa, dalam hal ini jiwa muth-mainnah.

4.   Ibadah merupakan sarana dan alat bantu untuk memperbaharui sumber kekuatan guna memperoleh pertolongan Allah SWT yang sangat diperlukan untuk mensukseskan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.

5.     Ibadah adalah sarana dan alat bantu untuk menggarap hati kita agar menjadi lebih peka terhadap lingkungan, lebih teguh terhadap perintah dan larangan Allah SWT.

6.   Ibadah adalah sarana dan alat bantu untuk membina pribadi pribadi manusia da-lam kerangka mempertahankan dan memelihara serta mengembangkan dan meningkatkan apa apa yang telah diberikan Allah kepada diri kita.

7.    Ibadah adalah sarana dan alat bantu untuk mensukseskan tugas kita sebagai kha-lifah di muka bumi serta untuk mencari keridhaan Allah.

 

Sekali lagi kami ingin menegaskan kepada jamaah sekalian tentang adanya ketentuan dasar yang berlaku bagi ruh dan juga tentang ketentuan dasar yang berlaku bagi jasmani, sebagai-mana akan kami kemukakan berikut ini, yaitu:

 

1.    Ruh memiliki ketentuan dasar, yaitu: datang fitrah kembali harus fitrah maka ruh sangat membutuhkan pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah (menyeluruh dalam satu kesa-tuan) yang tidak terpisahkan. 

2.    Kemampuan dasar jasmani (jasad) sangat berhubungan erat dengan posisi usia se-seorang. Semakin tua usia seseorang maka kualitas jasmani pasti akan mengalami penurunan kemampuan. Inilah sunnatullah yang pasti berlaku kepada jasmani.

3.  Kemampuan ruh tidak berhubungan langsung dengan tua atau mudanya  sese-orang, melainkan sejauh mana kita mampu melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Semakin kaffah (khusyu’) kita melaksanakan Diinul Islam maka semakin berkualitas atau semakin fitrah ruh seseorang. Untuk itu jangan pernah menjadikan ruh mengikuti sunnatullah yang berlaku bagi jasmani. Semakin tua semakin berkurang kemam-puannya. Cukup jasmani saja yang menjadi tua atau berkurang kemampuannya namun ruh haruslah tetap muda (maksudnya tetap berkualitas atau tetap fitrah sesuai dengan kehendak Allah SWT).

4. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi jangan sampai tuanya jasmani diikuti dengan tuanya ruh (maksudnya jangan sampai penurunan kualitas jasmani diikuti dengan menurunnya kefitrahan ruh) dan jika sampai ini terjadi maka sesuailah diri kita dengan kehendak setan.

5.   Ruh yang tetap dalam kondisi fitrah akan sangat membantu kondisi dan keadaan jasmani yang sedang mengalami penurunan kemampuan (usia tua), sehingga kita tetap mampu hidup berkualitas dari waktu ke waktu serta mampu bermanfaat bagi orang banyak. 

 

Untuk itu, sadarilah hal ini agar jangan sampai kita salah menempatkan diri kita dihadapan Allah SWT karena kita tidak tahu diri yang pada hasil akhirnya membawa diri kita pada penyesalan yang tiada berujung sehingga menghantarkan kita menjadi penghuni neraka kelak, terkecuali jika kita mampu memasukkan onta ke dalam lubang jarum sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya orang orang yang mendustakan ayat ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk syurga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang orang yang berbuat jahat. (surat Al A’raaf (7) ayat 40).” Bayangkan Allah SWT mengemukakan istilah “memasukkan onta ke dalam lubang jarum” yang berarti usaha yang tidak masuk akal sehat untuk dilakukan karena adanya perbedaan ukuran onta dan ukuran lubang jarum.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar