B.
MAMPU MEMAHAMI DAN MENGETAHUI KONDISI DASAR
JASMANI.
Adapun ketentuan dasar dari jasmani (tubuh
manusia) yang harus kita ketahui dan pahami, dapat kami kemukakan sebagai
berikut:
1. Asalnya dari saripati tanah. Jasmani setiap manusia asalnya dari sari pati
tanah yang berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh seseorang ayah
dan juga seorang ibu sehingga keduanya wajib memperhatikan apa apa yang
dikonsumsinya. Allah SWT berfirman: “Maka hendaklah manusia itu memerhatikan
makanannya. (surat Abasa (80) ayat 24). Dan agar apa yang dikonsumsi
oleh seseorang sesuai dengan konsep Allah SWT maka Allah SWT telah menetapkan
adanya aturan main tentang syarat dan ketentuan mengkonsumsi makanan dan
minuman sebagaimana tertuang dalam firman-Nya berikut ini: “Wahai manusia! Makanlah dari
(makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah langkah syaitan. Sungguh, syaitan itu musuh yang nyata
bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 168). Adanya ketentuan ini maka
terikatlah setiap manusia dengan ketentuan halal dan baik, yang tidak hanya
sebatas jenis makanan dan minuman juga termasuk di dalamnya pekerjaan dan/atau
penghasilan yang halal lagi baik serta terikat pula dengan ilmu kesehatan dan
ilmu gizi.
Adapun yang harus kita
perhatikan tentang konsep halal dan baik (thayyib) adalah ketentuan halal lebih
mudah kita ketahui, namun ketentuan baik (thayyib) dari halal inilah yang harus
kita perhatikan. Sesuatu yang baik dan halal belum tentu ia baik (thayyib) bagi
semua orang, sebagai contoh mengkonsumsi gula adalah halal namun apakah baik
(thayyib) bagi semua orang? Jawabannya adalah belum tentu. Untuk itu kita harus
memahami, mengetahui, apa apa yang baik (thayyib) bagi diri kita tanpa
melanggar ketentuan halal, disinilah letak pentingnya kita memahami diri
sendiri terutama memahami tentang anatomi jasmani dan juga kondisi dan keadaan
dari jasmani kita sendiri.
Adanya ketentuan yang telah
Allah SWT tetapkan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 168 di atas, yaitu kewajiban
untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik (thayyib) maka kita
harus pula mewaspadai lawan dari ketentuan tersebut yaitu sesuatu yang
dikehendaki oleh setan, dalam hal ini ketentuan haram lagi buruk (khabits).
Inilah dua buah ketentuan yang saling bertolak belakang, maka sudah barang
tentu akan sangat mempengaruhi atau berbeda dampaknya kepada sifat, perbuatan
dan kemam-puan jasmani seseorang. Untuk itu berhati hatilah di dalam
permasalahan halal dan baik (thayyib) serta haram dan buruk (khabits) karena
dampaknya sangat luar biasa kepada sifat, perbuatan dan kemampuan jasmani
seseorang. Dan sebagai informasi tambahan, halal
dan baik (thayyib) bukan hanya mengatur jenis jenis makanan dan yang kita
konsumsi, melainkan juga termasuk dari mana asal muasal penghasilan dan juga
pekerjaan dalam kerangka memperoleh makanan dan minuman yang akan kita
konsumsi.
Jika penghasilan yang kita
peroleh masuk dalam kategori haram lagi buruk (khabits) seperti dari mencuri
dan dari menipu maka makanan dan minuman yang masuk dalam kategori halal dan
baik (thayyib) bisa berubah kategorinya menjadi haram lagi buruk (khabits)
karena adanya unsur haram dari penghasilan dan pekerjaan yang kita lakukan.
Untuk berhati hatilah dalam memperoleh penghasilan dan juga melaksanakan
pekerjaan.
2. Jasmani Memiliki Sifat, Perbuatan dan Kemampuan. Setiap dzat pasti memiliki sifat, perbuatan
dan juga kemampuan, demikian pula dengan jasmani manusia. Jasmani manusia juga
memiliki sifat, perbuatan dan juga kemampuan, yang mana di dalam AlQuran
dikemukakan sebagai berikut: (a) sifat dari jasmani dinamakan dengan
insan yang berasal dari sifat sifat alam yang tidak lain adalah asal usul dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia serta sifat sifat jasmani
mencerminkan nilai nilai keburukan yang sesuai dengan kehendak setan seperti
malas, pelit, tergesa gesa dan lain sebagainya; (b) perbuatan dari sifat sifat
dari jasmani manusia dinamakan dengan ahwa; (c) kemampuan dari jasmani manusia
dinamakan dengan basyar.
3. Jasmani Terikat dengan Ketentuan Usia. Kemampuan jasmani setiap manusia sangat terikat
dengan ketentuan usia seseorang dan juga dipengaruhi oleh faktor perawatan
jasmani yang kita lakukan. Semakin tua usia seseorang maka kemampuan dan fungsi
fungsi jasmani secara otomatis akan mengalami penurunan kemampuan tidak seperti
waktu muda. Inilah sunnatullah yang pasti berlaku kepada setiap jasmani
manusia. Semakin berusia fungsi mata semakin berkurang, semakin berusia fungsi
pendengaran semakin berkurang, semakin berusia semakin berkurang reflek
manusia. Kondisi ini tidak akan bisa diatasi dengan obat obatan, dengan olah
raga dan lain sebagainya. Kesehatan jasmani bisa lebih parah kemerosotannya
jika tidak ditunjang dengan usaha menjaga kesehatan jasmani melalui makan yang
bergizi, olah raga serta mau memerik-sakan diri ke dokter secara berkala.
4. Jasmani memiliki karakteristik tertentu yang
terikat dengan konsep DNA dan sidik jari. Test sidik jari DNA adalah serangkaian
test yang digunakan untuk mengidentifikasi informasi genetik seseorang yang
diambil dari pola atau guratan di permukaan kulit jari. Test ini dianggap
akurat karena kemungkinan dua orang atau lebih memiliki sidik jari DNA yang
sama sangat kecil, hal ini sebagaimana dikemukakan dalam laman “alodokter.com”. Test untuk menguji
identitas genetik seseorang ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi pola
materi genetik (DNA) yang spesifik pada tiap individu. Pada dasarnya, hampir 99
urutan DNA dalam tubuh manusia memang memiliki kesamaan, tetapi tetap memiliki
sejumlah kecil perbedaan yang signifikan. Perbedaan inilah yang kemudian
digunakan untuk membedakan antara satu individu dengan individu yang lain.
Pada dasarnya ada
berbagai cara lainnya untuk bisa mendapatkan sampel DNA selain menggunakan
sidik jari DNA, seperti: (1) Memakai sampel darah dari tumit. Sampel darah dari
tumit ini biasanya dilakukan pada bayi untuk mendapatkan sampel DNA nya. Darah
kemudian dibawa ke laboratorium dan diperiksa dengan menggunakan berbagai
alat-alat khusus; (2) Memakai sampel darah dari pembuluh darah. Pengambilan
sampel darah dari pembuluh darah biasanya dilakukan untuk orang dewasa atau
anak-anak. Untuk memunculkan pembuluh darah, bagian lengan atas biasanya akan
dibebat untuk menghambat aliran darah.
Metode lainnya juga dapat
dilakukan jika pengambilan darah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Sampel DNA
bisa diperoleh dari berbagai sumber, seperti: (1) Darah kering; (2) Kulit; (3)
Air liur; (4) Apusan mukosa pipi di dalam mulut (buccal swab); (5) Rambut; (6)
Urine; (7) Air Ketuban; (8) Cairan mani seseorang; (9) Tulang dan Gigi. Metode
pengambilan sampel DNA melalui tulang atau gigi biasanya dilakukan pada
beberapa korban kecelakaan. Hal ini pun dilakukan jika bagian tubuh dalam
kondisi sudah tidak memungkinkan untuk diambil sampel alias membusuk.
Pemanfaatan Sidik
Jari DNA untuk Memecahkan Masalah Hukum. Penentuan sidik jari DNA sudah
digunakan oleh beberapa negara sebagai alat memecahkan kasus hukum atau
kriminal. Contoh kasus yang berhasil dipecahkan menggunakan sidik jari DNA
adalah kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dengan penentuan kepemilikan DNA,
para pelaku yang bukti-bukti genetiknya tertinggal di lokasi kejahatan bisa
ditangkap. Berkat tingkatan akurasinya, pada tahun 1986, pemakaian DNA untuk
menemukan pelaku kriminal sudah diterapkan hampir di seluruh negara.
Kekurangan Sidik Jari
DNA. Meski bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan penting, faktanya sidik jari
DNA masih memiliki beberapa kekurangan, seperti: Proses yang rumit sehingga
terkadang sulit ditafsirkan dan membutuhkan waktu yang relatif lama. pemeriksaan
sidik jari DNA bergantung pada akurasi pemeriksanya, yakni manusia, sehingga
berisiko bias. Sidik jari yang diambil berisiko disalahgunakan. Sebab, saat ini
beberapa data diri menggunakan sidik jari.
Selain dapat membantu
menentukan pelaku kejahatan, pengujian DNA juga bermanfaat untuk
mengidentifikasi korban kejahatan, terutama ketika korban tidak memiliki tanda
identitas. Bukan hanya korban kejahatan, para korban bencana alam juga bisa
diidentifikasi berkat teknik profiling DNA ini. Seiring kemajuan ilmu
pengetahuan, pemakaian DNA pun menjadi semakin luas. Misalnya saja untuk studi
populasi genetik, di mana seseorang bisa mempelajari interaksi antar populasi
yang berbeda, atau mendeteksi perubahan pola sifat genetik di dalam sebuah
populasi.
5. Jasmani Tidak Bisa
Terlepas dari Pengaruh Gerak Tubuh dan Lingkungan. Da-lam kehidupan yang kita jalani saat ini, jasmani dari diri kita tidak
bisa terlepas dari aktifitas gerak tubuh dan pengaruh lingkungan yang
mengakibatkan tubuh kita menjadi kotor, berdaki, berkeringat sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan. Berdasarkan ilmu kesehatan cara terbaik untuk
mengatasi pengaruh buruk kepada tubuh (jasmani) akibat aktifitas kegiatan
sehari hari dan juga karena pengaruh lingkungan seperti debu, keringat dan
sinar matahari adalah dengan menjaga kesehatan tubuh melalui aktifitas mandi
minimal dua kali sehari. Adanya aktifitas mandi yang baik dan benar tidak bisa
kita lakukan begitu saja.
Aktifitas mandi harus diiringi dengan adanya
ketersediaan air bersih, sabun, handuk, sikat
gigi dan odol serta baju pengganti, sebab tanpa hal ini tersedia maka aktivitas
mandi yang baik dan benar tidak akan memberikan dampak yang postif kepada tubuh
kita. Akhirnya bukan sehat, bersih dan segar yang kita peroleh yang dilanjutkan
kita bersemangat kembali menjalani kehidupan, melainkan habis mandi kita masih
menggaruk garuk kegatalan atau bahkan masih berpenyakit kulit. Timbul pertanyaan, mandikah yang kita
butuhkan ataukah sehat, bersih, segar serta bersemangat kembali yang kita
butuhkan? Jika kita termasuk orang yang masih memiliki akal yang sehat,
maka kita akan memberikan pernyataan sebagai berikut: Aktifitas mandi bukanlah
tujuan akhir, melainkan sarana bagi diri kita untuk memperoleh dan merasakan
sehat, bersih dan segar serta bersemangat kembali dalam menghadapi kehidupan.
Setelah diri kita mampu merasakan manfaat langsung dari mandi maka kita akan
berani menyatakan sangat membutuhkan mandi.
Lalu sebagai orang yang sangat membutuhkan mandi
tentu kita tidak bisa sembarangan mandi, kita harus mandi yang sesuai dengan
kaidah kaidah ilmu kesehatan yang berlaku. Atau dengan kata lain kita harus
memiliki ilmu dan pemahaman tentang mandi yang baik dan benar sehingga semakin
berkualitas manfaat mandi yang kita peroleh dan rasakan. Untuk itu butuhkah kita dengan literatur
(buku manual) tentang konsep mandi yang baik dan benar? Sepanjang diri kita
membutuhkan mandi maka kita memiliki kewajiban untuk mempelajari literatur
(buku manual) tentang mandi yang baik dan benar sehingga mandi yang kita lakukan
dapat sesuai dengan ilmu kesehatan yang berdampak positif kesehatan tubuh kita.
Jamaah sekalian, itulah 5 (lima) buah kondisi dasar dari jasmani, yang
keberadaannya juga tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan ruh karena hidup
adalah saat bersatunya jasmani dengan ruh. Dan hanya saat hidup inilah kita
bisa merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT dan juga merasakan godaan
dan gangguan dari ahwa (hawa nafsu) yang dibelakangnya ada setan sang
laknatullah.
C.
MAMPU MEMAHAMI DAN MENGETAHUI KONDISI DASAR
RUH.
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa
ketentuan dasar dari ruh yang harus kita ketahui dan pahami, yaitu:
1. Ruh adalah Jati Diri Manusia Yang Sesungguhnya
Asalnya Dari Allah SWT. Setiap
Ruh manusia asalnya dan diciptakan oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya: “Dan
mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh itu urusan
Tuhanku, sedangkan sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit. (surat Al
Israa’ (17) ayat 85) dan ketahuilah bahwa ruh memiliki ketentuan “datang fitrah kembali harus fitrah” maka
ruh sangat membutuhkan sesuatu yang berasal dari Allah SWT dalam hal ini adalah
sebuah konsep Ilahiah berupa Diinul Islam yang harus dilaksanakan secara kaffah
(menyeluruh dalam satu kesatuan), yang di dalamnya adalah AlQuran yang tidak
lain adalah buku manual bagi kekhalifahan yang ada di muka bumi. Selain
daripada itu, ruh adalah jati manusia yang sesungguhnya karena ruh selamanya
tidak akan mati serta ruh ini pulalah yang akan menerima azab dan nikmat di
kehidupan akhirat. Jika ruh kembali tidak fitrah maka azab yang dirasakannya
karena masuk neraka sedangkan jika ruh kembali fitrah maka nikmat yang akan
dirasakannya karena masuk syurga.
2. Kualitas Ruh sangat berhubungan erat dengan
pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah. Kemampuan
ruh tidak berhubungan langsung dengan tua atau mudanya seseorang, melainkan sejauh mana kita mampu
melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Semakin kaffah (khusyu’) kita
melaksanakan Diinul Islam maka semakin berkualitas atau semakin fitrah ruh
seseorang dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan pernah menjadikan ruh mengikuti
sunnatullah yang berlaku bagi jasmani, yaitu “semakin tua semakin berkurang
kemampuannya.” Untuk itu cukup jasmani saja yang menjadi tua atau
berkurang kemampuannya karena faktor bertambahnya usia, namun kondisi ruh
haruslah tetap muda (maksudnya tetap berkualitas, atau tetap fitrah sesuai
dengan kehendak Allah SWT) walaupun usia bertambah, atau jadilah seperti kelapa
semakin tua semakin berminyak, semakin tua semakin kembali fitrah.
3. Jangan Sampai Kualitas (Kefitrahan) Ruh
Mengikuti bertambahnya Usia Jas-mani. Sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah jangan
sampai tuanya jasmani diikuti dengan tuanya ruh (maksudnya jangan sampai
penurunan kualitas jasmani yang dipengaruhi oleh semakin bertambahnya usia,
diikuti dengan menurunnya kefitrahan ruh) dan jika sampai ini terjadi maka
sesuailah diri kita dengan kehendak setan. Karena akan memudahkan setan
melaksanakan aksinya kepada diri kita melalui lemahnya ruh dan juga lemahnya
jasmani. Disinilah letak permainan yang sesungguhnya, yaitu di tengah semakin
berkurangnya fungsi-fungsi jasmani karena faktor usia, dimana kita harus bisa
tetap istiqamah dalam beribadah terutama mampu melaksanakan ibadah secara
hakekat tanpa melanggar syariat. Yang mana hal ini hanya bisa kita laksanakan
jika ruh tetap dalam kondisi fitrah yang sesuai dengan kehendak-Nya sehingga
walaupun tubuh semakin tua namun ruhani tetap dalam kefitrahannya maka semakin tua semakin nikmat beribadah
kepada Allah SWT sehingga tuanya jasmani bukanlah penghalang bagi diri kita untuk terus dan tetap istiqamah dalam
beribadah dan bermanfaat bagi orang banyak.
4. Ruh Yang Berkualitas (Fitrah) Mampu Menyehatkan
Jasmani. Ruh yang tetap dalam kondisi
fitrah (terjaga kefitrahannya) akan sangat membantu kondisi dan keadaan jasmani
yang sedang mengalami penurunan kemampuan (sakit), sehingga kita tetap mampu
hidup berkualitas dari waktu ke waktu serta mampu bermanfaat bagi orang banyak
walaupun usia dan kemampuan jasmani sudah mengalami penurunan fungsinya (sakit)
sehingga diri kita masih mampu melaksanakan konsep keshalehan diri yang
tercermin dalam keshalehan sosial dari waktu ke waktu selama hayat di kandung
badan.
5. Hati-Hati Dengan Ahwa
(Hawa Nafsu) dan Setan. Sekarang bagaimana dengan diri
kita yang sesungguhnya (dalam hal ini ruhani) yang tidak bisa melepaskan diri
dari pengaruh buruk ahwa (hawa nafsu) dan setan serta harus pula mampu
melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang sekaligus khalifahNya di muka
bumi serta harus pula mempertahankan kefitrahan ruhani dari waktu ke waktu
sampai kembali kepada Allah SWT kelak? Agar diri kita mampu melepaskan diri
dari pengaruh buruk ahwa (hawa nafsu) dan juga setan serta mampu sukses
melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya dan khalifah-Nya di muka bumi maka
kita tidak bisa bertindak secara sembrono, apalagi melanggar ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT. Untuk itu tidak ada jalan lain bagi diri kita
untuk melaksanakan konsep Ilahiah yang telah diciptakan oleh Allah SWT untuk
kepentingan manusia baik itu untuk kepentingan ruhani juga untuk kepentingan
jasmani manusia, sebagaimana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (surat Ali Imran (3)
ayat 19) yang mana harus dilaksanakan sesuai dengan firmanNya
sebagaimana berikut ini: “Wahai orang
orang yeng beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah
kamu ikuti langkah langkah syaitan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (surat
Al Baqarah (2) ayat 208)
Berdasarkan dua uraian di atas baik yang berhubungan dengan kondisi dasar
jasmani dan juga dengan kondisi dasar ruh, yang mana keduanya memiliki cara dan
perlakuan yang berbeda (tidak bisa disamakan). Kita tidak bisa hanya
mementingkan ruh semata dengan mengabaikan kepentingan jasmani, atau sebaliknya
kita juga tidak bisa hanya mementingkan jasmani semata dengan mengabaikan
kepentingan ruh. Kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk menjaga dan merawat
keduanya secara seimbang dan berkesinambungan sesuai dengan kehendak Allah SWT
yang tertuang dalam surat Al Baqarah (2) ayat 143: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat
pertengahan…..”. Lalu seperti apakah kita merawat dan memeliharanya,
mari kita lanjutkan pembelajaran ini.
Untuk menjaga
kesehatan jasmani maka kita harus mempelajari dan melaksanakan ketentuan ilmu
kesehatan dan juga ilmu gizi serta olahraga. Allah SWT berfirman: “Wahai
manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang
nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 168), yang dilanjutkan dengan
membaca Basmallah dan Doa sebelum mengkonsumsi sesuatu serta makanlah dikala
lapar dan berhenti sebelum kenyang. Sedangkan untuk menjaga kesehatan ruh maka
kita harus mempelajari dengan seksama apa yang diperintahkan Allah SWT dalam
surat Ar Ruum (30) ayat 30 berikut ini: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],(surat Ar Ruum (30)
ayat 30) yaitu jangan pernah keluar dari konsep Diinul Islam yang
berasal dari fitrah Allah SWT dan diri kitapun juga diciptakan dari fitrah
Allah SWT.
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Dan agar pengabdian
diri kita kepada Allah SWT selaku abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi berhasil dengan baik dan benar maka kita harus menjaga, merawat
kesehatan jasmani dan ruh secara seimbang. Lalu bayangkan betapa nikmatnya
beribadah jika keduanya sehat secara bersamaan, apalagi saat usia sudah sampai
di persim-pangan jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar