Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 07 Juli 2021

TAHU ORANG TUA DAN MERTUA

 

 

Konsep Tahu Allah SWT dan konsep Tahu Diri sendiri, belumlah dapat dikatakan lengkap jika belum dilengkapi dengan tahu tentang kedua orang tua yang melahirkan kita dan juga kedua orang mertua kita yang melahirkan suami/istri kita. Hal ini dikarenakan keberadaan diri kita di muka bumi ini tidak akan bisa serta tidak akan mungkin dapat terlepas dari keberadaan ke dua orang tua kita dan juga keberadaan ke dua orang mertua kita, tanpa mereka kita tidak mungkin ada di muka bumi serta tanpa mereka kita tidak akan menjadi seorang suami/istri seseorang atau menjadi bapak/ibu dari anak keturunan kita; tanpa mereka kita tidak akan mencapai apapun  yang kita raih dan rasakan hari ini. Lalu pernahkah kita membayangkan atas pencapaian yang kita raih hari ini, jika tidak ada kedua orang tua dan juga kedua orang mertua? Dan jika sekarang Allah SWT telah memerintahkan kepada diri kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan kedua orang mertua, apakah yang diperintahkan itu sesuatu yang berlebihan ataukah sesuatu yang mengada ada!

 

Di lain sisi, Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari rencana besar kekhalifahan yang ada di muka bumi ini telah menetapkan adanya ketentuan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan juga kepada kedua orang mertua sebagaimana termaktub dalam surat Al Ankabuut (29) ayat 8 sebagaimana berikut ini:  Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepadaKulah kembalimu, lalu kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Dan juga berdasarkan surat Al Ahqaaf (46) ayat 15 yang kami kemukakan sebagaimana berikut ini:“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku mensyukuri nikmat Engkau yang Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

 

Selain dua buah ayat di atas ini, Allah SWT juga berfirman dalam surat Luqman (31) ayat 14 sebagaimana berikut ini: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.”  Berdasarkan ke tiga ayat yang telah kami kemukakan, setiap manusia tanpa terkecuali diwajibkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan juga kepada kedua mertua. Kenapa hal itu perlu Allah SWT sampaikan kepada kita?

 

Tanpa ada kedua orang tua kita, tanpa ada kedua mertua kita, maka kita tidak akan pernah ada di muka bumi ini dan kita tidak akan memiliki suami/istri dan memiliki keluarga sendiri. Allah SWT mewajibkan setiap manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua dan mertua supaya manusia tahu bahwa adanya ke dua orang tualah maka kita dapat lahir di muka bumi serta adanya orang tualah maka kita dapat dibesarkan sampai seperti ini.Tanpa adanya pengasuhan, tanpa adanya perlindungan dan tanpa adanya kasih sayang serta tanpa adanya pendidikan yang diberikan kepada kita dan juga kepada suami/istri kira, lalu apa yang dapat kita lakukan! Lalu apakah ketentuan untuk berbakti kepada orang tua dan mertua yang telah ditetapkan oleh Allah SWT ini sesuatu yang berlebihan kepada diri kita? Sebagai orang yang telah tahu Allah SWT dan juga telah tahu diri sendiri maka memang sudah sepatutnya diri kita berbakti kepada kedua orang tua dan juga kepada kedua mertua kita karena jasanya, perjuangannya, kasih sayangnya, tidak pernah tergantikan dengan apapun juga.

 

Allah SWT sangat menghormati kedudukan kedua orang tua (dan juga kedua orang mertua kita) sehingga Allah SWT meletakkan ridha dan murkaNya tergantung kepada ridha dan murka mereka berdua, dalam hal ini orang tua sebagaimana hadits berikut ini:  “Dari Abdullah bin ’Amru ra, Rasulullah SAW bersabda,“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, Al Hakim, Ath Thabrani dan Al-Bazzar).”  Adanya ketentuan ini maka tidak akan sempurna bakti kita kepada Allah SWT jika tidak diimbangi dengan bakti kepada ke dua orang tua dan juga kepada ke dua mertua kita, secara berkesinambungan selama hayat masih di kandung badan,

 

Allah SWT melalui Nabi-Nya juga telah memberikan rambu-rambu kehidupan yang lain yang tidak boleh kita lakukan kepada orang tua,  yakni: larangan berkata “tidak tidak” ketika dipanggil orang tua, sebagaimana hadits qudsi berikut ini: Anas ra, berkata Nabi Saw bersabda, Allah ta'ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Musa! Coba tidak karena mereka yang mengucapkan Syahadat "Laailaha Illa Allah" niscaya Ku-timpakan "Jahannam' di atas dunia. Wahai Musa! Coba tidak karena mereka yang bersembah kepada-Ku tidaklah Aku lepaskan mereka yang bermaksiat sekejab matapun. Wahai Musa! Sesungguhnya barangsiapa yang beriman kepada-Ku adalah makhluk yang termulia dalam pandangan-Ku. Wahai Musa! Sesungguhnya sepatah kata dari seorang yang durhaka (terhadap kedua orang tuanya) adalah sama beratnya dengan seluruh pasir bumi. Bertanya Nabi Musa: "Siapakah orang yang durhaka itu ya Tuhan-Ku?" ialah orang yang berkata kepada kedua orang tuanya: "Tidak-tidak" ketika dipanggil.( Hadits Qudsi Riwayat Abu Nu'aim; 272:225).

 

Sedangakan berdasarkan ketentuan surat Al Israa’ (17) ayat 23 dan 24 berikut ini: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”  Allah SWT melarang diri kita untuk mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan juga bersikap angkuh dan sombong dan serta diwajibkan untuk mendoakan keduanya sebagaimana mereka telah mendidik diri kita sejak kecil.

 

Berdasarkan ketentuan hadits dan ayat di atas, tidak terbayangkan betapa beresikonya jika kita tidak mau berbakti kepada orang tua/mertua atau jika kita durhaka kepada kedua orang tua/mertua kita. Dan sebagai orang yang telah tahu Allah SWT dan tahu diri sudah selayaknya dan sepatutnya mampu berbakti kepada mereka sampai kapanpun juga dan juga mengajarkan kepada anak dan keturunan kita mengenai hal ini sejak mereka masih kanak kanak agar jangan sampai menjadi anak anak durhaka, atau generasi yang tidak menghargai kedua orang tuanya.

 

Di lain sisi, dengan diri kita tahu siapa orang tua kita (dan juga siapa mertua kita) maka secara langsung kita terikat dengan kehormatan yang dimiliki oleh kedua orang tua kita dan juga oleh kedua orang mertua kita serta diri kita terikat pula dengan harapan dan cita cita mereka berdua kepada anak dan keturunannya agar sesuai dengan harapannya. Untuk itu jika kita telah tahu diri, maka sudah sepatutnya kita berperilaku yang tidak mencoreng kehormatan orang tua & mertua kita saat kita hidup di muka bumi ini. Dan jika sampai kita memalukan kedua orang tua & mertua kita maka tercoreng pula harkat dan martabat dari keturunan mereka oleh ulah diri kita sendiri dan akhirnya betapa kecewa dan malunya mereka akibat ulah diri kita.

 

Namun alangkah bahagia dan bangganya mereka jika kita mampu menghantarkan anak keturunan kita sesuai dengan harapan dan cita cita mereka. Hal yang samapun berlaku jika kita telah tahu diri dan tahu tentang Allah SWT maka kita pun terikat dengan akhlak Allah SWT yang sesuai dengan Nama-Nama-Nya Yang Indah lagi Baik (asmaul husna). Sehingga segala perbuatan dan tindak tanduk kita harus berkesesuaian dengan akhlak Allah SWT tersebut jika kita telah menjadi orang yang tahu diri.

 

A.    ADAB YANG BAIK DAN AKHLAK YANG MULIA KEPADA KEDUA ORANG  TUA DAN KEDUA ORANG MERTUA.

 

Agar diri kita mudah melaksanakan bakti kepada kedua orang tua dan kepada kedua orang mertua, berikut ini akan kami kemukakan 19 (sembilan belas) adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orang tua dan mertua, sebagaimana dikemukakan oleh Yulian Purnama” dalam laman “muslim.or.id” berikut ini:

 

1.    Berkata-kata dengan sopan dan penuh kelembutan, dan jauhi perkataan yang me-nyakiti hati mereka. Maksudnya jangan memperdengarkan kepada orang tua, perkataan yang buruk. Bahkan sekedar “ah” yang ini merupakan tingkatan terendah dari perkataan yang buruk (Tafsir Ibnu Katsir).

 

2.    Bersikap tawadhu’ kepada orang tua dan mertua dan sikapilah mereka dengan pe-nuh kasih sayang

 

3.   Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam, tidak bermuka masam atau wajah yang tidak menyenangkan

 

4.    Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua dan mertua serta tidak mendahului mereka dalam berkata-kata

 

5.   Lebih mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam perkara duniawi. Hendaknya kita tidak mengutamakan diri kita sendiri dari orang tua dalam perkara duniawi seperti makan, minum, dan perkara lainnya.

 

6.    Dakwahi mereka kepada agama yang benar, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (AlQuran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan” (surat Maryam (19) ayat 41-45).

 

7.   Jagalah kehormatan mereka, sebagaimana hadits berikut ini: “sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpahkan) dan harta kalian (untuk dirampas) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini” (Hadits Riwayat Bukhari).

 

8.   Berikan pelayanan-pelayanan kepada orang tua dan bantulah urusan-urusannya, sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh membiarkannya dalam bahaya. barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya sesama Muslim, maka Allah akan penuhi kebutuhannya. barangsiapa yang melepaskan saudaranya sesama Muslim dari satu kesulitan, maka Allah akan melepaskan ia dari satu kesulitan di hari kiamat. barangsiapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat” (Hadits Riwayat Bukhari)

 

9.   Jawablah panggilan mereka dengan segera, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda: “Suatu hari datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai engkau melihat wajah pelacur” (Hadits Riwayat Bukhari dalam Al Adabul Mufrad)

 

10. Jangan berdebat dengan mereka, jangan mudah menyalah-nyalahkan mereka, jelaskan dengan penuh adab, Sebagaimana dialog Nabi Ibrahim as, dengan ayahnya. Sebagaimana juga diceritakan oleh ‘Aisyah Radhiallahu’anha: “Kami keluar bersama Rasulullah SAW pada beberapa perjalanan beliau. Tatkala kami sampai di Al-Baidaa atau di daerah Dzatul Jaisy, kalungku terputus. Rasulullah Shalallahu‘alaihi Wasallam pun berhenti untuk mencari kalung tersebut. Orang-orang yang ikut bersama beliau pun ikut berhenti mencari kalung tersebut. Padahal mereka tatkala itu tidak dalam keadaan bersuci (dalam keadaan berwudu) dan tidak membawa air. Sehingga orang-orang pun berdatangan menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq dan berkata, ‘Tidakkah engkau lihat apa yang telah dilakukan oleh Aisyah? Ia membuat Rasulullah SAW dan orang-orang berhenti padahal mereka tidak dalam keadaan bersuci dan tidak membawa air. Maka Abu Bakar pun menemuiku, lalu ia mengatakan apa yang dikatakannya. Lalu ia memukul pinggangku dengan tangannya. Tidak ada yang mencegahku untuk meng-hindar kecuali karena Rasulullah SAW yang sedang tidur di atas pahaku. Rasulullah SAW terus tertidur hingga subuh dalam keadaan tidak bersuci. Lalu Allah menurunkan ayat tentang tayammum. Usaid bin Al-Hudhair mengatakan, “Ini bukanlah awal keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar”. Lalu kami pun menyiapkan unta yang sedang aku tumpangi, ternyata kalung itu berada di bawahnya”. (Hadits Riwayat  An Nasa-i No.309 dalam Shahih Sunan An Nasa-i).

 

11. Segera bangkit menyambut mereka ketika mereka masuk rumah, dan ciumlah tangan mereka. Dari Aisyah rhu, ia berkata:“Nabi SAW jika melihat putri Beliau SAW (Fathimah) datang ke rumah Beliau SAW, maka Nabi SAW menyambut kedatangan-nya. Beliau SAW berdiri lalu berjalan menyambut, menciumnya, menggandeng tangan-nya lalu mendudukkannya di tempat duduk beliau. Jika Nabi SAW mendatangi rumah Fathimah ra, maka Fathimah menyambut kedatangan Nabi SAW. Dia bangkit dan berjalan kearah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mencium (kening) Nabi SAW” (Hadits Riwayat Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).

 

12.  Jangan menganggu mereka di waktu mereka istirahat. Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nur (24) ayat 58 (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orAang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah sesudah shalat Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

 

13. Jangan berbohong kepada mereka, sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda: “Wajib bagi kalian untuk berlaku jujur. Karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang yang senantiasa jujur, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai Shiddiq (orang yang sangat jujur). Dan jauhilah dusta, karena dusta itu membawa kepada perbuatan fajir (maksiat) dan perbuatan fajir membawa ke neraka. Seseorang yang sering berdusta, akan di tulis di sisi Allah sebagai kadzab (orang yang sangat pendusta)” (Hadits Riwayat. Muslim no. 2607). Berbohong adalah dosa besar. Lebih-lebih jika dilakukan terhadap orang tua, lebih besar lagi dosanya.

 

14.  Jangan pelit untuk menafkahi mereka, sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri, engkau beri nafkah dirimu sendiri. Jika ada lebih maka untuk keluargamu. Jika ada lebih maka untuk kerabatmu” (Hadits Riwayat. Muslim no.997). Maka orang tua adalah orang yang paling berhak dinafkahi setelah diri sendiri dan keluarga. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa seorang anak wajib menafkahi orang tuanya jika memenuhi dua syarat: (1). Orang tua dalam keadaan miskin (2). Sang anak dalam keadaan mampu menafkahi Jika dua kondisi ini tidak terpenuhi, maka tidak wajib.

 

15.  Sering-seringlah mengunjungi mereka, sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu Allah pun mengutus Malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya, Malaikat tersebut bertanya: “engkau mau kemana?”. Ia menjawab: “aku ingin mengunjungi saudaraku di daerah ini”. Malaikat bertanya: “apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?”. Orang tadi mengatakan: “tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla”. Maka malaikat mengatakan: “sesungguhnya aku diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya“ (Hadits Riwayat Muslim no.2567). Saling mengunjungi sesama Muslim sangat besar keutamaannya, lebih lagi jika yang dikunjungi adalah orang tua.

 

16. Jika ingin meminta sesuatu kepada mereka, mintalah dengan lemah lembut, sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Jangan kalian memaksa jika meminta. Demi Allah, jika seseorang meminta kepadaku sesuatu, kemudian aku mengabulkan permintaannya tersebut dengan perasaan tidak senang, maka tidak ada keberkahan pada dirinya dan apa yang ia minta itu” (Hadits Riwayat Muslim no. 1038). Meminta kepada orang lain dengan memaksa adalah akhlak yang buruk, lebih lagi jika yang diminta adalah orang tua.

 

17. Jika orang tua dan istri bertikai maka berlaku adillah, sebagaimana firmanNya berikut ini:  “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (surat Al Maidah (5) ayat 8).

 

18.  Bermusyarawahlah dengan mereka dalam urusan-urusanmu Ajaklah orang tua untuk berdiskusi dalam masalah-masalahmu, sebagaimana firman-Nya, “Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan-urusanmu” (surat Ali Imran (3) ayat  159).

 

19.  Berziarah kubur mereka dan sering-sering mendoakan mereka, sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (Hadits Riwayat Al Haakim}

 

Sebagai orang yang telah Tahu Allah SWT dan juga telah tahu diri, pastikan bahwa diri ini sanggup melaksanakan apa apa yang kami kemukakan di atas ini dan jangan sampai kita menyesal akibat kita lalai berbakti kepada orang tua dan mertua saat mereka masih hidup.

 

B.  ADAB BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN MERTUA YANG SUDAH MENINGGAL DUNIA.

 

Sekarang bagaimana jika kedua orang tua atau kedua orang mertua kita sudah meninggal dunia, apa yang harus kita lakukan sebagai wujud bakti kita kepadanya? Berikut ini akan kami kemukakan hal hal yang terkait cara untuk berbakti kepada orang tua & mertua yang telah meninggal dunia, yaitu:

 

1.  Terus mendoakan mereka dengan memohon kepada Allah SWT untuk menem-patkan kedua orangtua dan mertua kita di tempat terbaik dan penuh perlindungan serta minta diampuni segala dosa dan kesalahannya dan diterima amal ibadahnya.

 

2.    Cara lain untuk berbakti kepada orangtua dan mertua yang sudah meninggal, yakni dengan berkunjung atau bersilaturahmi ke kerabat dan teman yang dikenal baik oleh orangtua dan mertua. Hal ini bisa membuat tali persaudaraan tetap baik, walau orangtua sudah meninggal dunia.Selain itu, nama kedua orangtua pun bisa baik di mata kerabat dan teman mereka karena kita selalu menyempatkan diri untuk berkunjung demi menjaga silaturahmi. Biar bagaimana juga, mereka merupakan teman orangtua dan mertua kita semasa hidup;

 

3.  Bersedekah atas nama orangtua dan mertua. Bersedekah merupakan salah satu amal untuk tabungan di akhirat nanti. Selain itu, sebagai umat manusia sudah sepantasnya untuk saling memberi dan membantu satu sama lain. Walau orangtua dan mertua sudah tidak ada, sebaiknya sebagai anak tetap bersedekah atas nama mereka. Dengan bersedekah kepada orang lain tentu akan membuat mereka dan diri kita pribadi merasa lebih bahagia. Selain itu, bersedekah juga dapat memupuk kebaikan dan pahala untuk di masa depan. Pada akhirnya rezeki pun menjadi lebih lancar karena sering bersedekah, bahkan bisa sebagai bentuk rasa syukur kepada sang Pencipta;

 

4.   Menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Berbakti kepada orangtua dan mertua yang sudah meninggal dapat dilakukan dengan cara membagikan ilmu yang bermanfaat. Seperti halnya mengajari kebaikan, mengaji dan bersikap baik ke orang lain. Selain bisa menjadi bentuk bakti kepada orangtua dan mertua, ilmu yang telah diajarkan akan terus mengalir untuk orang yang masih hidup ataupun telah tiada.Ilmu yang baik juga akan membuat orang-orang menyerap ilmu dan mengamalkannya di dalam kehidupannya sehari-hati. Diri kita pun bisa menjadi lebih bermanfaat dengan mengajari ilmu yang baik kepada orang lain;

 

5.     Melunasi utang kedua orangtua dan mertua. Apakah kita pernah mendengar utang dibawa sampai mati? Untuk itulah, segera lunasi utang-utang yang pernah dilakukan oleh orangtua dan mertua semasa hidup. Hal ini juga bisa menjadi bakti kepada orangtua dan mertua untuk melapangkan jalannya ke akhirat. Orangtua dan mertua yang mempunyai utang lalu meninggal, utangnya akan dilimpahkan kepada anaknya. Dengan adanya utang yang belum lunas membuat jalan orangtua dan mertua semakin berat dan terhambat. Maka dari itu, segera lunasi utang orangtua agar jalan yang mereka menjadi lancar serta dimudahkan;

 

6.   Menjaga tali silaturahmi dengan saudara dan keluarga. Menjaga tali silaturahmi dengan saudara dan keluarga menjadi suatu hal yang wajib dilakukan. Walaupun sudah kehilangan kedua orangtua, namun sebaiknya tetap menjaga persaudaraan dengan keluarga lainnya agar tidak kehilangan mereka juga. Menjaga silaturahmi dengan saudara bisa dengan menunjukkan perhatian, berkunjung ke rumahnya atau tetap berkomunikasi melalui aplikasi chat. Jangan sampai karena sifat cuek dan tidak peduli membuat kita kehilangan keluarga lainnya;

 

7.    Menjaga nama baik orangtua dan mertua yang telah meninggal  juga merupakan kewajiban anak untuk menjaga citra orangtua. Cara menjaga nama baik orangtua dan mertua dengan tetap merahasiakan aib dan tidak menjelek-jelekannya di depan orang lain. Selain itu, usahakan jangan sampai timbul fitnah pada orangtua yang telah tiada.

 

 Sebagai anak keturunan yang tahu diri dan sekaligus abd’ (hamba)-Nya dan yang juga khalifah-Nya di muka bumi ini, tentunya kita harus mampu menunjukkan kualitas diri kita dengan mampunya diri kita melaksanakan bakti kepada orang tua dan mertua sebagai bagian dari pelaksanaan Diinul Islam yang kaffah.

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar