Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 30 Oktober 2016

KEBERPIHAKAN ALLAH SWT KEPADA ORANG MUKMIN



Di dalam bab ini kami ingin mengajak semua orang yang telah membaca dan mempelajari buku ini, untuk merenung selama hayat masih dikandung badan tentang begitu banyaknya keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini, termasuk di dalamnya keberpihakan kepada diri kita serta keberpihakan kepada anak keturunan kita. Hal ini penting kami kemukakan karena masih banyak orang yang tidak tahu tentang hal ini, atau masih banyak juga orang yang sudah tahu tentang hal ini tetapi mereka tidak pernah sampai dengan Haqqul Yakin tentang hal ini. Apa maksudnya dan apa dasarnya? Seperti telah kita ketahui bersama bahwa setiap manusia yang ada di muka bumi ini, dapat dipastikan ia adalah KHALIFAH di muka bumi, atau ia adalah perpanjangan tangan ALLAH SWT di muka bumi, atau ia adalah Wakil ALLAH SWT di muka bumi.

Sekarang jika kita berbicara tentang Kekhalifahan di muka bumi, maka akan ada dua pihak yang terlibat, yaitu ALLAH SWT selaku pengutus atau pencipta KHALIFAH serta manusia yang dijadikan KHALIFAH di muka bumi. ALLAH SWT selaku pengutus manusia tentu tidak begitu saja menjadikan manusia yang akan dijadikannya KHALIFAH, karena hal ini menyangkut pula dengan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT itu sendiri.

Untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama tentang Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT yang terdapat pada perpanjangan tangan-Nya yang ada di muka bumi ini. Untuk itu perhatikanlah keadaan diri kita sendiri, yang terdiri dari Ruhani dan Jasmani. Dimana Ruhani asalnya dari Nur ALLAH SWT dan sedangkan Jasmani asalnya dari saripati tanah serta di dalam Jasmani terdapat organ-organ tubuh yang begitu hebat lagi dasyat. Akan tetapi ALLAH SWT selaku pengutus diri kita ke muka bumi, ALLAH SWT tidak hanya memberikan  Jasmani dan Ruhani semata, kita juga juga diberikan Amanah 7 yang berasal dari sifat Ma’ani ALLAH SWT dan kita juga diberikan Sibghah dari Asmaul Husna serta Hati Ruhani tempat diletakkannya Af’idah dan Akal dan juga diberikan Hubbul sebagai motor penggerak bagi diri kita untuk berbuat dan bertindak saat menjadi KHALIFAH di muka bumi serta ALLAH SWT juga menciptakan Diinul Islam yang berasal dari fitrah-Nya sendiri untuk kepentingan diri kita saat hidup di muka bumi. Apakah sudah cukup?

Ternyata belum, ALLAH SWT juga masih memberikan kepada kita suatu bentuk dukungan yang begitu besar dalam rangka mensukseskan diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi, yaitu dalam bentuk keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap KHALIFAH-Nya yang memenuhi Syarat dan Ketentuan sebagai orang mukmin. Adanya keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin menunjukkan bahwa  ALLAH SWT berkehendak kepada diri kita agar diri kita mampu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus menjadi Makhluk yang Terhormat, sehingga mampu pulang ke Tempat yang Terhormat dengan cara yang Terhormat untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati.

Untuk mempertegas keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin, berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin, yaitu:


1.      Keberpihakan ALLAH SWT kepada orang Mukmin Berdasarkan Al-Qur’an.


Berikut ini akan kami kemukakan 8 (delapan) bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini tanpa terkecuali, yang kesemuanya sudah dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an, yaitu:


a.   Dilindungi dari penipuan dan pengkhianatan


Berdasarkan surat Al Anfaal (8) ayat 61-62 di bawah ini, ALLAH SWT akan selalu memberikan perlindungan kepada setiap orang mukmin dari segala bentuk penipuan, dari segala bentuk pengkhianatan serta orang mukmin akan selalu dibimbing oleh ALLAH SWT untuk selalu condong di dalam perdamaian.


dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin,
(surat Al Anfaal (8) ayat 61-62)


b.  ALLAH SWT menjadi wali atau pelindung

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 68 di bawah ini, ALLAH SWT akan menjadi wali atau pelindung bagi setiap orang yang mukmin, atau ALLAH SWT akan menjadi pelindung dan penjaga bagi setiap orang beriman dan beramal shaleh, tanpa terkecuali. 


Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.
(surat Ali Imran (3) ayat 68)


c.   Hatinya diteguhkan dengan Iman dan diberikan ketenangan


Berdasarkan surat Al Fath (43) ayat 4 ayat 26 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT menurunkan ketenangan bathin kepada setiap orang mukmin serta hatinya diteguhkan, atau ditambahkan keimanan yang ada di dalam diri.

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
(surat Al Fath (48) ayat 4)

[1394] Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan sebagainya,

ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Fath (48) ayat 26)

[1404] Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.


Sedangkan bagi orang kafir, atau bagi orang yang tiak mau beriman, akan ditanamkan dalam hati mereka yaitu sifat kesombongan jahiliyah, sehingga hidup yang dijalaninya tidak pernah merasakan adanya kedamaian.


d.  Diselamatkan dari anak durhaka


Berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 80-81 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan menyelamatkan diri kita dari anak durhaka, atau anak yang tidak mau berbakti kepada diri kita selaku orang tua, sepanjang diri kita masuk dalam kategori orang mukmin.

dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
(surat Al Kahfi (18) ayat 80-81)


Adanya kondisi di atas ini, menunjukkan kepada diri kita jika kita mampu menjadi orang mukmin maka modal awal untuk mencipatakan keluarga sakinah sudah kita miliki.


e.   Dikurniai, disucikan dan diajar oleh ALLAH SWT


Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 164 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan karunianya kepada diri kita, sepanjang diri kita beriman dan beramal shaleh, yang dilanjutkan ALLAH SWT juga akan membersihkan jiwa kita serta mengajarkan diri kita Al kitab dan  Al hikmah.

sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat Ali Imran (3) ayat 164)

f.   Ditinggikan derajatnya


Berdasarkan surat Al Anfaal (8) ayat 4 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan beramal shaleh serta memberikan rezeki dan nikmat yang mulia.


Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
(surat Al Anfaal (8) ayat 4)



g.  Dibantu oleh tentara ALLAH SWT


Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 26 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan menolong orang beriman dan beramal shaleh melalui bala tentara-Nya yang tidak dapat kita lihat dengan mata sehingga memudahkan diri kita melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi.

kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
(surat At Taubah (9) ayat 26)


h.  Disayang ALLAH SWT


Berdasarkan surat Al Ahzab (33) ayat 43 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan kasih sayang-Nya kepada setiap orang yang beriman dan beramal shaleh.

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
(surat Al Ahzab (33) ayat 43)


Hamba ALLAH SWT, itulah delapan bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin, termasuk keberpihakan kepada diri kita, sepanjang diri kita masuk kriteria sebagai orang mukmin, yang kesemuanya telah dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam  Al-Qur’an, yang tidak lain adalah Kalam ALLAH SWT itu sendiri. Selanjutnya sudahkah kita merasa haqqul yaqin dengan keberpihakan            ALLAH SWT yang telah kami kemukakan di atas ini? Semua terpulang kepada diri kita masing-masing untuk menyikapi dengan baik hal-hal yang telah dikemukakan oleh  ALLAH SWT.


2.  Keberpihakan ALLAH SWT kepada orang Mukmin Berdasarkan Hadits.


Berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini, yang terdapat di dalam hadits, yaitu:

a.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra, dan Abu Hurairah ra, di bawah ini,   ALLAH SWT menunjukkan sikap-Nya kepada orang yang beriman yang mau mendekat kepada-Nya. Apa maksudnya?


Anas dan Abuhurairah ra, keduanya berkata: Nabi SAW bersaba: Allah ta’ala berfirman: Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta. Aku mendekat padanya sedepa, dan jika ia dating kepada-Ku berjalan. Aku akan datang kepadanya berlari
(HQR Bukhari, Athabarani meriwayatkan dari Salman ra, 272:12)

Jika diri kita mendekat kepada ALLAH SWT sejengkal, maka ALLAH SWT mendekati diri kita sehasta dan jika kita  mendekat kepada ALLAH SWT sehasta, maka ALLAH SWT mendekat  kepada kita sedepa, dan jika diri kita datang kepada ALLAH SWT  berjalan, maka ALLAH SWT mendekat kepada diri kita secara berlari.


b.      Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, di bawah ini, salah satu bentuk keberpihakan ALLAH SWT kepada manusia adalah dengan memberikan penilaian lebih tinggi kepada kebaikan yang kita perbuat dibandingkan dengan keburukan, atau kejahatan yang kita buat.


Abuhurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku merencanakan melakukan suatu amal kebajikan, kemudian tidak jadi dilakukannya, maka tetap Aku mencatat baginya suatu kebajikan, tetapi bila ia melaksanakannya, maka tetap Aku mencatat amalnya itu sepuluh kebajikan sampai berganda tujuh ratus. Dan apabila ia merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan lalu tidak jadi dilaksanakannya, maka tidaklah Aku catat baginya, tetapi ia tetap melaksanakannya Aku catat baginya sebagai kejahatan.
(HQR Bukhari dan Muslim, Attirmidzi dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah ra, 272:21)


Hal ini terlihat dari catatan amal yang diperbuat oleh diri kita, jika kita berbuat kebaikan, maka              ALLAH SWT memberikan pahala sepuluh kebajikan sampai dengan tujuh ratus kebajikan. Sedangkan apabila diri kita berbuat kejahatan hanya dicatat satu kejahatan. Tidak cukup dengan itu semua, ALLAH SWT juga memberikan penilaian kebajikan walaupun kebaikan masih dalam niat untuk dilaksanakan, sedangkan niat kejahatan baru dinilai jika kejahatan itu telah dilakukan.


c.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan selalu menyertai diri kita sepanjang diri kita mempersangkakan ALLAH SWT bersama diri kita dan ALLAH SWT akan selalu menyertai diri kita jika diri kita selalu berdoa kepada ALLAH SWT.


Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Hai hamba-Ku, Aku berada menurut pikiranmu tentang diri-Ku dan Aku menyertaimu bila engkau berdoa kepada-Ku.
(HQR Al Hakiem, 272:118)


d.      Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dardaa ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan pengampunan kepada diri kita walaupun dosa yang kita perbuat tidak dapat ditampung oleh seluruh wadah yang ada di muka bumi, sepanjang diri kita tidak menyekutukan ALLAH SWT.


Abu Dardaa ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Andaikan hamba-Ku menghadap Aku dengan dosa-dosa sepenuh wadah-wadah yang ada di bumi, namun ia tidak bersyirik menyekutukan sesuatu kepada-Ku, akan kuhadapinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu.
(HQR Aththabarani, 272:127)


e.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, di bawah ini, ALLAH SWT menyatakan perang kepada siapapun juga yang telah menghina Wali ALLAH SWT, atau yang menghina Kekasih ALLAH SWT.

Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Siapa yang menghina wali-Ku (kekasih-Ku) berarti menyatakan perang kepada-Ku. Dan Aku tidak ragu dalam segala perbuatan-Ku seperti raga-Ku untuk mencabut ruh hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak suka mati dan AKu tidak suka menganggunya, tetapi tidak boleh tidak ia harus mati.
(HQR Bukhari, 272:138)


f.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan selalu mengingat diri kita sepanjang diri kita mau mengingat ALLAH SWT.


Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, apabila engkau ingat kepada-Ku di dalam keadaan menyendiri akan Ku-ingat kepadamu demikian pula dan bila engkau ingat kepada-Ku di dalam himpunan orang banyak Aku akan ingat kepadamu  di dalam suatu himpunan yang lebih baik dari himpunan itu.
(HQR Asysyairazi, 272:175)


g.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan pengampunan kepada anak dan keturunan Nabi Adam as, sepanjang mereka meminta ampun kepada ALLAH SWT.


Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis kepada Tuhannya: Demi keagungan dan kebesaran-Mu, akan aku sesatkan selalu anak-anak Adam selama ruh dikandung badan mereka. Lalu Allah berfirman kepadanya: Demi keagungan dan kebesaran-Ku akan Aku ampuni mereka selama mereka beristighfar minta ampun pada-Ku.
(HQR Abu Nua’im, 272:261)
  

Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas baik yang ada di dalam Al-Qur’an dan juga Hadits, menunjukkan kepada diri kita semua bahwa setiap manusia yang masuk kriteria orang mukmin sudah diberikan modal dasar yang begitu hebat oleh ALLAH SWT dalam rangka memudahkan dan melancarkan serta mensukseskan diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus Makhluk yang Terhornat.

Sekarang apa yang terjadi setelah diri kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi,  atau apa yang terjadi setelah di dalam diri kita terjadi pertarungan antara Jasmani dengan Ruhani, apakah sesuai dengan keberpihakan ALLAH SWT ataukah sesuai dengan kehendak Syaitan? Berikut ini akan kami kemukakan kondisi dan keadaan yang sering terjadi pada saat ini, yaitu :

a.      Kita malah memperturutkan Ahwa yang didukung oleh Syaitan sehingga jiwa kita menjadi jiwa Fujur, padahal aslinya jiwa kita adalah Jiwa Taqwa.

b.      Kita malah menjadi Pecundang, sedangkan Syaitan malah menjadi Pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.

c.       Kita malah mau di ajak oleh Syaitan untuk pulang kampung ke Neraka Jahannam, padahal kampung asli diri kita adalah Syurga.

d.      Kita malah menjadikan diri sendiri sebagai orang yang merugi karena selalu mengkotori jiwa kita sendiri (menjadikan jiwa kita masuk dalam kategori Jiwa Fujur), padahal aslinya jiwa kita adalah jiwa yang bersih (masuk dalam kelompok Jiwa Taqwa).

e.       Kita malah bertuhankan kepada selain ALLAH SWT dan tidak mau mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT, padahal kita telah melaksanakan Syahadat dengan mengatakan bahwa “Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW itu utusan ALLAH SWT”.

f.        Kita malah menjadikan diri sendiri terhormat dihadapan Syaitan sang Laknatullah, ketimbang menjadi makhluk yang terhormat dihadapan Yang Maha Terhormat.

g.      Kita malah lebih suka membeli tiket masuk ke Neraka Jahannam ketimbang membeli tiket masuk ke Syurga. Hal ini dikarenakan baik masuk Syurga ataupun masuk Neraka bukanlah sesuatu yang bersifat Gratis atau Cuma-Cuma.

h.      Kita hanya mampu menjadikan diri kita sendiri hanya sebagai penonton, hanya sebagai pengagum, hanya sebagai komentator atas Kebesaran dan Kemahaan  ALLAH SWT. Padahal Kebesaran dan Kemahaan dari ALLAH SWT bukan untuk ditonton, bukan untuk dikagumi, apalagi untuk dikomentari, tetapi untuk kita rasakan secara langsung melalui kenikmatan bertuhankan ALLAH SWT.

i.        Kita lebih suka membuat jarak dengan ALLAH SWT karena kita salah persepsi, karena kita salah meyakini keberadaan ALLAH SWT, padahal ALLAH SWT sendiri sudah tidak berjarak lagi dengan diri kita.

j.        Kita hanya mampu melaksanakan perintah ALLAH SWT sebatas ritual dan rutinitas belaka, namun kita tidak mampu memperoleh apa yang terdapat dibalik makna hakiki dari setiap perintah yang telah diperintahkan ALLAH SWT.

k.      Kita lebih suka mendapatkan pahala, atau sibuk mengejar pahala dibandingkan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT. Sehingga yang ada pada diri kita sibuk dengan tata cara melakukan ibadah, namun lupa akan hakekat dari apa yang dikehendaki ALLAH SWT.


Hamba ALLAH SWT, jika Syaitan pulang kampung ke api, karena kampung halamannya memang disana, sehingga hal ini tidak menjadi persoalan bagi Syaitan untuk pulang kampung ke Neraka Jahannam, karena api akan kembali ke api. Akan tetapi justru kita yang kampung aslinya adalah Syurga justru mau dihasut, mau diajak untuk pulang kampung oleh Syaitan ke Neraka Jahannam dengan menukar Syurga dengan Neraka.

Jadi siapakah yang bodoh, jadi siapakah yang tidak tahu diri, jadi siapakah yang lebih hebat, manusiakah ataukah Syaitankah, yang pintar membodohi diri kita, yang pintar mengakali diri kita, sehingga kita mau dengan sukarela menjual tiket masuk ke Syurga untuk membeli tiket masuk ke Neraka Jahannam saat hidup di dunia ini? Untuk itu jangan pernah sekalipun untuk menyalahkan, apalagi menyudutkan ALLAH SWT yang telah begitu memihak kepada diri kita. Namun karena kebodohan, karena ketidakpercayaan, karena ketidakyakinan diri kita sendiri kepada ALLAH SWT, maka Syaitan sang laknatullah mampu menggoda, mampu merayu diri kita sehingga kita menjadi tetangga Syaitan di Neraka Jahannam.


Untuk itu pelajarilah kembali sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah hancur diluluhlantakkan oleh ALLAH SWT seperti berapa banyaknya umat dari Nabi Nuh as, yang telah dihancurkan oleh ALLAH SWT melalui banjir bandang, berapa banyaknya umat Nabi Luth as, yang dihancurkan olehALLAH SWT karena melaksanakan praktek lesbian dan homoseksual, lalu berapa banyaknya umat Nabi Musa as, yang ditenggelamkan ke Laut Merah oleh ALLAH SWT dan masih banyak lagi umat-umat yang terdahulu yang juga telah dihancur luluhlantak oleh  ALLAH SWT. Lalu apakah contoh umat-umat terdahulu yang dihukum, yang di azab oleh ALLAH SWT,  yang juga sudah dikemukakan  pula oleh  ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an, hanya sekedar cerita masa lalu sehingga tidak cukup mampu menyadarkan diri kita untuk beriman kepada ALLAH SWT, atau mau melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah, atau apakah kita ingin merasakan hukuman, azab atau bencana seperti yang dirasakan oleh umat-umat terdahulu yang telah dihancurkan oleh ALLAH SWT?


Patut dan pantaskah jika ALLAH SWT menghukum kita ke Neraka Jahannam, yang panas apinya 70 (tujuh puluh) kali panasnya api dunia. Padahal ALLAH SWT sudah begitu berpihak kepada diri kita, tetapi justru kita kalah melawan Ahwa dan Syaitan sehingga Syaitan menjadi Pemenang dan diri kita menjadi Pecundang,sehingga diri kita menjadi makhluk yang terkutuk seperti Syaitan yang telah dikutuk              ALLAH SWT?


Rasulullah bersabda: "Api kalian di dunia yang dinyalakan oleh anak keturunan Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari neraka Jahannam". Para sahabat berkata:"Jika api itu mencukupi ya Rasulullah, maka api itu terpisah dengan selisih enam puluh Sembilan bagian yang kesemuanya itu adalah perumpamaan panasnya".
(HR Bukhari, Muslim)

Jika ini yang terjadi pada diri manusia, memang sudah sepatutnya dan sepantasnyalah  ALLAH SWT memberikan hukuman berupa Neraka Jahannam kepada manusia-manusia yang sudah didukung penuh oleh ALLAH SWT namun tetap juga kalah melawan Ahwa dan Syaitan, atau tetap tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT.

Selanjutnya masih ada hal lain yang sangat-sangat penting tentang ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur’an, untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama surat Ali Imran (3) ayat 18 di bawah ini.

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Ali Imran (3) ayat 18)

[188] Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18, ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini memberikan kesaksian atas dirinya sendiri. Bayangkan ALLAH SWT memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri di dalam Al-Qur’an. Selanjutnya selaku pemberi kesaksian tentu ALLAH SWT paham benar, mengerti benar tentang keadaan dirinya sendirinya, dibandingkan dengan makhluknya yang memberikan kesaksian melalui Syahadat. Untuk itu tolong perhatikan dengan seksama beberapa pertanyaan di bawah ini?

a.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah DZAT yang menamakan dirinya sendiri ALLAH SWT, dimana DZAT itu ada tanpa ada yang menyertainya ada?

b.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah  ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa            ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki Sifat Salbiyah yang enam (maksudnya memiliki sifat Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu Binafsih, sifat Wahdaniyah), yang tidak akan mungkin dimiliki oleh siapapun juga?

c.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah  ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa            ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki sifat Ma’ani yang tujuh (maskudnya sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat) yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dengan sifat Salbiyah?

d.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki AF’AL atau Perbuatan ALLAH SWT yang mencerminkan Nama-Nama ALLAH SWT yang Indah yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau Asmaul Husna?

e.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa               ALLAH SWT akan berada dan bersama seluruh ciptaannya dimanapun berada sehingga seluruh ciptaan tidak mungkin dapat dipisahkan dengan ALLAH SWT?

f.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah pencipta dari seluruh alam semesta ini dan juga kekhalifahan yang ada di muka bumi ini tanpa bantuan siapapun juga?

g.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah pencipta Diinul Islam yang tidak lain adalah satu-satunya konsep ilahiah yang berlaku di muka bumi ini untuk kepentingan kekhalifahan yang ada di muka bumi?

h.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT dengan segala kebutuhan manusia, dengan segala problema manusia, baik saat menghadapi ahwa dan syaitan?

i.        Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT dengan segala azab yang telah ditimpakan kepada manusia-manusia terdahulu akibat tidak mau beriman kepada-Nya?

ALLAH SWT sampai dengan kapanpun juga dapat dipastikan tahu, ALLAH SWT dapat dipastikan mengerti dan ALLAH SWT dapat dipastikan paham betul dengan keberadaan dirinya sendiri, dengan keberadaan ciptaannya sendiri, dengan keberadaan manusia baik awal sampai dengan akhir, tanpa terkecuali termasuk diri kita. 

Untuk apa ALLAH SWT sampai mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri kita melalui Al-Qur’an? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Sebagai orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT?

ALLAH SWT menceritakan kesaksian atas dirinya di dalam Al-Qur’an, agar setiap manusia yang ada di muka bumi dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari ALLAH SWT secara langsung sehingga dengan itu semua mampu menghantarkan diri kita tetap menjadi makhluk yang terhormat, yang mampu pulang kampung ke tempat terhormat, dengan cara terhormat, untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati serta mampu pula mengambil hikmah dan pelajaran dari umat-umat terdahulu sehingga kita tidak menjelma menjadi firaun-firaun generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak menjadikan diri kita menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman Nano Technology.

Sekarang mari kita perhatikan beberapa ketentuan yang telah ALLAH SWT kemukakan di dalam              Al-Qur’an, yaitu :

a.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah mengemukakan bahwa Syaitan adalah musuh bagi diri kita, lalu apakah yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an kita anggap angin lalu saja?

b.      ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan mintalah kepada ALLAH SWT, lalu apakah kemudahan yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT kita buang begitu saja sehingga kita lebih senang meminta bantuan Syaitan?

c.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa jika berlindung kepada selain ALLAH SWT berarti berlindung kepada sarang laba-laba, lalu apakah informasi ini kita anggap tidak ada sehingga perlindungan ALLAH SWT kita tukar dengan sarang laba-laba?

d.      ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa ALLAH SWT itu dekat, lebih dekat dari urat leher diri kita, lalu apakah ALLAH SWT sudah dekat justru kita campakkan sehingga meminta bantuan kepada selain ALLAH SWT?

e.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan untuk berbakti kepada kedua orang tua, lalu sudahkah hal ini kita laksanakan dengan baik?

Sebagai KHALIFAH yang sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, sadarilah bahwa ALLAH SWT begitu sayang dengan kepada diri kita, namun karena ulah diri kita sendiri yang tidak menghiraukan apa-apa yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT maka jangan pernah sekalipun menyalahkan ALLAH SWT jika kita menjadi pecundang sedangkan syaitan menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.



Selasa, 25 Oktober 2016

IMAN KEPADA QADHA, QADAR dan TAQDIR - part 2 of 2



  
1.  LANDASAN UNTUK BERFIKIR


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah "EMANG UDAH NASIB" atau EMANG UDAH DARI SONONYA BEGINI" dan masih banyak lagi perkataan yang sejenis yang pada intinya adalah seolah-olah jika manusia mengalami kejatuhan, kesusahan, keterpurukan, ditimpa bencana, ditimpa sakit, memang sudah ditaqdirkan dan/atau sudah  menjadi suratan NASIB yang harus diterima dan selanjutnya harus dilakoni. Akan tetapi jika kenikmatan hidup, kesenangan hidup, banyak harta, yang kita alami maka kebanyakan manusia akan berkata lain seperti hal ini memang udah seharusnya saya  terima sebab saya  telah bekerja keras sehingga ALLAH SWT telah memuliakan hidup saya.


Adanya pemahaman-pemahaman tentang NASIB dan TAQDIR  yang sering keliru di tengah masyarakat,  terutama mengenai keterpurukan, kesusahan hidup yang di alami oleh seseorang, timbul kesan seolah-olah ALLAH SWT adalah sumber dan penyebab dari kejatuhan, keterpurukan, kesusahan hidup yang di alami oleh seseorang dan/atau timbul kesan ALLAH SWT pilih kasih di dalam menentukan taqdir atau nasib seseorang. Selanjutnya, apakah betul  taqdir atau nasib  yang buruk maupun yang sukses ALLAH SWT yang tentukan dan/atau NASIB atau TAQDIR adalah suatu yang GIVEN dari ALLAH SWT? Untuk menjawab pertanyaan ini, kami akan meng-analogikannya dengan rambu lalu lintas. Jika Kepolisian sudah menetapkan adanya sebuah rambu lalu lintas di tepi jalan, maka yang akan menjadikan rambu lalu lintas itu berhasil guna sesuai dengan kehendak Kepolisian sangat tergantung sejauh mana pengguna jalan mau mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan/atau berfungsi atau tidaknya rambu lalu lintas sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan pengguna jalan. Semakin tinggi kepatuhan pengguna jalan maka semakin baik pula manfaat dari rambu yang telah dipasang. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi pelanggaran maka barulah Kepolisian bertindak.

Jika Kepolisian saja menetapkan hal tersebut kepada pengguna jalan, lalu bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWT juga memberlakukan hal yang sama dengan Kepolisian, yaitu ALLAH SWT selaku pencipta kekhalifahan di muka bumi hanya menentukan dan menetapkan adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang berlaku di alam semesta ini. Untuk itu jika seseorang menjalankan ketentuan QADHA KHAIR atau jalan kebaikan dengan QADAR atau ukuran yang sangat tinggi maka akan semakin tinggi dan semakin baik pula TAQDIR kebaikan yang akan diperolehnya. Demikian pula sebaliknya dengan pilihan QADHA SYAR atau jalan keburukan yang dilakukan oleh seseorang, semakin tinggi QADAR keburukan yang dilaksanakannya maka akan semakin tinggi pula TAQDIR keburukan yang menimpa seseorang. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah jalan kebaikan tidak lah sama dengan jalan keburukan, sehingga hasilnya pun pasti berbeda. Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas ini, NASIB atau TAQDIR atau HASIL USAHA dari suatu perbuatan  bukanlah berasal dari ALLAH SWT akan tetapi merupakan BUAH (END RESULT) dari apa-apa yang telah diperbuat oleh manusia itu sendiri.

ALLAH SWT hanya menentukan pilihan JALAN yang dapat ditempuh oleh manusia, seperti halnya Kepolisian membuat rambu lalu lintas. ALLAH SWT hanya menunjukkan jalan kemana manusia akan pergi, jika ia ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat maka berjalanlah di jalan kebaikan dan apabila ia ingin hidup bahagia di dunia saja tanpa kebahagiaan di akhirat maka berjalanlah di jalan keburukan. Jika ini adalah kondisi dasar dari TAQDIR, NASIB atau HASIL USAHA  dari seseorang, berdasarkan ayat-ayat di bawah ini,  maka kondisi dan keadaan dari TAQDIR, NASIB atau HASIL USAHA seseorang, sangat berhubungan erat dengan:  

1)      Setiap manusia  tanpa terkecuali, akan mendapatkan hasil usaha menurut apa yang diusahakannya masing-masing.

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihakan (kepadanya).
(surat An Najm (53) ayat 39-40)

2)      Tinggi rendahnya martabat atau derajat manusia sangat tergantung dengan apa-apa yang telah di usahakannya masing-masing.

dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 19)

3)      Pilihan jalan yang akan ditempuh oleh Manusia, hal ini dimungkinkan karena ALLAH SWT mempersilahkan atau manusia diperbolehkan untuk memilih untuk beriman ataupun kafir

dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
(surat Al Kahfi (18) ayat 29)

4) Tingkat kesungguhan dan/atau tingkat kepatuhan manusia di dalam melaksanakan DIINUL ISLAM atau melaksanakan jalan kebaikan yang dikehendaki ALLAH SWT akan sangat mempengaruhi tingkat partisipasi dan pertolongan ALLAH SWT di dalam memimpin  dan menunjukkan jalan yang lurus kepada manusia, demikian pula sebaliknya.

dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 69)

5) ALLAH SWT tidak akan merubah nikmat-Nya yang telah diberikan kepada manusia sepanjang manusia tidak merubah pemberian ALLAH SWT dan/atau apa-apa yang telah diberikan oleh  ALLAH SWT akan berubah jika manusia itu sendiri yang merubahnya.
  
(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(surat An Anfaal (8) ayat 53)

[621] Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.

Adanya 5(lima) buah ketentuan yang telah kami kemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa NASIB, TAQDIR atau HASIL USAHA merupakan OUTPUT dari suatu INPUT yang kita lakukan. Jika INPUT yang kita lakukan baik maka OUTPUT yang kita hasilkan juga baik, demikian pula jika INPUT yang kita lakukan buruk maka OUTPUT yang dihasilkan juga BURUK. Untuk itu jangan pernah berharap dengan INPUT yang buruk akan menghasilkan OUTPUT yang baik sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. 

A.  NASIB atau TAQDIR TERGANTUNG USAHA

Untuk menghasilkan suatu produk tertentu (output), sangat berhubungan erat dengan input yang akan diproses serta  sistem pengolahan yang akan dipergunakan.Adanya keterkaitan yang sangat erat antara input, proses dan output mengharuskan kepada kita jika ingin memperoleh output yang berkualitas baik tidak bisa terlepas dari adanya input dan proses yang berkualitas baik pula. Hal yang sama juga berlaku pada saat diri kita melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Untuk memperoleh NASIB baik, atau TAQDIR baik atau HASIL USAHA yang baik berupa kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, tidak terlepas dari seberapa baik diri kita melaksanakan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT melalui syariat yang telah ditetapkan-Nya atau seberapa baik diri kita memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT melalui syariat yang telah ditentukan-Nya.

Di lain sisi ALLAH SWT selaku pencipta kekhalifahan di muka bumi, telah menetapkan jika manusia bekerja dan berkarya untuk kepentingan hidup di dunia maka hasilnya akan dapat dinikmati hanya sebatas kesuksesan hidup di dunia saja tanpa memperoleh kesuksesan hidup di akhirat. Akan tetapi jika manusia bekerja dan berkarya untuk kepentingan akhirat maka hasilnya dapat dinikmati di dunia berupa kesukesan hidup dan juga di akhirat kelak berupa kebahagiaan hidup di SYURGA.

Adanya pilihan untuk menentukan kesuksesan dan kebahagiaan yang akan manusia raih saat melaksanakan kekhalifahan di muka bumi, merupakan ketentuan TAQDIR atau NASIB atau HASIL USAHA yang akan kita peroleh sewaktu bekerja dan berkarya di muka bumi. Jika kondisi di atas  ini adalah konsep dasar dari penentuan suatu NASIB atau TAQDIR atau HASIL USAHA yang akan kita peroleh dari hasil karya nyata dan kerja nyata dari PROFESI dan/atau PEKERJAAN yang kita lakukan, dapat dikatakan apa-apa yang kita peroleh baik, apakah hanya sebatas kesukesan hidup di dunia semata ataukah kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,   tidak terlepas dari PILIHAN SYSTEM yang akan kita pergunakan serta  jalan apakah yang akan kita lalui, apakah jalan kebaikan ataukah jalan keburukan.


Apabila kita sudah menetapkan pilihan ingin sukses hidup di dunia saja dengan profesi dan pekerjaan yang saat ini kita geluti, ALLAH SWT tidak akan mengalami kerugian apapun dengan tindakan diri kita.Hal ini dimungkinkan karena ALLAH SWT tidak membutuhkan sama sekali ibadah kita akan tetapi diri kitalah yang membutuhkan  ALLAH SWT dengan ibadah yang kita lakukan. Selanjutnya agar diri kita tidak menyesal dan/atau agar apa-apa yang telah kita lakukan melalui profesi dan pekerjaan tidak menjadi sia-sia, untuk itu ketahuilah bahwa:

1)     Setiap Pahala dan Dosa dibalas setimpal sesuai dengan tingkat kepatuhan atau tingkat pelanggaran yang telah kita perbuat selama hidup di muka bumi oleh ALLAH SWT.

pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi Balasan dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah Amat cepat hisabnya.
(surat Al Mu'min (40) ayat 17)

2)     Seluruh amal perbuatan manusia , apakah yang baik maupun yang buruk adalah tanggung jawab pribadi masing-masing atau tanggung jawab individual. Hal yang tidak akan terjadi adalah  ALLAH SWT menerapkan tanggung jawab secara kolegial, atau tanggung jawab renteng, atau orang lain mempertanggung jawabkan perbuatan orang lain.

tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.
(surat Ali Imran (3) ayat 161)

3)     Segala bentuk amal Baik dan/atau segala bentuk amal Buruk yang berasal dari hasil perbuatan diri kita dan/atau yang berasal dari apa-apa yang telah kita kerjakan selama hidup di dunia maka akan dikembalikan kepada diri kita sendiri.

Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu Barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. dan Barangsiapa yang sesat, Maka Sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu".
(surat Yunus (10) ayat 108)

4)     ALLAH SWT hanyalah penentu dari suatu kebijakan, apakah itu jalan tentang KEBAIKAN ataukah jalan tentang KEBURUKAN. Sebagai KHALIFAH diri kita diberi kebebasan untuk memilih jalan yang akan ditempuh dan/atau diri kita yang menentukan sendiri hasil akhir dari kekhalifahan yang dilaksanakannya.

dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(surat Asy Syuura (42) ayat 30)

5)     Manusia bekerja dan berkarya di muka bumi sesuai dengan bakat dan kemampuan serta jalurnya masing-masing.Hal ini dimungkinkan sebab ALLAH SWT telah menganugerahkan AMANAH 7 dan HUBBUL, dengan komposisi yang berbeda-beda di setiap orangnya. Adanya perbedaan komposisi AMANAH 7 dan HUBBUL akan melahirkan adanya bakat dan kemampuan dalam diri seseorang.  

Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui,
(surat Az Zumar (39) ayat 39)

6)     Agar manusia selamat, agar manusia diberikan kemudahan di dalam menjalankan tugas kekhalifahan di muka bumi, lakukanlah selalu pendekatan kepada ALLAH SWT dengan selalu mengikuti segala apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Ali Imran (3) ayat 31)


Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa NASIB atau TAQDIR atau HASIL USAHA bukanlah ditentukan oleh PENENTU KEBIJAKAN, dalam hal ini adalah ALLAH SWT. Akan tetapi ditentukan oleh seberapa jauh PENGGUNA KEBIJAKAN, dalam hal ini manusia,  melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan oleh PENENTU KEBIJAKAN. Untuk itu jangan pernah mengatakan bahwa apa-apa yang telah kita terima saat ini adalah NASIB atau TAQDIR yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT. Apabila NASIB atau TAQDIR dari seseorang telah ditentukan oleh ALLAH SWT, berarti kesepatakan  ALLAH SWT dengan IBLIS/SYAITAN tidak berjalan secara FAIR PLAY. Jika NASIB atau TAQDIR sudah ditetapkan, untuk apa lagi IBLIS/SYAITAN diberikan kesempatan mengganggu dan menggoda anak dan keturunan dari NABI ADAM as, jika hasil akhirnya sudah ditetapkan oleh ALLAH SWT? Untuk apa lagi kita beribadah jika hasil akhirnya harus masuk NERAKA atau untuk apa lagi berbuat kebaikan jika hasil akhirnya masuk SYURGA?

B.  BISAKAH NASIB atau TAQDIR DIRUBAH?

Untuk dapat menghasilkan suatu produk tertentu, maka harus ada terlebih dahulu apa yang dinamakan dengan INPUT. Setelah adanya INPUT maka INPUT tidak akan pernah menghasilkan suatu OUTPUT jika tidak ada proses produksi. Ini berarti untuk mendapatkan OUTPUT yang berkualitas  selain harus berasal dari INPUT yang berkualitas juga sangat tergantung dengan proses produksi yang kita laksanakan. Timbul pertanyaan, jika INPUT berkualitas lalu apakah serta merta OUTPUTnya akan berkualitas juga? INPUT yang berkualitas baru akan dapat menghasilkan OUTPUT yang berkualitas jika sistem produksi yang kita laksanakan juga berkualitas. Ini berarti antara INPUT, OUTPUT dan sistem produksi harus dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya bagaimana dengan NASIB atau TAQDIR seseorang? NASIB atau TAQDIR seseorang dapat pula di analogikan dengan proses produksi yang kami kemukakan di atas. NASIB atau TAQDIR dari seseorang merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dengan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan yang kemudian di proses melalui DIINUL ISLAM atau apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Ini berarti NASIB atau TAQDIR seseorang tidak dapat berdiri sendiri sebab NASIB atau TAQDIR sangat dipengaruhi oleh apa-apa yang telah kita perbuat serta melalui proses apa kita melaksanakannya. Selanjutnya dapatkah kita merubah OUTPUT yang telah kita produksi?


Untuk merubah OUTPUT yang sudah jadi tidak dapat kita lakukan akan tetapi untuk dapat merubah OUTPUT yang baru dapat kita lakukan sepanjang proses produksi yang kita terapkan tidak berubah/tidak kita ubah-ubah  maka OUTPUT dapat kita rubah sesuai dengan INPUT yang kita lakukan.Jika konsep ini dapat berlaku dalam sistem produksi, maka dapatkah NASIB atau TAQDIR dari seseorang berubah, apakah menjadi baik ataukah menjadi buruk? Sepanjang konsep ALLAH SWT tentang DIINUL ISLAM sebagai  acuan dasar bagi manusia tidak kita rubah-rubah tetap sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT  maka NASIB atau TAQDIR seseorang dapat dirubah atau dapat berubah sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan. Selanjutnya perubahan NASIB atau TAQDIR yang seperti apakah yang akan dapat dirubah atau dapat berubah?

1)      Untuk merubah NASIB atau TAQDIR maka kita harus merubah terlebih dahulu apa-apa yang ada pada diri kita sendiri. Jika dahulu kita MALAS rubahlah menjadi RAJIN, jika dahulu kita selalu berburuk sangka kepada ALLAH SWT rubahlah menjadi berbaik sangka kepada ALLAH SWT. Jika kita dahulu KAFIR rubahlah menjadi TAAT, jika dahulu kita berada dalam NAFS FUJUR rubahlah menjadi NAFS TAQWA.

bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 11)

[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Tanpa ada perubahan yang kita laksanakan dalam diri kita, walaupun konsep DIINUL ISLAM sebagai acuannya maka NASIB atau TAQDIR diri kita tidak akan pernah berubah atau tidak dirubah oleh ALLAH SWT. 

2)      NASIB atau TAQDIR seseorang sangat ditentukan oleh seberapa jauh pengguna kebijakan, melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan oleh penentu kebijakan. Untuk itu jangan pernah mengatakan bahwa apa-apa yang kita terima saat ini adalah NASIB atau TAQDIR yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT.  Untuk itu jika kita ingin merubah NASIB atau TAQDIR maka kita harus merubahnya melalui  ALLAH SWT sebagai pemilik dan penentu kebijakan.

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).
(surat Ar Ra'd (13) ayat 39)


mereka dalam Keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir)[367], Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 143)

[367] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

Sekarang apa jadinya diri kita jika ingin merubah NASIB atau TAQDIR bukan kepada ALLAH SWT selaku penentu kebijakan? Akan terjadi ketidaksamaan prinsip-prinsip dasar yang diterapkan, akan terjadi perbedaan standard baku yang akan dipergunakan, sehingga bukannya kebaikan yang akan kita raih justru keburukan yang kita dapat.

3)      Perubahan NASIB atau TAQDIR yang di alami oleh seseorang bukanlah tanpa batasan waktu. ALLAH SWT hanya memberikan kesempatan untuk memperoleh Sunset Policy  sebelum maut di ambang pintu atau sebelum Nyawa tiba dikerongkongan.

yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu[524]. pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau Dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu Sesungguhnya Kamipun menunggu (pula)".
(surat Al An'am (6) ayat 158)

[524] Maksudnya: tanda-tanda kiamat.


Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita mempergunakan kesempatan yang diberikan oleh ALLAH SWT untuk merubah NASIB atau TAQDIR menjadi lebih baik lagi? Hal yang harus kita ingat adalah TIME with no RETURN, untuk itu manfaatkanlah sisa usia anda  dengan sebaik-baiknya.

Jika saat ini kita masih hidup berarti saat ini kita juga sedang mengalami apa yang dinamakan dengan NASIB atau TAQDIR pula. Untuk itu jika kita merasa bahwa NASIB atau TAQDIR atau USAHA kita belum memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT, tidak ada jalan lain kecuali diri kita melakukan perubahan-perubahan yang radikal di dalam diri untuk menuju perubahan-perubahan yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Ingat, Nasib atau Taqdir tidak akan bisa di raih atau tidak akan bisa berubah  hanya dengan duduk-duduk saja yang dilanjutkan dengan angan-angan belaka.


C.  CARA MERUBAH NASIB atau TAQDIR

Untuk memperoleh kesembuhan penyakit, maka sewaktu berobat ke Dokter kita harus terlebih dahulu memberitahukan tentang penyakit yang kita derita. Berdasarkan hal itulah maka Dokter akan memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang kita derita. Hal yang sama juga berlaku jika kita ingin merubah NASIB atau TAQDIR, maka kita harus terlebih dahulu memiliki PENGETAHUAN tentang penyebab dari NASIB atau TAQDIR yang sedang kita alami. Jika NASIB atau TAQDIR yang kita alami sudah berada di jalan kebaikan yang sesuai dengan kehendak ALLAH STW, maka kita harus tahu cara dan methode untuk mempertahankannya. Akan tetapi jika NASIB atau TAQDIR yang kita alami berada di jalan keburukan yang dikehendaki oleh SYAITAN, maka kitapun harus tahu cara dan methode untuk merubahnya. Untuk itu kita harus memiliki  pengetahuan tentang DIINUL ISLAM secara KAFFAH sebelum diri kita melakukan upaya untuk merubah atau mempertahankan NASIB atau TAQDIR.

dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat An Nisaa' (4) ayat 32)

Selanjutnya jika kita  saat ini  merasa bahwa NASIB atau TAQDIR diri kita sudah tidak sesuai lagi dengan kehendak ALLAH SWT dan/atau diri kita mengalami keterpurukan hidup, kesusahan hidup, dan/atau diri kita tidak memperoleh kebahagiaan hidup di dunia walaupun telah memiliki profesi dan pekerjaan yang mumpuni, apa yang harus kita perbuat?  Berikut ini akan kami kemukakan cara untuk merubah NASIB atau TAQDIR yang sesuai dengan kehendak  ALLAH SWT sehingga hidup kita akan berbahagia di dunia dan di akhirat, yaitu:

1)  Beriman dan Bertaqwa hanya kepada ALLAH SWT

ALLAH SWT melalui surat Al A'raaf (7) ayat 95-96 menyatakan dengan tegas bahwa akan melimpahkan segala berkah dari langit dan bumi kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada ALLAH SWT.

kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang Kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", Maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(surat Al A'raaf (7) ayat 95-96)

Selanjutnya jika pintu keberkahan baik dari langit dan dari bumi telah dibukakan oleh ALLAH SWT, adakah makhluk dan Tuhan lainnya yang mampu menahannya? Hasil dari ini semua adalah diganti kesusahan oleh ALLAH SWT menjadi kesenangan, kemiskinan menjadi kecukupan, harta dan keturunan bertambah banyak.

2)  Beriman kepada ALLAH SWT dan Beramal Shaleh

Laksanakan Iman dan Amal Shaleh dalam satu kesatuan, serta harus konsisten dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan pernah melakukan tindakan Jig-Jag di dalam melaksanakan Iman dan Amal Shaleh, sebab hal ini tidak akan dapat merubah Nasib atau Taqdir  dengan baik. Contohnya jika kita berkendara secara Jig-Jag selain membahayakan diri sendiri juga membahayakan orang lain.

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,
(surat Maryam (19) ayat 59-60)

Jika kita ingin merasakan nikmatnya sebuah perubahan NASIB atau TAQDIR maka lakukanlah IMAN dan AMAL SHALEH selain berbarengan juga secara konsisten, tidak naik turun atau seperti pergerakan bandul. Hal yang harus kita jadikan pelajaran adalah jangan sampai pada saat kita melakukan Jig-Jag dan terjadi kematian di saat kita sedang berada di dalam jalan keburukan maka itulah NASIB atau TAQDIR kita.Seluruh amal baik yang pernah kita lakukan lenyap hanya dalam sekejab.Inilah salah satu resiko terburuk apabila perilaku Jig-Jag kita terapkan di dalam mengarungi kekhalifahan di muka bumi.  

3)  Selalu Mengikuti dan Mentaati Rasul

ALLAH SWT melalui surat Al Ahzab (33) ayat 70-71 akan memberikan kemenangan yang besar kepada orang-orang yang mentaati ALLAH SWT dan Rasul-Nya, termasuk diri kita sepanjang kitapun melakukan hal yang sama.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
(surat Al Ahzab (33) ayat 70-71)

Sekarang jika kemenangan sudah diberikan oleh ALLAH SWT kepada diri kita mungkinkah kita akan mengalami kekalahan lagi, kemunduran lagi, keterpurukan lagi? Sepanjang diri kita konsisten mentaati ALLAH SWT dan RASULNYA maka kekalahan, kemunduran, dan keterpurukan tidak akan menimpa diri kita lagi. Untuk itu jangan pernah lakukan strategi jig-jag jika kita ingin memperbaiki NASIB atau TAQDIR.

4)  Taubat

Taubatlah hanya kepada ALLAH SWT dengan TAUBATAN NASUHA, yaitu TAUBAT dengan sebenar-benarnya TAUBAT. Hindarkan TAUBAT dan/atau jangan pernah lakukan TAUBAT yang memakai prinsip "Kapok Lombok" sebab hal ini tidak ubahnya kita meledek atau mempermainkan ALLAH SWT.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
(surat An Nisaa' (4) ayat 145)

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang Lurus (untuk sampai) kepada-Nya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 175)

Setelah taubat kita lakukan, hal yang harus kita perhatikan adalah konsistensi dari pertaubatan harus kita jaga dari waktu ke waktu sehingga kita tidak tercebur  ke dalam lubang yang sama dua kali. Padahal keledai saja tidak pernah masuk lubang yang sama dua kali.

5)  Syukur

Bersyukurlah kepada ALLAH SWT atas segala nikmat yang telah diberikannya kepada kita, tidak cukup hanya dengan mengatakan "Hamdallah dan/atau mengucapkan TERIMA KASIH belaka". Hamdallah atau mengucapkan TERIMA KASIH bukanlah ungkapan syukur, akan tetapi adab sopan santun setelah menerima sesuatu. 

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.
sungguh orang-orang yang sebelum mereka (juga) telah mengatakan itu pula, Maka Tiadalah berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan.
(surat Az Zumar (39) ayat 49-50)

Untuk itu jika kita ingin bersyukur kepada ALLAH SWT maka lakukanlah apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT dipergunakan sesuai dengan peruntukkannya dengan ikhlas. Contohnya jika kita bersyukur dengan rezeki yang telah kita peroleh, maka keluarkanlah hak ALLAH SWT yang ada di dalam rezeki yang kita peroleh dengan berbagi kepada yang tidak mampu. Jika ini yang kita lakukan berarti kita telah mensyukuri nikmar rezeki dari           ALLAH SWT. Akan tetapi setelah menerima rezeki lalu dompet yang kita miliki malah kita jahit itu bukanlah bentuk dari syukur kita kepada ALLAH SWT, akan tetapi kita telah memperturutkan AHWA. Sekarang jika tambahan ILMU yang kita peroleh dari ALLAH SWT, apa yang harus kita lakukan? Jika kita bersyukur maka ajarkanlah ILMU itu kepada sesama umat manusia dengan ikhlas.
  
6)  Jangan Putus Asa

Jangan pernah berputus asa sewaktu memperbaiki kesusahan, keterpurukan, kejatuhan yang kita alami. Untuk itu yakinkan diri bahwa ALLAH SWT pasti akan memberikan pertolongan yang terbaik untuk diri kita. Hal yang harus kita ingat adalah pertolongan dari  ALLAH SWT tidak akan diberikan secara KILAT apalagi INSTAN namun harus melalui sebuah proses yang memerlukan waktu. 

mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? dan Allah adalah Maha Mensyukuri[370] lagi Maha mengetahui.
(surat An Nisaa' (4) ayat 147)

[370] Allah mensyukuri hamba-hamba-Nya: memberi pahala terhadap amal-amal hamba-hamba-Nya, mema'afkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya.

Kunci sukses dari itu semua adalah kita harus SABAR dan juga TAWAKKAL di jalan kebaikan secara berbarengan. SABAR tanpa TAWAKKAL tidak ubahnya pungguk rindukan bulan, sedangkan TAWAKKAL tanpa KESABARAN artinya grusa-grusu. Untuk itu jadikan SABAR dan TAWAKKAL bukan hanya slogan semata, akan tetapi harus dilaksanakan dengan sepenuh hati.

Selain 6(enam) cara yang telah kami kemukakan di atas tentang cara untuk merubah NASIB atau TAQDIR, masih ada beberapa ketentuan lagi yang dapat kita lakukan untuk merubah NASIB atau TAQDIR, yaitu:

1)      Adanya Perlindungan dari ALLAH SWT yang diberikan kepada orang yang beriman sehingga dengan kondisi ini akan mampu mengeluarkan seseorang dari kegelapan menuju cahaya dan/atau dari kemiskinan menuju kecukupan dan/atau dari ketersesatan menuju jalan yang lurus.

Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
(surat Al Baqarah (2) ayat 257)

Untuk itu jika kita ingin memperoleh perlindungan dari ALLAH SWT, sudahkah kita menyamakan dan/atau memenuhi syarat dan ketentuan dari yang akan memberikan perlindungan? Sepanjang diri kita tidak mau memenuhi syarat dan ketentuan dari pemberi perlindungan, jangan pernah berharap pemberi perlindungan akan memberikan perlindungannya.

2)      Adanya Petunjuk ALLAH SWT melalui HATI RUHANI manusia, maka diri kita akan memperoleh apa yang dinamakan dengan keteguhan hati yang akan membawa diri kita ke dalam ketenangan walaupun diri kita sedang mengalami kemunduran usaha, keterpurukan hidup dan lain sebagainya.

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(surat Al hajj (22) ayat 54)

Petunjuk dari ALLAH SWT sangat berbeda dengan Petunjuk dari SYAITAN. Petunjuk dari ALLAH SWT akan membawa manusia ke jalan kebaikan (Qadha Khair) sedangkan petunjuk dari SYAITAN akan membawa manusia ke jalan keburukan (Qadha Syar).

3)      Ma'rifat kepada ALLAH SWT yang kita lakukan akan dapat menghantarkan diri kita kepada ampunan ALLAH SWT serta  rezeki yang mulia dan/atau akan dibukakannya pintu keberkahan dari langit dan dari bumi. Jika ini yang terjadi, apakah akan ada lagi kesusahan, kemiskinan, kebodohan baik perorangan maupun untuk bangsa dan negara?Jika seluruh masyarakat mampu melaksanakan makrifat kepada ALLAH SWT dengan baik dan benar maka negeri madani dapat tercipta di muka bumi.

Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia.
(surat Al Hajj (22) ayat 5)

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(surat Al A'raaf (7) ayat 96)


Untuk dapat mencapai itu semua sudahkah kita semua melaksanakan makrifat kepada ALLAH SWT yang sesuai pula  dengan kehendak ALLAH SWT?

Setelah kita mengetahui cara dan methode yang dapat merubah diri kita menjadi lebih baik dan/atau cara untuk tetap mempertahankan diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Selanjutnya kita harus tahu pula sebab-sebab manusia mengalami keterpurukan, mengalami kemunduran, mengalami kesusahan, yang pada intinya manusia berada di jalan keburukan yang sangat sesuai dengan perilaku AHWA dan SYAITAN. Inilah penyebab itu semua, yaitu:

1.      Akibat dari ulah dan perbuatan diri sendiri yang memperturutkan AHWA dan SYAITAN.
2.      Akibat perbuatan dosa dan juga maksiat yang kita lakukan.
3.      Akibat dari tidak mau beriman kepada Hari Akhirat.
4.      Budak AHWA dan Syaitan
5.      Akibat suka mempermainkan dan/atau suka memperolok-olokan Agama
6.      Kafir dan Dzalim
7.      Akibat tidak mau bersyukur kepada ALLAH SWT dan/atau akibat kufur nikmat.
8.      Melakukan Infaq dengan maksud untuk riya dan/atau infaq untuk meningkatkan pamor atau gengsi.

Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, sangat penting bagi kita untuk dapat mengenali diri sebab antara diri kita dengan ALLAH SWT memiliki hubungan yang sangat erat. Lanjutkan dengan memiliki pengetahuan tentang ALLAH SWT dengan baik dan benar sebab ALLAH SWT adalah satu-satunya yang berhak di sembah, perhatikanlah rambu-rambu yang telah ALLAH SWT tetapkan yaitu  DIINUL ISLAM sebab melalui DIINUL ISLAM kita dan ALLAH SWT saling berhubungan, lalu jangan pernah lepas  dari ALLAH SWT semoga hidup bahagia di dunia dan di akhirat. 

D.  JANJI dan ANCAMAN ALLAH SWT kepada MANUSIA

Manusia sebagai ciptaan ALLAH SWT tidak akan mungkin dapat melepaskan diri dari ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT. Jika ini memang keadaan yang seharusnya berlaku kepada manusia maka setiap manusia, tanpa terkecuali harus dapat menjadikan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai sebuah hukum yang harus di taati dan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk mempertegas keberadaan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR harus berlaku dan wajib dilaksanakan oleh manusia, maka ALLAH SWT perlu menegaskan adanya ancaman kepada manusia yang mencoba lari dari ketentuan ALLAH SWT dan memberikan janji-janji tertentu bagi manusia yang mampu melaksanakan ketentuan ALLAH SWT secara baik dan benar.

Selanjutnya apakah yang di ancamkan oleh  ALLAH SWT kepada manusia, termasuk kepada diri kita, yang tidak mau mematuhi ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai sebuah HUKUM yang harus dipatuhi? Dalam kehidupan sehari-hari, jika ada suatu ancaman telah dikemukakan maka di balik ancaman dapat dipastikan akan ada sanksi atau akan ada hukuman yang akan diberlakukan. Hal yang samapun akan diberlakukan oleh ALLAH SWT di balik ancaman yang dikemukakan ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa bentuk ancaman ALLAH SWT yang akan diberlakukan kepada umat manusia, termasuk kepada diri kita, yaitu:

1)      ALLAH SWT akan menutup pintu hati manusia sehingga ia tidak memiliki apa yang dinamakan dengan perasaaan dan/atau putus hubungan dengan ALLAH SWT akibat dari manusia memilih jalan keburukan.

dan mereka berkata: "Hati Kami tertutup". tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali mereka yang beriman.
(surat Al Baqarah (2) ayat 88)

2)      ALLAH SWT akan memberikan azab di dunia, dengan ketidaktenangan hidup, dengan kesusahan usaha, dengan susahnya memperoleh pertolongan manusia, pikiran menjadi tertutup, susah menerima masukan dari orang lain, termasuk di dalamnya diperbudak oleh harta, diberikannya anak yang tidak berbakti kepada orang tua.

dan Demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.
(surat Al An'am (6) ayat 129)

Maka tak dapat menolong mereka, apa yang telah mereka usahakan.
dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.
(surat Al Hijr (15) ayat 84-85)

3)      ALLAH SWT akan mengazab manusia-manusia yang berjalan di jalan keburukan dengan azab yang pedih, serta akan dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam.

dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas Kami, Maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan".
(surat Al A'raaf (7) ayat 39)


Adanya ancaman dari ALLAH SWT kepada diri kita, apakah hal ini tidak cukup menyadarkan diri kita untuk segera bertaubat kepada ALLAH SWT jika kita memang bersalah dan/atau menjadikan diri kita sadar bahwa kita tidak akan mungkin sanggup menahan sanksi dan hukuman dari ALLAH SWT berupa panasnya api Neraka Jahannam?

di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. dan bagi mereka azab yang besar.
(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 10)

Sekarang apa yang ALLAH SWT janjikan kepada umat manusia, termasuk kepada diri kita? Dibalik suatu janji biasanya akan ada sesuatu hal yang memiliki nilai tertentu, apakah itu kebaikan, apakah itu kesenangan, apakah itu kenikmatan. Jika sekarang ALLAH SWT menjanjikan sesuatu kepada diri kita, maka dibalik janji ALLAH SWT itu pasti ada sesuatu hal yang akan dipenuhi oleh ALLAH SWT atau ada sesuatu hal yang akan diberikan oleh ALLAH SWT atau ada sesuatu hal yang akan dibuktikan oleh ALLAH SWT. Hal yang harus kita ingat adalah bahwa janji ALLAH SWT sangat berbeda dengan janji manusia. Jika manusia menerima janji dari seseorang baru akan kita percayai janji tersebut jika kita telah mengetahui secara pasti siapa yang menjanjikan diri kita. Sepanjang kita mempercayai orang yang memberikan janji maka janji orang tersebut dapat kita terima. Jika sekarang ALLAH SWT yang memberikan janji, apakah kita tidak mempercayai adanya janji ALLAH SWT? Sebagai makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT maka kita wajib mempercayai apa-apa yang telah dijanjikan oleh ALLAH SWT sebab janji ALLAH SWT pasti terjadi dan pasti mampu dipenuhi oleh ALLAH SWT. Selanjutnya apakah janji-janji ALLAH SWT akan diberikan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali? ALLAH SWT hanya akan memenuhi janji-Nya kepada orang-orang tertentu saja, sepanjang orang-orang tersebut mampu memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki          ALLAH SWT dan/atau sepanjang orang tersebut mau  mematuhi ketentuan jalan kebaikan. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa bentuk janji-janji ALLAH SWT kepada umat manusia yang mematuhi segala ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT, yaitu: 


1)      ALLAH SWT akan mengampuni segala dosa dan kesalahan dan akan memberi ganjaran dengan pahala yang besar sepanjang orang tersebut beriman dan beramal shaleh.

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(surat Al Maaidah (5) ayat 9)

2)      ALLAH SWT akan merahmati dan menyelamatkan manusia dari bencana, niat busuk atau niat jahat yang berasal dari manusia.

dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
(surat Huud (11) ayat 94)

3)      ALLAH SWT akan mengangkat manusia menjadi  KHALIFAH di muka bumi dan/atau menjadikan manusia sebagai penguasa di muka bumi.

atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi[1104]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).
(surat An Naml (27) ayat 62)

[1104] Yang dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.

Selanjutnya apakah hanya itu saja janji-janji ALLAH SWT kepada umat-Nya melaksanakan segala apa-apa yang dikehendaki  ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan janji-janji  ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur'an yang kesemuanya tidak akan pernah di ingkari oleh ALLAH SWT, yaitu:

1.            Orang yang taat dan patuh kepada ALLAH SWT (dengan mengerjakan amal shaleh) akan masuk Syurga dan yang membangkang akan masuk Neraka (4:13-14-24-57; 18:107-108; 2:82; 7:42).
2.            ALLAH SWT tidak akan menganiaya manusia sedikitpun (41:46; 10:44; 4:40).
3.            Manusia akan di uji dengan kebaikan dan keburukan oleh  ALLAH SWT (21:35; 7:168).
4.            ALLAH SWT tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya (2:286: 23:62; 65:7).
5.            Sesudah kesulitan pasti akan akan kemudahan (94:5-6).
6.            ALLAH SWT menentukan rezeki manusia berbeda-beda (4:32).
7.            Tidak akan menimpa diri kita sesuatu apapun kecuali apa-apa yang telah ditetapkan ALLAH SWT untuk diri kita (9:51).
8.            Kehidupan dunia hanya sandiwara sedangkan kehidupan yang sebenarnya ada di akhirat (57:10; 29:64).
9.            ALLAH SWT membalas orang yang menginfaqkan hartanya dengan balasan 700 kali lipat (2:261).
10.        Amal baik akan dibalas ALLAH SWT 10 kali (6:160).
11.        Orang yang patuh dan taat kepada ALLAH SWT dan Rasul-Nya akan diberi pahala dua kali lipat serta rezeki yang luas (33:31).
12.        Kejadian yang buruk yang menimpa tidak selalu berarti jelek, sebaliknya kejadian menyenangkan tidak pula selalu berarti indah (2:216).
13.        Orang yang dapat menahan diri dari keinginan ahwa atau hawa nafsunya maka syurgalah ganjarannya (79:40-41).
14.        Sabar dan pemaaf adalah sifat utama, ALLAH SWT beserta orang yang sabar (2:153).
15.        Hati menjadi tenteram dengan mengingat ALLAH SWT (13:28).
16.        Orang yang berserah diri kepada ALLAH SWT, berarti ia telah berpegang pada buhul atau tali yang kokoh (31:22).
17.        Apabila kita ingat ALLAH SWT, maka ALLAH SWT pun akan ingat pada kita (2:152) dan apabila kita ingin menemui ALLAH SWT maka  ALLAH SWT pun akan menemui kita serta apabila kita enggan menemui ALLAH SWT maka ALLAH SWT enggan menemui kita (272:17)
18.        Manusia diberi kebebasan penuh dalam bertindak (16:93).
19.        ALLAH SWT akan meminta pertanggungjawaban atas apa-apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia (75:36; 20:15; 67:1-2).
20.        Orang yang tidak mempergunakan hati, akal, mata  dan telinganya untuk memahami ayat-ayat ALLAH SWT akan ditempatkan di Neraka (7:179; 67:10).
21.        ALLAH SWT hanya me-ridhai DIINUL ISLAM sebagai Agama yang Haq di muka bumi (3:19; 5:3).
22.        Orang yang berserah diri dan berbuat kebaikan, tidak akan merasa sedih atapun khawatir (2: 112).
23.        Orang yang menolong agama ALLAH SWT niscaya akan ditolong dan diteguhkan kedudukannya (47:7).
24.        Jika kita bersyukur, maka ALLAH SWT akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita (14:7).
25.        Orang yang sombong dan yang membanggakan diri dibenci ALLAH SWT (31:18) dan lain sebagainya.


Pembaca, inilah sebahagian dari janji-janji ALLAH SWT kepada seluruh umat manusia, termasuk kepada diri kita yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Hadits Qudsi. Selanjutnya Yakinkah, Percayakah  kita semua dengan janji-janji ALLAH SWT tersebut? Jika kita berharap untuk hidup berbahagia di dunia dan akhirat, tidak ada jalan lain kecuali mempercayai seluruh janji-janji ALLAH SWT. Akan tetapi jika kita berharap pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM, jangan pernah percaya kepada ALLAH SWT sudah cukup menjadikan diri kita bertetangga dengan SYAITAN di kampung kebinasaan dan kesengsaraan kelak. Setelah mengetahui adanya ANCAMAN dari ALLAH SWT dan juga JANJI dari ALLAH SWT pasti berlaku serta sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap, maka sebagai KHALIFAH sudah sepantasnya kita meletakkan dan menempatkan ANCAMAN dan JANJI dari ALLAH SWT sebagai sebuah peringatan agar diri kita selalu waspada serta hati-hati saat melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya sudahkah hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini ada dan tercermin dalam perilaku kehidupan kita sehari-hari sewaktu menjadi KHALIFAH di muka bumi, seperti:

a)      Hanya mencintai ALLAH SWT semata.
b)     Selalu menghormati dan mentaati Rasul.
c)      Selalu berkasih sayang dengan sesama manusia tanpa memangdang suku, ras dan agama.
d)     Menjadi pemakmur masjid atau menjadi pemakmur DIINUL ISLAM di tengah masyarakat.
e)      Selau mendakwahi kaum kerabat serta lingkungan baik yang jauh maupun yang dekat.
f)       Selalu menjadi pelopor.
g)      Tidak suka membanggakan amal perbuatan yang telah dilakukannya.
h)     Hidupnya penuh dengan rasa toleransi dan ukhuwah dengan sesama manusia.
i)        Selalu taat kepada syariat atau ketentuan yang telah ditetapkan ALLAH SWT.
j)       Tidak menjadikan diri menjadi  hamba AHWA dan hamba SYAITAN.

Apabila indikator-indikator yang kami kemukakan di atas ini ada pada diri kita dan sudah pula dibuktikan dalam perbuatan maka dapat dikatakan iman di dalam dada sudah ada dan/atau rukun iman sudah kita laksanakan dengan baik dan/atau ciri-ciri dari orang yang telah BERIMAN sudah ada pada diri kita. Akan tetapi jika indikator di atas tidak ada pada diri kita, berarti ada yang salah dalam RUKUN IMAN yang kita laksanakan dan/atau ada sesuatu yang salah di dalam diri kita, yaitu kemungkinan besar diri kita telah terjangkit WABAH NAFS FUJUR atau PENYAKIT JIWA FUJUR ditambah dengan penyakit Hamba SYAITAN.

Sebagai penutup buku  ini kami ingin mengajak pembaca buku ini untuk merenungi apa yang dikemukakan oleh ALLAH SWT yang tertuang dalam surat Al An'am (6) ayat 54, di bawah ini. Dimana  ALLAH SWT selaku pemilik dan pencipta langit dan bumi termasuk DIINUL ISLAM,  telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang. Selanjutnya untuk siapakah kasih sayang ALLAH SWT tersebut serta maukah diri kita disayang oleh ALLAH SWT? ALLAH SWT dengan kemahaan dan kebesaran yang dimiliki-Nya dapat dipastikan tidak membutuhkan kasih sayang, sebab  ALLAH SWT sudah MAHA KAYA yang tidak akan membutuhkan apapun dari siapapun. Jika ALLAH SWT tidak membutuhkan kasih sayang, untuk siapakah kasih sayang itu? Kasih sayang ALLAH SWT akan diberikan kepada makhluk-Nya, termasuk untuk diri kita.

apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum[476]. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang[477], (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan[478], kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
 (surat Al An'am (6) ayat 54)


[476] Salaamun 'alikum artinya Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu.
[477] Maksudnya: Allah telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat kepada mahluk-Nya.
[478] Maksudnya Ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan kejahatan karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu.


Timbul pertanyaan apakah kasih sayang ALLAH SWT akan diberikan begitu saja kepada setiap makhluknya tanpa adanya syarat dan ketentuan tertentu? ALLAH SWT akan memberikan kasih sayang-Nya tidak untuk setiap manusia yang ada di muka bumi, akan tetapi hanya akan diberikan kepada manusia –manusia yang dikehendaki-Nya saja atau hanya kepada orang-orang tertentu saja yang sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai KHALIFAH di muka bumi yang juga MAKHLUK yang TERHORMAT, apakah kasih sayang ALLAH SWT akan kita sia-siakan saja ataukah kita sudah merasa cukup dengan apa yang ada saat ini atau apakah kita biarkan begitu saja kasih sayang ALLAH SWT sehingga kita lebih menikmati kasih sayang yang berasal dari SYAITAN maupun kasih sayang dari AHWA? Sebagai MAKHLUK yang TERHORMAT tentu kita harus pula mencerminkan KEHORMATAN yang kita miliki dengan berperilaku TERHORMAT kepada ALLAH SWT sehingga dengan KASIH SAYANG ALLAH SWT tersebut dapat menghantarkan diri kita pulang kampung secara TERHORMAT, ke tempat TERHORMAT untuk bertemu ALLAH SWT dalam suasana yang saling HORMAT MENGHORMATI.

 Berikutnya, sebelum buku ini anda tutup, kami mohon untuk memperhatikan sebuah pertanyaan yang akan  kami ajukan di bawah ini, yaitu:

BUTUHKAH atau PERLUKAH
diri kita dengan ALLAH SWT dan juga dengan DIINUL ISLAM


BUTUH dan PERLU tidaklah sama pengertiannya; BUTUH dan PERLU adalah dua hal yang berbeda maknanya; BUTUH dan PERLU juga tidak sama penilaiannya dihadapan manusia apalagi dihadapan ALLAH SWT. Untuk itu jawablah dengan penuh kejujuran pertanyaan yang ada di atas ini. Apabila anda JUJUR menjawabnya maka itulah  CERMINAN dari diri anda sendiri pada saat  menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Jika jawaban anda adalah BUTUH dengan ALLAH SWT dan juga DIINUL ISLAM berarti anda sudah berada di dalam koridor NILAI-NILAI KEBAIKAN yang dikehendaki ALLAH SWT. Apabila jawaban anda adalah PERLU dengan ALLAH SWT dan juga DIINUL ISLAM berarti anda berada lebih dekat dengan koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN yang dibawa oleh AHWA dan yang paling dikehendaki oleh SYAITAN sang LAKNATULLAH. Selanjutnya anda sendirilah yang menentukan pilihan, apakah mau ke SYURGA ataukah ke NERAKA JAHANNAM.