Bahwa sesungguhnya alam semesta yang
manusia tidak mengetahui batas-batasnya, termasuk segala makhluk yang terapung
di dalamnya tanpa terkecuali, seluruhmya tunduk patuh mengikuti suatu pola
gerak, tata nilai akhlak, atau suatu sistem hukum tertentu dalam seluruh proses
kejadiannya, perkembangannya, atau kehidupannya. Oleh orang-orang yang beriman
kepada Allah SWT, sistem hukum tertentu yang mengatur pola akhlak alams semesta
dan segala makhluk di dalamnya tersebut, dinamakan sunnatullah.
semua yang berada di langit dan yang berada di
bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Baijaksana.
(surat Al Haadid (57) ayat 1)
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah
bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung,
pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada
manusia? dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan
Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(surat Al Hajj (22) ayat 18)
Sunnatullah adalah hukum tentang
bagaimana suatu makhluk berhubungan dengnan makhluk lain dan dengan Allah SWT.
Sunnatullah bersifat tetap, tidak berubah-ubah, berlaku umum bagi segala
makhluk.
langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di
dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
(Surat Al Isra’ (17) ayat 44)
Suka atau tidak suka, setuju atau
tidak setuju, percaya atau tidak percaya segala makhluk itu tidak bisa menolak
berlakunya sunnatullah sesuai dengan kadar kejadiannya, karena kepastian
berlakunya sunnatullah tersebut tidak ada kekuatan makhluk yang mampu
menghindarinya. Sejalan dengan takdirnya, yaitu pola perilaku tertentu suatu
makhluk dalam hubungannya dengan makhluk lain dan dengan Allah SWT, makhluk itu
tidak bisa berperilaku lain, kecuali bertasbih kepada Allah SWT, Sujud kepada
Allah SWT, tunduk patuh terhadap sunnatullah yang diberlakukan terhadap mereka
dan yang pasti kita tidak mengerti tasbih mereka kepada Allah SWT.
Sebagai contoh, misalnya makhluk yang
bernama Air, mempunyai takdir antara lain, isinya tetap, bentuknya berubah-ubah
menurut tempatnya. Mengalir ke tempat yang paling rendah mengikuti sunnatullah
bejana berhubungan. Terdiri dari molekul-molekul dan setiap molekul terdiri
dari atom-atom dengan susunan dan ukuran yang pasti. Yaitu tiap-tiap molekul
air terdiri dari dua atom hydrogen(H) dan satu atom oksigen (O), sehingga rumus
kimia air ditulis dengan H2O.
Setiap atom terdiri dari inti atom dan
electron yang selalu mengedari inti atom. Inti atomnya sendiri terdiri dari
proton dan neutron. Dalam temperatur tertentu berat jenis air adalah satu. Jika
temperaturnya diturunkan hingga 0 derajat Celcius air akan membeku menjadi es,
dan jika temperaturnya dinaikkan hingga 100 derajat Celcius air tersebut akan
mendidih, dan jika dilakukan terus menerus maka seluruh air akan berubah
menjadi uap. Demikian seterusnya dan demikian pula dengan makhluk selain air
juga tunduk patuh kepada sunnatullah yang sesuai dengan takdirnya.
Makhluk hidup bangsa tumbuhan,
misalnya pohon pisang ditakdirkan antara lain tumbuh di tanah. Akarnya tumbuh
ke bawah menghisap zat-zat hara tanah sebanyak yang diperlukan, dan tidak
pernah menyimpang atau serakah melebihi dari kebutuhannya. Pohonnya tumbuh ke
atas berusaha mendapatkan sinar matahari, dan melalui daun-daunnya melakukan
asimilasi. Kemudian selama waktu tertentu menghasilkan buah dengan rasa dan
aroma buah pisang. Demikian seterusnya dan demikian pula bangsa tumbuhan yang
lain selain pisang, juga tunduk patuh dengan sunnatullah yang sesuai dengan
takdirnya.
Makhluk hidup bangsa hewan, misalnya
ayam ditakdirkan antara lain hidup di darat dan tidak bisa hidup di air seperti
bangsa ikan. Badannya berbulu, anggota tubuhnya terdiri dari dua kaki dan dua
sayap. Berdarah panas, suhu tubuhnya tetap. Bernapas dengan paru-paru dan
gelembung udara. Berparuh, memakan biji-bijian, pucuk dedaunan, dan hewan kecil
tertentu, yang sudah dipastikan menjadi makanannya. Mereka juga tidak pernah
menyimpang atau serakah melebihi kebutuhannya.
Kemudian dalam masa tertentu dan
selama waktu tertentu, sang betina pun bertelur. Yang jantan setiap malam,
yaitu beberapa jam menjelang waktu subuh hingga subuh tiba, dengan setia selalu
berkokok, tidak pernah absen walau hanya semalam pun. Dengan patuh ayam jantan
itu selalu memberi peringatan dengan kokoknya tersebut kepada para manusia,
terutama orang-orang yang beriman supaya bangun malam untuk mendirikan shalat
tahajud dan agar shalat subuh tepat waktu, sehingga tidak kesiangan. Demikian
seterusnya dan demikian pula bangsa hewan selain ayam, juga tunduk patuh dengan
sunnatullah yang sesuai dengan takdirnya.
Bagi makhluk mati seperti air dan
udara, tumbuhan maupun hewan dalam ketertundukkannya dengan sunnatullah tidak
pernah terjadi penyimpangan atau timbul masalah. Bagi mereka tidak diberi
kebebasan memilih dan tidak diberi perangkat untuk melakukan pilihan, dalam
arti pola akhlaknya sudah baku, sudah terpola dalam program tertentu atau dalam
bentuk naluri, sehingga bersifat tetap dan tidak berubah-ubah. Bagi mereka
tidak ada kewajiban untuk mempertanggung jawabkan terhadap perilaku atau akhlak
yang telah dilakukan.
Penyimpangan dan masalah hanya timbul
pada manusia, karena manusia diberi kebebasan untuk memilih dan diberi
perangkat yang cukup untuk melakukan pilihan, yaitu otak tempat diletakkannya
ilmu dan juga hati tempat diletakkannya sistem pola berfikir dan sistem akhlak
manusia. Kejadian manusia sangat sempurna jika dibandingkan dengan makhluk
lain. Oleh karena manusia diberi kebebasan untuk memilih, maka pilihan manusia
bisa benar dan bisa keliru.
Namun karena kasih sayang Allah SWT
kepada makhluk-Nya yang bernama manusia itu, Allah SWT memberikan petunjuk dan
pedoman serta pegangan berupa Diinul Islam sebagai sunnatullah yang bersifat
tetap, tidak berubah-ubah yang diberlakukan hingga hari kiamat. Sunnatullah
Diinul Islam memberikan berbagai kemungkinan pilihan untuk dipilih. Memberikan
petunjuk, criteria dan tata nilai yang harus digunakan dalam melakukan pilihan.
Serta memberikan ganjaran atau siksaan sesuai pilihan yang telah diambil
manusia. Akibat dari pilihan yang diambil
oleh manusia berjalan secara pasti.
Dengan demikian maka hanya dalam
kehidupan manusia saja terdapat kemungkinan salah pilih atau salah jalan dalam
menentukan jalan hidup. Sehingga perlu ada petunjuk, ada nasehat, ada
bimbingan, atau ada peringatan. Dan pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang
dapat berubah atau dapat dibina pola akhlak dan perbuatannya, melalui
pendidikan dan pelatihan secara terus menurus, secara tertata dan
berkesinambungan atau melalu pola istiqamah.
Diinul Islam adalah sunnatullah yang
diberlakukan kepada seluruh umat manusia siapapun orangnya tanpa melihat warna
kulit, tempat dan waktu. Berlakunya sunnatullah tersebut adalah sesuatu yang
bersifat pasti, baik ada dukungan manusia atau tidak ada dukungan manusia.
Dalam ajaran Diinul Islam ditegaskan bahwa semua yang berjiwa akan mati.
Manusia akan mati meskipun takut mati atau tidak mau mati, Allah SWT akan
memaksa manusia untuk mati. Manusia pasti akan dibangkitkan kembali sesudah
kiamat dan akan diadili, kemudian akan dipisahkan menjadi dua golongan, yaitu
ahli syurga bagi yang berhak menempatinya dan ahli neraka bagi yang mengingkari
walaupun manusia tidak yakin.
Berbeda dengan hukum yang disusun
manusia berupa Undang-Undang Dasar, Undang-Undang atau peraturan-peraturan lain
hanya akan berlaku jika ada dukungan manusia dan sesuai dengan sunnatullah.
Demikian pula dengan paham, ideologi, atau falsafah hidup karangan manusia,
apabila tidak sejalan dengan sunnatullah pasti akan mengalami penyesuaian,
penyempurnaan, pembaruan atau perubahan dan penggantian. Untuk itu
perhatikanlah paham komunis yang sudah menunjukkan kehancuran sehingga
memerlukan penyesuaian atau diganti.
Demikian pula dengan paham lain yang
bertentangan dengan sunnatullah seperti liberalism, pada masanya nanti dan jika
dikehendaki Allah SWT niscaya akan runtuh pula karena dilanda bahaya yang
mengancam, antara lain yaitu narkoba dan sifat kebebasannya itu sendiri, yang
berakibat merusak akhlak generasi penerusnya sehingga melahirkan keturunan yang
gersang ruhaninya.
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui[1168],
(surat
Ar Ruum (30) ayat 30)
[1168] Fitrah Allah:
Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu
agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah
wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Diinul Islam selaku konsep ilahiah
yang berasal dari Allah SWT untuk kekhalifahan di muka bumi yang juga bersifat
sunnatullah akan berlangsung hingga hari kiamat. Berlakunya tidak memerlukan
koreksi dan penggantian. Meskipun syaitan selalu memusuhinya, sekalipun bangsa
Yahudi senantiasa berusaha menghancurkannya, walaupun kaum kafirin tidak meyakininya.
Sunnatullah Diinul Islam akan tetap berjalan sesuai dengan kehendak yang
menciptakannya. Sungguh celaka bagi mereka yang mengetahui bukti kebenaran
Diinul Islam sebagai Sunnatullah sesudah kematian menimpanya.
Diinul Islam juga bukan untuk
kepentingan Allah SWT. Hal ini
dikarenakan Allah SWT tidak butuh dengan Diinul Islam yang telah diciptakannya
karena Allah SWT sudah Maha dan akan Maha selamanya sehingga tidak membutuhkan
apapun juga dan dari siapapun juga. Allah SWT menurunkan dan menciptakan Diinul
Islam karena Allah SWT sangat sayang kepada manusia yang telah diangkatnya
menjadi Khalifah di muka bumi. Jika Allah SWT sayang kepada manusia, sekarang
terpulang kepada diri kita sendiri maukah disayang oleh Allah SWT melalui
Diinul Islam yang diciptakan-Nya?
Ingat, resiko atas penolakan dari
Diinul Islam sebagai Sunnatullah yang berlaku di muka bumi ini sangatlah besar
dan sangat luar biasa yaitu pulang kampung ke Neraka Jahannam yang panasnya 70
(tujuh puluh) kali dari panasnya api di muka bumi ini.
a.
Setiap makhluk itu hanya tunduk kepada
Allah SWT semata.
b.
Setiap makhluk itu dijadikan Allah SWT
dengan kadar tertentu.
c.
Setiap makhluk yang diciptakan Allah
SWT tunduk dengan sunnatullah sesuai dengan taqdirnya.
d.
Sesuai dengan taqdirnya maka makhluk
itu menunduki sunnatullah secara terpaksa dan secara sukarela.
e.
Tidak ada hukum selain daripada
sunnatullah.
f.
Manusia itu adalah makhluk yang
terdiri dari unsure badaniyah (jasmani) dan unsur ruhaniyah (ruh).
g.
Jasmani manusia bersifat fana
sedangkan ruh bersifat kekal.
h.
Eksisitensi Ruhaniyah manusia hanya
dapat berkembang baik dalam kehidupan bermasyarakat secara ilahiah.
i.
Setiap usaha manusia yang menggunakan
sistem pikir dan sistem akhlak mempunyai akibat ganda yaitu dunia dan akhirat.
j.
Akhirat itu lebih baik dan kekal.
k.
Tidak ada ikhtiar manusia yang dalam
pelaksanaannya tidak diliputi hal-hal atau situasi dan kondisi yang ghaib
baginya.
Diinul Islam adalah satu-satunya
sistem hidup yang dibebankan kepada seluruh manusia baik di barat atau di
timur, di utara atau di selatan tanpa mengenal warna kulit.
Diinul Islam adalah satu-satunya
jawaban yang benar dan bersih terhadap seluruh persoalan manusia. Ia mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi keyakinan, ibadah, syariat dan
syiar-syiar.
Bila seseorang memeluk Diinul Islam
secara kaffah, berarti ia telah menyerah secara mutlak kepada Allah SWT dalam
semua persoalan yang mencakup semua aspek kehidupan, termasuk yang berhubungan dengan jiwa, akal, hati, ruh,
perasaan, emosi, perbuatan, pemikiran, kepercayaan dan peribadatan.
Dalam Islam pemikiran eksperimental
merupakan salah satu fenomena proses pembentukan pribadi muslim atau
karakteristik Islam.
Diinul Islam adalah satu sistem yang
sempurna dan lengkap karena ia mencakup sistem politik, sosial, ekonomi dan
moral. Sehingga setiap kaum muslimin dibebani kewajiban menegakkan Kalimatullah
agar Islam menjadi satu-satunya Agama yang tegak di muka bumi ini.
(Diambil dari
buku Menabur Mutiara Hikmah yang ditulis oleh Drs. Asnan Sjarif Wagino yang
diterbitkan oleh CV Izufa Gempita, Jakarta, 1993)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar