Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 25 Oktober 2016

IMAN KEPADA QADHA, QADAR dan TAQDIR - part 1 of 2


Assyrazi ra,berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Wahai Muhammad, barangsiapa beriman kepada-Ku tetapi tidak beriman kepada takdir-Ku yang baik maupun yang buruk, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.
(HQR Assyrqzi, 272:200)

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
(surat Al Qamar (54) ayat 49)



ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK tentu sangat mengerti dan sangat mengetahui atas apa-apa yang diciptakan-Nya dan atas apa-apa yang dimiliki-Nya dan jika manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT maka ALLAH SWT pasti yang paling mengetahui tentang manusia. Adapun tujuan manusia diciptakan oleh ALLAH SWT untuk dijadikan sebagai KHALIFAH di muka bumi. Ini berarti setiap manusia adalah  perpanjangan tangan ALLAH SWT atau Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi dalam rangka memelihara, menjaga, mengatur, merawat apa-apa yang diciptakan ALLAH SWT sehingga dengan adanya KEKHALIFAHAN ini maka terciptalah kedaimaian, ketertiban di muka bumi.


Adanya kondisi seperti ini dapat dikatakan bahwa Manusia sudah sejak awal ditempatkan, sudah diletakkan, sudah diposisikan oleh ALLAH SWT di atas dari apa-apa yang akan dipelihara, di atas dari apa-apa yang akan dijaga, di atas dari apa-apa yang akan diatur, di atas dari apa-apa yang akan dirawat, dalam hal ini adalah bumi termasuk juga di atas Jasmani manusia itu sendiri. Selanjutnya dapatkah Manusia  menjalankan tugas KHALIFAH di muka bumi, jika bumi yang akan diatur, bumi yang akan dijaga, bumi yang akan dipelihara oleh Manusia termasuk juga Jasmani manusia itu sendiri, jika tidak memiliki suatu ketentuan atau ketetapan yang jelas atau tidak memiliki adanya sesuatu yang spesifik yang dapat dipergunakan oleh KHALIFAH di dalam mengatur, menjaga, memelihara bumi dan juga Jasmani manusia? Dalam rangka memudahkan tugas manusia sebagai KHALIFAH di muka bumi, untuk itu ALLAH SWT menetapkan dan menentukan adanya QADHA; QADAR dan TAQDIR atas apa-apa yang diciptakan dan yang dimiliki-Nya. Adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang berlaku di muka bumi, baik yang menyangkut dengan apa-apa yang ada di alam semesta maupun yang menyangkut tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka akan dapat memudahkan serta mensukseskan manusia menjadi KHALIFAH di muka bumi sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.


sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
(surat Al Fath (48) ayat 23)

[1403] Sunnatullah Yaitu hukum Allah yang telah ditetapkannya.
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 2)


Sebagai contoh, lihatlah peredaran MATAHARI dan BULAN yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT, apakah ketentuan orbit dari MATAHARI dan BULAN mengitari BUMI dari waktu ke waktu berubah-ubah? Jika kita mengacu kepada surat Al Fath (48) ayat 23 di atas ini,  maka SUNNATULLAH yang berlaku bagi MATAHARI dan BULAN beredar di dalam orbitnya masing-masing adalah tetap tidak berubah-ubah, tidak ziq-zaq, baik waktu maupun garis edarnya mengelilingi BUMI. Sekarang apa jadinya jika ALLAH SWT tidak menetapkan dan menjadikan adanya SUNNATULLAH yang berlaku bagi MATAHARI dan BULAN? Tentu MATAHARI dan BULAN akan berjalan tidak beraturan, tidak beredar pada garis edarnya masing-masing. Jika ini terjadi bagaimana dengan diri kita yang saat ini berada di muka bumi yang sedang menjalankan tugas sebagai KHALIFAH? Manusia termasuk diri kita yang di bumi tidak akan mengetahui secara pasti kapan itu siang dan kapan itu malam, kita tidak akan pernah mengetahui apa itu detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun.

Jika sampai kita tidak mengetahui WAKTU secara pasti, selanjutnya bagaimanakah kita akan melaksanakan ibadah SHALAT, atau ibadah PUASA, atau ibadah HAJI sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika waktunya tidak kita ketahui sedangkan ibadah tersebut sangat membutuhkan adanya ketepatan waktu. Untuk itulah ALLAH SWT  perlu membuat, perlu menetapkan, perlu menerapkan, perlu memberlakukan adanya ketentuan-ketentuan yang bersifat TETAP dari waktu ke waktu, yang tidak berubah ubah serta berlaku secara menyeluruh sehingga rencana besar ALLAH SWT tentang kekhalifahan di muka bumi dapat berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Adanya permasalahan WAKTU yang dihadapi oleh manusia di muka bumi,  maka ALLAH SWT memberikan solusi yang tepat bagi KEKHALIFAHAN di muka bumi, yaitu dengan membuat apa yang dinamakan dengan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR. 


dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,
(surat Al A'laa (87) ayat 3)


Hal yang harus kita ketahui dengan baik dan benar bahwa ketentuan tentang QADHA, QADAR maupun TAQDIR yang di buat oleh ALLAH SWT bukan hanya ada dan berlaku untuk ciptaan ALLAH SWT yang ada di antara langit dan bumi. Akan tetapi ALLAH SWT juga menetapkan adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang berlaku bagi manusia atau bagi kekhalifahan di muka bumi, seperti siapakah yang berhak untuk menempati SYURGA atau NERAKA, atau siapakah yang dapat menjadikan dirinya menjadi Makhluk Pilihan.

Untuk itu ALLAH SWT membuat dan menetapkan serta mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu yang diciptakan-Nya baik yang menyangkut dengan ukuran-ukuran atau batasan-batasan atas segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Dan juga ALLAH SWT menetapkan batasan-batasan yang berhak menempati SYURGA dan NERAKA atau yang berhak menyandang gelar Titel IMAN dan TAQWA sehingga manusia dapat dikelompokkan menjadi 2(dua) yaitu KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN serta KHALIFAH yang NON MAKHLUK PILIHAN.


dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(surat Ath Thalaaq (65) ayat 3)

Adanya ketentuan yang tertuang di dalam ketetapan mengenai QADHA, QADAR dan TAQDIR yang di buat dan diberlakukan oleh ALLAH SWT  bukanlah untuk menyusahkan apalagi untuk menyengsarakan manusia sebagai KHALIFAH di muka bumi. Ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR dibuat oleh ALLAH SWT untuk mensukseskan manusia di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH sehingga ia selamat dan bertemu dengan ALLAH SWT dan/atau menjadikan manusia sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Dan jika sekarang ALLAH SWT memberlakukan kepada manusia termasuk kepada diri kita untuk beriman kepada QADHA, QADAR dan TAQDIR apakah hal ini berlebihan? Mengimani QADHA, QADAR dan TAQDIR  ALLAH SWT merupakan hal yang sudah sepantasnya dan sudah sepatutnya kita lakukan jika kita ingin berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT selaku pemilik dari alam semesta ini. 

Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Barangsiapa tidak rela dengan hukum-Ku dan taqdir-Ku maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.
(HQR Al Baihaqi dari Ibnu Umar serta Ath Thabarani dan Ibnu Hibban dari Abi Hind, Al Baihaqi dan Ibnu Najjar, 272:153)


Adanya kemudahan-kemudahan atau adanya kebaikan-kebaikan di balik ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh ALLAH SWT, apa yang harus kita perbuat? Jika kita mengacu kepada ketentuan hadits qudsi yang kami kemukakan di atas, maka :

1.      Diri kita di wajibkan untuk mengimani segala ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah ALLAH SWT tetapkan dan/atau

2.      Diri kita harus dapat menjadikan hukum-hukum yang telah ALLAH SWT tetapkan menjadi berlaku bagi kepentingan dan kesuksesan kekhalifahan di muka bumi.

Akan tetapi jika kita tidak mau menerima ketentuan ini dan/atau diri kita tidak mau menjadikan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai HUKUM yang berlaku bagi kepentingan umat manusia, maka kita dipersilahkan untuk mencari TUHAN lain selain ALLAH SWT atau dengan kata lain kita dipersilahkan untuk pergi dari langit dan bumi yang dimiliki oleh ALLAH SWT. Selanjutnya, setelah memiliki dan memperoleh ketetapan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang berasal dari ALLAH SWT maka ada 3(tiga) hal yang harus kita perhatikan dari IMAN kepada QADHA; QADAR dan TAQDIR  itu sendiri, yaitu:


1.      Posisi ALLAH SWT di dalam ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR hanyalah sebagai PENENTU KEBIJAKAN dan/atau  ALLAH SWT hanya sebagai PEMBUAT KEBIJAKAN dan/atau  ALLAH SWT adalah PENETAP dari suatu KETETAPAN sehingga ALLAH SWT bukanlah sebagai PELAKSANA dari KEBIJAKAN itu sendiri.

2.      MANUSIA atau DIRI KITA adalah PELAKSANA dari KEBIJAKAN atau yang menjadikan KETETAPAN itu berlaku di alam semesta ini dan/atau menjadi KETETAPAN ALLAH SWT berlaku bagi diri manusia itu sendiri.

3.      Ketetapan dan ketentuan yang terdapat di dalam QADHA; QADAR dan TAQDIR tidak hanya berlaku untuk kepada ciptaan saja yang ada di langit dan di bumi. Akan tetapi ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR juga berlaku kepada seluruh umat manusia yang ingin sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Sebagai contoh ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang diberlakukan untuk manusia adalah ketentuan tentang HALAL dan HARAM, BAIK dan BURUK atau SUKSES dan CELAKA, atau SYURGA dan NERAKA. 

Jika ini adalah kondisi dari adanya ketetapan QADHA, QADAR dan TAQDIR, maka kita harus dapat meletakkan ketetapan QADHA, QADAR dan TAQDIR sesuai dengan yang dikehendaki oleh pembuat ketetapan, dalam hal ini ALLAH SWT, sehingga diri kita sebagai penerima ketentuan dapat menikmati manfaat yang sesuai dengan kehendak pembuat ketentuan, dalam hal ini ALLAH SWT.


1.     APAKAH itu QADHA


QADHA dapat diartikan sebagai KETETAPAN ALLAH SWT dan/atau SUNNATULLAH yang  berlaku atas setiap ciptaan ALLAH SWT yang ada di alam semesta ini yang tidak akan berubah oleh sebab apapun juga. Adanya QADHA yang ALLAH SWT tetapkan kepada suatu ZAT atau kepada suatu PARTIKEL atau kepada suatu ATOM,  akan dapat memberikan tanda-tanda khusus yang berlaku  bagi setiap ciptaan ALLAH SWT yang ada di alam semesta ini sehingga masing-masing ciptaan  akan memiliki karakteristik  SIFAT-SIFAT DASAR tertentu, dimna sifat-sifat dasar tertentu tidak akan berubah dari waktu ke waktu. Contohnya  GARAM yang akan bersifat ASIN selamanya, demikian pula  dengan GULA yang akan bersifat MANIS;  CUKA yang akan bersifat ASAM serta KOPI yang akan bersifat PAHIT.

Selanjutnya apakah ketentuan QADHA juga berlaku kepada atom atau ion atau zat Hidrogen, Oksigen, Fe, Sulfur, Natrium, dan masih banyak ketentuan lainnya? Sepanjang atom, ion, partikel, zat yang kami sebutkan di atas adalah ciptaan ALLAH SWT maka ketentuan QADHA pasti berlaku tanpa terkecuali. Ini berarti apa-apa yang ada di alam semesta ini, baik yang masih dalam bentuk ion, atom ataupun yang sudah menjadi suatu zat tertentu dapat dipastikan memiliki ketentuan QADHA yang berasal dari ALLAH SWT. Sekarang bagaimana dengan manusia, apakah manusia tidak termasuk dan/atau tidak memiliki dan/atau terbebas dari ketentuan QADHA dari ALLAH SWT? Jika manusia, termasuk diri kita  bukan termasuk makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT, maka ketentuan QADHA tidak berlaku bagi manusia. Akan tetapi jika manusia, termasuk diri kita adalah salah satu ciptaan ALLAH SWT maka:

1.      Ketentuan QADHA pasti berlaku bagi manusia, termasuk untuk diri kita.
2.      Manusia, termasuk diri kita, dapat dipastikan  tidak bisa lepas dari ketentuan QADHA.
3.      Manusia, termasuk diri kita, pasti memiliki ketentuan QADHA yang berasal dari ALLAH SWT.       

Sebagai KHALIFAH di muka bumi, jangan pernah beranggapan bahwa diri kita tidak terikat dengan ketentuan QADHA yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya ketentuan QADHA yang seperti apakah yang diberlakukan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia dan juga kepada alam semesta ini? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ketentuan dasar dari QADHA yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT, yaitu:
 
1)      Berdasarkan surat Al Faathir (35) ayat 36,  sifat dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai sebuah KEPUTUSAN yang tidak bisa dirubah lagi atau tidak bisa di tawar-tawar lagi. Dalam hal ini ALLAH SWT menetapkan bahwa orang KAFIR tempat kembali mereka adalah NERAKA JAHANNAM.  

Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas Setiap orang yang sangat kafir.
(surat Faathir (35) ayat 36)

2)      Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 71 dikemukakan bahwa  sifat dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai  sebuah KEPUTUSAN yang harus dilaksanakan tanpa ada bantahan apapun juga dan/atau suatu keputusan yang hanya memiliki satu kesempatan memilih yaitu YA atau TIDAK saja. Untuk itu lihatlah kejadian yang harus dipilih oleh umat NABI NUH as, yaitu harus menerima keputusan untuk naik kapal ataukah ditenggalamkan oleh banjir.  

dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu Dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
(surat Yunus (10) ayat 71)

3)      Berdasarkan surat Al Israa' (17) ayat 23, sifat dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai  sebuah PERINTAH yang harus dilaksanakan oleh umat manusia. Dalam hal ini adalah perintah untuk menyembah hanya kepada ALLAH SWT dan juga perintah untuk selalu berbuat baik kepada ke dua orang tua. 

dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat Al Israa' (17) ayat 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

4)      Berdasarkan surat Al Ahzab (33) ayat 36, sifat dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai sebuah KEPUTUSAN yang tidak boleh dilanggar oleh umat manusia. Dalam hal ini adalah manusia tidak diperkenankan lagi untuk melakukan hal-hal lainnya  yang sudah ada ketetapannya dari ALLAH SWT dan/atau manusia tidak diperkenankan untuk melakukan sesuatu hal yang tidak ada ketentuannya, termasuk di dalamnya tidak diperkenankan untuk menambah atau mengurangi atau menyesuaikan dengan maksud dan tujuan tertentu tentang hal-hal yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT.  

dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.
(surat Al Ahzab (33) ayat 36)

5)      Berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 29, sifat dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai sebuah KEKUASAAN MUTLAK yang hanya dimiliki oleh ALLAH SWT. 
dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
(surat Al Kahfi (18) ayat 29)


Itulah 5(lima) buah arti dan sifat dari QADHA ALLAH SWT yang berlaku di alam semesta ini khususnya yang berlaku untuk manusia. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT, manusia juga memiliki ketetapan atau suatu keputusan tertentu. Sekarang mari kita bandingkan antara KETETAPAN yang berasal ALLAH SWT dengan ketetapan yang dimiliki oleh manusia?

dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, Maka (cara yang mereka lakukan itu) Tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah ditetapkannya. dan Sesungguhnya Dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(surat Yusuf (12) ayat 68)


Jika kita mengacu kepada surat Yusuf (12) ayat 68 di atas ini, keberadaan ketetapan yang berasal dari manusia tidak akan melepaskan manusia dari takdir ALLAH SWT dan/atau ketetapan manusia tidak akan dapat mengalahkan ketetapan ALLAH SWT. Adanya kelemahan yang dimiliki oleh ketetapan manusia dibandingkan dengan ketetapan ALLAH SWT, apakah hal ini tidak cukup menjadikan diri kita mau melaksanakan dan menerima ketetapan dan/atau hukum-hukum yang telah ALLAH SWT tetapkan? Adanya kondisi seperti ini,  apabila hal ini belum cukup menjadikan diri kita beriman kepada QADHA, QADAR dan TAQDIR ALLAH SWT, maka tidak ada jalan lain kita harus keluar dari langit dan bumi yang di miliki oleh ALLAH SWT. Selanjutnya adakah langit dan bumi lainnya yang diciptakan oleh selain ALLAH SWT sebagai tempat tinggal diri kita yang baru? 


Selanjutnya ada hal lainnya yang harus kita jadikan pengetahuan dengan adanya KETETAPAN yang berlaku bagi manusia yaitu walaupun ALLAH SWT pemilik dan penentu dari KETETAPAN, akan tetapi ALLAH SWT tidak memaksakan kehendak-Nya atas KETETAPAN yang diberlakukan kepada manusia. ALLAH SWT hanya menunjukkan adanya KETETAPAN seperti halnya Kepolisian menetapkan adanya rambu lalu lintas. Apabila manusia menyadari bahwa dibalik adanya KETETAPAN ALLAH SWT banyak terdapat kebaikan, banyak terdapat kemuliaan, akan dapat menjadikan manusia berbahagia di dunia dan akhirat, maka kita harus dapat menerima, melaksanakan, menjalankan KETETAPAN tersebut sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.


Adanya pilihan yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia, berarti KETETAPAN ALLAH SWT dapat dimaknai sebagai PILIHAN bagi manusia untuk menentukan jalan yang akan ditempuhnya selama melaksakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Untuk maksud itulah ALLAH SWT menetapkan adanya jalan KHAIR atau jalan yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan jalan SYAR atau jalan yang tidak sesuai dengan KEHENDAK  ALLAH SWT. Adanya 2(dua) buah pilihan jalan yang dapat di tempuh manusia,  maka hasil akhir dari masing-masing jalan tentunya tidaklah sama. KHAIR berdasarkan Ketetapan ALLAH SWT akan menghasilkan KHAIR pula sedangkan SYAR berdasarkan Ketetapan ALLAH SWT akan menghasilkan SYAR pula. Hal yang tidak mungkin terjadi adalah KHAIR akan menjadikan diri SYAR ataupun sebaliknya SYAR akan menjadikan diri kita KHAIR. 


Al-Umamah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Akulah "ALLAH" tiada Tuhan melainkan Aku. Aku telah menciptakan dan menakdirkan kejahatan, maka celakalah orang yang telah Ku-takdirkan kejahatan baginya dan melaksanakannya.
(HQR Al Baihaqi, 272:55)


Di lain sisi ALLAH SWT selaku PENCIPTA kekhalifahan di muka bumi sudah menetapkan dalam ilmu-Nya bahwa tempat kembali manusia adalah SYURGA dan NERAKA. Untuk dapat menentukan siapa-siapa saja yang berhak menempati SYURGA dan NERAKA secara ADIL, tidaklah mungkin ALLAH SWT mempergunakan ketentuan yang bersifat umum. Adanya KETETAPAN ALLAH SWT tentang jalan KHAIR dan jalan SYAR, merupakan salah satu cara dan methode ALLAH SWT untuk menseleksi secara adil calon penghuni SYURGA dan NERAKA. Jika saat ini kita masih hidup di dunia, berarti diri kita juga sedang menghadapi dua buah jalan baik yang KHAIR maupun yang SYAR. Yang menjadi persoalan saat ini adalah masuk dalam kategori yang manakah diri kita saat ini, apakah calon penghuni SYURGA ataukah calon penghuni NERAKA? Kami berharap semua pembaca buku ini adalah calon penghuni SYURGA. Selanjutnya untuk mempertegas atas apa-apa yang telah kami kemukakan tentang QADHA ALLAH SWT yang bersifat KHAIR dan yang bersifat SYAR, berikut ini akan kami kemukakan ketentuan QADHA ALLAH SWT dimaksud  yang saat ini berlaku bagi kekhalifahan di muka bumi, yaitu: 


B.  Apa itu QADHA KHAIR

QADHA KHAIR dapat di artikan sebagai sebuah KETETAPAN ALLAH SWT yang dapat menghantarkan diri kita untuk memperoleh kebaikan dari ALLAH SWT dan/atau jalan yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT yang akan menjadikan diri kita sukses menjadi KHALIFAH di muka bumi yang memenuhi syarat sebagai calon penghuni SYURGA. Adapun jalan KHAIR yang berlaku bagi kekhalifahan di muka bumi yang saat ini telah ditetapkan ALLAH SWT adalah:
 
1)      Manusia, termasuk diri kita, diperintah untuk selalu mentaati seluruh  perintah ALLAH SWT dan Rasul-Nya sebagai manipestasi dari keimanan kita  kepada ALLAH SWT dan hari akhirat.

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 59)


2)      Manusia, termasuk diri kita, diwajibkan untuk BERIMAN dan BERTAQWA hanya kepada ALLAH SWT.

Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
(surat Al Baqarah (2) ayat 103)

3)      Manusia, termasuk diri kita, diberi fasilitas dan kemudahan oleh  ALLAH SWT berupa kesempatan untuk melakukan TAUBATAN NASUHA sewaktu kita hidup di dunia sepanjang HAYAT masih dikandung BADAN atau sebelum RUH belum sampai  di kerongkongan.


dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu[49]. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
(surat Al Baqarah (2) ayat 54)

[49] Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.


4)   Manusia, termasuk diri kita, diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk selalu berbuat IKHLAS di dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
(surat Al Baqarah (2) ayat 263)

[167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.


5)   Manusia, termasuk diri kita, untuk selalu berbagi kepada sesama, saling tolong menolong, dan/atau kita diperintahkan oleh ALLAH SWT menjadi orang yang PEMURAH, DERMAWAN, serta jangan menjadi orang yang BAKHIL.

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 180)


6)  Manusia, termasuk diri kita, diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk selalu berbuat adil  dan/atau menjadi PENEGAK KEADILAN di muka bumi.

dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan Dia berada pula di atas jalan yang lurus?
(surat An Nahl (16) ayat 76)


7)   Manusia, termasuk diri kita, diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menjadi seorang yang PENYABAR, penuh perhitungan, taat azas, tidak saling cegal menjegal diantara sesama manusia..

Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu[846]. Akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
(surat An Nahl (16) ayat 126)

[846] Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.

8)  Manusia, termasuk diri kita, diperintah oleh ALLAH SWT untuk melakukan JIHAD pada jalan ALLAH SWT melalui  harta dan jiwa dan/atau untuk selalu berbuat baik dalam keadaan apapun.

Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
(surat At Taubah (9) ayat 41)


Pembaca, inilah 8 (delapan)jalan kebaikan yang telah ditunjukkan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia, termasuk kepada diri kita dan masih banyak lagi. Sudahkah kita mengetahuinya, sudahkah kita melaksanakannya dengan baik dan benar? Jika kita mampu melaksanakannya maka kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dapat kita nikmati. 


C.  Apa itu QADHA SYAR

QADHA SYAR dapat di artikan sebagai sebuah KETETAPAN ALLAH SWT yang dapat menghantarkan diri kita untuk memperoleh laknat, keburukan, siksa dari ALLAH SWT dan/atau yang akan menggagalkan diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi yang menyandang predikat makhluk pilihan dan/atau jalan yang sesuai dengan KEHENDAK SYAITAN  yang akan menjadikan kita sebagai calon penghuni NERAKA . Adapun jalan SYAR  yang paling sesuai dengan keinginan SYAITAN dan/atau jalan yang bertentangan dengan KEHENDAK ALLAH SWT, adalah: 

1)      Perbuatan SYIRIK, MUSYRIK, FASIK, PENYEMBAH THAGHUT akan menjadikan diri kita dikutuk dan dimurkai oleh ALLAH SWT dan di NERAKA JAHANNAM lah kita akan ditempatkan.

Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi[424] dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
(surat Al Maaidah (5) ayat 60)

[424] Yang dimaksud disini Ialah: orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabtu (Lihat surat Al Baqarah ayat 65).


2)      KAFIR, tidak mau beriman kepada ALLAH SWT atau menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu.

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.
(surat Al Anfaal (8) ayat 55)


3)      BAKHIL, PELIT, KIKIR dengan harta yang telah diberikan oleh ALLAH SWT sehingga tidak mau menunaikan zakat, infaq ataupun sedekah.

sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Ali Imran (30 ayat 180)


4)      TIDAK MAU BERSYUKUR kepada ALLAH SWT serta, berperilaku sombong baik kepada sesama manusia maupun kepada ALLAH SWT.

dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila Dia ditimpa kesusahan niscaya Dia berputus asa.
(surat Al Israa' (17) ayat 83)


5)      Durhaka kepada ALLAH SWT dan juga Durhaka kepada ke dua orang tua padahal Allah SWT adalah pencipta dan orang tua yang melahirkannya.

Beginilah (keadaan mereka). dan Sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk,
(surat Shaad (38) ayat 55)


Pembaca, selain ke lima ketentuan QADHA SYAR yang telah kami kemukakan di atas, berikut ini akan kami kemukakan lagi beberapa ketentuan QADHA SYAR yang dapat menghantarkan diri kita berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT, dan/atau yang akan menjadikan diri kita termasuk dalam kategori calon penghuni NERAKA, yaitu: lakukanlah, kerjakanlah perbuatan-perbuatan sebagai berikut seperti Pembohong; Penipu; Pendusta; Tidak mau berjihad di jalan LLAH SWT; Anjulan (ingin lekas selesai, terburu-buru); Futur (bimbang/lemah pendirian); Kasal (pemalas); Malal (pembosan); Riya; Sum;ah; Sihir; Iri; Dengki Ujub (membanggakan diri); Suka memfitnah; Pengikut Ahwa serta Pengikut Syaitan. Jika perbuatan-perbuatan di atas konsisten kita laksanakan, mudah-mudahan  ALLAH SWT akan memberikan keterpurukan dan ketidakbahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Selamat mencoba ketentuan QADHA SYAR jika memang kita berharap untuk merasakan panasnya api neraka dan hidup bertetangga dengan Syaitan di Neraka Jahannam.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi yang telah memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT, tentu apa yang telah ALLAH SWT kemukakan tentang QADHA KHAIR dan QADHA SYAR dapat kita jadikan pembelajaran sewaktu bertugas di muka bumi. Hal yang harus kita perhatikan adalah pilihan jalan yang kita pilih hanya satu, sebab ALLAH SWT tidak menerapkan STANDARD GANDA. Jalan KHAIR akan membawa diri kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sedangkan jalan SYAR akan membawa diri kita kepada ketidakbahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal yang tidak mungkin terjadi adalah jalan SYAR akan dapat menghantarkan diri kita memperoleh kebahagian hidup di dunia dan dapat menghantarkan diri kita ke KAMPUNG KEBAHAGIAN. 


2.  APAKAH itu QADAR dan TAQDIR


Untuk dapat menerangkan dan menjabarkan tentang Qadar dan Taqdir secara utuh, maka kita tidak dapat memisahkan dengan keberadaan ketentuan Qadha. Apabila ketentuan Qadha tidak disertakan di dalam menerangkan tentang Qadar dan Taqdir maka akan terjadi ketidaksempurnaan di dalam memberikan pemahaman. Untuk itu kita harus dapat meletakkan ketentuan ini dalam satu kesatuan.

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
(surat Al Qamar (54) ayat 49)


Seperti telah kita ketahui bersama, setiap zat atau suatu benda yang ada di alam semesta ini, jika dipecah menjadi ukuran yang paling terkecil maka zat atau benda tersebut akan terdiri dari atom atau ion tertentu. Dimana setiap atom mempunyai karakteristik-karakteristik yang berbeda-beda antar satu jenis atom dengan jenis atom lainnya sehingga masing-masing atom bersifat unique atau mempunyai ciri khas yang tetat dan tertentu.

Selanjutnya berdasarkan ilmu kimia, di alam semesta ini banyak terdapat jenis-jenis atom, seperti Hidrogen, Oksigen, Fe, Zn, Cu, So, Mgn, dan lain sebagainya. Untuk membuktikannya, ambillah AIR, AIR jika di urai atau dipecah sampai dengan partikel terkecilnya akan terdiri dari atom Hidrogen dan atom Oksigen. Selanjutnya apakah setiap ada atom Hidrogen dan ada atom Oksigen maka akan disebut dengan AIR? Adanya atom Hidrogen yang bersenyawa dengan atom Oksigen belum dapat dikatakan sebagai AIR jika di antara ke duanya belum terdapat kesesuaian takaran atau ukuran tertentu. Setiap AIR  berdasarkan pemeriksaan kimiawi harus terdiri dari unsur Hidrogen dan unsur Oksigen dengan ukuran, atau takaran, atau perbandingan 2(dua) berbanding 1(satu) antara Hidrogen dengan Oksigen sehingga AIR akan disimbolkan dengan H2O.Berdasarkan keterangan tentang AIR, akan berlaku ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai berikut :   

1.      Hidrogen dan Oksigen bagi AIR merupakan ketentuan QADHA. 
2.      2(dua) berbanding 1(satu) antara Hidrogen dengan Oksigen merupakan ketentuan QADAR bagi AIR.
3.  AIR merupakan TAQDIR dari senyawa dari Hidrogen dengan Oksigen dengan tingkat perbandingan 2(dua) berbanding 1(satu) antara Hidrogen dan Oksigen.


Berdasarkan uraian tentang AIR yang kami kemukakan di atas, QADAR dapat dikatakan sebagai Ukuran-Ukuran atau Takaran-Takaran atau Batasan-Batasan dari suatu KETETAPAN ALLAH SWT yang berlaku di alam yang apabila di kombinasikan atau disenyawakan atau dibaurkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku maka akan menghasilkan suatu TAQDIR tertentu. Selain dari pada itu QADAR jika dihubungkan dengan ketentuan kekhalifahan di muka bumi, QADAR dapat di artikan sebagai seberapa jauh atau seberapa mampu atau seberapa banyak perbuatan yang dilaksanakan di dalam memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT dan/atau sejauh mana ketentuan QADHA KHAIR dan QADHA SYAR dilaksanakan oleh manusia. Hasil dari perbuatan itu merupakan TAQDIR dari seseorang di dalam melaksanakan ketetapan ALLAH SWT. Berdasarkan keterangan ini TAQDIR dapat dikatakan merupakan hasil akhir atau buah atau seberapa jauh diri kita memenuhi ukuran-ukuran tertentu dari ketetapan QADHA yang ada di alam semesta. Dan masih banyak lagi TAQDIR-TAQDIR  yang terjadi dengan adanya komposisi-komposisi tertentu lainnya yang berasal dari kombinasi partikel-partikel terkecil yang ada di jagad raya ini.

Selanjutnya apakah hanya seperti yang kami kemukakan di atas saja ketentuan QADAR dan TAQDIR itu? Sepanjang ketentuan QADAR dan TAQDIR itu merupakan bagian dari KEHENDAK dan KEMAMPUAN ALLAH SWT maka ketentuan QADAR dan TAQDIR harus dapat mencerminkan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT. Adanya kondisi seperti itu yang melekat pada QADAR dan TAQDIR maka QADAR dan TAQDIR selain berlaku untuk ciptaan yang ada di alam semesta, ketentuan QADAR dan TAQDIR juga berlaku kepentingan kekhalifahan di muka bumi dan/atau manusia tidak bisa terlepas dari ketentuan QADAR dan TAQDIR. Berikut ini akan kami kemukakan arti dari ketentuan TAQDIR yang berlaku untuk kekhalifahan di muka bumi, yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam Al-Qur'an, yaitu:


1) Batas Kemampuan/Akhir dari Usaha

Jika kita mengacu kepada surat Ibrahim (14) ayat 18 di bawah ini, TAQDIR dapat dikatakan sebagai batas atas dari suatu kemampuan dan/atau akhir dari sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia. ALLAH SWT memberikan contoh tentang amalan-amalan atau perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang kafir yang di umpamakan oleh ALLAH SWT seperti abu yang di tiup angin dengan keras. Sekarang adakah artinya abu yang di tiup oleh angin yang sangat kencang, tidak ada manfaat yang di dapat dari abu  kecuali mencelakakan orang lain. 

orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti Abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
(surat Ibrahim (14) ayat 18)


Jika amalan dan perbuatan yang kita lakukan tidak dijadikan seperti abu yang di tiup angin yang kencang, maka jangan pernah berbuat sesuatu hal yang dapat menjadikan diri kita sebagai orang KAFIR.


2) Batas Kemampuan yang telah ada

TAQDIR juga dapat di artikan sebagai kemampuan yang telah ada pada sesuatu atau pada diri seseorang yang berasal dari perbuatan yang telah dilakukannya. ALLAH SWT memberikan contoh orang bisu, dimana orang bisu tidak dapat berbuat sesuatu terkecuali ia diperintah oleh orang lain sehingga ia menjadi beban bagi orang lain dikarenakan ia tidak dapat mendatangkan manfaat. 

dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan Dia berada pula di atas jalan yang lurus?
(surat An Nahl (16) ayat 76)


Adanya kondisi seseorang yang tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain berarti orang tersebut telah menjadikan dirinya sendiri tidak berguna bagi orang lain. Inilah salah satu bentuk dari TAQDIR yang dikemukakan ALLAH SWT melalui firmannya yang terdapat dalam surat An Nahl (16) ayat 76.


3) Batas Hak untuk menguasai

TAQDIR dapat juga berarti batas dari hak untuk menguasai sesuatu dan/atau batas untuk mendapatkan atau memperoleh hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan oleh manusia sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.

Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui[833].
(surat An Nahl (16) ayat 75)

[833] Maksud dari perumpamaan ini ialah untuk membantah orang-orang musyrikin yang menyamakan Tuhan yang memberi rezki dengan berhala-berhala yang tidak berdaya.

ALLAH SWT mencontohkan seorang hamba sahaya yang tidak melakukan apapun dari rezeki yang telah diberikan oleh ALLAH SWT (maksudnya tidak mau menunaikan Zakat, Infaq, Shadaqah Jariah) maka ia akan berbeda dengan orang yang menafkahkan hartanya di jalan ALLAH SWT.


4) Kemampuan yang dibatasi


TAQDIR juga berarti kemampuan maksimal yang dibatasi oleh sampai sejauh mana sesuatu pekerjaan atau sesuatu usaha yang telah dikerjakan oleh manusia dan/atau batas kemampuan dari sesuatu hal setelah sesuatu telah dikerjakan atau setelah selesai dikerjakan.

(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.
(surat Al Insaan (76) ayat 16)

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
(surat Fushshilat (41) atar 12)


ALLAH SWT mencontohkan tentang bintang-bintang dipelihara oleh ALLAH SWT sehingga bintang-bintang itu akan cemerlang cahayanya. Setelah mengetahui bahwa ALLAH SWT sudah menentukan adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR maka ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR akan mengikat dan berlaku untuk manusia sepanjang manusia itu diciptakan oleh ALLAH SWT dan hidup di muka bumi. Dengan kata lain manusia tidak akan bisa menghindar dari adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang ditetapkan oleh ALLAH SWT. Sebagai KHALIFAH di muka bumi dengan adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang ada di alam akan dapat memberikan keuntungan dan juga kerugian kepada diri kita jika diri kita tidak dapat mengolahnya dengan baik dan benar. Demikian pula dengan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang ditetapkan oleh ALLAH SWT kepada manusia, akan dapat memberikan keuntungan bagi manusia jika ia melakukannya dan akan mendatangkan kerugian bagi jika manusia melanggarnya. 


Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina".
iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan".
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh."
iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".
(surat Al A'raaf (7) ayat 13-14-15- 16-17-18)

[529] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.


Setelah adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT, baik untuk alam dan juga untuk mensukseskan rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi, timbul pertanyaan apakah diri kita bisa lepas dari ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah ditetapkan  ALLAH SWT? Sepanjang manusia, termasuk diri kita adalah ciptaan ALLAH SWT, maka ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR wajib kita imani keberadaannya dan wajib pula kita melaksanakannya sehingga diri kita tidak akan mungkin dapat melepaskan diri dari ketetapan ALLAH SWT tersebut. Selanjutnya atas dasar apakah  ALLAH SWT menetapkan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR itu sehingga manusia tidak dapat melepaskan diri? ALLAH SWT melakukan hal ini dikarenakan ALLAH SWT sangat konsisten dengan kesepakatan yang telah disetujui-Nya dengan IBLIS, yaitu ALLAH SWT memberikan kesempatan kepada IBLIS sampai  dengan hari kiamat untuk mengganggu dan menggoda anak dan keturunan dari NABI ADAM as, untuk di bawa pulang ke NERAKA JAHANNAM.


Adanya kesepakatan ALLAH SWT dengan IBLIS, juga sangat berhubungan erat dengan kehendak ALLAH SWT yang telah mempersiapkan tempat kembali berupa SYURGA dan NERAKA bagi KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi. Sekarang dapatkah  ALLAH SWT konsisten melaksanakan kesepakatan dengan IBLIS dan/atau dapat mengisi SYURGA dan NERAKA secara ADIL jika ALLAH SWT tidak memiliki kentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai sebuah acuan yang baku bagi manusia yang dijadikan obyek bagi kepentingan IBLIS maupun sebagai calon pengisi SYURGA dan NERAKA? Ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR merupakan jalan yang terbaik yang dibuat oleh ALLAH SWT untuk menjembatani kesepakatan dengan IBLIS secara ADIL dan juga untuk mengisi SYURGA dan NERAK secara ADIL. Hal ini ditunjukkan oleh   ALLAH SWT dengan mengatakan " Sesungguhnya Barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".

Adanya penegasan ALLAH SWT yang terdapat dalam surat Al A'raaf (7) ayat 18 di atas, maka akan ada 2(dua) kelompok manusia yaitu yang mengikuti IBLIS dan yang tidak mengikuti IBLIS atau yang mengikuti ALLAH SWT. Jika kondisi ini terjadi maka ketentuan tentang QADHA, QADAR dan TAQDIR yang ALLAH SWT tetapkan menjadi berlaku, sebab tidak akan mungkin seseorang ditentukan telah menjadi pengikut IBLIS sehingga berhak pulang ke NERAKA jika tidak ada sebuah patokan dasar yang menyatakan seseorang telah melanggar ketentuan sehingga seseorang di tentukan tempat kembalinya ke NERAKA, demiklian pula untuk orang yang mengikuti ALLAH SWT. Jika hal ini yang mendasari kenapa manusia tidak dapat menghindar dari ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR, sekarang masih maukah kita mempergunakan STANDARD dan KETENTUAN lainnya yang bukan berasal dari ALLAH SWT padahal kita ingin sukses di dunia dan di akhirat kelak? Selama diri kita masih diciptakan oleh ALLAH SWT dan hidup pun masih di muka bumi yang juga diciptakan oleh ALLAH SWT, maka tidak ada jalan lainnya kecuali menerima ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai bagian dari pelaksanaan RUKUN IMAN yang enam yang tidak terpisahkan dengan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.


3.     HUBUNGAN QADHA, QADAR, dan TAQDIR dengan NASIB yang menimpa SESEORANG


Setiap manusia  yang ada di muka bumi tanpa terkecuali, termasuk juga diri kita, telah di anugerahkan  JASMANI, RUHANI, AMANAH 7, HUBBUL, HATI RUHANI, AKAL, PERASAAN, MALAIKAT dan SYAITAN oleh ALLAH SWT. Adanya kondisi seperti ini, maksudnya adanya JASMANI, RUHANI, AMANAH 7, HUBBUL, HATI RUHANI, AKAL, PERASAAN, MALAIKAT dan SYAITAN di dalam diri setiap manusia, maka akan melahirkan dan/atau akan timbul perbedaan-perbedaan di antara sesama umat manusia yaitu dapat berupa  perbedaan bakat dan kemampuan seseorang, yang pada akhirnya akan melahirkan perbedaan kesenangan, perbedaan profesi dan perbedaan pekerjaan di antara sesama umat manusia muka bumi ini. Selanjutnya dengan hal itulah manusia akan bekerja dan berkarya melalui profesi dan pekerjaannya masing-masing. Setelah manusia mengaktualisasikan dirinya melalui profesi dan pekerjaannya masing-masing, timbul pertanyaan apakah ada JAMINAN  bahwa manusia, termasuk diri kita akan SUKSES menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi  sehingga ia akan hidup bahagia di dunia dan di akhirat kelak? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, perkenankan kami untuk mengemukakan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:

1.      Sebelum diri kita ada di muka bumi, ALLAH SWT selaku pencipta kekhalifahan telah memberikan persetujuan kepada SYAITAN untuk untuk mengganggu dan menggoda manusia melalui berbagai macam cara baik melalui harta maupun anak dan keturunan dan/atau  manusia tanpa terkecuali telah terikat dengan warisan berupa permusuhan abadi dengan SYAITAN sampai dengan hari kiamat. Selain daripada itu di dalam setiap diri  manusia sudah ada catatan tentang kondisi awal dari JASMANI yang berisi catatan tentang AMAL, REZEKI, AJAL, BAIK dan BURUK dan/atau catatan tentang kondisi awal dari JASMANI  sebelum RUH di tiupkan oleh ALLAH SWT.
  
2.      ALLAH SWT selaku pencipta kekhalifahan di muka bumi telah mempersiapkan 2(dua) buah tempat kembali, yaitu SYURGA dan NERAKA.


Adanya 2(dua) buah kondisi yang kami kemukakan di atas ini, akan menghasilkan 2(dua) buah kondisi pula bagi kekhalifahan  yang terjadi di muka bumi. Hal ini dimungkinkan karena SYAITAN yang telah memiliki ijin dari  ALLAH SWT pasti akan melaksanakan aksinya sampai hari kiamat dan ALLAH SWTpun berkehendak melaksanakan rencana-Nya untuk melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Selanjutnya seperti apakah kondisi kekhalifahan yang ada di muka bumi? Inilah kondisinya, yaitu: 

1.      Akan ada Kelompok yang menjadi pengikut SYAITAN dan kelompok yang menjadi pengikut ALLAH SWT (lihat surat Al A'raaf (7) ayat 18) dan/atau Kelompok KHALIFAH yang sekaligus MAKHLUK PILIHAN dan kelompok KHALIFAH yang NON MAKHLUK PILIHAN.

2.      Akan ada kelompok calon penghuni SYURGA dan kelompok calon penghuni NERAKA.Hal yang harus kita ketahui dengan seksama adalah ALLAH SWT tidak mengenal adanya ISTILAH ABU-ABU sebab ALLAH SWT tidak mengenal STANDARD GANDA.

Adanya kondisi dasar pengelompokkan manusia di muka bumi yang seperti ini, maka tidak akan ada jaminan yang mutlak bahwa manusia  dengan segala profesi dan pekerjaan yang dilaksanakannya akan sukses memperoleh kebahagiaan hidup di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Hal ini pasti terjadi sebab SYAITAN yang telah berjanji kepada ALLAH SWT pasti akan melaksanakan janjinya dan ALLAH SWTpun berkehendak untuk mengisi SYURGA dan NERAKA dengan cara yang ADIL. Berdasarkan kondisi ini pula dapat dipastikan akan ada manusia yang terperdaya menjadi PENGIKUT SYAITAN dan ada manusia yang menjadi pengikut ALLAH SWT walaupun telah memiliki profesi dan pekerjaan tertentu. Hal yang sama juga berlaku untuk calon penghuni SYURGA dan calon penghuni NERAKA. Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas ini, kesuksesan hidup di muka bumi tidak memiliki hubungan langsung dengan PROFESI dan PEKERJAAN yang dilakukan oleh MANUSIA. 

Akan tetapi  kesukesan hidup atau kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat tergantung sejauh mana kita melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini. Walaupun diri kita telah memiliki PROFESI dan PEKERJAAN yang tinggi, akan tetapi jika jalan yang ditempuhnya bukanlah jalan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, dalam hal ini JALAN SYAR, maka hasil akhirnya tidak akan menjadikan diri kita SUKSES sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Semakin jauh diri kita mengikuti JALAN SYAR maka akan semakin jauh pula kesuksesan dan/atau jika kita sukses hanya sebatas sukses dalam ukuran dunia semata sedangkan kesuksesan akhirat tidak akan pernah di dapatkan. 


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, yang telah TAHU DIRI, tentu kita berharap tidak hanya SUKSES di dunia saja akan tetapi SUKSES pula di akhirat kelak dan/atau kita tidak ingin menjadi PENGIKUT SYAITAN dan juga tidak ingin pulang ke NERAKA JAHANNAM. Agar diri kita sesuai dengan keinginan yang kita harapkan, dan/atau diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT,  tentu kita tidak bisa hanya berpangku tangan saja, akan tetapi kita harus berusaha untuk menjadikan diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Dalam rangka memberikan kepastian HUKUM kepada umat manusia agar selalu sesuai dengan kehendak ALLAH SWT dan/atau meniadakan STANDARD GANDA maka ALLAH SWT menciptakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang berasal dari FITRAHNYA sebagai acuan dasar bagi manusia  untuk  memenuhi  syarat dan ketentuan agar selalu di dalam kehendaknya dan juga bagi ALLAH SWT untuk menilai tingkat kesuksesan seseorang maupun tingkat kegagalan seseorang di dalam memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT. Untuk maksud tersebut mari kita lanjutkan pembahasan ini.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar