Assyrazi
ra,berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Wahai Muhammad,
barangsiapa beriman kepada-Ku tetapi tidak beriman kepada takdir-Ku yang baik
maupun yang buruk, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.
(HQR Assyrqzi, 272:200)
Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
(surat Al Qamar (54) ayat 49)
ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK tentu sangat mengerti
dan sangat mengetahui atas apa-apa yang diciptakan-Nya dan atas apa-apa yang
dimiliki-Nya dan jika manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh
ALLAH SWT maka ALLAH SWT pasti yang paling mengetahui tentang manusia. Adapun
tujuan manusia diciptakan oleh ALLAH SWT untuk dijadikan sebagai KHALIFAH di muka
bumi. Ini berarti setiap manusia adalah perpanjangan tangan ALLAH SWT atau Duta Besar
ALLAH SWT di muka bumi dalam rangka memelihara, menjaga, mengatur, merawat
apa-apa yang diciptakan ALLAH SWT sehingga dengan adanya KEKHALIFAHAN ini maka
terciptalah kedaimaian, ketertiban di muka bumi.
Adanya kondisi seperti ini dapat dikatakan bahwa Manusia sudah sejak awal
ditempatkan, sudah diletakkan, sudah diposisikan oleh ALLAH SWT di atas dari
apa-apa yang akan dipelihara, di atas dari apa-apa yang akan dijaga, di atas
dari apa-apa yang akan diatur, di atas dari apa-apa yang akan dirawat, dalam
hal ini adalah bumi termasuk juga di atas Jasmani manusia itu sendiri.
Selanjutnya dapatkah Manusia menjalankan
tugas KHALIFAH di muka bumi, jika bumi yang akan diatur, bumi yang akan dijaga,
bumi yang akan dipelihara oleh Manusia termasuk juga Jasmani manusia itu sendiri,
jika tidak memiliki suatu ketentuan atau ketetapan yang jelas atau tidak
memiliki adanya sesuatu yang spesifik yang dapat dipergunakan oleh KHALIFAH di
dalam mengatur, menjaga, memelihara bumi dan juga Jasmani manusia? Dalam rangka
memudahkan tugas manusia sebagai KHALIFAH di muka bumi, untuk itu ALLAH SWT
menetapkan dan menentukan adanya QADHA; QADAR dan TAQDIR atas apa-apa yang
diciptakan dan yang dimiliki-Nya. Adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang
berlaku di muka bumi, baik yang menyangkut dengan apa-apa yang ada di alam
semesta maupun yang menyangkut tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka akan
dapat memudahkan serta mensukseskan manusia menjadi KHALIFAH di muka bumi
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali
tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
(surat Al Fath (48)
ayat 23)
[1403]
Sunnatullah Yaitu hukum Allah yang telah ditetapkannya.
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan
bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur
urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
(surat Ar Ra'd (13)
ayat 2)
Sebagai contoh, lihatlah peredaran MATAHARI dan BULAN yang telah
diciptakan oleh ALLAH SWT, apakah ketentuan orbit dari MATAHARI dan BULAN
mengitari BUMI dari waktu ke waktu berubah-ubah? Jika kita mengacu kepada surat
Al Fath (48) ayat 23 di atas ini, maka
SUNNATULLAH yang berlaku bagi MATAHARI dan BULAN beredar di dalam orbitnya
masing-masing adalah tetap tidak berubah-ubah, tidak ziq-zaq, baik waktu maupun
garis edarnya mengelilingi BUMI. Sekarang apa jadinya jika ALLAH SWT tidak
menetapkan dan menjadikan adanya SUNNATULLAH yang berlaku bagi MATAHARI dan
BULAN? Tentu MATAHARI dan BULAN akan berjalan tidak beraturan, tidak beredar
pada garis edarnya masing-masing. Jika ini terjadi bagaimana dengan diri kita
yang saat ini berada di muka bumi yang sedang menjalankan tugas sebagai
KHALIFAH? Manusia termasuk diri kita yang di bumi tidak akan mengetahui secara
pasti kapan itu siang dan kapan itu malam, kita tidak akan pernah mengetahui
apa itu detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun.
Jika sampai kita tidak mengetahui WAKTU secara pasti, selanjutnya
bagaimanakah kita akan melaksanakan ibadah SHALAT, atau ibadah PUASA, atau
ibadah HAJI sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika waktunya tidak kita
ketahui sedangkan ibadah tersebut sangat membutuhkan adanya ketepatan waktu.
Untuk itulah ALLAH SWT perlu membuat,
perlu menetapkan, perlu menerapkan, perlu memberlakukan adanya
ketentuan-ketentuan yang bersifat TETAP dari waktu ke waktu, yang tidak berubah
ubah serta berlaku secara menyeluruh sehingga rencana besar ALLAH SWT tentang
kekhalifahan di muka bumi dapat berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Adanya
permasalahan WAKTU yang dihadapi oleh manusia di muka bumi, maka ALLAH SWT memberikan solusi yang tepat
bagi KEKHALIFAHAN di muka bumi, yaitu dengan membuat apa yang dinamakan dengan
ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR.
dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,
(surat Al A'laa (87)
ayat 3)
Hal yang harus kita ketahui dengan baik dan benar bahwa ketentuan tentang
QADHA, QADAR maupun TAQDIR yang di buat oleh ALLAH SWT bukan hanya ada dan
berlaku untuk ciptaan ALLAH SWT yang ada di antara langit dan bumi. Akan tetapi
ALLAH SWT juga menetapkan adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang berlaku
bagi manusia atau bagi kekhalifahan di muka bumi, seperti siapakah yang berhak
untuk menempati SYURGA atau NERAKA, atau siapakah yang dapat menjadikan dirinya
menjadi Makhluk Pilihan.
Untuk itu ALLAH SWT membuat dan menetapkan serta mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu yang diciptakan-Nya baik yang menyangkut dengan
ukuran-ukuran atau batasan-batasan atas segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Dan
juga ALLAH SWT menetapkan batasan-batasan yang berhak menempati SYURGA dan
NERAKA atau yang berhak menyandang gelar Titel IMAN dan TAQWA sehingga manusia
dapat dikelompokkan menjadi 2(dua) yaitu KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN
serta KHALIFAH yang NON MAKHLUK PILIHAN.
dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(surat Ath Thalaaq
(65) ayat 3)
Adanya ketentuan yang tertuang di dalam ketetapan
mengenai QADHA, QADAR dan TAQDIR yang di buat dan diberlakukan oleh ALLAH
SWT bukanlah untuk menyusahkan apalagi
untuk menyengsarakan manusia sebagai KHALIFAH di muka bumi. Ketentuan QADHA,
QADAR dan TAQDIR dibuat oleh ALLAH SWT untuk mensukseskan manusia di dalam
menjalankan tugas sebagai KHALIFAH sehingga ia selamat dan bertemu dengan ALLAH
SWT dan/atau menjadikan manusia sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Dan jika
sekarang ALLAH SWT memberlakukan kepada manusia termasuk kepada diri kita untuk
beriman kepada QADHA, QADAR dan TAQDIR apakah hal ini berlebihan? Mengimani
QADHA, QADAR dan TAQDIR ALLAH SWT
merupakan hal yang sudah sepantasnya dan sudah sepatutnya kita lakukan jika
kita ingin berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT selaku pemilik dari alam semesta
ini.
Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman:
Barangsiapa tidak rela dengan hukum-Ku dan taqdir-Ku maka hendaklah ia mencari
Tuhan selain Aku.
(HQR Al Baihaqi dari
Ibnu Umar serta Ath Thabarani dan Ibnu Hibban dari Abi Hind, Al Baihaqi dan
Ibnu Najjar, 272:153)
Adanya kemudahan-kemudahan atau adanya kebaikan-kebaikan di balik
ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh
ALLAH SWT, apa yang harus kita perbuat? Jika kita mengacu kepada ketentuan
hadits qudsi yang kami kemukakan di atas, maka :
1.
Diri kita di
wajibkan untuk mengimani segala ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah
ALLAH SWT tetapkan dan/atau
2.
Diri kita
harus dapat menjadikan hukum-hukum yang telah ALLAH SWT tetapkan menjadi
berlaku bagi kepentingan dan kesuksesan kekhalifahan di muka bumi.
Akan tetapi jika kita tidak mau menerima ketentuan ini dan/atau diri kita
tidak mau menjadikan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai HUKUM yang
berlaku bagi kepentingan umat manusia, maka kita dipersilahkan untuk mencari
TUHAN lain selain ALLAH SWT atau dengan kata lain kita dipersilahkan untuk
pergi dari langit dan bumi yang dimiliki oleh ALLAH SWT. Selanjutnya, setelah
memiliki dan memperoleh ketetapan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang berasal dari
ALLAH SWT maka ada 3(tiga) hal yang harus kita perhatikan dari IMAN kepada QADHA; QADAR dan TAQDIR itu sendiri, yaitu:
1.
Posisi ALLAH SWT di dalam ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR hanyalah
sebagai PENENTU KEBIJAKAN dan/atau ALLAH
SWT hanya sebagai PEMBUAT KEBIJAKAN dan/atau
ALLAH SWT adalah PENETAP dari suatu KETETAPAN sehingga ALLAH SWT
bukanlah sebagai PELAKSANA dari KEBIJAKAN itu sendiri.
2.
MANUSIA atau DIRI KITA adalah PELAKSANA dari KEBIJAKAN atau yang
menjadikan KETETAPAN itu berlaku di alam semesta ini dan/atau menjadi KETETAPAN
ALLAH SWT berlaku bagi diri manusia itu sendiri.
3.
Ketetapan dan ketentuan yang terdapat di dalam QADHA; QADAR dan TAQDIR
tidak hanya berlaku untuk kepada ciptaan saja yang ada di langit dan di bumi.
Akan tetapi ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR juga berlaku kepada seluruh umat
manusia yang ingin sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Sebagai contoh ketentuan
QADHA, QADAR dan TAQDIR yang diberlakukan untuk manusia adalah ketentuan
tentang HALAL dan HARAM, BAIK dan BURUK atau SUKSES dan CELAKA, atau SYURGA dan
NERAKA.
Jika ini adalah kondisi dari adanya ketetapan QADHA, QADAR dan TAQDIR,
maka kita harus dapat meletakkan ketetapan QADHA, QADAR dan TAQDIR sesuai
dengan yang dikehendaki oleh pembuat ketetapan, dalam hal ini ALLAH SWT,
sehingga diri kita sebagai penerima ketentuan dapat menikmati manfaat yang sesuai
dengan kehendak pembuat ketentuan, dalam hal ini ALLAH SWT.
1.
APAKAH itu QADHA
QADHA dapat diartikan sebagai KETETAPAN ALLAH SWT
dan/atau SUNNATULLAH yang berlaku atas
setiap ciptaan ALLAH SWT yang ada di alam semesta ini yang tidak akan berubah
oleh sebab apapun juga. Adanya QADHA yang ALLAH SWT tetapkan kepada suatu ZAT
atau kepada suatu PARTIKEL atau kepada suatu ATOM, akan dapat memberikan tanda-tanda khusus yang
berlaku bagi setiap ciptaan ALLAH SWT
yang ada di alam semesta ini sehingga masing-masing ciptaan akan memiliki karakteristik SIFAT-SIFAT DASAR tertentu, dimna sifat-sifat
dasar tertentu tidak akan berubah dari waktu ke waktu. Contohnya GARAM yang akan bersifat ASIN selamanya,
demikian pula dengan GULA yang akan
bersifat MANIS; CUKA yang akan bersifat
ASAM serta KOPI yang akan bersifat PAHIT.
Selanjutnya apakah ketentuan QADHA juga berlaku
kepada atom atau ion atau zat Hidrogen, Oksigen, Fe, Sulfur, Natrium, dan masih
banyak ketentuan lainnya? Sepanjang atom, ion, partikel, zat yang kami sebutkan
di atas adalah ciptaan ALLAH SWT maka ketentuan QADHA pasti berlaku tanpa
terkecuali. Ini berarti apa-apa yang ada di alam semesta ini, baik yang masih
dalam bentuk ion, atom ataupun yang sudah menjadi suatu zat tertentu dapat
dipastikan memiliki ketentuan QADHA yang berasal dari ALLAH SWT. Sekarang
bagaimana dengan manusia, apakah manusia tidak termasuk dan/atau tidak memiliki
dan/atau terbebas dari ketentuan QADHA dari ALLAH SWT? Jika manusia, termasuk
diri kita bukan termasuk makhluk yang
diciptakan oleh ALLAH SWT, maka ketentuan QADHA tidak berlaku bagi manusia.
Akan tetapi jika manusia, termasuk diri kita adalah salah satu ciptaan ALLAH
SWT maka:
1. Ketentuan QADHA pasti berlaku bagi manusia, termasuk
untuk diri kita.
2. Manusia, termasuk diri kita, dapat dipastikan tidak bisa lepas dari ketentuan QADHA.
3. Manusia, termasuk diri kita, pasti memiliki
ketentuan QADHA yang berasal dari ALLAH SWT.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, jangan pernah
beranggapan bahwa diri kita tidak terikat dengan ketentuan QADHA yang telah
diciptakan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya ketentuan QADHA yang seperti apakah yang
diberlakukan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia dan juga kepada alam semesta
ini? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ketentuan dasar dari QADHA yang
telah ditetapkan oleh ALLAH SWT, yaitu:
1)
Berdasarkan
surat Al Faathir (35) ayat 36, sifat
dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai sebuah KEPUTUSAN yang
tidak bisa dirubah lagi atau tidak bisa di tawar-tawar lagi. Dalam hal ini ALLAH
SWT menetapkan bahwa orang KAFIR tempat kembali mereka adalah NERAKA
JAHANNAM.
Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak
dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka
azabnya. Demikianlah Kami membalas Setiap orang yang sangat kafir.
(surat Faathir (35)
ayat 36)
2)
Berdasarkan
surat Yunus (10) ayat 71 dikemukakan bahwa
sifat dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai sebuah KEPUTUSAN yang harus dilaksanakan
tanpa ada bantahan apapun juga dan/atau suatu keputusan yang hanya memiliki
satu kesempatan memilih yaitu YA atau TIDAK saja. Untuk itu lihatlah kejadian
yang harus dipilih oleh umat NABI NUH as, yaitu harus menerima keputusan untuk
naik kapal ataukah ditenggalamkan oleh banjir.
dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu Dia
berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal
(bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka kepada
Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah)
sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu
dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi
tangguh kepadaku.
(surat Yunus (10)
ayat 71)
3)
Berdasarkan
surat Al Israa' (17) ayat 23, sifat dari QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan
sifat sebagai sebuah PERINTAH yang harus
dilaksanakan oleh umat manusia. Dalam hal ini adalah perintah untuk menyembah
hanya kepada ALLAH SWT dan juga perintah untuk selalu berbuat baik kepada ke
dua orang tua.
dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat Al Israa'
(17) ayat 23)
[850]
Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi
mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada
itu.
4) Berdasarkan surat Al Ahzab (33) ayat 36, sifat dari
QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai sebuah KEPUTUSAN yang tidak
boleh dilanggar oleh umat manusia. Dalam hal ini adalah manusia tidak
diperkenankan lagi untuk melakukan hal-hal lainnya yang sudah ada ketetapannya dari ALLAH SWT
dan/atau manusia tidak diperkenankan untuk melakukan sesuatu hal yang tidak ada
ketentuannya, termasuk di dalamnya tidak diperkenankan untuk menambah atau
mengurangi atau menyesuaikan dengan maksud dan tujuan tertentu tentang hal-hal
yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT.
dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat,
sesat yang nyata.
(surat Al Ahzab (33)
ayat 36)
5) Berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 29, sifat dari
QADHA ALLAH SWT memiliki arti dan sifat sebagai sebuah KEKUASAAN MUTLAK yang
hanya dimiliki oleh ALLAH SWT.
dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang
ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.
(surat Al Kahfi (18)
ayat 29)
Itulah 5(lima) buah arti dan sifat dari QADHA ALLAH SWT yang berlaku di
alam semesta ini khususnya yang berlaku untuk manusia. Manusia sebagai makhluk
yang diciptakan oleh ALLAH SWT, manusia juga memiliki ketetapan atau suatu
keputusan tertentu. Sekarang mari kita bandingkan antara KETETAPAN yang berasal
ALLAH SWT dengan ketetapan yang dimiliki oleh manusia?
dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan
ayah mereka, Maka (cara yang mereka lakukan itu) Tiadalah melepaskan mereka
sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri
Ya'qub yang telah ditetapkannya. dan Sesungguhnya Dia mempunyai pengetahuan,
karena Kami telah mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.
(surat
Yusuf (12) ayat 68)
Jika kita mengacu kepada surat Yusuf (12) ayat 68 di
atas ini, keberadaan ketetapan yang berasal dari manusia tidak akan melepaskan
manusia dari takdir ALLAH SWT dan/atau ketetapan manusia tidak akan dapat
mengalahkan ketetapan ALLAH SWT. Adanya kelemahan yang dimiliki oleh ketetapan
manusia dibandingkan dengan ketetapan ALLAH SWT, apakah hal ini tidak cukup
menjadikan diri kita mau melaksanakan dan menerima ketetapan dan/atau
hukum-hukum yang telah ALLAH SWT tetapkan? Adanya kondisi seperti ini, apabila hal ini belum cukup menjadikan diri
kita beriman kepada QADHA, QADAR dan TAQDIR ALLAH SWT, maka tidak ada jalan
lain kita harus keluar dari langit dan bumi yang di miliki oleh ALLAH SWT.
Selanjutnya adakah langit dan bumi lainnya yang diciptakan oleh selain ALLAH
SWT sebagai tempat tinggal diri kita yang baru?
Selanjutnya ada hal lainnya yang harus kita jadikan
pengetahuan dengan adanya KETETAPAN yang berlaku bagi manusia yaitu walaupun
ALLAH SWT pemilik dan penentu dari KETETAPAN, akan tetapi ALLAH SWT tidak
memaksakan kehendak-Nya atas KETETAPAN yang diberlakukan kepada manusia. ALLAH
SWT hanya menunjukkan adanya KETETAPAN seperti halnya Kepolisian menetapkan
adanya rambu lalu lintas. Apabila manusia menyadari bahwa dibalik adanya
KETETAPAN ALLAH SWT banyak terdapat kebaikan, banyak terdapat kemuliaan, akan
dapat menjadikan manusia berbahagia di dunia dan akhirat, maka kita harus dapat
menerima, melaksanakan, menjalankan KETETAPAN tersebut sesuai dengan KEHENDAK
ALLAH SWT.
Adanya pilihan yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada
umat manusia, berarti KETETAPAN ALLAH SWT dapat dimaknai sebagai PILIHAN bagi
manusia untuk menentukan jalan yang akan ditempuhnya selama melaksakan tugas
sebagai KHALIFAH di muka bumi. Untuk maksud itulah ALLAH SWT menetapkan adanya jalan
KHAIR atau jalan yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan jalan SYAR atau
jalan yang tidak sesuai dengan KEHENDAK
ALLAH SWT. Adanya 2(dua) buah pilihan jalan yang dapat di tempuh
manusia, maka hasil akhir dari
masing-masing jalan tentunya tidaklah sama. KHAIR berdasarkan Ketetapan ALLAH
SWT akan menghasilkan KHAIR pula sedangkan SYAR berdasarkan Ketetapan ALLAH SWT
akan menghasilkan SYAR pula. Hal yang tidak mungkin terjadi adalah KHAIR akan
menjadikan diri SYAR ataupun sebaliknya SYAR akan menjadikan diri kita
KHAIR.
Al-Umamah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman:
Akulah "ALLAH" tiada Tuhan melainkan Aku. Aku telah menciptakan dan
menakdirkan kejahatan, maka celakalah orang yang telah Ku-takdirkan kejahatan
baginya dan melaksanakannya.
(HQR Al Baihaqi,
272:55)
Di lain sisi ALLAH SWT selaku PENCIPTA kekhalifahan
di muka bumi sudah menetapkan dalam ilmu-Nya bahwa tempat kembali manusia
adalah SYURGA dan NERAKA. Untuk dapat menentukan siapa-siapa saja yang berhak
menempati SYURGA dan NERAKA secara ADIL, tidaklah mungkin ALLAH SWT
mempergunakan ketentuan yang bersifat umum. Adanya KETETAPAN ALLAH SWT tentang
jalan KHAIR dan jalan SYAR, merupakan salah satu cara dan methode ALLAH SWT
untuk menseleksi secara adil calon penghuni SYURGA dan NERAKA. Jika saat ini
kita masih hidup di dunia, berarti diri kita juga sedang menghadapi dua buah
jalan baik yang KHAIR maupun yang SYAR. Yang menjadi persoalan saat ini adalah
masuk dalam kategori yang manakah diri kita saat ini, apakah calon penghuni
SYURGA ataukah calon penghuni NERAKA? Kami berharap semua pembaca buku ini
adalah calon penghuni SYURGA. Selanjutnya untuk mempertegas atas apa-apa yang
telah kami kemukakan tentang QADHA ALLAH SWT yang bersifat KHAIR dan yang
bersifat SYAR, berikut ini akan kami kemukakan ketentuan QADHA ALLAH SWT
dimaksud yang saat ini berlaku bagi
kekhalifahan di muka bumi, yaitu:
B. Apa itu QADHA KHAIR
QADHA KHAIR dapat di artikan sebagai sebuah
KETETAPAN ALLAH SWT yang dapat menghantarkan diri kita untuk memperoleh
kebaikan dari ALLAH SWT dan/atau jalan yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT
yang akan menjadikan diri kita sukses menjadi KHALIFAH di muka bumi yang
memenuhi syarat sebagai calon penghuni SYURGA. Adapun jalan KHAIR yang berlaku
bagi kekhalifahan di muka bumi yang saat ini telah ditetapkan ALLAH SWT adalah:
1) Manusia, termasuk diri kita, diperintah untuk selalu
mentaati seluruh perintah ALLAH SWT dan
Rasul-Nya sebagai manipestasi dari keimanan kita kepada ALLAH SWT dan hari akhirat.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(surat An Nisaa' (4)
ayat 59)
2) Manusia, termasuk diri kita, diwajibkan untuk
BERIMAN dan BERTAQWA hanya kepada ALLAH SWT.
Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan
mendapat pahala), dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik,
kalau mereka mengetahui.
(surat Al Baqarah
(2) ayat 103)
3) Manusia, termasuk diri kita, diberi fasilitas dan
kemudahan oleh ALLAH SWT berupa
kesempatan untuk melakukan TAUBATAN NASUHA sewaktu kita hidup di dunia
sepanjang HAYAT masih dikandung BADAN atau sebelum RUH belum sampai di kerongkongan.
dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan
anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu
dan bunuhlah dirimu[49]. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang
menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
(surat Al Baqarah
(2) ayat 54)
[49]
Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak
lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang
yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang
mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.
4) Manusia, termasuk diri kita,
diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk selalu berbuat IKHLAS di dalam setiap
tindakan yang dilakukannya.
Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah
Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 263)
[167] Perkataan yang baik
Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah
mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.
5) Manusia, termasuk diri kita,
untuk selalu berbagi kepada sesama, saling tolong menolong, dan/atau kita
diperintahkan oleh ALLAH SWT menjadi orang yang PEMURAH, DERMAWAN, serta jangan
menjadi orang yang BAKHIL.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan
Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
(surat Ali Imran (3)
ayat 180)
6) Manusia, termasuk diri kita,
diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk selalu berbuat adil dan/atau menjadi PENEGAK KEADILAN di muka
bumi.
dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang
bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas penanggungnya,
ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia tidak dapat mendatangkan
suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat
keadilan, dan Dia berada pula di atas jalan yang lurus?
(surat An Nahl (16)
ayat 76)
7) Manusia, termasuk diri kita,
diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menjadi seorang yang PENYABAR, penuh
perhitungan, taat azas, tidak saling cegal menjegal diantara sesama manusia..
Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang
sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu[846]. Akan tetapi jika kamu bersabar,
Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
(surat An Nahl (16)
ayat 126)
[846]
Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka janganlah melebihi dari
siksaan yang ditimpakan atas kita.
8) Manusia, termasuk diri kita, diperintah oleh ALLAH SWT untuk melakukan
JIHAD pada jalan ALLAH SWT melalui harta
dan jiwa dan/atau untuk selalu berbuat baik dalam keadaan apapun.
Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah
kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.
(surat At Taubah (9)
ayat 41)
Pembaca, inilah 8 (delapan)jalan kebaikan yang telah
ditunjukkan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia, termasuk kepada diri kita dan
masih banyak lagi. Sudahkah kita mengetahuinya, sudahkah kita melaksanakannya
dengan baik dan benar? Jika kita mampu melaksanakannya maka kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat dapat kita nikmati.
C. Apa itu QADHA SYAR
QADHA SYAR dapat di artikan sebagai sebuah KETETAPAN
ALLAH SWT yang dapat menghantarkan diri kita untuk memperoleh laknat,
keburukan, siksa dari ALLAH SWT dan/atau yang akan menggagalkan diri kita
menjadi KHALIFAH di muka bumi yang menyandang predikat makhluk pilihan dan/atau
jalan yang sesuai dengan KEHENDAK SYAITAN
yang akan menjadikan kita sebagai calon penghuni NERAKA . Adapun jalan
SYAR yang paling sesuai dengan keinginan
SYAITAN dan/atau jalan yang bertentangan dengan KEHENDAK ALLAH SWT,
adalah:
1)
Perbuatan
SYIRIK, MUSYRIK, FASIK, PENYEMBAH THAGHUT akan menjadikan diri kita dikutuk dan
dimurkai oleh ALLAH SWT dan di NERAKA JAHANNAM lah kita akan ditempatkan.
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang
orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi
Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka
(ada) yang dijadikan kera dan babi[424] dan (orang yang) menyembah
thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan
yang lurus.
(surat Al Maaidah
(5) ayat 60)
[424] Yang dimaksud disini
Ialah: orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabtu (Lihat surat Al
Baqarah ayat 65).
2)
KAFIR, tidak
mau beriman kepada ALLAH SWT atau menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu.
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk
di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.
(surat
Al Anfaal (8) ayat 55)
3)
BAKHIL, PELIT,
KIKIR dengan harta yang telah diberikan oleh ALLAH SWT sehingga tidak mau
menunaikan zakat, infaq ataupun sedekah.
sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan
Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
(surat Ali Imran (30
ayat 180)
4)
TIDAK MAU
BERSYUKUR kepada ALLAH SWT serta, berperilaku sombong baik kepada sesama
manusia maupun kepada ALLAH SWT.
dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah
dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila Dia ditimpa kesusahan
niscaya Dia berputus asa.
(surat Al Israa'
(17) ayat 83)
5)
Durhaka kepada
ALLAH SWT dan juga Durhaka kepada ke dua orang tua padahal Allah SWT adalah
pencipta dan orang tua yang melahirkannya.
Beginilah (keadaan mereka). dan Sesungguhnya bagi orang-orang yang
durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk,
(surat Shaad (38)
ayat 55)
Pembaca, selain ke lima ketentuan QADHA SYAR yang telah kami kemukakan di
atas, berikut ini akan kami kemukakan lagi beberapa ketentuan QADHA SYAR yang
dapat menghantarkan diri kita berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT, dan/atau yang
akan menjadikan diri kita termasuk dalam kategori calon penghuni NERAKA, yaitu:
lakukanlah, kerjakanlah perbuatan-perbuatan sebagai berikut seperti Pembohong;
Penipu; Pendusta; Tidak mau berjihad di jalan LLAH SWT; Anjulan (ingin lekas
selesai, terburu-buru); Futur (bimbang/lemah pendirian); Kasal (pemalas); Malal
(pembosan); Riya; Sum;ah; Sihir; Iri; Dengki Ujub (membanggakan diri); Suka
memfitnah; Pengikut Ahwa serta Pengikut Syaitan. Jika perbuatan-perbuatan di
atas konsisten kita laksanakan, mudah-mudahan
ALLAH SWT akan memberikan keterpurukan dan ketidakbahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Selamat mencoba ketentuan QADHA SYAR jika memang kita
berharap untuk merasakan panasnya api neraka dan hidup bertetangga dengan
Syaitan di Neraka Jahannam.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi yang telah memiliki PENGETAHUAN tentang
ALLAH SWT, tentu apa yang telah ALLAH SWT kemukakan tentang QADHA KHAIR dan
QADHA SYAR dapat kita jadikan pembelajaran sewaktu bertugas di muka bumi. Hal
yang harus kita perhatikan adalah pilihan jalan yang kita pilih hanya satu,
sebab ALLAH SWT tidak menerapkan STANDARD GANDA. Jalan KHAIR akan membawa diri
kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sedangkan jalan SYAR akan
membawa diri kita kepada ketidakbahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal yang
tidak mungkin terjadi adalah jalan SYAR akan dapat menghantarkan diri kita
memperoleh kebahagian hidup di dunia dan dapat menghantarkan diri kita ke
KAMPUNG KEBAHAGIAN.
2. APAKAH itu QADAR dan TAQDIR
Untuk dapat menerangkan dan menjabarkan tentang Qadar dan Taqdir secara
utuh, maka kita tidak dapat memisahkan dengan keberadaan ketentuan Qadha.
Apabila ketentuan Qadha tidak disertakan di dalam menerangkan tentang Qadar dan
Taqdir maka akan terjadi ketidaksempurnaan di dalam memberikan pemahaman. Untuk
itu kita harus dapat meletakkan ketentuan ini dalam satu kesatuan.
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
(surat Al Qamar (54)
ayat 49)
Seperti telah kita ketahui bersama, setiap zat atau suatu benda yang ada
di alam semesta ini, jika dipecah menjadi ukuran yang paling terkecil maka zat
atau benda tersebut akan terdiri dari atom atau ion tertentu. Dimana setiap
atom mempunyai karakteristik-karakteristik yang berbeda-beda antar satu jenis
atom dengan jenis atom lainnya sehingga masing-masing atom bersifat unique atau
mempunyai ciri khas yang tetat dan tertentu.
Selanjutnya berdasarkan ilmu kimia, di alam semesta ini banyak terdapat
jenis-jenis atom, seperti Hidrogen, Oksigen, Fe, Zn, Cu, So, Mgn, dan lain
sebagainya. Untuk membuktikannya, ambillah AIR, AIR jika di urai atau dipecah
sampai dengan partikel terkecilnya akan terdiri dari atom Hidrogen dan atom
Oksigen. Selanjutnya apakah setiap ada atom Hidrogen dan ada atom Oksigen maka
akan disebut dengan AIR? Adanya atom Hidrogen yang bersenyawa dengan atom
Oksigen belum dapat dikatakan sebagai AIR jika di antara ke duanya belum
terdapat kesesuaian takaran atau ukuran tertentu. Setiap AIR berdasarkan pemeriksaan kimiawi harus terdiri
dari unsur Hidrogen dan unsur Oksigen dengan ukuran, atau takaran, atau
perbandingan 2(dua) berbanding 1(satu) antara Hidrogen dengan Oksigen sehingga
AIR akan disimbolkan dengan H2O.Berdasarkan keterangan tentang AIR, akan
berlaku ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai berikut :
1.
Hidrogen dan
Oksigen bagi AIR merupakan ketentuan QADHA.
2.
2(dua)
berbanding 1(satu) antara Hidrogen dengan Oksigen merupakan ketentuan QADAR
bagi AIR.
3. AIR merupakan
TAQDIR dari senyawa dari Hidrogen dengan Oksigen dengan tingkat perbandingan
2(dua) berbanding 1(satu) antara Hidrogen dan Oksigen.
Berdasarkan uraian tentang AIR yang kami kemukakan di atas, QADAR dapat
dikatakan sebagai Ukuran-Ukuran atau Takaran-Takaran atau Batasan-Batasan dari
suatu KETETAPAN ALLAH SWT yang berlaku di alam yang apabila di kombinasikan
atau disenyawakan atau dibaurkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
maka akan menghasilkan suatu TAQDIR tertentu. Selain dari pada itu QADAR jika
dihubungkan dengan ketentuan kekhalifahan di muka bumi, QADAR dapat di artikan
sebagai seberapa jauh atau seberapa mampu atau seberapa banyak perbuatan yang
dilaksanakan di dalam memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT dan/atau
sejauh mana ketentuan QADHA KHAIR dan QADHA SYAR dilaksanakan oleh manusia.
Hasil dari perbuatan itu merupakan TAQDIR dari seseorang di dalam melaksanakan
ketetapan ALLAH SWT. Berdasarkan keterangan ini TAQDIR dapat dikatakan
merupakan hasil akhir atau buah atau seberapa jauh diri kita memenuhi
ukuran-ukuran tertentu dari ketetapan QADHA yang ada di alam semesta. Dan masih
banyak lagi TAQDIR-TAQDIR yang terjadi
dengan adanya komposisi-komposisi tertentu lainnya yang berasal dari kombinasi
partikel-partikel terkecil yang ada di jagad raya ini.
Selanjutnya apakah hanya seperti yang kami kemukakan di atas saja
ketentuan QADAR dan TAQDIR itu? Sepanjang ketentuan QADAR dan TAQDIR itu
merupakan bagian dari KEHENDAK dan KEMAMPUAN ALLAH SWT maka ketentuan QADAR dan
TAQDIR harus dapat mencerminkan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT. Adanya
kondisi seperti itu yang melekat pada QADAR dan TAQDIR maka QADAR dan TAQDIR
selain berlaku untuk ciptaan yang ada di alam semesta, ketentuan QADAR dan
TAQDIR juga berlaku kepentingan kekhalifahan di muka bumi dan/atau manusia
tidak bisa terlepas dari ketentuan QADAR dan TAQDIR. Berikut ini akan kami
kemukakan arti dari ketentuan TAQDIR yang berlaku untuk kekhalifahan di muka
bumi, yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam Al-Qur'an, yaitu:
1) Batas Kemampuan/Akhir dari
Usaha
Jika kita mengacu kepada surat Ibrahim (14) ayat 18
di bawah ini, TAQDIR dapat dikatakan sebagai batas atas dari suatu kemampuan
dan/atau akhir dari sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia. ALLAH SWT
memberikan contoh tentang amalan-amalan atau perbuatan-perbuatan yang dilakukan
oleh orang kafir yang di umpamakan oleh ALLAH SWT seperti abu yang di tiup
angin dengan keras. Sekarang adakah artinya abu yang di tiup oleh angin yang
sangat kencang, tidak ada manfaat yang di dapat dari abu kecuali mencelakakan orang lain.
orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah
seperti Abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin
kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah
mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
(surat Ibrahim (14)
ayat 18)
Jika amalan dan perbuatan yang kita lakukan tidak
dijadikan seperti abu yang di tiup angin yang kencang, maka jangan pernah
berbuat sesuatu hal yang dapat menjadikan diri kita sebagai orang KAFIR.
2) Batas Kemampuan yang telah ada
TAQDIR juga dapat di artikan sebagai kemampuan yang
telah ada pada sesuatu atau pada diri seseorang yang berasal dari perbuatan
yang telah dilakukannya. ALLAH SWT memberikan contoh orang bisu, dimana orang
bisu tidak dapat berbuat sesuatu terkecuali ia diperintah oleh orang lain
sehingga ia menjadi beban bagi orang lain dikarenakan ia tidak dapat
mendatangkan manfaat.
dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang
bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas penanggungnya,
ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia tidak dapat mendatangkan
suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat
keadilan, dan Dia berada pula di atas jalan yang lurus?
(surat An Nahl (16)
ayat 76)
Adanya kondisi seseorang yang tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang
lain berarti orang tersebut telah menjadikan dirinya sendiri tidak berguna bagi
orang lain. Inilah salah satu bentuk dari TAQDIR yang dikemukakan ALLAH SWT
melalui firmannya yang terdapat dalam surat An Nahl (16) ayat 76.
3) Batas
Hak untuk menguasai
TAQDIR dapat juga berarti batas dari hak untuk
menguasai sesuatu dan/atau batas untuk mendapatkan atau memperoleh hasil dari
usaha-usaha yang telah dilakukan oleh manusia sewaktu menjalankan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi.
Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki
yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki
yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara
sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji hanya
bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui[833].
(surat An Nahl (16)
ayat 75)
[833] Maksud dari
perumpamaan ini ialah untuk membantah orang-orang musyrikin yang menyamakan
Tuhan yang memberi rezki dengan berhala-berhala yang tidak berdaya.
ALLAH SWT mencontohkan seorang hamba sahaya yang tidak melakukan apapun
dari rezeki yang telah diberikan oleh ALLAH SWT (maksudnya tidak mau menunaikan
Zakat, Infaq, Shadaqah Jariah) maka ia akan berbeda dengan orang yang
menafkahkan hartanya di jalan ALLAH SWT.
4) Kemampuan yang dibatasi
TAQDIR juga berarti kemampuan maksimal yang dibatasi
oleh sampai sejauh mana sesuatu pekerjaan atau sesuatu usaha yang telah
dikerjakan oleh manusia dan/atau batas kemampuan dari sesuatu hal setelah
sesuatu telah dikerjakan atau setelah selesai dikerjakan.
(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka
dengan sebaik-baiknya.
(surat Al Insaan
(76) ayat 16)
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
(surat Fushshilat
(41) atar 12)
ALLAH SWT mencontohkan tentang bintang-bintang
dipelihara oleh ALLAH SWT sehingga bintang-bintang itu akan cemerlang
cahayanya. Setelah mengetahui bahwa ALLAH SWT sudah menentukan adanya ketentuan
QADHA, QADAR dan TAQDIR maka ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR akan mengikat
dan berlaku untuk manusia sepanjang manusia itu diciptakan oleh ALLAH SWT dan
hidup di muka bumi. Dengan kata lain manusia tidak akan bisa menghindar dari
adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang ditetapkan oleh ALLAH SWT.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi dengan adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR
yang ada di alam akan dapat memberikan keuntungan dan juga kerugian kepada diri
kita jika diri kita tidak dapat mengolahnya dengan baik dan benar. Demikian
pula dengan ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang ditetapkan oleh ALLAH SWT
kepada manusia, akan dapat memberikan keuntungan bagi manusia jika ia
melakukannya dan akan mendatangkan kerugian bagi jika manusia
melanggarnya.
Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga
itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah,
Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina".
iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[529]
sampai waktu mereka dibangkitkan".
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk
mereka yang diberi tangguh."
iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum
saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan
Engkau yang lurus,
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga
itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di antara
mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu
semuanya".
(surat
Al A'raaf (7) ayat 13-14-15- 16-17-18)
[529]
Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat
sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.
Setelah adanya ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR
yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT, baik untuk alam dan juga untuk
mensukseskan rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi, timbul
pertanyaan apakah diri kita bisa lepas dari ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR
yang telah ditetapkan ALLAH SWT?
Sepanjang manusia, termasuk diri kita adalah ciptaan ALLAH SWT, maka ketentuan
QADHA, QADAR dan TAQDIR wajib kita imani keberadaannya dan wajib pula kita
melaksanakannya sehingga diri kita tidak akan mungkin dapat melepaskan diri
dari ketetapan ALLAH SWT tersebut. Selanjutnya atas dasar apakah ALLAH SWT menetapkan ketentuan QADHA, QADAR
dan TAQDIR itu sehingga manusia tidak dapat melepaskan diri? ALLAH SWT
melakukan hal ini dikarenakan ALLAH SWT sangat konsisten dengan kesepakatan
yang telah disetujui-Nya dengan IBLIS, yaitu ALLAH SWT memberikan kesempatan
kepada IBLIS sampai dengan hari kiamat
untuk mengganggu dan menggoda anak dan keturunan dari NABI ADAM as, untuk di
bawa pulang ke NERAKA JAHANNAM.
Adanya kesepakatan ALLAH SWT dengan IBLIS, juga
sangat berhubungan erat dengan kehendak ALLAH SWT yang telah mempersiapkan
tempat kembali berupa SYURGA dan NERAKA bagi KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi.
Sekarang dapatkah ALLAH SWT konsisten
melaksanakan kesepakatan dengan IBLIS dan/atau dapat mengisi SYURGA dan NERAKA
secara ADIL jika ALLAH SWT tidak memiliki kentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR
sebagai sebuah acuan yang baku bagi manusia yang dijadikan obyek bagi
kepentingan IBLIS maupun sebagai calon pengisi SYURGA dan NERAKA? Ketentuan
QADHA, QADAR dan TAQDIR merupakan jalan yang terbaik yang dibuat oleh ALLAH SWT
untuk menjembatani kesepakatan dengan IBLIS secara ADIL dan juga untuk mengisi
SYURGA dan NERAK secara ADIL. Hal ini ditunjukkan oleh ALLAH SWT dengan mengatakan "
Sesungguhnya Barangsiapa di antara
mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu
semuanya".
Adanya penegasan ALLAH SWT yang terdapat dalam surat
Al A'raaf (7) ayat 18 di atas, maka akan ada 2(dua) kelompok manusia yaitu yang
mengikuti IBLIS dan yang tidak mengikuti IBLIS atau yang mengikuti ALLAH SWT.
Jika kondisi ini terjadi maka ketentuan tentang QADHA, QADAR dan TAQDIR yang
ALLAH SWT tetapkan menjadi berlaku, sebab tidak akan mungkin seseorang
ditentukan telah menjadi pengikut IBLIS sehingga berhak pulang ke NERAKA jika
tidak ada sebuah patokan dasar yang menyatakan seseorang telah melanggar ketentuan
sehingga seseorang di tentukan tempat kembalinya ke NERAKA, demiklian pula
untuk orang yang mengikuti ALLAH SWT. Jika hal ini yang mendasari kenapa
manusia tidak dapat menghindar dari ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR, sekarang
masih maukah kita mempergunakan STANDARD dan KETENTUAN lainnya yang bukan
berasal dari ALLAH SWT padahal kita ingin sukses di dunia dan di akhirat kelak?
Selama diri kita masih diciptakan oleh ALLAH SWT dan hidup pun masih di muka
bumi yang juga diciptakan oleh ALLAH SWT, maka tidak ada jalan lainnya kecuali
menerima ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai bagian dari pelaksanaan
RUKUN IMAN yang enam yang tidak terpisahkan dengan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.
3. HUBUNGAN QADHA, QADAR, dan TAQDIR dengan NASIB yang menimpa
SESEORANG
Setiap manusia
yang ada di muka bumi tanpa terkecuali, termasuk juga diri kita, telah
di anugerahkan JASMANI, RUHANI, AMANAH
7, HUBBUL, HATI RUHANI, AKAL, PERASAAN, MALAIKAT dan SYAITAN oleh ALLAH SWT.
Adanya kondisi seperti ini, maksudnya adanya JASMANI, RUHANI, AMANAH 7, HUBBUL,
HATI RUHANI, AKAL, PERASAAN, MALAIKAT dan SYAITAN di dalam diri setiap manusia,
maka akan melahirkan dan/atau akan timbul perbedaan-perbedaan di antara sesama
umat manusia yaitu dapat berupa
perbedaan bakat dan kemampuan seseorang, yang pada akhirnya akan
melahirkan perbedaan kesenangan, perbedaan profesi dan perbedaan pekerjaan di
antara sesama umat manusia muka bumi ini. Selanjutnya dengan hal itulah manusia
akan bekerja dan berkarya melalui profesi dan pekerjaannya masing-masing.
Setelah manusia mengaktualisasikan dirinya melalui profesi dan pekerjaannya
masing-masing, timbul pertanyaan apakah ada JAMINAN bahwa manusia, termasuk diri kita akan SUKSES
menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi
sehingga ia akan hidup bahagia di dunia dan di akhirat kelak? Untuk
dapat menjawab pertanyaan ini, perkenankan kami untuk mengemukakan terlebih
dahulu hal-hal sebagai berikut:
1. Sebelum diri kita ada di muka bumi, ALLAH SWT selaku
pencipta kekhalifahan telah memberikan persetujuan kepada SYAITAN untuk untuk
mengganggu dan menggoda manusia melalui berbagai macam cara baik melalui harta
maupun anak dan keturunan dan/atau
manusia tanpa terkecuali telah terikat dengan warisan berupa permusuhan
abadi dengan SYAITAN sampai dengan hari kiamat. Selain daripada itu di dalam
setiap diri manusia sudah ada catatan
tentang kondisi awal dari JASMANI yang berisi catatan tentang AMAL, REZEKI,
AJAL, BAIK dan BURUK dan/atau catatan tentang kondisi awal dari JASMANI sebelum RUH di tiupkan oleh ALLAH SWT.
2. ALLAH SWT selaku pencipta kekhalifahan di muka bumi
telah mempersiapkan 2(dua) buah tempat kembali, yaitu SYURGA dan NERAKA.
Adanya 2(dua) buah kondisi yang kami kemukakan di
atas ini, akan menghasilkan 2(dua) buah kondisi pula bagi kekhalifahan yang terjadi di muka bumi. Hal ini
dimungkinkan karena SYAITAN yang telah memiliki ijin dari ALLAH SWT pasti akan melaksanakan aksinya
sampai hari kiamat dan ALLAH SWTpun berkehendak melaksanakan rencana-Nya untuk
melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Selanjutnya seperti apakah kondisi
kekhalifahan yang ada di muka bumi? Inilah kondisinya, yaitu:
1. Akan ada Kelompok yang menjadi pengikut SYAITAN dan
kelompok yang menjadi pengikut ALLAH SWT (lihat surat Al A'raaf (7) ayat 18)
dan/atau Kelompok KHALIFAH yang sekaligus MAKHLUK PILIHAN dan kelompok KHALIFAH
yang NON MAKHLUK PILIHAN.
2. Akan ada kelompok calon penghuni SYURGA dan kelompok
calon penghuni NERAKA.Hal yang harus kita ketahui dengan seksama adalah ALLAH
SWT tidak mengenal adanya ISTILAH ABU-ABU sebab ALLAH SWT tidak mengenal
STANDARD GANDA.
Adanya kondisi dasar pengelompokkan manusia di muka
bumi yang seperti ini, maka tidak akan ada jaminan yang mutlak bahwa
manusia dengan segala profesi dan
pekerjaan yang dilaksanakannya akan sukses memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Hal ini pasti terjadi sebab SYAITAN
yang telah berjanji kepada ALLAH SWT pasti akan melaksanakan janjinya dan ALLAH
SWTpun berkehendak untuk mengisi SYURGA dan NERAKA dengan cara yang ADIL.
Berdasarkan kondisi ini pula dapat dipastikan akan ada manusia yang terperdaya
menjadi PENGIKUT SYAITAN dan ada manusia yang menjadi pengikut ALLAH SWT
walaupun telah memiliki profesi dan pekerjaan tertentu. Hal yang sama juga
berlaku untuk calon penghuni SYURGA dan calon penghuni NERAKA. Adanya kondisi
yang kami kemukakan di atas ini, kesuksesan hidup di muka bumi tidak memiliki
hubungan langsung dengan PROFESI dan PEKERJAAN yang dilakukan oleh MANUSIA.
Akan tetapi kesukesan hidup atau
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat tergantung sejauh mana kita
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT selaku
pencipta dan pemilik dari alam semesta ini. Walaupun diri kita telah memiliki
PROFESI dan PEKERJAAN yang tinggi, akan tetapi jika jalan yang ditempuhnya
bukanlah jalan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, dalam hal ini JALAN SYAR, maka
hasil akhirnya tidak akan menjadikan diri kita SUKSES sesuai dengan kehendak
ALLAH SWT. Semakin jauh diri kita mengikuti JALAN SYAR maka akan semakin jauh
pula kesuksesan dan/atau jika kita sukses hanya sebatas sukses dalam ukuran
dunia semata sedangkan kesuksesan akhirat tidak akan pernah di dapatkan.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, yang telah TAHU DIRI,
tentu kita berharap tidak hanya SUKSES di dunia saja akan tetapi SUKSES pula di
akhirat kelak dan/atau kita tidak ingin menjadi PENGIKUT SYAITAN dan juga tidak
ingin pulang ke NERAKA JAHANNAM. Agar diri kita sesuai dengan keinginan yang
kita harapkan, dan/atau diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, tentu kita tidak bisa hanya berpangku tangan
saja, akan tetapi kita harus berusaha untuk menjadikan diri kita sesuai dengan
kehendak ALLAH SWT. Dalam rangka memberikan kepastian HUKUM kepada umat manusia
agar selalu sesuai dengan kehendak ALLAH SWT dan/atau meniadakan STANDARD GANDA
maka ALLAH SWT menciptakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang berasal dari
FITRAHNYA sebagai acuan dasar bagi manusia
untuk memenuhi syarat dan ketentuan agar selalu di dalam
kehendaknya dan juga bagi ALLAH SWT untuk menilai tingkat kesuksesan seseorang
maupun tingkat kegagalan seseorang di dalam memenuhi apa-apa yang dikehendaki
ALLAH SWT. Untuk maksud tersebut mari kita lanjutkan pembahasan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar