Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 30 Oktober 2016

KEBERPIHAKAN ALLAH SWT KEPADA ORANG MUKMIN



Di dalam bab ini kami ingin mengajak semua orang yang telah membaca dan mempelajari buku ini, untuk merenung selama hayat masih dikandung badan tentang begitu banyaknya keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini, termasuk di dalamnya keberpihakan kepada diri kita serta keberpihakan kepada anak keturunan kita. Hal ini penting kami kemukakan karena masih banyak orang yang tidak tahu tentang hal ini, atau masih banyak juga orang yang sudah tahu tentang hal ini tetapi mereka tidak pernah sampai dengan Haqqul Yakin tentang hal ini. Apa maksudnya dan apa dasarnya? Seperti telah kita ketahui bersama bahwa setiap manusia yang ada di muka bumi ini, dapat dipastikan ia adalah KHALIFAH di muka bumi, atau ia adalah perpanjangan tangan ALLAH SWT di muka bumi, atau ia adalah Wakil ALLAH SWT di muka bumi.

Sekarang jika kita berbicara tentang Kekhalifahan di muka bumi, maka akan ada dua pihak yang terlibat, yaitu ALLAH SWT selaku pengutus atau pencipta KHALIFAH serta manusia yang dijadikan KHALIFAH di muka bumi. ALLAH SWT selaku pengutus manusia tentu tidak begitu saja menjadikan manusia yang akan dijadikannya KHALIFAH, karena hal ini menyangkut pula dengan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT itu sendiri.

Untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama tentang Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT yang terdapat pada perpanjangan tangan-Nya yang ada di muka bumi ini. Untuk itu perhatikanlah keadaan diri kita sendiri, yang terdiri dari Ruhani dan Jasmani. Dimana Ruhani asalnya dari Nur ALLAH SWT dan sedangkan Jasmani asalnya dari saripati tanah serta di dalam Jasmani terdapat organ-organ tubuh yang begitu hebat lagi dasyat. Akan tetapi ALLAH SWT selaku pengutus diri kita ke muka bumi, ALLAH SWT tidak hanya memberikan  Jasmani dan Ruhani semata, kita juga juga diberikan Amanah 7 yang berasal dari sifat Ma’ani ALLAH SWT dan kita juga diberikan Sibghah dari Asmaul Husna serta Hati Ruhani tempat diletakkannya Af’idah dan Akal dan juga diberikan Hubbul sebagai motor penggerak bagi diri kita untuk berbuat dan bertindak saat menjadi KHALIFAH di muka bumi serta ALLAH SWT juga menciptakan Diinul Islam yang berasal dari fitrah-Nya sendiri untuk kepentingan diri kita saat hidup di muka bumi. Apakah sudah cukup?

Ternyata belum, ALLAH SWT juga masih memberikan kepada kita suatu bentuk dukungan yang begitu besar dalam rangka mensukseskan diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi, yaitu dalam bentuk keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap KHALIFAH-Nya yang memenuhi Syarat dan Ketentuan sebagai orang mukmin. Adanya keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin menunjukkan bahwa  ALLAH SWT berkehendak kepada diri kita agar diri kita mampu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus menjadi Makhluk yang Terhormat, sehingga mampu pulang ke Tempat yang Terhormat dengan cara yang Terhormat untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati.

Untuk mempertegas keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin, berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin, yaitu:


1.      Keberpihakan ALLAH SWT kepada orang Mukmin Berdasarkan Al-Qur’an.


Berikut ini akan kami kemukakan 8 (delapan) bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini tanpa terkecuali, yang kesemuanya sudah dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an, yaitu:


a.   Dilindungi dari penipuan dan pengkhianatan


Berdasarkan surat Al Anfaal (8) ayat 61-62 di bawah ini, ALLAH SWT akan selalu memberikan perlindungan kepada setiap orang mukmin dari segala bentuk penipuan, dari segala bentuk pengkhianatan serta orang mukmin akan selalu dibimbing oleh ALLAH SWT untuk selalu condong di dalam perdamaian.


dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin,
(surat Al Anfaal (8) ayat 61-62)


b.  ALLAH SWT menjadi wali atau pelindung

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 68 di bawah ini, ALLAH SWT akan menjadi wali atau pelindung bagi setiap orang yang mukmin, atau ALLAH SWT akan menjadi pelindung dan penjaga bagi setiap orang beriman dan beramal shaleh, tanpa terkecuali. 


Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.
(surat Ali Imran (3) ayat 68)


c.   Hatinya diteguhkan dengan Iman dan diberikan ketenangan


Berdasarkan surat Al Fath (43) ayat 4 ayat 26 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT menurunkan ketenangan bathin kepada setiap orang mukmin serta hatinya diteguhkan, atau ditambahkan keimanan yang ada di dalam diri.

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
(surat Al Fath (48) ayat 4)

[1394] Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan sebagainya,

ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Fath (48) ayat 26)

[1404] Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.


Sedangkan bagi orang kafir, atau bagi orang yang tiak mau beriman, akan ditanamkan dalam hati mereka yaitu sifat kesombongan jahiliyah, sehingga hidup yang dijalaninya tidak pernah merasakan adanya kedamaian.


d.  Diselamatkan dari anak durhaka


Berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 80-81 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan menyelamatkan diri kita dari anak durhaka, atau anak yang tidak mau berbakti kepada diri kita selaku orang tua, sepanjang diri kita masuk dalam kategori orang mukmin.

dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
(surat Al Kahfi (18) ayat 80-81)


Adanya kondisi di atas ini, menunjukkan kepada diri kita jika kita mampu menjadi orang mukmin maka modal awal untuk mencipatakan keluarga sakinah sudah kita miliki.


e.   Dikurniai, disucikan dan diajar oleh ALLAH SWT


Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 164 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan karunianya kepada diri kita, sepanjang diri kita beriman dan beramal shaleh, yang dilanjutkan ALLAH SWT juga akan membersihkan jiwa kita serta mengajarkan diri kita Al kitab dan  Al hikmah.

sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat Ali Imran (3) ayat 164)

f.   Ditinggikan derajatnya


Berdasarkan surat Al Anfaal (8) ayat 4 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan beramal shaleh serta memberikan rezeki dan nikmat yang mulia.


Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
(surat Al Anfaal (8) ayat 4)



g.  Dibantu oleh tentara ALLAH SWT


Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 26 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan menolong orang beriman dan beramal shaleh melalui bala tentara-Nya yang tidak dapat kita lihat dengan mata sehingga memudahkan diri kita melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi.

kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
(surat At Taubah (9) ayat 26)


h.  Disayang ALLAH SWT


Berdasarkan surat Al Ahzab (33) ayat 43 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan kasih sayang-Nya kepada setiap orang yang beriman dan beramal shaleh.

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
(surat Al Ahzab (33) ayat 43)


Hamba ALLAH SWT, itulah delapan bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada orang mukmin, termasuk keberpihakan kepada diri kita, sepanjang diri kita masuk kriteria sebagai orang mukmin, yang kesemuanya telah dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam  Al-Qur’an, yang tidak lain adalah Kalam ALLAH SWT itu sendiri. Selanjutnya sudahkah kita merasa haqqul yaqin dengan keberpihakan            ALLAH SWT yang telah kami kemukakan di atas ini? Semua terpulang kepada diri kita masing-masing untuk menyikapi dengan baik hal-hal yang telah dikemukakan oleh  ALLAH SWT.


2.  Keberpihakan ALLAH SWT kepada orang Mukmin Berdasarkan Hadits.


Berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan ALLAH SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini, yang terdapat di dalam hadits, yaitu:

a.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra, dan Abu Hurairah ra, di bawah ini,   ALLAH SWT menunjukkan sikap-Nya kepada orang yang beriman yang mau mendekat kepada-Nya. Apa maksudnya?


Anas dan Abuhurairah ra, keduanya berkata: Nabi SAW bersaba: Allah ta’ala berfirman: Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta. Aku mendekat padanya sedepa, dan jika ia dating kepada-Ku berjalan. Aku akan datang kepadanya berlari
(HQR Bukhari, Athabarani meriwayatkan dari Salman ra, 272:12)

Jika diri kita mendekat kepada ALLAH SWT sejengkal, maka ALLAH SWT mendekati diri kita sehasta dan jika kita  mendekat kepada ALLAH SWT sehasta, maka ALLAH SWT mendekat  kepada kita sedepa, dan jika diri kita datang kepada ALLAH SWT  berjalan, maka ALLAH SWT mendekat kepada diri kita secara berlari.


b.      Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, di bawah ini, salah satu bentuk keberpihakan ALLAH SWT kepada manusia adalah dengan memberikan penilaian lebih tinggi kepada kebaikan yang kita perbuat dibandingkan dengan keburukan, atau kejahatan yang kita buat.


Abuhurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku merencanakan melakukan suatu amal kebajikan, kemudian tidak jadi dilakukannya, maka tetap Aku mencatat baginya suatu kebajikan, tetapi bila ia melaksanakannya, maka tetap Aku mencatat amalnya itu sepuluh kebajikan sampai berganda tujuh ratus. Dan apabila ia merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan lalu tidak jadi dilaksanakannya, maka tidaklah Aku catat baginya, tetapi ia tetap melaksanakannya Aku catat baginya sebagai kejahatan.
(HQR Bukhari dan Muslim, Attirmidzi dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah ra, 272:21)


Hal ini terlihat dari catatan amal yang diperbuat oleh diri kita, jika kita berbuat kebaikan, maka              ALLAH SWT memberikan pahala sepuluh kebajikan sampai dengan tujuh ratus kebajikan. Sedangkan apabila diri kita berbuat kejahatan hanya dicatat satu kejahatan. Tidak cukup dengan itu semua, ALLAH SWT juga memberikan penilaian kebajikan walaupun kebaikan masih dalam niat untuk dilaksanakan, sedangkan niat kejahatan baru dinilai jika kejahatan itu telah dilakukan.


c.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan selalu menyertai diri kita sepanjang diri kita mempersangkakan ALLAH SWT bersama diri kita dan ALLAH SWT akan selalu menyertai diri kita jika diri kita selalu berdoa kepada ALLAH SWT.


Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Hai hamba-Ku, Aku berada menurut pikiranmu tentang diri-Ku dan Aku menyertaimu bila engkau berdoa kepada-Ku.
(HQR Al Hakiem, 272:118)


d.      Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dardaa ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan pengampunan kepada diri kita walaupun dosa yang kita perbuat tidak dapat ditampung oleh seluruh wadah yang ada di muka bumi, sepanjang diri kita tidak menyekutukan ALLAH SWT.


Abu Dardaa ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Andaikan hamba-Ku menghadap Aku dengan dosa-dosa sepenuh wadah-wadah yang ada di bumi, namun ia tidak bersyirik menyekutukan sesuatu kepada-Ku, akan kuhadapinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu.
(HQR Aththabarani, 272:127)


e.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, di bawah ini, ALLAH SWT menyatakan perang kepada siapapun juga yang telah menghina Wali ALLAH SWT, atau yang menghina Kekasih ALLAH SWT.

Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Siapa yang menghina wali-Ku (kekasih-Ku) berarti menyatakan perang kepada-Ku. Dan Aku tidak ragu dalam segala perbuatan-Ku seperti raga-Ku untuk mencabut ruh hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak suka mati dan AKu tidak suka menganggunya, tetapi tidak boleh tidak ia harus mati.
(HQR Bukhari, 272:138)


f.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan selalu mengingat diri kita sepanjang diri kita mau mengingat ALLAH SWT.


Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, apabila engkau ingat kepada-Ku di dalam keadaan menyendiri akan Ku-ingat kepadamu demikian pula dan bila engkau ingat kepada-Ku di dalam himpunan orang banyak Aku akan ingat kepadamu  di dalam suatu himpunan yang lebih baik dari himpunan itu.
(HQR Asysyairazi, 272:175)


g.       Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said ra, di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan pengampunan kepada anak dan keturunan Nabi Adam as, sepanjang mereka meminta ampun kepada ALLAH SWT.


Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis kepada Tuhannya: Demi keagungan dan kebesaran-Mu, akan aku sesatkan selalu anak-anak Adam selama ruh dikandung badan mereka. Lalu Allah berfirman kepadanya: Demi keagungan dan kebesaran-Ku akan Aku ampuni mereka selama mereka beristighfar minta ampun pada-Ku.
(HQR Abu Nua’im, 272:261)
  

Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas baik yang ada di dalam Al-Qur’an dan juga Hadits, menunjukkan kepada diri kita semua bahwa setiap manusia yang masuk kriteria orang mukmin sudah diberikan modal dasar yang begitu hebat oleh ALLAH SWT dalam rangka memudahkan dan melancarkan serta mensukseskan diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus Makhluk yang Terhornat.

Sekarang apa yang terjadi setelah diri kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi,  atau apa yang terjadi setelah di dalam diri kita terjadi pertarungan antara Jasmani dengan Ruhani, apakah sesuai dengan keberpihakan ALLAH SWT ataukah sesuai dengan kehendak Syaitan? Berikut ini akan kami kemukakan kondisi dan keadaan yang sering terjadi pada saat ini, yaitu :

a.      Kita malah memperturutkan Ahwa yang didukung oleh Syaitan sehingga jiwa kita menjadi jiwa Fujur, padahal aslinya jiwa kita adalah Jiwa Taqwa.

b.      Kita malah menjadi Pecundang, sedangkan Syaitan malah menjadi Pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.

c.       Kita malah mau di ajak oleh Syaitan untuk pulang kampung ke Neraka Jahannam, padahal kampung asli diri kita adalah Syurga.

d.      Kita malah menjadikan diri sendiri sebagai orang yang merugi karena selalu mengkotori jiwa kita sendiri (menjadikan jiwa kita masuk dalam kategori Jiwa Fujur), padahal aslinya jiwa kita adalah jiwa yang bersih (masuk dalam kelompok Jiwa Taqwa).

e.       Kita malah bertuhankan kepada selain ALLAH SWT dan tidak mau mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT, padahal kita telah melaksanakan Syahadat dengan mengatakan bahwa “Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW itu utusan ALLAH SWT”.

f.        Kita malah menjadikan diri sendiri terhormat dihadapan Syaitan sang Laknatullah, ketimbang menjadi makhluk yang terhormat dihadapan Yang Maha Terhormat.

g.      Kita malah lebih suka membeli tiket masuk ke Neraka Jahannam ketimbang membeli tiket masuk ke Syurga. Hal ini dikarenakan baik masuk Syurga ataupun masuk Neraka bukanlah sesuatu yang bersifat Gratis atau Cuma-Cuma.

h.      Kita hanya mampu menjadikan diri kita sendiri hanya sebagai penonton, hanya sebagai pengagum, hanya sebagai komentator atas Kebesaran dan Kemahaan  ALLAH SWT. Padahal Kebesaran dan Kemahaan dari ALLAH SWT bukan untuk ditonton, bukan untuk dikagumi, apalagi untuk dikomentari, tetapi untuk kita rasakan secara langsung melalui kenikmatan bertuhankan ALLAH SWT.

i.        Kita lebih suka membuat jarak dengan ALLAH SWT karena kita salah persepsi, karena kita salah meyakini keberadaan ALLAH SWT, padahal ALLAH SWT sendiri sudah tidak berjarak lagi dengan diri kita.

j.        Kita hanya mampu melaksanakan perintah ALLAH SWT sebatas ritual dan rutinitas belaka, namun kita tidak mampu memperoleh apa yang terdapat dibalik makna hakiki dari setiap perintah yang telah diperintahkan ALLAH SWT.

k.      Kita lebih suka mendapatkan pahala, atau sibuk mengejar pahala dibandingkan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT. Sehingga yang ada pada diri kita sibuk dengan tata cara melakukan ibadah, namun lupa akan hakekat dari apa yang dikehendaki ALLAH SWT.


Hamba ALLAH SWT, jika Syaitan pulang kampung ke api, karena kampung halamannya memang disana, sehingga hal ini tidak menjadi persoalan bagi Syaitan untuk pulang kampung ke Neraka Jahannam, karena api akan kembali ke api. Akan tetapi justru kita yang kampung aslinya adalah Syurga justru mau dihasut, mau diajak untuk pulang kampung oleh Syaitan ke Neraka Jahannam dengan menukar Syurga dengan Neraka.

Jadi siapakah yang bodoh, jadi siapakah yang tidak tahu diri, jadi siapakah yang lebih hebat, manusiakah ataukah Syaitankah, yang pintar membodohi diri kita, yang pintar mengakali diri kita, sehingga kita mau dengan sukarela menjual tiket masuk ke Syurga untuk membeli tiket masuk ke Neraka Jahannam saat hidup di dunia ini? Untuk itu jangan pernah sekalipun untuk menyalahkan, apalagi menyudutkan ALLAH SWT yang telah begitu memihak kepada diri kita. Namun karena kebodohan, karena ketidakpercayaan, karena ketidakyakinan diri kita sendiri kepada ALLAH SWT, maka Syaitan sang laknatullah mampu menggoda, mampu merayu diri kita sehingga kita menjadi tetangga Syaitan di Neraka Jahannam.


Untuk itu pelajarilah kembali sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah hancur diluluhlantakkan oleh ALLAH SWT seperti berapa banyaknya umat dari Nabi Nuh as, yang telah dihancurkan oleh ALLAH SWT melalui banjir bandang, berapa banyaknya umat Nabi Luth as, yang dihancurkan olehALLAH SWT karena melaksanakan praktek lesbian dan homoseksual, lalu berapa banyaknya umat Nabi Musa as, yang ditenggelamkan ke Laut Merah oleh ALLAH SWT dan masih banyak lagi umat-umat yang terdahulu yang juga telah dihancur luluhlantak oleh  ALLAH SWT. Lalu apakah contoh umat-umat terdahulu yang dihukum, yang di azab oleh ALLAH SWT,  yang juga sudah dikemukakan  pula oleh  ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an, hanya sekedar cerita masa lalu sehingga tidak cukup mampu menyadarkan diri kita untuk beriman kepada ALLAH SWT, atau mau melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah, atau apakah kita ingin merasakan hukuman, azab atau bencana seperti yang dirasakan oleh umat-umat terdahulu yang telah dihancurkan oleh ALLAH SWT?


Patut dan pantaskah jika ALLAH SWT menghukum kita ke Neraka Jahannam, yang panas apinya 70 (tujuh puluh) kali panasnya api dunia. Padahal ALLAH SWT sudah begitu berpihak kepada diri kita, tetapi justru kita kalah melawan Ahwa dan Syaitan sehingga Syaitan menjadi Pemenang dan diri kita menjadi Pecundang,sehingga diri kita menjadi makhluk yang terkutuk seperti Syaitan yang telah dikutuk              ALLAH SWT?


Rasulullah bersabda: "Api kalian di dunia yang dinyalakan oleh anak keturunan Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari neraka Jahannam". Para sahabat berkata:"Jika api itu mencukupi ya Rasulullah, maka api itu terpisah dengan selisih enam puluh Sembilan bagian yang kesemuanya itu adalah perumpamaan panasnya".
(HR Bukhari, Muslim)

Jika ini yang terjadi pada diri manusia, memang sudah sepatutnya dan sepantasnyalah  ALLAH SWT memberikan hukuman berupa Neraka Jahannam kepada manusia-manusia yang sudah didukung penuh oleh ALLAH SWT namun tetap juga kalah melawan Ahwa dan Syaitan, atau tetap tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT.

Selanjutnya masih ada hal lain yang sangat-sangat penting tentang ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur’an, untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama surat Ali Imran (3) ayat 18 di bawah ini.

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Ali Imran (3) ayat 18)

[188] Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18, ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini memberikan kesaksian atas dirinya sendiri. Bayangkan ALLAH SWT memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri di dalam Al-Qur’an. Selanjutnya selaku pemberi kesaksian tentu ALLAH SWT paham benar, mengerti benar tentang keadaan dirinya sendirinya, dibandingkan dengan makhluknya yang memberikan kesaksian melalui Syahadat. Untuk itu tolong perhatikan dengan seksama beberapa pertanyaan di bawah ini?

a.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah DZAT yang menamakan dirinya sendiri ALLAH SWT, dimana DZAT itu ada tanpa ada yang menyertainya ada?

b.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah  ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa            ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki Sifat Salbiyah yang enam (maksudnya memiliki sifat Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu Binafsih, sifat Wahdaniyah), yang tidak akan mungkin dimiliki oleh siapapun juga?

c.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah  ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa            ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki sifat Ma’ani yang tujuh (maskudnya sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat) yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dengan sifat Salbiyah?

d.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki AF’AL atau Perbuatan ALLAH SWT yang mencerminkan Nama-Nama ALLAH SWT yang Indah yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau Asmaul Husna?

e.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa               ALLAH SWT akan berada dan bersama seluruh ciptaannya dimanapun berada sehingga seluruh ciptaan tidak mungkin dapat dipisahkan dengan ALLAH SWT?

f.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah pencipta dari seluruh alam semesta ini dan juga kekhalifahan yang ada di muka bumi ini tanpa bantuan siapapun juga?

g.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa             ALLAH SWT adalah pencipta Diinul Islam yang tidak lain adalah satu-satunya konsep ilahiah yang berlaku di muka bumi ini untuk kepentingan kekhalifahan yang ada di muka bumi?

h.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT dengan segala kebutuhan manusia, dengan segala problema manusia, baik saat menghadapi ahwa dan syaitan?

i.        Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT dengan segala azab yang telah ditimpakan kepada manusia-manusia terdahulu akibat tidak mau beriman kepada-Nya?

ALLAH SWT sampai dengan kapanpun juga dapat dipastikan tahu, ALLAH SWT dapat dipastikan mengerti dan ALLAH SWT dapat dipastikan paham betul dengan keberadaan dirinya sendiri, dengan keberadaan ciptaannya sendiri, dengan keberadaan manusia baik awal sampai dengan akhir, tanpa terkecuali termasuk diri kita. 

Untuk apa ALLAH SWT sampai mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri kita melalui Al-Qur’an? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Sebagai orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT?

ALLAH SWT menceritakan kesaksian atas dirinya di dalam Al-Qur’an, agar setiap manusia yang ada di muka bumi dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari ALLAH SWT secara langsung sehingga dengan itu semua mampu menghantarkan diri kita tetap menjadi makhluk yang terhormat, yang mampu pulang kampung ke tempat terhormat, dengan cara terhormat, untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati serta mampu pula mengambil hikmah dan pelajaran dari umat-umat terdahulu sehingga kita tidak menjelma menjadi firaun-firaun generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak menjadikan diri kita menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman Nano Technology.

Sekarang mari kita perhatikan beberapa ketentuan yang telah ALLAH SWT kemukakan di dalam              Al-Qur’an, yaitu :

a.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah mengemukakan bahwa Syaitan adalah musuh bagi diri kita, lalu apakah yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an kita anggap angin lalu saja?

b.      ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan mintalah kepada ALLAH SWT, lalu apakah kemudahan yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT kita buang begitu saja sehingga kita lebih senang meminta bantuan Syaitan?

c.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa jika berlindung kepada selain ALLAH SWT berarti berlindung kepada sarang laba-laba, lalu apakah informasi ini kita anggap tidak ada sehingga perlindungan ALLAH SWT kita tukar dengan sarang laba-laba?

d.      ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa ALLAH SWT itu dekat, lebih dekat dari urat leher diri kita, lalu apakah ALLAH SWT sudah dekat justru kita campakkan sehingga meminta bantuan kepada selain ALLAH SWT?

e.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan untuk berbakti kepada kedua orang tua, lalu sudahkah hal ini kita laksanakan dengan baik?

Sebagai KHALIFAH yang sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, sadarilah bahwa ALLAH SWT begitu sayang dengan kepada diri kita, namun karena ulah diri kita sendiri yang tidak menghiraukan apa-apa yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT maka jangan pernah sekalipun menyalahkan ALLAH SWT jika kita menjadi pecundang sedangkan syaitan menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar