1. LANDASAN UNTUK BERFIKIR
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar
istilah "EMANG UDAH NASIB" atau EMANG UDAH DARI SONONYA BEGINI"
dan masih banyak lagi perkataan yang sejenis yang pada intinya adalah
seolah-olah jika manusia mengalami kejatuhan, kesusahan, keterpurukan, ditimpa
bencana, ditimpa sakit, memang sudah ditaqdirkan dan/atau sudah menjadi suratan NASIB yang harus diterima dan
selanjutnya harus dilakoni. Akan tetapi jika kenikmatan hidup, kesenangan
hidup, banyak harta, yang kita alami maka kebanyakan manusia akan berkata lain
seperti hal ini memang udah seharusnya saya
terima sebab saya telah bekerja
keras sehingga ALLAH SWT telah memuliakan hidup saya.
Adanya pemahaman-pemahaman tentang NASIB dan
TAQDIR yang sering keliru di tengah
masyarakat, terutama mengenai
keterpurukan, kesusahan hidup yang di alami oleh seseorang, timbul kesan
seolah-olah ALLAH SWT adalah sumber dan penyebab dari kejatuhan, keterpurukan,
kesusahan hidup yang di alami oleh seseorang dan/atau timbul kesan ALLAH SWT
pilih kasih di dalam menentukan taqdir atau nasib seseorang. Selanjutnya,
apakah betul taqdir atau nasib yang buruk maupun yang sukses ALLAH SWT yang
tentukan dan/atau NASIB atau TAQDIR adalah suatu yang GIVEN dari ALLAH SWT?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kami akan meng-analogikannya dengan rambu lalu
lintas. Jika Kepolisian sudah menetapkan adanya sebuah rambu lalu lintas di
tepi jalan, maka yang akan menjadikan rambu lalu lintas itu berhasil guna
sesuai dengan kehendak Kepolisian sangat tergantung sejauh mana pengguna jalan
mau mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan/atau berfungsi atau tidaknya rambu
lalu lintas sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan pengguna jalan. Semakin
tinggi kepatuhan pengguna jalan maka semakin baik pula manfaat dari rambu yang
telah dipasang. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi pelanggaran maka barulah
Kepolisian bertindak.
Jika Kepolisian saja menetapkan hal tersebut kepada
pengguna jalan, lalu bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWT juga memberlakukan
hal yang sama dengan Kepolisian, yaitu ALLAH SWT selaku pencipta kekhalifahan
di muka bumi hanya menentukan dan menetapkan adanya ketentuan QADHA, QADAR dan
TAQDIR yang berlaku di alam semesta ini. Untuk itu jika seseorang menjalankan
ketentuan QADHA KHAIR atau jalan kebaikan dengan QADAR atau ukuran yang sangat
tinggi maka akan semakin tinggi dan semakin baik pula TAQDIR kebaikan yang akan
diperolehnya. Demikian pula sebaliknya dengan pilihan QADHA SYAR atau jalan
keburukan yang dilakukan oleh seseorang, semakin tinggi QADAR keburukan yang
dilaksanakannya maka akan semakin tinggi pula TAQDIR keburukan yang menimpa
seseorang. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah jalan kebaikan tidak lah
sama dengan jalan keburukan, sehingga hasilnya pun pasti berbeda. Selanjutnya
berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas ini, NASIB atau TAQDIR
atau HASIL USAHA dari suatu perbuatan
bukanlah berasal dari ALLAH SWT akan tetapi merupakan BUAH (END RESULT)
dari apa-apa yang telah diperbuat oleh manusia itu sendiri.
ALLAH SWT hanya menentukan pilihan JALAN yang dapat
ditempuh oleh manusia, seperti halnya Kepolisian membuat rambu lalu lintas.
ALLAH SWT hanya menunjukkan jalan kemana manusia akan pergi, jika ia ingin
hidup bahagia di dunia dan akhirat maka berjalanlah di jalan kebaikan dan
apabila ia ingin hidup bahagia di dunia saja tanpa kebahagiaan di akhirat maka
berjalanlah di jalan keburukan. Jika ini adalah kondisi dasar dari TAQDIR,
NASIB atau HASIL USAHA dari seseorang,
berdasarkan ayat-ayat di bawah ini, maka
kondisi dan keadaan dari TAQDIR, NASIB atau HASIL USAHA seseorang, sangat
berhubungan erat dengan:
1) Setiap manusia
tanpa terkecuali, akan mendapatkan hasil usaha menurut apa yang
diusahakannya masing-masing.
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya,
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihakan (kepadanya).
(surat An Najm (53)
ayat 39-40)
2) Tinggi rendahnya martabat atau derajat manusia
sangat tergantung dengan apa-apa yang telah di usahakannya masing-masing.
dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa
yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.
(surat
Al Ahqaaf (46) ayat 19)
3) Pilihan jalan yang akan ditempuh oleh Manusia, hal
ini dimungkinkan karena ALLAH SWT mempersilahkan atau manusia diperbolehkan
untuk memilih untuk beriman ataupun kafir
dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang
ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.
(surat Al Kahfi (18)
ayat 29)
4) Tingkat
kesungguhan dan/atau tingkat kepatuhan manusia di dalam melaksanakan DIINUL
ISLAM atau melaksanakan jalan kebaikan yang dikehendaki ALLAH SWT akan sangat
mempengaruhi tingkat partisipasi dan pertolongan ALLAH SWT di dalam
memimpin dan menunjukkan jalan yang lurus
kepada manusia, demikian pula sebaliknya.
dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al Ankabuut
(29) ayat 69)
5) ALLAH SWT tidak akan merubah nikmat-Nya yang telah
diberikan kepada manusia sepanjang manusia tidak merubah pemberian ALLAH SWT
dan/atau apa-apa yang telah diberikan oleh
ALLAH SWT akan berubah jika manusia itu sendiri yang merubahnya.
(siksaan) yang demikian itu adalah karena
Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada
pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
(surat
An Anfaal (8) ayat 53)
[621] Allah tidak mencabut
nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap
taat dan bersyukur kepada Allah.
Adanya 5(lima) buah ketentuan yang telah kami
kemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa NASIB, TAQDIR atau HASIL USAHA
merupakan OUTPUT dari suatu INPUT yang kita lakukan. Jika INPUT yang kita
lakukan baik maka OUTPUT yang kita hasilkan juga baik, demikian pula jika INPUT
yang kita lakukan buruk maka OUTPUT yang dihasilkan juga BURUK. Untuk itu
jangan pernah berharap dengan INPUT yang buruk akan menghasilkan OUTPUT yang
baik sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.
A. NASIB atau TAQDIR TERGANTUNG
USAHA
Untuk menghasilkan suatu produk tertentu (output),
sangat berhubungan erat dengan input yang akan diproses serta sistem pengolahan yang akan
dipergunakan.Adanya keterkaitan yang sangat erat antara input, proses dan
output mengharuskan kepada kita jika ingin memperoleh output yang berkualitas
baik tidak bisa terlepas dari adanya input dan proses yang berkualitas baik
pula. Hal yang sama juga berlaku pada saat diri kita melaksanakan kekhalifahan
di muka bumi. Untuk memperoleh NASIB baik, atau TAQDIR baik atau HASIL USAHA
yang baik berupa kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, tidak terlepas dari
seberapa baik diri kita melaksanakan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT melalui
syariat yang telah ditetapkan-Nya atau seberapa baik diri kita memenuhi syarat
dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT melalui syariat yang telah
ditentukan-Nya.
Di lain sisi ALLAH SWT selaku pencipta kekhalifahan
di muka bumi, telah menetapkan jika manusia bekerja dan berkarya untuk
kepentingan hidup di dunia maka hasilnya akan dapat dinikmati hanya sebatas
kesuksesan hidup di dunia saja tanpa memperoleh kesuksesan hidup di akhirat.
Akan tetapi jika manusia bekerja dan berkarya untuk kepentingan akhirat maka
hasilnya dapat dinikmati di dunia berupa kesukesan hidup dan juga di akhirat
kelak berupa kebahagiaan hidup di SYURGA.
Adanya pilihan untuk menentukan kesuksesan dan
kebahagiaan yang akan manusia raih saat melaksanakan kekhalifahan di muka bumi,
merupakan ketentuan TAQDIR atau NASIB atau HASIL USAHA yang akan kita peroleh
sewaktu bekerja dan berkarya di muka bumi. Jika kondisi di atas ini adalah konsep dasar dari penentuan suatu
NASIB atau TAQDIR atau HASIL USAHA yang akan kita peroleh dari hasil karya
nyata dan kerja nyata dari PROFESI dan/atau PEKERJAAN yang kita lakukan, dapat
dikatakan apa-apa yang kita peroleh baik, apakah hanya sebatas kesukesan hidup di
dunia semata ataukah kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, tidak terlepas dari PILIHAN SYSTEM yang akan
kita pergunakan serta jalan apakah yang
akan kita lalui, apakah jalan kebaikan ataukah jalan keburukan.
Apabila kita sudah menetapkan pilihan ingin sukses
hidup di dunia saja dengan profesi dan pekerjaan yang saat ini kita geluti,
ALLAH SWT tidak akan mengalami kerugian apapun dengan tindakan diri kita.Hal
ini dimungkinkan karena ALLAH SWT tidak membutuhkan sama sekali ibadah kita
akan tetapi diri kitalah yang membutuhkan
ALLAH SWT dengan ibadah yang kita lakukan. Selanjutnya agar diri kita
tidak menyesal dan/atau agar apa-apa yang telah kita lakukan melalui profesi
dan pekerjaan tidak menjadi sia-sia, untuk itu ketahuilah bahwa:
1)
Setiap Pahala dan Dosa dibalas setimpal sesuai
dengan tingkat kepatuhan atau tingkat pelanggaran yang telah kita perbuat
selama hidup di muka bumi oleh ALLAH SWT.
pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi Balasan dengan
apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya
Allah Amat cepat hisabnya.
(surat
Al Mu'min (40) ayat 17)
2)
Seluruh
amal perbuatan manusia , apakah yang baik maupun yang buruk adalah tanggung
jawab pribadi masing-masing atau tanggung jawab individual. Hal yang tidak akan
terjadi adalah ALLAH SWT menerapkan
tanggung jawab secara kolegial, atau tanggung jawab renteng, atau orang lain
mempertanggung jawabkan perbuatan orang lain.
tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang
itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu,
kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan
dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.
(surat
Ali Imran (3) ayat 161)
3)
Segala
bentuk amal Baik dan/atau segala bentuk amal Buruk yang berasal dari hasil
perbuatan diri kita dan/atau yang berasal dari apa-apa yang telah kita kerjakan
selama hidup di dunia maka akan dikembalikan kepada diri kita sendiri.
Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya teIah
datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu Barangsiapa yang
mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya
sendiri. dan Barangsiapa yang sesat, Maka Sesungguhnya kesesatannya itu
mencelakakan dirinya sendiri. dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap
dirimu".
(surat
Yunus (10) ayat 108)
4)
ALLAH SWT
hanyalah penentu dari suatu kebijakan, apakah itu jalan tentang KEBAIKAN
ataukah jalan tentang KEBURUKAN. Sebagai KHALIFAH diri kita diberi kebebasan
untuk memilih jalan yang akan ditempuh dan/atau diri kita yang menentukan
sendiri hasil akhir dari kekhalifahan yang dilaksanakannya.
dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).
(surat Asy Syuura
(42) ayat 30)
5)
Manusia
bekerja dan berkarya di muka bumi sesuai dengan bakat dan kemampuan serta
jalurnya masing-masing.Hal ini dimungkinkan sebab ALLAH SWT telah menganugerahkan
AMANAH 7 dan HUBBUL, dengan komposisi yang berbeda-beda di setiap orangnya.
Adanya perbedaan komposisi AMANAH 7 dan HUBBUL akan melahirkan adanya bakat dan
kemampuan dalam diri seseorang.
Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai
dengan keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan
mengetahui,
(surat
Az Zumar (39) ayat 39)
6)
Agar
manusia selamat, agar manusia diberikan kemudahan di dalam menjalankan tugas
kekhalifahan di muka bumi, lakukanlah selalu pendekatan kepada ALLAH SWT dengan
selalu mengikuti segala apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat
Ali Imran (3) ayat 31)
Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di
atas, dapat dikatakan bahwa NASIB atau TAQDIR atau HASIL USAHA bukanlah
ditentukan oleh PENENTU KEBIJAKAN, dalam hal ini adalah ALLAH SWT. Akan tetapi
ditentukan oleh seberapa jauh PENGGUNA KEBIJAKAN, dalam hal ini manusia, melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan
oleh PENENTU KEBIJAKAN. Untuk itu jangan pernah mengatakan bahwa apa-apa yang
telah kita terima saat ini adalah NASIB atau TAQDIR yang telah ditentukan oleh
ALLAH SWT. Apabila NASIB atau TAQDIR dari seseorang telah ditentukan oleh ALLAH
SWT, berarti kesepatakan ALLAH SWT
dengan IBLIS/SYAITAN tidak berjalan secara FAIR PLAY. Jika NASIB atau TAQDIR
sudah ditetapkan, untuk apa lagi IBLIS/SYAITAN diberikan kesempatan mengganggu
dan menggoda anak dan keturunan dari NABI ADAM as, jika hasil akhirnya sudah
ditetapkan oleh ALLAH SWT? Untuk apa lagi kita beribadah jika hasil akhirnya
harus masuk NERAKA atau untuk apa lagi berbuat kebaikan jika hasil akhirnya
masuk SYURGA?
B. BISAKAH
NASIB atau TAQDIR DIRUBAH?
Untuk dapat menghasilkan suatu produk tertentu, maka harus ada terlebih
dahulu apa yang dinamakan dengan INPUT. Setelah adanya INPUT maka INPUT tidak
akan pernah menghasilkan suatu OUTPUT jika tidak ada proses produksi. Ini
berarti untuk mendapatkan OUTPUT yang berkualitas selain harus berasal dari INPUT yang
berkualitas juga sangat tergantung dengan proses produksi yang kita laksanakan.
Timbul pertanyaan, jika INPUT berkualitas lalu apakah serta merta OUTPUTnya
akan berkualitas juga? INPUT yang berkualitas baru akan dapat menghasilkan
OUTPUT yang berkualitas jika sistem produksi yang kita laksanakan juga
berkualitas. Ini berarti antara INPUT, OUTPUT dan sistem produksi harus dalam
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya bagaimana dengan NASIB
atau TAQDIR seseorang? NASIB atau TAQDIR seseorang dapat pula di analogikan
dengan proses produksi yang kami kemukakan di atas. NASIB atau TAQDIR dari
seseorang merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dengan
perbuatan-perbuatan yang kita lakukan yang kemudian di proses melalui DIINUL
ISLAM atau apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Ini berarti NASIB atau
TAQDIR seseorang tidak dapat berdiri sendiri sebab NASIB atau TAQDIR sangat
dipengaruhi oleh apa-apa yang telah kita perbuat serta melalui proses apa kita
melaksanakannya. Selanjutnya dapatkah kita merubah OUTPUT yang telah kita
produksi?
Untuk merubah OUTPUT yang sudah jadi tidak dapat kita lakukan akan tetapi
untuk dapat merubah OUTPUT yang baru dapat kita lakukan sepanjang proses
produksi yang kita terapkan tidak berubah/tidak kita ubah-ubah maka OUTPUT dapat kita rubah sesuai dengan
INPUT yang kita lakukan.Jika konsep ini dapat berlaku dalam sistem produksi,
maka dapatkah NASIB atau TAQDIR dari seseorang berubah, apakah menjadi baik
ataukah menjadi buruk? Sepanjang konsep ALLAH SWT tentang DIINUL ISLAM
sebagai acuan dasar bagi manusia tidak
kita rubah-rubah tetap sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT maka NASIB atau TAQDIR seseorang dapat
dirubah atau dapat berubah sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan.
Selanjutnya perubahan NASIB atau TAQDIR yang seperti apakah yang akan dapat
dirubah atau dapat berubah?
1)
Untuk merubah
NASIB atau TAQDIR maka kita harus merubah terlebih dahulu apa-apa yang ada pada
diri kita sendiri. Jika dahulu kita MALAS rubahlah menjadi RAJIN, jika dahulu
kita selalu berburuk sangka kepada ALLAH SWT rubahlah menjadi berbaik sangka
kepada ALLAH SWT. Jika kita dahulu KAFIR rubahlah menjadi TAAT, jika dahulu
kita berada dalam NAFS FUJUR rubahlah menjadi NAFS TAQWA.
bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(surat Ar Ra'd (13)
ayat 11)
[767] Bagi tiap-tiap
manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada
pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki
dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut
Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak
akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.
Tanpa ada perubahan yang kita laksanakan dalam diri
kita, walaupun konsep DIINUL ISLAM sebagai acuannya maka NASIB atau TAQDIR diri
kita tidak akan pernah berubah atau tidak dirubah oleh ALLAH SWT.
2) NASIB atau TAQDIR seseorang sangat ditentukan oleh
seberapa jauh pengguna kebijakan, melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan
oleh penentu kebijakan. Untuk itu jangan pernah mengatakan bahwa apa-apa yang
kita terima saat ini adalah NASIB atau TAQDIR yang telah ditentukan oleh ALLAH
SWT. Untuk itu jika kita ingin merubah
NASIB atau TAQDIR maka kita harus merubahnya melalui ALLAH SWT sebagai pemilik dan penentu
kebijakan.
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).
(surat Ar Ra'd (13)
ayat 39)
mereka dalam Keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir):
tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada
golongan itu (orang-orang kafir)[367], Maka kamu sekali-kali tidak akan
mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.
(surat An Nisaa' (4)
ayat 143)
[367] Disesatkan
Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau
memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan
tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan,
Maka mereka itu menjadi sesat.
Sekarang apa jadinya diri kita jika ingin merubah
NASIB atau TAQDIR bukan kepada ALLAH SWT selaku penentu kebijakan? Akan terjadi
ketidaksamaan prinsip-prinsip dasar yang diterapkan, akan terjadi perbedaan
standard baku yang akan dipergunakan, sehingga bukannya kebaikan yang akan kita
raih justru keburukan yang kita dapat.
3) Perubahan NASIB atau TAQDIR yang di alami oleh
seseorang bukanlah tanpa batasan waktu. ALLAH SWT hanya memberikan kesempatan
untuk memperoleh Sunset Policy sebelum
maut di ambang pintu atau sebelum Nyawa tiba dikerongkongan.
yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada
mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau
kedatangan beberapa ayat Tuhanmu[524]. pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu,
tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum
beriman sebelum itu, atau Dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.
Katakanlah: "Tunggulah olehmu Sesungguhnya Kamipun menunggu (pula)".
(surat Al An'am (6)
ayat 158)
[524] Maksudnya:
tanda-tanda kiamat.
Sebagai
KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita
mempergunakan kesempatan yang diberikan oleh ALLAH SWT untuk merubah NASIB atau
TAQDIR menjadi lebih baik lagi? Hal yang harus kita ingat adalah TIME with no
RETURN, untuk itu manfaatkanlah sisa usia anda
dengan sebaik-baiknya.
Jika saat ini kita masih hidup berarti saat ini kita
juga sedang mengalami apa yang dinamakan dengan NASIB atau TAQDIR pula. Untuk
itu jika kita merasa bahwa NASIB atau TAQDIR atau USAHA kita belum memenuhi
apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT, tidak ada jalan lain kecuali diri kita
melakukan perubahan-perubahan yang radikal di dalam diri untuk menuju
perubahan-perubahan yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Ingat, Nasib atau
Taqdir tidak akan bisa di raih atau tidak akan bisa berubah hanya dengan duduk-duduk saja yang
dilanjutkan dengan angan-angan belaka.
C. CARA
MERUBAH NASIB atau TAQDIR
Untuk memperoleh kesembuhan penyakit, maka sewaktu
berobat ke Dokter kita harus terlebih dahulu memberitahukan tentang penyakit
yang kita derita. Berdasarkan hal itulah maka Dokter akan memberikan obat yang
sesuai dengan penyakit yang kita derita. Hal yang sama juga berlaku jika kita
ingin merubah NASIB atau TAQDIR, maka kita harus terlebih dahulu memiliki
PENGETAHUAN tentang penyebab dari NASIB atau TAQDIR yang sedang kita alami.
Jika NASIB atau TAQDIR yang kita alami sudah berada di jalan kebaikan yang
sesuai dengan kehendak ALLAH STW, maka kita harus tahu cara dan methode untuk
mempertahankannya. Akan tetapi jika NASIB atau TAQDIR yang kita alami berada di
jalan keburukan yang dikehendaki oleh SYAITAN, maka kitapun harus tahu cara dan
methode untuk merubahnya. Untuk itu kita harus memiliki pengetahuan tentang DIINUL ISLAM secara
KAFFAH sebelum diri kita melakukan upaya untuk merubah atau mempertahankan
NASIB atau TAQDIR.
dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang
lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 32)
Selanjutnya jika kita saat ini
merasa bahwa NASIB atau TAQDIR diri kita sudah tidak sesuai lagi dengan
kehendak ALLAH SWT dan/atau diri kita mengalami keterpurukan hidup, kesusahan
hidup, dan/atau diri kita tidak memperoleh kebahagiaan hidup di dunia walaupun
telah memiliki profesi dan pekerjaan yang mumpuni, apa yang harus kita
perbuat? Berikut ini akan kami kemukakan
cara untuk merubah NASIB atau TAQDIR yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT sehingga hidup kita akan berbahagia
di dunia dan di akhirat, yaitu:
1) Beriman
dan Bertaqwa hanya kepada ALLAH SWT
ALLAH SWT melalui surat Al A'raaf (7) ayat 95-96
menyatakan dengan tegas bahwa akan melimpahkan segala berkah dari langit dan
bumi kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada ALLAH SWT.
kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan
dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek
moyang Kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", Maka Kami
timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak
menyadarinya.
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
(surat Al A'raaf (7)
ayat 95-96)
Selanjutnya jika pintu keberkahan baik dari langit dan dari bumi telah
dibukakan oleh ALLAH SWT, adakah makhluk dan Tuhan lainnya yang mampu
menahannya? Hasil dari ini semua adalah diganti kesusahan oleh ALLAH SWT
menjadi kesenangan, kemiskinan menjadi kecukupan, harta dan keturunan bertambah
banyak.
2) Beriman
kepada ALLAH SWT dan Beramal Shaleh
Laksanakan Iman dan Amal Shaleh dalam satu kesatuan,
serta harus konsisten dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan pernah melakukan
tindakan Jig-Jag di dalam melaksanakan Iman dan Amal Shaleh, sebab hal ini
tidak akan dapat merubah Nasib atau Taqdir
dengan baik. Contohnya jika kita berkendara secara Jig-Jag selain
membahayakan diri sendiri juga membahayakan orang lain.
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka
kelak akan menemui kesesatan,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal
saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan)
sedikitpun,
(surat
Maryam (19) ayat 59-60)
Jika kita ingin merasakan nikmatnya sebuah perubahan
NASIB atau TAQDIR maka lakukanlah IMAN dan AMAL SHALEH selain berbarengan juga
secara konsisten, tidak naik turun atau seperti pergerakan bandul. Hal yang
harus kita jadikan pelajaran adalah jangan sampai pada saat kita melakukan
Jig-Jag dan terjadi kematian di saat kita sedang berada di dalam jalan
keburukan maka itulah NASIB atau TAQDIR kita.Seluruh amal baik yang pernah kita
lakukan lenyap hanya dalam sekejab.Inilah salah satu resiko terburuk apabila
perilaku Jig-Jag kita terapkan di dalam mengarungi kekhalifahan di muka
bumi.
3) Selalu
Mengikuti dan Mentaati Rasul
ALLAH SWT melalui surat Al Ahzab (33) ayat 70-71
akan memberikan kemenangan yang besar kepada orang-orang yang mentaati ALLAH
SWT dan Rasul-Nya, termasuk diri kita sepanjang kitapun melakukan hal yang
sama.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar.
(surat
Al Ahzab (33) ayat 70-71)
Sekarang jika kemenangan sudah diberikan oleh ALLAH
SWT kepada diri kita mungkinkah kita akan mengalami kekalahan lagi, kemunduran
lagi, keterpurukan lagi? Sepanjang diri kita konsisten mentaati ALLAH SWT dan
RASULNYA maka kekalahan, kemunduran, dan keterpurukan tidak akan menimpa diri
kita lagi. Untuk itu jangan pernah lakukan strategi jig-jag jika kita ingin
memperbaiki NASIB atau TAQDIR.
4) Taubat
Taubatlah hanya kepada ALLAH SWT dengan TAUBATAN
NASUHA, yaitu TAUBAT dengan sebenar-benarnya TAUBAT. Hindarkan TAUBAT dan/atau
jangan pernah lakukan TAUBAT yang memakai prinsip "Kapok Lombok"
sebab hal ini tidak ubahnya kita meledek atau mempermainkan ALLAH SWT.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan)
pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 145)
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan
berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke
dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan
menunjuki mereka kepada jalan yang Lurus (untuk sampai) kepada-Nya.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 175)
Setelah taubat kita lakukan, hal yang harus kita perhatikan adalah
konsistensi dari pertaubatan harus kita jaga dari waktu ke waktu sehingga kita
tidak tercebur ke dalam lubang yang sama
dua kali. Padahal keledai saja tidak pernah masuk lubang yang sama dua kali.
5) Syukur
Bersyukurlah kepada ALLAH SWT atas segala nikmat
yang telah diberikannya kepada kita, tidak cukup hanya dengan mengatakan
"Hamdallah dan/atau mengucapkan TERIMA KASIH belaka". Hamdallah atau
mengucapkan TERIMA KASIH bukanlah ungkapan syukur, akan tetapi adab sopan
santun setelah menerima sesuatu.
Maka apabila
manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya
nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah
karena kepintaranku". sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan
mereka itu tidak mengetahui.
sungguh
orang-orang yang sebelum mereka (juga) telah mengatakan itu pula, Maka Tiadalah
berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan.
(surat Az Zumar (39) ayat 49-50)
Untuk itu jika
kita ingin bersyukur kepada ALLAH SWT maka lakukanlah apa-apa yang telah
diberikan oleh ALLAH SWT dipergunakan sesuai dengan peruntukkannya dengan
ikhlas. Contohnya jika kita bersyukur dengan rezeki yang telah kita peroleh,
maka keluarkanlah hak ALLAH SWT yang ada di dalam rezeki yang kita peroleh
dengan berbagi kepada yang tidak mampu. Jika ini yang kita lakukan berarti kita
telah mensyukuri nikmar rezeki dari
ALLAH SWT. Akan tetapi setelah menerima rezeki lalu dompet yang kita
miliki malah kita jahit itu bukanlah bentuk dari syukur kita kepada ALLAH SWT,
akan tetapi kita telah memperturutkan AHWA. Sekarang jika tambahan ILMU yang
kita peroleh dari ALLAH SWT, apa yang harus kita lakukan? Jika kita bersyukur
maka ajarkanlah ILMU itu kepada sesama umat manusia dengan ikhlas.
6) Jangan
Putus Asa
Jangan pernah berputus asa sewaktu memperbaiki
kesusahan, keterpurukan, kejatuhan yang kita alami. Untuk itu yakinkan diri
bahwa ALLAH SWT pasti akan memberikan pertolongan yang terbaik untuk diri kita.
Hal yang harus kita ingat adalah pertolongan dari ALLAH SWT tidak akan diberikan secara KILAT
apalagi INSTAN namun harus melalui sebuah proses yang memerlukan waktu.
mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? dan
Allah adalah Maha Mensyukuri[370] lagi Maha mengetahui.
(surat An Nisaa' (4)
ayat 147)
[370] Allah mensyukuri
hamba-hamba-Nya: memberi pahala terhadap amal-amal hamba-hamba-Nya, mema'afkan
kesalahannya, menambah nikmat-Nya.
Kunci sukses dari itu semua adalah kita harus SABAR
dan juga TAWAKKAL di jalan kebaikan secara berbarengan. SABAR tanpa TAWAKKAL
tidak ubahnya pungguk rindukan bulan, sedangkan TAWAKKAL tanpa KESABARAN
artinya grusa-grusu. Untuk itu jadikan SABAR dan TAWAKKAL bukan hanya slogan semata,
akan tetapi harus dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Selain 6(enam) cara yang telah kami kemukakan di
atas tentang cara untuk merubah NASIB atau TAQDIR, masih ada beberapa ketentuan
lagi yang dapat kita lakukan untuk merubah NASIB atau TAQDIR, yaitu:
1) Adanya Perlindungan dari ALLAH SWT yang diberikan
kepada orang yang beriman sehingga dengan kondisi ini akan mampu mengeluarkan
seseorang dari kegelapan menuju cahaya dan/atau dari kemiskinan menuju
kecukupan dan/atau dari ketersesatan menuju jalan yang lurus.
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 257)
Untuk itu jika kita ingin memperoleh perlindungan dari ALLAH SWT,
sudahkah kita menyamakan dan/atau memenuhi syarat dan ketentuan dari yang akan
memberikan perlindungan? Sepanjang diri kita tidak mau memenuhi syarat dan
ketentuan dari pemberi perlindungan, jangan pernah berharap pemberi
perlindungan akan memberikan perlindungannya.
2) Adanya Petunjuk ALLAH SWT melalui HATI RUHANI
manusia, maka diri kita akan memperoleh apa yang dinamakan dengan keteguhan
hati yang akan membawa diri kita ke dalam ketenangan walaupun diri kita sedang
mengalami kemunduran usaha, keterpurukan hidup dan lain sebagainya.
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu,
meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman
dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk
bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(surat
Al hajj (22) ayat 54)
Petunjuk dari ALLAH SWT sangat berbeda dengan Petunjuk dari SYAITAN.
Petunjuk dari ALLAH SWT akan membawa manusia ke jalan kebaikan (Qadha Khair)
sedangkan petunjuk dari SYAITAN akan membawa manusia ke jalan keburukan (Qadha
Syar).
3) Ma'rifat kepada ALLAH SWT yang kita lakukan akan dapat
menghantarkan diri kita kepada ampunan ALLAH SWT serta rezeki yang mulia dan/atau akan dibukakannya
pintu keberkahan dari langit dan dari bumi. Jika ini yang terjadi, apakah akan
ada lagi kesusahan, kemiskinan, kebodohan baik perorangan maupun untuk bangsa
dan negara?Jika seluruh masyarakat mampu melaksanakan makrifat kepada ALLAH SWT
dengan baik dan benar maka negeri madani dapat tercipta di muka bumi.
Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan
dan rezki yang mulia.
(surat Al Hajj (22)
ayat 5)
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
(surat Al A'raaf (7)
ayat 96)
Untuk
dapat mencapai itu semua sudahkah kita semua melaksanakan makrifat kepada ALLAH
SWT yang sesuai pula dengan kehendak
ALLAH SWT?
Setelah kita mengetahui cara dan methode yang dapat
merubah diri kita menjadi lebih baik dan/atau cara untuk tetap mempertahankan
diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Selanjutnya kita harus tahu pula
sebab-sebab manusia mengalami keterpurukan, mengalami kemunduran, mengalami
kesusahan, yang pada intinya manusia berada di jalan keburukan yang sangat
sesuai dengan perilaku AHWA dan SYAITAN. Inilah penyebab itu semua, yaitu:
1.
Akibat dari ulah dan perbuatan diri
sendiri yang memperturutkan AHWA dan SYAITAN.
2.
Akibat perbuatan dosa dan juga
maksiat yang kita lakukan.
3.
Akibat dari tidak mau beriman
kepada Hari Akhirat.
4.
Budak AHWA dan Syaitan
5.
Akibat suka mempermainkan dan/atau
suka memperolok-olokan Agama
6.
Kafir dan Dzalim
7.
Akibat tidak mau bersyukur kepada
ALLAH SWT dan/atau akibat kufur nikmat.
8.
Melakukan Infaq dengan maksud untuk
riya dan/atau infaq untuk meningkatkan pamor atau gengsi.
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di
muka bumi, sangat penting bagi kita untuk dapat mengenali diri sebab antara
diri kita dengan ALLAH SWT memiliki hubungan yang sangat erat. Lanjutkan dengan
memiliki pengetahuan tentang ALLAH SWT dengan baik dan benar sebab ALLAH SWT
adalah satu-satunya yang berhak di sembah, perhatikanlah rambu-rambu yang telah
ALLAH SWT tetapkan yaitu DIINUL ISLAM
sebab melalui DIINUL ISLAM kita dan ALLAH SWT saling berhubungan, lalu jangan
pernah lepas dari ALLAH SWT semoga hidup
bahagia di dunia dan di akhirat.
D. JANJI
dan ANCAMAN ALLAH SWT kepada MANUSIA
Manusia sebagai ciptaan ALLAH SWT tidak akan mungkin
dapat melepaskan diri dari ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR yang telah
ditetapkan oleh ALLAH SWT. Jika ini memang keadaan yang seharusnya berlaku
kepada manusia maka setiap manusia, tanpa terkecuali harus dapat menjadikan
ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai sebuah hukum yang harus di taati dan
yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk mempertegas keberadaan
ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR harus berlaku dan wajib dilaksanakan oleh
manusia, maka ALLAH SWT perlu menegaskan adanya ancaman kepada manusia yang
mencoba lari dari ketentuan ALLAH SWT dan memberikan janji-janji tertentu bagi
manusia yang mampu melaksanakan ketentuan ALLAH SWT secara baik dan benar.
Selanjutnya apakah yang di ancamkan oleh ALLAH SWT kepada manusia, termasuk kepada
diri kita, yang tidak mau mematuhi ketentuan QADHA, QADAR dan TAQDIR sebagai
sebuah HUKUM yang harus dipatuhi? Dalam kehidupan sehari-hari, jika ada suatu
ancaman telah dikemukakan maka di balik ancaman dapat dipastikan akan ada
sanksi atau akan ada hukuman yang akan diberlakukan. Hal yang samapun akan
diberlakukan oleh ALLAH SWT di balik ancaman yang dikemukakan ALLAH SWT.
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa bentuk ancaman ALLAH SWT yang akan
diberlakukan kepada umat manusia, termasuk kepada diri kita, yaitu:
1) ALLAH SWT akan menutup pintu hati manusia sehingga
ia tidak memiliki apa yang dinamakan dengan perasaaan dan/atau putus hubungan
dengan ALLAH SWT akibat dari manusia memilih jalan keburukan.
dan mereka berkata: "Hati Kami tertutup". tetapi sebenarnya
Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali
mereka yang beriman.
(surat Al Baqarah
(2) ayat 88)
2) ALLAH SWT akan memberikan azab di dunia, dengan
ketidaktenangan hidup, dengan kesusahan usaha, dengan susahnya memperoleh
pertolongan manusia, pikiran menjadi tertutup, susah menerima masukan dari
orang lain, termasuk di dalamnya diperbudak oleh harta, diberikannya anak yang
tidak berbakti kepada orang tua.
dan Demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu
menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.
(surat Al An'am (6)
ayat 129)
Maka tak dapat menolong mereka, apa yang telah mereka usahakan.
dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, melainkan dengan benar. dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan
datang, Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.
(surat Al Hijr (15)
ayat 84-85)
3) ALLAH SWT akan mengazab manusia-manusia yang
berjalan di jalan keburukan dengan azab yang pedih, serta akan dimasukkan ke
dalam Neraka Jahannam.
dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada
orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan
sedikitpun atas Kami, Maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu
lakukan".
(surat Al A'raaf (7)
ayat 39)
Adanya ancaman dari ALLAH SWT kepada diri kita,
apakah hal ini tidak cukup menyadarkan diri kita untuk segera bertaubat kepada
ALLAH SWT jika kita memang bersalah dan/atau menjadikan diri kita sadar bahwa
kita tidak akan mungkin sanggup menahan sanksi dan hukuman dari ALLAH SWT
berupa panasnya api Neraka Jahannam?
di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka
sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang
mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. dan bagi
mereka azab yang besar.
(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 10)
Sekarang apa yang ALLAH SWT janjikan kepada umat
manusia, termasuk kepada diri kita? Dibalik suatu janji biasanya akan ada
sesuatu hal yang memiliki nilai tertentu, apakah itu kebaikan, apakah itu
kesenangan, apakah itu kenikmatan. Jika sekarang ALLAH SWT menjanjikan sesuatu
kepada diri kita, maka dibalik janji ALLAH SWT itu pasti ada sesuatu hal yang
akan dipenuhi oleh ALLAH SWT atau ada sesuatu hal yang akan diberikan oleh
ALLAH SWT atau ada sesuatu hal yang akan dibuktikan oleh ALLAH SWT. Hal yang
harus kita ingat adalah bahwa janji ALLAH SWT sangat berbeda dengan janji
manusia. Jika manusia menerima janji dari seseorang baru akan kita percayai
janji tersebut jika kita telah mengetahui secara pasti siapa yang menjanjikan
diri kita. Sepanjang kita mempercayai orang yang memberikan janji maka janji
orang tersebut dapat kita terima. Jika sekarang ALLAH SWT yang memberikan
janji, apakah kita tidak mempercayai adanya janji ALLAH SWT? Sebagai makhluk
yang diciptakan oleh ALLAH SWT maka kita wajib mempercayai apa-apa yang telah
dijanjikan oleh ALLAH SWT sebab janji ALLAH SWT pasti terjadi dan pasti mampu
dipenuhi oleh ALLAH SWT. Selanjutnya apakah janji-janji ALLAH SWT akan
diberikan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali? ALLAH SWT hanya akan
memenuhi janji-Nya kepada orang-orang tertentu saja, sepanjang orang-orang
tersebut mampu memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT dan/atau sepanjang orang
tersebut mau mematuhi ketentuan jalan
kebaikan. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa bentuk janji-janji ALLAH SWT
kepada umat manusia yang mematuhi segala ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT,
yaitu:
1)
ALLAH SWT akan mengampuni segala dosa dan kesalahan
dan akan memberi ganjaran dengan pahala yang besar sepanjang orang tersebut
beriman dan beramal shaleh.
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang
beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(surat Al Maaidah
(5) ayat 9)
2) ALLAH SWT akan merahmati dan menyelamatkan manusia
dari bencana, niat busuk atau niat jahat yang berasal dari manusia.
dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang
yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang
yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka
mati bergelimpangan di rumahnya.
(surat Huud (11)
ayat 94)
3) ALLAH SWT akan mengangkat manusia menjadi KHALIFAH di muka bumi dan/atau menjadikan
manusia sebagai penguasa di muka bumi.
atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang
menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi[1104]? Apakah disamping
Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).
(surat An Naml (27)
ayat 62)
[1104] Yang dimaksud dengan
menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.
Selanjutnya apakah hanya itu saja janji-janji ALLAH
SWT kepada umat-Nya melaksanakan segala apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan
janji-janji ALLAH SWT yang terdapat di
dalam Al-Qur'an yang kesemuanya tidak akan pernah di ingkari oleh ALLAH SWT,
yaitu:
1.
Orang yang taat dan patuh kepada
ALLAH SWT (dengan mengerjakan amal shaleh) akan masuk Syurga dan yang
membangkang akan masuk Neraka (4:13-14-24-57; 18:107-108; 2:82; 7:42).
2.
ALLAH SWT tidak akan menganiaya
manusia sedikitpun (41:46; 10:44; 4:40).
3.
Manusia akan di uji dengan kebaikan
dan keburukan oleh ALLAH SWT (21:35;
7:168).
4.
ALLAH SWT tidak akan membebani
seseorang di luar batas kemampuannya (2:286: 23:62; 65:7).
5.
Sesudah kesulitan pasti akan akan
kemudahan (94:5-6).
6.
ALLAH SWT menentukan rezeki manusia
berbeda-beda (4:32).
7.
Tidak akan menimpa diri kita
sesuatu apapun kecuali apa-apa yang telah ditetapkan ALLAH SWT untuk diri kita
(9:51).
8.
Kehidupan dunia hanya sandiwara
sedangkan kehidupan yang sebenarnya ada di akhirat (57:10; 29:64).
9.
ALLAH SWT membalas orang yang
menginfaqkan hartanya dengan balasan 700 kali lipat (2:261).
10.
Amal baik akan dibalas ALLAH SWT 10
kali (6:160).
11.
Orang yang patuh dan taat kepada
ALLAH SWT dan Rasul-Nya akan diberi pahala dua kali lipat serta rezeki yang
luas (33:31).
12.
Kejadian yang buruk yang menimpa
tidak selalu berarti jelek, sebaliknya kejadian menyenangkan tidak pula selalu
berarti indah (2:216).
13.
Orang yang dapat menahan diri dari
keinginan ahwa atau hawa nafsunya maka syurgalah ganjarannya (79:40-41).
14.
Sabar dan pemaaf adalah sifat
utama, ALLAH SWT beserta orang yang sabar (2:153).
15.
Hati menjadi tenteram dengan
mengingat ALLAH SWT (13:28).
16.
Orang yang berserah diri kepada
ALLAH SWT, berarti ia telah berpegang pada buhul atau tali yang kokoh (31:22).
17.
Apabila kita ingat ALLAH SWT, maka
ALLAH SWT pun akan ingat pada kita (2:152) dan apabila kita ingin menemui ALLAH
SWT maka ALLAH SWT pun akan menemui kita
serta apabila kita enggan menemui ALLAH SWT maka ALLAH SWT enggan menemui kita
(272:17)
18.
Manusia diberi kebebasan penuh
dalam bertindak (16:93).
19.
ALLAH SWT akan meminta
pertanggungjawaban atas apa-apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia
(75:36; 20:15; 67:1-2).
20.
Orang yang tidak mempergunakan
hati, akal, mata dan telinganya untuk
memahami ayat-ayat ALLAH SWT akan ditempatkan di Neraka (7:179; 67:10).
21.
ALLAH SWT hanya me-ridhai DIINUL
ISLAM sebagai Agama yang Haq di muka bumi (3:19; 5:3).
22.
Orang yang berserah diri dan
berbuat kebaikan, tidak akan merasa sedih atapun khawatir (2: 112).
23.
Orang yang menolong agama ALLAH SWT
niscaya akan ditolong dan diteguhkan kedudukannya (47:7).
24.
Jika kita bersyukur, maka ALLAH SWT
akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita (14:7).
25.
Orang yang sombong dan yang
membanggakan diri dibenci ALLAH SWT (31:18) dan lain sebagainya.
Pembaca, inilah sebahagian dari janji-janji ALLAH
SWT kepada seluruh umat manusia, termasuk kepada diri kita yang terdapat di
dalam Al-Qur'an dan Hadits Qudsi. Selanjutnya Yakinkah, Percayakah kita semua dengan janji-janji ALLAH SWT
tersebut? Jika kita berharap untuk hidup berbahagia di dunia dan akhirat, tidak
ada jalan lain kecuali mempercayai seluruh janji-janji ALLAH SWT. Akan tetapi
jika kita berharap pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM, jangan pernah percaya
kepada ALLAH SWT sudah cukup menjadikan diri kita bertetangga dengan SYAITAN di
kampung kebinasaan dan kesengsaraan kelak. Setelah mengetahui adanya ANCAMAN
dari ALLAH SWT dan juga JANJI dari ALLAH SWT pasti berlaku serta sudah memiliki
kekuatan hukum yang tetap, maka sebagai KHALIFAH sudah sepantasnya kita
meletakkan dan menempatkan ANCAMAN dan JANJI dari ALLAH SWT sebagai sebuah
peringatan agar diri kita selalu waspada serta hati-hati saat melaksanakan
tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya sudahkah hal-hal yang akan
kami kemukakan di bawah ini ada dan tercermin dalam perilaku kehidupan kita
sehari-hari sewaktu menjadi KHALIFAH di muka bumi, seperti:
a)
Hanya mencintai ALLAH SWT semata.
b)
Selalu menghormati dan mentaati
Rasul.
c)
Selalu berkasih sayang dengan
sesama manusia tanpa memangdang suku, ras dan agama.
d)
Menjadi pemakmur masjid atau
menjadi pemakmur DIINUL ISLAM di tengah masyarakat.
e)
Selau mendakwahi kaum kerabat serta
lingkungan baik yang jauh maupun yang dekat.
f)
Selalu menjadi pelopor.
g)
Tidak suka membanggakan amal
perbuatan yang telah dilakukannya.
h)
Hidupnya penuh dengan rasa
toleransi dan ukhuwah dengan sesama manusia.
i)
Selalu taat kepada syariat atau
ketentuan yang telah ditetapkan ALLAH SWT.
j)
Tidak menjadikan diri menjadi hamba AHWA dan hamba SYAITAN.
Apabila indikator-indikator yang kami kemukakan di
atas ini ada pada diri kita dan sudah pula dibuktikan dalam perbuatan maka
dapat dikatakan iman di dalam dada sudah ada dan/atau rukun iman sudah kita
laksanakan dengan baik dan/atau ciri-ciri dari orang yang telah BERIMAN sudah
ada pada diri kita. Akan tetapi jika indikator di atas tidak ada pada diri
kita, berarti ada yang salah dalam RUKUN IMAN yang kita laksanakan dan/atau ada
sesuatu yang salah di dalam diri kita, yaitu kemungkinan besar diri kita telah
terjangkit WABAH NAFS FUJUR atau PENYAKIT JIWA FUJUR ditambah dengan penyakit
Hamba SYAITAN.
Sebagai penutup buku
ini kami ingin mengajak pembaca buku ini untuk merenungi apa yang
dikemukakan oleh ALLAH SWT yang tertuang dalam surat Al An'am (6) ayat 54, di
bawah ini. Dimana ALLAH SWT selaku
pemilik dan pencipta langit dan bumi termasuk DIINUL ISLAM, telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang.
Selanjutnya untuk siapakah kasih sayang ALLAH SWT tersebut serta maukah diri
kita disayang oleh ALLAH SWT? ALLAH SWT dengan kemahaan dan kebesaran yang
dimiliki-Nya dapat dipastikan tidak membutuhkan kasih sayang, sebab ALLAH SWT sudah MAHA KAYA yang tidak akan
membutuhkan apapun dari siapapun. Jika ALLAH SWT tidak membutuhkan kasih
sayang, untuk siapakah kasih sayang itu? Kasih sayang ALLAH SWT akan diberikan
kepada makhluk-Nya, termasuk untuk diri kita.
apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang
kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum[476]. Tuhanmu telah
menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang[477], (yaitu) bahwasanya barang siapa
yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan[478], kemudian ia
bertaubat setelah mengerjakannya dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al An'am (6) ayat 54)
[476] Salaamun
'alikum artinya Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu.
[477] Maksudnya:
Allah telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat kepada
mahluk-Nya.
[478] Maksudnya
Ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan
itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang durhaka
kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan kejahatan
karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu.
Timbul pertanyaan apakah kasih sayang ALLAH SWT akan
diberikan begitu saja kepada setiap makhluknya tanpa adanya syarat dan
ketentuan tertentu? ALLAH SWT akan memberikan kasih sayang-Nya tidak untuk
setiap manusia yang ada di muka bumi, akan tetapi hanya akan diberikan kepada
manusia –manusia yang dikehendaki-Nya saja atau hanya kepada orang-orang
tertentu saja yang sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai KHALIFAH di muka bumi
yang juga MAKHLUK yang TERHORMAT, apakah kasih sayang ALLAH SWT akan kita
sia-siakan saja ataukah kita sudah merasa cukup dengan apa yang ada saat ini
atau apakah kita biarkan begitu saja kasih sayang ALLAH SWT sehingga kita lebih
menikmati kasih sayang yang berasal dari SYAITAN maupun kasih sayang dari AHWA?
Sebagai MAKHLUK yang TERHORMAT tentu kita harus pula mencerminkan KEHORMATAN
yang kita miliki dengan berperilaku TERHORMAT kepada ALLAH SWT sehingga dengan
KASIH SAYANG ALLAH SWT tersebut dapat menghantarkan diri kita pulang kampung
secara TERHORMAT, ke tempat TERHORMAT untuk bertemu ALLAH SWT dalam suasana
yang saling HORMAT MENGHORMATI.
Berikutnya, sebelum buku ini anda tutup, kami mohon untuk memperhatikan
sebuah pertanyaan yang akan kami ajukan
di bawah ini, yaitu:
BUTUHKAH
atau PERLUKAH
diri kita dengan ALLAH SWT dan
juga dengan DIINUL ISLAM
BUTUH dan PERLU tidaklah sama pengertiannya; BUTUH
dan PERLU adalah dua hal yang berbeda maknanya; BUTUH dan PERLU juga tidak sama
penilaiannya dihadapan manusia apalagi dihadapan ALLAH SWT. Untuk itu jawablah
dengan penuh kejujuran pertanyaan yang ada di atas ini. Apabila anda JUJUR
menjawabnya maka itulah CERMINAN dari
diri anda sendiri pada saat menjalankan
tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Jika jawaban anda adalah BUTUH dengan
ALLAH SWT dan juga DIINUL ISLAM berarti anda sudah berada di dalam koridor
NILAI-NILAI KEBAIKAN yang dikehendaki ALLAH SWT. Apabila jawaban anda adalah
PERLU dengan ALLAH SWT dan juga DIINUL ISLAM berarti anda berada lebih dekat
dengan koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN yang dibawa oleh AHWA dan yang paling
dikehendaki oleh SYAITAN sang LAKNATULLAH. Selanjutnya anda sendirilah yang
menentukan pilihan, apakah mau ke SYURGA ataukah ke NERAKA JAHANNAM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar