Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 09 Desember 2020

DRAMA SAKRATUL MAUT (PART 1 of 3)

 

 

Sebagaimana telah kita ketahui bersama setelah kehidupan ini pasti ada kematian. Adanya kehidupan ditandai dengan adanya kelahiran, yang diiringi dengan kesenangan dan kebahagiaan dan bahkan diperingati setiap tahunnya. Sebaliknya dengan kematian akan menimbulkan duka. Kematian selalu ditakuti oleh setiap orang, termasuk kematian yang menimpa sanak kerabat dan teman teman yang kita cintai. Kematian sering ditolak karena kita tidak tahu apa yang terjadi sesudahnya. Kitapun bertanya, akankah kematian disusul dengan neraka, setelah jasad  mengurai dan mengembalikan unsur unsur pembentuk tubuh kita jadi tanah? Dan apakah kematian tubuh adalah akhir dari seluruh riwayat manusia?

 

Kematian dianggap menakutkan sebab ia berarti perpisahan yang memisahkan dari orang orang dan hal hal yang dicintai. Karena mati itu keniscayaan, maka sewaktu muda kitapun mengabaikan kematian, tak terlalu banyak merenungkannya. Bahkan kita berpikir bahwa kematian itu hanya akan menimpa orang orang tua renta. Hingga saat ditimpa sakit parah, biasanya kita melakukan segala daya upaya untuk menghindari kematian.

 

Lalu pernahkah kita menyaksikan sakratulmaut orang orang yang kita cintai, atau menyaksikan sakratulmaut orang orang terdekat dengan kita? Perhatikanlah wajahnya, keningnya, gerakan gerakan tubuhnya, dan mimiknya saat dia meregang nyawa. Lalu rekamlah jelas peristiwa itu, lalu bayangkan bagaimana jika kita yang tergeletak, menanti saat saat malaikat maut mencabut paksa ruh suci yang bersemayam dalam tubuh kita?

 

Bayangkan jika kita termasuk golongan yang melenguh bak lembu, atau tubuh kita bergoyang goyang tak keruan saat sakratulmaut. Tentu setiap orang yang menyaksikan peristiwa itu dalam hatinya tahu persis ke mana dan dimana tempat kita di alam barzakh. Sekarang, bersyukurlah karena kita belum ditakdirkan dijemput oleh malaikat maut.

 

Sekarang, seberapa sering dan seberapa lama kita menatap wajah kita sendiri dihadapan cermin? Pernahkan kita menatap dengan seksama wajah yang ada di dalam cermin itu? Jika kita termasuk orang yang bersyukur dengan anugerah Allah, pasti kita dapat mengikuti perubahan yang terjadi pada wajah kita, baik gumpalan yang ada di bawah mata yang mulai menebal, pipi yang mulai turun, atau kumis tipis yang baru mulai tumbuh di atas bibir, jerawat yang mulai menebar di sekujur kening. Bagaimana perubahan itu bisa terjadi, dan apa makna di balik perubahan perubahan itu?

 

Adanya perubahan perubahan dalam diri, terutama dalam jasad, menunjukkan hidup itu tumbuh dan berjalan dengan cepatnya, membuat seseorang tiba tiba merasa aneh dengan rambutnya yang mulai menipis, mengapa uban semakin banyak. Dan itu baru disadari saat menatap wajah dalam cermin. Kita sering tidak sadar bahwa usia semakin lanjut, anak anak tiba tiba beranjak dewasa, istri tiba tiba menjadi seorang nenek yang cerewet, suami tiba tiba jadi pemalas, dan teman teman sekolah satu per satu telah berpulang. Tiba tiba saja, kita merasakan betapa sepinya hidup ini, betapa sendirinya kita di dunia yang sesak ini.

 

Itulah sebagian peringatan yang diberikan Allah kepada kita. Sungguh kita telah terlena sehingga mengabaikan peringatan dari Allah berupa rambut yang mulai beruban dan tipis, tubuh mulai sakit sakitan, dan munculnya sifat pelupa. Orang yang paham, sadar bahwa itulah tanda tanda kita akan dijemput malaikat maut. Lalu dia mempersiapkan bekal yang cukup untuk mengisi koper agar memperoleh rahmat dan ridhaNya. Bagi yang tidak paham, dia berupaya mengecat rambutnya agar terlihat muda, dia mengonsumsi berbagai vitamin agar terlihat bugar dan tidak cepat lupa.

 

Jika kita ingin piawai dalam sepak bola, tentu kita akan berlatih pagi sore agar menjadi pemain yang andal. Jika kita yakin bahwa kita pasti akan mati, ada baiknya kita membaca kitab kitab yang bercerita  tentang pedihnya sakratulmaut karena ia dapat memotivasi kita melakukan perbaikan dan kebaikan. Dan semoga hidup kita dapat berakhir dengan husnul khatimah.

 

Dalam hidup yang kita laksanakan saat ini, sangat memerlukan momentum dan kesempatan menghancurkan hati yang keras, untuk menyembuhkan hati yang sakit, untuk lebih membiasakan jiwa agar menjadi lebih lembut. Membaca kisah kisah sakratulmaut akan membasuh jiwa kita dengan salju kelembutan dan ketika maut terjadi maka kita menjadi tidak berharga.

 

Dan agar diri kita mampu membasuh jiwa dengan senantiasa melakukan dzikrulmaut, ada baiknya kita membaca, merenungkan dengan seksama kisah detik detik sakratulmautnya Rasulullah SAW dan juga Nabi Nabi yang lainnya, sebagaimana “Syaikh Dr Musthafa Murad”, mengemukakan dalam bukunya: “Saat Malaikat Maut Menjemput Orang Orang Shaleh,” sebagaimana berikut ini:

 

A.     SAAT MALAIKAT MAUT MENJEMPUT RASULULLAH SAW

 

Rasulullah Muhammad SAW merupakan kekasih Allah. Namun untuk bertemu dengan kekasihnya itu, Baginda Nabi SAW juga harus melewati gerbang kematian seperti halnya manusia lain. Rasulullah SAW wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijrah atau 8 Juni 632 Masehi. Beliau wafat lantaran sakit demam yang teramat tinggi. Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Rasulullah SAW.

 

Mengingatkan kita sewaktu Beliau sakratulmaut. 'Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku". Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.

 

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

 

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

 

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?".

 

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

 

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.

 

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

 

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

 

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

 

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

 

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

 

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. 

 

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. 

 

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

 

 "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

 

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)."

  

Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.  "Ummatii, ummatii, ummatiii!" ("Umatku, umatku, umatku). "

 

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa'alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia,tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.

 

Sekarang apa yang ada dibenak kita, setelah merenungkan proses sakratulmaut dari Nabi Muhammad SAW di atas? Jika Nabi Muhammad SAW saja seperti itu proses sakratulmautnya, lalu bagaimana dengan diri kita yang kelak pasti akan merasakan pula kematian melalui proses sakratulmaut?

 

Berdasarkan uraian di atas, seharusnya kita mampu menyaksikan dan memahami arti sebuah cinta, cinta yang tulus yang diberikan oleh seorang yang ma’shum kepada umatnya. Dan jika kita termasuk orang yang mencintai Rasulullah SAW, kita akan meneteskan air mata saat membacanya, apalagi jika pikiran kita turut larut ke dalam zaman dan ruang waktu terjadinya  peristiwa yang menyedihkan itu.

 

B.      SAAT NABI IDRIS AS, MEMINTA MALAIKAT MAUT AGAR MENCABUT RUHNYA

 

Wahab Ibnu Munabbih berkata: “Setiap hari, amal ibadah Nabi Idris as, diangkat ke langit sebagaimana amal ibadahnya para penghuni bumi di zamannya. Para Malaikat merasa kagum kepada amalnya sehingga Malaikat Maut pun rindu bertemu dengannya. Malaikat Maut meminta izin kepada Allah agar ia dapat mengunjunginya dan Allah mengabulkan permintaannya. Malaikat Mautpun menjumpai Nabi Idris as, dengan menjelma seperti manusia, sementara pada saat itu, Nabi Idris sedang berpuasa.

 

Ketika tiba waktu berbuka, Nabi Idris mengundangnya untuk makan. Akan tetapi, dia menolak untuk memakannya. Hal seperti ini terjadi selama tiga malam berturut turut. Kemudian Nabi Idris bertanya kepadanya, “Siapakah engkau?” Aku adalah Malaikat Maut” jawabnya. “Aku telah meminta izin kepada Allah untuk berjumpa denganmu dan Allah telah memberikan izin kepadaku.”

 

Nabi Idris berkata, “Aku mempunyai keperluan denganmu.” Malaikat Maut menjawan, “Keperluan apa itu?” Nabi Idris menjawab, “Aku meminta agar kamu mencabut ruhku.” Maka Allah memerintahkan kepada Malaikat Maut untuk mencabut ruh Nabi Idris. Akan tetapi, setelah beberapa waktu, Allah mengembalikan ruhnya kembali.

 

Lalu, Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris, “Apa faedahnya jika nyawamu dicabut?” Nabi Idris menjawab, “Agar aku merasakan sakitnya mati, sehingga aku dapat menyiapkan kematianku dengan sungguh sungguh.

 

Setelah selang beberapa waktu, Nabi Idris berkata, “Aku memiliki keperluan lain?” “Keperluan apa itu?’ sahut Malaikat Maut. Nabi Idris menjawab, “Aku meminta agar engkau membawa aku terbang ke langit sehingga aku dapat melihat syurga dan neraka. Maka Allah mengizinkan Nabi Idris untuk ikut terbang ke langit.

 

Ketika melihat neraka dia pun langsung tidak sadarkan diri. Dan, ketika sudah sadar dia berkata, “Tunjukkanlah kepadaku syurga.” Maka dia dimasukkan ke syurga. Kemudian Malaikat Maut berkata kepadanya, “Keluarlah kamu untuk kembali ke tempatmu semua, bumi.”

 

Namun, Nabi Idris berpegang erat pada sebuah pohon seraya berkata, “Aku tidak akan keluar dari syurga.” Lalu, Allah mengutus seorang Malaikat untuk menjadi hakim antara mereka berdua. Malaikat ini bertanya kepada Nabi Idris, “Apa sebabnya kamu tidak mau keluar dari syurga?”

 

Nabi Idris berkata, “Karena Allah SWT telah berfirman, “Setiap makhluk hidup pasti akan mati.” (surat Ali Imran (3) ayat 185, surat Al Anbiya(21)  ayat 35 dan surat Al Ankabut (29) ayat 57). Dan aku telah merasakan kematian itu. Juga Allah SWT telah berfirman: “dan tidak ada seorangpun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu.” (surat Maryam (19) ayat 71).

 

Dan aku juga telah mendatangi neraka. Dan dalam firmanNya Allah SWT juga telah menegaskan: “Dan mereka sekali kali tidak akan dikeluarkan dari syurga.” (surat Al Hijr (15) ayat 48). Maka, bagaimana mungkin aku harus keluar? Kemudian Allah SWT berkata kepada Malaikat Maut, “Dengan izinKu dia telah masuk syurga dan dengan perintahKu dia akan keluar.”

 

C.     SAAT TERAKHIR KEHIDUPAN NABI IBRAHIM AS,.

 

Pakar sejarah dan biograpi berkata bahwa ketika Allah hendak mencabut ruh Nabi Ibrahim as, Allah mengutus Malaikat Maut dengan menjelma menjadi seorang kakek kakek tua. Nabi Ibrahim senang memberi makan orang lain dan menjamu tamu tamunya, ketika dia sedang menjamu para tamunya, tiba tiba ia melihat orang tua yang berjalan tertatih tatih. Melihat pemandangan ini, dia bersegera membawa keledai dan menaikannya di atasnya.

 

Tatkala sudah sampai di rumahnya. Nabi Ibrahim as, menyuguhkan makanan kepada sang kakek tua. Sang kakek pun mengambil makanan itu dan berusaha untuk memasukkan ke mulutnya. Namun, terkadang makanan itu masuk ke matanya dan terkadang masuk ke telinganya.

 

Jika dia berhasil memasukkan makanan ke mulutnya maka makanan itu langsung masuk ke dalam perutnya dan keluar dari duburnya. Dan, Nabi Ibrahim as, meminta kepada Allah agar tidak mencabut ruhnya sebelum dia sendiri yang meminta dimatikan.

 

Melihat keadaan sang kakek, Nabi Ibrahim as, bertanya, “Wahai kakek,  kenapa keadaanmu seperti ini?” Sang kakek menjawab, “Wahai Ibrahim, ini karena aku sudah tua.

 

Nabi Ibrahim as, berkata: “Kakek sudah berumur berapa?” Sang kakek menjawab, “sekian, sekian.” Lalu, Nabi Ibrahim as, menghitung umurnya dan diketahui bahwa umur sang kakek lebih tua darinya dua tahun.

 

Nabi Ibrahim as, berkata, “Umurky dan umur kakek hanya berselisih dua tahun. Jadi, jika umurku sudah sampai seperti umur kakek apakah aku akan seperti keadaanmu.”

 

Sang kakek menjawab, “Benar”. Kemudian Nabi Ibrahim as, berkata, “Ya Allah, cabutlah ruhku sebelum keadaanku seperti dia.”

 

Maka sang kakek berdiri dan mencabut ruh Nabi Ibrahim as,. Kakek itu adalah Malaikait Maut. Pada saat itu, Nabi Ibrahim as, berumur dua ratus tahun. Namun ada juga yang berpendapat seratus sembilan puluh lima tahun. Nabi Ibrahim as, dimakamkan di dekat makam Siti Sarah.

 

D.    SAAT TERAKHIR KEHDUPAN NABI SULAIMAN AS,.

 

Di salah satu pertemuan antara Malaikat Maut dengan Nabi Sulaiman as, Nabi Sulaiman as, meminta kepada Malaikat Maut untuk memberitahu kapan dirinya akan meninggal dunia.

 

Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam; Nabi Sulaiman berkata kepada Malaikat Maut,, “Jika kamu diperintahkan untuk mencabut nyawaku maka beritahukanlah kapan akan aku akan meninggal dunia.”

Malaikat Maut menjawab, “Wahai Sulaiman, akau telah diperintahkan untuk itu. Usiamu tinggal sebentar lagi.” Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan kepada para syaitan untuk membangunkan sebuah istana dari kaca dengan tanpa pintu. Setelah itu, Nabi Sulaiman berdiri dan shalat di dalam istana itu dengan bersandar pada tongkatnya.

 

Malaikat Maut mendatangi Nabi Sulaiman dan mencabut ruhnya sedangkan dia masih bersandar pada tongkatnya. Meskipun Nabi Sulaiman berada dalam istana yang tidak berpintu, namun hal itu tidak mempersulit Malaikat Maut.

 

Dan pada saat itu, jin tetap patuh menjaga Nabi Sulaiman. Mereka menyangka bahwa Nabi Sulaiman masih hidup. Kemudian, Allah mengutus rayap untuk memakan tongkat Nabi Sulaiman. Rayap pun memakan tongkat Nabi Sulaiman hingga rapuh. Akhirnya, Nabi Sulaiman tersungkur jatuh. Ketika jin melihat kejadian ini maka mereka segera pergi.

 

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini: “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. (surat Saba (34) ayat14).

 

Dalam kematian Nabi Sulaiman as, ada satu hikmah dan bukti yang jelas, yang mana bukti itu memupus keyakinan bahwa jin mengetahui alam ghaib. Jadi, tidak ada yang mengetahu keghaiban kecuali yang menciptakan alam ghaib. Dan tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi esok hari kecuali dzat yang mengetahui bisikan hati, yaitu Allah SWT.

 

E.      NABI MUSA DENGAN MALAIKAT MAUT..

 

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda dan bercerita bahwa Malaikat Maut menyapa Nabi Musa seraya berkata, “ Aku datang untuk mencabut nyawamu.” Lalu, Nabi Musa mencongkel mata Malaikat Maut hingga keluar biji matanya.

 

Kemudian Malaikat Maut kembali kepada Tuhannya seraya mengadu, “Ya Allah, Engkau telah mengutusku untuk bertemu dengan hambaMu yang enggan mati. Dia telah mencungkil mataku. Kemudian Allah mengembalikan matanya dan berkata, “Kembalilah kamu kepada hambaKu.”

 

Lalu, Malaikat berkata kepada Nabi Musa, “ Apakah kamu ingin hidup? Jika kamu ingin hidup maka letakkan tanganmu di punggungmu maka setiap helai rambu yang menutupi tanganmu maka selama satu tahun kamu akan hidup.” Nabi Musa bertanya, “Kemudian, apa yang akan terjadi setelah itu?” Malaikat menjawab, “Baru kemudian kamu akan mati.”

 

Nabi Musa berkata, “Sekarang saja. Ya Allah, wafatkanlah diri ini di bumi yang suci dan luasnya sejauh lemparan batu.”. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, jika aku di sana maka akan aku tunjukkan kepadamu kuburnya, yaitu dekat daerah Katsib Ahmar.(Hadits Riwayat Muslim)

 

Itulah lima kisah sakratulmaut dari Nabi Muhammad SAW, Nabi Idris, Nabi Ibrahim, Nabi Sulaiman dan Nabi Musa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar