Sekarang mari kita bahas kembali lalu kita tengok
dan perhatikan proses sakratulmaut yang menimpa para nabi dan para kekasih
Allah sebagaimana berikut ini.
1. Ketika Nabi Ibrahim
as, wafat, Allah SWT bertanya: “Bagaimana engkau menda-patkan kematian ini,
kekasih-Ku?” “Bagaikan tusuk sate yang ditusukkan pada daging lalu ditarik,”
jawab Nabi Ibrahim as, Allah SWT berfirman: “Padahal Aku telah meringankannya
untukmu.”
2. Ibnu Abid Dunya juga
meriwayatkan dari Al Hasan, dia berkata, “Puncak rasa sakit pada saat kematian,
yaitu ketika ruh telah sampai di kerongkongan. Ketika itu mayit akan gelisah
dan mengangkat hidungnya.” Kemudian aku (Abu Dunya) melanjutkan perkataannya
(Hasan) dengan mengatakan, “Kecuali orang yang mati syahid, dia tidak akan
merasakan sakit ketika menghadapi kematian seperti yang dirasakan orang lain.”
3. Kematian sesungguhnya
adalah peringatan bagi orang beriman yang masih hidup. Diriwayatkan bahwa pada
suatu hari Rasulullah SAW pergi ke masjid. Tiba tiba beliau mendapati suatu
kaum yang sedang mengobrol dan tertawa terbahak bahak di masjid. Nabi SAW
menghampiri mereka dan bersabda, “Ingatlah mati karena demi Dzat Yang diriku
dalam kekuasaanNya, kalau kalian tahu apa yang saya ketahui, niscaya kalian
akan sedikit tertawa dan banyak
menangis.”
4. Liang kubur adalah
tempat transit bagi jasad kita menunggu datangnya hari kebang-kitan, dan di alam
kubur (barzakh) ini pula sesungguhnya sudah dapat ditentukan apakah kita
termasuk ahli syurga atau ahli neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kuburan itu merupakan salah
satu taman syurga dan sekaligus sebagai salah satu lubang neraka”.
5. Dalam kitab Al
Bidayah, Ibnu Katsir bercerita bahwa Umar bin Abdul Azis melewati kuburan
seraya berkata, “Wahai maut, apa yang engkau lakukan pada orang orang yang kucintai?
Dimana engkau sembunyikan orang orang yang kusayangi, saudara, teman, serta
kerabatku? Wahai maut, apa yang telah engkau perbuat terhadap mereka?”
Suasana tetap hening karena taka da yang menjawab ratapannya. “Tahukah kalian
apa yang dikatakan maut? Tanya Umar pada kesempatan lain sambil menangis.
“Tidak!” jawab orang-orang di sekitarnya. “Maut berkata: “Aku lumat kedua mata,
butakan pandangan, aku lepas kedua telapak dari hasta, aku Tarik kedua hasta
dari pangkal lengan, dan kupisahkan kedua pangkal lengan dari pundak,”.
Bagi orang yang
beriman, kematian tidaklah menyurutkan langkahnya untuk terus menerus mengingat
Allah. Mereka tidak akan lari darinya, bahkan mereka menyiapkan dirinya dengan
bekal keimanan dan baju ketaqwaan saat menghadapi malaikat maut, dan fase
berikutnya, hari penghisaban di Padang Mahsyar. Mereka hampir tidak pernah
melalaikan maut karena fase itu merupakan fase yang harus dilalui oleh setiap
manusia dan pasti akan menimpa setiap makhluk-Nya.
6. Salah satu cara
Dzikrulmaut adalah melakukan ziarah kubur. Dahulu Nabi Muhammad SAW pernag
melarang umatnya melakukan ziarah kubur, tetapi kemudian larangan itu
dicabutnya. Nabi SAW bersabda: “Dahulu aku melarang kalian ziarah ke kuburan.
Sekarang, silahkan kalian melakukannya! Sebab, hal itu dapat mengingatkan
kalian pada kematian.”
7. Ibnu Umar ra,
berkata, “Saya pernah menemui Rasulullah SAW yang sedang dike-lilingi sekelompok
orang. Seseorang dari kaum Anshar bertanya? ‘Siapakah orang yang paling bijak
dan paling mulia, ya, Rasulullah?’ Rasulullah SAW menjawab, “Orang
yang paling banyak mengingat mati dan paling tekun melakukan persiapan untuk
akhirat. Mereka itulah orang yang bijak yang memperoleh kemulian dunia dan
keagungan akhirat.”
8. Cara ini acap kali
dilakukan oleh Utsman bin Affan ra. Adalah Hani, salah seorang hamba sahaya
beliau, bercerita bahwa Utsman sering berdiri seorang diri di atas kuburan
sambil menangis sehingga air matanya membasahi jenggotnya. Lalu seseorang bertanya
kepadanya, “Ketika ingat syurga dan neraka engkau tidak menangis, tetapi ketika
ingat kuburan engkau menangis.”
Utsman ra, berkata:
“Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Kuburan
merupakan salah satu tempat tinggal akhirat yang pertama. Jika selamat darinya,
maka setelahnya akan lebih mudah darinya. Tetapi jika tidak selamat darinya,
maka setelahnya akan lebih parah dan pedih darinya.”
Apa yang kami
kemukakan di atas, seharusnya memberikan peringatan agar kita jangan pernah mengabaikan
kematian. Melupakan kematian adalah salah satu ciri orang yang tidak beriman.
Ketika ingat kematian, mereka akan benci dan lari menjauh. Dalam kesibukan
sehari hari, kita sering melalaikan maut. Padahal maut adalah langkah awal
perjumpaan dengan-Nya. Untuk itu renungkanlah bagaimana dialog yang terjadi
antara malaikat maut dengan Nabi Ibrahim as,. Saat malaikat maut
menghampirinya, beliau bertanya, “Apakah seorang Kekasih akan mematikan
kekasihNya?’ Allah SWT lalu menjawab melalui MalaikatNya, “Apakah engkau berpikir bahwa
seorang pencinta tak ingin berjumpa dengan kekasihNya?” Ibrahim as,
lalu menjawab, “Kalau begitu, sekarang ambillah nyawaku!’.
Bagi para pejalan
ruhani, makam-makam merupakan tempat yang indah dan mempesona sehingga mereka
sering mengunjunginya setiap ada kesempatan. Seorang sufi yang rajin melakukan
ziarah kubur adalah Syaikh Muhammad bin Anan. Beliau berziarah ke makam makam
setiap jum’at, baik yang dia kenal dan tidak. Ketika melihat suatu makam, dia
selalu menangis dan meratapi diri karena teringat berbagai dosa dan kesalahan
yang telah dilakukannya. Salah satu doanya yang terkenal tatkala berziarah ke
kuburan kaum Mukmin adalah:
“Ya, Allah,
mungkinkah Engkau menjamin diriku selamat dari siksa kubur, sementara diriku
terus menerus lalai atas perintahMu? Kuburan ini hanya tumpukan tanah. Namun,
apa yang ada didalamnya aku tidak tahu. Aku tidak tahu apakah keimananku akan
terus terjaga sampai aku masuk ke liang lahat? Aku tidak yakin apakah ilmu yang
sedikit ada padaku dapat menyelamatkanku atau malah melaknatku?
Aku tidak yakin
apakah orang orang akan mendoakan kebaikan untukku setelah aku mati? Atau
mereka, malah mendoakan keburukan bagiku karena kezalimanku terlalu banyak
kepada mereka? “Aku takut akan kemiskinan. Namun, aku lebih takut pada
kegelapan di dalam kubur. Aku takut dikucilkan oleh orang orang.
Namun, aku lebih
takut sendirian dalam alam kubur yang mencekam. Aku takut dicemooh oleh orang
orang di dunia. Namun, aku lebih takut para malaikat mencemooh diriku dalam
kubur. Aku takut dikatakan sebagai orang yang lemah dan tidak memiliki harta.
Namun, aku lebih takut dibentak oleh Malaikat Zabbaniyyah di akhirat kelak.”
Sesungguhnya
kemuliaan diri tidak terletak pada kesombongan dan tidaklah sama dengan
kehinaan. Kemuliaan adalah cahaya dan terletak di kutub yang lain, sedangkan
kehinaan adalah kegelapan dan terletak di kutub yang lainnya lagi. Menghindari
kesombongan bukan berarti rendah diri. Karena rendah diri kepada sesama manusia
adalah kehinaan. Menghindari kesombongan adalah rendah hati, beribadah hanya
karena-Nya dan mau menerima kebenaran dari mana pun datangnya.
Tidak ada orang yang
menghindari kesombongan kemudian menjadi hina. Sekalipun orang itu tidak
dikenal di masanya, tetapi karena akhlaknya yang mulia dan beramal dengan
ikhlas, Allah mematri namanya di hati dan pikiran generasi selanjutnya. Tidak
terasa ratusan tahun kemudian namanya banyak disebut orang, nasihat-nasihatnya
didengar dan diamalkan, akhlaknya menjadi contoh teladan. Inilah makna firman
Allah, “Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang orang yang tidak
menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan yang baik
itu bagi orang-orang bertakwa.” (surat Al-Qashash (28) ayat 83).
Abu Dzar ra, berkata,
“Ada orang yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau
tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang
memujinya?” Beliau menjawab, “Itu merupakan kabar gembira bagi orang mukmin
yang diberikan lebih dahulu di dunia.” (Hadits Riwayat Muslim).
Said bin Jubair
walaupun bertahun-tahun dipenjara dan akhirnya dihukum mati, kepalanya
dipenggal oleh seorang algojo, namun ulama dan kaum muslimin mencintainya dan
mendoakannya karena dia adalah syuhada, pembela yang haq, dan penegak keadilan
yang tak takut mati.
Ibnu Taimiyah mati di dalam penjara, namun
kebaikan-kebaikannya terasa hingga kini. Dia dikenal sebagai ulama pembela
as-Sunnah, panglima perang di medan jihad, dan seorang penulis yang tiada
duanya. Kitabnya berjilid-jilid tebalnya, kandungannya sangatlah berharga, dan
menjadi rujukan banyak ulama.
Hasan al-Banna mati ditembak, yang mengubur
jenazahnya hanya empat orang; ayahnya, istrinya, anaknya, dan seorang nasrani.
Hal itu terjadi karena seluruh pengikutnya dijebloskan ke dalam penjara dan
para ulama tidak ada yang diberitahu tentang kewafatannya. Dia kini dikenal
sebagai salah satu tokoh terkemuka, mujahid, ulama shalih, da’i, murabi, dan
pendiri jamaah Islam terbesar di dunia.
Allah SWT berfirman: “Tidakkah kamu memperhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu menghasilkan
buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (surat
Ibrahim (14) ayat 24-25). Sedangkan
bagi orang-orang yang menyombongkan diri dan zhalim, sekalipun terkenal di
masanya, kaya hartanya, tinggi kedudukannya, luas kekuasaannya, namun di masa
kemudian hanya menjadi buah hinaan dan kutukan.
Al-Hajjaj seorang pejabat di masa
kekhalifahan Umayah, dikenal karena kesadisannya, kekejamannya, pembunuh para
ulama shalih, termasuk di dalamnya Said bin Jubair. Sekalipun kekayaannya
banyak, kedudukan dan pangkatnya tinggi, namun ia hina di sisi Allah dan kaum
muslimin yang mencintai kebaikan. Akhirnya ia mati dalam keadaan mengenaskan,
tubuhnya dipenuhi bisul yang apabila muncul rasa sakit darinya, terdengar suara
yang keras dari mulutnya seperti banteng yang meregang nyawa.
Ahmad bin Du’ad, seorang tokoh Mu’tazilah,
ikut andil menyiksa Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad pun mendoakan
kebinasaannya, maka Allah menimpakan padanya suatu penyakit yang membuatnya
sering mengatakan, “Adapun separoh tubuhku ini apabila dihinggapi oleh seekor
lalat, kurasakan sakit yang bukan kepalang hingga seakan-akan dunia ini kiamat.
Sedang separoh tubuhku yang lain andaikata digerogoti dengan catut sekalipun,
niscaya aku tidak merasakannya.”
Sultan yang memenjarakan Ibnu Taimiyah
akhirnya turun tahta, ulama-ulama pembisiknya akhirnya tidak dihormati
masyarakat. Ulama-ulama su’ (buruk) itu tidak dikenal kecuali hanya namanya,
dan itupun hanya orang-orang tertentu saja. Tapi Ibnu Taimiyah dikenal
sepanjang masa dan ulama-ulama serta kaum muslimin mengagumi dan meneladani
sikapnya.
Raja Faruq, pembunuh Hasan al-Banna, akhirnya
turun tahta setelah beberapa tahun kematian Hasan al-Banna. Dulunya dihormati,
kini dicaci maki dan hanya bagian dari sampah sejarah mesir yang tak berguna.
Pejabat-pejabat Mesir yang banyak menyiksa dan memasukkan aktivis ikhwanul
muslimin ke penjara, seperti Gamal Abdul Naser dan Hamzah Basyuni mati secara
mengenaskan. Yang pertama selalu dihantui ketakutan sebelum matinya, sedangkan
yang kedua mati ditabrak truk penuh dengan besi sehingga tubuhnya
tercabik-cabik tak karuan.
Allah SWT berfirman: “Dan perumpamaan kalimat yang
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa
yang Dia kehendaki.” (surat Ibrahim (14) ayat 26-27). Seberapa kayanya
Anda, kelak ketika mati harta itu tidak akan dibawa ke alam kubur.
Seberapa pintarnya Anda, sangat mudah bagi
Allah memberi satu penyakit yang menjadikan seluruh ilmu yang Anda miliki
hilang. Sekuat apa pun Anda, seberkuasanya anda, sesungguhnya Anda tidak lebih kuat dari rumput
yang sering diinjak-injak orang. Jadilah batu mulia, jangan jadi debu. Batu
mulia mahal harganya dan sangat indah bila dipandang mata. Sedangkan debu,
menempel di baju, menjadi kotor. Di mana pun ia menempel, sesuatu itu menjadi
kotor.
Batu mulia tersembunyi di dalam tanah, sangat
sulit mencarinya. Kalaupun bisa, ia diambil dengan menggunakan alat khusus.
Jika sudah diketahui ada di suatu tempat, beramai-ramai orang ke sana
mencarinya. Sedangkan debu, terlihat di depan mata, bahkan bisa membuat mata
sakit, bisa membuat orang alergi. Orang-orang berusaha sebisa mungkin
menghindari debu. Amal yang dilakukan bukan karena Allah – di dalam AlQuran –
diibaratkan “batu licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak berdebu)”. (surat Al Baqarah (2) ayat 264). Begitulah amal orang-orang yang
sombong, tidak mendapatkan apa-apa selain hanya gerakan-gerakan yang melelahkan
dan semoga itu bukanlah diri kita dan juga bukan anak keturunan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar