Selain daripada itu, Nabi Muhammad SAW juga
telah menyampaikan pesan drikrulmaut (mengingat kematian) melalui hadits
berikut ini: “sering seringlah kalian mengingat pemutus segala kenikmatan. Sebab
dialah pemutus tali persaudaraan, perampas anak dan keturunan dari orang
tuanya, sesuatu yang datang dengan membawa petaka lalu membenamkan manusia dari
lorong kegelapan, karena tidak ada yang kekal di dunia ini.” Pesan yang
telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW sangat sesuai dengan firman Allah SWT
berikut ini: “Dan tiap tiap yang ada di bumi akan binasa. Dan yang (kekal) adalah
wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (surat Ar Rahman (55)
ayat 26, 27). Namun yang terjadi adalah alih alih melaksanakan
dzikrulmaut (mengingat kematian), banyak manusia yang mengalami sindrom takut
akan kematian.
Mereka bersikap demikian karena mereka
terperdaya pada kesehatan yang mereka nikmati dan tergiur dengan keselamatan
badan dari penyakit yang berbahaya. Mereka bahkan sering menolak pada apa apa
yang dapat mengingatkan mereka pada kematian atau sesuatu yang mengakhirkan
kehidupan mereka. Ada yang tidak pernah mau pergi ke kuburan, atau tempat
tempat yang dapat mengingatkan kematian, seperti rumah sakit, panti jompo.
Mereka takut akan kenyataan yang akan mereka hadapi, yaitu menyaksikan saat
saat sakratulmaut.
Mereka berpikir, jika mereka menyaksikan hal
hal semacam itu akan mengusik dan merusak kenikmatan kenikmatan yang tengah
mereka rasakan, karena mereka menginginkan suatu kenikmatan yang abadi. Dan
diantara mereka ada yang mengalami takut dengan kegelapan, lalu trauma dengan
kegelapan. Padahal, rumah masa depan ukuran 1 kali 2 meter manusia termasuk
diri kita kita di alam kubur (barzakh) adalah rumah kesunyian dan kegelapan.
Sekarang mari kita dengarkan seruan dari “kubur” kepada anak dan keturunan dari
Nabi Adam berikut ini: “Hai, anak Adam! Sekarang kau berjalan di
atas permukaanku. Nanti kau terkubur di perutku. Kau makan kenikmatan di atas
permukaanku, tetapi kelak di perutku belatung akan memakanmu. Hai, anak Adam!
Aku adalah rumah kebuasan, aku adalah rumah penyidangan, aku adalah rumah
kesendirian, aku adalah rumah kegelapan, aku adalah rumah ular, kalajengking,
maka makmurkanlah aku dan janganlah kau hancurkan aku. Aku adalah rumah cacing,
rumah yang sepi, dan rumah yang gelap. Itulah yang kupersiapkan untukmu. Lalu
apa yang telah kau persiapkan untukku?”.
Kematian adalah sebuah fase yang harus kita
hadapi dimana dalam fase tersebut akan terjadi fase yang menyirnakan segala
impian dan amal perbuatan. Dialah pemutus tali persaudaraan, sesuatu yang
datang membawa petaka, perampas anak dan keturunan, kemudian membenamkan
manusia ke dalam lorong kegelapan.
Sebuah tempat penantian panjang, yang sangat
menakutkan, sarang ular, cacing dan belatung. Tempat mata yang acap kali
digunakan melihat hal hal yang haram akan dikuburkan, membusuk dan meleleh.
Tempat kaki yang sering digunakan untuk melakukan kemaksiatan akan hancur
membusuk. Tempat tangan yang digunakan untuk mencuri, memukul, dan merusak akan
terlepas dan terpisah dari persendiannya. Tempat wajah nan elok, rambut yang
indah dan mempesona dikerubungi ulat, cacing dan belatung yang sangat
menjijikkan.
Sakratulmaut adalah bagian dari prosesi
kematian yang setiap makhluk bernyawa pasti akan mengalaminya. Lihatlah
bagaimana kambing atau sapi kurban yang mengerang erang kesakitan saat
disembelih. Ia berteriak teriak kesakitan dalam bahasanya. Lalu bayangkanlah
ketika hal yang menakutkan itu menghampiri kita tanpa basi basi terlebih
dahulu. Rasakan detik detik kepedihan yang sangat tatkala Malaikat Maut mulai
memisahkan ruh dengan jasmani diri kita.
Dan ingat pula ketika Malaikat Jibril yang
tidak tahan melihat kepedihan di wajah Rasulullah SAW saat ruh beliau
dipisahkan dengan jasadnya oleh Malaikat Maut. Dengarkanlah rintihan Rasulullah
SAW ketika sakratulmaut.
Dengan keringat yang bercucuran dari dahinya,
beliau berdoa. “Tiada tuhan selain Allah. Tiada tuhan selain Allah. Tiada tuhan selain
Allah. Sesungguhnya sakratulmaut pasti menyertai mati. Ya Allah, tolonglah aku
saat sakratulmaut. Ya Allah, mudahkanlah bagiku sakratulmaut.” Inilah
saatnya apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW: “kepedihan kematian setara
dengan tiga ratus pukulan pedang.” Dan apa yang diucapkan oleh Nabi Musa as,:
“sakratul maut yaitu ibarat seekor
burung yang digoreng, tetapi ia tidak mati, ia diam tetapi tidak selamat,
tetapi kemudian terbang.” Lalu bagaimana dengan diri kita, yang pundaknya berat
dengan dosa dan kesalahan serta tangannya yang berlumuran maksiat?
Karena itu, tidak banyak orang yang mau
membicarakan tentang kematian karena pada dasarnya manusia takut mati. Saking takutnya dengan kematian, ada orang
yang tidak bisa tidur karena takut tidurnya akan keterusan dan berkepanjangan.
Ada yang mengisi hari harinya dengan berbagai kesenangan agar pikiran tentang
kematian tidak menghantuinya. Dan adapula orang yang bermain main dengan
maut seperti seorang akrobatis yang menantang maut. Mereka menikmati pacuan
adrenalin yang sedang menerpa tubuhnya.
Demikianlah manusia, ada yang takut mati, ada
pula yang bermain main dengan maut. Tetapi tidak berlaku bagi orang orang yang
beriman, mereka justru bergembira
menghadapi kematian, karena itulah saat kekasih berjumpa dengan kekasih
sejati-Nya. Kalau begitu, apa yang harus kita persiapkan dalam menghadapi
sakratulmaut? Nabi SAW bersabda: “Perbanyaklah olehmu mengingat si penghancur
segala kenikmatan, yaitu kematian. Sesungguhnya tidaklah seseorang yang
mengingat kematian dalam kesempitan hidup kecuali Allah memberikan kelapangan
kepadanya. Tidaklah seseorang mengingatnya dalam kelapangan hidup kecuali Allah
memberikan kesempitan baginya. (Hadits Riwayat Al Baihaqi dan Ibnu Hibban).”
Dzikrulmaut tidaklah sekedar mengingat,
seperti seorang murid mengingat ingat hafalannya. Tetapi mengingat yang berarti
mengingatkan ruh dan jasad kita akan kematian yang datangnya tanpa permisi,
tanpa memberi tahu, bahkan kadang-kadang tanpa harus menunggu tua terlebih
dahulu. Dzikrulmaut akan mengingatkan hati kita untuk terus menerus bahwa hidup
di dunia ini hanya sementara. Saling mengingatkan di antara kaum Muslim bahwa
dunia adalah ladang amal ibadah dan amal shaleh belaka. Hal ini sebagaimana
pernah dituturkan oleh “Syaikh Abdul
Qadir Jilani” berikut ini: “Hidup ini adalah ladang, ladang perlu
tanaman karena bila tidak akan ditumbuhi ilalang. Barangsiapa tidak menanam di
dunia ini, dia tidak akan menuai di akhirat kelak. Maka, tanamlah ladangmu
selagi masih hidup dengan benih kehidupan yang tenang dan damai, dengan benih
yang baik dan bagus, yang kelak akan membuahkan hasil yang baik dan bagus pula
di akhirat kelak. Insya Allah.”
Itulah salah satu maksud dari dzikrulmaut, sebab
dengannya, insya Allah kita dapat membawa bekal yang cukup untuk menjawab
pertanyaan malaikat di alam kubur dan terhindar dari siksa kubur yang sangat
dahsyat. Dengan dzikrulmaut, maka dunia ini menjadi transit menuju terminal
kehidupan yang dicitacitakan kaum Mukmin.
Untuk itu perhatikanlah nasehat dari Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya untuk menanfaatkan kehidupan ini dalam lima
perkara, “Manfaatkanlah lima perkara ini sebelum datang lima perkara lainnya:
masa mudamu sebelum datang masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu,
kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu, waktu luang sebelum datang waktu
sibukmu, dan kehidupanmu sebelum datang kematianmu.”
Dan untuk mempertegas tentang dzikrulmaut
(mengingat kematian) sebagai bagian dari pelaksanaan dzikrullah (mengingat
Allah), berikut ini akan kami kemukakan tentang dzikrullah yang dikehendaki
oleh Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Hai orang orang yang beriman, berdzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya dan bertasbihlah
kepadanya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikatNya (memohon ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang) dan adalah Dia Maha Penyayang kepada
orang orang yang beriman. (surat Al Ahzab (33) ayat 41, 42, 43).”
Allah SWT berfirman: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu
dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang orang
yang lalai. (surat Al A’raaf (7) ayat 205).” Berdasarkan surat Al Ahzab
(33) ayat 41,42,43 dan surat Al A’raf (7) ayat 205 yang kami kemukakan di atas
ini, kita diperintahkan untuk selalu berdzikir (mengingat, menyebut nama Allah)
sebanyak banyaknya dalam sehari semalam dengan cara merendahkan diri serta
tidak mengeraskan suara, agar diri kita berada di dalam kehendak Allah
SWT.
Semakin banyak kita berdzikir dengan
mengingat dan menyebut nama Allah SWT berarti semakin banyak pula diri kita
berada di dalam kehendak Allah SWT. Lalu apakah dengan kita ingat kepada Allah
dari waktu ke waktu maka kita sudah melaksanakan dzikir yang dikehendaki oleh
Allah? Jika kita hanya mampu mengingat, menyebut nama Allah SWT tanpa melakukan
tindakan atau perbuatan apapun yang sesuai dengan apa yang telah kita ingat dan
kita sebut maka kondisi ini tidak ada bedanya dengan kita memanggil nama
seseorang lalu orang yang kita sebut dan panggil diam saja tanpa memberikan
reaksi apapun kepada kita.
Sebagai contoh, kita berdzikir dengan
menyebut nama Allah Ar Rahman, lalu kita sebut dan kita kemukakan Ar Rahman
dalam dzikir kita. Namun kondisi ini tidak kita ikuti dengan perilaku dan
perbuatan Ar Rahman seperti yang kita dzikirkan maka tindakan ini bukanlah
sesuatu yang salah, tetapi termasuk dalam kategori dzikir tingkat terendah,
walaupun kita melakukannya dalam jumlah yang banyak.
“Bachtiar Ma’ani” dalam bukunya “Syahadat: Pembuka Jalan Menuju Kebahagiaan
Hakiki”, mengemukakan agar dzikir yang kita laksanakan tidak sekedar ingat
kepada Allah semata, maka hal hal yang akan kami kemukakan di bawah ini perlu
kita laksanakan dengan baik dan benar yang dilandasi dengan niat yang ikhlas,
yaitu:
1. Ingatlah kepada Allah
maka setelah kematian terjadi maka ruh/ruhani kita akan menunggu sampai hari
dibangkitkan, lalu sudahkah kita memiliki bekal selama waktu menunggu.
2. Ingatlah kepada Allah
maka pikirkanlah setelah kita hidup di dunia ini maka kita akan mati, untuk itu
persiapkanlah bekal untuk pulang kampung, dengan menjadikan bekal taqwa adalah sebaik baiknya
bekal.
3. Ingatlah kepada Allah
maka setelah kematian putus seluruh amal perbuatan kita kecuali tiga perkara,
yaitu amal shaleh, anak shaleh dan shalehah yang mendoakan serta ilmu yang
bermanfaat yang diajarkan lalu sudahkah kita mempersiapkan hal ini saat hidup
di dunia.
4. Ingatlah kepada Allah
maka setelah kematian terjadi maka kita akan meninggalkan jejak jejak kebaikan
ataukah meninggalkan jejak jejak keburukan. Lalu yang manakah diri kita?
5. Ingatlah kepada Allah
maka perhatikanlah selalu alam sekitar kita atau perhatikanlah keadaan tubuh
kita yang telah diberikan kesehatan oleh Allah SWT, lalu bersyukurlah dengan
cara melakukan aktivitas yang sesuai kehendak Allah SWT.
6. Ingatlah kepada Allah
maka perhatikanlah dan amalkanlah segala apa apa yang telah diperintahkannya
sesuai dengan syariat yang berlaku dan tinggalkan apa apa yang telah
dilarangNya.
7. Ingatlah kepada Allah
maka laksanakanlah dakwah baik melalui tutur kata ataupun melalui tulisan serta
amalkanlah ilmu yang telah kita peroleh kepada sesama manusia.
8. Ingat kepada Allah
maka mohonlah hanya kepadaNya; panjatkanlah doa hanya kepadaNya saja, dimanapun
dan kapanpun.
9. Ingatlah kepada Allah
maka pegang teguhlah apa apa yang telah diwahyukannya dan jadikanlah AlQuran
sebagai buku manual di dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi ini.
10. Ingatlah kepada Allah
maka kendalikanlah, kalahkanlah ahwa (hawa nafsu) yang ada di dalam diri dengan
selalu berada di dalam kehendak Allah SWT.
11. Ingatlah kepada Allah
maka taatilah perintahNya dan beribadahlah sebagai bentuk kebutuhan diri serta
dalam kerangka mencari ridhaNya.
12. Ingatlah kepada Allah
maka jagalah diri dari pengaruh buruk ahwa (hawa nafsu) dan syaitan serta
jagalah diri dari azab Allah SWT.
13. Ingatlah kepada Allah
maka tepatilah janji kepada Allah dan juga kepada sesama manusia.
14. Ingatlah kepada Allah
maka contoh dan teladanilah Nabi Muhammad SAW.
15. Ingatlah kepada Allah
maka perhatikanlah dan bantulah sesama umat manusia.
16. Ingatlah kepada Allah
maka jangan pernah halangi orang yang akan beriman kepada Allah SWT.
17. Ingat kepada Allah
maka akui diri berdosa lalu lakukanlah taubat.
18. Ingat kepada Allah
maka dirikanlah shalat dan kerjakanlah amal shaleh sebanyak banyaknya.
19. Ingat kepada Allah
maka imani AlQuran, pelihara, pelajari, amalkan, ajarkan serta sebar luaskan
dari waktu ke waktu.
20. Ingat kepada Allah
maka lakukan syukur setiap saat.
21. Ingat kepada
Allah maka peliharalah, amalkan Amanah
karena akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak.
22. Ingat kepada Allah
maka yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu menjagamu.
23. Ingat kepada Allah
maka beribadahlah, berbuatlah seolah olah engkau melihatNya, sekalipun engkau
tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.
24. Ingat kepada Allah
maka bertindaklah, bertingkahlakulah yang baik sebab Allah selalu beserta kita.
25. Ingat kepada Allah
lalu tunduk dan patuhlah kepadaNya dimanapun kita berada.
26. Ingat kepada Allah
maka ketahuilah bahwa: ““Seorang pria akan ditanya mengenai lima
(hal) pada Hari Kebangkitan: “Tentang hidupnya dan bagaimana ia
menghabiskannya; Tentang masa mudanya dan bagaimana ia menjadi tua; Tentang kekayaannya: di mana ia
memperolehnya; dan dengan cara apa ia
menghabiskannya; dan apa yang dia lakukan dengan pengetahuan yang dia miliki.
"(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).
Inilah bentuk bentuk dzikir (mengingat Allah)
yang paling dikehendaki oleh Allah SWT
kepada diri kita, lalu sudahkah kita mampu melaksanakan dzikir seperti yang
kami kemukakan di atas! Sebagai khalifah di muka bumi sudah sepantasnya dan
sepatutnya kita mampu berdzikir yang tidak hanya lisan semata, namun juga harus
sampai kepada dzikirnya hati yang diiringi dengan dzikir perilaku. Amien,
Seorang akrobatik yang berbakat dan berpengalaman
tentu ia harus mengasah keterampilan yang dimilikinya karena keterampilan tidak
datang begitu saja. Keterampilan harus diasahnya setiap hari dan dengan
perjuangan dan tekad yang kuat. Akhirnya ia bisa selamat ketika menyeberangi
gedung dengan seutas tali. Sekarang bayangkan jika tali itu adalah jembatan
shiratal mustaqim, yang diujungnya ada syurga yang dijanjikan Allah kepada diri
kita.
Lalu bayangkan juga jika kelak kuburan
menyambut jasad kita dengan cara melapangkan badannya dan menampakkan taman
syurgaNya kehadapan kita. Ingatlah dan tunaikan lima perkara ini: “Manfaatkanlah
lima perkara ini sebelum datang lima perkara lainnya: masa mudamu sebelum
datang masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kekayaanmu sebelum
datang kemiskinanmu, waktu luang sebelum datang waktu sibukmu, dan kehidupanmu
sebelum datang kematianmu.” maka insya Allah kematian pun akan berubah
menjadi keberkahan bagi diri kita, bagi suami/istri kita, bagi anak dan
keturunan kita, bagi kedua orang tua/mertua kita.
Agar diri kita mampu menjadi seorang yang
memiliki tekad yang kuat saat melaksanakan tugas sebagai khalifah dimuka bumi,
ada baiknya kita mempelajari sebuah kisah berikut ini:
“Pada zaman musim semi dan gugur, seorang
dari Negeri Chu bernama Yang Shu (Yang Youji) sangat mahir memanah. Memanah
dalam jarak seratus langkah tidak pernah meleset sekalipun. Raja Chu
mengangkatnya menjadi guru, mengikuti ajaranya dan belajar beberapa hari.
Setelah merasa sudah bisa, raja mengajak Yang Shu berburu. Dia ingin
menunjukkan kemampuan memanahnya.Sampai di hutan, para pemburu menyibak semak
belukar agar bebek liar yang tengah bersembunyi terbang keluar. Saat Raja Chu
bersiap untuk memanah, tiba tiba dari sebelah kirinya muncul seekor kambing
kuning. Raja Chu berpikir memanah kambing lebih mudah daripada memanah bebek.
Dia langsung mengganti sasaran. Saat itu dari sebelah kanannya melompat seekor
rusa dari dalam hutan. Raja Chu merasa memanah rusa lebih bernilai daripada
memanah kambing dan dia pun ingin memanah rusa.
Saat ragu ragu, tiba tiba dari arah depan
terbang seekor elang. Raja Chu berpikir memanah elang paling menarik, lalu
mengarahkan panahnya ke elang. Tetapi busur belum dibentangkan, elang sudah
terbang jauh. Saat itu bebek, kambing, dan rusa sudah menghilang entah ke mana.
Raja Chu menyiapkan busur dan panahnya mengarah kesana kemari, tetapi tidak ada
satupun yang terpanah. Yang Shu yang melihat dari sebelahnya, berkata kepada
Raja Chu, “Jika ingin mengarahkan sasaran dengan tepat. Haruslah ada sasaran tunggal yang jelas. Jangan mendua
hati! Melepaskan sepuluh helai daun dalam seratus langkah, bila setiap kali
saya menetapkan sasaran hanya pada satu daun saja, saya pasti bisa memanah
sepuluh kali dan tepat sasaran sebanyak sepuluh kali pula, bila saya tidak
menetapkan sasaran dengan jelas dan kesepuluh daun tersebut ingin saya panah,
pasti tak akan ada yang terpanah. Pelajaran dari rahasia memanah di atas adalah
tidak peduli belajar apa pun atau mengerjakan apa saja, berbuat kebaikan apa
saja, haruslah ada satu tujuan yang jelas dan tidak boleh mendua hati. Jika
tidak, pasti gagal di tengah jalan dan tidak satupun yang akan berhasil. (Din Man, 200 Kisah Terindah Sepanjang Masa
Dari China, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2011)
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi yang pasti mengalami kematian setelah kehidupannya, sudahkah kita
mengambil pelajaran dari pelajaran memanah di atas ini? Jika hati kita masih
sehat dan juga akal kita masih berfungsi normal, maka pelajaran memanah di atas
ini mampu membuat diri kita memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini, lalu
fokus, fokus dan fokus terhadap tujuan yang telah kita tetapkan, contohnya saat
kita hidup di dunia ini kita siap melaksanakan konsep Tahu Diri, Tahu Aturan
Main dan Tahu Tujuan Akhir dalam kerangka datang fitrah kembali fitrah untuk bertemu
dengan Dzat Yang Maha Fitrah di tempat yang fitrah (syurga), yang sesuai dengan
pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah (menyeluruh).
Sebagai penutup dari bab ini, mari kita
perhatikan dengan seksama sebuah riwayat yang bisa kita jadikan pelajaran saat
hidup di dunia ini serta di dalam mempersiapkan kematian, sebagaimana berikut
ini: Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu ketika Dzul Qarnain melewati sebuah
kaum yang tidak memiliki kekayaan duniawi sedikitpun. Mereka menggali kubur di
depan rumah, lalu setiap hari mereka mengunjungi dan membersihkannya. Mereka
senantiasa beribadah kepada Allah dan makanan mereka hanyalah rerumputan dan
hasil dari tanaman mereka.
Pada suatu hari Dzul Qarnain mengirim seorang
utusan untuk menemui raja dari kaum tersebut. "Apa urusanku dengan Dzul
Qarnain?" ujar sang raja. Mendengar jawaban seperti itu, akhirnya Dzul
Qarnain mendatanginya sendiri. "Bagaimana keadaanmu?" sapa Dzul
Qarnain. "Aku lihat engkau tidak memiliki sedikit pun emas atau perak dan
juga tidak sedikit pun kenikmatan-kenikmatan dunia yang kau punyai." "Kenikmatan
dunia tidak akan dapat memuaskan siapa pun," ujar raja. "Lalu,
mengapa kalian mengali lubang kubur di depan rumah?" "Itu
agar kami selalu mengingat kematian sepanjang kami memandang, sehingga
hilanglah rasa cinta kami kepada dunia. Tidak disibukkan dengan urusan-urusan
dunia dan mengabaikan ibadah kepada Rabb kami," urai raja.
"Dan mengapa kalian memakan
rumput?" tanya Dzul Qarnain lagi. "Kami tidak menginginkan perut kami
menjadi kuburan binatang. Juga, karena kelezatan makanan itu tidak sampai di
tenggorokan." Sang raja kemudian mengeluarkan seonggok tengkorak manusia
dan meletakkannya di atas kedua tangannya.
Lalu berkata, "Wahai, Dzul Qarnain.
Tahukah engkau, milik siapakah tengkorak ini? Tengkorak ini adalah milik
seorang raja diraja, namun dia menzalimi rakyatnya dan menganiaya orang-orang
lemah. Ia menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan barang-barang yang tidak
bermanfaat. Akibatnya, Allah mencabut nyawanya dan memasukkannya ke dalam
neraka. Dan inilah kepalanya."
Raja itu kemudian mengambil lagi seonggok
tengkorak yang lain, lalu berkata, "Tengkorak ini adalah milik seorang
raja yang adil, mengasihi rakyatnya, dan mencintai penduduk yang tinggal di
negaranya, Allah lalu mencabut nyawanya dan ditempatkan di dalam surga, Allah
pun mengangkat derajatnya, "Kemudian, sang raja mengangkat kedua
tangannya di atas kepala Dzul Qarnain seraya berkata, "Tahukah engkau
termasuk kepala yang manakah kepalamu di antara dua kepala ini?." Mendengar
hal itu Dzul Qarnain menangis tersedu-sedu, "Wahai, Sahabat,"
ujarnya, "jika engkau senang bersahabat denganku, maka sudilah engkau
menjadi salah seorang wazirku dan akan kubagikan sebagian kekuasaanku
kepadamu." "Itu tidak mungkin, Buat apa semua itu?" "Memangnya
mengapa?" tanya Dzul Qarnain heran. "Karena semua orang akan menjadi
musuhku disebabkan harta dan kekuasaan. Akan tetapi, semua orang akan menjadi
temanku disebabkan sifat qanaah dan kemiskinanku." (inilah.com).
Berdasarkan kisah Dzul Qarnain di atas ini,
sudahkah kita memiliki sikap mental seperti yang dikemukakan oleh Raja diatas
sebagai sebuah komitmen bagi kebaikan untuk kehidupan akhirat diri kita nanti?
Jika belum kapan lagi dan jika Raja di atas saja mampu, maka kitapun harus
mampu pula melaksanakannya dan siap memiliki kiat kiat tersendiri untuk
melaksanakan dzikrulmaut.
Ayo segera tentukan sikap dan tentukan kiat
kiat pribadi agar dzikrulmaut terasa indah dalam hidup ini lalu berkomitmen
untuk melaksanakannya sehingga proses dzikrulmaut dapat kita laksanakan dan
mampu menghantarkan diri kita ke syurgaNya kelak.
Akhirnya, apabila kita tidak mampu menetapkan
tujuan sebagaimana contoh di atas dan tidak fokus terhadap apa yang telah kita
nyatakan maka kita dibuat bingung, semua hendak dikejar, semua hendak
dilaksanakan. Padahal keberhasilan program yang telah nyatakan sangat
tergantung kepada fokus yang berdasarkan kemampuan, minat dan bakat pribadi
masing masing. Jangan karena melihat orang mampu melaksanakan perbuatan baik
yang besar lalu kita mencoba melakukannya tanpa memikirkan kemampuan, minat dan
bakat yang kita miliki.
Biarkan orang lain berbuat dengan kemampuan,
minat dan bakatnya. Dan kitapun bisa berbuat kebaikan pula dengan kemampuan,
minat dan bakat yang miliki. Akhirnya apa apa yang kita perbuat dengan apa apa
yang diperbuat oleh orang lain akan terjadi saling isi mengisi, tanpa pernah
berhenti dan masyarakat dengan sendirinya dapat terbantu.
Ya Allah, telah hilang tenagaku, telah merapuh tulangku, dan telah mendekat ajalku. Jangan tempatkan aku dalam golongan yang melampaui batas dan terbelenggu dengan cinta dunia saat menghadap kehadirat-Mu.Ya Allah, cabutlah nyawaku dalam keadaan syahid di jalanMu dan tempat diriku, di negeri RasulMu. Ya Allah, wafatkanlah kami dengan husnul khatimah.Ya Allah, Wafatkanlah kami dengan husnul khatimah.Ya Allah, Wafatkanlah kami dengan husnul khatimah.Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar