Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 10 Desember 2020

JADIKAN DZIKRULMAUT SEBAGAI BAGIAN DARI DZIKRULLAH (PART 2 of 2)

 

 

Selain daripada itu, Nabi Muhammad SAW juga telah menyampaikan pesan drikrulmaut (mengingat kematian) melalui hadits berikut ini: “sering seringlah kalian mengingat pemutus segala kenikmatan. Sebab dialah pemutus tali persaudaraan, perampas anak dan keturunan dari orang tuanya, sesuatu yang datang dengan membawa petaka lalu membenamkan manusia dari lorong kegelapan, karena tidak ada yang kekal di dunia ini.” Pesan yang telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW sangat sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini: “Dan tiap tiap yang ada di bumi akan binasa. Dan yang (kekal) adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (surat Ar Rahman (55) ayat 26, 27). Namun yang terjadi adalah alih alih melaksanakan dzikrulmaut (mengingat kematian), banyak manusia yang mengalami sindrom takut akan kematian.

 

Mereka bersikap demikian karena mereka terperdaya pada kesehatan yang mereka nikmati dan tergiur dengan keselamatan badan dari penyakit yang berbahaya. Mereka bahkan sering menolak pada apa apa yang dapat mengingatkan mereka pada kematian atau sesuatu yang mengakhirkan kehidupan mereka. Ada yang tidak pernah mau pergi ke kuburan, atau tempat tempat yang dapat mengingatkan kematian, seperti rumah sakit, panti jompo. Mereka takut akan kenyataan yang akan mereka hadapi, yaitu menyaksikan saat saat sakratulmaut.

 

Mereka berpikir, jika mereka menyaksikan hal hal semacam itu akan mengusik dan merusak kenikmatan kenikmatan yang tengah mereka rasakan, karena mereka menginginkan suatu kenikmatan yang abadi. Dan diantara mereka ada yang mengalami takut dengan kegelapan, lalu trauma dengan kegelapan. Padahal, rumah masa depan ukuran 1 kali 2 meter manusia termasuk diri kita kita di alam kubur (barzakh) adalah rumah kesunyian dan kegelapan.

 

Sekarang mari kita dengarkan seruan dari “kubur” kepada anak dan keturunan dari Nabi Adam berikut ini: “Hai, anak Adam! Sekarang kau berjalan di atas permukaanku. Nanti kau terkubur di perutku. Kau makan kenikmatan di atas permukaanku, tetapi kelak di perutku belatung akan memakanmu. Hai, anak Adam! Aku adalah rumah kebuasan, aku adalah rumah penyidangan, aku adalah rumah kesendirian, aku adalah rumah kegelapan, aku adalah rumah ular, kalajengking, maka makmurkanlah aku dan janganlah kau hancurkan aku. Aku adalah rumah cacing, rumah yang sepi, dan rumah yang gelap. Itulah yang kupersiapkan untukmu. Lalu apa yang telah kau persiapkan untukku?”.

 

Kematian adalah sebuah fase yang harus kita hadapi dimana dalam fase tersebut akan terjadi fase yang menyirnakan segala impian dan amal perbuatan. Dialah pemutus tali persaudaraan, sesuatu yang datang membawa petaka, perampas anak dan keturunan, kemudian membenamkan manusia ke dalam lorong kegelapan.

Sebuah tempat penantian panjang, yang sangat menakutkan, sarang ular, cacing dan belatung. Tempat mata yang acap kali digunakan melihat hal hal yang haram akan dikuburkan, membusuk dan meleleh. Tempat kaki yang sering digunakan untuk melakukan kemaksiatan akan hancur membusuk. Tempat tangan yang digunakan untuk mencuri, memukul, dan merusak akan terlepas dan terpisah dari persendiannya. Tempat wajah nan elok, rambut yang indah dan mempesona dikerubungi ulat, cacing dan belatung yang sangat menjijikkan.

 

Sakratulmaut adalah bagian dari prosesi kematian yang setiap makhluk bernyawa pasti akan mengalaminya. Lihatlah bagaimana kambing atau sapi kurban yang mengerang erang kesakitan saat disembelih. Ia berteriak teriak kesakitan dalam bahasanya. Lalu bayangkanlah ketika hal yang menakutkan itu menghampiri kita tanpa basi basi terlebih dahulu. Rasakan detik detik kepedihan yang sangat tatkala Malaikat Maut mulai memisahkan ruh dengan jasmani diri kita.

 

Dan ingat pula ketika Malaikat Jibril yang tidak tahan melihat kepedihan di wajah Rasulullah SAW saat ruh beliau dipisahkan dengan jasadnya oleh Malaikat Maut. Dengarkanlah rintihan Rasulullah SAW ketika sakratulmaut.

 

Dengan keringat yang bercucuran dari dahinya, beliau berdoa. “Tiada tuhan selain Allah. Tiada tuhan selain Allah. Tiada tuhan selain Allah. Sesungguhnya sakratulmaut pasti menyertai mati. Ya Allah, tolonglah aku saat sakratulmaut. Ya Allah, mudahkanlah bagiku sakratulmaut.” Inilah saatnya apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW: “kepedihan kematian setara dengan tiga ratus pukulan pedang.” Dan apa yang diucapkan oleh Nabi Musa as,: “sakratul  maut yaitu ibarat seekor burung yang digoreng, tetapi ia tidak mati, ia diam tetapi tidak selamat, tetapi kemudian terbang.” Lalu bagaimana dengan diri kita, yang pundaknya berat dengan dosa dan kesalahan serta tangannya yang berlumuran maksiat?

 

Karena itu, tidak banyak orang yang mau membicarakan tentang kematian karena pada dasarnya manusia takut mati. Saking takutnya dengan kematian, ada orang yang tidak bisa tidur karena takut tidurnya akan keterusan dan berkepanjangan. Ada yang mengisi hari harinya dengan berbagai kesenangan agar pikiran tentang kematian tidak menghantuinya. Dan adapula orang yang bermain main dengan maut seperti seorang akrobatis yang menantang maut. Mereka menikmati pacuan adrenalin yang sedang menerpa tubuhnya.

 

Demikianlah manusia, ada yang takut mati, ada pula yang bermain main dengan maut. Tetapi tidak berlaku bagi orang orang yang beriman, mereka justru bergembira  menghadapi kematian, karena itulah saat kekasih berjumpa dengan kekasih sejati-Nya. Kalau begitu, apa yang harus kita persiapkan dalam menghadapi sakratulmaut? Nabi SAW bersabda: “Perbanyaklah olehmu mengingat si penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian. Sesungguhnya tidaklah seseorang yang mengingat kematian dalam kesempitan hidup kecuali Allah memberikan kelapangan kepadanya. Tidaklah seseorang mengingatnya dalam kelapangan hidup kecuali Allah memberikan kesempitan baginya. (Hadits Riwayat Al Baihaqi dan Ibnu Hibban).”

 

Dzikrulmaut tidaklah sekedar mengingat, seperti seorang murid mengingat ingat hafalannya. Tetapi mengingat yang berarti mengingatkan ruh dan jasad kita akan kematian yang datangnya tanpa permisi, tanpa memberi tahu, bahkan kadang-kadang tanpa harus menunggu tua terlebih dahulu. Dzikrulmaut akan mengingatkan hati kita untuk terus menerus bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Saling mengingatkan di antara kaum Muslim bahwa dunia adalah ladang amal ibadah dan amal shaleh belaka. Hal ini sebagaimana pernah dituturkan oleh “Syaikh Abdul Qadir Jilani” berikut ini: “Hidup ini adalah ladang, ladang perlu tanaman karena bila tidak akan ditumbuhi ilalang. Barangsiapa tidak menanam di dunia ini, dia tidak akan menuai di akhirat kelak. Maka, tanamlah ladangmu selagi masih hidup dengan benih kehidupan yang tenang dan damai, dengan benih yang baik dan bagus, yang kelak akan membuahkan hasil yang baik dan bagus pula di akhirat kelak. Insya Allah.”

 

Itulah salah satu maksud dari dzikrulmaut, sebab dengannya, insya Allah kita dapat membawa bekal yang cukup untuk menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur dan terhindar dari siksa kubur yang sangat dahsyat. Dengan dzikrulmaut, maka dunia ini menjadi transit menuju terminal kehidupan yang dicitacitakan kaum Mukmin.

 

Untuk itu perhatikanlah nasehat dari Nabi Muhammad SAW kepada umatnya untuk menanfaatkan kehidupan ini dalam lima perkara, “Manfaatkanlah lima perkara ini sebelum datang lima perkara lainnya: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu, waktu luang sebelum datang waktu sibukmu, dan kehidupanmu sebelum datang kematianmu.”

 

Dan untuk mempertegas tentang dzikrulmaut (mengingat kematian) sebagai bagian dari pelaksanaan dzikrullah (mengingat Allah), berikut ini akan kami kemukakan tentang dzikrullah yang dikehendaki oleh Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Hai orang orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNya (memohon ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang) dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang orang yang beriman. (surat Al Ahzab (33) ayat 41, 42, 43).”

 

Allah SWT berfirman: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang orang yang lalai. (surat Al A’raaf (7) ayat 205).” Berdasarkan surat Al Ahzab (33) ayat 41,42,43 dan surat Al A’raf (7) ayat 205 yang kami kemukakan di atas ini, kita diperintahkan untuk selalu berdzikir (mengingat, menyebut nama Allah) sebanyak banyaknya dalam sehari semalam dengan cara merendahkan diri serta tidak mengeraskan suara, agar diri kita berada di dalam kehendak Allah SWT. 

 

Semakin banyak kita berdzikir dengan mengingat dan menyebut nama Allah SWT berarti semakin banyak pula diri kita berada di dalam kehendak Allah SWT. Lalu apakah dengan kita ingat kepada Allah dari waktu ke waktu maka kita sudah melaksanakan dzikir yang dikehendaki oleh Allah? Jika kita hanya mampu mengingat, menyebut nama Allah SWT tanpa melakukan tindakan atau perbuatan apapun yang sesuai dengan apa yang telah kita ingat dan kita sebut maka kondisi ini tidak ada bedanya dengan kita memanggil nama seseorang lalu orang yang kita sebut dan panggil diam saja tanpa memberikan reaksi apapun kepada kita.

 

Sebagai contoh, kita berdzikir dengan menyebut nama Allah Ar Rahman, lalu kita sebut dan kita kemukakan Ar Rahman dalam dzikir kita. Namun kondisi ini tidak kita ikuti dengan perilaku dan perbuatan Ar Rahman seperti yang kita dzikirkan maka tindakan ini bukanlah sesuatu yang salah, tetapi termasuk dalam kategori dzikir tingkat terendah, walaupun kita melakukannya dalam jumlah yang banyak.

 

Bachtiar Ma’ani” dalam bukunya “Syahadat: Pembuka Jalan Menuju Kebahagiaan Hakiki”, mengemukakan agar dzikir yang kita laksanakan tidak sekedar ingat kepada Allah semata, maka hal hal yang akan kami kemukakan di bawah ini perlu kita laksanakan dengan baik dan benar yang dilandasi dengan niat yang ikhlas, yaitu:

 

1.       Ingatlah kepada Allah maka setelah kematian terjadi maka ruh/ruhani kita akan menunggu sampai hari dibangkitkan, lalu sudahkah kita memiliki bekal selama waktu menunggu.

2.       Ingatlah kepada Allah maka pikirkanlah setelah kita hidup di dunia ini maka kita akan mati, untuk itu persiapkanlah bekal untuk pulang kampung, dengan  menjadikan bekal taqwa adalah sebaik baiknya bekal. 

3.       Ingatlah kepada Allah maka setelah kematian putus seluruh amal perbuatan kita kecuali tiga perkara, yaitu amal shaleh, anak shaleh dan shalehah yang mendoakan serta ilmu yang bermanfaat yang diajarkan lalu sudahkah kita mempersiapkan hal ini saat hidup di dunia.

4.       Ingatlah kepada Allah maka setelah kematian terjadi maka kita akan meninggalkan jejak jejak kebaikan ataukah meninggalkan jejak jejak keburukan. Lalu yang manakah diri kita?

5.       Ingatlah kepada Allah maka perhatikanlah selalu alam sekitar kita atau perhatikanlah keadaan tubuh kita yang telah diberikan kesehatan oleh Allah SWT, lalu bersyukurlah dengan cara melakukan aktivitas yang sesuai kehendak Allah SWT.

6.       Ingatlah kepada Allah maka perhatikanlah dan amalkanlah segala apa apa yang telah diperintahkannya sesuai dengan syariat yang berlaku dan tinggalkan apa apa yang telah dilarangNya.

7.       Ingatlah kepada Allah maka laksanakanlah dakwah baik melalui tutur kata ataupun melalui tulisan serta amalkanlah ilmu yang telah kita peroleh kepada sesama manusia.

8.       Ingat kepada Allah maka mohonlah hanya kepadaNya; panjatkanlah doa hanya kepadaNya saja, dimanapun dan kapanpun.

9.       Ingatlah kepada Allah maka pegang teguhlah apa apa yang telah diwahyukannya dan jadikanlah AlQuran sebagai buku manual di dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi ini.

10.   Ingatlah kepada Allah maka kendalikanlah, kalahkanlah ahwa (hawa nafsu) yang ada di dalam diri dengan selalu berada di dalam kehendak Allah SWT.

11.   Ingatlah kepada Allah maka taatilah perintahNya dan beribadahlah sebagai bentuk kebutuhan diri serta dalam kerangka mencari ridhaNya. 

12.   Ingatlah kepada Allah maka jagalah diri dari pengaruh buruk ahwa (hawa nafsu) dan syaitan serta jagalah diri dari azab Allah SWT.

13.   Ingatlah kepada Allah maka tepatilah janji kepada Allah dan juga kepada sesama manusia.

14.   Ingatlah kepada Allah maka contoh dan teladanilah Nabi Muhammad SAW.

15.   Ingatlah kepada Allah maka perhatikanlah dan bantulah sesama umat manusia.

16.   Ingatlah kepada Allah maka jangan pernah halangi orang yang akan beriman kepada Allah SWT.

17.   Ingat kepada Allah maka akui diri berdosa lalu lakukanlah taubat.

18.   Ingat kepada Allah maka dirikanlah shalat dan kerjakanlah amal shaleh sebanyak banyaknya.

19.   Ingat kepada Allah maka imani AlQuran, pelihara, pelajari, amalkan, ajarkan serta sebar luaskan dari waktu ke waktu.

20.   Ingat kepada Allah maka lakukan syukur setiap saat.

21.   Ingat kepada Allah  maka peliharalah, amalkan Amanah karena akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak.

22.   Ingat kepada Allah maka yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu menjagamu.

23.   Ingat kepada Allah maka beribadahlah, berbuatlah seolah olah engkau melihatNya, sekalipun engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.

24.   Ingat kepada Allah maka bertindaklah, bertingkahlakulah yang baik sebab Allah selalu beserta kita.

25.   Ingat kepada Allah lalu tunduk dan patuhlah kepadaNya dimanapun kita berada.

26.    Ingat kepada Allah maka ketahuilah bahwa: ““Seorang pria akan ditanya mengenai lima (hal) pada Hari Kebangkitan: “Tentang hidupnya dan bagaimana ia menghabiskannya; Tentang masa mudanya dan bagaimana ia menjadi tua;  Tentang kekayaannya: di mana ia memperolehnya;  dan dengan cara apa ia menghabiskannya; dan apa yang dia lakukan dengan pengetahuan yang dia miliki. "(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).

 

Inilah bentuk bentuk dzikir (mengingat Allah) yang  paling dikehendaki oleh Allah SWT kepada diri kita, lalu sudahkah kita mampu melaksanakan dzikir seperti yang kami kemukakan di atas! Sebagai khalifah di muka bumi sudah sepantasnya dan sepatutnya kita mampu berdzikir yang tidak hanya lisan semata, namun juga harus sampai kepada dzikirnya hati yang diiringi dengan dzikir perilaku. Amien,

Seorang akrobatik yang berbakat dan berpengalaman tentu ia harus mengasah keterampilan yang dimilikinya karena keterampilan tidak datang begitu saja. Keterampilan harus diasahnya setiap hari dan dengan perjuangan dan tekad yang kuat. Akhirnya ia bisa selamat ketika menyeberangi gedung dengan seutas tali. Sekarang bayangkan jika tali itu adalah jembatan shiratal mustaqim, yang diujungnya ada syurga yang dijanjikan Allah kepada diri kita.

 

Lalu bayangkan juga jika kelak kuburan menyambut jasad kita dengan cara melapangkan badannya dan menampakkan taman syurgaNya kehadapan kita. Ingatlah dan tunaikan lima perkara ini: “Manfaatkanlah lima perkara ini sebelum datang lima perkara lainnya: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu, waktu luang sebelum datang waktu sibukmu, dan kehidupanmu sebelum datang kematianmu.” maka insya Allah kematian pun akan berubah menjadi keberkahan bagi diri kita, bagi suami/istri kita, bagi anak dan keturunan kita, bagi kedua orang tua/mertua kita.

 

Agar diri kita mampu menjadi seorang yang memiliki tekad yang kuat saat melaksanakan tugas sebagai khalifah dimuka bumi, ada baiknya kita mempelajari sebuah kisah berikut ini:

 

“Pada zaman musim semi dan gugur, seorang dari Negeri Chu bernama Yang Shu (Yang Youji) sangat mahir memanah. Memanah dalam jarak seratus langkah tidak pernah meleset sekalipun. Raja Chu mengangkatnya menjadi guru, mengikuti ajaranya dan belajar beberapa hari. Setelah merasa sudah bisa, raja mengajak Yang Shu berburu. Dia ingin menunjukkan kemampuan memanahnya.Sampai di hutan, para pemburu menyibak semak belukar agar bebek liar yang tengah bersembunyi terbang keluar. Saat Raja Chu bersiap untuk memanah, tiba tiba dari sebelah kirinya muncul seekor kambing kuning. Raja Chu berpikir memanah kambing lebih mudah daripada memanah bebek. Dia langsung mengganti sasaran. Saat itu dari sebelah kanannya melompat seekor rusa dari dalam hutan. Raja Chu merasa memanah rusa lebih bernilai daripada memanah kambing dan dia pun ingin memanah rusa.

 

Saat ragu ragu, tiba tiba dari arah depan terbang seekor elang. Raja Chu berpikir memanah elang paling menarik, lalu mengarahkan panahnya ke elang. Tetapi busur belum dibentangkan, elang sudah terbang jauh. Saat itu bebek, kambing, dan rusa sudah menghilang entah ke mana. Raja Chu menyiapkan busur dan panahnya mengarah kesana kemari, tetapi tidak ada satupun yang terpanah. Yang Shu yang melihat dari sebelahnya, berkata kepada Raja Chu, “Jika ingin mengarahkan sasaran dengan tepat. Haruslah  ada sasaran tunggal yang jelas. Jangan mendua hati! Melepaskan sepuluh helai daun dalam seratus langkah, bila setiap kali saya menetapkan sasaran hanya pada satu daun saja, saya pasti bisa memanah sepuluh kali dan tepat sasaran sebanyak sepuluh kali pula, bila saya tidak menetapkan sasaran dengan jelas dan kesepuluh daun tersebut ingin saya panah, pasti tak akan ada yang terpanah. Pelajaran dari rahasia memanah di atas adalah tidak peduli belajar apa pun atau mengerjakan apa saja, berbuat kebaikan apa saja, haruslah ada satu tujuan yang jelas dan tidak boleh mendua hati. Jika tidak, pasti gagal di tengah jalan dan tidak satupun yang akan berhasil. (Din Man, 200 Kisah Terindah Sepanjang Masa Dari China, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2011)

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang pasti mengalami kematian setelah kehidupannya, sudahkah kita mengambil pelajaran dari pelajaran memanah di atas ini? Jika hati kita masih sehat dan juga akal kita masih berfungsi normal, maka pelajaran memanah di atas ini mampu membuat diri kita memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini, lalu fokus, fokus dan fokus terhadap tujuan yang telah kita tetapkan, contohnya saat kita hidup di dunia ini kita siap melaksanakan konsep Tahu Diri, Tahu Aturan Main dan Tahu Tujuan Akhir dalam kerangka datang fitrah kembali fitrah untuk bertemu dengan Dzat Yang Maha Fitrah di tempat yang fitrah (syurga), yang sesuai dengan pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah (menyeluruh).

 

Sebagai penutup dari bab ini, mari kita perhatikan dengan seksama sebuah riwayat yang bisa kita jadikan pelajaran saat hidup di dunia ini serta di dalam mempersiapkan kematian, sebagaimana berikut ini: Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu ketika Dzul Qarnain melewati sebuah kaum yang tidak memiliki kekayaan duniawi sedikitpun. Mereka menggali kubur di depan rumah, lalu setiap hari mereka mengunjungi dan membersihkannya. Mereka senantiasa beribadah kepada Allah dan makanan mereka hanyalah rerumputan dan hasil dari tanaman mereka.

 

Pada suatu hari Dzul Qarnain mengirim seorang utusan untuk menemui raja dari kaum tersebut. "Apa urusanku dengan Dzul Qarnain?" ujar sang raja. Mendengar jawaban seperti itu, akhirnya Dzul Qarnain mendatanginya sendiri. "Bagaimana keadaanmu?" sapa Dzul Qarnain. "Aku lihat engkau tidak memiliki sedikit pun emas atau perak dan juga tidak sedikit pun kenikmatan-kenikmatan dunia yang kau punyai." "Kenikmatan dunia tidak akan dapat memuaskan siapa pun," ujar raja. "Lalu, mengapa kalian mengali lubang kubur di depan rumah?" "Itu agar kami selalu mengingat kematian sepanjang kami memandang, sehingga hilanglah rasa cinta kami kepada dunia. Tidak disibukkan dengan urusan-urusan dunia dan mengabaikan ibadah kepada Rabb kami," urai raja.

 

"Dan mengapa kalian memakan rumput?" tanya Dzul Qarnain lagi. "Kami tidak menginginkan perut kami menjadi kuburan binatang. Juga, karena kelezatan makanan itu tidak sampai di tenggorokan." Sang raja kemudian mengeluarkan seonggok tengkorak manusia dan meletakkannya di atas kedua tangannya.

 

Lalu berkata, "Wahai, Dzul Qarnain. Tahukah engkau, milik siapakah tengkorak ini? Tengkorak ini adalah milik seorang raja diraja, namun dia menzalimi rakyatnya dan menganiaya orang-orang lemah. Ia menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan barang-barang yang tidak bermanfaat. Akibatnya, Allah mencabut nyawanya dan memasukkannya ke dalam neraka. Dan inilah kepalanya."

 

Raja itu kemudian mengambil lagi seonggok tengkorak yang lain, lalu berkata, "Tengkorak ini adalah milik seorang raja yang adil, mengasihi rakyatnya, dan mencintai penduduk yang tinggal di negaranya, Allah lalu mencabut nyawanya dan ditempatkan di dalam surga, Allah pun mengangkat derajatnya, "Kemudian, sang raja mengangkat kedua tangannya di atas kepala Dzul Qarnain seraya berkata, "Tahukah engkau termasuk kepala yang manakah kepalamu di antara dua kepala ini?." Mendengar hal itu Dzul Qarnain menangis tersedu-sedu, "Wahai, Sahabat," ujarnya, "jika engkau senang bersahabat denganku, maka sudilah engkau menjadi salah seorang wazirku dan akan kubagikan sebagian kekuasaanku kepadamu." "Itu tidak mungkin, Buat apa semua itu?" "Memangnya mengapa?" tanya Dzul Qarnain heran. "Karena semua orang akan menjadi musuhku disebabkan harta dan kekuasaan. Akan tetapi, semua orang akan menjadi temanku disebabkan sifat qanaah dan kemiskinanku." (inilah.com).

 

Berdasarkan kisah Dzul Qarnain di atas ini, sudahkah kita memiliki sikap mental seperti yang dikemukakan oleh Raja diatas sebagai sebuah komitmen bagi kebaikan untuk kehidupan akhirat diri kita nanti? Jika belum kapan lagi dan jika Raja di atas saja mampu, maka kitapun harus mampu pula melaksanakannya dan siap memiliki kiat kiat tersendiri untuk melaksanakan dzikrulmaut.

 

Ayo segera tentukan sikap dan tentukan kiat kiat pribadi agar dzikrulmaut terasa indah dalam hidup ini lalu berkomitmen untuk melaksanakannya sehingga proses dzikrulmaut dapat kita laksanakan dan mampu menghantarkan diri kita ke syurgaNya kelak. 

 

Akhirnya, apabila kita tidak mampu menetapkan tujuan sebagaimana contoh di atas dan tidak fokus terhadap apa yang telah kita nyatakan maka kita dibuat bingung, semua hendak dikejar, semua hendak dilaksanakan. Padahal keberhasilan program yang telah nyatakan sangat tergantung kepada fokus yang berdasarkan kemampuan, minat dan bakat pribadi masing masing. Jangan karena melihat orang mampu melaksanakan perbuatan baik yang besar lalu kita mencoba melakukannya tanpa memikirkan kemampuan, minat dan bakat yang kita miliki.

 

Biarkan orang lain berbuat dengan kemampuan, minat dan bakatnya. Dan kitapun bisa berbuat kebaikan pula dengan kemampuan, minat dan bakat yang miliki. Akhirnya apa apa yang kita perbuat dengan apa apa yang diperbuat oleh orang lain akan terjadi saling isi mengisi, tanpa pernah berhenti dan masyarakat dengan sendirinya dapat terbantu. 

 

 

Ya Allah, telah hilang tenagaku, telah merapuh tulangku, dan telah mendekat ajalku. Jangan tempatkan aku dalam golongan yang melampaui batas dan terbelenggu dengan cinta dunia saat menghadap kehadirat-Mu.Ya Allah, cabutlah nyawaku dalam keadaan syahid di jalanMu dan tempat diriku, di negeri RasulMu. Ya Allah, wafatkanlah kami dengan husnul khatimah.Ya Allah, Wafatkanlah kami dengan husnul khatimah.Ya Allah, Wafatkanlah kami dengan husnul khatimah.Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar