F.
HUSNUL KHATIMAH vs
SUUL KHATIMAH.
Untuk melengkapi
kisah kisah sakratulmaut diatas. Sekarang mari kita pelajari dan renungkan
kisah kisah sakratul maut baik yang bersifat Husnul Khatimah maupun yang Suul Khatimah, berikut ini:
1.
Mereka Yang Husnul
Khatimah. Renungilah,
semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan ridha-Nya kepada diri kita, kepada
orang tua (mertua) kita, kepada anak dan keturuanan kita tentang drama husnul
khatimah berikut ini:
a.
Kematian Amru bin Al
Jumuh. Amru
bin Al Jumuh adalah yang yang pincang
kakinya. Dia memiliki empat anak laki laki yang ikut maju ke medan perang
bersama Rasulullah SAW. Ketika Nabi dan balatentaranya berangkat menuju perang
Uhud, Amru bin Al Jumuh ingin ikit berperang juga.
Anak anaknya berkata,
“Allah telah memberikan kemurahan kepada ayahanda untuk tidak berperang.
Ayahanda di rumah saja dan kamu cukup sebagai gantinya.” Kemudian Amru bin Al
Jumuh menghadap kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasul, mereka anak
anakku telah melarangku untuk ikut berperang bersamamu. Sungguh, aku berharap
untuk bisa mati syahid sehingga ada dapat berjalan di syurga dengan kakiku yang
pincang itu.”
Rasulullah SAW
menjawabnya, “Allah telah memberikan kemudahan kepadamu untuk tidak ikut berperang.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada anak anaknya, “Mengapa kamu tidak
mengajak bapakmu untuk ikut berperang. Semoga Allah menganugerahkan mati syahid
kepadanya.” Maka, Amru bin Al Jumuh berangkat bersama Rasulullah SAW ke kancah peperangan dan di sana dia
menggapai impiannya yaitu mati syahid dalam perang uhud.
b.
Kematian Mu’awiyah. Tatkala ajal Muawiyah
bin Abu Sufyan sudah dekat, dia berkata kepada keluarganya, “Dudukkanlah aku.”
Maka diapun didudukkan. Lalu, dia bertasbih serta berdzikir kepada Allah
sembari menangis.
Seseorang berkata,
“Wahai Muawiyah, kamu baru mengingat Tuhanmu setelah dirimu tua dan lemah.
Bukankah sebaiknya hal itu dilakukan di kala usia masih muda dan jiwa masih
bugar.” Mendengar perkataan itu, Muawiyah tambah menangis hingga suaranya
melengking. Kemudian orang itu berkatam “Ya Allah, rahmatilah kakek yang telah
bermaksiat dan hatinya yang telah membatu ini. Ya Rabbi, jagalah dirinya dari
kemaksiatan dan ampunilah dosa dosanya. Tumpahkanlah kasihMu kepada mereka yang
tidak berharap kecuali kepadaMu dan kepada mereka yang tidak bersandar kecuali
kepada diriMu.”
Dikisahkan oleh
seorang kakek dari Bani Quraisy bahwa dia dan beberapa orang datang menemui
Muawiyah yang sedang sakit. Mereka melihat kulitnya berkerut. Kemudian, kakek
tadi mengucapkan hamdallah dan memuji kepada Allah seraya berkata, “Apakah
dunia ini seperti yang kita rasakan dan kita lihat.
Demi Allah, kita
telah menyambut kemegahan dunia dengan kesungguhan kita, kenikmatan kita dan
hidup kita. Dan kemewahan dunia yang kita pakai ini akan hilang sedikit demi
sedikit. Maka kemewahan dunia ini hanya akan menghancurkan kita, meninggalkan
kita dan mencela kita. Oleh karena itu, jauhkan kemewahan dunia dari rumah,
jauhkan kemewahan dunia dari rumah.
c.
Kematian Muadz bin
Jabbal. Ketika
kematian menjemput Muadz maka dia berkata, “ Ya Allah, sungguh aku takut
kepadaMu. Hari ini, aku akan mengharap kepadaMu. Ya Allah, Engkau tahu bahwa
aku tidak cinta dunia dan aku tidak suka berlama lama di dalamnya. Keberadaanku
di dunia ini bukan untuk menelusuri sungai sungainya dan bukan untuk menanam
tumbuh tumbuhan. Akan tetapi, untuk bersungguh sungguh dalam beribadah, sabar
dalam menghadapi cobaan dan berlomba dengan para ulama dalam majelis dzikir.”
Ketika kerinduannya
kepada Allah memuncak, tidak seorangpun yang menyamai kerinduannya ini, dan
tatkala dia sadar dari komanya, dia membuka matana seraya berkata, “Ya Rabbi,
cekiklah aku dengan cekikanMu dan aku akan memberikan isyarat kepadaMu. Sungguh
Engkau tahu, bahwa hatiku cinta kepadaMu.”
d.
Kematian Salman al
Farizi. Tatkala
Salman akan meninggal dunia, dia menangis. Seseorang bertanya, “Apa yang
menyebabkan kamu menangis?” Salman menjawab, “Aku menangis bukan karena sedih
meninggalkan dunia, akan tetapi Rasulullah telah mewanti wanti kepada kita.
Yaitu; ketika kita meninggalkan dunia maka kita tak ubahnya musafir yang sudah
berbekal.” Ketika Salman sudah tiada, semua harta peninggalannya dihitung
dimana semuanya hanya bernilai sepuluh dirham.
e.
Kematian Bilal. Ketika kematian menjemput
Bilal, istrinya berkata, “Oh, sedihnya!” Bilal berkata, “Alangkah bahagianya!
Besok aku akan bertemu dengan kekasihku, Muhammad dan para sahabatnya.”
f.
Kematian Umar bin
Abdul Azis. Fatimah
binti Abdul Malik bin Marwan, istri dari Umar bin Abdul Aziz, berkata, “Di saat
sakit menjelang kematian Umar, aku mendengar dia berkata, Ya Allah,
rahasiakanlah kematianku dari mereka walaupun pada siang hari.” Pada hari
kematiannya, aku keluar dari kamarnya dan aku duduk di ruangan lain. Antara aku
dan dia dipisah oleh pintu dan aku mendengar dia berkata, “Negeri akhirat itu, Kami jadikan
untuk orang orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang orang yang
bertaqwa.(surat Al Qashash (28) ayat 83).” Setelah itu, suasana hening.
Aku tidak mendengar bunyi gerakan ataupun suara. Maka, aku berkata kepada salah
seorang abdi, “Lihatlah, apakah dia sudah tidur?” ketika dia masuk kamar, dia
menjerit. Maka aku segera melihatnya, ternyata Umar sudah meninggal dunia.
Dalam sebuah kisah
disebutkan, ketika ruh akan terlepas dari raga Umar bin Abdul AziZ, seseorang
berkata, “Wahai Amirul Mukminin, berwasiatlah kepada kami.” Umar berkata, “Aku
memperingatkan kamu sebagaimana yang aku alami saat ini. Karena kamu semua
pasti akan merasakannya.”
Dan, dalam kisah yang
lain diriwayatkan, ketika Umar bin Abdul Aziz sedang sakit keras, seorang tabib
didatangkan. Maka, tabih memeriksanya seraya berkata, “Aku melihat seorang laki
laki yang telah meminum racun, namun dia tidak yakin bahwa dirinya akan mati.”
Kemudian, Umar mengangkat pandangannya seraya berkata, “Dan kamu juga tidak
yakin bahwa orang yang tidak minum racun akan mati.”
Tabib berkata, “Wahai
Amirul Mukminin, apakah dengan ini semua kamu merasa lebih baik?”. Umar
menjawab, “Benar, aku merasakannya ketika perutku terasa sakit. Tabib berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, aku akan mengobatimu. Namun aku takut, justru ruhmu
akan hilang dari jasadmu.” Umar bin Abdul Aziz berkata, “Tuhanku adalah sebaik
baik tempat kembali. Sungguh, jika aku tahu penderitaanku ada di bawah daun
telingaku maka tanganku tidak akan pernah menyentuhnya. Ya Allah, indahkanlah
diri ini di saat berjumpa denganMu. Kemudian, tidak lama setelah itu Umar bin
Abdul Aziz kembali ke haribaan Rabbnya.
g.
Kematian Harun Al
Rasyid.Harun
Ar Rasyid telah menyiapkan sendiri kain kafanya tatkala kematian akan
menjenguknya. Pada suatu saat, dia memandangi kain kafan itu seraya berkata, “Hartaku
sekali kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku.
(surat Al Haqqah (69) ayat 28, 29).”
2. 2. Mereka Yang Suul
Khatimah.
a.
Rabu bin Sabrah bin
Ma’bad Al Juhani adalah
seorang yang sangat rajin beribadah di kota Basrah. Dia bercerita; di Syam aku
melihat seorang laki laki yang mengatakan pada temannya yang lagi sakit keras,
“Wahai Fulan, ucapkanlah Laa ilaha illallah.” Namun temannya yang sakit itu
menjawab, “Minumlah dan tuangkanlah kepadaku,”
b.
Di kota Ahwaz ada seorang laki laki yang berkata kepada
salah seorang keluarganya yang sedang sakit, “Wahai fulan, ucapkanlah Laa ilaha
Illallah.” Namun dia menjawab, “Sepuluh, sebelas, dua belas.” Ternyata laki
laki ini dalam hidupnya hanya disibukkan dengan pekerjaannya, hingga menjelang
kematiannya dia pun terus menghitung dan menimbang.
c.
Dalam kisah disebutkan; Seorang makelar sedang mengalami
sakratulmaut. Kemudian ada seseorang yang berkata kepadanya, “ucapkanlah Laa
Ilaha Illallah.” Namun dia menjawab, “Tiga setengah, empat setengah,” Dirinya
telah dikuasai oleh profesinya sebagai makelar.
d.
Dalam kisah disebutkan; di negeri Mesir, ada seorang laki
laki yang rajin beribadah di masjid. Dia selalu adzan dan shalat berjamaah
hingga wajahnya memancarkan cahaya keimanan. Pada suatu hari, dia naik ke atas
menara masjid seperti biasanya untuk mengumandangkan adzan. Di bawah menara
terdapat rumah seorang Nasrani. Laki laki itu sudah berada di atas menara dan
dari sana dia melihat anak perempuan orang nasrani.
Hati laki laki itu
terpikat dengan kecantikan putri nasrani hingga dia meninggalkan adzan. Dia
turun dari atas menara untuk menjumpai sang gadis. Akhirnya, dia masuk ke rumah
orang nasrani dan dia bertemu denga sang putri.
Sang putri berkata
kepadanya, “Tuan perlu apa? Apa yang tuan inginkan?” Dia menjawab, “Kamu yang
aku inginkan.” Sang puri menjawab, “Mengapa tuan menginginkan diriku?” Dia
menjawab, “Kamu telah mencuri hatiku dan hatiku hanya terukir wajahmu.” Sang
putri menjawab, “Aku tidak akan menerima tuan sebelum ada kepastian.” Dia
berkata, “Aku akan menikahimu.” Sang putri berkata, “Tuan seorang muslim
sedangkan aku adalah seorang nasrani. Bapakku tidak akan menikahkan aku dengan
tuan.” Dia menjawab, “Aku akan masuk agama nasrani.” Sang putri menjawab, “Jika
tuan mau masuk agama nasrani maka aku bersedia menikah dengan tuan.”
Akhirnya, dia masuk
nasrani hanya untuk mempersunting gadis yang telah memikat hatinya. Dan dia
tinggal di rumah mertuanya. Di tengah hari setelah dirinya dikawinkan, dia naik
kea tap rumah mertuanya untuk membenahi sesuatu. Namun dia terjatuh dari atap
rumah dan akhirnya dia meninggal dunia. sungguh malang nian nasib laki laki
ini, sudah meninggalkan agama Islam, tapi juga tidak mendapatkan gadis
pujaannya.
e.
Abu Bakar bin Abdullah al Muzani bercerita; seorang laki
laki Bani Israil dalam hidupnya mengumpulkan harta kekayaan. Ketika ajalnya
sudah dekat, dia berkata, ‘Tunjukkanlah kepadaku semua harta kekayaanku.” Maka
ditunjukkan semua harta kekayaannya mulai dari kuda, sapi, para budak dan lain
sebagainya. Ketika melihat semua harta
kekayaannya, dia malah menangis.
Ketika Malaikat Maut
melihatnya menangis maka Malaikat Maut bertanya kepadanya, “Mengapa kamu
menangis?. Demi Dzat yang telah memberikan kekayaan kepadamu, aku tidak akan
keluar dari rumahmu sebelum aku memisahkan ruhmu dari ragamu.”Dia menjawab,
“Aku mohon, kamu pelan pelan mencabut ruhku dari ragaku.” Malaikat Maut
menjawab, “Bagaimana mungkin aku mencabut ruhmu dengan pelan pelan. Mengapa
kamu tidak meminta sebelum datang sakratulmaut kepadamu?” Maka pada saat itu
juga, Malaikat Maut mencabut ruhnya.
f.
Pada suatu hari, aku menghadiri kematian seseorang. Dulu
ketika masih hidup, dia dengan temannya adalah seorang yang gemar menggumbar
nafsu syahwat, pecandu minuman keras dan penjaja wanita. Ketika sedang
menghadapi kematian, ada seseorang laki laki yang berkata kepadanya,
“ucapkanlah Laa Ilaha Illallah.” Namun dia menjawab, “Bangsat agamu, bajingan
agama bapakmu.” Begitulah dia mengakhiri hidupnya di dunai dengan memaki maki
agama.
g.
Aku menjenguk orang yang meninggal di rumah sakit. Aku
melihat wajahnya berubah menjadi hitam. Semakin lama wajahnya semakin berubah
menjadi hitam hingga seperti hitamnya aspal. Ini disebabkan karena
kemungkarannya kepada Tuhan yang menguasai alam.
Adalah sebuah
kebenaran bahwa kematian merupakan sesuatu yang menyakitkan dan menakutkan.
Kematian adalah identik dengan kegelapan, kesunyian, ketiadaan, alam barzakh,
dan siksa kubur. Bukankah para nabi Allah juga mengalami proses yang
menyakitkan tatkala sakratulmaut? Rasulullah SAW juga meninggal layaknya
seperti manusia biasa.
Beliau juga merasakan
sakratulmaut sebagaimana manusia umumnya. Bahkan, ketika ajal menjemput,
Rasulullah SAW memegang bajunya lalu menutupi wajahnya, keringatnya mengalir
deras dari dahinya, dan beliau terus menerus berdoa, “Ya, Allah, tolonglang aku saat
sakratulmaut,” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Dalam riwayat yang lain,
beliau berdoa, “Ya Allah, mudahkanlah bagiku sakratulmaut. Tiada tuhan selain Engkau.
Sesungguhnya keadaan sekarat pasti menyertai maut.” (Hadits Riwayat Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar