Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 09 Desember 2020

PETA PERJALANAN DI AKHIRAT (PART 3 of 5)

 


D.     SUASANA PADANG MAHYSAR.

 

Padang Mahsyar adalah suatu tempat berupa tanah lapang. Tiada gunung, tiada pepohonan dan tiada pula bangunan.Tiada jurang, tiada ngarai dan juga tiada lautan. Seluruh permukaannya datar dan rata. Luasnya seberapa? Hanya Allah SWT yang saja yang tahu berapa luas padang Mahsyar itu dan hanya Allah SWT sajalah yang tahu berapa lama manusia dikumpulkan di padang Mahsyar.

 

Di padang Mahsyar ini, Allah SWT akan menghimpun seluruh makhluknya yang bernama manusia dan jin, yang dimulai dari manusia pertama, Nabi Adam as, sampai dengan manusia terakhir dari umat Nabi Muhammad SAW. Dan pada hari itu matahari sangat rendah.

 

Seluruh umat manusia berdiri tegak di sana, tanpa busana, merasakan panas yang luar biasa. Kedahsyatan panasnya belum pernah mereka rasakan sewaktu di dunia. Kulit mereka serasa terbakar. Otak mereka serasa mendidih. Mereka panik dan dicekam ketakutan. Mengeluh dan mengaduh. Namun tiada satu tempat pun untuk berteduh. Tatapan mata mereka, tak henti hentinya tertuju ke langit sambil mengharap ampunan dari Tuhan.

 

Berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: Pada hari itu manusia berkata, “Kemana tempat lari?’ Tidak! Tidak ada tempat berlindung. (surat Al Qiyamah (75) ayat 10,11)”. Sedangkan berdasarakn beberapa hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya pada hari kiamat matahari itu dekat, sehingga keringat seseorang itu dapat sampai di setengah telinganya (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Al Hakim)”.

 

Hadits berikut ini mengemukakan bahwa semua orang yang berada di padang Mahsyar semua berdiri menghadap kepada Allah SWT. Nabi SAW Bersabda: Bakal berdiri orang orang menghadap kepada Tuhan Rabbul Alamin, sehingga tenggelam salah seorang itu dalam peluhnya samap batas telinganya. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)”. Saat di padang Mahsyar ketika itu manusia akan mandi keringat sesuai dengan amal perbuatannya masing masing.

 

Nabi SAW bersabda: Maka ketika itu manusia akan mandi keringat sesuai amal perbuatannya. Di antara mereka ada yang peluhnya sampai mata kaki  ada yang terendam dalam peluhnya sampai batas mulutnya. Rasulullah SAW (menerangkan hal itu) sambil berisyarat dengan tangannya ke mulutnya. (Hadits Riwayat Muslim)”. Ada manusia yang tenggelam di dalam peluhnya, ada manusia yang mandi keringat sampai batas mulutnya. Begitulah kondisi yang terjadi pada umat manusia.

 

Lalu kenapa penderitaan yang terjadi pada umat manusia pada hari itu berbeda beda, padahal mereka ada di tempat dan waktu yang sama. Jawabannya adalah karena tingkat keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT semasa hidupnya tidaklah sama. Selanjutnya, saat seluruh manusia berada di padang Mahsyar terdapat beberapa peristiwa yang harus kita ketahui bersama. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa peristiwa dimaksud, yaitu:

 

1.    Ada Umat Yang Mengharapkan Syafaat. Segenap umat manusia yang tidak tahan dengan keadaan Padang Mahsyar yang sangat menyiksa, sibuk mencari syafaat (pertolongan).  Diceritakan dalam sebuah hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwa sebagian dari umat manusia yang berdiri di Padang Mahsyar ada yang mengusulkan , “Marilah kita mendatangi bapak kita, Nabi Adam as,” serempak mereka menghampiri Nabi Adam as, “Wahai Nabi Adam, engkaulah Bapak seluruh umat manusia. Sudilah kiranya engkau memberikan syafaat (pertolongan) kepada kami semua dengan meminta ampunan dari Allah SWT.”

 

“Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini,” jawab Nabi Adam as,. “Tuhan belum pernah semurka sebagaimana hari ini, dan tidak akan semurka hari ini pada hari hari selanjutnya.” “Karena itu tolonglah kami, Tidakkah engkau melihat kesengsaraan yang kami alami?” Diriku, diriku sendiri belum tentu selamat, “keluh Nabi Adam as, “Karena Allah pernah melarangku mendekati suatu pohon, namun aku malah melanggarnya. Pergilah kepada Nabi Nuh, dan mintalah pertolongan padanya,” saran Nabi Adam.

 

Serempak mereka menghampiiri Nabi Nuh as, “Wahai Nabi Nuh, engkau adalah rasul pertama di dunia dan mendapat gelar ‘hamba yang sangat banyak syukurnya’ dari Allah SWT. Kiranya engkaulah yang dapat mengusahakan pertolongan dari Allah untuk kami semua. Kami tidak kuat dengan keadaan seperti ini. “Sesungguhnya Tuhanku sangat murka sekali pada hari ini,” jawab Nabi Nuh as, “Tuhan belum pernah murka sebagaimana hari ini, dan tidak akan semurka hari ini pada hari hari mendatang. Sebenarnya aku memiliki doa mustajab, tetapi telah kupakai mendatangkan banjir bandang sewaktu mengahadapi kaumku yang membantah. Diriku sendiri, kini belum tentu selamat. Pergilah kalian kepada Nabi Ibrahim.”

 

Mereka berbondong bondong mendatangi Nabi Ibrahim as, “Wahai Nabi Ibrahin, engkaulah kekasih Allah. Kami berharap kiranya engkau sudi menolong kami dengan memintakan ampun dari Allah SWT. Engkau tahu sendiri betapa berat keadaan ini bagi kami. “Sesungguhnya Tuhanku sangat murka sekali pada hari ini,” jawab Nabi Ibrahim as, “Tuhan belum pernah murka sebagaimana hari ini, dan tidak akan semurka hari ini pada hari hari esok. Diri sendiri belum tentu selamat, karena aku pernah berdusta sebanyak tiga kali. Pergilah kalian pada Nabi Musa.

 

Mereka pun berduyun duyun mendatangi Nabi Musa as, “Wahai Nabi Musa, tidakkah engkau mengetahui kesengsaraan yang kami alami hari ini? Sudilah kiranya engkau memohonkan syafaat untuk kami semua. “Sesungguhnya Allah sangat murka sekali pada hari ini” jawab Nabi Musa as, “Tuhan belum pernah murka sebagaimana hari ini, dan tidak akan semurka hari ini pada hari hari selanjutnya. Diriku, diriku sendiri belum tentu selamat, karena aku pernah membunuh manusia tanpa ada perintah membunuh dariNya. Pergilah kalian kepada Nabi Isa,”.

 

Lalu mereka pergi menghadap Nabi Isa as, “Wahai Nabi Isa, engkau telah diberi Allah SWT mukjizat sejak dalam buaian. Tentunya engkau mengetahui kesengsaraan yang kami alami hari ini, Berilah kami syafaat dengan memintakan ampuarn buat kami kepada Allah SWT”. “Sesungguhnya Tuhanku sangat murka sekali pada hari ini.” jawab Nabi Isa as,. “Tuhanku belum pernah murka sebagaimana hari ini, dan tidak akan semurka hari ini pada hari hari selanjutnya”. Diriku sendiri belum tentu selamat, karena umatku mempertuhankan aku. Padahal hanya Allah Yang Maha Esa, yang patut disembah. Pergilah kalian menghadap Nabi Muhammad.”

 

Mereka segera melangkah menghadap Nabi Muhammad SAW, “Wahai Nabi Muhammad, engkau penutup semua Nabi dan Allah mengampuni segala dosa engkau. Kiranya engkau dapat memberi syafaat kepada kami semua dengan memintakan ampunan dari Allah SWT”. Nabi Muhammad SAW segera mendatangi Arsy, lalu bersujud kepada Allah SWT. Saat itu Allah membukakan dari pujian pujianNya untuk Rasulullah SAW. “Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, “ firman Allah. “Ajukanlah permohonan, pasti akan Kukabulkan.” Nabi Muhammad SAW mengangkat kepalanya, “Umat hamba ya Allah, umat hamba ya Allah, umat hamba ya Allah.” Allah SWT mengerti perasaan Nabi Muhammad SAW,  atas penderitaan umatnya. Allah SWT segera mengabulkan permohonan ampun yang dimintakan oleh Muhammad SAW untuk para umatnya.

 

Seketika Allah SWT meringankan penderitaan umat Nabi Muhammad SAW yang dikehendakiNya. Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa seketika langit padang Mahsyar ditinggikan, sehingga suhu panasnya agak berkurang. Namun masih begitu banyak yang tetap gelisah dan dicekam ketakutan karena banyak dosa dan kesalahan.

 

Syafaat yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dinamakan dengan syafaat Udma. Syafaat Udma ini bermacam macam bentuknya, antara lain: (a) dapat memasukkan orang orang ke syurga tanpa dihisab terlebih dahulu; (b) mengeluarkan ahli tauhid dan maksiat dari neraka; dan (c) menambah derajat orang yang sudah berada di syurga sehingga berada di tingkat yang lebih tinggi dari tempat sebelumnya.

 

Selain syafaat Udma, ada juga syafaat Shugra (kecil) yaitu syafaat yang diberikan kepada para ulama, dan para syuhada (orang yang mati syahid) sebagaimana Sabda Nabi SAW berikut ini: Tiga macam orang dapat memberikan syafaat di hari kiamat, ialah Nabi, para ulama dan para syuhada. (Hadits Riwayat Ibnu Majah dari sahabat Usman ra,)”. Adapun fasilitas yang dimiliki orang orang yang mati syahid dapat kami kemukakan berikut ini: Nabi SAW bersabda:Orang yang mati syahid (syuhada) itu dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan keluarganya. (Hadits Riwayat Abu Dawud)”. Sungguh luar biasa kemampuan orang yang mati syahid di dalam memberikan syafaat untuk kalangan keluarganya.

 

Lalu, siapa sajakah yang dimaksudkan dengan orang yang mati syahid (syuhada) itu? Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang kami kemukakan berikut ini: Nabi SAW bersabda, “Orang-orang yang mati syahid yang selain terbunuh di jalan Allah ‘Azza wa Jalla (perang) itu ada tujuh orang, yaitu (1) korban wabah adalah syahid, (2) mati tenggelam  ketika melakukan safar dalam rangka ketaatan adalah syahid, (3) yang punya luka pada lambung lalu mati maka matinya adalah syahid, (4) mati karena penyakit perut adalah syahid, (5) korban kebakaran adalah syahid, (6) yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid, dan (7) seorang wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid.” (Hadits Riwayat  Abu Dawud No. 3111)”.

 

Terdapat 7(tujuh) kriteria yang termasuk atau yang digolongkan sebagai mati syahid (syuhada) itu. Dan yang pasti, tidak sembarang orang yang dapat mendapatkan syafaat sughra, sebab syafaat sughra hanya dapat dilaksanakan dengan seizin Allah SWT, maka barulah syafaat sughra ini bisa kita peroleh.

 

Selain tujuh kriteria di atas tentang para syuhada yang memiliki hak untuk memberikan syafaat untuk kalangan keluarga dekatnya, masih ada satu lagi yang diberikan hak syafaat oleh Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: Utsman bin Affan berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila usia hambaKu telah mencapai empat puluh tahun, Aku bebaskan ia dari tiga penyakit: Gila, Kusta dan Sopak (belang). Dan bila mencapai lima puluh tahun, AKu menghisabnya seringan ringannya. Bila mencapai enam puluh tahun, Aku gemarkan ia bertaubat. Bila mencapai usia tujuh puluh tahun, Aku jadikan Malaikat cinta kasih padanya. Dan bila mencapai delapan puluh tahun, Aku catat kebaikannya dan Aku hapuskan dosa dosanya. Dan bila mencapai sembilan puluh tahun, maka berkatalah Malaikat kepadanya: Tawanan Allah di atas bumi, dan diampunkan baginya dosa dosanya yang lalu dan yang akan datang, dan diberi hak syafaat. Dan bila sampai pada usia yang terjelek (selemah lemahnya), maka Allah mencatat baginya pahala apa yang biasa dikerjakan di masa sehat kuatnya dan bila berbuat dosa tidak dicatat atasnya. (Hadits Qudsi Riwayat Ath Thirmidzi, 272:16)”. Yang diberikan hak syafaat adalah tawanan Allah SWT di atas bumi yakni orang orang shaleh yang usianya telah mencapai sembilan puluh tahun.

 

2.       Adanya Penggolongan (Pengelompokan) Manusia. Manusia pada hari itu terbagi dalam tiga kelompok, sebagaimana ketika mereka hidup di dunia, yaitu kafir, munafik dan mukmin. Ketiga kelompok ini mendapatkan naungan sesuai dengan predikat masing masing. Allah SWT berfirman: Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang. (surat Al Mursalat (77) ayat 30)”. Orang kafir dinaungi oleh asap gelap, karena semasa di dunia mereka dalam terang benderang, sebagaimana yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 257 berikut ini: “Dan orang orang yang kafir, pelindung pelindungnya adalah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (surat Al Baqarah (2) ayat 257)”

 

Wajah orang kafir pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan serta semuanya menjadi hitam lagi murm. Lalu bagaimana dengan orang munafik? Orang munafik dinaungi awan panas, oleh karena mereka menjadikan diri mereka takut dari panas semasa hidup di dunia. Allah SWT berfirman: Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah (Muhammad), “Api neraka Jahannam lebih panas, jika mereka mengetahui. (surat At Taubah (9) ayat 81)”.

 

Lalu bagaimana dengan orang mukmin? Orang orang mukmin dinaungi oleh cahaya yang berhenti di sekitar mereka. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT, dalam surat Al Hadiid (57) ayat 12  berikut ini: Pada hari engkau akan melihat orang orang yang beriman laki laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga syurga yang mengalir di bawahnya sungai sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung. (surat Al Hadiid (57) ayat 12)”. Demikian pula dalam surat Al Baqarah (2) ayat 257 berikut ini: “Allah pelindung orang orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman),(surat Al Baqarah (2) ayat 257)”.

 

Pada hari itu, saat di padang Mahsyar,  hanya ada tujuh golongan yang diistimewakan oleh Allah SWT, sehingga mereka yang mendapat naungan rahmat-Nya yaitu:

 

a.      Penguasa yang adil;

b.      Remaja yang taat pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya;

c.       Dua orang yang saling mencintai, berkumpul dan berpisah karena Allah;

d.    Seorang laki laki yang ketika dirayu oleh perempuan yang rupawan mengelak dengan menjawab, “Sungguh, aku takut kepada Allah SWT;

e.    Seorang yang beribadah dan berdzikir kepada Allah dalam senyap, lalu me-ngucurkan air mata karena takut kepadaNya;

f.      Seorang yang bersedekah tanpa sepengetahuan tangan kirinya (ridha hanya ke-pada Allah SWT);

g.      Seorang laki laki yang hatinya terpaut pada masjid.

 

Selain adanya tujuh golongan yang diistimewakan oleh Allah, masih lagi tiga golongan orang yang kelak pada hari kiamat akan menjadi musuh bagi Allah sebagaimana ketentuan hadits berikut ini: Barangsiapa menjadi musuhku maka aku memusuhinya. Pertama, orang yang berjanji setia kepadaku lalu dia ingkar (berkhianat). Kedua, seorang yang menjual orang yang merdeka (bukan budak) lalu memakan uang harga penjualannya. Ketiga, seorang yang mengkaryakan (mempekerjakan) seoramg buruh tapi setelah menyelesaikan pekerjaannya orang tersebut tidak memberinya upah. (Hadits Riwayat Ibnu Majah)”.

 

Semoga diri kita, keluarga kita, suami/istri, anak keturunan kita termasuk di dalam golongan yang tujuh diatas, dan jangan sampai kita termasuk menjadi musuh Allah SWT di akhirat kelak. Amien.

 

3.    Menanti Saat Berhisab. Pada hari itu setiap manusia siapa orangnya tidak mem-perdulikan sesamanya, baik orang tua dengan anaknya bapak ibu, maupun anak anak dan istrinya, masing masing sibuk mengurus urusan diri sendiri, sebagaimana dikemukakan dalam surat Abasa (80) ayat 33 sampai 42 berikut ini: “Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya, Pada hari itu ada wajah wajah yang berseri seri, tertawa dan gembira ria, dan pada hari itu ada (pula) wajah wajah yang tertutup debu (suram), tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan) dan kesusahan), mereka itulah orang orang kafir yang durhaka. (surat Abasa (80) ayat 33 sampai 42)

 

Dituturkan oleh Ibnu Mas’ud ra, bahwa Nabi SAW bersabda, “Orang kafir tenggelam dalam peluhnya, akibat lamanya berdiri (menunggu) pada hari itu, hingga merengek: Ya Tuhan, kasihanilah kami, sekalipun tempat kami di neraka.” Dituturkan pula oleh Muadz bin Jabal ra, bahwa Nabi SAW pernah bersabda: “Seseorang akan tetap tegak berdiri terus menerus (di padang Mahsyar), sampai diajukan kepadanya tentang empat perkara, yaitu: (1) Usianya, dimanfaatkan untuk apa selama hidup di dunia; (2) Jasmaninya, dipergunakan untuk apa sampai tiba waktu meninggal dunia; (3) Ilmu yang diperolehnya, diamalkan untuk apa, dan; (4) Hartanya, bagaimana cara memperolehnya dan dibelanjakan untuk kepentingan apa saja”.

 

Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri, sanggupkah kita menjawab pertanyaan pertanyaan ini kelak? Lalu bagaimana caranya kita mempertanggungjawabkan itu semua jika kita sendiri tidak memiliki karya nyata yang bisa dibanggakan di hadapan Allah SWT kelak? Jika jawabannya tidak bisa kita lakukan, tidak ada jalan lain kecuali kita mengadakan perubahan saat ini juga dari jiwa fujur kepada jiwa takwa.

 

4.   Adanya Saling Menuntut dan Manusia Tetap Membantah. Tolong menolong antar sesama manusia, pada waktu itu (maksudnya hari kiamat), sudah tidak berlaku. Masing masing tidak memperdulikan keselamatan orang lain, karena mereka sama sama tidak kuasa menahan siksa dan derita, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, an seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sendiri… (surat Luqman (31) ayat 33)”.

 

Bahkan ada sebagian dari mereka yang menuntut sebagian yang lain, sekalipun sewaktu hidup di dunia mereka sangat karib. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Teman teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertaqwa. (surat Az Zukhruf (43) ayat 67)”. Beginilah salah satu keadaan yang terjadi pada saat persidangan. Apapun bisa terjadi. Apapun bisa dipertanyakan dan apapun bisa digugat dihadapan Allah SWT.

 

Lalu berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini:“Tiada seorangpun dari kamu melainkan akan diajak berbicara oleh Tuhannya. Tiada seorang perantara pun yang terdapat antara dirinya dengan Tuhannya itu. (Hadits Riwayat Bukhari dan Ath Thirmidzi)”. Allah SWT selaku  Hakim Yang Maha Agung, Allah SWT dalam mengadili hamba hambaNya mengadakan dialog secara langsung. Setelah seorang hamba menerima dan memeriksa kitab (catatan) amalnya semasa hidup di dunia, Allah SWT bertanya, “Betulkah semua itu engkau yang melakukannya?” Tidak tahu, wahai Tuhanku,” jawab orang itu.

 

Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Al Infithaar (82) ayat 10, 11, 12)”.  Orang itu menjawab, “Sesungguhnya para malaikat juru catat itu hamba-hamba-Mu, wahai Tuhanku. Mereka bisa mencatat apa saja yang mereka kehendaki. Hanya Engkaulah Tuhanku, hakim yang tidak menerima suatu pengaduan selain bukti yang nyata.” Selanjutnya Allah berfirman, “Wahai hambaKu, kalau begitu siapakah yang harus menjadi saksi? Padahal semua malaikat itu adalah hamba hambaKu. Bagaimana apabila Aku menjadikan anggota tubuhmu menjadi saksi? Maukah engkau menerima dan mengakui kesaksiannya?”

 

“Baiklah, Tuhanku,” Hamba itu setuju. Maka Allah SWT berfirman kepada lidah si hamba, “Wahai lidah, dengan kuasaKu bicaralah dan jangan engkau berkata melainkan yang benar”. Atas kehendak Allah, lidah seorang hamba itu menceritakan segala sesuatu yang pernah diperbuatnya selama hidup di dunia, baik yang baik baik maupun yang buruk buruk. Mendengar kesaksian yang diberikan lidah, si hamba protes, “Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa lidahku adalah musuhku sewaktu di dunia dan dosa dosaku terjadi karena kelancangannya. Oleh sebab itu aku tidak bisa menerima kesaksiannya. Dan engkaulah hakim yang adil, yang tidak menerima kesaksian seorang musuh terhadap musuhnya.”

 

“Baiklah sekarang Aku meminta kesaksian kedua tanganmu”, firman Allah SWT. Atas izin Allah, bicaralah kedua tangan hamba itu menceritakan semua yang telah dilakukannya selama di dunia. Usai mendengarkan kesaksian kedua tangannya, hamba tersebut kembali protes dengan mengatakan bahwa menurut ketentuan Rasulullah SAW satu saksi tidaklah cukup maka harus ada saksi kedua yang menguatkannya. Allah SWT Yang Maha Penyayang, untuk kesekian kali, menerima protes keberatannya.

 

Lantas Allah meminta kedua kaki si hamba memberikan kesaksian. Atas izin Allah, kedua kaki hamba itu menceritakan apa yang telah dilakukannya selama hidup di dunia, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberikan kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (surat Yaa Sin (36) ayat 65)”.  Mendengar kesaksian yang diberikan oleh kedua kakinya, si hamba terdiam heran.

 

Lantas menegurnya, “Wahai anggota badanku, engkau adalah bagian dari tubuhku. Aku berusaha membelamu agar selamat dari api neraka, tapi engkau malah menjerumuskan diri sendiri”. Seketika para anggota badan si hamba menjawab, “Bukankah kami diperintahkan memberi kesaksian yang benar dan mengucapkan yang sesungguhnya”.

 

Kalau semua anggota tubuh sudah memberikan pengakuan, si hamba hanya bisa terdiam. Sebab membantah, sudah tiada guna. Mau tidak mau, si hamba terpaksa harus menerima apa yang akan diputuskan oleh Allah SWT.  Dalam keadaan demikian, hanya tinggal satu harapan, semoga amal kebaikan yang pernah dilakukannya dapat menutupi segala dosa dan kesalahannya. Untuk itu pada akhir dari berhisab akan diadakan penimbangan, manakah yang lebih besar, amal kebaikan ataukah dosa dan kesalahan? Jika yang lebih banyak adalah amal kebaikan, maka si hamba masuk syurga, akan tetapi jika yang lebih banyak adalah dosa dan kesalahannya maka si hamba masuk neraka. Allah SWT berfirman: “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorangpun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (surat Al Anbiyaa (21) ayat 47)”.

 

Dan adakalanya, seorang hamba setelah dihisab dan ternyata masih memiliki pahala yang teramat banyak, diputuskan masuk syurga. Akan tetapi putusan itu bisa berubah, jika ada orang orang yang pernah disakiti atau dirugikan oleh si hamba menuntutnya untuk membayar ganti rugi. Karena pada saat itu sudah tidak ada dan tidak berlaku lagi harta benda, maka pahala pahala yang dimiliki si hamba itu untuk menebus segala kesalahannya. Dengan demikian sisa pahalanya berkurang, bahkan ada kemungkinan habis sama sekali, sehingga ia diputuskan menghuni neraka karena adanya kebangkrutan yang dialaminya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar