Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 11 April 2016

HIKMAH DI BALIK PERINTAH MENDIRIKAN SHALAT



Hamba ALLAH SWT yang selalu dirahmati-Nya

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa suatu perintah yang diperintahkan kepada diri kita oleh pemberi perintah bukanlah tujuan akhir dari perintah itu sendiri. Perintah yang diperintahkan oleh pemberi perintah adalah media atau sarana atau alat bantu  untuk memperoleh hikmah dan manfaat yang ada di balik perintah. Sekarang bagaimana dengan perintah SHALAT yang telah diperintahkan oleh ALLAH SWT kepada diri kita, apakah perintah ALLAH SWT ini adalah tujuan akhir ataukah alat bantu atau sarana bagi diri kita untuk memperoleh hikmah dan manfaat yang terdapat di balik perintah SHALAT? 


Perintah mendirikan SHALAT juga bukan tujuan akhir dari perintah ALLAH SWT, akan tetapi sarana, atau alat bantu bagi diri kita untuk memperoleh, merasakan segala hikmah dan manfaat  yang terdapat dibalik perintah mendirikan SHALAT yang telah diperintahkan ALLAH SWT kepada diri kita. Sekarang bagaimana jika kita telah mendirikan SHALAT, akan tetapi kita tidak dapat merasakan, atau tidak dapat meraih manfaat atau meraskan hikmah yang terdapat di balik perintah SHALAT? Jika ini yang terjadi, berarti SHALAT yang kita dirikan belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi perintah mendirikan SHALAT. 


Hal ini tidak ada bedanya setelah mandi, kita masih merasa gatal-gatal atau masih menggaruk kegatalan, badan masih bau keringat, akibat mandi yang kita lakukan belum sempurna. Hal yang harus kita perhatikan adalah semakin baik kualitas SHALAT yang kita dirikan maka semakin baik pula manfaat dan hikmah yang akan kita rasakan atau yang akan kita peroleh. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kualitas SHALAT yang kita dirikan maka semakin buruk pula manfaat dan hikmah yang akan kita rasakan. Selanjutnya jika kita berharap memperoleh dan merasakan manfaat atau hikmah SHALAT yang terbaik, kita harus bisa mendirikan SHALAT sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi perintah mendirikan SHALAT dengan baik pula. 


Sekarang timbul pertanyaan, siapakah yang menilai SHALAT yang kita dirikan, atau siapakah yang menentukan hasil akhir dari SHALAT yang kita dirikan? Penilai dan Penentu dari SHALAT yang kita dirikan bukanlah diri kita sendiri selaku yang diperintahkan untuk mendirikan SHALAT. Akan tetapi yang menilai diri kita adalah pemberi perintah mendirikan SHALAT itu sendiri karena perintah mendirikan SHALAT berasal langsung dari ALLAH SWT. 


Adanya kondisi ini berarti kita harus bisa mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT dengan baik dan benar. Semakin tinggi kualitas penilaian ALLAH SWT terhadap SHALAT yang kita dirikan berarti semakin baik pula hasil akhir yang dapat kita raih dan rasakan. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah hasil penilaian ALLAH SWT terhadap SHALAT yang kita dirikan, semakin rendah pula hasil akhir yang dapat kita raih dan rasakan. Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, dapat dikatakan hanya orang yang mampu mendirikan SHALAT yang Khusyu’ sajalah yang dapat merasakan hikmah di balik perintah SHALAT.


Untuk itu jangan pernah berharap jika kita tidak mau mendirikan SHALAT, bisa merasakan hikmah di balik perintah mendirikan SHALAT karena sampai dengan saat ini tidak ada fasilitas, ataupun alat bantu yang bisa kita pergunakan untuk mengalihkan, untuk memindah tangankan, untuk mewariskan, untuk mentrasfer hikmah SHALAT, atau kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT yang pernah kita rasakan kepada orang yang tidak mau mendirikan SHALAT. 


Selain daripada itu tidak akan pernah ada jual beli hikmah mendirikan SHALAT dari yang memperoleh Hikmah kepada yang tidak mendirikan SHALAT. Hal ini dikarenakan perintah mendirikan SHALAT adalah perintah yang bersifat perseorangan, perintah yang bersifat individual, sehingga hanya yang mau mendirikan SHALAT yang Khusyu’ sajalah yang dapat merasakan hikmah di balik perintah mendirikan SHALAT.


Sebagai KHALIFAH yang telah diperintahkan untuk mendirikan SHALAT minimal 5(lima) kali sehari semalam. Timbul pertanyaan butuhkah diri kita dengan hikmah yang terdapat di balik perintah mendirikan SHALAT? 


Jawaban dari pertanyaan ini sangat tergantung kepada kebutuhan diri kita sendiri, karena ALLAH SWT sangat demokratis kepada diri kita. Jika kita merasa mampu mengalahkan Ahwa dan Syaitan seorang diri serta kita tidak membutuhkan pulang kampung ke Syurga berarti kita tidak membutuhkan SHALAT. Akan tetapi jika kita berkepentingan untuk merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT,  jika kita ingin mengalahkan Ahwa dan Syaitan dengan bantuan ALLAH SWT, jika kita ingin pulang kampung ke Syurga untuk bertemu ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW berarti diri kita sangat membutuhkan SHALAT seperti diri kita membutuhkan mandi dan gosok gigi. 


Selanjutnya jika kita tidak bisa merasakan apa-apa, seperti yang akan kami kemukakan di bawah ini, setelah diri kita mendirikan SHALAT berarti kita belum mampu melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh  ALLAH SWT dengan baik dan benar, baik karena diri kita sendiri maupun karena pengaruh Ahwa dan Syaitan. Berikut ini akan kami kemukakan apa yang dapat kita peroleh dari ALLAH SWT jika kita mampu mendirikan SHALAT dengan baik dan benar sesuai dengan kehendak-Nya, yaitu :


A.  SHALAT adalah Penghapus Amal Jahat


Berdasarkan surat Huud (11) ayat 114 di bawah ini, ALLAH SWT selaku pemberi perintah, selaku penilai dan juga selaku penentu hasil akhir dari perintah mendirikan SHALAT telah menyatakan dengan tegas bahwa jika kita mampu melaksanakan perintah mendirikan SHALAT sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka SHALAT yang kita dirikan akan menjadi kebaikan yang akan dapat menghapus amal jahat atau dapat menghapus dosa yang telah kita perbuat akibat pengaruh Ahwa dan juga Syaitan. Adanya kondisi ini berarti setelah diri kita mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka Nilai-Nilai Kebaikan akan selalu mendominasi segala perbuatan dan tindak tanduk diri kita. 



dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bsahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
(surat Huud (11) ayat 114)


Selanjutnya jika hal ini sudah dinyatakan oleh ALLAH SWT kepada diri kita, sekarang bisakah kita yang telah diperintahkan oleh  ALLAH SWT untuk mendirikan SHALAT selalu sesuai dengan kehendak ALLAH SWT tersebut? 


Jika setelah mendirikan SHALAT kita masih tetap suka berbuat dosa karena pengaruh Ahwa dan Syaitan, masih belum juga bisa terbebas dari perbuatan dosa, masih menjadikan Nilai-Nilai Keburukan sebagai acuan di dalam bertindak dan berbuat, dapat dipastikan bahwa kita belum dapat melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh ALLAH SWT dengan baik dan benar. Hal ini tidak ada bedanya jika setelah mandi kita masih menggaruk kegatalan akibat biang keringat, ataupun daki yang masih menempel di kulit.


B.  SHALAT Penghapus Perbuatan Keji dan Mungkar


Berdasarkan surat Al Ankabuut (29) ayat 45 di bawah ini,  ALLAH SWT selaku pemberi perintah, selaku penilai dan juga selaku penentu hasil akhir dari perintah mendirikan SHALAT telah menyatakan dengan tegas bahwa setiap orang yang mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT maka SHALAT dapat menghapus perbuatan keji dan mungkar atau dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. 


Jika hal ini yang dikehendaki oleh ALLAH SWT melalui perintah mendirikan SHALAT kepada seluruh manusia berarti saat ini sampai dengan hari kiamat kelak yang ada di muka bumi ini adalah perbuatan baik atau Nilai-Nilai Kebaikan lebih mendominasi dibandingkan dengan Nilai-Nilai Keburukan.  


Selanjutnya jika hal ini merupakan ketentuan yang hakiki dari ALLAH SWT melalui perintah mendirikan SHALAT kepada diri kita berarti setelah diri kita mampu melaksanakan perintah SHALAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, maka seluruh perbuatan dan tindak tanduk diri kita di muka bumi ini harus sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan yang berasal dari Nilai-Nilai Ilahiah.



bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu
Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 45)


Sekarang jika yang terjadi pada diri kita adalah SHALAT tetap kita laksanakan tetapi berbuat maksiat jalan terus, kita tetap SHALAT tetapi korupsi, kolusi, nepotisme jalan terus, SHALAT kita dirikan  tetapi menyebar berita bohong, fitnah, kejahatan kerah putih, narkoba, teroris, illegal logging, pembalakan liar, merusak alam, tetap setia dijalankan. Jika hal ini tetap kita lakukan setelah mendirikan SHALAT berarti yang terjadi adalah Syaitan sang Laknatullah mampu melaksanakan aksinya dengan professional kepada diri kita serta hikmah yang ada di balik perintah mendirikan SHALAT tetap terpendam di dalam perintah karena tidak bisa di dapatkan oleh diri kita yang telah diperintahkan oleh ALLAH SWT.


C. SHALAT menjadikan diri kita menjadi Ahli Syurga


ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini tidak hanya sebatas pemberi perintah mendirikan SHALAT kepada diri kita. Akan tetapi juga bertindak sebagai penilai dan juga penentu hasil akhir dari SHALAT yang kita dirikan. Melalui surat Al Maa-idah (5) ayat 12) dan dua buah hadits qudsi di bawah ini,  menyatakan bahwa hikmah yang akan diperoleh oleh orang yang mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT adalah SHALAT yang kita dirikan dapat menghantarkan diri kita menjadi calon penghuni Syurga saat hidup di dunia atau menghantarkan diri kita pulang kampung ke Kampung Kebahagiaan.


Selanjutnya dengan adanya kondisi berarti kondisi dasar diri kita sudah berada di dalam Jiwa Muthmainnah sehingga segala perbuatan diri kita selalu berada di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan yang berasal dari Nilai-Nilai Ilahiah.



dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik[406] Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 12)

[406] Maksudnya Ialah: menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas.


Qatadah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Aku telah mewajibkan di atas umat-Ku sembahyang lima waktu dan berjanji kepada diri-Ku, bahwa barangsiapa rajin melaksanakannya tepat pada waktunya akan Aku masukkan syurga.
(HQR Ibnu Majjah dan Abu Nu'aim dan Qatadah, 272:30)



Aisyah ra berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Sungguh Aku berjanji kepada hamba-Ku bila ia melakukan shalat tepat pada waktunya, tidak akan aku siksa dan pasti akan Aku masukkan syurga tanpa hisap.
(HQR Al Hakiem, 272:41)


Sekarang jika yang terjadi setelah mendirikan SHALAT adalah kita justru berada di jalan yang menuju Neraka Jahannam, atau berada di dalam kehendak Syaitan sang Laknatullah berarti ketentuan dasar dari SHALAT yang dikehendaki oleh pemberi perintah mendirikan SHALAT belum dapat kita laksanakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Atau dengan kata lain kita telah gagal memenuhi perintah mendirikan SHALAT telah diperintahkan oleh ALLAH  SWT kepada diri kita, atau kita telah menjadikan secara sadar Syaitan sebagai Pemenang dan menjadikan diri kita sebagai Pecundang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi.



D. SHALAT menjadikan hidup kita subur makmur



ALLAH SWT melalui surat An Nuur (24) ayat 37-38 di bawah ini, menyatakan dengan tegas bahwa hikmah yang akan diperoleh oleh orang yang mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT adalah SHALAT dapat menghantarkan, atau menjadikan hidup kita subur makmur, tidak pernah berkekurangan, selalu berbagi dengan sesama, hidupnya berguna bagi masyarakat, tidak merasakan resah dan gelisah, yang pada akhirnya dapat menghantarkan diri kita bahagia dunia dan akhirat.



laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
 (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat An Nuur (24) ayat 37-38)


Selanjutnya jika yang terjadi pada diri kita setelah mendirikan SHALAT adalah hidup susah di dalam lumbung padi, hidup miskin di dalam lumbung kekayaan, bodoh di tengah ladang ilmu, resah dan gelisah di tengah ketenangan, pelit hanya mementingkan diri sendiri, tidak mau berbagi kebahagiaan dengan sesama berarti kita tidak mampu melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh ALLAH SWT kepada diri kita dengan baik dan benar, atau SHALAT yang kita dirikan belum sesuai dengan kehendak ALLAH SWT serta menandakan diri kita masih berada di dalam Jiwa Fujur, atau diri kita sudah berada di dalam koridor Nilai-Nilai Keburukan, sebuah keadaan yang paling dikehendaki oleh Syaitan sang laknatullah.


E. SHALAT Menjadikan orang berilmu dapat ganjaran


ALLAH SWT melalui surat An Nisaa’ (4) ayat 162 di bawah ini, menyatakan dengan tegas bahwa dengan mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT akan dapat menghantarkan orang yang memiliki Ilmu memperoleh pahala yang besar di sisi ALLAH SWT. Hal ini dikarenakan orang tersebut tidak pelit dengan Ilmunya, orang tersebut tidak menerapkan konsep Ilmu Silat di dalam mengajarkan Ilmunya (maksudnya tidak mau mengajarkan secara keseluruhan ilmu yang dimilikinya karena takut dikalahkan oleh muridnya sendiri), orang tersebut berani berketetapan hati untuk menjadikan anak didiknya harus lebih pintar daripadanya. Hal ini dikarenakan mereka mau berbagi Ilmu kepada sesama sehingga masyarakat terbantu dan tertolong dari ketertinggalan serta kebodohan.



tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 162)


Sekarang jika yang terjadi pada diri kita adalah masa bodoh dengan sesama, tidak tanggap dengan lingkungan yang sangat membutuhkan diri kita melalui Ilmu yang kita miliki, masyarakat dibiarkan dengan kebodohan dan keterbelakangan Ilmu. 


Dan jika ini yang terjadi pada masyarakat di sekitar diri kita berarti ketentuan dasar dari SHALAT yang dikehendaki oleh pemberi perintah mendirikan SHALAT belum dapat kita laksanakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.


Hamba ALLAH SWT, itulah 5 (lima) ketentuan dasar yang akan dapat kita peroleh dan rasakan setelah diri kita mampu mendirikan SHALAT yang Khusyu’. Selain daripada itu masih ada beberapa ketentuan lain yang dapat kita rasakan jika kita mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT, yaitu:


1.  Berdasarkan Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas ra, di bawah ini, jika kita mampu mendirikan SHALAT yang Khusyu’, atau mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka kita akan dilindungi oleh ALLAH SWT serta akan dijaga oleh Malaikat dan juga akan diberikan cahaya dalam kegelapan serta kesabaran dalam kesukaran.


Ibn Abbas r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah SWT ta'ala berfirman: Sesungguhnya Aku hanya menerima shalat dari orang yang merendah diri karena keagungan-Ku dan tiada menyombongkan dirinya diatas makhluk-Ku, tiada terus menerus bermaksiat pada-Ku, menghabiskan masa harinya ber-dzikir kepada-Ku, berbalas kasih kepada orang miskin, orang musafir –ibnussabil-, perempuan janda dan orang yang terkena musibah. Ia bercahaya laksana matahari. Aku lindungi ia dengan kesabaran-Ku dan memerintahkan malaikat-Ku menjaganya. Aku berinya cahaya dalam kegelapan dan kesabaran dalam kesukaran. Ia diantara makhluk-makhluk-Ku laksana "Firdaus" diantara barisan syurga.
(HQR Al Bazzar dari Ibnu Abbas, 272:44)


Adanya fasilitas yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada diri kita, tentunya hal ini akan memudahkan diri kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi serta akan dapat menghantarkan diri kita ke tempat yang terhormat.


2.   Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 41 di bawah ini, ALLAH SWT akan menanggung, akan mengurus, akan menjamin, segala urusan orang yang mampu mendirikan SHALAT yang Khusyu’ yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.



 (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
(surat Al Hajj (22) ayat 41)


Jika hal ini terjadi pada diri kita, yang ada pada saat ini adalah kemudahan, kemudahan dan kemudahan karena ALLAH SWT selalu membantu diri kita di setiap langkah dan perbuatan diri kita.


3.   Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 77 di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan kemenangan, kemudahan, pencapaian hasil yang optimal kepada orang yang mampu  mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT.


Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
(surat Al Hajj (22) ayat 77)


Jika hal ini terjadi pada diri kita, maka kita merasakan adanya suatu kemudahan di setiap pekerjaan yang kita lakukan walaupun dalam keadaan sulit. Di lain sisi Syaitan akan sulit melaksanakan aksinya kepada diri kita karena ALLAH SWT selalu menyertai diri kita dimanapun kita berada.



4.   Berdasarkan surat Al A’raaf (7) ayat 78-79-80 di bawah ini, orang yang mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT, hidupnya akan dimuliakan oleh ALLAH SWT serta akan ditempatkan di tempat yang terpuji pula, yaitu Syurga.



dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong[866].
(surat Al Israa' (17) ayat 78-79-80)

[865] Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima. tergelincir matahari untuk waktu shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.
[866] Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. dan ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik pula.


1.      Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 71 di bawah ini, orang yang mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak  pemberi perintah mendirikan SHALAT akan diberikan Rahmat, pertolongan oleh ALLAH SWT yang dengan itu ia mampu melaksanakan tugasnya dengan baik saat menjadi KHALIFAH di muka bumi.


dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
 (surat At Taubah (9) ayat 71)


6.   Berdasarkan surat Fathir (35) ayat 18 di bawah ini, orang yang mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT akan memperoleh kesucian diri akibat pengaruh dosa atau akan mendapatkan kefitrahan diri karena disucikan oleh ALLAH SWT oleh sebab SHALAT yang kita dirikan.


dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1252]. dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu Tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya[1253] dan mereka mendirikan sembahyang. dan Barangsiapa yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).
(surat Faathir (35) ayat 18)

[1252] Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
[1253] Sebagian ahli tafsir menafsirkan bil ghaib dalam ayat ini ialah ketika orang-orang itu sendirian tanpa melihat orang lain.


7.   Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 2-3-4-5 di bawah ini, orang yang mampu mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT akan selalu diberikan petunjuk oleh ALLAH SWT sehingga dengan petunjuk itu akan menjadikan dirinya menjadi orang yang beruntung. 


Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.
mereka Itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
(surat Luqman (31) ayat 2-3-4-5)


Hamba ALLAH SWT, inilah sebagian ketentuan tentang hikmah SHALAT yang dapat kita raih dan rasakan langsung jika kita mampu mendirikan SHALAT sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Adanya kondisi ini berarti tujuan akhir dari SHALAT adalah menjadikan diri kita bersih dari pengaruh amal jahat (menjadikan kefitrahan diri selalu terjaga dari waktu ke waktu) serta perbuatan keji dan mungkar hilang, atau tidak kita lakukan lagi sehingga kita selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT serta masyarakat luas merasa aman dan nyaman dari perbuatan diri kita, dari perilaku diri kita saat hidup di muka bumi dan juga dapat menghantarkan diri kita ke tempat terhormat, dengan cara terhormat, untuk bertemu dengan yang Maha Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghormati.


Sekarang ketentuan mendirikan SHALAT lima waktu sehari semalam sudah berlaku di muka bumi ini sampai dengan hari kiamat kelak. Akan tetapi setelah ketentuan SHALAT ini berlaku di muka bumi, namun perbuatan jahat atau tingkat kejahatan masih tumbuh subur, korupsi, kolusi, dan nepotisme makin menjadi-jadi, pembalakan liar tetap berjalan, judi dan pornograpi jalan terus, kerusakan alam terus dan terus terjadi, fitnah, berita bohong, menyakiti orang lain, mementingkan diri dan kelompok tertentu, terorisme, serta perbuatan-perbuatan yang paling disukai oleh Syaitan sang laknatullah masih terus terjadi. 


Timbul pertanyaan yang paling mendasar, perintah mendirikan SHALATnyakah yang salah atau yang menerima perintah mendirikan SHALAT tidak mampu melaksanakan perintah sesuai dengan kehendak pemberi perintah ataukah Syaitan yang makin canggih? Jawaban dari pertanyaan ini adalah perintah mendirikan SHALAT yang diperintahkan oleh ALLAH SWT tidak akan pernah salah sampai kapanpun juga. Akan tetapi yang salah adalah penerima perintah mendirikan SHALAT, dalam hal ini diri kita, yang tidak mampu melaksanakan perintah mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT. Sekarang bagaimana dengan Syaitan? Ketidakmampuan diri kita untuk mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak  pemberi perintah mendirikan SHALAT akan memudahkan Syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita.


Untuk itu mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh  ALLAH SWT selaku pemberi perintah mendirikan SHALAT yang terdapat di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 110, di bawah ini. ALLAH SWT menyatakan dengan tegas bahwa segala kebaikan yang terdapat di balik perintah mendirikan SHALAT bukanlah untuk ALLAH SWT karena ALLAH SWT sudah MAHA sehingga ALLAH SWT tidak akan pernah membutuhkan apapun juga dari makhluk-Nya. Selanjutnya jika hikmah mendirikan SHALAT bukan untuk pemberi perintah mendirikan SHALAT, lalu untuk siapa? 


Segala kebaikan yang terdapat di balik perintah mendirikan SHALAT untuk diri kita sendiri, sepanjang diri kita mampu mendirikan SHALAT sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT. Hal lainnya yang harus kita perhatikan adalah segala manfaat ataupun segala hikmah dari SHALAT yang kita dirikan bukanlah untuk kepentingan akhirat semata. Akan tetapi hikmah di balik perintah mendirikan SHALAT juga untuk kepentingan diri kita saat menjadi KHALIFAH di muka bumi. Adanya kondisi ini semuanya sangat tergantung kepada diri kita sendiri mau menentukan sikap, apakah mau mendirikan SHALAT atau tidak mau mendirikan SHALAT.



dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 110)


Sekarang bagaimana jika kita tidak mau mendirikan SHALAT yang telah diperintahkan oleh ALLAH SWT? Jika kita tidak mau mendirikan SHALAT maka kita akan memperoleh manfaat yaitu menjadi hamba yang paling disukai dan yang paling dicintai oleh Syaitan sang laknatullah, karena Syaitan tidak akan sendirian lagi pulang kampung ke Neraka Jahannam dan yang pasti adalah ALLAH SWT tidak akan pernah merasa dirugikan sedikitpun oleh perbuatan diri kita.


Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, bertanyalah kepada diri sendiri, sudah sesuaikah SHALAT yang kita dirikan dengan kehendak ALLAH SWT? Jika kita merasa membutuhkan hikmah di balik perintah mendirikan SHALAT bagi kepentingan hidup di dunia dan juga bagi kepentingan hidup di akhirat kelak, lakukanlah sekarang juga SHALAT yang telah diperintahkan oleh ALLAH SWT sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. 


Tanpa hal ini kita lakukan dengan baik dan benar maka yang terjadi adalah hikmah dibalik perintah SHALAT akan tersimpan dengan rapi di dalam perintah ALLAH SWT itu sendiri. Untuk itu jangan pernah salahkan sedikitpun ALLAH SWT selaku pemberi perintah mendirikan SHALAT jika kita tidak mampu merasakan manfaat atau hikmah di balik perintah mendirikan SHALAT. 


Dan jangan pula pernah mempersalahkan ALLAH SWT jika kemunafikan, kebobrokan, dekadensi moral, kejahatan, kerusakan moral dan kerusakan alam terus dan terus terjadi di muka bumi ini, karena kita tidak mampu melaksanakan perintah mendirikan SHALAT sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT. Untuk itu bersegeralah melakukan introspeksi diri dengan melakukan Taubatan Nasuha sebelum Ruh tiba di kerongkongan, atau sebelum Malaikat Izrail datang melaksanakan tugasnya memisahkan Jasmani dan Ruhani diri kita.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar