D. HARUS
MENGERTI SIAPA TAMU DAN SIAPA TUAN RUMAH SAAT MENUNAIKAN IBADAH HAJI DAN UMROH
Prasyarat ke empat yang harus dipenuhi bagi jamaah yang akan menunaikan ibadah Haji dan Umroh adalah harus mengerti siapa yang menjadi tamu dan siapa yang menjadi Tuan Rumah. Dalam pelaksanaan ibadah Haji dan Umroh yang kita laksanakan, yang menjadi tamu adalah diri kita sedangkan yang menjadi Tuan Rumah adalah Allah SWT selaku pengundang. Hal ini penting kita pahami karena dengan diri kita paham siapa diri kita dan siapa Allah SWT yang sesungguhnya sehingga mengharuskan kita untuk tahu diri, bukan untuk unjuk diri seperti layaknya tuan rumah. Tamu bukanlah sesuatu yang bisa mensejajarkan diri dengan Tuan Rumah.
Sebagai tamu yang diundang ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah Haji dan Umroh sudah sepantasnya dan sepatutnya kita mempelajari, mentaati, melaksanakan segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuan Rumah. Jangan sampai kita selaku tamu yang diundang ke Baitullah justru mengatur Tuan Rumah dengan membuat aturan aturan baru yang berseberangan dengan apa apa yang telah ditetapkan oleh Tuan Rumah, terkecuali jika kita ingin dinilai sebagai tamu yang tidak tahu diri.
Allah SWT selain Tuan Rumah saat
pelaksanaan ibadah Haji dan Umroh adalah pencipta dan pemilik dari langit dan
bumi, termasuk yang menciptakan diri kita. Adanya kondisi ini terlihat dengan
jelas siapakah diri kita yang sebenarnya
dan siapakah Allah SWT yang sesungguhnya. Kita bukanlah apa-apa dibandingkan
dengan Allah SWT, kita ada karena diciptakan oleh Allah SWT, kita ada di muka
bumi karena dijadikan Khalifah di muka bumi oleh Allah SWT. Sebagai Khalifah yang menumpang di muka bumi
tentu kita harus melaksanakan segala perintah, atau melaksanakan segala
ketentuan yang berlaku di muka bumi termasuk menunaikan ibadah Haji dan Umroh.
Sekarang perintah menunaikan ibadah Haji dan Umroh yang mabrur yang pahalanya adalah Syurga sudah berlaku di muka bumi berarti jika kita ingin menjadi tamu yang baik lagi dibanggakan oleh Tuan Rumah, maka kita harus melaksanakan ibadah Haji dan Umroh yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Untuk itu kita harus paham dan mengerti terlebih dahulu tentang Allah SWT selaku Tuan Rumah yang akan kita ajak berkomunikasi saat mendirikan shalat di Masjidil Haram ataupun di Masjid Nabawi dan yang akan kita temui saat diri kita Wukuf di Padang Arafah. Sebagai Khalifah di muka bumi sudahkah diri kita memiliki ilmu dan pemahaman tentang itu semua termasuk sudahkah kita mengenal diri untuk tahu diri? Semoga kita yang diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadah Haji dan Umroh mampu mengenal diri dan mengenal Allah SWT sehingga kesempatan untuk menjadi tamu yang tahu diri terbuka bagi diri kita.
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa renungan yang bisa kita jadikan acuan bagi jamaah yang sudah berniat untuk menunaikan ibadah Haji dan Umroh, yaitu :
a. Sekarang bagaimana mungkin kita akan dapat
menunaikan ibadah Haji dan Umroh yang sesuai dengan kehendak Allah SWT jika
kita tidak tahu dan tidak mengerti tentang Tuan Rumah karena kita tidak memiliki ilmu tentang Allah
SWT. Padahal Allah SWT yang menjadi Tuan Rumah dan yang juga harus kita temui dan
yang menjadi tujuan kita saat di Baitullah maupun saat Wukuf di Padang Arafah?
b. Sekarang bagaimana mungkin kita akan dapat
menunaikan ibadah Haji dan Umroh jika kita tidak tahu bagaimana cara
berkomunikasi dengan Allah SWT, padahal Allah SWT adalah Tuan Rumah dari
pelaksanaan ibadah Haji dan Umroh sehingga Allah SWT lah yang harus menjadi tujuan kita?.
c. Sekarang bagaimana mungkin doa akan
dikabulkan oleh Allah SWT jika kita tidak tahu, tidak paham, tidak mengerti
cara berdoa kepada Allah SWT, padahal saat kita Wukuf di Padang Arafah adalah
saat yang terbaik kita mengajukan doa dan permohonan kepada Allah SWT?
d. Sekarang bagaimana mungkin kita akan menjadi
Tamu yang baik lagi dibanggakan Tuan Rumah jika kita hanya memahami Ibadah Haji
dan Umroh sebatas melaksanakan ibadah di Baitullah semata, padahal inti dari
memenuhi undangan adalah bertemu dengan Tuan Rumah?
Sebagai Khalifah yang sangat membutuhkan ibadah Haji dan Umroh, sadarilah kondisi ini sebelum diri kita menunaikan ibadah Haji dan Umroh, karena akan sia-sialah ibadah Haji dan Umroh yang kita tunaikan jika kita tidak pernah tahu siapakah diri kita yang sebenarnya dan siapakah Allah SWT yang sesungguhnya, terkecuali jika kita berharap hanya memperoleh hasil berupa lelah dan letih serta payah saja dari ibadah Haji dan Umroh yang kita tunaikan.
E. PAHAM
AKAN PEKERJAAN/UCAPAN/BACAAN IBADAH HAJI DAN UMROH
Prasyarat ke lima yang harus dimiliki oleh setiap jamaah yang akan menunaikan ibadah Haji dan Umroh adalah paham akan pekerjaan, paham akan ucapan, paham akan bacaan dari ibadah Haji dan Umroh yang akan dilaksanakannya. Adalah sebuah kejanggalan di dalam pelaksanaan ibadah Haji dan Umroh jika kita yang akan menunaikannya justru tidak paham akan pekerjaan yang dilakukannya, tidak paham akan bacaan dan ucapan yang akan dilakukannya, lalu bagaimana mungkin kita akan memperoleh hasil yang berupa Haji yang mabrur yang pahalanya adalah syurga? Selanjutnya jika kita memang membutuhkan ibadah Haji dan Umroh maka kita harus paham akan pekerjaan, paham akan ucapan, paham akan bacaan, paham akan tujuan yang hakiki dari ibadah Haji dan Umroh. Lalu mulailah belajar manasik Haji dan Umroh saat ini juga lalu jadikan hal tersebut sebagai modal dasar kita sebelum melaksanakan ibadah Haji dan Umroh.
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ucapan atau bacaan yang harus kita pahami terdapat di dalam pelaksanaan ibadah Haji dan Umroh, yang intinya harus benar-benar kita pahami dengan baik dan benar, yaitu :
a. Saat Miqat,
kita menyatakan maksud dan tujuan akan kehadirian kita di Baitullah, apakah mau
Umroh, apakah mau Haji, ataukah mau Umroh dan Haji secara bersamaan. Sekarang
bagaimana Allah SWT akan tahu maksud dan tujuan kedatangan kita di Baitullah jika
kita tidak paham dan tidak mengerti bacaan yang kita kemukakan kepada Allah SWT?
b. Saat
bertalbiyah, kita mengemukakan 2(dua) hal kepada Allah SWT yaitu tentang
kehadiran diri kita kepada Allah SWT yang dilanjutkan dengan pernyataan sikap
kita saat di Baitullah yaitu tidak akan menyekutukan Allah SWT. Selanjutnya
bagaimana pemberitahuan tentang kehadiran diri kita dan pernyataan sikap kita
sejalan dengan keadaan yang sesungguhnya jika kita sendiri tidak mengetahui apa
yang kita ucapkan saat bertalbiyah?
c. Saat Thawaf,
kita mengemukakan saat 2(dua) hal kepada Allah SWT yaitu tentang pernyataan
sikap kita kepada Allah SWT dan juga doa kepada Allah SWT. Selanjutnya
bagaimana pernyataan sikap kita kepada Allah SWT dan juga doa kepada Allah SWT
jika kita tidak tahu, tidak mengerti dan tidak paham atas apa apa yang kita
kemukakan?
d.
Saat
Wukuf di Padang Arafah, adalah saat yang terbaik bagi diri kita untuk
mengajukan doa dan permohonan kepada Allah SWT. Selanjutnya alangkah ruginya
diri kita jika pada saat yang terbaik kita tidak bisa berdoa karena kita tidak
tahu doa apa yang akan kita ajukan kepada Allah SWT, lalu apa yang akan
diijabah oleh Allah SWT?
e. Saat
Jumroh Ula, Jumrah Wustho dan Jumroh Aqabah, kita harus paham dengan apa yang
kita lakukan, paham dengan apa yang kita kemukakan dan yang kita nyatakan
kepada Allah SWT. Lalu tahukah kita bahwa jika kita berdoa kepada Allah SWT ada
tata caranya, ada syarat dan ketentuannya terutama saat Wukuf?
Adanya 5(lima) kondisi yang kami kemukakan di atas, menunjukkan kepada diri kita bahwa menunaikan ibadah Haji dan Umroh mengharuskan diri kita memiliki Ilmu tentang tata cara Haji dan Umroh yang baik dan benar serta mengharuskan pula kita memiliki ilmu tentang bacaan yang terdapat di dalam ibadah Haji dan Umroh, agar maksud dan tujuan yang kita baca sesuai dengan kehendak Allah SWT. .
Ibadah Haji dan Umroh tidak bisa ditunaikan asal-asalan, Ibadah Haji dan Umroh tidak bisa ditunaikan sebatas melaksanakan kewajiban semata. Ibadah Haji dan Umroh baru bisa kita capai, baru bisa kita nikmati, jika kita memiliki Ilmu yang konprehensif baik syariat dan hekekat tentang ibadah Haji dan Umroh. Lalu setelah memiliki Ilmu yang konprehensif tentang Haji dan Umroh apakah secara otomatis kita dapat memperoleh dan merasakan Haji dan Umroh yang mabrur?
Haji dan Umroh yang mabrur bukanlah turun dari langit begitu saja walaupun kita telah memiliki Ilmu yang konprehensif tentang Haji dan Umroh. Haji dan Umroh bukanlah proyek, atau pekerjaan yang bersifat sim salabim. Ibadah Haji dan Umroh yang mabrur harus kita raih melalui usaha dan kerja keras karena saat diri kita ingin meraih dan merasakan Haji dan Umroh yang mabrur maka pada saat itu pula Syaitan akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengganggu manusia agar jangan sampai merasakan dan mencapai predikat Haji dan Umroh yang mabrur.
Ibadah Haji dan Umroh yang mabrur
harus diusahakan sebelum diri kita berangkat menunaikan ibadah Haji dan Umroh.
Haji dan Umroh yang mabrur diusahakan saat menunaikannya di Baitullah dan juga
diusahakan setelah menunaikan ibadah Haji dan Umroh sebagai bentuk
mempertahankan apa apa yang hakiki yang terdapat di dalam rangkaian ibadah Haji
dan Umroh. Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan, ketiganya dalam satu kesatuan.
Disinilah letaknya perjuangan diri kita yang berniat menunaikan ibadah Haji dan Umroh yang mabrur yang sebentar lagi kita laksanakan. Ayo teruskan mempelajari buku ini sampai selesai, semoga dengan buku yang singkat ini mampu memotivasi diri untuk bisa memahami apa apa yang tersurat, apa apa yang tersirat dan apa apa yang tersembunyi dari ibadah Haji dan Umroh.
Disinilah letaknya perjuangan diri kita yang berniat menunaikan ibadah Haji dan Umroh yang mabrur yang sebentar lagi kita laksanakan. Ayo teruskan mempelajari buku ini sampai selesai, semoga dengan buku yang singkat ini mampu memotivasi diri untuk bisa memahami apa apa yang tersurat, apa apa yang tersirat dan apa apa yang tersembunyi dari ibadah Haji dan Umroh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar