Setiap MANUSIA adalah
KHALIFAH di muka bumi, ini merupakan sebuah ketentuan umum yang berlaku bagi
siapapun juga tanpa terkecuali. Selanjutnya dapatkah hanya mendasarkan
ketentuan umum semata, dalam hal ini ketentuan KHALIFAH, kemudian dapat dijadikan pedoman bagi ALLAH SWT untuk
menilai siapa yang berhak pulang ke SYURGA atau yang berhak pulang ke NERAKA
JAHANNAM? Jika KHALIFAH adalah sebuah ketentuan umum, maka sebuah ketentuan
umum tidak dapat dijadikan suatu penilaian khusus untuk menetapkan baik dan
buruknya seseorang secara adil dan fairplay. Untuk menilai sesuatu yang khusus
maka harus ada ketentuan yang khusus pula sehingga terdapat keseimbangan di
dalam melakukan penilaian bagi KHALIFAH yang ada di muka bumi.
Adanya penilaian
khusus kepada setiap KHALIFAH maka
KHALIFAH ALLAH SWT di muka
bumi dapat dibedakan menjadi 2(dua)
kelompok yaitu KHALIFAH yang memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN dan juga
KHALIFAH yang tidak memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN. ALLAH SWT sebagai
INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi termasuk KEKHALIFAHAN di
muka bumi, tentu sudah memiliki sarana dan prasarana untuk melakukan penilaian
bagi setiap KHALIFAH-NYA di muka bumi.
Selanjutnya apakah yang dipergunakan ALLAH SWT dalam menilai KHALIFAH-NYA?
Inilah beberapa kriteria yang dijadikan ALLAH SWT untuk menilai KHALIFAH-NYA
apakah memenuhi syarat sebagai MAKHLUK PILIHAN atau tidak, yaitu:
1)
Manusia yang mengabdi kepada
ALLAH SWT.
2)
Manusia yang melaksanakan
perintah-NYA.
3)
Manusia yang tidak mensyerikatkan
ALLAH SWT dengan sesuatu.
4)
Manusia yang berbakti kepada
orang tuanya.
5)
Orang-orang yang melebihi segala
umat di masa mereka masing-masing.
6)
Orang-orang yang telah diberi
nikmat oleh ALLAH SWT.
7) Orang yang telah diberi dan
memperoleh Petunjuk ALLAH SWT melalui
DIINUL ISLAM atau orang-orang yang telah menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA
yang HAQ.
Adanya kriteria ini,
berarti ALLAH SWT sudah mempersiapkan
dan menyediakan sarana dan ketentuan untuk membedakan KHALIFAHNYA,
mana yang sukses dan mana yang
gagal di dalam menjalankan misinya di muka bumi. MAKHLUK PILIHAN adalah
KHALIFAH yang dikehendaki oleh ALLAH SWT atau KHALIFAH yang sesuai dengan
kondisi awal pada waktu pertama kali diciptakan. Dan jika saat ini kita masih hidup di muka
bumi, sudahkah kita menjadi MAKHLUK PILIHAN sesuai dengan kehendak-NYA? Kami yakin pembaca buku ini sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk menjadi MAKHLUK PILIHAN sesuai dengan kehendak ALLAH
SWT. Selanjutnya seperti apakah ciri-ciri dari KHALIFAH ALLAH SWT yang telah
memenuhi kriteria MAKLUK PILIHAN itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita
lanjutkan pelajaran ini.
1. CIRI-CIRI ORANG MUSLIM
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ciri-ciri dari manusia atau KHALIFAH yang telah memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN dengan menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ. Untuk itu kami berharap pembaca buku kami dapat bercermin dan mengambil hikmah dari apa-apa yang kami kemukakan di bawah ini dalam rangka perbaikan diri jika kita memang belum sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT selaku pencipta diri kita.
A. MENTAATI
PERINTAH dan HUKUM-HUKUM ISLAM
Sudahkah anda mentaati perintah dan hukum-hukum Islam? Hal ini kami tanyakan karena ini adalah salah satu ciri dari KHALIFAH yang telah memeluk dan menjadikan DIINUL ISLAM sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Di dalam Al-Qur'an cukup banyak terdapat contoh dari hamba ALLAH SWT yang selalu mentaati perintah dan hukum-hukum Islam.
Berikut ini akan kami kemukakan salah satu contoh dari KHALIFAH ALLAH SWT yang harus kita teladani sikap dan perbuatannya, yaitu NABI IBRAHIM as. Untuk itu kita bisa melihatnya dalam surat Ash Shaaffat (37) ayat 103, dimana NABI IBRAHIM as, begitu sangat mentaati perintah ALLAH SWT sampai-sampai saat NABI IBRAHIM as. diperintahkan ALLAH SWT untuk menyembelih anak kandungnya sendiri yaitu NABI ISMAIL as, dilakukannya perintah ALLAH SWT tersebut tanpa ada bantahan sama sekali. Sekarang NABI IBRAHIM as dan NABI ISMAIL as. sudah tidak ada lagi, akan tetapi peninggalan dari mereka berdua akan terus ada sampai dengan HARI KIAMAT yaitu PERINTAH KURBAN. Selanjutnya apakah hanya sekedar itu saja ALLAH SWT mencontohkan perilaku dan perbuatan NABI IBRAHIM as, kepada KHALIFAH-NYA yang datang sesudah itu?
tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
(surat Ash Shaaffat (37)
ayat 103)
ALLAH SWT tidak sekedar memberikan contoh semata, akan tetapi ALLAH SWT berkehendak agar umat-umat yang datang di kemudian hari dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dari apa-apa yang telah diperbuat oleh NABI IBRAHIM as, di dalam melaksanakan perintah ALLAH SWT. Di dalam Al-Qur'an masih banyak hikmah dan pelajaran yang ALLAH SWT abadikan bagi KHALIFAH yang datang dikemudian hari. Akan tetapi ALLAH SWT memberikan keistimewaan tersendiri kepada NABI IBRAHIM as, yaitu dengan tetap dan terus mengabadikan peninggalan-peninggalan yang tidak terpisahkan dengan keberadaan NABI IBRAHIM as beserta keluarganya, apakah itu?
Peninggalan-peninggalan yang tidak terpisahkan dengan keberadaan NABI IBRAHIM as, yang mungkin akan tetap utuh sampai dengan hari KIAMAT, seperti AIR ZAM-ZAM, IBADAH SA'I dan MAQAM IBRAHIM yang berada di tengah-tengah MASJIDIL HARAM serta IBADAH KURBAN. Dengan tetap utuhnya peninggalan-peninggalan NABI IBRAHIM as, yang mungkin sampai dengan hari KIAMAT, ini menandakan bahwa ALLAH SWT sangat menghargai dan menghormati KETAATAN dan KEPATUHAN dari NABI IBRAHIM as, sebagai salah satu KHALIFAHNYA yang terbaik. Selanjutnya apakah makna dari peninggalan-peninggalan yang tidak terpisahkan dengan NABI IBRAHIM as kepada kita sebagai umat yang datang dikemudian hari?
Apabila kita melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh NABI IBRAHIM as, yaitu MENTAATI PERINTAH ALLAH SWT maka ALLAH SWT pun akan memberikan hal yang sama kepada diri kita namun tentu berbeda konteksnya. Selanjutnya adakah resiko bagi KHALIFAH yang tidak mau mematuhi perintah dan HUKUM-HUKUM ALLAH SWT?
Jawabannya ada pada hadits qudsi di bawah ini, yaitu ALLAH SWT mempersilahkan manusia untuk mencari TUHAN selain ALLAH SWT. Jika ini sudah dikatakan oleh ALLAH SWT kepada setiap KHALIFAH-NYA, timbul pertanyaan adakah TUHAN lain selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan diri kita dengan sempurna, yang mampu menciptakan langit dan bumi beserta isinya? Adanya ancaman seperti ini kepada kita, masih tidak cukupkah bagi kita untuk BERIMAN KEPADA ALLAH SWT?
Abu Hind Addarmi ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Barangsiap tidak rela menerima hukum-Ku dan tidak bersabar menghadapi ujian-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.
(HQR Ibnu Hibban, Ath
Thabarani, Abu Dawud dan Asakir; 272:155)
Selanjutnya
pada saat kita hidup di dunia, selain ada perintah ALLAH SWT dan HUKUM-HUKUM
ALLAH SWT, dalam hal ini bisa disebut dengan SYARIAT ISLAM, masih terdapat hukum yang di atur oleh
NEGARA, bagaimana kita menyikapinya?
NEGARA membuat ketentuan dan/atau aturan bagi warganegaranya bukan dalam rangka menyusahkan apalagi menyengsarakan rakyatnya. Aturan dibuat dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi setiap warganegara sehingga ketertiban, keamanan, keadilan, kedamaian dan kenyamanan di dalam suatu negara dapat tercapai. Jika ini merupakan tujuan dari sebuah ketentuan dan aturan yang dikeluarkan suatu negara, lalu apa bedanya dengan tujuan dari KEKHALIFAHAN di muka bumi? KEKHALIFAHAN di muka bumi juga ditujukan agar terpeliharanya ketentraman, ketertiban, terpeliharanya kedamaian, di muka bumi.
Adanya persamaan tujuan dari aturan yang dibuat oleh negara dengan tujuan dari KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi maka kitapun wajib melaksanakan dengan sebaik-baiknya HUKUM-HUKUM yang di atur oleh NEGARA. Jika sekarang kita sudah diberikan dan disediakan DIINUL ISLAM oleh ALLAH SWT, sebagai AGAMA yang HAQ, selanjutnya sudahkah DIINUL ISLAM memberikan dampak positif bagi diri kita sendiri atau sudahkah kita mencerminkan sebagai KHALIFAH yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT yaitu KHALIFAH yang mematuhi peritah dan hukum-hukum-NYA?
Kami yakin pembaca buku ini adalah KHALIFAH ALLAH SWT sudah mendapatkan dan merasakan manfaat dari diturunkannya DIINUL ISLAM atau telah dapat merasakan nikmatnya dari bertuhankan kepada ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM sehingga ciri dari KHALIFAH yang memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN dapat kita peroleh.
NEGARA membuat ketentuan dan/atau aturan bagi warganegaranya bukan dalam rangka menyusahkan apalagi menyengsarakan rakyatnya. Aturan dibuat dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi setiap warganegara sehingga ketertiban, keamanan, keadilan, kedamaian dan kenyamanan di dalam suatu negara dapat tercapai. Jika ini merupakan tujuan dari sebuah ketentuan dan aturan yang dikeluarkan suatu negara, lalu apa bedanya dengan tujuan dari KEKHALIFAHAN di muka bumi? KEKHALIFAHAN di muka bumi juga ditujukan agar terpeliharanya ketentraman, ketertiban, terpeliharanya kedamaian, di muka bumi.
Adanya persamaan tujuan dari aturan yang dibuat oleh negara dengan tujuan dari KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi maka kitapun wajib melaksanakan dengan sebaik-baiknya HUKUM-HUKUM yang di atur oleh NEGARA. Jika sekarang kita sudah diberikan dan disediakan DIINUL ISLAM oleh ALLAH SWT, sebagai AGAMA yang HAQ, selanjutnya sudahkah DIINUL ISLAM memberikan dampak positif bagi diri kita sendiri atau sudahkah kita mencerminkan sebagai KHALIFAH yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT yaitu KHALIFAH yang mematuhi peritah dan hukum-hukum-NYA?
Kami yakin pembaca buku ini adalah KHALIFAH ALLAH SWT sudah mendapatkan dan merasakan manfaat dari diturunkannya DIINUL ISLAM atau telah dapat merasakan nikmatnya dari bertuhankan kepada ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM sehingga ciri dari KHALIFAH yang memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN dapat kita peroleh.
B. RENDAH HATI KEPADA ALLAH SWT
Ciri selanjutnya dari
KHALIFAH yang telah memeluk dan menjadikan
DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH adalah selalu rendah hati kepada ALLAH SWT dan juga kepada sesama
KHALIFAH. Selanjutnya sudahkah kita memiliki hal tersebut dan kenapa ALLAH SWT harus menetapkan hal itu
kepada KHALIFAH-NYA?
ALLAH SWT adalah inisiator, pemilik, pencipta dari langit dan bumi beserta isinya termasuk juga keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti manusia yang dijadikan KHALIFAH di muka bumi, tidak memiliki apapun dibandingkan ALLAH SWT. Manusia ada karena ada yang menciptakan yaitu ALLAH SWT; Manusia memiliki RUH, AMANAH 7 dan HUBBUL serta HATI RUHANI karena diberikan oleh ALLAH SWT; Manusia hidup di bumi yang dimiliki dan diciptakan oleh ALLAH SWT; selanjutnya apakah yang dimiliki oleh manusia termasuk diri kita?
ALLAH SWT adalah inisiator, pemilik, pencipta dari langit dan bumi beserta isinya termasuk juga keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti manusia yang dijadikan KHALIFAH di muka bumi, tidak memiliki apapun dibandingkan ALLAH SWT. Manusia ada karena ada yang menciptakan yaitu ALLAH SWT; Manusia memiliki RUH, AMANAH 7 dan HUBBUL serta HATI RUHANI karena diberikan oleh ALLAH SWT; Manusia hidup di bumi yang dimiliki dan diciptakan oleh ALLAH SWT; selanjutnya apakah yang dimiliki oleh manusia termasuk diri kita?
dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
(surat
Al Furqaan (25) ayat 63-73)
dan orang-orang yang apabila diberi peringatan
dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-
orang yang tuli dan buta.
(surat
Al Furqaan (25) ayat 63-73)
Jika
kita termasuk orang yang TAHU DIRI, maka kita harus menyatakan dengan penuh
kesadaran bahwa kita tidak memiliki
apapun juga, kita itu miskin, kita itu lemah, kita itu kecil, kita itu tidak
ada apa-apanya, kita itu menumpang hidup di bumi yang dimiliki ALLAH SWT. Sekarang jika itu adalah keadaan
dari diri kita, sudah sepantasnya dan sepatutnya kita harus menempatkan dan
meletakkan ALLAH SWT sesuai dengan kedudukan dan kemahaan yang dimiliki ALLAH
SWT. Selanjutnya jika kita sudah dapat melakukan itu semua, maka apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA yaitu RENDAH HATI telah dapat kita
laksanakan.
Selajutnya,
apakah hanya kepada ALLAH SWT saja kita harus rendah hati? Rendah hati tidak
hanya kita lakukan kepada ALLAH SWT semata, akan tetapi harus dilakukan pula
kepada sesama manusia atau kepada sesama KHALIFAH di muka bumi. Hal ini dikarenakan antara diri
kita dengan sesama manusia tidak ada bedanya, sebab sama-sama tidak memiliki
apa-apa; sama-sama miskin, sama-sama lemah, sama-sama menumpang di bumi,
sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT, jadi tidak ada guna dan manfaat yang akan
kita peroleh jika kita menyombongkan diri.
Jika sekarang kita sudah ada di muka bumi, dan sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH, maka yang harus dikembangkan di antara sesama manusia adalah sikap saling hormat menghomati, saling tolong menolong, saling sayang menyangi. Apabila hal ini kita lakukan secara bersama-sama dengan dilandasi oleh DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMANNYA maka akan timbul keamanan, ketertiban, kenyamanan, kemakmuran, keadilan, demokrasi, zero corruption dan lain sebagainya di tengah masyarakat atau terciptalah masyarakat madani yang kita idam-idamkan.
C.
MENSYUKURI NIKMAT
Sudahkan
kita bersyukur atau mensyukuri segala nikmat yang telah kita peroleh baik dari
ALLAH SWT maupun dari masyarakat, bangsa dan negara? Kami yakin pembaca buku
ini adalah orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat dan/atau selalu bersyukur
terhadap apa-apa yang telah diperolehnya yang kesemuanya sebagai bagian dari
pelaksanaan DIINUL ISLAM.
Selanjutnya seperti apakah yang dikatakan syukur itu atau apakah bersyukur cukup dengan mengatakan terima kasih saja? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan kami ilustrasikan sebagai berikut: Misalkan saya memperoleh kado berupa baju batik dari seseorang, atas pemberian tersebut saya ucapkan terima kasih. Setelah saya terima, baju batik tersebut bukannya saja pakai melainkan saya jadikan lap mobil, timbul pertanyaan sudah bersyukurkah saya?
Jika saya melakukan hal tersebut, berarti saya bukan termasuk orang yang telah bersyukur. Bersyukur tidak cukup dengan mengucapkan terima kasih semata, sebab ucapan terima kasih bukanlah cerminan dari ungkapan syukur seseorang. Ucapan terima kasih adalah adab atau sopan santun jika kita menerima sesuatu dari orang lain. Ungkapan syukur dari pemberian baju batik adalah apabila baju batik yang kita peroleh dapat kita pergunakan dan/atau dapat kita pakai sesuai dengan peruntukan yang sebenarnya.
Selanjutnya seperti apakah yang dikatakan syukur itu atau apakah bersyukur cukup dengan mengatakan terima kasih saja? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan kami ilustrasikan sebagai berikut: Misalkan saya memperoleh kado berupa baju batik dari seseorang, atas pemberian tersebut saya ucapkan terima kasih. Setelah saya terima, baju batik tersebut bukannya saja pakai melainkan saya jadikan lap mobil, timbul pertanyaan sudah bersyukurkah saya?
Jika saya melakukan hal tersebut, berarti saya bukan termasuk orang yang telah bersyukur. Bersyukur tidak cukup dengan mengucapkan terima kasih semata, sebab ucapan terima kasih bukanlah cerminan dari ungkapan syukur seseorang. Ucapan terima kasih adalah adab atau sopan santun jika kita menerima sesuatu dari orang lain. Ungkapan syukur dari pemberian baju batik adalah apabila baju batik yang kita peroleh dapat kita pergunakan dan/atau dapat kita pakai sesuai dengan peruntukan yang sebenarnya.
Sekarang
ALLAH SWT selaku Inisiator, Pemilik dan Pencipta langit dan bumi sudah
menyediakan dan menciptakan kepada seluruh manusia termasuk diri kita, apa yang
dinamakan dengan RUH, AMANAH 7, HUBBUL, HATI RUHANI dan juga DIINUL ISLAM,
selanjutnya sudahkah kita mensyukuri apa-apa yang telah ALLAH SWT siapkan dan
ciptakan kepada diri kita?
dan Allah
menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia
jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu
pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara
kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar
kamu berserah diri (kepada-Nya).
(surat
An Nahl (16) ayat 81)
dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(surat
An Nahl (16) ayat 78)
Jika
kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, maka kita tidak boleh hanya
mengucapkan TERIMA KASIH saja kepada ALLAH SWT, akan tetapi sudahkah kita
meletakkan, menempatkan, mempergunakan, serta mendayagunakan, apa-apa yang
telah ALLAH SWT sediakan dan ciptakan untuk kepentingan diri kita sebagai
KHALIFAH di muka bumi sesuai dengan kehendak-NYA?
Sebagai bukti SYUKUR kita kepada ALLAH SWT maka kita harus dapat mempergunakan, mendayagunakan, meletakkan atas apa-apa yang disiapkan dan diberikan oleh ALLAH SWT sesuai dengan peruntukkan yang dikehendaki-NYA.
Jika sekarang ALLAH SWT sudah memberikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ atau AGAMA yang FITRAH, sudahkah kita melaksanakan dan menjalankan DIINUL ISLAM secara KAFFAH? BERSYUKUR merupakan salah satu ukuran bagi kesuksesan seorang KHALIFAH di muka bumi dan juga menandakan bahwa KHALIFAH tersebut termasuk orang yang telah TAHU DIRI atau KHALIFAH dengan kategori MAKHLUK PILIHAN.
Sebagai bukti SYUKUR kita kepada ALLAH SWT maka kita harus dapat mempergunakan, mendayagunakan, meletakkan atas apa-apa yang disiapkan dan diberikan oleh ALLAH SWT sesuai dengan peruntukkan yang dikehendaki-NYA.
Jika sekarang ALLAH SWT sudah memberikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ atau AGAMA yang FITRAH, sudahkah kita melaksanakan dan menjalankan DIINUL ISLAM secara KAFFAH? BERSYUKUR merupakan salah satu ukuran bagi kesuksesan seorang KHALIFAH di muka bumi dan juga menandakan bahwa KHALIFAH tersebut termasuk orang yang telah TAHU DIRI atau KHALIFAH dengan kategori MAKHLUK PILIHAN.
D.
MENDOAKAN KETURUNAN akan KEISLAMANNYA
Ciri berikutnya dari
KHALIFAH yang telah sukses menjalankan
DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ adalah selalu mengajarkan dan
mendoakan ke-islaman bagi anak dan keturunannya masing-masing. Timbul
pertanyaan, kenapa kita harus selalu mendoakan anak dan keturunan kita? Anak
atau keturunan adalah regenerasi dari diri kita yang tidak lain adalah KHALIFAH
di muka bumi sehingga jika kita selalu mendoakan anak dan keturunan sendiri
berarti kita telah mendoakan regenerasi
KEKHALIFAHAN di muka bumi.
Ya Tuhan Kami,
Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah
kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat
kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 128)
Regenerasi atau
suksesi kepada anak dan keturunan merupakan suatu proses yang turun temurun
yang pada gilirannya akan menghasilkan alih generasi keluarga sebagai bagian
dari kekhalifahan di muka bumi. Regenerasi KHALIFAH adalah output dari suatu
proses dari pembentukan keluarga. Untuk dapat menghasilkan atau mendapatkan
output, dalam hal ini regenerasi KHALIFAH dengan kriteria MAKHLUK PILIHAN, maka
harus di mulai dari adanya input yang baik melalui proses keluarga yang
sakinah. Input, proses, output merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
atau di buat terpisah-pisah, akan tetapi harus dalam satu kesatuan.
Untuk mendapatkan output yang baik maka harus melalui proses yang baik serta input yang baik pula, demikian pula sebaliknya. Dan jika sekarang diri kita adalah output atau anak kita adalah output dari mata rantai regenerasi KEKHALIFAHAN di muka bumi yang kita bangun, sudahkah kita mengenalkan, mengajarkan, menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ bagi mereka?
Kami yakin pembaca buku ini sudah mengajarkan DIINUL ISLAM kepada anak dan keturunan masing-masing. Selanjutnya apabila kita telah mengajarkan mereka dengan DIINUL ISLAM, maka secara tidak langsung kita telah melakukan INVESTASI ANAK SHALEH/SHALEHAH di muka bumi. Adanya ANAK yang SHALEH dan SHALEHAH yang kita investasikan di muka bumi, maka ALLAH SWT pun akan memberikan balasan dari itu semua yaitu dengan mengembalikan kepada diri kita sebagai orang tua, apa yang disebut dengan doa dari anak yang shaleh dan shalehah setelah kita tiada.
Sekarang bagaimana kita akan memperoleh anak yang shaleh/shalehah jika kita sendiri tidak pernah menyiapkan mereka, tidak pernah mendoakan mereka, tidak pernah berusaha untuk berinvestasi atau menanamkan modal dalam rangka menjadikan anak yang shaleh/shalehah sebagai regenerasi keluarga di muka bumi? Jika kita tidak pernah melakukan itu semua secara pribadi-pribadi bagaimana mungkin akan menghasilkan regenerasi kekhalifahan suatu kaum dan/atau bagaimana akan menghasilkan regenerasi dalam suatu negara?
Untuk itu mulailah REFORMASI INTERNAL dari keluarga masing-masing dalam mempersiapkan proses regenerasi KEKHALIFAHAN di muka bumi sebagai modal awal bagi REFORMASI EKSTERNAL dari KEKHALIFAHAN di muka bumi. Tanpa kita melakukan REFORMASI INTERNAL, maka akan sangat sulit kita mencapai dan memperoleh apa yang dinamakan dengan MASYARAKAT MADANI.
Untuk mendapatkan output yang baik maka harus melalui proses yang baik serta input yang baik pula, demikian pula sebaliknya. Dan jika sekarang diri kita adalah output atau anak kita adalah output dari mata rantai regenerasi KEKHALIFAHAN di muka bumi yang kita bangun, sudahkah kita mengenalkan, mengajarkan, menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ bagi mereka?
Kami yakin pembaca buku ini sudah mengajarkan DIINUL ISLAM kepada anak dan keturunan masing-masing. Selanjutnya apabila kita telah mengajarkan mereka dengan DIINUL ISLAM, maka secara tidak langsung kita telah melakukan INVESTASI ANAK SHALEH/SHALEHAH di muka bumi. Adanya ANAK yang SHALEH dan SHALEHAH yang kita investasikan di muka bumi, maka ALLAH SWT pun akan memberikan balasan dari itu semua yaitu dengan mengembalikan kepada diri kita sebagai orang tua, apa yang disebut dengan doa dari anak yang shaleh dan shalehah setelah kita tiada.
Sekarang bagaimana kita akan memperoleh anak yang shaleh/shalehah jika kita sendiri tidak pernah menyiapkan mereka, tidak pernah mendoakan mereka, tidak pernah berusaha untuk berinvestasi atau menanamkan modal dalam rangka menjadikan anak yang shaleh/shalehah sebagai regenerasi keluarga di muka bumi? Jika kita tidak pernah melakukan itu semua secara pribadi-pribadi bagaimana mungkin akan menghasilkan regenerasi kekhalifahan suatu kaum dan/atau bagaimana akan menghasilkan regenerasi dalam suatu negara?
Untuk itu mulailah REFORMASI INTERNAL dari keluarga masing-masing dalam mempersiapkan proses regenerasi KEKHALIFAHAN di muka bumi sebagai modal awal bagi REFORMASI EKSTERNAL dari KEKHALIFAHAN di muka bumi. Tanpa kita melakukan REFORMASI INTERNAL, maka akan sangat sulit kita mencapai dan memperoleh apa yang dinamakan dengan MASYARAKAT MADANI.
E.
SELURUH AYAT DI IMANI
Sudahkah
anda mempercayai semua ayat-ayat ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur'an
secara keseluruhan? ALLAH SWT tidak
memperkenankan kepada seluruh KHALIFAH-NYA untuk memcercayai atau mengimani
ayat-ayat Al-Qur'an secara sepotong-sepotong atau secara setengah-setengah,
atau hanya mengambil sebahagian-sebahagian tergantung mana yang dibutuhkan atau
mana yang akan memberikan keuntungan untuk diri atau kelompoknya.Al-Qur'an
sebagai BUKU MANUAL bagi kepentingan KEKHALIFAHAN di muka bumi, harus diimani
secara keseluruhan sehingga tidak dapat dipilih-pilih secara acak atau hanya
dipergunakan sebahagian-sebahagian. Apabila kita hanya mempercayai ayat-ayat
Al-Qur'an secara sepotong-potong, berarti kita hanya mempercayai ALLAH SWT
secara sepotong-sepotong pula atau bahkan sebenarnya kita tidak mempercayai
ALLAH SWT sebagai pemilik dan pencipta dari Al-Qur'an itu sendiri.
Untuk itu ALLAH SWT melalui surat Az Zukhruf (43) ayat 69 menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Al-Qur'an secara keseluruhan dikatakan sebagai orang-orang yang telah berserah diri kepada ALLAH SWT dikarenakan orang tersebut telah mempercayai Al-Qur'an yang tidak lain adalah KALAM ALLAH SWT secara keseluruhan. Jika kita telah melakukan ini secara baik dan benar berarti kita telah membangun kepercayaan kepada ALLAH SWT.
Untuk itu ALLAH SWT melalui surat Az Zukhruf (43) ayat 69 menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Al-Qur'an secara keseluruhan dikatakan sebagai orang-orang yang telah berserah diri kepada ALLAH SWT dikarenakan orang tersebut telah mempercayai Al-Qur'an yang tidak lain adalah KALAM ALLAH SWT secara keseluruhan. Jika kita telah melakukan ini secara baik dan benar berarti kita telah membangun kepercayaan kepada ALLAH SWT.
(yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 69)
Di dalam kehidupan sehari-hari saja, jika kita hanya mempercayai seseorang secara setengah-setengah, maka kita akan selalu was-was serta tidak tenang sewaktu menyerahkan suatu pekerjaan kepada orang tersebut. Sekarang bandingkan dengan ketenangan yang kita peroleh jika kita mempercayai seseorang di dalam mengerjakan sesuatu.
Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT, yang hanya kita percayai setengah-setengah atau sepotong-sepotong dengan hanya mengakui Ayat-Ayat Al-Qur'an sebahagian saja? ALLAH SWT pasti memberlakukan yang sama dengan apa yang diperbuat oleh diri kita.
Abu Hurairah ra, berkata: Nabi bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku pada-Ku, maka terserah padanya akan menyangka apa saja kepada-Ku.
(HQR Muslim dan Al
Hakiem dari Watsilah. Dan dari Abud-Dunia, Al Hakiem dari Abu Hurairah. ra;
272:67)
Kepercaryaan ALLAH SWT kepada diri kita juga tidak akan pernah tumbuh sebab kita sendiripun juga memberlakukan hal yang sama kepada ALLAH SWT. ALLAH SWT sebagai PENCIPTA, PEMILIK, PEMELIHARA, PENGATUR, langit dan bumi beserta isinya harus diperacayai, harus dihormati, harus diletakkan, harus ditempatkan sesuai dengan kemahaan yang dimiliki-NYA. Apabila kita tidak bisa melakukannya sesuai denga kehendak-NYA maka ALLAH SWT akan melakukan hal yang sama kepada kita.
Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi
SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Tidaklah Aku akan memperhatikan hak
hamba-Ku sebelum ia memperhatikan hak-Ku terhadap dia.
(HQR At Thabarani;
272: 125)
Hadits
qudsi di atas ini, mempertegas pernyataan ALLAH SWT kepada KHALIFAHNYA yang
tidak mau mempercayai ALLAH SWT secara
TOTAL atau kepada KHALIFAHNYA yang hanya mempercayai ALLAH SWT
sebagian-sebagian. Jika kita ingin tetap memperoleh janji-janji ALLAH SWT,
jangan pernah lakukan itu kepada ALLAH SWT.
F. SELALU BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Bisakah diri kita ada di dunia jika tidak ada orang tua yang melahirkan kita? Dapatkah kita menjadi KHALIFAH di muka bumi saat ini, jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? Mungkinkah tanpa kedua orang tua kita dapat lahir dan menjadi KHALIFAH di muka bumi? Orang tua adalah cikal bakal dari keberadaan kita di muka bumi dan/atau kita adalah REGENERASI dari KEKHALIFAHAN di muka bumi yang di lakukan oleh ke dua orang tua kita. ALLAH SWT melalui surat Al Ahqaaf (46) ayat 15 mewajibkan dan memerintahkan kepada setiap manusia untuk selalu berbakti dengan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, berlebihankah ALLAH SWT memerintahkan hal ini kepada manusia?
Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang berserah diri".
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 15)
Perintah
ALLAH SWT di atas bukan sesuatu yang berlebihan, namun sudah memang seharusnya
kita melakukan itu dengan penuh kesadaran. Sekarang kita dapat bekerja, kita
dapat beribadah, kita dapat berbagi kepada sesama, kita dapat melakukan
perjalanan ke tempat manapun serta dapat menikmati kehidupan dengan baik.
Timbul pertanyaan, dapatkah kita melakukan itu semua jika kita tidak pernah
dilahirkan ke dunia, jika kita tidak pernah diberikan pendidikan dan kasih
sayang oleh kedua orang tua kita? Bersyukur adalah salah satu jalan yang harus
kita lakukan kepada kedua orang tua kita. Bersyukur kepada orang tua tidak
cukup dengan mengatakan terima kasih kepada mereka. Akan tetapi harus
menempatkan dan meletakkan serta menghargai orang tua sesuai dengan kodrat dan
posisi yang sebenarnya yaitu orang tua yang melahirkan dan membesarkan
diri kita.
Jika
kita telah memiliki anak, maka kedudukan orang tua dan kedudukan mertua sama
tingginya sehingga kita tidak boleh membedakan mereka dalam posisi apapun.
Orang tua dan mertua harus diletakkan dan ditempatkan dalam kondisi yang sama,
kita tidak boleh condong kepada mertua saja atau kita juga tidak boleh condong
kepada orang tua saja sehingga kita harus adil kepada keduanya. Selanjutnya
mari kita pelajari hadits tentang kedudukan orang tua yang akan kami kemukakan
di bawah ini.
Keridhaan ALLAH tergantung
kepada keridhaan kedua orang tua dan murka ALLAH pun terletak pada murka ke dua
orang tua.
(HR Al Hakiem)
Berdasarkan
hadits yang kami kemukakan di atas ini, kedudukan orang tua sangatlah tinggi,
sehingga sampai-sampai ALLAH SWT meletakkan keridhaan-NYA di bawah keridhaan
orang tua serta kemurkaan ALLAH SWT terletak juga pada murka orang tua.
Sedangkan berdasarkan hadits di bawah ini, kedua orang tua sangat berperan di
dalam mendapatkan surga ataupun di dalam mendapatkan neraka. Selain daripada
itu, durhaka kepada kedua orang tua dikategorikan sebagai dosa yang besar.
Rasulullah
SAW ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka
adalah (yang menyebabkan) surgamu atau neraka-mu".
(HR Ibnu Majjah)
Termasuk dosa
besar seorang yang mencaci-maki ibu bapaknya. Mereka bertanya, Bagaimana
seorang yang mencaci-maki ayahnya sendiri?" Nabi SAW menjawab: "Dia
mencaci-maki ayah orang lain lalu orang itu mencaci-maki ayahnya dan dia
mencaci-maki ibu orang lain lalu orang lain itu mencaci-maki ibunya.
(Mutafaq 'alaih)
Melihat
tingginya kedudukan orang tua di mata
ALLAH SWT, sudah sepatutnya dan sepantasnya kita berbakti ke dua orang
tua dan juga kepada mertua secara adil dan selalu mendoakan mereka jika mereka
telah berpulang kerahmatullah. Inilah kemudahan yang diberikan oleh ALLAH SWT dalam rangka KHALIFAH-NYA
merefleksikan baktinya kepada orang tua dan mertua masing-masing, dengan masih
diberikannya kesempatan untuk mendoakan mereka walaupun mereka telah meninggal
dunia. Agar supaya doa yang kita panjatkan dapat diterima oleh ALLAH SWT maka
antara yang di doakan dengan yang mendoakan harus sama-sama di dalam naungan
DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ.
Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang telah
meninggal, terputus untuknya pahala segala amal kecuali tiga hal yang tetap
kekal: Shadaqah Jariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang senantiasa
mendoakannya”.
(HR Bukhari-Muslim)
Apabila seorang meninggalkan
doa bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya.
(HR Addailami)
Sekarang
adakah sanksi bagi manusia yang lalai di dalam mendoakan kedua orang tuanya
termasuk juga mendoakan kedua orang mertuanya? Hadits diatas ini dapat menjawab
salah satu akibat dari kita melalaikan atau meningggalkan doa bagi ke dua orang
tua ataupun ke dua orang mertua.
Pembaca,
itulah sebahagian dari ciri-ciri dari KHALIFAH yang telah menjadikan DIINUL
ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dan/atau ciri dari KHALIFAH yang telah memenuhi
kriteria MAKHLUK PILIHAN. Berikut ini akan kami kemukakan pula sebahagian dari
ciri MAKHLUK PILIHAN lainnya, dalam hal ini KHALIFAH yang telah menjadikan
DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ, yaitu:
1)
KHALIFAH yang jika berdakwah atau
menyampaikan AYAT-AYAT ALLAH SWT dengan tidak meminta upah atau bayaran, dalam
hal ini dengan meminta tarif tertentu atau menyampaikan dakwah dengan maksud
mendapatkan simpati ataupun mendapatkan kehormatan.
jika kamu
berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu.
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku
Termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".
(surat Yunus (10) ayat 72)
2)
KHALIFAH yang taat tanpa pamrih
atau KHALIFAH yang menjalankan tugas tanpa memikirkan apa balasan yang akan
diperolehnya dari ALLAH SWT.
orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman".
Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk',
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(surat
Al Hujuraat (49) ayat 14)
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah
orang-orang yang benar.
Katakanlah:
"Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, Padahal
Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu?"
mereka merasa
telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah:
"Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu,
sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu
kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar."
(surat
Al Hujuraat (49) ayat 17)
3)
KHALIFAH yang tidak gentar menghadapi musuh, atau
tidak gentar menghadapi problem atau persoalan yang dihadapinya.
Dan tatkala orang-orang melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasulnya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
(surat Al Ahzab (33) ayat 22)
4) KHALIFAH
yang selalu berdoa untuk keselamatan diri, keluarga, anak keturunan hanya kepada ALLAH SWT semata.
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku
sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian tabir mimpi. (Ya
Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di diunia dan akhirat,
wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang
yang saleh.
(surat
Yusuf (12) ayat 101)
5) KHALIFAH
yang selalu memberikan Shalawat dan Salam kepada Nabi dan Rasulnya.
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(surat
Al Ahzab (33) ayat 56)
Pembaca, dari seluruh
ciri-ciri orang yang telah menjadikan
DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ
yang telah kami kemukakan, sudahkah ciri-ciri tersebut ada dan menjelma
di dalam diri kita masing-masing secara keseluruhan?
2. ETIKA SESAMA MUSLIM
Di atas kami telah mengemukakan ciri-ciri KHALIFAH yang telah menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ secara individual. Selanjutnya adakah ETIKA atau ADAB yang harus dilakukan oleh KHALIFAH ALLAH SWT yang telah menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ kepada sesamanya, dalam hal ini kepada sesama MUSLIM? ALLAH SWT mempunyai beberapa ketentuan yang harus dilakukan oleh KHALIFAH-NYA di dalam melaksanakan hubungan antar dan dengan sesamanya atau ETIKA MUSLIM dengan MUSLIM.
A.
TIDAK BOLEH
SALING BUNUH MEMBUNUH
ALLAH SWT melalui surat An Nisaa' (4) ayat 92 di bawah ini dengan jelas melarang sesama KHALIFAHNYA untuk saling bunuh membunuh dengan secara sengaja atau Mukmin dengan Mukmin dilarang saling bunuh membunuh dengan secara sengaja. ALLAH SWT melarang KHALIFAH-NYA melakukan ini semua tentu ada alasan yang melatarbelakanginya, apakah itu?
Manusia terdiri dari Jasmani dan Ruhani, dan di saat bersatunya Jasmani dengan Ruhani terjadilah hidup dan di saat hidup itulah manusia melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi sebagai bagian dari kehendak ALLAH SWT. Dengan demikian hidup dapat dikatakan sebagai bagian dari kehendak ALLAH SWT yang tidak terpisahkan dari program KEKHALIFAHAN di muka bumi. Sekarang ada seorang MUSLIM membunuh dengan sengaja saudaranya yang MUSLIM, ini berarti MUSLIM yang membunuh dapat dikatakan telah mengganggu atau bahkan mencoba menggagalkan atau telah meniadakan sebahagian dari kehendak ALLAH SWT kepada MUSLIM yang dibunuh untuk menjadi KHALIFAH di muka bumi.
Setiap adanya pembunuhan berarti telah terjadi sebuah tindakan paksa untuk memisahkan Jasmani dengan Ruhani di luar yang dikehendaki oleh ALLAH SWT atau dengan adanya tindakan pembunuhan maka telah terjadi penistaan terhadap Rencana Besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi atau apakah MALAIKAT pencabut nyawa sudah tidak memiliki pekerjaan lagi karena telah digantikan tugasnya oleh pembunuh?
dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 92)
Selain daripada itu, jika terjadi tindakan bunuh
membunuh yang dilakukan oleh sesama Muslim secara sengaja, berarti Syaitan
telah berhasil melaksanakan tugas dan misinya yang telah mendapatkan restu dari
ALLAH SWT dan/atau Manusia telah menjadikan JASMANI sebagai KHALIFAH bagi
RUHANINYA. Selanjutnya adakah balasan dari ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA yang
telah melakukan pembunuhan?
Sepanjang manusia mau bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat maka ALLAH SWT masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan juga memberikan AMPUNAN. Mana buktinya? ALLAH SWT membuktikan kepada kita semua, yaitu cerita tentang seorang lelaki yang telah membunuh 100 orang, kemudian diterima taubatnya setelah ia hijrah dari satu daerah ke daerah yang lainnya dimana di tengah perjalanan ia meninggal dunia. Namun apabila setelah membunuh sesama Muslim, tidak juga mau bertaubat kepada ALLAH SWT, tentu NERAKA JAHANNAM lah tempat kembalinya.
Sepanjang manusia mau bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat maka ALLAH SWT masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan juga memberikan AMPUNAN. Mana buktinya? ALLAH SWT membuktikan kepada kita semua, yaitu cerita tentang seorang lelaki yang telah membunuh 100 orang, kemudian diterima taubatnya setelah ia hijrah dari satu daerah ke daerah yang lainnya dimana di tengah perjalanan ia meninggal dunia. Namun apabila setelah membunuh sesama Muslim, tidak juga mau bertaubat kepada ALLAH SWT, tentu NERAKA JAHANNAM lah tempat kembalinya.
B.
TIDAK
BOLEH KATAKAN KAFIR KEPADA SESAMA MUSLIM
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa KHALIFAH
adalah sebuah ketentuan yang bersifat umum yang berlaku bagi setiap manusia
yang ada di muka bumi. Sebuah ketentuan umum tidak bisa dipergunakan untuk
menilai sesuatu yang bersifat khusus, contohnya bagaimana cara mengisi SYURGA dan
NERAKA secara adil. Untuk itu ALLAH SWT
membuat sebuah ketentuan khusus untuk melakukan penilaian kepada KHALIFAH-NYA
dengan menggunakan kriteria MAKLUK PILIHAN.
Adanya kriteria MAKHLUK PILIHAN akan dapat membedakan KHALIFAH yang ada di muka bumi menjadi 2(dua) golongan yaitu KHALIFAH yang TAAT dan PATUH sehingga ia berhak menempati SYURGA dan KHALIFAH yang KAFIR yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM. TAAT dan PATUH atau KAFIR adalah sebuah penilaian yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA sewaktu menjalankan tugas di muka bumi. Dan jika sekarang ALLAH SWT melarang KHALIFAH-NYA untuk mengatakan KAFIR kepada sesama KHALIFAHNYA, apakah hal ini berlebihan?
Adanya kriteria MAKHLUK PILIHAN akan dapat membedakan KHALIFAH yang ada di muka bumi menjadi 2(dua) golongan yaitu KHALIFAH yang TAAT dan PATUH sehingga ia berhak menempati SYURGA dan KHALIFAH yang KAFIR yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM. TAAT dan PATUH atau KAFIR adalah sebuah penilaian yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA sewaktu menjalankan tugas di muka bumi. Dan jika sekarang ALLAH SWT melarang KHALIFAH-NYA untuk mengatakan KAFIR kepada sesama KHALIFAHNYA, apakah hal ini berlebihan?
ALLAH SWT sebagai pencipta dari KEKHALIFAHAN di muka
bumi memang sudah seharusnya yang melakukan penilaian kepada KEKHALIFAHAN yang
diciptakan-NYA. Akan tetapi jika KHALIFAH-NYA sendiri yang mengatakan KAFIR
kepada sesama KHALIFAH-NYA maka ia sebenarnya telah mengambil HAK ALLAH SWT di
dalam melakukan penilaian.
Setiap KHALIFAH termasuk diri kita, tidak memiliki hak untuk menilai apalagi menghakimi sesama KHALIFAH yang notabene adalah sama-sama ciptaan ALLAH SWT, dengan mengatakan KAFIR sebab diri kita bukanlah PENCIPTA dan PEMILIK dari RENCANA BESAR KEKHALIFAHAN di muka bumi serta bukan pula pencipta Syurga dan Neraka Jahannam. Ingat, KAFIR dan MUKMIN adalah hasil dari sebuah penilaian atas unjuk kerja yang dilakukan oleh setiap KHALIFAH yang ada di muka bumi. KAFIR menghantarkan diri kita ke kampung KEBINASAAN dan KESENGSARAAN sedangkan MUKMIN menghantarkan diri kita ke kampung KEBAHAGIAAN.
Setiap KHALIFAH termasuk diri kita, tidak memiliki hak untuk menilai apalagi menghakimi sesama KHALIFAH yang notabene adalah sama-sama ciptaan ALLAH SWT, dengan mengatakan KAFIR sebab diri kita bukanlah PENCIPTA dan PEMILIK dari RENCANA BESAR KEKHALIFAHAN di muka bumi serta bukan pula pencipta Syurga dan Neraka Jahannam. Ingat, KAFIR dan MUKMIN adalah hasil dari sebuah penilaian atas unjuk kerja yang dilakukan oleh setiap KHALIFAH yang ada di muka bumi. KAFIR menghantarkan diri kita ke kampung KEBINASAAN dan KESENGSARAAN sedangkan MUKMIN menghantarkan diri kita ke kampung KEBAHAGIAAN.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 94)
Selanjutnya jika kita telah mengakui dan menjadikan DIINUL ISLAM
sebagai AGAMA yang HAQ dan juga berarti bahwa kita telah tahu diri, yaitu
siapa KITA dan siapa ALLAH SWT. Dan jika
ini adalah kondisi dari diri kita maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya
kita mengambil HAK ALLAH SWT di dalam menilai atau mengatakan atau menghakimi
bahwa orang itu telah KAFIR. Untuk itu mari kita berkaca kepada pertandingan
olah raga, sesama pemain tidak bisa saling menilai atau mengatakan pemain
lainnya melanggar ketentuan, yang berhak mengatakan itu adalah wasit atau juri.
Sekarang dalam kehidupan sehari-hari malah kita berani mengatakan seseorang
telah kafir, selanjutnya sejak kapan seorang pemain atau seorang KHALIFAH dapat merangkap jabatan sebagai wasit atau
juri?
C. SESAMA MUSLIM SALING UCAPKAN
SALAM
ALLAH SWT melalui surat Al An'am (6) ayat 54 memerintahkan kepada sesama KHALIFAH yang MUSLIM untuk saling mungucapkan salam, dalam hal ini adalah "Salaamun alaikum" atau saling doa mendoakan agar senantiasa ALLAH SWTmelimpahkan rahmat kepada kita semua. Adanya perintah ini maka diharapkan akan tercipta kedamaian, keamanan, ketertiban, saling tolong menolong oleh sebab keberadaan diri kita dalam masyarakat dan/atau terciptanya kedamaian oleh sebab adanya KEKHALIFAHAN di muka bumi.
apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum[476]. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang[477], (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan[478], kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al An’am (6) ayat 54)
[476]
Salaamun 'alikum artinya Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas
kamu.
[477]
Maksudnya: Allah telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat
kepada mahluk-Nya.
[478]
Maksudnya Ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa
perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang
yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang
melakukan kejahatan karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau karena
dorongan hawa nafsu.
dan di antara keduanya
(penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf[543] itu ada
orang-orang yang Mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan
tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun
'alaikum[544]". mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera
(memasukinya).
(surat Al A’raaf (7) ayat 46)
[543] Al A'raaf artinya: tempat yang
tertinggi di antar surga dan neraka.
[544] Artinya: Mudah-mudahan Allah
melimpahkan Kesejahteraan atas kamu.
Pembaca, itulah sebahagian dari ETIKA MUSLIM dengan sesama MUSLIM di dalam kerangka DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ETIKA MUSLIM lainnya kepada sesama MUSLIM yang juga terdapat di dalam Al-Qur'an, yaitu:
1)
Sesama
Muslim tidak diperkenankan atau diperbolehkan saling olok mengolok atau saling
caci memaki. Sesama muslim wajib saling tolong menolong dalam kebaikan.
yang demikian itu karena
Sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena
Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai Pelindung.
(surat Muhammad (47) ayat 11)
2) Sesama
Muslim dilarang saling curiga mencurigai atau saling berburuk sangka kepada
sesama Muslim.
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 12)
3) Sesama Muslim yang menjadi Ahli Syurga akan
saling bersalaman, saling mengucapkan salam kepada sesamanya.
sebagai Balasan bagi apa yang
telah mereka kerjakan.
mereka tidak mendengar di
dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa,
akan tetapi mereka mendengar
Ucapan salam.
dan golongan kanan, Alangkah
bahagianya golongan kanan itu.
(surat Al Waqiah (56) ayat 24-25-26-27)
Pembaca, sewaktu kita
melaksanakan tugas di muka bumi, tentu kita tidak hanya berhadapan dengan
sesama Muslim, akan tetapi juga bertemu dan berhadapan atau bahkan ikut mengayomi umat Non Muslim
yang juga memiliki hak hidup di muka bumi ini. Hal ini dimungkinkan sebab ALLAH SWT telah menyediakan SYURGA dan
NERAKA.
Untuk melengkapi tentang Etika Muslim dengan sesama Muslim yang telah kami sebutkan di atas, berikut ini akan kami kemukakan sebuah cerita yang pernah di alami sendiri oleh RASULULLAH SAW yang harus kita ambil hikmah dan pelajaran, yaitu: "Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Di lain sisi, setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Rasulullah SAW wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Untuk melengkapi tentang Etika Muslim dengan sesama Muslim yang telah kami sebutkan di atas, berikut ini akan kami kemukakan sebuah cerita yang pernah di alami sendiri oleh RASULULLAH SAW yang harus kita ambil hikmah dan pelajaran, yaitu: "Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Di lain sisi, setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Rasulullah SAW wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau
bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku
kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah
engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum
ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya
Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan
membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di
sana", kata Aisyah r.ha. Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar
dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a
mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar
r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah
kamu?".
Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah sekalipun memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a."
Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah sekalipun memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a."
Selanjutnya untuk
melengkapi cerita tentang BUDI PEKERTI RASULULLAH SAW, berikut ini akan kami
kemukakan pula beberapa etika yang
mengatur tentang hubungan antara umat Muslim dengan umat Non Muslim yang
kesemuanya terdapat di dalam Al-Qur'an, yaitu:
1) Umat
Muslim diperbolehkan memerangi sepanjang Umat Muslim diperangi dan/atau boleh
perangi sampai…ISLAM.
telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
(surat Al Hajj (22) ayat 39)
2) Umat Muslim tidak diizinkan untuk berikap lemah kepada mereka dan
mengajak minta damai.
janganlah
kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu
dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
(surat Muhammad (47) ayat 35)
kecuali orang-orang yang
meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah
ada Perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati
mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. kalau Allah
menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu
pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak
memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu Maka Allah tidak memberi
jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.
kelak kamu akan dapati
(golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu
dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah
(syirik), merekapun terjun kedalamnya. karena itu jika mereka tidak membiarkan
kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan
tangan mereka (dari memerangimu), Maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dan
merekalah orang-orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk
menawan dan membunuh) mereka.
(surat An Nissaa’ (4) ayat 90-91)
3) Umat Muslim jika di ajak berdamai oleh mereka, maka ajakan tersebut
boleh diterima.
kecuali orang-orang yang
meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah
ada Perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati
mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. kalau Allah
menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu
pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak
memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu Maka Allah tidak memberi
jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.
(surat An Nissaa’ (4) ayat 90)
4) Umat Muslim diperbolehkan mendoakan mereka agar mereka masuk Islam
atau mendoakan untuk memperoleh hidayah sepanjang yang di doakan masih hidup di
muka bumi.
berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
(surat Maryam (19) ayat 47)
5) Umat Muslim diperbolehkan mengucapkan salam atau memberikan kabar
gembira kepada mereka walaupun tidak kenal.
mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim[803]".
(surat Al Hijr (15) ayat 53)
[803]
Yang dimaksud dengan seorang anak laki-laki yang alim ialah Ishak a.s.
6) Umat Muslim diperbolehkan untuk mengajak mereka masuk Islam dengan
sungguh-sungguh.
bahwa janganlah kamu sekalian Berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
(surat An Naml (27) ayat 31)
berkata Sulaiman: "Hai
pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri".
(surat An Naml (27) ayat 38)
Sebagai penutup buku ini, kami ingin mengajak
pembaca untuk merenung sejenak cerita tentang WAHYU TERAKHIR KEPADA NABI
MUHAMMAD SAW di bawah ini: Diriwayatkan bahwa surat Al-Maaidah (5) ayat 3
diturunkan pada sesudah waktu Ashar yaitu pada hari Jum'at di padang Arafah
pada musim haji penghabisan [Wada'] pada tahun 10 Hijriah. Pada waktu musim
haji wada' tersebut NABI SAW berkuthbah dihadapan kaum muslimin yang sangat
besar jumlahnya. Adapun isi khutbah NABI SAW, antara lain:
1)
Sesungguhnya
darahmu dan hartamu adalah haram atas kamu (untuk diganggu)
2) Takutlah
kepada ALLAH SWt dalam hal memberlakukan perempuan karena sesungguhnya kamu
mengambil mereka (istri-istrimu) dengan amanat ALLAH SWT.
3) Segala
sesuatu yang termasuk perkara JAHILIYAH diletakkan di bawah kakiku (tidak
berlaku lagi)
4)
Dua
perkara kutinggalkan pada kamu, yang jika pegang niscaya kamu tidak akan
tersesat sesudah kepergianku yaitu AL-QUR"AN dan SUNNAHKU.
5)
Jangan
kamu kembali menjadi kafir dengan saling membunuh di antara kamu sama lain.
Selanjutnya pada saat Rasulullah SAW di Arafah
sedang naik unta, Rasulullah SAW
menerima Wahyu Terakhir dari ALLAH SWT.
Pada saat itu Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingat
isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW
bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah
itu turun Malaikat Jibril AS dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya
pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh
karena itu kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari
ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."
Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke
Mekkah dan terus pergi ke Madinah.
Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat
beliau, maka Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh
Malaikat Jibril as, Setelah para sahabat mendengar hal yang demikian itu,
mereka pun gembira sambil berkata: "Agama
kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna."Ketika Abu Bakar ra.
mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan
kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis
sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga malam.
Cerita tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesuatu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda." Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya.
Cerita tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesuatu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda." Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya.
Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat
yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang
mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah
SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang
menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah
SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW
dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah
SAW sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka
yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapa kamu semua
menangis?." Kemudian Ali ra. berkata, "Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar
ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini merupakan tanda bahwa waktu wafatmu
telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah SAW
berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan
sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".
Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah
SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara
'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, waktu itu saya anda
pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja
memukul saya atau hendak memukul unta baginda." Rasulullah SAW berkata:
"Wahai 'Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu." Kemudian
Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah
Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju
ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata,
"Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]."
Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan
mengetuk pintu.
Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat beliau."Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?" Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah.
Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat beliau."Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?" Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah.
Melihat hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan
Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu
qishash baginda SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila
Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan
segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua,
sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua."
Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang
yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW untuk itu kamu pukullah aku
dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW" Lalu Rasulullah SAW berkata,
"Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu
dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan
berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah
cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash
Rasulullah SAW" Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata,
"Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah SAW
"Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul."
Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah SAW,
anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah
SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah
semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun
mencium beliau dan berkata, "Saya tebus anda dengan jiwa saya ya
Rasulullah SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini
adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT
dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neraka dengan
kehormatanmu."Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu
sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya."
Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap
peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata,
"Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah
memperoleh derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW di dalam
syurga."
Ketika ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau
pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata:
"Selamat datang kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, saya
berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan
mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan
kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada
Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka
hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan
Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku
dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku
dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu
letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu
semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku
ialah Allah SWT, kemudian yang akan menshalat aku ialah Malaikat Jibril as,
kemudian diikuti oleh Malaikat Israfil, Malaikat Mikail, dan yang akhir sekali
Malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya.
Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara
berkelompok bershalat atasku." Setelah para sahabat mendengar ucapan yang
sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan
berkata, "Ya Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang di utus kepada
kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan kami dan
sebagai penguasa yang mengurus perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti
kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?."
Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah
para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan
yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu
daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu
ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang
rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan
Hadits-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan
mengambil pelajaran dari mati."
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit
Rasulullah SAW bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari
dan sering diziarahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa
Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari
Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan
azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal
ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun memberi salam,
"Assalaarnualaika ya rasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra.,
"Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal ra.
mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid
tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak
lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam
seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh
Rasulullah SAW dan baginda berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya
penyakitku ini semakin berat, untuk itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan
shalat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar
kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil
meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah."
Setelah Bilal ra. sampai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar
tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya.
Abu Bakar ra.
tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara
yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihat peristiwa
ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW
bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah
terjadi?." Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kegaduhan kaum muslimin,
sebab anda tidak pergi ke masjid." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali
ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka
dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau
pun shalat subuh bersama dengan para jemaah. Setelah selesai shalat subuh maka
Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa
dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, oleh itu hendaklah kamu semua
bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku
akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama
aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Setelah berkata demikian
maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumah beliau.
Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat lzrail
AS, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa,
dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan
cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah
terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya
dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali
padaku."Setelah Malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka
Malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Baduwi. Setelah Malaikat
lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam,
"Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a
adkhulu?"
(Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian Malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu terdengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah SAW berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah,"Tidak ayah." "Dia adalah Malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur."
(Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian Malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu terdengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah SAW berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah,"Tidak ayah." "Dia adalah Malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur."
Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi
setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia
menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Fathimah ra.
maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah,
engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku."
Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan Malaikat lzrail masuk. Maka Malaikat
lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah."
Lalu Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau
datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?"
Maka berkata Malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah SAW, "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW melihat kedatangan Malaikat Jibril as maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril AS, "Ya aku tahu." Rasulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah SWT"
Maka berkata Malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah SAW, "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW melihat kedatangan Malaikat Jibril as maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril AS, "Ya aku tahu." Rasulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah SWT"
Berkata Jibril AS, "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat
bersusun rapi menanti ruhmu di langit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka,
dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata
Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku
di hari kiamat nanti." Berkata Jibril AS, "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud, "Sesungguhnya aku
telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih
dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu
memasuki syurga." Berkata
Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa
susahku." Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah
kamu kepadaku." Selelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila
ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai
Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati." Jibril AS mengalihkan pandangan
dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihat tingkah
Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu
tidak suka melihat wajahku?"
Jibril AS
berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu
di kala kamu dalam sakaratul maut?" Anas bin Malik ra. berkata:
"Apabila ruh Rasulullah di dada beliau telah bersabda: "Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu
semua menjaga shalat dan apa- SAW telah sampai apa yang telah diperintahkan ke
atasmu." Ali ra. berkata: "Sesungguhnya
Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua
bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan
Rasulullah SAW berkata: "Umatku,
Umatku." Telah bersabda Rasulullah SAW bahwa: "Malaikat Jibril as
telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah
menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan
yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan
dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut
akan menjadi batu." Ketika tersiar berita wafatnya NABI MUHAMMAD SAW,
terkejut seluruh para sahabat, bahkan Umar ra. Sempat mengingkari kematian NABI
SAW. Di antara yang paling kokoh adalah Abu Bakar ra dan Abbas ra. Lalu Abu
Bakar ra berkata:
1)
Barangsiapa
yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat dan barangsiapa menyembah ALLAH SWT, maka ALLAH SWT kekal selamanya dan
tidak bisa mati.
2)
Muhammad
adalah seorang rasul dan telah mendahului sebelumnya rasul-rasul, maka jika ia
mati atau terbunuh, apakah kamu akan meninggalkan agama ini?
3)
Barangsiapa
meninggalkan agama ini, ia tidak akan merugikan ALLAH SWT sedikitpun dan ALLAH
SWT akan membalas orang-orang yang bersyukur.
4)
Sesungguhnya
engkau (Muhammad) akan mati dan mereka juga akan mati.
Setelah mendengar ucapan Abu Bakar ra, tenanglah
para sahabat, sehingga Umar ra berkata: "Seakan-akan aku belum pernah
membaca ayat ini." PEMBACA, setelah membaca cerita yang kami kemukakan
tentang WAHYU TERAKHIR KEPADA NABI MUHAMMAD SAW, Sudahkah anda merenungi isi
dari Surat Al Maaidah (5) ayat 3 di atas dan sudahkah anda merenungi pesan NABI
MUHAMMAD SAW? Selanjutnya akan ada 2(dua) pertanyaan yang akan kami ajukan
kepada pembaca, yaitu:
1) Jika
anda semua ingin tetap menjadi Umat dari NABI MUHAMMAD SAW, untuk itu ingatlah
selalu pesan-pesan yang yang disampaikan oleh BELIAU, selanjutnya sudahkah anda
melaksanakannya secara baik dan benar atau apakah anda ingin mengecewakan
Beliau yang begitu sangat sayang kepada umatnya?
2)
Jika
ALLAH SWT sebagai INISIATOR, PEMILIK, PENCIPTA, PEMILIK dari langit dan bumi
sudah menyatakan bahwa hanya DIINUL ISLAMlah satu-satunya AGAMA yang diakui-NYA
dan yang diridhai-NYA serta yang paling sesuai dengan FITRAH manusia, sekarang
bagaimana dengan diri kita dan dengan anak keturunan kita yang saat ini hidup
di muka bumi, apakah masih meragukan atau masih tidak mau menerima dan mengakui
dan melaksanakan DIINIUL ISLAM secara KAFFAH?
Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir sudah tidak ada lagi di dunia ini, akan tetapi:
1) ALLAH SWT SELAMANYA akan TETAP ADA SAMPAI KAPANPUN juga sebab ALLAH
SWT tidak akan mungkin binasa oleh sebab apapun juga dan ALLAH SWT tetap KEKAL
selama-lamanya.
2)
DIINUL ISLAM juga masih akan
tetap ada sampai dengan hari kiamat.
3) AL-QUR'AN yang merupakan KALAM
ALLAH SWT juga masih ada dan akan terus dipelihara oleh ALLAH SWT sebab
Al-Qur'an adalah Kalam ALLAH SWT, serta
4)
Hadits-Hadits yang berasal dari
NABI MUHAMMAD SAW juga masih ada.
Selanjutnya sebagai
KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jika terjadi persoalan,
jika terjadi problem, jika terjadi kesusahan, jika terjadi kesedihan, atau jika
terjadi apapun permasalahan, timbul pertanyaan kepada siapakah kita akan bersandar, kepada siapakah kita akan
bertuhan, kepada siapakah kita akan meminta petunjuk serta meminta pertolongan
atau meminta ampunan dan juga meminta
apapun juga?
Apabila kita ingin memperoleh NIKMAT dari BERTUHANKAN kepada ALLAH SWT maka tidak ada jalan lain kecuali memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT selaku PEMILIK yang sekaligius juga INISIATOR, PERANCANG, PENCIPTA dari langit dan bumi termasuk di dalamnya KEKHALIFAHAN di muka bumi. ALLAH SWT pasti akan bertanggung jawab sesuai dengan kemahaan yang dimiliki-NYA kepada apa-apa yang diciptakan-NYA dan yang dimiliki-NYA. PILIHAN ada pada diri kita masing-masing, apakah mau menerima pertanggungjawaban ALLAH SWT kepada setiap ciptaan-NYA dan serta maukah kita memenuhi segala kehendak-NYA dengan menerima ALLAH SWT sebagai satu-satunya TUHAN, menerima AL-QUR'AN sebagai BUKU MANUAL yang diturunkan ALLAH SWT, menerima DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ yang dilanjutkan dengan melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH serta menjadikan Hadits-Hadits sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan DIINUL ISLAM yang kesemuanya dapat menghantarkan diri kita ke SYURGA untuk bertemu dengan ALLAH SWT kelak. AMIIN.
Apabila kita ingin memperoleh NIKMAT dari BERTUHANKAN kepada ALLAH SWT maka tidak ada jalan lain kecuali memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT selaku PEMILIK yang sekaligius juga INISIATOR, PERANCANG, PENCIPTA dari langit dan bumi termasuk di dalamnya KEKHALIFAHAN di muka bumi. ALLAH SWT pasti akan bertanggung jawab sesuai dengan kemahaan yang dimiliki-NYA kepada apa-apa yang diciptakan-NYA dan yang dimiliki-NYA. PILIHAN ada pada diri kita masing-masing, apakah mau menerima pertanggungjawaban ALLAH SWT kepada setiap ciptaan-NYA dan serta maukah kita memenuhi segala kehendak-NYA dengan menerima ALLAH SWT sebagai satu-satunya TUHAN, menerima AL-QUR'AN sebagai BUKU MANUAL yang diturunkan ALLAH SWT, menerima DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ yang dilanjutkan dengan melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH serta menjadikan Hadits-Hadits sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan DIINUL ISLAM yang kesemuanya dapat menghantarkan diri kita ke SYURGA untuk bertemu dengan ALLAH SWT kelak. AMIIN.