Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 21 Mei 2016

AGAMA APA & AGAMA DARI SIAPA YANG HARUS SAYA ANUT


Kita telah mempelajari serta telah mengetahui dengan jelas bahwa yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah MANUSIA atau diri kita sendiri. ALLAH SWT sebagai INISIATOR dari KEKHALIFAHAN di muka bumi tidak memerlukan sama sekali   AD DIIN, namun sebagai PEMILIK sekaligus PENCIPTA dari langit dan bumi beserta isinya, ALLAH SWT bertanggung jawab sepenuhnya untuk MEMELIHARA, untuk MENJAGA, untuk MERAWAT, untuk MENGAYOMI, atas segala sesuatu yang berasal dari KEHENDAK-NYA sepanjang MANUSIA atau diri kita  mau melakukan hal-hal yang BERKESESUAIAN dan/atau memenuhi SYARAT dan KETENTUAN dengan KEHENDAK-NYA tersebut. 

Setelah mengetahui  DIINUL ISLAM ditinjau dari sisi kebutuhan MANUSIA, sekarang mari kita pelajari AD DIIN dari sisi ALLAH SWT sebagai PEMILIK, PENCIPTA, INISIATOR, PEMELIHARA, PENGAYOM, dari apa-apa yang ada di langit dan bumi termasuk diri kita sendiri. 



1.    AGAMA YANG HAQ HANYA DARI ALLAH SWT


    ALLAH SWT sewaktu mengemukakan KEHENDAK-NYA kepada MALAIKAT-NYA tentu di dalam ILMU-NYA tidak ingin RENCANA BESAR-NYA tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi mengalami kegagalan dan/atau ALLAH SWT tidak ingin RENCANA-NYA menemui hambatan dan/atau ALLAH SWT tidak menyukai RENCANA-NYA samapi mengalami kegagalan sewaktu diimplementasikan. Selanjutnya dalam rangka  membantu dan/atau menolong dan/atau memberikan kemudahan bagi KHALIFAHNYA melaksanakan tugas di muka bumi maka  ALLAH SWT memberikan sesuatu yang berasal dari FITRAH-NYA sendiri, apakah itu? 

Untuk itu  ALLAH SWT menciptakan KONSEP ILAHIIAH berupa AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai tuntunan, pedoman, petunjuk, sarana dan alat bantu bagi KHALIFAH-NYA melaksanakan tugas di muka bumi. Untuk memperjelas hal itu, mari kita pelajari surat Ali Imran (3) ayat 19 dan surat Az Zumar (39)ayat 3 di bawah ini.



Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(surat Ali Imran (3) ayat 19)

[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.

 Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
(surat Az Zumar (39) ayat 3)


Untuk memudahkan pemahaman tentang AD DIIN atau DIINUL ISLAM, berikut ini akan kami ilustrasikan melalui contoh sebagai berikut: Jika kita membeli sebuah mobil dengan merek TOYOTA, apa yang harus kita perbuat dengan mobil tersebut? 

Sebagai KONSUMEN dari MOBIL merek TOYOTA maka kita harus mempercayai ATPM dan melaksanakan apa-apa yang dikemukakan oleh ATPM di dalam BUKU MANUAL Selanjutnya apa-apa yang dikemukakan oleh ATPM di dalam BUKU MANUAL dapat di artikan sebagai sebuah:

1)  pengakuan atas kemampuan ATPM dari konsumennya di dalam mempertanggungjawabkan produksinya.

2)      ketentuan baku yang harus dijalankan dan dilaksanakan konsumen,

3) kesepakatan antara ATPM dengan KONSUMEN di dalam melaksanakan hak dan kewajiban.


Selanjutnya jika kita ingin mendapatkan dan memperoleh manfaat baik jangka pendek maupun jangka panjang atas mobil yang kita beli dan/atau jika kita ingin mobil yang kita beli sesuai dengan apa-apa yang telah dijanjikan ATPM dan/atau jika berharap ATPM selalu bertanggung jawab terhadap mobil yang kita beli maka kita diharuskan MEMENUHI SYARAT dan KETENTUAN yang dikemukakan ATPM di dalam BUKU MANUAL. 

Ini berarti bahwa ATPM sebagai pencipta dan pemasok dari mobil yang kita beli hanya mengakui keberadaan mobil kita jika kita memenuhi segala syarat dan ketentuan yang telah ditentukannya dan/atau ATPM akan bertanggungjawab sepenuhnya sepanjang kita tidak merubah, menambah, mengurangi, menghilangkan, apa-apa yang terdapat di dalam BUKU MANUAL yang dikeluakannya. Timbul pertanyaan bagaimana dengan ALLAH SWT dengan CIPTAAN-NYA dan/atau dengan KHALIFAH-NYA di muka bumi? 

Jika ATPM berbuat dan memberlakukan hal seperti itu maka ALLLAH SWT pun akan melakukan hal yang lebih dari itu semua kepada CIPTAAN-NYA dan/atau kepada KHALIFAH-NYA termasuk kepada diri kita. Dalam hal ini ALLAH SWT hanya akan mengakui keberadaan MANUSIA dan/atau KHALIFAH-NYA sepanjang ia melaksanakan dan menjalankan apa-apa yang telah ditetapkan oleh  ALLAH SWT selalu PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA dari langit dan bumi beserta isinya termasuk di dalamnya diri kita sendiri.


 Jika sekarang ALLAH SWT menetapkan bahwa AD DIIN merupakan KONSEP ILAHIAH sebagai AGAMA yang diridhai-NYA dan/atau AGAMA yang direstui-NYA maka kita harus melaksanakan hal tersebut tanpa harus dibantah, tanpa harus dikurangi, tanpa harus ditambah atau tanpa harus disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok tertentu. Timbul pertanyaan kenapa kita harus melakukan hal tersebut? 

Seperti halnya ATPM yang akan bertanggung jawab kepada konsumennya, maka ALLAH SWT melakukan hal yang sama kepada MANUSIA atau bahkan melebihi apa yang dilakukan ATPM kepada konsumennya. Jika ATPM hanya bersifat keduniaan saja maka yang dilakukan oleh ALLAH SWT dimulai dari kita di dalam rahim ibu sampai dengan kita pulang kampung, ALLAH SWT masih tetap memberikan tanggung jawabnya kepada MANUSIA. 

Tanggung jawab yang  ALLAH SWT berikan kepada MANUSIA adalah suatu tanggungjawab yang bersifat hubungan timbal balik dimana sepanjang MANUSIA atau diri kita melaksanakan dan menjalankan KEHENDAK-NYA atau melaksanakan AD DIIN maka ALLAH SWT akan memberikan tanggung jawabnya kepada MANUSIA dan/atau ALLAH SWT akan memberikan janji-janji-NYA kepada MANUSIA. 

Persoalan akan muncul jika kita sendiri yang memutuskan hubungan dengan ALLAH SWT yaitu dengan melanggar ketentuan AD DIIN dan/atau tidak melaksanakan AD DIIN dengan baik dan benar yang sesuai dengan KEHENDAK-NYA dan/atau melaksanakan AD DIIN tetapi cara ditambah, dikurangi atau disesuaikan dengan kebutuhan diri dan kelompok tertentu. Untuk itu jangan pernah melakukan hal-hal yang mengakibatkan kita keluar dari SIARAN dan GELOMBANG yang bertentangan dengan KEHENDAK ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA diri kita. RESIKO dari pelanggaran ketentuan ini menjadi tanggung jawab diri kita sendiri.    


2. SELAIN ISLAM DI TOLAK ALLAH SWT


   Jika kita kembali lagi kepada mobil TOYOTA yang kita beli, maka ATPM hanya mengakui secara SYAH segala apa-apa yang dijanjikannya sepanjang konsumen melaksanakan BUKU MANUAL dan/atau sepanjang masa GARANSI yang telah diberikan oleh ATPM masih tetap berlaku. Ini berarti bahwa ATPM menolak bertanggung jawab kepada konsumennya jika konsumennya melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan BUKU MANUAL dan/atau setelah berakhirnya masa GARANSI. Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang telah menciptakan rencana besar tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi atas dasar KEHENDAK-NYA? 



 Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
 Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami menyerahkan diri."
 Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.
(surat Ali Imran (3) ayat 83-84-85)


ALLAH SWT akan menolak seluruh konsep dan/atau tidak akan mengakui konsep apapun selain yang telah  ALLAH SWT tentukan di dalam KEHENDAK-NYA sendiri sewaktu merencanakan dan menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. ALLAH SWT di dalam KEHENDAK-NYA sudah menyatakan dengan TEGAS hanya DIINUL ISLAMlah satu-satunya konsep yang  DIKEHENDAKI-NYA. Untuk itu jika kita ingin selalu berada di dalam koridor TANGGUNG JAWAB ALLAH SWT selaku PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PERAWAT, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya termasuk di dalamnya diri kita, maka kita harus menerima DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang dikehendaki ALLAH SWT.

Selanjutnya bagaimana jika kita menolak dan/atau mengganti DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang dikehendaki oleh ALLAH SWT dengan agama/ajaran/kepercayaan lainnya dan/atau menerima DIINUL ISLAM tetapi dengan dirubah, ditambah, dikurangi atau disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok tertentu? 

ALLAH SWT dalam surat Ali Imran (3) ayat 83-84-85 memberikan jawabannya yaitu ALLAH SWT akan menolak dan/atau tidak akan menerima agama atau ajaran atau kepercayaan tersebut. ALLAH SWT hanya akan menerima  dan mengakui DIINUL ISLAM  sebagai AGAMA yang DIKEHENDAKI-NYA sepanjang DIINUL ISLAM tersebut masih tetap FITRAH sesuai dengan KEFITRAHAN dan KEMURNIAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT tanpa ada pengaruh dari apapun juga.

Timbul pertanyaan sampai kapankah masa berlakunya  DIINUL ISLAM yang murni dan fitrah tersebut?  DIINUL ISLAM akan terus berlaku selama manusia ada di dunia, ini berarti DIINUL ISLAM mulai berlaku sejak MANUSIA diciptakan sampai dengan hari kiamat. Selanjutnya sampai kapankah DIINUL ISLAM  berlaku secara individual/secara perseorangan? DIINUL ISLAM mulai berlaku bagi perorangan sejak ditiupkannya RUH seseorang ke dalam rahim seorang ibu sampai dengan RUH tiba dikerongkongan. 

Ini berarti selama periode itulah ALLAH SWT memberikan GARANSI langsung kepada KHALIFAH-NYA dan/atau kepada diri seseorang dan/atau ALLAH SWT hanya akan memberikan janji-janjinya kepada kita secara langsung dimulai dari RUH ditiupkan ke dalam rahim ibu kita sampai dengan nyawa atau RUH kita tiba di kerongkongan. Untuk itu, jika kita belum melaksanakan dan/atau belum mengakui DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ, maka MASUKLAH dan PELUKLAH DIINUL ISLAM sebelum NYAWA/RUH tiba di kerongkongan sebab jika hal itu terlampaui tidak akan ada gunanya bagi kita walaupun ditebus dengan harta kekayaan yang kita miliki. 


3. AGAMA DARI ALLAH SWT HANYA SATU


Di dalam surat Al Mu'minuun (23) ayat 52-53 diterangkan bahwa KONSEP ILAHIAH yang berasal dari ALLAH SWT hanya berjumlah SATU BUAH tidak lebih dari itu yaitu ALLAH SWT hanya menciptakan AD DIIN sebagai satu-satunya konsep bagi kepentingan KHALIFAH-NYA di muka bumi dan/atau hanya mengakui DIINUL ISLAM sebagai AGAMA bagi seluruh KHALIFAH-NYA di muka bumi.  

Sebagai perbandingan bagi kita, lihatlah mobil TOYOTA yang kita beli, mungkinkah ATPM mengeluarkan BUKU MANUAL lebih dari satu buah untuk setiap jenis mobil yang diproduksinya? BUKU MANUAL yang dikeluarkan ATPM hanya berjumlah satu buah, Sekarang bagaimana jika ATPM membuat BUKU MANUAL lebih dari satu untuk setiap jenis mobil yang diproduksinya? Akan timbul kebingungan atau akan timbul kekacauan bagi konsumen di dalam merawat dan memelihara mobil yang telah dibelinya dan/atau akan timbul dualisme pedoman di mata konsumen. 

Selanjutnya jika hal ini sempat terjadi maka kredibilitas ATPM di mata konsumennya sendiri akan turun drastis atau bahkan mungkin tidak akan dipercaya lagi. Jika kondisi seperti ini saja diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari, maka ALLAH SWT pun memberlakukan kondisi yang hampir sama didalam rangka melaksanakan KEHENDAK-NYA yaitu menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, selanjutnya untuk apakah ALLAH SWT membuat dan merencanakan   AD DIIN dalam hal ini adalah DIINUL ISLAM hanya satu?


1)  ALLAH SWT tidak menginginkan adanya STANDARD GANDA yang dilakukan oleh KHALIFAH-NYA di dalam melaksanakan KEHENDAK-NYA.

2)  ALLAH SWT ingin KREDIBILITAS dan KEMAHAAN yang dimiliki-Nya dapat tetap terjaga UTUH sesuai dengan SIFAT SALBIYAH yang dimiliki ALLAH SWT.

3)   ALLAH SWT ingin melakukan apa yang disebut dengan FAIRPLAY terutama di dalam menentukan siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak menempati NERAKA.

4) ALLAH SWT menginginkan adanya keseragaman di dalam pemahaman di dalam mempelajari dan mengamalkan  AD DIIN atau DIINUL ISLAM.

5)   Timbulnya semangat persatuan dan kesatuan di dalam pelaksanaan dan pengamalan AD DIIN atau DIINUL ISLAM.

6)  Adanya kesamaan di antara KHALIFAH ALLAH SWT  dalam mencapai dan melaksanakan TUJUAN dari diturunkannya  AD DIIN atau DIINUL ISLAM.


Selanjutnya bagaimana jika kita sendiri yang malah membuat dan/atau membikin-bikin DIINUL ISLAM itu menjadi lebih dari satu dan/atau bahkan kita mengkotak-kotakkan DIINUL ISLAM berdasarkan keinginan sebuah kelompok tertentu saja? 


dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 125)

 
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu[1006], dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.
kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
(surat Al Mu'minuun (23) ayat 52-53)

[1006] Lihat surat Al Anbiya ayat 92.


    Untuk menjawab pertanyaan di atas, untuk itu ALLAH SWT memberikan jawabannya melalui surat An Nisaa' (4) ayat 125 dan surat Al Mu'minuun(23) ayat 52-53 yang menyatakan bahwa: ALLAH SWT hanya mengakui satu yaitu AGAMA NABI IBRAHIM as sebab itulah AGAMA yang LURUS  sehingga tidak boleh ditambah, dikurangi, disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan diri atau kelompok tertentu.

Jika sampai AD DIIN, dalam hal ini DIINUL ISLAM,  lebih dari satu maka akan timbul EGO dan/atau Taqlid buta di antara pemeluk DIINUL ISLAM sehingga bukannya manfaat yang di dapat akan tetapi mudharat yang akan dituai.  ALLAH SWT di dalam ILMU-NYA sewaktu menciptakan ini semua sudah memikirkan hal ini dengan sesempurna mungkin sehingga tidak akan mungkin ALLAH SWT akan membuat dan/atau membikin AD DIIN lebih dari satu sebab KEMAHAAN ALLAH SWT akan menjadi batal jika itu terjadi dan/atau SIFAT SALBIYAH yang dimiliki  ALLAH SWT akan tercoreng atau tidak MAHA lagi.

Sekarang setelah kita ditunjuk menjadi KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi justru kita sendiri yang menyatakan bahwa  DIINUL ISLAM lebih dari satu dan/atau malah membuat tandingan dengan menciptakan ajaran/isme/kepercayaan untuk menandingi DIINUL ISLAM, bagaimanakah sikap ALLAH SWT terhadap itu semua? 

Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI yang mengetahui SIAPA ALLAH SWT dan siapa diri kita sendiri maka jika itu kita lakukan berarti kita telah menjadikan diri kita layaknya seperti ALLAH SWT dan/atau berani menantang   ALLAH SWT dan/atau berani membuka konfrontasi langsung dengan ALLAH SWT. Kenapa kami katakan seperti ini, dikarenakan keberadaan diri kita di dunia ini tidak lain adalah bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT itu sendiri atau apakah memang kita yang lebih hebat dari pada ALLAH SWT ataukah kita yang menciptakan bumi dan langit beserta isinya?  

     

4.  DIINUL ISLAM MENGUNGGULI SEGALA AGAMA di DUNIA


ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAYOM, PENJAGA, PENGAWAS dari langit dan bumi termasuk diri kita sendiri, tentu di dalam setiap merealisasikan KEHENDAKNYA baik langsung maupun tidak langsung akan  merefleksikan KEMAHAAN yang dimiliki-NYA sesuai dengan SIFAT SALBIYAH & SIFAT MA'ANI dari   ALLAH SWT. 

Jika sekarang ALLAH SWT membuat KONSEP ILAHIAH yang bernama AD DIIN dan/atau DIINUL ISLAM dalam kerangka KEKHALIFAHAN di muka bumi maka DIINUL ISLAM itu tidak lain adalah refleksi dari KEMAHAAN SIFAT SALBIYAH dan SIFAT MA'ANI yang dimiliki  ALLAH SWT. Untuk itu perhatikanlah DIINUL ISLAM yang dikirimkan ALLAH SWT kepada MANUSIA, dimana DIINUL ISLAM itu :

1)   bersifat BAKU, yang tidak akan berubah oleh sebab apapun juga seperti halnya SIFAT SALBIYAH dan SIFAT MA'ANI yang dimiliki ALLAH SWT  

2)  bersifat UNIVERSAL, karena dapat menjangkau segala lapisan masyarakat dan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia.    

3) bersifat UNGGUL, dikarenakan DIINUL ISLAM adalah penyempurna dari AGAMA SAMAWI sebelum DIINUL ISLAM diturunkan.

4)   Bersifat DINAMIS dikarenakan DIINUL ISLAM sangat sesuai dengan kondisi FITRAH MANUSIA dan/atau sebab antara DIINUL ISLAM dengan FITRAH MANUSIA asalnya dari satu sumber yaitu FITRAH ALLAH SWT.


  Selanjutnya jika ALLAH SWT tidak membuat KONSEP ILAHIAH yang mencerminkan KEMAHAAN yang dimiliki-NYA sendiri tentu ALLAH SWT tidak akan merealisasikan DIINUL ISLAM sebagai agama yang  paling unggul di muka bumi. 




Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
(surat At Taubah (9) ayat 33)

 Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang Amat pedih.
(surat Asy Syuura (42) ayat 21)


Untuk mempertegas hal tersebut diatas, mari kita lihat dan perhatikan uraian berikut ini: ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA SEMPURNA dimana seluruh KESEMPURNAAN yang ada di alam tidak akan dapat mengalahkan KESEMPURNAAN yang dimiliki-NYA. Selanjutnya mungkinkah ALLAH SWT dengan KEMAHASEMPURNAAN yang dimiliki-NYA tersebut akan membuat KONSEP ILAHIAH yang tidak mencerminkan KESEMPURNAAN DIRINYA SENDIRI atau memproklamirkan DIINUL ISLAM dengan mengabaikan KESEMPURNAAN SIFAT SALBIYAH dan SIFAT MA'ANI yang dimiliki-NYA?

  

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.
(surat Al Fath (48) ayat 28)


ALLAH SWT pasti mewujudkan KEHENDAK-NYA dengan SESEMPURNA MUNGKIN sesuai dengan KESEMPURNAAN yang dimiliki-NYA. Jika sekarang ALLAH SWT menyatakan bahwa  DIINUL ISLAM adalah AGAMA yang UNGGUL dibandingkan dengan agama yang ada di dunia, itu merupakan sesuatu yang normal dan wajar dikarenakan PEMILIK dan INISIATOR dari itu semua adalah DZAT yang MAHA TIDAK TERKALAHKAN oleh siapapun juga.

Selain itu perhatikanlah dan pelajarilah pula bagaimana  DIINUL ISLAM diturunkan yang di dahului oleh adanya AGAMA SAMAWI lainnya yaitu YAHUDI, NASRANI dan MAJUSI. Padahal jika ALLAH SWT mau dapat saja DIINUL ISLAM langsung diturunkan semenjak MANUSIA dijadikan KHALIFAH di muka bumi dan kenyataannya ALLAH SWT tidak melakukan hal itu. Adanya kondisi seperti itu, hanya ALLAH SWT sajalah yang tahu alasannya. ALLAH SWT mempunyai dasar dan alasan tersendiri di dalam merealisasikan DIINUL ISLAM di muka bumi sebagai AGAMA yang UNGGUL di muka bumi.


5. ALLAH SWT HANYA MENGAKUI DIINUL ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG SYAH.


   ATPM di dalam melaksanakan kewajiban sebagai PEMBUAT MOBIL/AGEN TUNGGAL hanya mengakui SATU KETENTUAN kepada konsumen yaitu segala apa-apa yang tertuang di dalam BUKU MANUAL. Sepanjang konsumen melaksanakan BUKU MANUAL yang dikeluarkan ATPM maka ATPM bertanggung jawab sepenuhnya terhadap produk yang diproduksinya. Ini berarti bahwa antara konsumen dengan ATPM harus satu pemahaman, harus satu pedoman, harus satu pemikiran di dalam melaksanakan BUKU MANUAL. Timbul pertanyaan bagaimana dengan ALLAH SWT dengan DIINUL ISLAM-NYA?


diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 3)


ALLAH SWT tentu saja akan memberlakukan konsep yang sama dengan konsep yang dilakukan oleh ATPM kepada konsumennya, yaitu hanya mengakui DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya KONSEP ILAHIAH yang berlaku untuk seluruh KHALIFAH-NYA yang ada di muka bumi dan/atau hanya DIINUL ISLAMlah satu-satunya AGAMA yang diridhai dan direstui ALLAH SWT. Jika ALLAH SWT hanya mengakui DIINUL ISLAM sebagai KONSEP ILAHIAH yang berlaku atau hanya DIINUL ISLAM adalah AGAMA yang DIKEHENDAKI-NYA, maka kita sebagai KHALIFAH-NYA di muka bumi harus dan wajib  pula mengakui dan melaksanakan AD DIIN dimaksud jika kita ingin tetap selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT. 

Jika saat ini kita telah  melaksanakan AD DIIN yang FITRAH yang berasal dari ALLAH SWT, apa yang akan kita peroleh dari ALLAH SWT untuk itu lihatlah surat Al Maaidah (5) ayat 3 di atas:


1)      ALLAH SWT akan memberikan KECUKUPAN NIKMAT-NYA kepada kita;

2)      ALLAH SWT akan mengampuni dosa-dosa yang telah kita lakukan,

3)      Keridhaan ALLAH SWT akan selalu menyertai diri kita dimanapun kita berada.  


      Selanjutnya sudahkah kita sebagai KHALIFAH ALLAH SWT melakukan hal-hal sebagai berikut:


1)  Melaksanakan dan menjalankan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya KONSEP ILAHIAH secara FITRAH, MURNI dan BERTANGGUNG JAWAB?

2) Sudahkah kita satu pemahaman dengan ALLAH SWT sebagai pemilik KONSEP ILAHIAH?

3)  Sudahkah kita satu pemikiran dan/atau satu kehendak dengan ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM  dari langit dan bumi beserta isinya?

4)  Sudahkah kita satu komando dengan ALLAH SWT di dalam melaksanakan KONSEP ILAHIAH? 


Jika jawaban dari pertanyaan kami diatas adalah BELUM dan/atau kita TIDAK PERNAH MELAKUKAN hal itu, itu artinya:


1)      Kita berada di luar dari KEHENDAK ALLAH SWT,

2)      Kita berada di luar siaran dan gelombang ALLAH SWT

3)      Kita berada di luar SYARAT dan KETENTUAN yang telah ALLAH SWT tetapkan,

4)   Kita berada di luar apa-apa yang diharapkan dan diinginkan oleh ALLAH SWT kepada KHALIFAHNYA. 


Dan jika sekarang ALLAH SWT tidak memberikan apa-apa yang telah dijanjikan-NYA kepada diri kita atau ALLAH SWT membiarkan diri kita di dalam kubangan dosa atau kita tetap dijajah oleh SYAITAN, untuk itu jangan pernah menyalahkan ALLAH SWT akan tetapi SALAHKANLAH DIRI SENDIRI sebab kita sendirilah yang secara SADAR memilih untuk mendapatkan HADIAH dan PENGHARGAAN YANG BURUK/NEGATIF yang berada di luar koridor NILAI-NILAI KEBAIKAN.



6. DIINUL ISLAM PALING COCOK DENGAN FITRAH MANUSIA


ALLAH SWT melalui surat Ar Ruum(30) ayat 30 di bawah ini menerangkan bahwa DIINUL ISLAM  adalah FITRAH-NYA; MANUSIA (dalam hal ini RUH dan AMANAH 7 serta AKAL) diciptakan juga berdasarkan FITRAH-NYA pula; MANUSIA sebagai KHALIFAH-NYA di muka bumi diperintahkan untuk menghadapkan WAJAHNYA dan/atau DIRINYA kepada FITRAH-NYA tersebut.Timbul pertanyaan, ada apa sebenarnya di balik perintah ini kepada kita? 

Suatu perintah akan mempunyai arti dan makna  jika di balik perintah itu mempunyai nilai yang sangat mulia. Contohnya, kita menyuruh anak mandi, sekarang mandikah yang menjadi persoalan bagi kita ataukah sehat dan segarnya badan yang kita inginkan kepada anak kita? Jika mandi tidak dapat menghasilkan kesehatan dan juga kesegaran atau malah masih mendatangkan gatal-gatal, dapat dikatakan anak tersebut belum mandi. 

Akan tetapi jika kesehatan dan kesegaran yang diperoleh dari aktivitas mandi maka anak itu telah melakukan mandi dengan  benar. Sekarang ALLAH SWT memerintahkan kepada kita semua untuk menghadapkan wajah kita ke FITRAH-NYA, apakah hanya menghadapnya saja yang kita persoalkan ataukah manfaat dan kegunaan dari menghadapkan wajah ke FITRAH-NYA tersebut yang kita inginkan?


Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar Ruum (30) ayat 30)

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.


Seperti kita ketahui bersama bahwa diri kita yang sebenarnya adalah RUH yang diperlengkapi dengan AMANAH 7 dimana kedua-duanya berasal dan diciptakan oleh  ALLAH SWT secara langsung tanpa ada masukan dan bantuan dari siapapun juga sehingga RUH dan AMANAH 7 dapat dikatakan sebagai sesuatu yang FITRAH yang berasal dari ALLAH SWT yang MAHA FITRAH pula. 

Sekarang apa jadinya jika diri kita yang FITRAH (dalam hal ini RUH dan AMANAH 7) yang kita miliki tidak disandingkan dan/atau tidak disejajarkan dan/atau tidak dipelihara atau tidak dirawat atau tidak diperbaiki atau tidak diselaraskan dengan yang FITRAH pula? Sesuatu yang FITRAH jika dicampur dan disandingkan dengan yang tidak FITRAH maka akan mengakibatkan:


1)   Jika FITRAH kita lebih sedikit atau lebih kecil dari yang tidak FITRAH maka FITRAH kita akan menjadi TIDAK FITRAH LAGI karena telah dikalahkan oleh yang tidak FITRAH.

2)    Jika FITRAH kita lebih banyak atau lebih besar dari yang tidak FITRAH maka FITRAH kita dapat dikatakan tidak FITRAH LAGI sebab di dalamnya sudah terkontaminasi dari yang  TIDAK FITRAH.

3)  Jika FITRAH kita sama banyak dengan yang tidak FITRAH maka FITRAH kita akan menjadi TIDAK FITRAH lagi karena di dalamnya sudah tercampur dengan yang tidak FITRAH.


     Itulah hasil dari bauran sesuatu yang FITRAH dengan sesuatu yang tidak FITRAH berdasarkan HUKUM ALAM yang berlaku. Sekarang apakah kondisi bauran diatas berlaku jika FITRAH yang kita miliki kita sambungkan, atau kita hadapkan, atau kita satukan, atau  kita selaraskan, kita serasikan dan kita seimbangkan dengan DZAT yang MAHA FITRAH melalui AD DIIN-NYA yang diciptakan-NYA dari FITRAH-NYA pula? 

Dalam HUKUM ALAM, yang kecil pasti dikalahkan oleh  yang besar, akan tetapi dalam ILMU ALLAH SWT tentang AD DIIN atau tentang DIINUL ISLAM hal ini  tidak berlaku sebab jika FITRAH YANG KECIL bertemu dengan FITRAH YANG MAHA BESAR maka YANG KECIL akan terbantu dan/atau  akan tertolong dan/atau akan ikut menjadi BESAR. Agar FITRAH YANG BESAR dapat membantu dan menolong FITRAH YANG KECIL, maka :

1)  FITRAH yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi dan keadaan FITRAH yang besar.

2)     FITRAH yang kecil harus berada di dalam ketentuan FITRAH yang besar.

3)    FITRAH yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh FITRAH yang besar.

4)     FITRAH yang kecil jangan sampai meninggalkan FITRAH yang besar.

5)      FITRAH yang kecil jangan mencoba mengalahkan FITRAH yang besar.

6)      FITRAH yang kecil jangan  melecehkan FITRAH yang besar.

7)      FITRAH yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan FITRAH YANG BESAR.


Untuk itu maka kita harus dapat selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan maka FITRAH yang telah  ALLAH SWT janjikan dapat kita peroleh. Yang menjadi persoalan adalah KITA YANG KECIL berusaha ingin SELAMAT tetapi jalan yang ditempuh justru melawan dan menentang YANG BESAR dengan menambah, mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan sebagai SYARAT dan KETENTUAN dari YANG BESAR. 

Selanjutnya dengan adanya kondisi yang telah kami kemukakan tentang FITRAH MANUSIA yang telah tersambung dengan FITRAH ALLAH SWT yang MAHA BESAR, masih ada sesuatu hal yang perlu kami kemukakan kepada pembaca yaitu:


1) AD-DIIN atau DIINUL ISLAM yang FITRAH, yang tidak terkontaminasi oleh sebab apapun juga dan/atau yang tidak  mengalami perubahan oleh sebab apapun juga dan/atau yang tidak disesuaikan dengan maksud dan tujuan tertentu, dapat dikatakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM pasangan yang serasi dengan DIRI MANUSIA atau FITRAH MANUSIA.

2)      Al-Qur'an adalah KALAM atau kata-kata atau ucapan dari ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA FITRAH dan jika AD DIIN atau  DIINUL ISLAM adalah PASANGAN yang paling sesuai dan paling cocok dengan FITRAH MANUSIA dengan demikian Al-Qur'an juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan FITRAH MANUSIA sebab Al-Qur'an itu sendiri adalah  kata-kata atau ucapan dari PEMILIK dari FITRAH itu sendiri.



dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(surat Asy Syuura (42) ayat 52)



Sekarang kita telah mempunyai AD DIIN atau DIINUL ISLAM dan juga AL-QUR'AN yang kedua-duanya berasal dari satu sumber yaitu ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA FITRAH dimana dengan KEFITRAHAN-NYA tersebut diciptakannya pula diri kita (dalam hal ini RUH dan AMANAH 7 serta AKAL). Dengan demikian DIRI KITA, AD DIIN, AL-QUR'AN serta FITRAH ALLAH SWT merupakan satu kesatuan yang kait mengkait yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Untuk itu sudahkah kita menyadari bahwa DIRI KITA tidak akan mungkin bisa lepas atau tidak bisa dipisahkan dari FITRAH itu sendiri?

Jika sudah demikian apakah cukup dengan menghadapkan FITRAH saja maka KENIKMATAN dari MENGHADAPKAN WAJAH ke FITRAH ALLAH SWT dapat kita peroleh dan rasakan? Keberhasilan dari MENGHADAPKAN WAJAH ke FITRAH ALLAH SWT baru dapat dikatakan berhasil jika KENIKMATAN dari menghadapkan wajah tersebut telah kita peroleh dan/atau kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT dapat kita peroleh dan kita raih sebanyak-banyaknya.   


7. AD-DIINkah atau KEPERCAYAANkah atau ISMEkah atau AJARANkah yang menjadi AGAMA kita?


     Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat  30 di bawah ini, kita mendapatkan penegasan dari ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT lah yang menciptakan MANUSIA berdasarkan KEHENDAKNYA. KEHENDAK ALLAH SWT di dalam menciptakan MANUSIA merupakan KEHENDAK yang tidak dipengaruhi oleh apapun dan siapapun juga dan/atau KEHENDAK yang keluar dari KEMAHAAN yang dimiliki-NYA.


ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(surat Al Baqarah (2) ayat 30)



Suatu KEHENDAK tidak akan berjalan dengan mulus tanpa dibarengi dengan KEMAMPUAN lainnya secara bersamaan. Jika kehendak tanpa dibarengi dengan KEMAMPUAN akan menghasilkan apa yang disebut dengan angan-angan atau mimpi di siang bolong. Sekarang langit dan bumi beserta isinya telah diciptakan termasuk di dalamnya  diri kita, ini berarti ALLAH SWT telah dan sudah menunjukkan kepada kita semua bahwa ALLAH SWT memiliki KEHENDAK yang HEBAT yang dibarengi dengan KEMAMPUAN yang HEBAT pula.


Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar Ruum (30) ayat 30)

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.


Selanjutnya berdasarkan KEHENDAK-NYA pula ALLAH SWT menetapkan hal-hal sebagai berikut:

1) Menurunkan dan menciptakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM untuk kepentingan KHALIFAH-NYA .

2)  Memerintahkan kepada seluruh KHALIFAH-NYA untuk menjadikan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang LURUS.


Timbul pertanyaan,kenapa sampai ALLAH SWT menyatakan hal ini di dalam KEHENDAK-NYA? Hal ini dikarenakan DIINUL ISLAM diciptakan  dari FITRAH ALLAH SWT, demikian juga dengan MANUSIA dalam hali ini RUH dan AMANAH 7 serta AKAL juga diciptakan dari FITRAHNYA ALLAH SWT. Dengan demikian antara AD DIIN, MANUSIA dan FITRAH ALLAH SWT berasal dari yang satu yaitu berasal dariALLAH SWT sehingga dapat dikatakan bahwa KETIGANYA merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Inilah salah satu alasan utama kenapa ALLAH SWT menurunkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM dalam rangka mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi. 

Selanjutnya jika saat ini kita masih hidup, ini berarti keberadaan diri kita merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK  ALLAH SWT sehingga antara DIRI KITA (dalam hal ini RUH dan AMANAH 7serta AKAL) dengan AD DIIN serta FITRAH  ALLAH SWT sudah ada keterkaitan di antara ketiganya dikarenakan berasal dari satu sumber yaitu ALLAH SWT. Sekarang kami ingin bertanya kepada pembaca buku ini, jika  AD DIIN, DIRI KITA (dalam hal ini RUH dan AMANAH 7 serta AKAL) dan FITRAH ALLAH SWT asalnya dari satu sumber yaitu ALLAH SWT, mungkinkah sesuatu yang berasal dari ALLAH SWT itu akan:

1)      Mempunyai sifat buruk dan/atau menghasilkan sesuatu yang buruk?

2)      Mempunyai sifat aniaya dan/atau tidak berguna sama sekali bagi diri manusia?

3)      tidak bermanfaat?

4)      menghasilkan cara kerja yang tidak sistematis atau acak-acakan sehingga tidak dapat dipertanggung-jawabkan?

5)      menyebabkan diri kita keluar dari koridor NILAI-NILAI KEBAIKAN?

6)      mengakibatkan diri kita pulang kampung ke NERAKA?

7)      mengakibatkan diri kita tidak terbebas dari gangguan Syaitan dan juga AHWA?  


FITRAH ALLAH SWT sudah pasti akan membuat MANUSIA BAHAGIA, membuat SUKSES & SELAMAT sampai ke SYURGA. Selanjutnya, masih ingatkah pembaca dengan peristiwa IBLIS/JIN/SYAITAN yang telah diperkenankan oleh ALLAH SWT untuk menggoda dan merayu manusia, timbul pertanyaan atas dasar apakah ALLAH SWT memperkenankan hal tersebut? 


Adanya KEFITRAHAN yang dimiliki oleh MANUSIA yang berasal langsung dari ALLAH SWT yang dibarengi dengan AD DIIN yang berasal pula dari FITRAH ALLAH SWT, maka ALLAH SWT merasa yakin jika MANUSIA akan menang dan/atau MANUSIA bisa mengalahkan IBLIS/JIN/SYAITAN. Ini berarti ALLAH SWT di dalam kehendak-NYA sudah mempunyai ketentuan bahwa FITRAH ALLAH SWT lebih baik dari IBLIS/JIN/SYAITAN, yang menjadi persoalan hari ini adalah kenapa justru IBLIS/JIN/SYAITAN yang menang melawan MANUSIA, siapakah yang salah atau sudah berubahkah ketentuan ini? 


KETENTUAN ALLAH SWT tidak akan pernah berubah oleh sebab apapun juga, akan tetapi kitalah sendiri yang merubah posisi dari yang FITRAH menjadi posisi TIDAK FITRAH dengan tidak melaksanakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM secara FITRAH sehingga KEHENDAK ALLAH SWT kepada manusia menjadi melenceng dari rencana semula. Sekarang mari kita lihat sesuatu hal yang terjadi di kehidupan manusia sehari-hari, ada faham keagamaan tertentu, ada kepercayaan terhadap sesuatu tertentu; ada ajaran yang mengajarkan tentang sesuatu tertentu; ada pula gabungan antara kepercayaan dengan ajaran tertentu yang dijadikan sebuah acuan bertindak; dan masih banyak yang lain lagi.


Timbul pertanyaan relevankah hal itu semua dengan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang diciptakan langsung oleh ALLAH SWT untuk kepentingan seluruh KHALIFAH-NYA di muka bumi? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita kembali kepada  ALLAH SWT lagi. ALLAH SWT adalah PEMILIK, PENCIPTA dari langit dan bumi termasuk di dalamnya seluruh umat manusia tidak terkecuali diri kita. ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA dari itu semua tentu mempunyai kepentingan terhadap yang dimilikinya dan yang diciptakannya. Apalagi di dalam setiap ciptaan yang diciptakan-NYA mencermikan KEMAHAAN, KEDIGJAYAAN dan KEKUATAN dari diri-NYA sendiri. 

Sebagai PENGUASA, PEMILIK dan PENCIPTA dapat dipastikan ALLAH SWT pasti ingin menunjukkan itu semua kepada ciptaan-NYA tanpa terkecuali sehingga apa-apa yang berlaku di dalam ciptaan-NYA harus yang berasal dari KETENTUAN, KETETAPAN yang harus pula berasal dari ALLAH SWT. Jika kondisi ini ALLAH SWT berlakukan diseluruh apa-apa yang dimiliki-NYA dan apa-apa yang diciptakan merupakan sesuatu hal yang memenuhi azas kepatutan dan kepantasan. Sekarang kita sudah diciptakan oleh ALLAH SWT atas kehendak-NYA dan sekarang sedang menjalankan tugas sebagai KHALIFAH-NYA di muka bumi. Selanjutnya :


1.      pantaskah dan patutkah serta patutkah dan pantaskah, kita yang diciptakan oleh ALLAH SWT dan kemudian hidup juga karena ALLAH SWT serta beraktivitas juga di tempat yang dimiliki dan diciptakan oleh ALLAH SWT, lalu kita tidak mempergunakan, tidak memperdulikan atau bahkan mengganti KETENTUAN dan KETETAPAN dari ALLAH SWT selalu TUAN RUMAH di bumi yang diciptakan-NYA?

2.    pantaskah dan patutkah serta patutkah dan pastaskah, kita malah menambah, mengurangi, atau malah mengganti KETENTUAN ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA dari langirt dan bumi termasuk diri kita?

3. pantaskah dan patutkah serta patutkah dan pantaskah kita sebagai ciptaan justru meremehkan, meniadakan, tidak menghargai pencipta diri kita sendiri di bumi yang dimiliki dan yang diciptakan oleh pencipta diri kita sendiri, dalam hal ini adalah  ALLAH SWT? 
 

Jika jawaban dari 3 (tiga) pertanyaan di atas ini, kita tidak pantas dan tidak patut dan/atau kita tidak patut dan tidak pantas berbuat seperti yang kami sebutkan di atas, selanjutnya jika sekarang ALLAH SWT telah menetapkan dan telah menentukan bahwa AD DIIN atau DIINUL ISLAM merupakan satu-satunya TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi program KEKHALIFAHAN di muka bumi, apa yang harus kita perbuat? 

Jika kita termasuk orang-orang yang TAHU DIRI,  siapa kita dan siapa ALLAH SWT,  maka sudah sepantasnya dan seharusnya kita menerima dengan sepenuhnya ketentuan dan ketetapan ALLAHS SWT tentang AD DIIN atau DIINUL ISLAM tanpa harus dikurangi, ditambah, apalagi disesuaikan dengan kebutuhan diri dan kelompok tertentu.  Dan jika sekarang berkembang ajaran, kepercayaan dan/atau isme-isme tertentu yang pada prinsipnya ingin mengalahkan, ingin menggantikan, ingin menandingi, atau bahkan ingin menyaingi AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KEKHALIFAHAN di muka bumi, sangatlah bertentangan dan bahkan sangat tidak relevan dengan keberadaan diri kita di muka bumi. 

Apabila sampai kita berbuat seperti itu, apakah memang kita mampu mengalahkan ALLAH SWT atau apakah memang kita mampu menjadikan diri kita sendiri berada di muka bumi tanpa ada ALLAH SWT atau apakah kita telah mampu menciptakan diri sendiri tanpa bantuan ALLAH SWT dan bahkan apakah memang kita sudah dapat mampu menjadikan diri kita sebagai TUHAN yang akan menjadi pesaing ALLAH SWT di bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT?


Kami yakin pembaca buku ini bukanlah orang-orang yang tidak tahu diri sehingga mau berbuat dan berkehendak yang bertentangan dengan kehendak  ALLAH SWT. Pembaca jika sampai anda berani membantah, tidak mengakui, atau bahkan mengabaikan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai sebuah TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KEKHALIFAHAN di muka bumi, berarti anda tidak ada bedanya atau bahkan telah melebihi IBLIS sewaktu membangkang perintah ALLAH SWT untuk bersujud kepada NABI ADAM as. 

Sekarang jika di dalam masyarakat sudah berkembang ajaran, kepercayaan ataupun isme-isme tertentu yang dijadikan tuntunan dan pedoman bagi kehidupan di muka bumi yang dimiliki ALLAH SWT, timbul pertanyaan mampukah hal itu semua mengalahkan atau bahkan menggantikan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang di dalamnya mencerminkan ALLAH SWT?


Jawaban dari pertanyaan ini adalah semua apapun juga tidak akan mampu mengalahkan dan menggantikan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KEKHALIFAHAN di muka bumi dan jika ini adalah sebuah pernyataan yang keluar dari kesadaran diri sendiri, masih maukah kita menerima dan melaksanakan apa-apa yang bertentangan dengan kehendak ALLAH SWT yaitu dengan menjadikan AD DIIN atau DIINUL ISLAM bukan sebagai AGAMA yang HAQ dari ALLAH SWT? 

Sebagai orang yang TAHU DIRI maka sudah sepantasnya dan sepatutnya kita menjadikan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN yang akan dapat menghantarkan diri kita untuk pulang ke KAMPUNG KEBAHAGIAAN yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.  ALLAH SWT selaku INISIATOR, PEMILIK dan PENCIPTA langit dan bumi beserta seluruh manusia termasuk diri kita, TIDAK AKAN MERASA RUGI SEDIKITPUN jika KHALIFAH-NYA atau diri kita sampai masuk NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika sampai kita pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM maka IBLIS/SYAITAN yang akan merasa BAHAGIA dan GEMBIRA sebab ia telah sukses dan mampu melaksanakan tugas yang telah dimintanya kepada        ALLAH SWT yaitu menjerumuskan manusia sehingga menjadi penghuni tetap KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN.


Pembaca sebagai KHALIFAH di muka bumi, mari kita melihat, mencontoh atau meneladani perbuatan-perbuatan dari makhluk ciptaan ALLAH SWT lainnya yang terdapat di muka bumi, seperti:

1)    MATAHARI yang terus bersinar sepanjang hari  dalam rangka memberi hidup dan sumber kehidupan kepada seisi bumi.

2)     BULAN bersinar untuk memberi cahaya dan menentukan perputaran waktu bagi manusia.

3)   GUNUNG yang berdiri tegak beribu-ribu tahun melaksanakan tugasnya agar bumi tidak berguncang.

4)   POHON_POHON dengan bunga yang indah serta dengan  buah-buahan yang melimpah yang dapat memberikan manfaat bagi makhluk ALLAH SWT lainnya.

5)      ANGIN bertiup membawa kehidupan sedangkan AWAN memindah-mindahkan air hujan.

6)      SUNGAI mengalir untuk kebutuhan manusia dan ternak, mengairi ladang dan tanaman.

7)      HEWAN berkaki empat selalu ruku' dan khusyu' dan BINATANG melata dan merayap di muka bumi.


Inilah semua perbuatan dari makhluk ALLAH SWT lainnya, yang kesemuanya dilakukan dalam rangka bertasbih dan mengabdi kepada ALLAH SWT, lalu BAGAIMANA dengan diri kita  yang telah dijadikan ALLAH SWT sebagai KHALIFAH di muka bumi?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar