Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 18 Mei 2016

DIINUL ISLAM ADALAH KONSEP ILAHIAH UNTUK KEKHALIFAHAN DI MUKA BUMI - Mukaddimah


Di dalam buku ini kami mencoba membahas seberapa pentingkah  AD DIIN dalam hal ini adalah DIINUL ISLAM  bagi kepentingan MANUSIA sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi. Menurut pendapat kami AGAMA ataupun KEPERCAYAAN tidaklah sama dengan konsep AD DIIN yang ALLAH SWT sampaikan kepada umat manusia. AGAMA dan KEPERCAYAAN dapat saja dibuat atau merupakan buah dari pemikiran MANUSIA. 

AD DIIN bukanlah suatu AGAMA. atau KEPERCAYAAN atau AJARAN atau ISME yang berasal dari MANUSIA yang notabene adalah ciptaan   ALLAH SWT juga, akan tetapi AD DIIN atau DIINUL ISLAM adalah KONSEP ILAHIAH yang berisi tentang TUNTUNAN dan PEDOMAN yang dibuat dan dirancang  oleh ALLAH SWT untuk KESELAMATAN  KHALIFAH-NYA dalam hal ini MANUSIA, agar MANUSIA SELAMAT dan BERBAHAGIA di dunia maupun di akhirat kelak.


Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar Ruum (30) ayat 30)

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.



Untuk mempertegas pernyataan di atas, mari kita pelajari dengan seksama tentang firman ALLAH SWT yang terdapat di dalam surat  Ar Ruum (30) ayat 30 di atas ini, maka kita akan memperoleh beberapa ketentuan sebagai berikut:


1)   ALLAH SWT menegaskan bahwa MANUSIA diciptakan  berdasarkan FITRAH ALLAH SWT, ini berarti bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA FITRAH sehingga dengan KEMAHAFITRAHAN-NYA diciptakanlah MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7).


2)    FITRAH ALLAH SWT tidak akan pernah mengalami perubahan sedikitpun oleh sebab apapun juga, dengan demikian maka RUHANI dan AMANAH 7 yang dimiliki oleh manusiapun tidak akan mengalami perubahan sifat FITRAHnya jika kita selalu berada di dalam FITRAH  ALLAH SWT.


3)   MANUSIA diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menghadapkan wajahnya kepada AGAMA ALLAH SWT, ini berarti bahwa MANUSIA disuruh dan diperintahkan oleh  ALLAH SWT untuk tetap berada di dalam FITRAH ALLAH SWT.


4)  Selanjutnya jika ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA FITRAH kemudian MANUSIA diciptakan berdasarkan FITRAH ALLAH SWT maka AGAMA yang LURUS juga adalah FITRAH ALLAH SWT.


Berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, maka  AD DIIN atau DIINUL ISLAM dapat dikatakan atau merupakan KONSEP FITRAH yang berisi TUNTUTAN dan PEDOMAN yang harus dilaksanakan oleh MANUSIA jika ia ingin tetap berada di dalam KEFITRAHAN ALLAH SWT. Jika sekarang ALLAH SWT memerintahkan kepada MANUSIA untuk menghadapkan wajahnya menuju AGAMA yang  LURUS, ini berarti bahwa FITRAH yang dimiliki MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia) di hadapkan atau dipertemukan dengan FITRAH yang dimiliki oleh ALLAH SWT, selanjutnya apa yang terjadi? 



Jika FITRAH bertemu dengan FITRAH maka terjadilah kesesuaian, terjadilah keserasian, dan terjadilah keselarasan antara FITRAH yang dimiliki MANUSIA dengan FITRAH yang dimiliki ALLAH SWT melalui jalan AGAMA YANG FITRAH (dalam hal ini adalah AD DIIN atau DIINUL ISLAM).


Sekarang jika MANUSIA diciptakan oleh ALLAH SWT dari FITRAH-NYA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7) maka FITRAH yang dimiliki manusia sudah pasti lebih sedikit atau bahkan jika dibandingkan dengan FITRAH ALLAH SWT mungkin FITRAH yang dimiliki manusia laksana setetes air yang menempel di ujung jari di tengah lautan luas. Selanjutnya MANUSIA diperintah oleh  ALLAH SWT menghadapkan wajahnya ke FITRAH tersebut, siapakah yang paling diuntungkan dengan keadaan tersebut? 


     Dalam hukum alam yang berlaku, yang kecil pasti dikalahkan oleh  yang besar, akan tetapi dalam ILMU ALLAH SWT tentang AD DIIN atau DIINUL ISLAM hal ini  tidak berlaku sebab jika FITRAH YANG KECIL bertemu dengan FITRAH YANG MAHA BESAR maka YANG KECIL akan terbantu atau  akan tertolong. Agar FITRAH YANG BESAR dapat membantu dan menolong FITRAH YANG KECIL, maka :


1)    FITRAH yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi dan keadaan FITRAH yang besar.

2)      FITRAH yang kecil harus berada di dalam ketentuan FITRAH yang besar.

3)  FITRAH yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh FITRAH yang besar.

4)      FITRAH yang kecil jangan sampai meninggalkan FITRAH yang besar.

5)      FITRAH yang kecil jangan mencoba mengalahkan FITRAH yang besar.

6)      FITRAH yang kecil jangan  melecehkan FITRAH yang besar.

7)  FITRAH yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan FITRAH YANG BESAR.


Untuk itu, maka kita harus dapat selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan maka FITRAH yang telah ALLAH SWT janjikan dapat kita peroleh. Yang menjadi persoalan adalah KITA YANG KECIL berusaha ingin SELAMAT tetapi jalan yang ditempuh justru melawan dan menentang YANG BESAR dengan menambah, mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan sebagai SYARAT dan KETENTUAN dari YANG BESAR. 


     Sekarang ALLAH SWT sudah menetapkan kepada KHALIFAH-NYA jika ia ingin SELAMAT maka kita wajib melaksanakan Konsep AD DIIN atau DIINUL ISLAM  secara FITRAH dengan cara tidak menambah atau  tidak mengurangi, atau tidak merubah-rubah, atas apa-apa yang telah ALLAH SWT tentukan.


Selanjutnya dapatkah kita SELAMAT jika antara diri kita dengan ALLAH SWT tidak terjadi keselarasan, tidak terjadi keserasian dan  tidak terjadi keseimbangan dalam hal FITRAH dan/atau dengan KEHENDAK ALLAH SWT? HANDPHONE saja wajib selaras, serasi dan seimbang dengan OPERATOR SELULAR,  apalagi kita dengan ALLAH SWT. Untuk itu,  kitapun harus selalu selaras, serasi dan seimbang dengan gelombang dan siaran ALLAH SWT. Jika hal ini tidak terjadi atau tidak dapat kita lakukan maka jangan harap KESELAMATAN dan/atau APA-APA YANG ALLAH SWT JANJIKAN kepada kita, dapat kita raih dan dapat kita peroleh.


Selain itu,  buku ini akan membahas dan mengemukakan  kembali apa-apa yang dimaksud dengan AD-DIIN atau DIINUL ISLAM yang diciptakan dan diturunkan ALLAH SWT untuk manusia dalam kerangka RENCANA BESAR KEKHALIFAHAN di muka bumi. Untuk memulai pembahasan, marilah kita melihat dan mempelajari kembali apa-apa yang ALLAH SWT kemukakan di dalam Hadits Qudsi di bawah ini:



Abu Nua’im dalam kitabnya “Al Hidayah” telah meriwayatkan sebagai berikut:
“ALLAH telah memberi wahyu kepada Musa, Nabi Bani Israil, bahwa barangsiapa bertemu dengan Aku, padahal ia ingkar kepada Ahmad, niscaya Aku masukkan dirinya ke dalam neraka. Musa berkata:”Siapakah Ahmad itu, Wahai Tuhan-Ku”? ALLAH berfirman: ‘Tidak pernah Aku ciptakan satu ciptaan yang lebih mulia menurut pandangan-Ku dari padanya. Telah Ku tuliskan namanya bersama nama-Ku di Arasy sebelum Aku ciptakan tujuh lapis langit dan bumi. Sesungguhnya surga terlarang bagi semua makhluk-Ku,sebelum ia dan ummatnya terlebih dahulu memasukinya”. Musa a.s. berkata: “Siapakah umatnya itu?” Firman-Nya: “Mereka yang banyak memuji ALLAH, Mereka Memuji ALLAH sambil naik, sambil turun dan pada setiap keadaan.
Mereka mengikat pinggang (menutup aurat) dan berwudhu’ membersihkan anggota badan. Mereka berpuasa siang hari, bersepi diri dan ber-dzikir sepanjang malam. Aku terima amal yang dikerjakan dengan ikhlas, meskipun sedikit. Akan Ku-masukkan mereka ke dalam surga karena kesaksiannya tiada Tuhan yang sebenarnya di ibadahi selain ALLAH”. Musa berkata: “Jadikan saya Nabi Ummat itu”. ALLAH berfirman: “Nabi Ummat itu dari mereka sendiri”. Musa berkata lagi: “Masukkan saya dalam golongan Ummat Nabi itu”. ALLAH menerangkan: “Engkau lahir mendahului Nabi dan ummat itu, sedang dia lahir kemudian. Aku berjanji kepadamu untuk mengumpulkan engkau bersamanya di Daarul-Jalaal (surga)”
(HQR Abu Nu'aim dalam Al Hidayah)


   ALLAH SWT menerangkan bahwa sebelum langit dan bumi diciptakan, ALLAH SWT sudah menentukan dan/atau sudah merencanakan hal-hal sebagai berikut:


1.  ALLAH SWT sudah membuat apa yang kami sebut dengan KONSEP DASAR tentang KETAUHIDAN yaitu ALLAH SWT menyandingkan NAMA MUHAMMAD dengan NAMA-NYA  di ARSY yang dikemudian hari KONSEP DASAR tentang KETAUHIDAN dikenal dengan istilah SYAHADAT. Berdasarkan catatan sejarah Islam yang kami peroleh, hanya 2(dua) NABI saja yang mengetahui secara langsung tentang TULISAN SYAHADAT di ARSY yaitu NABI MUHAMMAD SAW sewaktu peristiwa Mi'raj  dan NABI ADAM as. sesaat sebelum turun ke bumi.


Rasulullah SAW bersabda: "Ketika telah mengakui kesalahannya, dia berkata/bermohon: Ya, Tuhanku hamba mohon kepada Engkau demi kebenaran Muhammad, melainkan Engkau ampuni Aku. Lalu ALLAH berfirman kepada Adam: Hai, Adam bagaimana engkau bisa tahu tentang Muhammad padahal Aku belum menjadikannya? Adam-pun menjawab: Ya. Tuhanku, sesungguhnya ketika Engkau ciptakan aku, aku mengangkat kepala kemudian terlihat olehku tulisan   
                LA ILAHA ILLALLAH, MUHAMMAD RASULULLAH. 

(HR Baihaqi)


Untuk mempertegas pernyataan ini, Hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi menjawabnya, yaitu ketika Nabi ADAM as. di suruh turun ke bumi, NABI ADAM as telah melihat tulisan di tiang ARSY yang berbunyi "LA ILAHA ILLALLAH, MUHAMMAD RASULULLAH." Adanya informasi ini kepada kita, menandakan bahwa ALLAH SWT sudah memikirkan di dalam ILMUNYA  tentang KETAUHIDAN sebelum segala sesuatu diciptakan-NYA.


2.  Selain itu ALLAH SWT  sudah pula menentukan tempat kembali bagi umat yang akan diciptakannya yaitu apa yang dinamakan dengan NERAKA dan apa yang dinamakan dengan SYURGA. Untuk itu ALLAH SWT pun sudah menetapkan kriteria-kriteria dasar bagi yang ingin masuk ke SYURGA yaitu : “Mereka yang banyak memuji ALLAH, Mereka Memuji ALLAH sambil naik, sambil turun dan pada setiap keadaan. Mereka mengikat pinggang (menutup aurat) dan berwudhu’ membersihkan anggota badan. Mereka berpuasa siang hari, bersepi diri dan ber-dzikir sepanjang malam. Aku terima amal yang dikerjakan dengan ikhlas, meskipun sedikit. Akan Ku-masukkan mereka  ke dalam surga karena  kesaksiannya tiada Tuhan yang sebenarnya di ibadahi selain ALLAH. Bagaimana dengan NERAKA? ALLAH SWT pun sudah mempunyai kriteria yaitu Neraka akan di isi oleh ORANG YANG INGKAR kepada ALLAH SWT dan kepada UTUSAN-NYA.


3.    ALLAH SWT juga sudah  memiliki apa yang disebut dengan konsep RUKUN IMAN, konsep RUKUN ISLAM dan konsep IKHSAN walaupun keberadaan dari KONSEP tersebut belum sempurna. Lihatlah RUKUN IMAN yang ENAM, pada awalnya hanya terdiri dari 3 ketentuan yaitu ketentuan tentang ALLAH SWT, ketentuan tentang RASUL atau UTUSAN, serta ketentuan tentang SYURGA dan NERAKA atau HARI AKHIR sedangkan ketentuan tentang KITAB, MALAIKAT serta ketentuan QADA; QADAR dan TAQDIR disempurnakan setelah manusia dan alam diciptakan. Selanjutnya Bagaimana dengan RUKUN ISLAM dan IKHSAN?  RUKUN ISLAM yang lima, awalnya hanya terdiri dari dua ketentuan yaitu yaitu  ketentuan tentang  SYAHADAT dan ketentuan tentang PUASA sedangkan untuk IKHSAN sejak awal memang sudah ada.   


4.  Adanya KONSEP KEAGAMAAN yang sudah ALLAH SWT tetapkan sebelum menciptakan sesuatu, ini menandakan bahwa ALLAH SWT sudah memiliki KEMAMPUAN yang sangat HEBAT di dalam merencanakan sesuatu proyek mega raksasa mulai dari awal sampai dengan akhir, termasuk di dalamnya bertanggung jawab terhadap apa yang dikehendaki-Nya.    



 dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
(surat Al Anbiyaa' (21) ayat 30)



Setelah mempunyai konsep yang baku tentang rencana besar KEKHALIFAHAN di muka bumi maka ALLAH SWT mulai merealisasikan RENCANA dan KEHENDAK-NYA secara bertahap sesuai dengan urut-urutan yang telah di atur di dalam Ilmu-NYA. Berdasarkan surat  Al Anbiyaa (21) ayat 30 di atas, ALLAH SWT menerangkan bahwa pada awalnya langit dan bumi tadinya satu kepal dan/atau satu padu, kemudian di pisahkan ke duanya menjadi masing-masing 7 lapis langit dan 7 lapis bumi. Setelah langit dan bumi dipisahkan terjadilah guncangan yang sangat hebat di bumi, kemudian  ALLAH SWT menancapkan gunung-gunung sehingga tenang dan mantaplah bumi setelah itu barulah ALLAH SWT menciptakan apa-apa yang ada di antara langit dan bumi.



 kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
 Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
(surat Fushshilat (41) ayat 11-12)



  Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
(surat As Sajdah (32) ayat 4)

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.


Sabda Nabi Muhammad SAW: “Ketika ALLAH menciptakan bumi terjadilah goncangan dan getaran-getaran, maka ALLAH ciptakan gunung-gunung hingga bumi menjadi tenang dan tetap.
Malaikat kagum atas kehebatan gunung-gunung itu, mereka bertanya: “Tuhan kami, adakah Engkau ciptakan satu ciptaan yang lebih hebat dari gunung-gunung itu?” Firman Allah: “Ada yaitu Besi”. Adakah yang lebih hebat dari Besi? “ Ada Api” Adakah yang lebih hebat dari Api? Ada! Yaitu Air, yang lebih hebat dari semua itu ialah ANAK ADAM yang bersedekah tangan kanannya lalu sembunyikan dari tangan kirinya.
                                                                             (HR At Tarmidzi)



Selanjutnya, kapankah manusia diciptakan oleh ALLAH SWT? ALLAH SWT menciptakan manusia setelah alam diciptakan dan setelah Malaikat diciptakan atau dengan kata lain MALAIKAT dan ALAM sudah ada sebelum MANUSIA diciptakan. Untuk membuktikannya lihatlah surat Al Baqarah (2) ayat 30 di bawah ini.


 
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(surat Al Baqarah (2) ayat 30)



Di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 di atas ini, diterangkan bahwa  ALLAH SWT akan menciptakan suatu makhluk baru yang bernama MANUSIA yang keberadaannya akan dijadikan KHALIFAH di muka bumi sampai dengan hari Kiamat kelak. Ini berarti bahwa penciptaan MANUSIA yang dilakukan oleh  ALLAH SWT bukanlah suatu bentuk penciptaan tanpa suatu maksud dan tujuan tertentu dan bukan pula suatu penciptaan yang berlaku hanya dalam waktu yang sangat pendek, akan tetapi berjangka waktu sangat panjang di mulai pada saat NABI ADAM as diciptakan sampai dengan waktu yang tidak terhingga yaitu sampai manusia ditempatkan baik di SYURGA ataupun di NERAKA. 

     
Jika itu adalah jangka waktu dari  ALLAH SWT untuk melaksanakan rencana KEKHALIFAHAN di muka bumi, selanjutnya coba anda bayangkan berapa kekuatan dan kehebatan yang dimiliki oleh ALLAH SWT untuk memelihara, menjaga, mengayomi, memberi rezeki, mengawasi seluruh makhluknya terutama KHALIFAH-NYA di muka bumi? JIKA BUKAN ALLAH SWT tidak akan mungkin MAKHLUK SELAIN ALLAH SWT yang sanggup melakukan ini semua. 


MANUSIA yang diciptakan oleh ALLAH SWT terdiri dari 2(dua)  unsur yaitu UNSUR JASMANI dan UNSUR RUHANI. Dimana UNSUR JASMANI berasal dari ALAM sehingga ia akan membawa sifat dan perbuatan ALAM sedangkan UNSUR RUHANI berasal dari ALLAH SWT sehingga ia akan membawa sifat dan perbuatan  dari ALLAH SWT. Jika kedua unsur tadi bergabung di dalam diri manusia maka akan terjadilah tarik menarik dan saling pengaruh mempengaruhi sehingga jika yang menang Jasmani maka sifat-sifat alam menjadi perbuatan manusia dan jika Ruhani yang menang maka sifat-sifat ilahiah yang menjadi perbuatan manusia. 


    Di lain sisi, setiap manusia juga diberikan oleh ALLAH SWT apa yang kami namakan dengan AMANAH7 yaitu berupa tetesan dari sifat Ma'ani Dzat  ALLAH SWT serta diberikannya perhiasan hidup bagi manusia yaitu berupa HUBBUL yang merupakan motor penggerak bagi manusia untuk melakukan sebuah tindakan.



ALLAH SWT berfirman dalam Hadits Qudsi:" Wahai Adam! Sesungguhnya Aku telah menawarkan "Amanat" kepada langit dan bumi, namun mereka tidak mampu.Apakah engkau sanggup memikul dengan segala akibatnya?" Adam berkata: "Apakah yang saya dapat dari padanya?" ALLAH menerangkan: "Jika engkau sanggup memikulnya, engkau akan diberi pahala, tetapi jika engkau menyianyiakannya, engkau akan disiksa." Adam berkata: "baiklah saya pasti dapat memikul dengan segala akibatya" Tidak berapa lama kemudian (sekedar selama waktu antara shalat shubuh dan ashar ia berada di syurga) terjadilah peristiwa dengan syaitan sehingga ia dikeluarkan dari syurga.
(HQR Abu Syaikh yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a)



Apakah itu AMANAH dan HUBBUL? AMANAH adalah pemberian dari ALLAH SWT kepada setiap MANUSIA dalam bentuk/berupa tetesan dan/atau cipratan dari SIFAT MA'ANI dari DZAT ALLAH SWT yaitu  sifat Qudrat, Iradat, Ilmu, Kalam, Hayat, Sami' dan Bashir. Sehingga dengan demikian di dalam diri kita mempunyai suatu keadaan yang berasal dari ALLAH SWT. Untuk itu lihatlah diri kita, adakah AMANAH 7 ini ada di dalam diri kita?

    Keseluruhan AMANAH yang 7 ada dan berada di dalam diri kita sebab jika tanpa ada AMANAH yang 7 di dalam diri kita, maka kita tidak akan dapat berbuat apa-apa. Sedangkan HUBBUL adalah mesin pendorong bagi diri manusia untuk melakukan sebuah tindakan atau aktivitas tertentu di dalam rangka untuk mencapai sesuatu atau keluar dari suatu keadaan menuju apa yang kita inginkan. HUBBUL  yang ada di dalam diri manusia terdiri dari Hubbul Syahwat (keinginan untuk berhubungan dengan lawan jenis); Hubbul Maal (keinginan memiliki harta); Hubbul Istitlaq (keinginan untuk tahu); Hubbul Maadah (keinginan untuk dipuji); Hubbul Jam'i (keinginan untuk berkumpul); Hubbul Riasah (keinginan untuk memimpin); serta Hubbul Hurriyah (keinginan untuk bebas). 


Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,
(surat Al Ahzab (33) ayat 72)

[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.


dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
(surat Ali Imran (3) ayat 14)

[186] Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.


Akibat adanya pengaruh yang ditimbulkan baik oleh Jasmani maupun oleh Ruhani, akan berakibat langsung kepada kondisi AMANAH yang 7 dan HUBBUL sehingga diri manusia dapat dikelompokkan kepada NAFS/JIWA TAQWA dan NAFS/JIWA FUJUR. Untuk itulah ALLAH SWT memberikan WASIT di dalam diri manusia yaitu berupa HATI RUHANI. Dilain sisi ALLAH SWT pun telah menetapkan tempat kembali bagi MANUSIA yaitu SYURGA dan NERAKA. 


    Jika tempat kembali sudah tersedia, maka sekarang bagaimana caranya mengisi tempat tersebut dengan cara yang seadil-adilnya. Untuk itulah ALLAH SWT mengadakan IBLIS dan SYAITAN. Keberadaan IBLIS dan SYAITAN di muka bumi mempunyai dua dimensi, yaitu  sebagai MUSUH bagi MANUSIA, dan juga sebagai PENGUJI KEIMANAN MANUSIA. Jika MANUSIA kalah melawan IBLIS dan SYAITAN maka ia berhak mendapat kampung NERAKA JAHANNAM dan jika MANUSIA menang melawan IBLIS dan SYAITAN maka manusia berhak mendapatkan SYURGA.


ALLAH SWT sebagai Inisiator dan Perencana Handal dari keberadaan alam beserta isinya termasuk diri manusia, maka ALLAH SWT pun menetapkan kepada MANUSIA jika ia ingin selamat dan/atau ingin bertemu dengan ALLAH SWT diharuskan untuk mengikuti apa-apa yang diperintahkan ALLAH SWT. Untuk itulah ALLAH SWT menetapkan apa yang disebut dengan DIINUL ISLAM dimana DIINUL ISLAM dapat diartikan sebagai KONSEP ILAHIAH yang berasal dari  ALLAH SWT selaku inisitor, perencana, pencipta, pemelihara, pengawas dari ALAM beserta isinya, yang berisi TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi  kepentingan KHALIFAH-NYA agar SELAMAT di dalam menjalankan tugasnya di muka bumi yang pada akhirnya akan menghantarkan mereka ke SYURGA dan/atau bertemu dengan  ALLAH SWT secara langsung. DIINUL ISLAM terdiri dari RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN, dimana secara keseluruhan manusia wajib melaksanakannya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu ketentuan dengan ketentuan yang lain.


Jika SAAT ini kita masih HIDUP di dunia maka secara otomatis diri kita sekarang sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH  ALLAH SWT di muka bumi, ini  berarti bahwa:


1)   Adanya diri kita di dunia merupakan bagian atau hasil dari pelaksanaan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau;

2)  Adanya diri kita di dunia bukanlah sesuatu yang bersifat INSIDENTIL akan tetapi merupakan rangkaian proses dari KEHENDAK ALLAH SWT yang dinyatakannya dalam surat   Al Baqarah (2)ayat 30 dan/atau;

3)    Adanya diri kita di dunia merupakan bagian dari ciptaan  yang tertuang dalam RENCANA BESAR ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bum dan/atau;

4)    Adanya diri kita di dunia adalah CERMINAN secara tidak langsung dari ALLAH SWT terutama di dalam RUHANI MANUSIA dan AMANAH 7. Ingat bahwa RUH berasal dari NUR ALLAH SWT sedangkan AMANAH 7 berasal dari SIFAT MA'ANI DZAT  ALLAH SWT.


Jika hal-hal yang kami sebutkan diatas ini kami jadikan asumsi, maka akan kita dapatkan pernyataan-pernyataan sebagai berikut:


1)   CIPTAAN adalah HASIL dari suatu KEINGINAN dan/atau KEHENDAK yang muncul dari PENCIPTANYA untuk maksud  dan tujuan tertentu sehingga dapat dikatakan bahwa MANUSIA adalah HASIL dari suatu proses  KEINGINAN atau KEHENDAK dari  ALLAH SWT untuk sesuatu maksud dan tujuan dalam hal ini sebagai KHALIFAH di muka bumi. Ini berarti bahwa diri kita adalah CIPTAAN sedangkan  ALLAH SWT adalah PENCIPTA-NYA.

2)     CIPTAAN  ada setelah ada yang mengadakan sehingga PENCIPTA selalu lebih dahulu ada dari apa-apa yang diciptakannya, dengan demikian antara CIPTAAN dan PENCIPTA-NYA akan terjadi  HUBUNGAN TIMBAL BALIK.

3)   PENCIPTA tentu akan berupaya bertanggung jawab kepada ciptaannya; Pencipta tentu akan selalu mengawasi ciptaannya; tentu akan selalu memelihara dan menjaga dari segala sesuatu agar ciptaannya terjaga dengan baik dan benar sesuai dengan konsep awal sewaktu merencanakan ciptaannya; demikian seterusnya sepanjang ciptaan mau diperhatikan, mau menerima, mau sesuai dengan keinginan PENCIPTA maka PENCIPTA akan terus bertanggung jawab kepada ciptaannya.


Adanya 3(tiga) buah pernyataan yang kami kemukakan di atas ini, timbul pertanyaan yang harus kita ketahui dengan seksama yaitu:

1)  sampai kapan HUBUNGAN antara ALLAH SWT sebagai PENCIPTA dengan MANUSIA sebagai CIPTAAN-NYA? Hubungan antara ALLAH SWT selaku PENCIPTA dengan MANUSIA selaku CIPTAAN-NYA di mulai dari saat MANUSIA masih di dalam KEHENDAK-NYA dan/atau saat masih di dalam rancangannya sampai dengan MANUSIA itu pulang ke tempat yang telahALLAH SWT sediakan yaitu SYURGA dan NERAKA. Sekarang bagaimanakah bentuk HUBUNGAN antara MANUSIA sebagai CIPTAAN dengan ALLAH  SWT sebagai PENCIPTA-NYA samakah ataukah berbeda?   

HUBUNGAN antara MANUSIA dengan ALLAH SWT tidak sama dengan HUBUNGAN ALLAH SWT dengan MANUSIA. Sepanjang MANUSIA mau untuk menerima dan mau mengakui bahwa ALLAH SWT adalah PENCIPTANYA maka HUBUNGAN tersebut akan terjalin namun apabila MANUSIA itu sendiri yang menyatakan diri memutuskan diri, menyatakan tidak mempunyai hubungan, melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti atau  diri dari HUBUNGAN tersebut, maka HUBUNGAN dengan ALLAH SWT akan terputus. 

 Jika sekarang HUBUNGAN antara PENCIPTA dengan ciptaan-NYA sudah kita putuskan akibat ulah dari diri kita sendiri, lalu maukah ALLAH SWT memberikan apa-apa yang telah dijanjikannya kepada diri kita atau lalu maukah ALLAH SWT bertanggung jawab kepada ciptaannya atau bersediakah ALLAH SWT menjadi pelindung kita? Selanjutnya jika ALLAH SWT memberikan HUKUMAN berupa AZAB, berupa kekeringan, kemiskinan, bencana,  atau HADIAH pulang ke NERAKA JAHANNAM, siapa yang salah? 


2)      Selanjutnya adakah HAK dan TANGGUNG JAWAB dari para pihak dalam hal ini ALLAH SWT sebagai PENCIPTA dan MANUSIA sebagai ciptaannya? Timbulnya HAK dan TANGGUNG JAWAB dari suatu HUBUNGAN akan terasa jika para pihak menjalankan apa-apa yang telah ditentukan di antara ke duanya. Yang PASTI ALLAH SWT selaku PENCIPTA dari MANUSIA pasti BERTANGGUNG JAWAB sesuai dengan SIFAT dan AF'AL yang dimiliki-NYA.

Sekarang bagaimana dengan MANUSIA, maukah menjalankan dan menerima apa-apa yang telah disepakati dan/atau melaksanakan apa-apa yang telah dibuat dan diperintahkan oleh ALLAH SWT selaku PENCIPTA dari MANUSIA itu sendiri? Sepanjang MANUSIA berjalan di dalam koridor yang telah ditentukan ALLAH SWT atau sepanjang MANUSIA mau menjalankan dan menerima keputusan dari ALLAH SWT tanpa ditambah maupun dikurangi maka ALLAH SWT akan melaksanakan TANGGUNG JAWAB-NYA kepada diri kita. Sekarang yang menjadi persoalan adalah SUDAHKAH kita menjalankan HAK dan TANGGUNG JAWAB kita sebagai CIPTAAN ALLAH SWT?


3)      BISAKAH HAK dan TANGGUNG JAWAB dari para pihak menjadi tidak berlaku lagi walaupun di antara para pihak dalam hal ini ALLAH SWT dan MANUSIA terikat hubungan antara PENCIPTA dengan ciptaannya? HAK dan TANGGUNG JAWAB dapat gugur dan/atau tidak berlaku jika para pihak melanggar kesepakatan;  tidak memenuhi HAK dan KEWAJIBAN; salah satu pihak memutuskan diri keluar dari kesepakatan. Yang pasti dalam hal ini, ALLAH SWT tidak pernah dan tidak akan melakukan perbuatan yang mencederai HAK dan TANGGUNG JAWAB ALLAH SWT kepada ciptaannya dan/atau ALLAH SWT tidak akan pernah memutuskan hubungan dengan manusia kapanpun dan dalam keadaan apapun. Sekarang bagaimana dengan MANUSIA? 

MANUSIA biasanya yang sering memutuskan hubungan dengan ALLAH SWT dan/atau berbuat yang  tidak sesuai dengan apa-apa yang telah diminta oleh ALLAH SWT. Selanjutnya jika hubungan telah pecah atau telah putus masih berlakukan HAK dan TANGGUNG JAWAB ALLAH SWT kepada MANUSIA atau kepada diri kita? 

Semua HAK dan TANGGUNG JAWAB ALLAH SWT kepada MANUSIA atau diri kita tidak akan pernah diberikan dan/atau kita diharuskan menanggung RESIKO atas apa-apa yang telah kita perbuat. Jika saat ini kita sudah berada di luar hubungan antara PENCIPTA dengan ciptaannya, lakukanlah perbaikan HUBUNGAN dengan ALLAH SWT melalui TAUBAT sebelum RUH sampai di kerongkongan.    


Sekarang kita telah mengetahui bahwa HUBUNGAN antara diri kita dengan ALLAH SWT bukanlah HUBUNGAN yang bersifat SEMENTARA akan tetapi HUBUNGAN yang bersifat jangka panjang. Adanya hubungan yang bersifat jangka panjang itulah maka ALLAH SWT memberikan kepada kita apa yang disebut dengan DIINUL ISLAM yang terdiri dari RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan baik dari sisi pelaksanaan maupun sisi pemahaman. ALLAH SWT memberikan DIINUL ISLAM dalam rangka terciptanya hubungan yang langgeng, hubungan yang harmonis antara ALLAH SWT selaku PENCIPTA dengan MANUSIA selaku CIPTAAN-NYA.


Selanjutnya jika ALLAH SWT sudah memberikan DIINUL ISLAM kepada diri kita, apa-apa yang harus kita perbuat dengan DIINUL ISLAM tersebut? Apakah hanya didiamkan saja  ataukah perlu ditambah, apakah perlu dikurangi, apakah perlu dikebiri, apakah perlu diperluas? Memakai istilah di dalam dunia TELEKOMUNIKASI SELULAR, untuk tetap mendapatkan fasilitas SLI, SLJJ, SMS, MMS, GPRS dari OPERATOR maka kita harus tetap menjaga hubungan antara HP kita dengan OPERATOR SELULAR serta memenuhi SYARAT  dan KETENTUAN dari OPERATOR tanpa menambah apalagi mengurangi.


    Jika OPERATOR SELULAR saja memberlakukan hal seperti itu dalam rangka bertangggung jawab dengan produknya, bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWT pun menetapkan dan memberlakukan hal yang sama dengan OPERATOR SELULAR yaitu  ALLAH SWT akan bertanggung jawab sepenuhnya kepada ciptaannya dalam hal ini adalah MANUSIA sepanjang MANUSIA mau menerima dan menjalankan DIINUL ISLAM tanpa ditambah, tanpa dibantah, tanpa dikurangi dan dicurangi, apalagi diganti dengan yang bukan berasal dari ALLAH SWT maka HUBUNGAN antara PENCIPTA dan CIPTAAN-NYA dapat terjalin sampai kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun. Untuk memudahkan CIPTAAN menjaga hubungannya dengan PENCIPTA-NYA maka ALLAH SWT merinci AD DIIN atau DIINUL ISLAM menjadi:


1)   Rukun IMAN yang terdiri dari ENAM ketentuan, yaitu PERCAYA kepada ALLAH SWT; PERCAYA kepada RASUL; PERCAYA kepada MALAIKAT; PERCAYA kepada KITAB; PERCAYA kepada QADA dan QADAR serta TAQDIR (PERCAYA kepada KETENTUAN  ALLAH SWT) dan PERCAYA kepada  HARI AKHIR.

2)      Rukun Islam yang terdiri dari SYAHADAT, SHALAT, ZAKAT, PUASA dan HAJI.

3)      IKHSAN.


Jika ketentuan-ketentuan di atas ini kami asumsikan seperti BUKU PETUNJUK yang kita dapatkan dari TELEVISI yang kita beli, apakah BUKU PETUNJUK yang diberikan PABRIKAN kepada KONSUMEN untuk MEMBAHAYAKAN KONSUMEN ataukah untuk MEMUDAHKAN KONSUMEN? BUKU PETUNJUK yang dibuat dan di edarkan PABRIKAN merupakan CERMINAN dari KREDIBILITAS PABRIKAN dengan demikian PABRIKAN memberikan BUKU PETUNJUK dalam rangka memudahkan KONSUMEN. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT dengan DIINUL ISLAM-NYA? Jika apa-apa yang tertuang di dalam BUKU PETUNJUK saja sudah mencerminkan KREDIBILITAS dari PABRIKAN, maka DIINUL ISLAM  adalah CERMINAN dari  ALLAH SWT itu sendiri. 


      Sekarang jika ALLAH SWT mempunyai sifat  SALBIYAH maka di dalam DIINUL ISLAMpun akan tercermin pula sifat tersebut, selanjutnya jika  ALLAH SWT mempunyai sifat MA'ANI maka di dalam DIINUL ISLAMpun akan tercermin pula sifat tersebut dan jika  ALLAH SWT mempunyai AF'AL yang berjumlah 99 perbuatan maka di dalam DIINUL ISLAMpun akan tercermin perbuatan-perbuatan   ALLAH SWT tersebut. Ini berarti apa-apa yang terdapat di dalam DIINUL ISLAM merupakan bagian dari  ALLAH SWT itu sendiri dan jika ini keadaanya maka kita tidak akan mampu dapat mengalahkan ataupun menyaingi DIINUL ISLAM dengan AJARAN atau AGAMA apapun juga yang bukan berasal dari ALLAH SWT sendiri. 


Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini, timbul pernyataan SIAPAKAH yang sebenarnya  membutuhkan DIINUL ISLAM itu, ALLAH SWTkah atau DIRI KITA serta sampai kapankah DIINUL ISLAM itu berlaku? ALLAH SWT dapat dipastikan tidak membutuhkan sedikitpun DIINUL ISLAM dan/atau DIINUL ISLAM tidak dibutuhkan oleh ALLAH SWT dan jika ALLAH SWT tidak membutuhkannya lalu untuk siapa? 


   DIINUL ISLAM merupakan program yang dibuat oleh ALLAH SWT untuk kepentingan MANUSIA sebagai KHALIFAH di muka bumi dan sepanjang MANUSIA masih ada di muka bumi maka DIINUL ISLAM masih akan tetap berlaku bagi diri MANUSIA. Jika ini adalah ketentuan ALLAH SWT kepada MANUSIA maka ketentuan ini juga berlaku juga untuk DIRI KITA yang saat ini masih hidup di dunia. Persoalan yang ada saat ini adalah sudahkah kita semua melaksanakan dan menjalankan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang berasal dari ALLAH SWT sesuai dengan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar