Sebelum membahas
lebih lanjut bab ini, terlebih dahulu akan kami ilustrasikan hal-hal sebagai
berikut: Sewaktu kita ingin membeli mobil TOYOTA, timbul pertanyaan kepada
siapakah jika kita ingin menanyakan
sesuatu hal tentang mobil TOYOTA yang akan kita beli dan/atau kepada siapakah jika kita ingin
mempelajari lebih lanjut tentang mobil TOYOTA yang akan kita beli tersebut?
Apabila kita ingin menanyakan dan ingin mempelajari mobil TOYOTA yang akan kita
beli tentu harus dilakukan kepada AHLINYA.
Sekarang siapakah AHLI dari mobil TOYOTA tersebut? AHLI mobil TOYOTA ada pada PEMBUAT atau PABRIKAN dan/atau ada pada PRODUSEN dan/atau ada pada ATPM mobil TOYOTA. Inilah ketentuan umum yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Timbul pertanyaan, kepada siapakah jika kita akan mempelajari dan mengetahui LANGIT dan BUMI beserta apa-apa yang ada di antaranya dan/atau kepada siapakah kita akan mempelajari dan mengetahui DIRI KITA dan/atau kepada siapakah kita akan mempelajari dan mengetahui AD DIIN atau DIINUL ISLAM? Jika kita mengacu kepada mobil TOYOTA yang akan kita beli, maka :
Sekarang siapakah AHLI dari mobil TOYOTA tersebut? AHLI mobil TOYOTA ada pada PEMBUAT atau PABRIKAN dan/atau ada pada PRODUSEN dan/atau ada pada ATPM mobil TOYOTA. Inilah ketentuan umum yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Timbul pertanyaan, kepada siapakah jika kita akan mempelajari dan mengetahui LANGIT dan BUMI beserta apa-apa yang ada di antaranya dan/atau kepada siapakah kita akan mempelajari dan mengetahui DIRI KITA dan/atau kepada siapakah kita akan mempelajari dan mengetahui AD DIIN atau DIINUL ISLAM? Jika kita mengacu kepada mobil TOYOTA yang akan kita beli, maka :
1) kita harus mempelajari kepada
PEMILIK dan PENCIPTA dari langit dan bumi beserta apa-apa yang ada
diantaranya dan/atau
2) kita harus mempelajari kepada PEMILIK dan PENCIPTA dari DIRI KITA sendiri dan/atau
3) kita harus mempelajari kepada INISIATOR dari AD DIIN itu sendiri dan/atau kepada pemilik syah dari KONSEP ILAHIAH.
Selanjutnya siapakah
PEMILIK dan PENCIPTA langit dan bumi dan/atau DIRI KITA dan/atau DIINUL ISLAM?
Berdasarkan uraian dan juga penjelasan yang telah kami kemukakan sebelumnya
maka ALLAH SWT lah PEMILIK sekaligus
PENCIPTA dari langit dan bumi beserta apa-apa
yang ada di antaranya dan/atau
ALLAH SWT lah PEMILIK dan PENCIPTA diri kita dan/atau ALLAH SWT lah INISIATOR,
PENCIPTA dan PEMILIK dari DIINUL ISLAM. Selanjutnya siapakah yang lebih tahu
dan lebih mengerti tentang LANGIT dan BUMI atau
tentang DIRI MANUSIA atau tentang AD DIIN atau DIINUL ISLAM antara ALLAH
SWT dengan ulama, kyia, ustads, atau da'i?
ALLAH SWT sebagai
INISIATOR, PENCIPTA yang sekaligus PEMILIK dari itu semua pasti lebih tahu dan
pasti lebih mengerti dari siapapun juga tanpa dapat dikalahkan. Dan jika
sekarang ulama, kyia, ustads atau da'i tahu dan juga kemungkinan mengerti
tentang LANGIT dan BUMI atau DIRI MANUSIA atau AD DIIN tentunya mereka semua
hanya tahu dan mengerti sebatas apa-apa yang telah diberitahukan ALLAH SWT melalui NABI dan RASUL-NYA atau
melalui AL-QUR'AN sebagai BUKU PEDOMAN-NYA. Untuk itu tidaklah patut dan pantas
jika kita mengaku-ngaku tahu dan mengaku-ngaku mengerti tentang LANGIT dan BUMI
atau tentang DIRI MANUSIA atau tentang AD DIIN jika hanya tahu hanya sebatas
apa-apa yang telah diberitahu oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA.
Sekarang kita telah
mempunyai jawaban yang PASTI yaitu ALLAH SWT merupakan pusat dari semua yang
ada di muka bumi ini, dengan demikian hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita
harus: mempelajari atau menanyakan atau berguru atau dengan kata lain kita harus menempatkan
ALLAH SWT sebagai NARASUMBER UTAMA dan yang TERUTAMA di dalam mempelajari,
menanyakan, atas apa-apa yang ada di alam semesta ini termasuk tentang diri
kita serta tentang AD DIIN.
Selanjutnya timbul pertanyaan dan juga persoalan, yaitu kita tidak dapat berhubungan langsung kepada ALLAH SWT dan/atau kita tidak dapat bertatap muka langsung kepada ALLAH SWT sebab ALLAH SWT berkedudukan di ARSY. Apa yang harus kita perbuat dengan kondisi ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan kembali lagi ke mobil TOYOTA yang akan kita beli.
Selanjutnya timbul pertanyaan dan juga persoalan, yaitu kita tidak dapat berhubungan langsung kepada ALLAH SWT dan/atau kita tidak dapat bertatap muka langsung kepada ALLAH SWT sebab ALLAH SWT berkedudukan di ARSY. Apa yang harus kita perbuat dengan kondisi ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan kembali lagi ke mobil TOYOTA yang akan kita beli.
Seperti kita ketahui
bersama bahwa pabrik mobil TOYOTA ada di
JEPANG, akan tetapi apakah kita harus ke JEPANG jika ingin mempelajari dan
menanyakan tentang mobil TOYOTA? Konsumen mobil TOYOTA tidak harus pergi ke JEPANG
jika ingin menanyakan dan mempelajari mobil TOYOTA sebab PABRIKAN TOYOTA telah
mendirikan dan/atau membuat perpanjangan tangan dengan membuat CABANG atau
menunjuk AGEN TUNGGAL atau ATPM untuk setiap negara-negara yang menjual mobil
TOYOTA, dengan demikian konsumen tidak harus pergi ke JEPANG jika ingin
menanyakan dan mempelajari mobil TOYOTA akan tetapi cukup ke kanrtor CABANG
atau ke AGEN TUNGGAL atau ke ATPM. Timbul pertanyaan apakah setiap orang atau setiap badan usaha dapat
mengaku-ngaku CABANG, AGEN TUNGGAL atau ATPM serta dapat berbuat sekehendak
hatinya atau berbuat yang berseberangan dengan PABRIKAN TOYOTA?
Untuk menjadi CABANG,
AGEN TUNGGAL atau ATPM mobil TOYOTA maka PABRIKAN akan menyeleksi orang-orang
tertentu dan/atau badan usaha tertentu yang pantas menjadi perpanjangan tangan
PABRIKAN TOYOTA sehingga antara AGEN TUNGGAL atau ATPM dengan PABRIKAN TOYOTA
terjadi kesamaan pandang, kesamaan persepsi di antara keduanya sehingga AGEN
TUNGGAL atau ATPM tidak bisa serta merta berbuat yang bertentangan dengan
kebijaksanaan dan/atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh PABRIKAN TOYOTA.
Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang telah menciptakan LANGIT dan BUMI dan/atau menciptakan DIRI KITA maupun menciptakan AD DIIN, apakah ALLAH SWT melakukan hal yang sama dengan produsen mobil TOYOTA? ALLAH SWT mempunyai sebuah mekanisme tersendiri di dalam melakukan itu semua, akan tetapi jika kita mengacu kepada cerita tentang mobil TOYOTA, maka kita akan mendapatkan dan memperoleh 4(empat) buah keterangan sebagai berikut:
Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang telah menciptakan LANGIT dan BUMI dan/atau menciptakan DIRI KITA maupun menciptakan AD DIIN, apakah ALLAH SWT melakukan hal yang sama dengan produsen mobil TOYOTA? ALLAH SWT mempunyai sebuah mekanisme tersendiri di dalam melakukan itu semua, akan tetapi jika kita mengacu kepada cerita tentang mobil TOYOTA, maka kita akan mendapatkan dan memperoleh 4(empat) buah keterangan sebagai berikut:
1) Adanya ALLAH SWT sebagai PEMILIK
dan PENCIPTA dari langit dan bumi yang
sekaligus NARASUMBER dari KEKHALIFAHAN di muka bumi, sehingga lahirlah
ketentuan tentang PERCAYA kepada ALLAH SWT.
2) Adanya MANUSIA-MANUSIA pilihan dalam hal ini adalah NABI ataupun RASUL, sehingga lahirlah ketentuan tentang PERCAYA kepada RASUL.
3) Adanya MALAIKAT yang khusus untuk menyampaikan KALAM ALLAH SWT kepada NABI atau RASUL, dalam hal ini adalah MALAIKAT JIBRIL as sehingga lahirlah ketentuan tentang PERCAYA kepada MALAIKAT.
4) Adanya KITAB SUCI yang berasal dari kumpulan dari KALAM ALLAH SWT sehingga lahirlah ketentuan tentang PERCAYA kepada KITAB.
Setelah adanya
4(empat) ketentuan ini, maka ALLAH SWT mulai menurunkan dan/atau menyampaikan
wahyunya kepada NABI ataupun RASULNYA melalui perantaraan MALAIKAT JIBRIL as
sehingga apa-apa yang disampaikan ALLAH SWT menjadi TUNTUNAN maupun PEDOMAN
bagi umat manusia. Untuk itu lihat dan renungkanlah hal-hal yang kami kemukakan
berikut ini: apabila kita telah beriman kepada Al-Qur'an sebagai kitab
dari ALLAH SWT maka secara otomatis kita
telah mengakui 4(empat) buah ketentuan Rukun Iman secara sekaligus, yaitu:
a)
kita telah beriman kepada ALLAH SWT sebagai narasumber;
b) kita telah beriman kepada Nabi
atau Rasul sebagai penerima wahyu dan/atau Nabi atau Rasul sebagai
perwakilan ALLAH SWT di muka bumi;
c)
kita telah beriman kepada
MALAIKAT-NYA dan
d) kita telah beriman kepada
KITAB-NYA.
Adanya 4(empat) buah ketentuan Rukun Iman ini,
memberikan petunjuk bagi kita bahwa ALLAH SWT sangat sempurna di dalam
melaksanakan segala rencananya termasuk melaksanakan ketentuan AD DIIN bagi
KHALIFAHNYA di muka bumi.
1.
HANYA KEPADA NABI DAN RASUL-NYA
Berdasarkan cerita
tentang mobil TOYOTA yang kita beli, maka kita tidak harus pergi ke JEPANG jika
ingin mempelajari dan mengetahui lebih lanjut tentang mobil yang akan kita
beli. Kita cukup berhubungan dengan AGEN TUNGGAL atau ATPM maka kitapun akan memperoleh
seluruh informasi yang kita butuhkan. Sekarang ALLAH SWT telah menurunkan
kepada KHALIFAH-NYA berupa AD DIIN, apakah kita harus pergi ke ARSY untuk
belajar AD DIIN?
MANUSIA atau diri kita tidak perlu harus pergi ke ARSY untuk mempelajari AD DIIN, sebab ALLAH SWT sudah mempunyai utusan dan/atau manusia-manusia pilihan yang di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi untuk menyampaikan AD DIIN dimaksud. ALLAH SWT mempunyai NABI ataupun RASUL di dalam melaksanakan program AD DIIN bagi KHALIFAHNYA di muka bumi. Selanjutnya siapakah itu NABI atau RASUL?
MANUSIA atau diri kita tidak perlu harus pergi ke ARSY untuk mempelajari AD DIIN, sebab ALLAH SWT sudah mempunyai utusan dan/atau manusia-manusia pilihan yang di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi untuk menyampaikan AD DIIN dimaksud. ALLAH SWT mempunyai NABI ataupun RASUL di dalam melaksanakan program AD DIIN bagi KHALIFAHNYA di muka bumi. Selanjutnya siapakah itu NABI atau RASUL?
NABI adalah MANUSIA
PILIHAN ALLAH SWT yang mendapatkan dan memperolah WAHYU berupa RISALAH yang tidak wajib
disampaikan kepada umatnya atau kepada kaumnya. Sedangkan RASUL adalah MANUSIA
PILIHAN ALLAH SWT yang mendapatkan dan memperoleh WAHYU berupa RISALAH yang
wajib disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Dengan demikan antara NABI dan RASUL hanya mempunyai perbedaan di dalam skala menyampaikan RISALAH yang diterimanya, dimana NABI hanya untuik kaumnya saja sedangkan RASUL untuk seluruh umat manusia. Adanya kondisi ini, timbul pertanyaan apakah setiap NABI itu RASUL ataukah setiap RASUL itu NABI? Setiap RASUL sudah pasti ia adalah NABI akan tetapi setiap NABI belum tentu ia adalah RASUL. Seperti halnya PABRIKAN di dalam menunjuk dan memberikan kepercayaan kepada AGEN TUNGGAL atau ATPM, makaALLAH SWTpun juga memberlakukan hal yang sama dengan mengirim dan mengutus NABI dan RASUL-NYA sebagai :
Dengan demikan antara NABI dan RASUL hanya mempunyai perbedaan di dalam skala menyampaikan RISALAH yang diterimanya, dimana NABI hanya untuik kaumnya saja sedangkan RASUL untuk seluruh umat manusia. Adanya kondisi ini, timbul pertanyaan apakah setiap NABI itu RASUL ataukah setiap RASUL itu NABI? Setiap RASUL sudah pasti ia adalah NABI akan tetapi setiap NABI belum tentu ia adalah RASUL. Seperti halnya PABRIKAN di dalam menunjuk dan memberikan kepercayaan kepada AGEN TUNGGAL atau ATPM, makaALLAH SWTpun juga memberlakukan hal yang sama dengan mengirim dan mengutus NABI dan RASUL-NYA sebagai :
1) Perwakilan ALLAH SWT di muka bumi
di dalam menerangkan program-program ALLAH SWT di muka bumi.
2) SARANA dan ALAT BANTU bagi KHALIFAH-NYA untuk mempelajari tentang ALLAH SWT dan/atau tentang apa-apa yang telah diprogramkan di dalam KEHENDAK-NYA tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi.
Selanjutnya apakah ATPM selaku AGEN TUNGGAL dari
PABRIKAN dapat bertindak dan berbuat di luar kehendak PABRIKAN? ATPM selaku
AGEN TUNGGAL harus berbuat dan bertindak sesuai dengan KEHENDAK PABRIKAN. Untuk
itu maka PABRIKAN memberikan dan menurunkan apa yang disebut dengan BUKU MANUAL
sebagai pedoman bagi AGEN TUNGGAL di dalam bertindak dan berbuat atas nama
PABRIKAN.
Adanya BUKU MANUAL akan memudahkan bagi AGEN TUNGGAL di dalam melaksanakan tugasnya, kemudian bolehkah AGEN TUNGGAL merubah, menambah, mengurangi ketentuan dari PABRIKAN? AGEN TUNGGAL tidak diperkenankan sedikitpun untuk merubah, menambah, mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan oleh PABRIKAN melalui BUKU MANUALNYA. Jika ini adalah ketentuan yang berlaku umum di dalam kehidupan manusia. Bagaimana dengan ALLAH SWT selalu PEMILIK dan PENCIPTA alam ini? ALLAH SWTpun memberikan pula ketentuan kepada NABI dan RASUL-NYA temasuk kepada KHALIFAH-NYA sebagai berikut:
Adanya BUKU MANUAL akan memudahkan bagi AGEN TUNGGAL di dalam melaksanakan tugasnya, kemudian bolehkah AGEN TUNGGAL merubah, menambah, mengurangi ketentuan dari PABRIKAN? AGEN TUNGGAL tidak diperkenankan sedikitpun untuk merubah, menambah, mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan oleh PABRIKAN melalui BUKU MANUALNYA. Jika ini adalah ketentuan yang berlaku umum di dalam kehidupan manusia. Bagaimana dengan ALLAH SWT selalu PEMILIK dan PENCIPTA alam ini? ALLAH SWTpun memberikan pula ketentuan kepada NABI dan RASUL-NYA temasuk kepada KHALIFAH-NYA sebagai berikut:
1)
ALLAH SWT juga memberikan buku
pedoman bagi NABI atau RASUL termasuk kepada KHALIFAH-NYA apa yang disebut
dengan KITAB ALLAH SWT dan/atau Al-Qur'an kepada NABI MUHAMMAD SAW beserta
umatnya.
2) NABI dan RASULNYA tidak berhak dan tidak diperkenankan untuk menambah, mengurangi, meniadakan setiap ketentuan yang telah dituangkan di dalam Al-Qur'an. Jika NABI dan RASUL-NYA saja tidak diperkenankan berbuat seperti itu maka kitapun sebagai KHALIFAHNYA di muka bumi sudah pasti dilarang dan tidak diperkenankan berbuat seperti itu pula.
3) NABI dan RASUL wajib selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT sehingga apa-apa yang telah diprogramkan ALLAH SWT dapat berjalan sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Jika NABI dan RASUL wajib selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT, bagaimana dengan KHALIFAH-NYA? Kita sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi wajib pula sama perilaku dan perbuatan kita dengan apa-apa yang diperbuat oleh NABI dan RASUL.
Untuk mempertegas
tentang NABI dan RASUL sebagai UTUSAN ALLAH SWT di muka bumi, akan kami
kemukakan beberapa ketentuan tentang NABI dan RASUL yang harus kita imani
sebagai bagian dari RUKUN IMAN berdasarkan firman-firman ALLAH SWT berikut ini:
dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan
seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya[313] datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 64)
[313]
Ialah: berhakim kepada selain Nabi Muhammad s.a.w.
a) Berdasarkan surat An Nisaa' (4)
ayat 64 di atas, ALLAH SWT menyebutkan
bahwa setiap KHALIFAH diharuskan untuk mentaati RASUL yang telah di utus atas
izin-NYA. Kenapa kita harus mentaati RASUL? Seperti halnya kita membeli mobil,
maka kita diharuskan pula untuk mematuhi ketentuan AGEN TUNGGAL, hal ini
dikarenakan AGEN TUNGGAL merupakan representasi dari Pabrikan sehingga apa-apa
yang diperbuat dan dilaksanakan oleh AGEN TUNGGAL merupakan tindakan dan
perbuatan yang sudah direstui oleh Pabrikan.
Hal yang sama juga berlaku untuk NABI dan RASUL, sehingga apa-apa yang dicontohkan, apa-apa yang disuruh, apa-apa yang diajurkan oleh NABI dan RASUL sebenarnya tidak lain dari apa-apa yang telah diperintahkan dan di anjurkan oleh ALLAH SWT dan/atau NABI dan RASUL bertindak dan berbuat sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita ingin memperoleh apa-apa yang telah dijanjikan PABRIKAN berdasarkan GARANSI yang telah dijanjikan, bolehkah kita melawan atau bolehkah kita melanggar ketentuan atau bolehkah kita mengurangi dan/atau menambah ketentuan PABRIKAN yang dilaksanakan oleh AGEN TUNGGAL?
Hal yang sama juga berlaku untuk NABI dan RASUL, sehingga apa-apa yang dicontohkan, apa-apa yang disuruh, apa-apa yang diajurkan oleh NABI dan RASUL sebenarnya tidak lain dari apa-apa yang telah diperintahkan dan di anjurkan oleh ALLAH SWT dan/atau NABI dan RASUL bertindak dan berbuat sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita ingin memperoleh apa-apa yang telah dijanjikan PABRIKAN berdasarkan GARANSI yang telah dijanjikan, bolehkah kita melawan atau bolehkah kita melanggar ketentuan atau bolehkah kita mengurangi dan/atau menambah ketentuan PABRIKAN yang dilaksanakan oleh AGEN TUNGGAL?
Selama
kita mematuhi ketentuan dari PABRIKAN yang dijalankan oleh AGEN TUNGGAL maka
apa-apa yang telah dijanjikan PABRIKAN akan kita nikmati dan rasakan. Sekarang
bagaimana dengan ketentuan ALLAH SWT yang menyuruh manusia untuk taat dan patuh
kepada RASUL-NYA? ALLAH SWT juga akan memberikan apa-apa yang dijanjikan-NYA
kepada diri kita atau manusia sepanjang diri kita atau manusia mau mentaati,
mau melaksanakan, mau menjalankan PERINTAH ALLAH SWT melalui perintah NABI dan
RASUL-NYA. Selanjutnya adakah resiko yang
akan kita peroleh jika kita tidak mau melaksanakan perintah ALLAH SWT
melalui NABI dan RASULNYA?
Sewaktu kita membeli mobil baru, maka kitapun akan dihadapkan kepada 2(dua) pilihan yaitu apakah mau mentaati ketentuan AGEN TUNGGAL ataukah apakah mau melanggar ketentuan AGEN TUNGGAL. Kedua pilihan ini tergantung kita sendiri, jika mentaati maka AGEN TUNGGAL ikut dan turut bertanggungjawab atas mobil yang kita beli sedangkan jika kita melanggar maka segala resiko menjadi tanggung sendiri.
Masih melalui surat An Nisaa' (4) ayat 64, ALLAH SWT memberikan jawabannya yaitu NABI atau RASUL akan lepas tanggungjawab kepada manusia yang tidak patuh dan tidak taat sedangkan kepada manusia yang patuh dan taat maka NABI dan RASUL akan memohonkan ampun kepada ALLAH SWT jika kita mempunyai kesalahan, dosa ataupun perbuatan yang di luar kehendak kita. Sekarang maukah kita ditolong, dimohonkan, dibantu, oleh NABI dan RASUL kepada ALLAH SWT?
Jika kita menginginkan hal tersebut pelajarilah AD DIIN dengan sebaik-baiknya melalui NABI dan RASUL-NYA dan/atau TAATILAH PERINTAH NABI dan RASUL-NYA di dalam kerangka melaksanakan KEHENDAK ALLAH SWT tanpa ada bantahan dan sanggahan apapun.
Sewaktu kita membeli mobil baru, maka kitapun akan dihadapkan kepada 2(dua) pilihan yaitu apakah mau mentaati ketentuan AGEN TUNGGAL ataukah apakah mau melanggar ketentuan AGEN TUNGGAL. Kedua pilihan ini tergantung kita sendiri, jika mentaati maka AGEN TUNGGAL ikut dan turut bertanggungjawab atas mobil yang kita beli sedangkan jika kita melanggar maka segala resiko menjadi tanggung sendiri.
Masih melalui surat An Nisaa' (4) ayat 64, ALLAH SWT memberikan jawabannya yaitu NABI atau RASUL akan lepas tanggungjawab kepada manusia yang tidak patuh dan tidak taat sedangkan kepada manusia yang patuh dan taat maka NABI dan RASUL akan memohonkan ampun kepada ALLAH SWT jika kita mempunyai kesalahan, dosa ataupun perbuatan yang di luar kehendak kita. Sekarang maukah kita ditolong, dimohonkan, dibantu, oleh NABI dan RASUL kepada ALLAH SWT?
Jika kita menginginkan hal tersebut pelajarilah AD DIIN dengan sebaik-baiknya melalui NABI dan RASUL-NYA dan/atau TAATILAH PERINTAH NABI dan RASUL-NYA di dalam kerangka melaksanakan KEHENDAK ALLAH SWT tanpa ada bantahan dan sanggahan apapun.
b) Berdasarkan surat Al Maa-idah (5)
ayat 15-16 di bawah ini, ALLAH SWT menerangkan bahwa RASUL bertugas untuk
menerangkan isi dan kandungan yang terdapat di dalam KITAB ALLAH SWT dalam hal
ini adalah Al-Qur'an. Sebenarnya apakah itu KITAB ALLAH SWT? KITAB ALLAH SWT merupakan sebuah
kumpulan dari KALAM atau KATA-KATA atau UCAPAN
ALLAH SWT yang disampaikan kepada NABI dan RASUL-NYA melalui perantaraan
MALAIKAT JIBRIL as untuk dipergunakan bagi kepentingan MANUSIA sebagai
KHALIFAH-NYA di muika bumi sehingga
dapat dikatakan KITAB ALLAH SWT adalah sebuah buku PENUNTUN, sebuah BUKU
PEDOMAN, dan juga sebuah BUKU PANDUAN bagi keselamatan manusia di muka
bumi.
Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan kitab yang menerangkan.
dengan kitab Itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus.
(surat
Al Maa-idah (5) ayat 15-16)
KITAB
ALLAH SWT dikatakan demikian dikarenakan isi dan kandungan dari KITAB AL-QUR'AN
tidak lain adalah CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri. Hal ini sangat
dimungkinkan dan sangat layak berlaku sebab ALLAH SWT sendiri adalah PEMILIK
yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PERAWAT, PENGAYOM dari langit dan bumi
beserta isinya termasuk diri kita, sehingga dengan kedudukan yang sempurna
seperti itu patut dan pantaslah jika Al-Qur'an dikatakan sebagai CERMINAN
dari ALLAH SWT itu sendiri.
Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menyampaikan ISI dan KANDUNGAN Al-Qur'an maka secara tidak langsung NABI MUHAMMAD SAW merupakan juru bicara ALLAH SWT di muka bumi dan/atau PERWAKILAN TETAP ALLAH SWT di muka bumi.
Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menyampaikan ISI dan KANDUNGAN Al-Qur'an maka secara tidak langsung NABI MUHAMMAD SAW merupakan juru bicara ALLAH SWT di muka bumi dan/atau PERWAKILAN TETAP ALLAH SWT di muka bumi.
Untuk
mempelajari isi dan kandungan Al-Qur'an tidaklah mudah seperti kita mempelajari
bahasa Arab pada umumnya. Hal ini dikarenakan isi dan kandungan dari Al-Qur'an
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)buah tingkatan atau kategori, yaitu:
1)
isi dan kandungan Al-Qur'an yang
tersurat berdasarkan atas apa-apa yang tertulis,
2) isi dan kandungan Al-Qur'an yang tersirat dibalik tulisan yang terdapat di dalam Al-Qur'an itu sendiri, dan
3) isi dan kandungan Al-Qur'an yang tersembunyi dibalik yang tersurat dan yang tersirat dari apa-apa yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Al-Qur'an
yang di dalamnya sarat makna tentu tidak mudah untuk disampaikan, tidak mudah
untuk diajarkan, kepada umat manusia. Untuk itu ALLAH SWT mengutus dan/atau
mengirimkan MANUSIA PILIHAN-NYA sebagai JURU BICARA yang dapat menerangkan dan
melaksanakan serta mengajarkan isi kandungan Al-Qur'an secara menyeluruh
sehingga apa-apa yang terdapat di dalam
Al-Qur'an dapat mudah untuk dipahami dan/atau dapat dengan mudah
dimengerti oleh umat manusia sesuai dengan keinginan dan kehendak ALLAH SWT.
Selain daripada itu, Al-Qur'an juga wajib kita IMANI sebagai pelaksanaan RUKUN IMAN yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM dan IKHSAN. Selanjutnya adakah maksud & tujuan lain dari diturunkannya Al-Qur'an? Al-Qur'an diturunkan oleh ALLAH SWT bukan hanya namun tidak sebatas hanya untuk menjelaskan dan menerangkan keberadaan ALLAH SWT melalui NABI dan RASUL-NYA akan tetapi Al-Qur'an diturunkan untuk dijadikan:
Selain daripada itu, Al-Qur'an juga wajib kita IMANI sebagai pelaksanaan RUKUN IMAN yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM dan IKHSAN. Selanjutnya adakah maksud & tujuan lain dari diturunkannya Al-Qur'an? Al-Qur'an diturunkan oleh ALLAH SWT bukan hanya namun tidak sebatas hanya untuk menjelaskan dan menerangkan keberadaan ALLAH SWT melalui NABI dan RASUL-NYA akan tetapi Al-Qur'an diturunkan untuk dijadikan:
1) PETUNJUK
menuju jalan yang lurus sehingga keselamatan yang kita raih.
2) PEDOMAN di dalam mengarungi kehidupan dalam rangka mendapatkan keridhaan ALLAH SWT.
3) PENUNTUN dari jalan yang gelap menuju jalan terang.
Jika
ini adalah kondisi maksud dan tujuan dari diturunkannya Al-Qur'an kepada umat
manusia yang dibawa oleh NABI MUHAMMAD SAW, masih maukah kita mengganti,
menukar, atau menambah, mengurangi, mengakali dan/atau menyusun ulang Al-Qur'an
yang disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok tertentu?
Jika kita berbuat seperti hal yang kami kemukakan di atas, maka hal itu tidak ada bedanya kita mengganti atau merubah atau melanggar BUKU MANUAL yang telah dikeluarkan PABRIKAN mobil sehingga apabila terjadi kerusakan dari mobil yang kita beli menjadi TANGGUNG JAWAB PRIBADI masing-masing pemilik ALLAH SWT pun akan memberlakukan ketentuan yang sama jika MANUSIA melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT mengenai Al-Qur'an.
Jika kita berbuat seperti hal yang kami kemukakan di atas, maka hal itu tidak ada bedanya kita mengganti atau merubah atau melanggar BUKU MANUAL yang telah dikeluarkan PABRIKAN mobil sehingga apabila terjadi kerusakan dari mobil yang kita beli menjadi TANGGUNG JAWAB PRIBADI masing-masing pemilik ALLAH SWT pun akan memberlakukan ketentuan yang sama jika MANUSIA melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT mengenai Al-Qur'an.
c) Berdasarkan surat Al Israa' (17)
ayat 15 di bawah ini, ALLAH SWT
menerangkan bahwa ALLAH SWT tidak akan meng-azab manusia atau suatu kaum jika
ALLAH SWT belum pernah mengutus NABI/RASUL kepada kaum itu. Sedangkan jika
manusia memperoleh hidayah dari perbuatannya maka nikmat tersebut adalah untuk
keselamatan dirinya.Inilah salah satu bukti bahwa ALLAH SWT sangat sayang
kepada manusia, ALLAH SWT sangat adil kepada manusia, ALLAH SWT sangat
bijaksana kepada manusia serta ALLAH SWT sangat menjunjung tinggi FAIRPLAY,
selanjutnya ada apakah di balik kebijaksanaan ini?
Seperti kita ketahui bersama bahwa ALLAH SWT sebelum menciptakan manusia sudah terlebih dahulu menciptakan SYURGA dan NERAKA. Setelah adanya 2(dua) tempat kembali maka diperlukanlah bagaimana cara mengisii ke dua tempat kembali tersebut dengan seadil-adilnya.
Adalah sangat zhalim jika ALLAH SWT tidak memberitahukan terlebih dahulu akan adanya suatu ketetapan dan ketentuan sebelum memberlakukan dan/atau mengenakan sanksi kepada manusia. Untuk itulah ALLAH SWT mengutus NABI atau RASUL terlebih dahulu kepada suatu kaum dalam rangka mengemukakan adanya suatu ketetapan dan ketentuan sehingga aturan main yang berlandaskan FAIRPLAY atau ADIL di dalam rangka mengisi SYURGA dan NERAKA dapat terlaksana dengan baik.
Seperti kita ketahui bersama bahwa ALLAH SWT sebelum menciptakan manusia sudah terlebih dahulu menciptakan SYURGA dan NERAKA. Setelah adanya 2(dua) tempat kembali maka diperlukanlah bagaimana cara mengisii ke dua tempat kembali tersebut dengan seadil-adilnya.
Adalah sangat zhalim jika ALLAH SWT tidak memberitahukan terlebih dahulu akan adanya suatu ketetapan dan ketentuan sebelum memberlakukan dan/atau mengenakan sanksi kepada manusia. Untuk itulah ALLAH SWT mengutus NABI atau RASUL terlebih dahulu kepada suatu kaum dalam rangka mengemukakan adanya suatu ketetapan dan ketentuan sehingga aturan main yang berlandaskan FAIRPLAY atau ADIL di dalam rangka mengisi SYURGA dan NERAKA dapat terlaksana dengan baik.
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(surat
Al Israa' (17) ayat 15)
Jika
telah ada NABI atau RASUL yang telah di utus oleh ALLAH SWT maka terjadilah keseimbangan
informasi sehingga dikemudian hari tidak akan terjadi complain atau
keberatan akibat tidak dan/atau belum diberitahukannya ketentuan dan ketetapan
sebagai suatu aturan main oleh ALLAH SWT.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ALLAH SWT yang juga adalah DZAT yang MAHA ADIL tentu ALLAH SWT tidak mau di anggap tidak adil, berat sebelah, tidak fairplay, sebab hal ini akan mencoreng KEMAHAAN yang dimiliki-NYA. ALLAH SWT jelas akan menunjukkan kepada seluruh makhluknya bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki KEMAHAAN yang tidak diragukan lagi keberadaan-NYA.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ALLAH SWT yang juga adalah DZAT yang MAHA ADIL tentu ALLAH SWT tidak mau di anggap tidak adil, berat sebelah, tidak fairplay, sebab hal ini akan mencoreng KEMAHAAN yang dimiliki-NYA. ALLAH SWT jelas akan menunjukkan kepada seluruh makhluknya bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki KEMAHAAN yang tidak diragukan lagi keberadaan-NYA.
a)
Sedangkan menurut surat An Nahl (16) ayat 36
di bawah ini, diterangkan bahwa salah
satu tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh Nabi atau Rasul adalah MENYERU
umatnya untuk MENYEMBAH ALLAH SWT saja dan menjauhi THAGHUT. Ini berarti bahwa
NABI atau RASUL diharuskan mengajarkan kepada umatnya apa yang dinamakan dengan
BERIMAN kepada ALLAH SWT saja sehingga dalam keseharian yang kita jalankan
hendaknya selalu bersama dan dengan ALLAH SWT.
dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(surat
An Nahl (16) ayat 36)
b)
Berdasarkan
surat Ash Shaff (61) ayat 9 di bawah ini,
ALLAH SWT menerangkan bahwa NABI/RASUL di utus oleh ALLAH SWT hanya untuk
membawa PETUNJUK dan AGAMA yang benar yang berasal dari ALLAH SWT. NABI dan
RASUL di dalam melaksanakan tugasnya harus dapat menjadikan AGAMA yang
dibawanya menjadi AGAMA yang paling SEMPURNA di muka bumi apapun resikonya
termasuk.
Selanjutnya bolehkah NABI atau RASUL melaksanakan hal-hal yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT? NABI atau RASUL tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan oleh ALLAH SWT berbuat dan berkehendak di luar apa-apa yang menjadi tugas pokoknya. Sekarang bagaimana dengan MANUSIA atau diri kita jika tidak mau menerima PETUNJUK dan AGAMA yang BENAR yang berasal dari ALLAH SWT melalui NABI dan RASUL-NYA?
Selanjutnya bolehkah NABI atau RASUL melaksanakan hal-hal yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT? NABI atau RASUL tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan oleh ALLAH SWT berbuat dan berkehendak di luar apa-apa yang menjadi tugas pokoknya. Sekarang bagaimana dengan MANUSIA atau diri kita jika tidak mau menerima PETUNJUK dan AGAMA yang BENAR yang berasal dari ALLAH SWT melalui NABI dan RASUL-NYA?
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.
(surat
Ash Shaff (61) ayat 9)
Seperti halnya konsumen yang
tidak mau menerima apa-apa yang tercantum di dalam buku manual, maka ALLAH SWT
pun akan mengenakan sanksi kepada manusia yang tidak mau menerima PETUNJUK dan
AGAMA yang BENAR yang disampaikan oleh ALLAH SWT melalui NABI dan RASULNYA.
2. HANYA PADA AL-QUR'AN
Kembali kepada cerita tentang mobil TOYOTA yang kita beli melalui ATPM. Setelah transaki jual beli kita laksanakan maka kita akan diberikan oleh ATPM sebuah buku manual yang akan dipergunakan sebagai PEDOMAN dan PETUNJUK di dalam mempergunakan dan merawat mobil serta diberikannya GARANSI dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya apakah sebenarnya yang di atur di dalam buku manual yang dikeluarkan ATPM?
Buku Manual adalah sebuah buku yang dikeluarkan oleh pencipta mobil yang harus dipergunakan oleh konsumen jika ia ingin merawat, jika ingin menggunakan mobil dengan baik dan benar sesuai dengan standard pencipta. Ini berarti jika kita ingin mempelajari, meneliti, mengetahui, tentang keberadaan mobil yang kita beli maka kita harus berpedoman kepada buku manual yang dikeluarkan oleh pabrikan. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT yang telah menciptakan langit, bumi, kekhalifahan serta menurunkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM bagi kepentingan KHALIFAHNYA di muka bumi?
tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya[691], tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.
(surat Yunus (10) ayat
37)
[691] Maksudnya Al
Quran itu menjelaskan secara terperinci hukum-hukum yang telah disebutkan dalam
Al Quran itu
ALLAH SWT menetapkan hal yang sama yaitu dengan memberikan dan menurunkan AL-QUR'AN kepada manusia sehingga dengan demikian jika kita ingin mengetahui dan mempelajari tentang AD DIIN dan/atau ingin mengetahui dan mempelajari tentang pemilik dan pencipta AD DIIN dan/atau ingin mengetahui dan mempelajari tentang PEMILIK dan PENCIPTA ALAM, haruslah melalui AL-QUR'AN. AL-QUR'AN diturunkan oleh ALLAH SWT sebagai KITAB penyempurna bagi kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum AL-QUR'AN diturunkan. AL-QUR'AN yang tidak lain adalah KALAM dari ALLAH SWT itu sendiri tentunya tidak ada keraguan di dalamnya.
Hal ini dimungkinkan sebab ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA SEMPURNA sehingga kesempurnaanlah yang harus ditampilkan dan yang diperlihatkan ALLAH SWT kepada seluruh makhluk-NYA melalui Al-Qur'an.
dan Sesungguhnya Kami telah
mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka
isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan
sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada
kitab (yang tertentu).
(surat
Ar R'ad (13) ayat 38)
Selanjutnya
NABI dan RASUL atau NABI MUHAMMAD SAW sebagai penerima KALAM ALLAH SWT, atau penerima WAHYU ALLAH SWT, bolehkah ia
menambah, bolehkah ia mengurangi, bolehkah ia meniadakan, bolehkah ia
menyesuaikan dengan kebutuhan diri dan kelompoknya?
NABI MUHAMMAD SAW tidak mempunyai kewenangan apapun terhadap KALAM ALLAH SWT yang disampaikan kepadanya. NABI dan RASUL atau NABI MUHAMMAD SAW hanyalah sebagai penyampai dan/atau penyambung lidah atas apa-apa yang diwahyukan ALLAH SWT kepadanya tanpa ada perubahan sedikitpun oleh sebab apapun juga. Adanya kondisi seperti ini maka Al-Qur'an yang ada saat ini dalam keadaan suci, murni, bersih, tidak ada campur tangan dari apapun dan siapapun juga termasuk di dalammnya tidak tercampur dengan pemikiran atau masukan yang berasal dari diri NABI MUHAMMAD SAW.
NABI MUHAMMAD SAW tidak mempunyai kewenangan apapun terhadap KALAM ALLAH SWT yang disampaikan kepadanya. NABI dan RASUL atau NABI MUHAMMAD SAW hanyalah sebagai penyampai dan/atau penyambung lidah atas apa-apa yang diwahyukan ALLAH SWT kepadanya tanpa ada perubahan sedikitpun oleh sebab apapun juga. Adanya kondisi seperti ini maka Al-Qur'an yang ada saat ini dalam keadaan suci, murni, bersih, tidak ada campur tangan dari apapun dan siapapun juga termasuk di dalammnya tidak tercampur dengan pemikiran atau masukan yang berasal dari diri NABI MUHAMMAD SAW.
INGAT_ingat INGAT
Kondisi
dasar dari MUHAMMAD bin ABDULLAH sebelum menerima WAHYU atau sebelum KALAM
ALLAH SWT diturunkan kepadanya adalah manusia biasa yang tidak bisa membaca,
tidak bisa menulis, ummi, serta tidak pernah belajar (dalam hal ini secara
formal). Selain itu MUHAMMAD bin ABDULLAH juga miskin, yatim dari kecil, jujur
dari kecil, berwibawa dari kecil, dihormati dari kecil, serta terpercaya.
Jika
NABI atau RASUL saja termasuk NABI MUHAMMAD SAW tidak diperkenankan untuk
merubah, menambah, mengurangi, meniadakan, atau menyesuaikan Al-Qur'an dengan
diri dan kelompoknya, bagaimana dengan kita sebagai umat dari NABI MUHAMMAD SAW?
Seperti halnya konsumen atau ATPM yang tidak boleh merubah atau mengurangi apa-apa yang telah tercantum di dalam buku manual, maka kita sebagai umat dari NABI MUHAMMAD SAW juga tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan melakukan itu semua. Al-Qur'an wajib diterima secara utuh, suci, murni, fitrah hanya dari ALLAH SWT, tanpa ada perubahan sedikitpun dan Al-Qur'an wajib diimani sebagai bagian dari Rukun Iman yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Rukun Islam dan Ikhsan. Sekarang jika di dalam Al-Qur'an terdapat ketentuan atau perintah sebagai berikut:
Seperti halnya konsumen atau ATPM yang tidak boleh merubah atau mengurangi apa-apa yang telah tercantum di dalam buku manual, maka kita sebagai umat dari NABI MUHAMMAD SAW juga tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan melakukan itu semua. Al-Qur'an wajib diterima secara utuh, suci, murni, fitrah hanya dari ALLAH SWT, tanpa ada perubahan sedikitpun dan Al-Qur'an wajib diimani sebagai bagian dari Rukun Iman yang enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Rukun Islam dan Ikhsan. Sekarang jika di dalam Al-Qur'an terdapat ketentuan atau perintah sebagai berikut:
1) KITA diharuskan untuk BERIMAN
kepada ALLAH SWT, patut dan pantaskah kita menolaknya?
2) KITA diwajibkan untuk taat kepada ALLAH SWT dan kepada RASUL-NYA, bolehkah kita melanggarnya?
3) NABI MUHAMMAD SAW adalah NABI dan RASUL terakhir, patut dan pantaskah kita menyangkalnya dan/atau mungkin akan menggantinya dan/atau mungkin meniadakannya atau bahkan menggantikan posisinya?
4) KITA diperintah untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat, bolehkah kita melanggarnya?
Jika
kita bertindak selayaknya seperti konsumen mobil yang diharuskan melaksanakan
apa-apa yang tertuang di dalam buku manual, maka kita pun wajib melaksanakan
dan menjalankan perintah dan larangan yang tertulis di dalam Al-Qur'an tanpa
ada bantahan dalam bentuk apapun juga.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah kita lebih senang dan lebih suka menuruti perintah pabrikan atau ATPM untuk mendapatkan kenyamanan berkendara ketimbang menuruti perintah dan larangan ALLAH SWT yang tertuang di dalam Al-Qur'an dan/atau kita lebih yakin dan lebih percaya kepada PABRIKAN atau ATPM ketimbang kepada ALLAH SWT yang telah menciptakan LANGIT dan BUMI, MANUSIA dan AD DIIN. Jika sudah demikian keadaannya jangan pernah salahkan ALLAH SWT jika kita mendapatkan penghargaan dan hadiah berupa KAMPUNG KEBINASAAN dan KESENGSARAAN.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah kita lebih senang dan lebih suka menuruti perintah pabrikan atau ATPM untuk mendapatkan kenyamanan berkendara ketimbang menuruti perintah dan larangan ALLAH SWT yang tertuang di dalam Al-Qur'an dan/atau kita lebih yakin dan lebih percaya kepada PABRIKAN atau ATPM ketimbang kepada ALLAH SWT yang telah menciptakan LANGIT dan BUMI, MANUSIA dan AD DIIN. Jika sudah demikian keadaannya jangan pernah salahkan ALLAH SWT jika kita mendapatkan penghargaan dan hadiah berupa KAMPUNG KEBINASAAN dan KESENGSARAAN.
Pembaca, sekarang
kita telah mengetahui bahwa untuk mempelajari AD DIIN atau DIINUL ISLAM, kita
hanya diperbolehkan dan diperkenankan
oleh ALLAH SWT hanya kepada NABI atau RASUL-NYA dan Pada AL-QUR'AN
semata seperti halnya kita mempelajari mobil kepada ATPM dan pada buku manual.
Selanjutnya timbul pertanyaan, NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL
terakhir sudah tidak ada, yang ada saat
ini adalah AL-QUR'AN dan HADITS sedangkan ALLAH SWT akan terus ada sampai
kapanpun sebab ALLAH SWT DZAT yang MAHA KEKAL namun ALLAH SWT berkedudukan di
ARSY, bagaimanakah kita harus menyikapi
kondisi seperti ini?
INGAT_ingat_INGAT
ALLAH
SWT tidak akan pernah binasa oleh sebab apapun juga sehingga sampai kapanpun
dan dalam kondisi apapun ALLAH SWT
tetap akan kekal, abadi selamanya sehingga walaupun ALLAH SWT berkedudukan di
ARSY akan tetapi keberadaan dan kekuasaan-NYA tetap akan kekal, abadi selamanya
di muka bumi serta akan terus menyertai
kemanapun makhluk-NYA berada sampai dimanapun dan kapanpun juga.
Yang jelas kita tidak
mungkin pergi dan menemui ALLAH SWT ke ARSY untuk mempelajari AD DIIN, seperti
halnya kita tidak harus pergi ke JEPANG untuk mempelajari mobil TOYOTA. Jika
sekarang NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir sudah tidak ada
lagi, akan tetapi :
1) ALLAH SWT SELAMANYA AKAN TETAP
ADA SAMPAI KAPANPUN juga sebab ALLAH SWT tidak akan mungkin binasa oleh sebab
apapun juga.
2) Al-Qur'an yang merupakan KALAM ALLAH SWT juga masih ada dan akan terus dipelihara oleh ALLAH SWT sebab Al-Qur'an adalah Kalam ALLAH SWT itu sendiri, serta
3) Hadits-Hadits yang berasal dari NABI MUHAMMAD SAW juga masih ada.
Hal yang harus juga
diperhatikan oleh kita adalah bahwa ALLAH SWT berbuat sesuai dengan KEHENDAKNYA
yang di dukung oleh KEMAMPUANNYA yang MAHA pula dengan demikian jika AD DIIN atau DIINUL ISLAM adalah KEHENDAK-NYA maka di dalam AD DIIN
juga terdapat KEMAHAAN atas KEMAMPUAN-NYA.
Dengan demikian walaupun NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL sudah tidak ada lagi, ALLAH SWT tetap melarang KHALIFAH-NYA untuk belajar DIINUL ISLAM yang di dalamnya terdapat KEHENDAK dan KEMAMPUAN ALLAH SWT, kepada SELAIN ALLAH SWT seperti kepada ulama, kyia, ustads ataupun da'i apalagi kepada malaikat ataupun syaitan. Kenapa hal ini harus kita lakukan?
Hal ini disebabkan ALLAH SWTlah PEMILIK yang sekaligius juga INISIATOR, PERANCANG, PENCIPTA dari AD DIIN, maka ALLAH SWTlah yang paling mengetahui, yang paling mengerti, yang paling memahami, atas apa-apa yang dimilikinya dan/atau atas apa-apa yang diciptakannya dan/atau atas apa-apa yang dirancangnya sebab di dalam AD DIIN itu sendiri terdapat pula KEMAHAAN dari KEHENDAK dan KEMAMPUAN-NYA.
Dengan demikian walaupun NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL sudah tidak ada lagi, ALLAH SWT tetap melarang KHALIFAH-NYA untuk belajar DIINUL ISLAM yang di dalamnya terdapat KEHENDAK dan KEMAMPUAN ALLAH SWT, kepada SELAIN ALLAH SWT seperti kepada ulama, kyia, ustads ataupun da'i apalagi kepada malaikat ataupun syaitan. Kenapa hal ini harus kita lakukan?
Hal ini disebabkan ALLAH SWTlah PEMILIK yang sekaligius juga INISIATOR, PERANCANG, PENCIPTA dari AD DIIN, maka ALLAH SWTlah yang paling mengetahui, yang paling mengerti, yang paling memahami, atas apa-apa yang dimilikinya dan/atau atas apa-apa yang diciptakannya dan/atau atas apa-apa yang dirancangnya sebab di dalam AD DIIN itu sendiri terdapat pula KEMAHAAN dari KEHENDAK dan KEMAMPUAN-NYA.
Di dalam kehidupan
sehari-hari, jika kita ingin menanyakan atau mempelajari sesuatu maka kita
harus menanyakan dan mempelajari kepada ahlinya. Sekarang siapakah AHLI
dari AD DIIN atau DIINUL ISLAM? ALLAH
SWT adalah AHLINYA AD DIIN sebab ALLAH
SWT adalah PEMILIK dari AD DIIN yang sekaligus INISIATOR, PERANCANG, PENCIPTA
dari AD DIIN itu sendiri.
Selanjutnya jika sekarang kita disuruh dan diperintah oleh ALLAH SWT untuk mempelajari AD DIIN hanya kepada ALLAH SWT sudah pasti kita akan mendapatkan ILMU tentang AD DIIN yang masih FITRAH sesuai dengan FITRAH yang dimiliki ALLAH SWT dan/atau AD DIIN yang masih murni belum tercampur oleh apapun juga semurni dan sebersih ALLAH SWT yang MAHA QUDDUS. Sekarang bandingkan jika kita bertanya sesuatu kepada yang bukan ahlinya, maka kita akan memperoleh apa yang dinamakan dengan kebingungan, ketidakyakinan, ketidaksamaan, adanya perbedaan, yang kesemuanya akan menimbulkan berbagai macam persepsi dan pemahaman.
Selanjutnya jika sekarang kita disuruh dan diperintah oleh ALLAH SWT untuk mempelajari AD DIIN hanya kepada ALLAH SWT sudah pasti kita akan mendapatkan ILMU tentang AD DIIN yang masih FITRAH sesuai dengan FITRAH yang dimiliki ALLAH SWT dan/atau AD DIIN yang masih murni belum tercampur oleh apapun juga semurni dan sebersih ALLAH SWT yang MAHA QUDDUS. Sekarang bandingkan jika kita bertanya sesuatu kepada yang bukan ahlinya, maka kita akan memperoleh apa yang dinamakan dengan kebingungan, ketidakyakinan, ketidaksamaan, adanya perbedaan, yang kesemuanya akan menimbulkan berbagai macam persepsi dan pemahaman.
ALLAH SWT menyuruh
umat-NYA mempelajari AD DIIN langsung kepada-NYA dikarenakan ALLAH SWT ingin
memberikan yang terbaik kepada KHALIFAH-NYA di muka bumi sehingga keselamatan
dan kebahagiaan dapat diperoleh KHALIFAH-NYA. Sekarang bagaimana dengan
kedudukan ustads, ulama, kyia, atau da'i, di dalam mempelajari AD DIIN atau
DIINUL ISLAM?
Hal yang harus kita perhatikan adalah ustads, ulama, kyia, atau da'i harus diletakkan dan ditempatkan dalam posisi hanya sebagai perantara dan/atau hanya sebagai mediator dan/atau hanya sebagai pelaksana dan/atau hanya via di dalam mempelajari AD DIIN atau DIINUL ISLAM. Dengan kata lain ustads, ulama, kyia atau da'i hanyalah penyampai atau penyambung lidah atas AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang dimiliki dan diciptakan oleh ALLAH SWT kepada sesamanya. ALLAH SWT melarang umatnya dan/atau KHALIFAH-NYA untuk belajar DIINUL ISLAM kepada ustads, ulama, kyia, atau dai, disebabkan mereka semua bukanlah PEMILIK dan PENCIPTA AD DIIN atau DIINUL ISLAM tetapi mereka adalah penyambung lidah di dalam pembelajaran DIINUL ISLAM.
Hal yang harus kita perhatikan adalah ustads, ulama, kyia, atau da'i harus diletakkan dan ditempatkan dalam posisi hanya sebagai perantara dan/atau hanya sebagai mediator dan/atau hanya sebagai pelaksana dan/atau hanya via di dalam mempelajari AD DIIN atau DIINUL ISLAM. Dengan kata lain ustads, ulama, kyia atau da'i hanyalah penyampai atau penyambung lidah atas AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang dimiliki dan diciptakan oleh ALLAH SWT kepada sesamanya. ALLAH SWT melarang umatnya dan/atau KHALIFAH-NYA untuk belajar DIINUL ISLAM kepada ustads, ulama, kyia, atau dai, disebabkan mereka semua bukanlah PEMILIK dan PENCIPTA AD DIIN atau DIINUL ISLAM tetapi mereka adalah penyambung lidah di dalam pembelajaran DIINUL ISLAM.
INGAT_ingat_INGAT
ALLAH
SWT adalah pemilik yang sekaligus
perancang, inisiator dari AD DIIN atau DIINUL ISLAM, sehingga makhluknya
tidak diperkenankan atau tidak diperbolehkan untuk mengaku-ngaku sebagai
pemilik, pencipta, perancang dari AD DIIN atau DIINUL ISLAM apalagi merubah,
menambah, mengurangi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan diri atau
kelompok tertentu.
Untuk itu kita
diharuskan oleh ALLAH SWT untuk dapat mendudukkan dan meletakkan posisi dari
ustads, ulama, kyia atau dai, pada posisi sebenarnya. Sebab jika sampai kita
terpeleset di dalam menempatkan dan meletakkan ustads, ulama, kyia, atau da'i,
bukanlah manfaat yang kita peroleh akan tetapi kemarahan ALLAH SWT yang kita dapatkan.
Hal ini disebabkan oleh POSISI ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA AD DIIN atau DIINUL ISLAM telah digantikan oleh ustads, ulama, kyia atau da'i, akibat kita salah menempatkan posisi. Kondisi yang demikian inilah yang tidak diinginkan dan tidak disukai oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA AD DIIN atau DIINUL ISLAM. Untuk itu sebelum kita memulai mempelajari AD DIIN atau DIINUL ISLAM kepada ustads, ulama, kyia, atau da'i terlebih dahulu kita harus :
Hal ini disebabkan oleh POSISI ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA AD DIIN atau DIINUL ISLAM telah digantikan oleh ustads, ulama, kyia atau da'i, akibat kita salah menempatkan posisi. Kondisi yang demikian inilah yang tidak diinginkan dan tidak disukai oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA AD DIIN atau DIINUL ISLAM. Untuk itu sebelum kita memulai mempelajari AD DIIN atau DIINUL ISLAM kepada ustads, ulama, kyia, atau da'i terlebih dahulu kita harus :
1) Memasang
NIAT yang tulus di dalam HATI RUHANI dengan mengosongkan HATI dan PIKIRAN dari
selain ALLAH SWT sehingga hanya ALLAH SWTlah yang ada di hadapan kita.
2) Kemudian kita BERDOA kepada PEMILIK dan PENCIPTA AD DIIN atau DIINUL ISLAM dengan harapan semoga ALLAH SWT memberikan tambahan ILMU atas AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang kita pelajari melalui ustads, ulama, kyia, atau da'i.
3) Di dalam doa yang kita mohonkan mintakan pula perlindungan dari SYAITAN serta meminta petunjuk agar diperlihatkan mana yang benar dan mana yang salah.
4) Siapkan HATI RUHANI dan buka HATI RUHANI sebagai tempat bagi diletakkannya pemahaman oleh ALLAH SWT.
5) Hindarkan perasaan sok tahu sehingga kita menutup HATI RUHANI kita dari PETUNJUK ALLAH SWT.
Apabila 5(lima) hal
yang kami sebutkan di atas ini kita lakukan, ini berarti kita telah permisi
dan/atau telah menghormati ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA alam semesta serta DIINUL ISLAM. Selanjutnya
belajar yang seperti apakah yang akan kita pergunakan di dalam mempelajari DIINUL ISLAM?
Jika kita berkaca kepada diri kita sendiri yang terdiri dari JASMANI dan RUHANI maka belajar tentang DIINUL ISLAM dapat pula mempergunakan dengan 2(dua) methode/cara yaitu dengan mempergunakan JASMANI dan dengan mempergunakan RUHANI. Belajar yang mempergunakan JASMANI adalah suatu proses belajar dengan mempergunakan informasi yang masuk melalui mata, telinga, hidung, rasa yang kemudian diproses dan di analisa melalui OTAK sehingga lahirlah pengetahuan. Adapun cara yang biasa ditempuh di dalam proses belajar yang mempergunakan JASMANI dapat kami kemukakan sebagai berikut:
Jika kita berkaca kepada diri kita sendiri yang terdiri dari JASMANI dan RUHANI maka belajar tentang DIINUL ISLAM dapat pula mempergunakan dengan 2(dua) methode/cara yaitu dengan mempergunakan JASMANI dan dengan mempergunakan RUHANI. Belajar yang mempergunakan JASMANI adalah suatu proses belajar dengan mempergunakan informasi yang masuk melalui mata, telinga, hidung, rasa yang kemudian diproses dan di analisa melalui OTAK sehingga lahirlah pengetahuan. Adapun cara yang biasa ditempuh di dalam proses belajar yang mempergunakan JASMANI dapat kami kemukakan sebagai berikut:
1) Melakukan proses belajar mengajar
melalui bangku sekolah dan/atau melakukan proses pembelajaran melalui baca
tulis ataupun pengalaman
2) Melihat dan/atau Berfikir dan/atau Membuat perbandingan
3) Mencari persamaan dan pertentangan dan/atau Memperbandingkan serta Menguji
Sekarang bagaimana
dengan belajar DIINUL ISLAM dengan
mempergunakan RUHANI dan/atau dapat juga disebut dengan belajar DIINUL ISLAM
kepada ALLAH SWT? Belajar dengan mempergunakan RUHANI dan/atau belajar kepada
ALLAH SWT berbeda dengan belajar dengan mempergunakan JASMANI atau
mempergunakan OTAK sebagai alat prosesingnya. ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan
PENCIPTA daripada AD DIIN atau DIINUL ISLAM
mempunyai mekanisme tersendiri di dalam mengajarkan AD DIIN atau DIINUL
ISLAM kepada KHALIFAH-NYA yang mau belajar langsung kepada-NYA.
Jika manusia belajar pada umumnya menggunakan media OTAK sebagai alat prosesingnya maka ALLAH SWT memberikan pengajaran AD DIIN atau DIINUL ISLAM bukan melalui OTAK tetapi melalui MEDIA HATI RUHANI MANUSIA yang BERSIH dan/atau HATI RUHANI yang selalu MENYAMBUNG kepada ALLAH SWT (dalam hal ini bukan kepada DZATNYA ALLAH SWT).
Untuk itu jika kita ingin mendapatkan dan memperoleh pengajaran tentang DIINUL ISLAM dari ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA maka siapkanlah terlebih dahulu WADAH ataupun TEMPAT untuk melaksanakan proses belajar kepada ALLAH SWT yaitu dengan terlebih dahulu MEMPERSIAPKAN HATI RUHANI yang bersih yang sesuai dengan siaran dan gelombang yang dikehendaki oleh ALLAH SWT dan/atau kita harus mau MEMBUKAKAN PINTU HATI RUHANI kita untuk menerima pengajaran dan pembelajaran dari ALLAH SWT.
Jika manusia belajar pada umumnya menggunakan media OTAK sebagai alat prosesingnya maka ALLAH SWT memberikan pengajaran AD DIIN atau DIINUL ISLAM bukan melalui OTAK tetapi melalui MEDIA HATI RUHANI MANUSIA yang BERSIH dan/atau HATI RUHANI yang selalu MENYAMBUNG kepada ALLAH SWT (dalam hal ini bukan kepada DZATNYA ALLAH SWT).
Untuk itu jika kita ingin mendapatkan dan memperoleh pengajaran tentang DIINUL ISLAM dari ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA maka siapkanlah terlebih dahulu WADAH ataupun TEMPAT untuk melaksanakan proses belajar kepada ALLAH SWT yaitu dengan terlebih dahulu MEMPERSIAPKAN HATI RUHANI yang bersih yang sesuai dengan siaran dan gelombang yang dikehendaki oleh ALLAH SWT dan/atau kita harus mau MEMBUKAKAN PINTU HATI RUHANI kita untuk menerima pengajaran dan pembelajaran dari ALLAH SWT.
Wahab bin Munabbih berkata: ALLAH ta'ala berfirman: Sesungguhnya langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau oleh hati seorang mukmin.
(HQR
Ahmad dari Wahab bin Munabbih, 272:32)
tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin
Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat
At Taghaabun (64) ayat 11)
ALLAH SWT selanjutnya
akan menunjukkan dan/atau akan memperlihatkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dengan ALLAH SWT selaku PENCIPTA KEKHALIFAHAN
melalui berbagai macam pintu maupun berbagai cara seperti:
1)
Diberikannya FIRASAT yang baik
melalui HATI RUHANI.
2) Dibukakannya pintu ILHAM atau IDE-IDE yang brilian tanpa disangka-sangka melalui HATI RUHANI.
3) Diberikannya PEMAHAMAN dan KEMANTAPAN HATI di dalam mempelajari AD DIIN/DIINUL ISLAM termasuk hal-hal lainnya.
4)
Diturunkannya MAUNAH dan/atau
pertolongan di luar jangkauan kemampuan atau nalar manusia yang digetarkan
melalui HATI RUHANI.
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
(surat
Al Hajj (22) ayat 46)
Selanjutnya cara yang
seperti apakah yang paling baik bagi kita di dalam mempelajari AD DIIN atau
DIINUL ISLAM atau belajar tentang APAPUN JUGA? Kita dapat dan harus melakukan
kedua cara yang kami kemukakan diatas, yaitu melalui proses pengajaran yang
berlaku umum di dalam kehidupan kita di dunia melalui dan mempergunakan JASMANI
atau OTAK sebagai alat prosesnya serta
proses pembelajaran yang langsung kepada ALLAH SWT melalui HATI RUHANI sebagai
media penerimaannya.
Jika kedua hal tersebut kita laksanakan secara berbarengan dan konsisten maka otak dan/atau pemikiran kita akan cemerlang ditambah dengan kedekatan dengan ALLAH SWT kita dapatkan melalui HATI RUHANI. Kami berharap pembaca buku ini dapat memperoleh ke duanya di dalam melaksanakan fungsi sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi ini. Amien.
Jika kedua hal tersebut kita laksanakan secara berbarengan dan konsisten maka otak dan/atau pemikiran kita akan cemerlang ditambah dengan kedekatan dengan ALLAH SWT kita dapatkan melalui HATI RUHANI. Kami berharap pembaca buku ini dapat memperoleh ke duanya di dalam melaksanakan fungsi sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi ini. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar