Sebagaimana telah
kita ketahui bersama bahwa KEBERADAAN diri kita di muka bumi bukanlah sesuatu
yang bersifat INSIDENTIL atau sekonyong-konyong ada atau tanpa direncanakan
oleh penciptanya. KEBERADAAN diri kita di muka bumi merupakan bagian dari
KEHENDAK ALLAH SWT sebab tanpa adanya KEHENDAK ALLAH SWT di dalam menciptakan
KEKHALIFAHAN di muka bumi maka secara otomatis keberadaan diri kita di muka
bumi tidak akan pernah ada.
ALLAH SWT menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi bukanlah sesuatu yang bersifat insidentil akan tetapi ALLAH SWT melakukan itu semua di dalam kerangka menunjukkan KEBESARAN yang dimiliki-NYA sehingga di dalam KEHENDAK-NYA tersebut tercermin pula KEMAMPUAN yang dimiliki-NYA. Sekarang jika kita adalah bagian dari kehendak ALLAH SWT sedangkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM adalah KEHENDAK dari ALLAH SWT itu sendiri, selanjutnya siapakah yang memerlukan dan membutuhkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM itu?
ALLAH SWT menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi bukanlah sesuatu yang bersifat insidentil akan tetapi ALLAH SWT melakukan itu semua di dalam kerangka menunjukkan KEBESARAN yang dimiliki-NYA sehingga di dalam KEHENDAK-NYA tersebut tercermin pula KEMAMPUAN yang dimiliki-NYA. Sekarang jika kita adalah bagian dari kehendak ALLAH SWT sedangkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM adalah KEHENDAK dari ALLAH SWT itu sendiri, selanjutnya siapakah yang memerlukan dan membutuhkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM itu?
Jika saat ini kita
masih hidup maka diri kita pasti masih terdiri dari JASMANI dan RUHANI dan juga
sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Ini berarti kita saat
ini pasti membutuhkan dan memerlukan AD
DIIN atau DIINUL ISLAM yaitu sebuah KONSEP ILAHIAH yang diprogram langsung oleh
ALLAH SWT untuk dipergunakan oleh kita sebagai TUNTUNAN yang sekaligus juga
berfungsi sebagai ALAT BANTU, sebagai PETUNJUK dan PEDOMAN, bagi keselamatan
DIRI MANUSIA di dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang KHALIFAH di muka
bumi. Bagaimana dengan ALLAH SWT?
ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA daripada AD DIIN atau DIINUL ISLAM tidak membutuhkan dan tidak memerlukan itu semua. Sekarang setelah mempunyai AD DIIN atau DIINUL ISLAM apakah hanya itu saja yang dapat kita peroleh? Inilah hasil usaha atau buah dari kita mempergunakan dan/atau melaksanakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM bagi diri kita yang sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
1. UNTUK KEMBALI ke TEMPAT
TERHORMAT
ALLAH SWT sebelum
menciptakan MANUSIA, sudah terlebih dahulu menciptakan 2(dua) buah tempat
kembali bagi MANUSIA, yaitu adanya SYURGA dan adanya NERAKA (lihat kembali
Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitab Al Hidayah). Untuk
dapat menempati SYURGA dan menempati NERAKA, tentu harus ada ketentuan yang
bersifat ADIL, FAIRPLAY, YANG TIDAK BERAT SEBELAH bagi MANUSIA dan/atau MAKHLUK
LAINNYA yang berkepentingan dan/atau yang akan ditempatkan masuk ke SYURGA atau
NERAKA.
Tanpa adanya suatu ketentuan yang bersifat ADIL dan FAIRPLAY, serta TIDAK BERAT SEBELAH maka akan menimbulkan kesan di mata manusia pilih kasih, timbulnya rasa ketidakadilan, yang justru akan mencoreng atau mengurangi KEMAHAAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT. Manusia di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi tentu tidaklah mudah, sebab di dalam diri setiap manusia ada 2(dua) musuh abadi manusia yang selalu mengajak manusia untuk mengerjakan NILAI-NILAI KEBURUKAN yaitu AHWA dan SYAITAN serta di lain sisi di dalam diri manusia juga ada NILAI-NILAI KEBAIKAN yang dibawa oleh RUH dan AMANAH 7.
Ingat, AHWA adalah perbuatan atau tindakan yang berasal dari sifat-sifat alamiah jasmani yang berasal dari alam yang jika sampai manusia melakukannya maka manusia tersebut dikatakan telah mengikuti atau mempertuhankan HAWA NAFSU sedangkan SYAITAN adalah makhluk GHAIB yang sudah mendapatkan izin dan restu dari ALLAH SWT untuk menggoda dan merayu manusia untuk berbuat kejahatan dan/atau melakukan tindakan di luar NILAI-NILAI KEBAIKAN.
Tanpa adanya suatu ketentuan yang bersifat ADIL dan FAIRPLAY, serta TIDAK BERAT SEBELAH maka akan menimbulkan kesan di mata manusia pilih kasih, timbulnya rasa ketidakadilan, yang justru akan mencoreng atau mengurangi KEMAHAAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT. Manusia di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi tentu tidaklah mudah, sebab di dalam diri setiap manusia ada 2(dua) musuh abadi manusia yang selalu mengajak manusia untuk mengerjakan NILAI-NILAI KEBURUKAN yaitu AHWA dan SYAITAN serta di lain sisi di dalam diri manusia juga ada NILAI-NILAI KEBAIKAN yang dibawa oleh RUH dan AMANAH 7.
Ingat, AHWA adalah perbuatan atau tindakan yang berasal dari sifat-sifat alamiah jasmani yang berasal dari alam yang jika sampai manusia melakukannya maka manusia tersebut dikatakan telah mengikuti atau mempertuhankan HAWA NAFSU sedangkan SYAITAN adalah makhluk GHAIB yang sudah mendapatkan izin dan restu dari ALLAH SWT untuk menggoda dan merayu manusia untuk berbuat kejahatan dan/atau melakukan tindakan di luar NILAI-NILAI KEBAIKAN.
Di lain sisi kita
harus dapat mempertahankan KEFITRAHAN RUH dan AMANAH 7 yang ada di dalam diri
kita. Jika saat ini kita masih hidup maka saat ini kita akan dihadapkan dengan
tarik menarik antara JASMANI dengan RUHANI, JASMANI akan menarik manusia untuk berbuat
dalam koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN sedangkan RUHANI akan menarik manusia untuk
berbuat dalam koridor NILAI-NILAI KEBAIKAN. Ditengah adanya tarik menarik
antara RUHANI dengan JASMANI, SYAITANpun ikut berpartisipasi atau ikut nimbrung
mempengaruhi manusia dalam rangka
menjerumuskan manusia keluar dari NILAI-NILAI KEBAIKAN.
Selanjutnya coba kita
bayangkan jika kita tidak diberikan oleh ALLAH SWT sebuah KONSEP ILAHIAH yang
berisi TUNTUTAN dan PETUNJUK serta PEDOMAN dalam rangka KEKHALIFAHAN di muka bumi,
apa yang dapat kita perbuat atau apa yang dapat kita jadikan pegangan atau apa
yang dapat kita jadikan kompas atau acuan di dalam melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH jika di dalam diri kita sendiri saja sudah ada sebuah ketentuan yang
seperti itu yaitu adanya AHWA dan adanya SYAITAN?
Disinilah letak
pentingnya AD DIIN atau DIINUL ISLAM bagi MANUSIA sehingga dengan adanya DIINUL ISLAM yang berasal
dari ALLAH SWT sangatlah berguna bagi MANUSIA di dalam menjalankan tugas
sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya di lain sisi ALLAH SWT dalam
firmannya dalam surat Ali Imran (3) ayat 110 di bawah ini menerangkan bahwa
diri kita atau manusia adalah makhluk
yang terbaik yang diciptakan oleh ALLAH SWT.
Sebagai makhluk/umat yang terbaik yang diciptakan oleh ALLAH SWT tentu kita diharuskan untuk kembali kepada tempat yang terbaik pula, dalam hal ini adalah SYURGA. Akan tetapi apakah hal ini dapat terwujud dengan mudah jika dalam diri manusia sendiri sudah ada AHWA dan sudah ada SYAITAN yang selalu mengganggu dan menggoda manusia? Jawabannya pasti yaitu belum tentu dengan mudah mendapatkan SYURGA karena AHWA dan apalagi SYAITAN tidak akan menyerah di dalam menjalankan MISI yang telah direstui oleh ALLAH SWT.
Sebagai makhluk/umat yang terbaik yang diciptakan oleh ALLAH SWT tentu kita diharuskan untuk kembali kepada tempat yang terbaik pula, dalam hal ini adalah SYURGA. Akan tetapi apakah hal ini dapat terwujud dengan mudah jika dalam diri manusia sendiri sudah ada AHWA dan sudah ada SYAITAN yang selalu mengganggu dan menggoda manusia? Jawabannya pasti yaitu belum tentu dengan mudah mendapatkan SYURGA karena AHWA dan apalagi SYAITAN tidak akan menyerah di dalam menjalankan MISI yang telah direstui oleh ALLAH SWT.
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.
(surat Ali Imran (3) ayat 110)
Selanjutnya untuk
dapat memenangkan diri kita dalam hal ini RUHANI dan AMANAH7 dari pengaruh AHWA
dan juga dari pengaruh SYAITAN dan/atau mengembalikan serta mempertahankan
KEFITRAHAN diri kita sebagai makhluk atau umat yang terbaik yang diciptakan
oleh ALLAH SWT, apa yang harus kita
perbuat? Jawaban dari pertayaan ini ada pada surat Ali Imran (3) ayat 112 di
bawah ini. ALLAH SWT memerintahkan
kepada manusia atau kepada diri kita untuk selalu berpegang teguh kepada TALI
AGAMA ALLAH SWT yaitu AD DIIN atau DIINUL ISLAM dalam keadaan apapun dan dalam
kondisi apapun.
mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia[218], dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang
demikian itu[219] karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para
Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu[220] disebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas.
(surat Ali Imran (3) ayat 112)
[218] Maksudnya: perlindungan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran dan
perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Islam atas mereka.
[219] Yakni: ditimpa kehinaan, kerendahan, dan kemurkaan dari Allah.
[220] Yakni: kekafiran dan pembunuhan atas Para
nabi-nabi.
Selanjutnya setelah kita berpegangan dengan tali AD DIIN atau DIINUL ISLAM secara teguh, apa
yang dapat kita peroleh dari menjalankan fungsi sebagai KHALIFAH di muka bumi?
Dalam surat Al Israa' (17) ayat 79-80 di bawah ini, ALLAH SWT memberikan
jawabannya.
dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat
yang Terpuji.
dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang
benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah
kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong[866].
(surat
Al Israa' (17) ayat 79-80)
[866] Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita
memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dan penuh
keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. ayat
ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. dan
ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki
kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik
pula.
ALLAH
SWT akan mengangkat dan/atau mengembalikan diri kita ke tempat yang terpuji
yaitu SYURGA dan/atau menempatkan diri kita ke tempat yang terpuji pula, dengan
demikian jika kita melaksanakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang sesuai dengan
KEHENDAK ALLAH SWT maka kita akan pulang kampung dengan cara terhormat dan
dihormati sesuai dengan RENCANA AWAL ALLAH SWT sewaktu menciptakan MANUSIA
sebagai makhluk yang sudah ditempatkan lebih baik dari apa-apa yang ada di bumi
dan/atau sudah sejak awal diciptakan sebagai makhluk terhormat di muka bumi
terkecuali memang diri kita sendiri yang memilih sendiri untuk pulang ke
kampung lainnya yaitu KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN bersama SYAITAN/IBLIS
dan JIN.
Hal yang perlu kita perhatikan adalah jika JIN/SYAITAN/IBLIS pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM memang disanalah kampung halamannya, sebab API akan kembali ke API jadi bukanlah menjadi sebuah persoalan bagi JIN/IBLIS/SYAITAN kembali ke API, yang menjadi persolan adalah jika kita pulang kampung bersama JIN/IBLIS/SYAITAN ke NERAKA JAHANNAM.
Hal yang perlu kita perhatikan adalah jika JIN/SYAITAN/IBLIS pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM memang disanalah kampung halamannya, sebab API akan kembali ke API jadi bukanlah menjadi sebuah persoalan bagi JIN/IBLIS/SYAITAN kembali ke API, yang menjadi persolan adalah jika kita pulang kampung bersama JIN/IBLIS/SYAITAN ke NERAKA JAHANNAM.
2. MENDAPAT PERTOLONGAN dari
BAHAYA
Maukah kita ditolong
atau mendapatkan pertolongan dari PEMILIK dan PENCIPTA langit dan bumi? Rasanya
tidak satupun orang yang tidak mau ditolong oleh ALLAH SWT. Selanjutnya apakah
pertolongan dari ALLAH SWT dapat begitu saja diberikan kepada hambanya? ALLAH
SWT berdasarkan surat Luqman (31) ayat 32 dan surat Yunus (10) ayat 22 di bawah
ini menerangkan jika kita selalu memurnikan ketaatan hanya kepada ALLAH SWT
saja dengan melaksanakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM maka kita akan memperoleh
PERTOLONGAN dari BAHAYA yang mengancam dimanapun kita berada dan kapan pun
kita meminta.
dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus[1186]. dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
(surat Luqman (31)
ayat 32)
[1186] Yang dimaksud dengan jalan yang Lurus Ialah:
mengakui ke-esaan Allah.
ALLAH SWT dalam firmannya mencontohkan kepada kita tentang pertolongan yang diberikan ALLAH SWT kepada umatnya pada saat terjadi bahaya mengancam di tengah lautan luas. Ini berarti ALLAH SWT di dalam menolong dan/atau memberikan pertolongan kepada umatnya atau kepada KHALIFAH-NYA termasuk kepada diri kita, tidak memandang tempat kejadian atau ALLAH SWT akan menolong umatnya dimanapun ia berada sepanjang umat tersebut meminta pertolongan kepada ALLAH SWT secara ikhlas.
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di
daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera,
dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan
tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai,
dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa
mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata):
"Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah
Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur".
(surat Yunus (10) ayat
22)
Hal yang harus kita jadikan pedoman dan dijadikan pembelajaran adalah setelah mendapatkan pertolongan dari ALLAH SWT janganlah seperti orang yang dicontohkan ALLAH SWT dalam surat Yunus (10) ayat 23 di bawah ini yaitu sebelum mendapatkan pertolongan manusia begitu mengagungkan serta berpegang teguh kepada AD DIIN atau DIINUL ISLAM, akan tetapi setelah mendapatkan pertolongan ia merasa seperti tidak pernah di tolong oleh ALLAH SWT atau malah berbuat kezhaliman. Jika kita berbuat seperti itu maka berlakulah pepatah "SUSU dibalas dengan AIR TUBA". Sekarang pantaskah dan patutkah kita berbuat seperti itu kepada ALLAH SWT yang telah menciptakan diri kita?
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(surat Yunus (10) ayat 23)
Selanjutnya bagaimana jika kita tidak mau berpegangan dengan tali AD DIIN
atau DIINUL ISLAM secara ikhlas serta dalam ketaatan yang penuh kepada ALLAH
SWT? Ini berarti kita telah menyianyiakan fasilitas dan kemudahan yang telah
ALLAH SWT sediakan dan peruntukkan kepada KHALIFAH-NYA di muka bumi seperti
halnya kita membuang dan tidak memperdulikan lagi kartu garansi yang telah kita
terima dari produsen mobil. ALLAH SWT mempunyai banyak cara dan methode di
dalam menghukum atau mengazab hambanya yang tidak mau menjalankan AD DIIN atau
DIINUL ISLAM.
Salah satu bentuk hukuman yang ALLAH SWT berikan adalah dengan memberikan kepada hambanya apa yang dinamakan dengan KENIKMATAN HIDUP DUNIAWI semata sedangkan kesempatan untuk mendapatkan kenikmatan hidup di akhirat dihilangkan atau ditiadakan oleh ALLAH SWT atau ALLAH SWT tidak akan memberikan kesempatan bagi makhluknya untuk pulang kampung ke SYURGA untuk bertemu dengan ALLAH SWT.
Salah satu bentuk hukuman yang ALLAH SWT berikan adalah dengan memberikan kepada hambanya apa yang dinamakan dengan KENIKMATAN HIDUP DUNIAWI semata sedangkan kesempatan untuk mendapatkan kenikmatan hidup di akhirat dihilangkan atau ditiadakan oleh ALLAH SWT atau ALLAH SWT tidak akan memberikan kesempatan bagi makhluknya untuk pulang kampung ke SYURGA untuk bertemu dengan ALLAH SWT.
3. BENTENG dari SYAITAN
IBLIS/SYAITAN sudah lebih dahulu ada sebelum kita dilahirkan oleh ibu
kita. IBLIS/JIN/SYAITAN semenjak di usir dan dilaknat oleh ALLAH SWT sampai
dengan hari kiamat, hanya mempunyai satu
pekerjaan yaitu menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan melalui
berbagai macam cara, melalui berbagai macam sarana, upaya, tanpa mengenal batas
usia dan latar belakang, tanpa pandang bulu semuanya akan dirayu dan akan
digoda untuk berbuat di luar koridor NILAI-NILAI ILAHIAH. IBLIS/JIN/SYAITAN
tidak ridha, tidak suka, sangat membenci, sangat mengutuk, jika sampai manusia
pulang kampung ke negeri SYURGA.
Ingat, apa yang diperbuat, apa yang dilakukan oleh IBLIS/JIN/SYAITAN kepada MANUSIA pada intinya tidak lain dalam rangka melaksanakan misi atau pekerjaan yang telah diizinkan dan direstui oleh ALLAH SWT sehingga IBLIS/JIN/SYAITAN tidak dapat dipersalahkan di dalam menjalankan misi tersebut. ALLAH SWT memberikan izin dan restu kepada IBLIS/JIN/SYAITAN bukanlah tanpa ada maksud dan tujuannya. Adanya IBLIS/JIN/SYAITAN maka ALLAH SWT dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut kepada MANUSIA, yaitu:
Ingat, apa yang diperbuat, apa yang dilakukan oleh IBLIS/JIN/SYAITAN kepada MANUSIA pada intinya tidak lain dalam rangka melaksanakan misi atau pekerjaan yang telah diizinkan dan direstui oleh ALLAH SWT sehingga IBLIS/JIN/SYAITAN tidak dapat dipersalahkan di dalam menjalankan misi tersebut. ALLAH SWT memberikan izin dan restu kepada IBLIS/JIN/SYAITAN bukanlah tanpa ada maksud dan tujuannya. Adanya IBLIS/JIN/SYAITAN maka ALLAH SWT dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut kepada MANUSIA, yaitu:
1) ALLAH SWT bertindak ADIL atau
FAIRPLAY dalam rangka mengisi SYURGA atau NERAKA.
2) ALLAH SWT dapat menseleksi MANUSIA yang pantas pulang ke SYURGA dan yang pantas pulang ke NERAKA.
3) ALLAH SWT dapat membedakan mana umatnya yang taat dan patuh dan mana umatnya yang ingkar kepada-NYA.
iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304].
(surat
Shaad (38) ayat 82-83)
[1304] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah
orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan
perintah Allah s.w.t.
Sekarang
ALLAH SWT sudah memiliki dan mempunyai sebuah KETETAPAN dan KETENTUAN yang
berlaku bagi IBLIS/JIN/SYAITAN dan juga bagi MANUSIA. Ini dibuktikan dengan
adanya maklumat yang harus dilaksanakan MANUSIA yaitu melakukan PERMUSUHAN
ABADI dengan IBLIS/JIN/SYAITAN. Timbul pertanyaan masih berlakukah maklumat
perintah ini? Maklumat permusuhan abadi antara MANUSIA dengan IBLIS/JIN/SYAITAN
masih tetap dan terus berlaku sampai tibanya hari kiamat.
Dengan demikian IBLIS/SYAITAN mulai saat ini sampai hari kiamat, akan terus melancarkan aksinya tanpa mengenal waktu untuk menyesatkan dan menjerumuskan manusia. Di lain sisi MANUSIApun wajib dengan siaga penuh untuk siap menghadapi IBLIS/JIN/SYAITAN sebab kondisi ini tidak dapat dihindarkan oleh MANUSIA apalagi musuh ini tidak nampak namun pengaruhnya sangat terasa. IBLIS/JIN/SYAITAN sebagai MUSUH tentu tidak ada kamusnya senang atau gembira atau suka atau ikhlas, kepada MUSUHNYA jika musuhnya masuk SYURGA atau dapat mengalahkannya. Selanjutnya apa yang dapat kita perbuat, jika :
Dengan demikian IBLIS/SYAITAN mulai saat ini sampai hari kiamat, akan terus melancarkan aksinya tanpa mengenal waktu untuk menyesatkan dan menjerumuskan manusia. Di lain sisi MANUSIApun wajib dengan siaga penuh untuk siap menghadapi IBLIS/JIN/SYAITAN sebab kondisi ini tidak dapat dihindarkan oleh MANUSIA apalagi musuh ini tidak nampak namun pengaruhnya sangat terasa. IBLIS/JIN/SYAITAN sebagai MUSUH tentu tidak ada kamusnya senang atau gembira atau suka atau ikhlas, kepada MUSUHNYA jika musuhnya masuk SYURGA atau dapat mengalahkannya. Selanjutnya apa yang dapat kita perbuat, jika :
1) kita
ingin mengalahkan IBLIS/JIN/SYAITAN yang tidak nampak oleh mata kita, atau
2) kita
ingin terhindar dari bujukan dan rayuan IBLIS/JIN/SYAITAN, atau
3) kita
ingin pulang kampung ke SYURGA, atau
4) kita
ingin selalu berjalan di jalan yang lurus, atau
5) kita
tidak ingin disesatkan dan dijerumuskan oleh IBLIS/JIN/SYAITAN, atau
6) kita
tidak ingin PULANG BASAMO jo IBLIS/JIN/SYAITAN ke NERAKA JAHANNAM.
Di dalam kehidupan sehari-hari, jika kita ingin tidak tersesat, jika kita ingin selamat, jika kita ingin menempuh perjalanan yang sesuai dengan rute perjalanan, maka kita diwajibkan dan diharuskan untuk mematuhi RAMBU RAMBU LALU LINTAS. RAMBU RAMBU LALU LINTAS dibuat oleh KEPOLISIAN bukan untuk membahayakan dan/atau untuk mencelakakan pengguna jalan akan tetapi dalam rangka memberikan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Demikian pula ALLAH SWT dengan AD DIIN atau DIINUL ISLAM-NYA.
Adanya AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang diturunkan oleh ALLAH SWT kepada MANUSIA dan sepanjang MANUSIA melaksanakan dan menjalankan apa-apa yang tertuang di dalam AD DIIN atau DIINUL ISLAM maka KITA dapat terhindar dari bujuk dan rayuan yang menyesatkan dari IBLIS/JIN/SYAITAN atau DIRI KITA dapat memenangkan permusuhan abadi dengan IBLIS/JIN/ SYAITAN yang pada akhirnya akan menghantarkan diri kita ke SYURGA terkecuali jika kita memang ingin PULANG BASAMO IBLIS jo SYAITAN ke NERAKA JAHANNAM. Sekarang jika kita saat ini masih hidup dunia, pilihan untuk menjalankan dan melaksanakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM ada pada diri kita sendiri. ALLAH SWT tidak membutuhkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM demikian pula dengan IBLIS/JIN/SYAITAN juga tidak membutuhkan dan tidak memerlukan AD DIIN atau DIINUL ISLAM di dalam menjalankan aksinya secara MANTAP, TERKENDALI serta PROFESIONAL.
Selanjutnya ALLAH SWT memberikan pilihan kepada kita, apakah kita ingin tetap mempertahankan KEFITRAHAN diri yaitu sebagai MAKHLUK yang TERBAIK di mata ALLAH SWT atau kita ingin menjadikan diri kita sendiri sebagai MAKHLUK yang TERBAIK dan TERPUJI pula di mata IBLIS/JIN/SYAITAN. Selamat Memilih.
4. MEMENUHI JANJI KEPADA ALLAH SWT
Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita membuat sebuah perjanjian atau pernyataan, ini berarti para pihak telah bersepakat untuk saling melaksanakan hak dan kewajiban yang telah di atur dalam perjanjian tersebut. Sebuah perjanjian atau sebuah pernyataan akan dapat dikatakan sukses jika para pihak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan atau sesuai dengan apa telah dinyatakan. Dengan demikian, isi dari perjanjian atau isi dari pernyataan merupakan HUKUM yang berlaku dan/atau HUKUM yang harus di taati oleh para pihak yang sepakat dalam perjanjian atau pihak yang sepakat dengan sebuah pernyataan.
Sekarang bagaimana dengan perjanjian atau pernyataan yang telah dibuat oleh MANUSIA termasuk diri kita dan juga oleh ALLAH SWT setelah RUH ditiupkan ke dalam setiap jasad anak dan keturunan NABI ADAM as? Kondisi yang akan kemukakan juga berlaku kepada diri kita dan juga kepada ALLAH SWT sehingga baik ALLAH SWT maupun manusia termasuk diri kita wajib tunduk dan taat kepada HUKUM yang telah diperjanjikan yaitu HUKUM tentang KETUHANAN seperti yang diatur dalam surat Al A'raaf (7) ayat 172 di bawah ini.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(surat
Al A'raaf (7) ayat 172)
Menurut surat Al A'raaf (7) ayat
172 yang kami kemukakan di atas ini, terdapat beberapa ketentuan HUKUM tentang
KETUHAHAN yang harus kita perhatikan dengan seksama, yaitu:
1) ALLAH
SWT memberikan pernyataan kepada makhluk-NYA dalam hal ini manusia bahwa ALLAH
SWT adalah TUHAN bagi semesta alam, dengan demikian ALLAH SWT harus konsisten
dengan pernyataan-NYA sebagai TUHAN bagi semesta alam.
2) Manusia tanpa terkecuali termasuk diri kita sendiri, sepanjang ia adalah anak dari keturunan NABI ADAM as maka ia telah memberikan PERNYATAAN atau KONTRAK PERMANEN tentang KETUHANAN dengan menyatakan bahwa ALLAH SWTlah TUHANNYA, dengan demikian manusiapun harus tetap konsisten dengan kontrak permanennya.
3) Pernyataan atau kontrak permanen ini telah terjadi antara diri kita dan juga ALLAH SWT terjadi sesaat setelah RUH ditiupkan ke dalam jasad kita atau setiap orang sewaktu masih di dalam rahim ibu dan berlaku sampai dengan hari kiamat.
4) Para pihak yang terlibat di dalam pernyataan atau kontrak permanen tentang KETUHANAN bersifat INDIVIDUAL atau berlaku untuk masing-masing pribadi atau bukan pernyataan dalam arti GROUP/KAUM/UMAT baik itu ALLAH SWT maupun manusia.
Setelah adanya perjanjian atau pernyataan tentang KETUHANAN antara ALLAH SWT dan MANUSIA, maka para pihak harus dapat melaksanakan dan menjalankan HAK dan KEWAJIBANnya masing-masing yang sesuai dengan isi perjanjian atau kontrak permanen yang telah disepakati masing-masing pihak. Sekarang sanggupkah ALLAH SWT melaksanakan HAK dan KEWAJIBAN-NYA sebagai TUHAN bagi semesta ALAM atau INGKAR JANJIKAH ALLAH SWT dengan pernyataan-NYA tentang TUHAN bagi semesta alam?
ALLAH SWT dengan KEMAHAAN yang dimilikinya pasti sanggup melaksanakan HAK dan KEWAJIBAN-NYA sebagai TUHAN bagi seluruh alam dan pasti ALLAH SWT juga tidak akan pernah INGKAR JANJI dengan pernyataan-NYA sebagai TUHAN bagi semesta alam.Selanjutnya bagaimana dengan manusia atau diri kita?
Manusia atau diri kita yang telah terikat dengan KONTRAK PERMANEN dengan ALLAH SWT tentu harus melaksanakan dan menjalankan isi dari kontrak permanen tersebut secara konsekuen namun apakah sanggup diri kita atau manusia melaksanakannya? Jawabannya ada dua kemungkinan, yaitu ada manusia yang sanggup melaksananakan kontrak permanen dan ada manusia yang ingkar terhadap kontrak permanen yang telah dibuatnya.
Jika kita termasuk orang yang
sanggup melaksanakan kontrak permanen atau manusia yang berhasil memenuhi
janjinya kepada ALLAH SWT, maka kita harus terlebih dahulu melaksanakan HUKUM
yang termuat dan termaktub dalam perjanjian atau di dalam kontrak permanen
dimaksud. Sekarang HUKUM apakah yang dipergunakan dan/atau ketentuan apakah
yang dipergunakan oleh manusia atau diri kita di dalam melaksanakan isi
perjanjian dimaksud, apakah HUKUM dan KETENTUAN
manusia ataukah HUKUM dan KETENTUAN ALLAH SWT?
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT tentunya dalam posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan posisi ALLAH SWT sehingga HUKUM dan KETENTUAN yang dipakai bukan mempergunakan HUKUM dan KETENTUAN yang berasal dari manusia, akan tetapi HUKUM dan KETENTUAN yang berasal dari ALLAH SWTlah yang akan menjadi acuannya.
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT tentunya dalam posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan posisi ALLAH SWT sehingga HUKUM dan KETENTUAN yang dipakai bukan mempergunakan HUKUM dan KETENTUAN yang berasal dari manusia, akan tetapi HUKUM dan KETENTUAN yang berasal dari ALLAH SWTlah yang akan menjadi acuannya.
Untuk itulah ALLAH SWT
menciptakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang berasal dari FITRAH-NYA sendiri
sebagai patokan dan acuan bagi manusia atau diri kita di dalam memenuhi janji
atau melaksanakan isi dari kontrak permanen yang telah kita buat sewaktu masih
dalam rahim ibu. Selanjutnya apakah ALLAH SWT juga mempergunakan AD DIIN atau
DIINUL ISLAM di dalam memenuhi pernyataannya sebagai TUHAN bagi semesta alam?
ALLAH SWT tidak akan mempergunakan standard ganda di dalam melaksanakan pernyataan-NYA sebagai TUHAN bagi semesta alam, sehingga ALLAH SWT pun akan mempergunakan juga AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang diciptakan-NYA sendiri sebagai acuan di dalam melaksanakan isi dari perjanjian dan/atau di dalam melaksanakan pernyataan-NYA tentang TUHAN bagi semesta alam.
Adanya kesamaan patokan dan acuan antara ALLAH SWT dengan manusia atau diri kita di dalam melaksanakan KONTRAK PERMANEN maka akan terjadi kesamaan persepsi di dalam melaksanakan isi dan perjanjian dan/atau akan terjadi keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara ALLAH SWT dengan MANUSIA atau dengan diri kita.
ALLAH SWT tidak akan mempergunakan standard ganda di dalam melaksanakan pernyataan-NYA sebagai TUHAN bagi semesta alam, sehingga ALLAH SWT pun akan mempergunakan juga AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang diciptakan-NYA sendiri sebagai acuan di dalam melaksanakan isi dari perjanjian dan/atau di dalam melaksanakan pernyataan-NYA tentang TUHAN bagi semesta alam.
Adanya kesamaan patokan dan acuan antara ALLAH SWT dengan manusia atau diri kita di dalam melaksanakan KONTRAK PERMANEN maka akan terjadi kesamaan persepsi di dalam melaksanakan isi dan perjanjian dan/atau akan terjadi keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara ALLAH SWT dengan MANUSIA atau dengan diri kita.
AD DIIN atau DIINUL
ISLAM dapat dikatakan sebagai sarana atau jembatan penghubung bagi MANUSIA
untuk berkomunikasi dengan ALLAH SWT
sebagai PEMILIK dan PENCIPTA langit dan bumi termasuk diri kita sendiri
dan/atau
AD DIIN atau DIINUL
ISLAM adalah sarana bagi masing-masing pihak melaksanakan hak dan kewajibannya
dan/atau sarana bagi masing-masing pihak melaksanakan janjinya.
Selanjutnya
bagaimana jika kita tidak dapat memenuhi janji atau ingkar janji kepada ALLAH
SWT? Di dalam perjanjian biasanya di atur, jika salah satu pihak tidak dapat
melaksanakan butir-butir kesepakatan maka pihak lainnya dapat tidak melakukan
apa-apa yang telah disepakatinya pula. ALLAH SWT akan melakukan hal yang sama
jika manusia atau diri kita ingkar janji, yaitu ALLAH SWT tidak akan melaksanakan
kewajiban-NYA sebagai TUHAN bagi umat-NYA tersebut atau kepada diri kita
dan/atau ALLAH SWT lepas tangan kepada manusia atau kepada diri kita dan/atau
ALLAH SWT tidak bersedia menjadi PEMELIHARA, PENJAMIN, PELINDUNG,
PENGAWAS, bagi diri kita dan kita
dipersilahkan mencari TUHAN selain daripada ALLAH SWT.
5.
SUPAYA REZEKI DIMURAHKAN dan DIMUDAHKAN
Untuk dapat
melaksanakan dan mensukseskan misi sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi, tentu
kita membutuhkan apa yang dinamakan dengan REZEKI. Selanjutnya apakah itu
REZEKI? REZEKI adalah:
1)
apa-apa yang telah habis di
makan.
2)
apa-apa yang telah habis
dipergunakan atau dipakai.
3)
apa-apa yang telah habis
diinfaqkan.
REZEKI jika dilihat
dari definisi "apa-apa yang telah habis dimakan" dan "apa-apa
yang telah habis dipergunakan atau/habis dipakai", merupakan REZEKI
dalam rangka pemenuhan akan kebutuhan JASMANI sedangkan terhadap pemenuhan akan
kebutuhan RUHANI terdapat pada definisi "apa-apa yang telah habis
diinfaqkan".
Adanya definisi seperti yang kami kemukakan di atas, hal ini sudah sesuai dengan FITRAH MANUSIA yang terdiri dari JASMANI dan RUHANI. Sekarang jika kita saat ini masih hidup, pasti kita membutuhkan REZEKI dalam rangka memenuhi kebutuhan JASMANI dan memenuhi kebutuhan RUHANI. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan dengan adanya definisi REZEKI yang kami sebutkan di atas? Sebelum membahas tentang REZEKI, perkenankan kami memberikan batasan-batasan atau acuan dasar tentang REZEKI dimaksud, yaitu:
Adanya definisi seperti yang kami kemukakan di atas, hal ini sudah sesuai dengan FITRAH MANUSIA yang terdiri dari JASMANI dan RUHANI. Sekarang jika kita saat ini masih hidup, pasti kita membutuhkan REZEKI dalam rangka memenuhi kebutuhan JASMANI dan memenuhi kebutuhan RUHANI. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan dengan adanya definisi REZEKI yang kami sebutkan di atas? Sebelum membahas tentang REZEKI, perkenankan kami memberikan batasan-batasan atau acuan dasar tentang REZEKI dimaksud, yaitu:
1) Di dalam memenuhi REZEKI atas
JASMANI, maka kita diharuskan untuk memenuhi syarat dan ketentuan sebagai
berikut:
a)
Makanan dan Minuman yang
dikonsumsi wajib memenuhi kriteria HALAL.
b) Makanan dan Minuman wajib memenuhi kriteria BAIK atau memenuhi ketentuan ukuran tertentu, dalam hali ini kebutuhan akan gizi.
c) Makanan dan Minuman wajib dibacakan BASMALLAH sebelum di konsumsi.
d) Membaca DOA dalam rangka menyempurnakan dan/atau menghilangkan dan/atau meniadakan hal-hal yang tidak memenuhi kriteria HALAL dan BAIK.
e) Jangan mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebih-lebihan, untuk itu makanlah sebelum lapar berhenti sebelum kenyang.
2) REZEKI
yang berhubungan dengan JASMANI sudah dijamin oleh ALLAH SWT sedangkan REZEKI
yang berhubungan dengan RUHANI tidak dijamin oleh ALLAH SWT sehingga diri kitalah sendiri yang
menentukan besar kecilnya saldo atas REZEKI RUHANI ini.
3) IBLIS/SYAITAN
juga mempunyai REZEKI yang khusus untuk
dirinya sendiri. Untuk mempertegas REZEKInya sendiri maka IBLIS/SYAITAN meminta langsung kepada ALLAH SWT tentang rezekinya, selanjutnya
seperti apakah REZEKI dari IBLIS/SYAITAN itu? Jawabannya ada pada hadits qudsi
yang kami kemukakan di bawah ini.
Ibnu
Abbas ra. berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Berkata Iblis:
Ya, Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezekinya, maka manakah
rezekiku. ALLAH berfirman: Rezekimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku
padanya.
(HQR
Abussyekkh, 272:259)
Hadits di atas ini
menerangkan bahwa REZEKI dari IBLIS/SYAITAN adalah apa-apa yang di konsumsi
oleh manusia baik makanan dan minuman yang tidak dibacakan nama ALLAH SWT
padanya. Untuk itu jangan sampai kita yang makan dan minum akan tetapi
IBLIS/SYAITAN yang menikmati hasil dari makanan dan minuman yang kita konsumsi
dan/atau kita yang makan dan minum malah IBLIS/SYAITAN yang gemuk sedangkan
kita yang kurus.
Sekarang setelah
menjadi KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita mencari REZEKI dengan baik dan
benar atau secara pantas dan patut atau
secara patut dan pantas berdasarkan kacamata
ALLAH SWT, dalam rangka memenuhi kebutuhan JASMANI dan kebutuhan RUHANI?
Sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi, maka kita tidak diperkenankan untuk
mencari REZEKI melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA PEMBERI
REZEKI.
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh
jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang.
(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat An Nuur (24)
ayat 37-38)
Berdasarkan
surat An Nuur (24) ayat 37-38 di atas ini, ALLAH SWT menerangkan bahwa ALLAH
SWT akan memberikan kepada manusia atau kepada diri kita tambahan KARUNIA dan
kemudahan untuk mendapatkan dan memperoleh REZEKI kepada siapa yang
dikehendaki-NYA tanpa batas, sepanjang kita melaksanakan dan menjalankan AD
DIIN atau DIINUL ISLAM yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT seperti mendirikan
shalat, membayarkan zakat, beriman kepada hari akhir dst.
Selanjutnya tahukah pembaca, REZEKI yang seperti apakah yang akan diberikan oleh ALLAH SWT kepada umatnya yang menjalankan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang sesuai dengan KEHENDAKNYA?
Selanjutnya tahukah pembaca, REZEKI yang seperti apakah yang akan diberikan oleh ALLAH SWT kepada umatnya yang menjalankan AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang sesuai dengan KEHENDAKNYA?
Sesungguhnya Tuhanmu
melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya;
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hambanyaNya. Dan
janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar.
(surat Al Israa' (17) ayat 30-31)
Menurut Hadits Qudsi: ALLAH
SWT berfirman kepada para Malaikat yang diserahi urusan rizqi bani Adam:
"Hamba manapun yang kamu dapati yang cita-citanya hanya satu (yaitu
semata-mata untuk akhirat), jaminlah rizqinya di langit dan di bumi. Dan hamba
manapun yang kamu dapati mencari rizqinya dengan jujur karena berhati-hati
mencari keadilan, berilah dia rizqi yang baik, dan mudahkanlah baginya. Dan
jika ia telah melampaui batas kepada selain itu, biarkanlah dia sendiri
mengusahakan apa yang dikehendakinya. Kemudian dia tidak akan mencapai lebih
dari apa yang Aku tetapkan untuknya.
(HQR Abu Naim dari Abu
Hurairah r.a)
Jika
kita mengacu kepada pengertian REZEKI yang kami kemukakan di atas serta surat
Al Israa' (17) ayat 30-31, maka ALLAH SWT tidak memberikan REZEKI untuk
kebutuhan JASMANI manusia akan tetapi ALLAH SWT memberikan JAMINAN REZEKI bagi
kebutuhan JASMANI manusia dan ALLAH SWT sekali-kali tidak akan memberikan
REZEKI untuk kebutuhan RUHANI manusia. Jika ini adalah kondisinya, maka REZEKI
yang seperti apakah yang akan ALLAH SWT murahkan dan mudahkan kepada manusia
yang menjalankan AD DIIN? ALLAH SWT mempunyai pengertian lain dari REZEKI yaitu
apa yang dinamakan dengan REZEKI MATERIIL dan REZEKI IMMATERIIL.
Selanjutnya apakah yang dimaksud dengan REZEKI MATERIIL dan REZEKI IMMATERIIL itu menurut kaca mata ALLAH SWT? REZEKI MATERIIL adalah REZEKI yang dapat dihitung atau dapat dikalkulasi dalam bentuk mata uang ataupun dalam bentuk sesuatu yang mempunyai nilai tertentu seperti emas atau perak, yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan JASMANI atau RUHANI dan/atau dapat dibelanjakan untuk kepentingan JASMANI atau RUHANI. Sekarang apakah yang dimaksud dengan REZEKI IMMATERIIL itu?
REZEKI IMMATERIIL adalah REZEKI yang khusus diberikan oleh ALLAH SWT kepada hamba_NYA yang sukses melaksanakan dan menjalankan AD DIIN atau DIINUL ISLAM dalam bentuk dan/atau dalam rupa yang tidak dapat dikalkulasi dalam mata uang tertentu namun mempunyai nilai yang sangat tinggi dibandingkan dengan uang, emas ataupun perak. Seperti apakah REZEKI IMMATERIIL yang akan diberikan ALLAH SWT kepada hamba-NYA yang telah sukses menjalankan AD DIIN, itu:
Selanjutnya apakah yang dimaksud dengan REZEKI MATERIIL dan REZEKI IMMATERIIL itu menurut kaca mata ALLAH SWT? REZEKI MATERIIL adalah REZEKI yang dapat dihitung atau dapat dikalkulasi dalam bentuk mata uang ataupun dalam bentuk sesuatu yang mempunyai nilai tertentu seperti emas atau perak, yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan JASMANI atau RUHANI dan/atau dapat dibelanjakan untuk kepentingan JASMANI atau RUHANI. Sekarang apakah yang dimaksud dengan REZEKI IMMATERIIL itu?
REZEKI IMMATERIIL adalah REZEKI yang khusus diberikan oleh ALLAH SWT kepada hamba_NYA yang sukses melaksanakan dan menjalankan AD DIIN atau DIINUL ISLAM dalam bentuk dan/atau dalam rupa yang tidak dapat dikalkulasi dalam mata uang tertentu namun mempunyai nilai yang sangat tinggi dibandingkan dengan uang, emas ataupun perak. Seperti apakah REZEKI IMMATERIIL yang akan diberikan ALLAH SWT kepada hamba-NYA yang telah sukses menjalankan AD DIIN, itu:
1) Diberikannya
kesehatan yang selalu prima kepada diri kita termasuk kepada anak dan keturunan
kita.
2) Diberikannya kemudahan dan pemahaman yang lebih atas apa-apa yang kita pelajari atau dimudahkannya kita mendapatkan atau memperoleh ilmu yang berasal dari ALLAH SWT melalui firasat, ilham maupun maunah.
3) Dianugerahkannya kepada kita keluaga, anak dan keturunan yang baik, pintar, berbakti, shaleh dan shalehah.
4) Diberikannya umur panjang (bukan usia panjang) dikarenakan amal dan perbuatan baik yang kita lakukan.
5) Diberikannya kepada kita keluarga SAKINAH yang penuh rasa sayang di antara sesama anggota keluarga.
6) Selalu diberikan kemudahan dan perlindungan di dalam setiap melakukan aktivitas.
7) Terhindarnya diri kita dari prasangka buruk, tipu daya, niat jahat, niat busuk maupun fitnah.
8) Diberikannya kalam atau ucapan sebagai sebuah kelebihan dan dengan kelebihan itu memudahkan kita melakukan sebuah aktivitas.
9) Dan
lain sebagainya.
Selanjutnya,
coba anda bandingkan antara REZEKI IMMATERIIL yang berasal dari ALLAH SWT
dengan apa yang dapat kita peroleh melalui REZEKI MATERIIL, yang akan kami
kemukakan di bawah ini:
WHAT MONEY CAN BUY (MONEY IS NOT
EVERYTHING):
A Bed but not
Sleep; Books but not Brains;
Food but not
Appetite; Finery but not Beauty;
A House but not
Home; Medicine but not Health;
Luxuries but not
Culture; Amusement but not Happiness;
Religion but not
Salvation.
A Clock but not
Time; Position but not Resfect
Timbul pertanyaan, REZEKI yang manakah yang akan kita cari dalam kehidupan dunia ini dan/atau saat kita menjadi KHALIFAH di muka bumi, yaitu:
1) apakah
REZEKI yang berbentuk MATERIIL saja yang kita cari, atau
2) apakah
REZEKI yang berbentuk IMMATERIIL saja yang kita cari.
Jika
kita selalu berupaya mencari REZEKI yang berbentuk MATERIIL saja, maka hasilnya
belum tentu kita dapat menghasilkan dan/atau menjadikan diri kita memperoleh
REZEKI dalam bentuk IMMATERIIL dan/atau dimudahkan dan dimurahkan oleh ALLAH
SWT untuk mendapatkan REZEKI IMMATERIIL, sebab di dalam mencari REZEKI MATERIIL
akan terdapat 3 (tiga) hal yang akan terjadi pada diri setiap manusia, yaitu:
1) SYAITAN
akan turut mempengaruhi manusia di dalam mencari REZEKI MATERIIL dan/atau
2) AHWA akan turut mempengaruhi manusia di dalam mencari REZEKI MATERIIL dan/atau
3) ALLAH SWT turut pula mempengaruhi manusia di dalam mencari REZEKI MATERIIL.
Hal
yang harus menjadi perhatian bagi kita adalah apabila sampai SYAITAN ataupun AHWA ataupun
kedua-duanya yaitu SYAITAN dan AHWA mempengaruhi MANUSIA di dalam mencari
REZEKI MATERIIL maka ALLAH SWT akan
lepas tangan dengan apa yang kita perbuat di dalam mencari REZEKI MATERIIL.
Untuk itu lihatlah orang yang mencari REZEKI MATERIIL yang telah dipengaruhi oleh SYAITAN, biasanya orang tersebut sering menghalalkan segala cara yang penting uang, jabatan, kedudukan di dapat sedangkan orang yang mencari REZEKI MATERIIL tetapi telah dipengaruhi oleh AHWAnya, biasanya orang tersebut setelah mendapatkankan REZEKI MATERIIL ia akan susah mengeluarkan HAK ALLAH SWT yang melekat di dalam REZEKI yang diperolehnya atau REZEKI MATERIIL yang diperolehnya hanya untuk kepentingan ia sendiri. Akan tetapi jika kita berupaya untuk selalu mencari REZEKI dalam bentuk IMMATERIIL maka kita akan memperoleh dan memperoleh REZEKI dalam bentuk MATERIIL dengan beberapa kemungkinan, yaitu:
Untuk itu lihatlah orang yang mencari REZEKI MATERIIL yang telah dipengaruhi oleh SYAITAN, biasanya orang tersebut sering menghalalkan segala cara yang penting uang, jabatan, kedudukan di dapat sedangkan orang yang mencari REZEKI MATERIIL tetapi telah dipengaruhi oleh AHWAnya, biasanya orang tersebut setelah mendapatkankan REZEKI MATERIIL ia akan susah mengeluarkan HAK ALLAH SWT yang melekat di dalam REZEKI yang diperolehnya atau REZEKI MATERIIL yang diperolehnya hanya untuk kepentingan ia sendiri. Akan tetapi jika kita berupaya untuk selalu mencari REZEKI dalam bentuk IMMATERIIL maka kita akan memperoleh dan memperoleh REZEKI dalam bentuk MATERIIL dengan beberapa kemungkinan, yaitu:
1) Kemungkinan
pertama, REZEKI yang kita dapatkan dalam bentuk MATERIIL jumlahnya kecil namun
dapat mencukupi segala kebutuhan hidup atau KECIL REZEKI MATERIILnya namun KEBERKAHAN
kita peroleh.
2) Kemungkinan kedua, REZEKI yang kita dapatkan dalam bentuk MATERIIL jumlahnya besar dan bertambah dari waktu ke waktu atau BESAR dan juga membawa keberkahan.
3) Kemungkinan ketiga, Orang yang memperoleh REZEKI dalam bentuk IMMATERIIL tidak mungkin tidak memperoleh REZEKI dalam bentuk MATERIIL.
Untuk itu lihatlah orang yang telah memperoleh REZEKI IMMATERIIL yang dibelakangnya ada ALLAH SWT, maka :
1) orang
tersebut akan mudah memberikan serta
mudah berbagi REZEKI yang diperolehnya kepada sesama dan/atau
2) menjadikan orang tersebut menjadi orang yang dermawan dan/atau
3) orang yang mudah mengeluarkan HAK ALLAH SWT yang melekat di dalam REZEKI MATERIIL yang diperolehnya melalui ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH maupun JARIAH
sehingga
orang tersebut selain dapat mengumpulkan REZEKI bagi RUHANInya sebagai bekal
untuk pulang kampung ke SYURGA dan orang tersebut juga dapat membiayai REZEKI
bagi JASMANInya.
Sekarang pilihan untuk mencari REZEKI ada pada tangan kita sendiri, ALLAH SWT hanya menunjukkan jalan dan/atau hanya menunjukkan hasil akhir yang dapat kita peroleh dari upaya mencari REZEKI sebab di lain sisi kitapun harus waspada dengan IBLIS/SYAITAN sebab ia juga mengincar dan menginginkan REZEKI yang kita peroleh termasuk di dalamnya IBLIS/SYAITAN akan mempengaruhi kita di dalam cara-cara memperoleh REZEKI dan juga AHWA yang mempunyai sifat KIKIR, BAKHIL, PELIT yang selalu menyuruh manusia hanya mementingkan diri sendiri. Tidak ada cara lain yan paling baik selain berpedoman kepada AD DIIN atau DIINUL ISLAM dalam mencari REZEKI sebab ALLAH SWT akan memudahkan dan melapangkan manusia mencari REZEKI baik yang berbentuk MATERIIL maupun IMMATERIIL.
Sekarang pilihan untuk mencari REZEKI ada pada tangan kita sendiri, ALLAH SWT hanya menunjukkan jalan dan/atau hanya menunjukkan hasil akhir yang dapat kita peroleh dari upaya mencari REZEKI sebab di lain sisi kitapun harus waspada dengan IBLIS/SYAITAN sebab ia juga mengincar dan menginginkan REZEKI yang kita peroleh termasuk di dalamnya IBLIS/SYAITAN akan mempengaruhi kita di dalam cara-cara memperoleh REZEKI dan juga AHWA yang mempunyai sifat KIKIR, BAKHIL, PELIT yang selalu menyuruh manusia hanya mementingkan diri sendiri. Tidak ada cara lain yan paling baik selain berpedoman kepada AD DIIN atau DIINUL ISLAM dalam mencari REZEKI sebab ALLAH SWT akan memudahkan dan melapangkan manusia mencari REZEKI baik yang berbentuk MATERIIL maupun IMMATERIIL.
6. OBAT SUKA dan DUKA
ALLAH SWT dalam
firmannya dalam surat Yunus (10) ayat 57 di bawah ini menerangkan bahwa ALLAH
SWT telah menurunkan pelajaran dan pengajaran bagi hamba-NYA, dalam hal ini
adalah DIINUL ISLAM, dimana dalam
pelajaran dan pengajaran tersebut akan
dapat menjadi penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia,
petunjuk dan juga rahmat bagi orang-orang yang mau menerima pengajaran itu
sesuai dengan kehendak-NYA. Selanjutnya apakah penyakit yang ada di dalam
rongga dada manusia itu dan/atau penyakit yang bersarang di dalam HATI RUHANI
manusia itu?
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(surat
Yunus (10) ayat 57)
Penyakit-penyakit yang terdapat di dalam rongga dada manusia atau yang bersarang di dalam HATI RUHANI manusia dapat kami kemukakan sebagai berikut:
1) Penyakit
RESAH dan GELISAH.
2) Penyakit
TAKUT dan WAS-WAS.
3) Penyakit
STRESS.
4) Penyakit
TIDAK PERCAYA DIRI
5) Penyakit
MOTIVASI RENDAH.
6) Penyakit
PIKIRAN BUNTU.
7) Penyakit
SEDIH HATI
Timbulnya penyakit di
dalam rongga dada manusia atau penyakit yang terdapat dalam HATI RUHANI manusia
dapat disebabkan oleh :
1) RUH dan AMANAH 7 sudah tidak
sanggup lagi melakukan reaksi atas
apa-apa yang dihadapinya dalam hal ini adalah akibat dari perbuatan JASMANI
atau AHWA dan/atau
2) RUH dan AMANAH 7 sudah tidak berdaya menghadapi apa-apa yang dilakukan oleh JASMANI atau AHWA termasuk juga dengan SYAITAN dan/atau
3) RUH dan AMANAH 7 mengalami kekurangan atau mengalami kemunduran kemampuan di dalam menghadapi perbuatan JASMANI atau AHWA termasuk juga dengan SYAITAN dan/atau
4) RUH dan AMANAH 7 telah putus hubungan dengan ALLAH SWT selaku pemilik dan pencipta daripada RUH dan AMANAH 7 itu sendiri.
Sehingga pada saat
terjadi benturan dan gejolak dalam diri, maka timbullah penyakit-penyakit yang
kami sebutkan di atas. Ini berarti bahwa sumber dari penyakit-penyakit yang
kami sebutkan di atas itu berasal dari rusaknya atau berkurangnya kemampuan
atau tidak berfungsinya dengan baik RUH dan AMANAH 7 di dalam diri manusia.
Timbul pertanyaan siapakah yang sanggup merawat, memperbaiki, mengobati, RUH
dan AMANAH 7 yang ada pada diri manusia?
Dunia kedokteran dengan kecanggihannya mungkin saja dapat menyembuhkan penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia dengan obat-obat tertentu. Namun sanggupkah dunia kedokteran mampu menyembuhkan penyebab dari penyakit-penyakit yang kami sebutkan di atas? Menurut pendapat kami, sampai kapanpun dunia kedokteran belum sanggup dan tidak akan mungkin sanggup mengobati penyebab dari penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia atau penyakit yang ada di dalam HATI RUHANI manusia, yaitu:
Dunia kedokteran dengan kecanggihannya mungkin saja dapat menyembuhkan penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia dengan obat-obat tertentu. Namun sanggupkah dunia kedokteran mampu menyembuhkan penyebab dari penyakit-penyakit yang kami sebutkan di atas? Menurut pendapat kami, sampai kapanpun dunia kedokteran belum sanggup dan tidak akan mungkin sanggup mengobati penyebab dari penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia atau penyakit yang ada di dalam HATI RUHANI manusia, yaitu:
1)
penyakit akibat dari tidak
berfungsinya RUH dan AMANAH 7 dengan baik atau,
2) penyakit akibat rusaknya RUH dan AMANAH 7 akibat pengaruh AHWA dan SYAITAN atau,
3) penyakit yang disebabkan RUH dan AMANAH 7 tidak bekerja sesuai dengan fitrahnya.
4) penyakit yang diakibatkan oleh RUH dan AMANAH 7 yang telah lepas hubungan dengan pemilik dan penciptanya.
Sekarang adakah obat
dari penyakit yang diderita RUH dan AMANAH 7 sebagai penyebab dari penyakit
yang terdapat dalam rongga dada manusia, dalam bentuk puyer, tablet, kaplet,
sirup, seperti kita menyembuhkan sakit
kepala dengan meminum obat sakit kepala?
Dan jika RUH dan AMANAH 7 memerlukan obat, perawatan dan pemeliharaan, kemana
kita harus mengobatinya? Jika kita mengacu kepada mobil yang kita miliki, kita
diharuskan menemui PABRIKAN atau menemui ATPM selaku perwakilan pabrikan
dan/atau meneliti dan menyesuaikan kembali kondisi mobil kita
dengan standard baku yang terdapat dalam BUKU MANUAL.
Jika mobil saja harus diberlakukan seperti itu, maka hal yang sama juga harus kita lakukan jika kita ingin memperbaiki, merawat, memelihara RUH dan AMANAH 7. RUH dan AMANAH 7 yang ada pada diri manusia asalnya dari ALLAH SWT dan diciptakan juga oleh ALLAH SWT, dengan demikian jika RUH dan AMANAH 7 yang kita miliki mengalami gangguan, kerusakan, memerlukan perawatan, memerlukan obat, maka kita diharuskan menemui pemilik dan pencipta dari RUH dan AMANAH 7 itu sendiri dalam hal ini adalah ALLAH SWT yaitu dengan mempergunakan dan/atau melalui perantaraan DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN BAKU yang harus kita laksanakan.
ALLAH SWT selaku pemilik dan pencipta dari RUH dan AMANAH 7 pasti bertanggungjawab terhadap ciptaannya, sekarang tergantung kita maukah menemui pemilik dan pencipta RUH dan AMANAH 7 dengan mempergunakan DIINUL ISLAM sehingga penyebab dari penyakit-penyakit yang ada di dalam rongga dada itu hilang atau disembuhkan ALLAH SWT. Selanjutnya timbul pertanyaan, kenapa kita harus mempergunakan DIINUL ISLAM untuk menyembuhkan dan/atau meniadakan penyebab dari penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia?
DIINUL ISLAM adalah FITRAH ALLAH SWT demikian pula dengan RUH dan AMANAH 7 adalah FITRAH ALLAH SWT dan jika FITRAH ALLAH SWT bertemu dengan FITRAH ALLAH SWT maka akan terjadilah keseseuaian dan keserasian serta keselarasan antar masing-masing FITRAH, ditambah kejadian itu dibawah dan dinanungi secara langsung oleh FITRAH ALLAH SWT yang MAHA BESAR. Ini berarti FITRAH yang kecil bersatu padu dengan FITRAH yang MAHA BESAR dan otomatis FITRAH yang kecil akan tertolong atau ditolong oleh FITRAH yang MAHA BESAR.
Jika mobil saja harus diberlakukan seperti itu, maka hal yang sama juga harus kita lakukan jika kita ingin memperbaiki, merawat, memelihara RUH dan AMANAH 7. RUH dan AMANAH 7 yang ada pada diri manusia asalnya dari ALLAH SWT dan diciptakan juga oleh ALLAH SWT, dengan demikian jika RUH dan AMANAH 7 yang kita miliki mengalami gangguan, kerusakan, memerlukan perawatan, memerlukan obat, maka kita diharuskan menemui pemilik dan pencipta dari RUH dan AMANAH 7 itu sendiri dalam hal ini adalah ALLAH SWT yaitu dengan mempergunakan dan/atau melalui perantaraan DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN BAKU yang harus kita laksanakan.
ALLAH SWT selaku pemilik dan pencipta dari RUH dan AMANAH 7 pasti bertanggungjawab terhadap ciptaannya, sekarang tergantung kita maukah menemui pemilik dan pencipta RUH dan AMANAH 7 dengan mempergunakan DIINUL ISLAM sehingga penyebab dari penyakit-penyakit yang ada di dalam rongga dada itu hilang atau disembuhkan ALLAH SWT. Selanjutnya timbul pertanyaan, kenapa kita harus mempergunakan DIINUL ISLAM untuk menyembuhkan dan/atau meniadakan penyebab dari penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia?
DIINUL ISLAM adalah FITRAH ALLAH SWT demikian pula dengan RUH dan AMANAH 7 adalah FITRAH ALLAH SWT dan jika FITRAH ALLAH SWT bertemu dengan FITRAH ALLAH SWT maka akan terjadilah keseseuaian dan keserasian serta keselarasan antar masing-masing FITRAH, ditambah kejadian itu dibawah dan dinanungi secara langsung oleh FITRAH ALLAH SWT yang MAHA BESAR. Ini berarti FITRAH yang kecil bersatu padu dengan FITRAH yang MAHA BESAR dan otomatis FITRAH yang kecil akan tertolong atau ditolong oleh FITRAH yang MAHA BESAR.
7.
PENSUCIAN dari SEGALA DOSA atau KOTOR
ALLAH SWT melalui
firmannya yang tertuang dalam surat Al
Maaidah (5) ayat 6 di bawah ini, ALLAH
SWT menyatakan KEHENDAK-NYA untuk membersihkan diri manusia serta menyempurnakan nikmat-Nya bagi manusia.
Sekarang coba anda bayangkan, ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA dari seluruh alam termasuk diri kita menyatakan ingin membersihkan diri manusia termasuk diri kita, apakah itu DOSA atau KESALAHAN yang pernah kita buat maupun KEKELIRUAN yang telah kita lakukan ditambah ALLAH SWT juga ingin menyempurnakan nikmat-nikmat, fasilitas-fasilitas, kemudahan-kemudahan, yang pernah diberikan kepada MANUSIA. Timbul pertanyaan untuk apa ALLAH SWT melakukan itu semua? ALLAH SWT berbuat demikian agar manusia termasuk diri kita mau BERSYUKUR.
Sekarang coba anda bayangkan, ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA dari seluruh alam termasuk diri kita menyatakan ingin membersihkan diri manusia termasuk diri kita, apakah itu DOSA atau KESALAHAN yang pernah kita buat maupun KEKELIRUAN yang telah kita lakukan ditambah ALLAH SWT juga ingin menyempurnakan nikmat-nikmat, fasilitas-fasilitas, kemudahan-kemudahan, yang pernah diberikan kepada MANUSIA. Timbul pertanyaan untuk apa ALLAH SWT melakukan itu semua? ALLAH SWT berbuat demikian agar manusia termasuk diri kita mau BERSYUKUR.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
(Surat
Al Maaidah (5) ayat 6)
[403]
Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
[404]
Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin
Ialah: menyetubuhi.
Dalam kehidupan
sehari-hari sering kita melihat PABRIKAN tertentu yang berusaha terus menerus
untuk meningkatkan fasilitas AFTER SALES SERVICE kepada seluruh konsumennya.
Ada apa dibalik itu semua? PABRIKAN melakukan itu semua dikarenakan PABRIKAN
ingin menunjukkan dan/atau memperlihatkan kepada seluruh konsumennya bahwa ia
dalah PABRIKAN yang bertanggung jawab atas apa-apa yang telah diproduksinya.
Selanjutnya atas dasar apakah Pabrikan akan memberikan fasilitas AFTER SALES SERVICE yang meningkat dari waktu ke waktu? Sepanjang konsumen masih mengakui dan menyatakan bahwa PABRIKAN tersebut adalah PENCIPTA dari produk yang kita miliki maka semua itu akan diberikan pabrikan dan/atau selama konsumen patuh dan taat kepada perintah PABRIKAN yang tertuang dalam BUKU MANUAL maka PABRIKAN akan terus memberikan AFTER SALES SERVICE kepada konsumennya.
Sekarang jika hal ini tidak dimanfaatkan oleh konsumen, siapakah yang akan rugi, pabrikankah atau konsumenkah? Dalam hal ini Pabrikan tidak akan rugi jika konsumen tidak mau memanfaatkan fasilitas yang diberikan dan/atau dapat diartikan bahwa konsumen memang sengaja memilih putus hubungan dengan PABRIKAN.
Selanjutnya atas dasar apakah Pabrikan akan memberikan fasilitas AFTER SALES SERVICE yang meningkat dari waktu ke waktu? Sepanjang konsumen masih mengakui dan menyatakan bahwa PABRIKAN tersebut adalah PENCIPTA dari produk yang kita miliki maka semua itu akan diberikan pabrikan dan/atau selama konsumen patuh dan taat kepada perintah PABRIKAN yang tertuang dalam BUKU MANUAL maka PABRIKAN akan terus memberikan AFTER SALES SERVICE kepada konsumennya.
Sekarang jika hal ini tidak dimanfaatkan oleh konsumen, siapakah yang akan rugi, pabrikankah atau konsumenkah? Dalam hal ini Pabrikan tidak akan rugi jika konsumen tidak mau memanfaatkan fasilitas yang diberikan dan/atau dapat diartikan bahwa konsumen memang sengaja memilih putus hubungan dengan PABRIKAN.
Sekarang
bagaimana dengan KEHENDAK ALLAH SWT kepada MANUSIA seperti yang tertuang dalam
surat Al Maaidah (5) ayat 6 di atas?
ALLAH SWT akan tetap memberikan semua apa yang ada di dalam KEHENDAK-NYA tanpa
dikurangi sedikitpun atau bahkan mungkin akan ditambah, sepanjang MANUSIA mau
berada dalam gelombang dan siaran yang DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT, dalam hal
ini adalah DIINUL ISLAM. Ini berarti bahwa DIINUL ISLAM memegang peranan yang
sangat penting jika kita ingin mendapatkan dan memperoleh KEHENDAK ALLAH SWT
yang tertuang di dalam surat Al Maaidah (5) ayat 6.
Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudahkah kita menerima dan melaksanakan DIINUL ISLAM yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Kami berharap kita semua termasuk orang-orang yang telah menerima dan menjalankan DIINUL ISLAM sesuai syarat dan ketentuan yang ALLAH SWT inginkan dan/atau kita bukan termasuk orang yang hanya menerima DIINUL ISLAM sebatas di mulut saja namun termasuk orang-orang yang mampu melaksanakan DIINUL ISLAM yang sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT.
Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudahkah kita menerima dan melaksanakan DIINUL ISLAM yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Kami berharap kita semua termasuk orang-orang yang telah menerima dan menjalankan DIINUL ISLAM sesuai syarat dan ketentuan yang ALLAH SWT inginkan dan/atau kita bukan termasuk orang yang hanya menerima DIINUL ISLAM sebatas di mulut saja namun termasuk orang-orang yang mampu melaksanakan DIINUL ISLAM yang sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar