Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 17 Mei 2016

APA itu SYAHADAT & BAGAIMANA BERSYAHADAT - part 3 of 3



Sekarang apakah ALLAH SWT yang memiliki Kemahaan dan Kebesaran tanpa batas hanya sebagai pencipta langit dan bumi serta kekhalifahan saja? ALLAH SWT selain sebagai pencipta dari langit dan bumi beserta apa-apa yang ada di antara ke duanya serta pencipta kekhalifahan yang ada di muka bumi, ALLAH SWT juga pemilik dari apa-apa yang ada di antara langit dan bumi dan juga pemilik kekhalifahan yang ada di muka bumi. Jika ini adalah kondisi dasar dari sesuatu yang keberadaannya di luar hewan dan tumbuhan, di luar jin/iblis/syaitan, di luar malaikat serta di luar manusia, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan, kehebatan, kemahaan, kebesaran ALLAH SWT sudah pasti berada di atas hewan, tumbuhan, jin/iblis/syaitan, malaikat dan manusia sebab mereka semua juga ALLAH SWT yang menciptakannya.

Lalu berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini maka sudah sepatutnya dan sepantasnyalah hal-hal sebagai berikut berlaku, yaitu:


1.   Jika sekarang ALLAH SWT adalah pencipta maka sebagai yang Maha Pencipta pasti mampu menerangkan dengan baik segala apa-apa yang telah diciptakannya. Sebagai contoh, jika  ALLAH SWT adalah pencipta dari langit dan bumi sudah pasti ALLAH SWT mampu menerangkan, menjabarkan ciptaannya tersebut sejak dari awal sampai dengan akhir. Dan jika  ALLAH SWT adalah pencipta kekhalifahan di muka bumi, adalah sangat tidak masuk akal jika ALLAH SWT tidak mampu menerangkan, menjabarkan sejarah kejadian manusia, termasuk menerangkan sejarah manusia-manusia pilihannya yang di angkat sebagai Nabi dan Rasul.


  Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
(surat As Sajdah (32) ayat 4)

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.


ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(surat Al Baqarah (2) ayat 30)


2.   Jika sekarang ALLAH SWT adalah pemilik maka sebagai Maha Pemilik pasti memiliki kekuasaan terhadap apa-apa yang dimilikinya tersebut. Sebagai contoh, jika ALLAH SWT adalah pemilik dari langit dan bumi sudah pasti segala ketentuan, segala ketetapan, segala peraturan yang berlaku di alam semesta ini adalah peraturan, ketentuan yang berasal dari ALLAH SWT.

Dan jika ALLAH SWT adalah pencipta dan juga pemilik maka  ALLAH SWT adalah Yang Maha Tahu dan Maha Ahli dari apa-apa yang diciptakan dan yang dimilikinya dan jika sekarang hal itu dibuktikan dengan adanya Al-Qur'an sebagai Wahyu dari ALLAH SWT memang sudah sepatutnya dan sepantasnya terjadi di alam semesta ini. Jika ALLAH SWT selaku pemilik dan pencipta langit bumi maka segala apapun dapat dilakukannya termasuk adanya peristiwa Isra dan Mi'raj yang di alami oleh Nabi Muhammad SAW.


ketahuilah Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui Keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. dan Allah Maha mengehui segala sesuatu.
(surat An Nuur (24) ayat 64)


Selanjutnya jika hal yang kami kemukakan di atas ini, kami hubungkan kembali dengan pokok bahasan kita, yaitu kebenaran Al Qur’an itu adalah Wahyu dari ALLAH SWT. Dimana ada seorang lelaki yang bernama Muhammad bin Abdullah, dengan kondisi kemampuan dasarnya hanya sebagai Manusia Biasa sama seperti kita-kita ini, Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati dan Rajin serta Terpercaya, dapat  menceritakan, dapat menerangkan, dapat menjabarkan, dapat melaksanakan, dapat menerapkan, dapat membuat hal-hal sebagai berikut, seperti Sejarah Nabi-Nabi Terdahulu; Kitab Suci dengan Tata Bahasa, Irama dan Syair yang sangat Indah; Kandungan Kitab Suci; Ilmu Syariat; Al Hikmah dan Filsafat.

Adanya ke lima hal yang kami kemukakan di atas ini, dimana kesemuanya ada karena adanya ALLAH SWT. Ini berarti yang mengajarkan, yang membantu, yang menolong, yang menjadikan Muhammad bin Abdullah bisa dan mampu menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan, mampu melaksanakan, mampu menerapkan, mampu membuat hal-hal tersebut di atas karena adanya ALLAH SWT sehingga dengan adanya kondisi ini maka yang sebenarnya memiliki kemampuan dan ilmu pada dasarnya adalah ALLAH SWT semata, bukannya Muhammad bin Abdullah.


Untuk memudahkan pemahaman tentang hubungan antara ALLAH SWT dengan Muhammad bin Abdullah sebagai manusia pilihan-Nya di muka bumi, berikut ini kami ilustrasikan sebuah contoh: misalkan ada seorang yang bodoh, buta huruf dan juga miskin dimana ia mempunyai sebuah perkara di sebuah Pengadilan Negeri. Orang itu dibela oleh seorang Pengacara yang sangat handal, pintar, murah hati dan suka menolong kepada sesama. Pengacara itu selalu memberikan advis dan nasehat kepada kepada Orang itu dengan sebaik-baiknya dan juga mengatur strategi jika ia ditanya oleh Hakim ataupun Jaksa di dalam setiap persidangan. Jika ditanya pertanyaan ini, maka jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu seperti ini, dan jika ditanya hal lainnya yang seperti ini jawablah pertanyaan seperti ini dan seterusnya (sesuai dengan keinginan dan skenario pengacara).


Jika hasil akhir dari persidangan itu yang menang adalah orang yang bodoh, buta huruf dan miskin itu. Timbul pertanyaan, siapakah sebenarnya yang pandai dan yang memenangkan perkara itu apakah orang bodoh yang buta huruf serta miskin ataukah pengacara yang handal pintar, murah hati dan suka menolong kepada sesama? Secara hukum  yang pandai dan yang menang perkara adalah orang bodoh yang buta huruf serta miskin itu. Akan tetapi secara HAKIKI yang pandai dan yang menang dalam perkara di atas adalah Pengacara yang handal pintar, murah hati dan suka menolong kepada sesama. Kondisi ini pulalah yang terjadi pada diri Muhammad bin Abdullah di dalam menerangkan, menjabarkan hal-hal yang kami kemukakan di atas.


Untuk membuktikan apa yang telah dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah itu benar adanya, berikut ini akan kami kemukakan 2(dua) buah penemuan yang terjadi di abad modern ini yang pada intinya adalah pembuktian ilmiah atas Wahyu ALLAH SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, yaitu:" Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan dari Perancis, Prof Dr Maurice Bucaille, masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam Kitab Suci  Al-Qur'an, bahwa Raja Fir'aun itu mati karena tenggelam di laut Merah (dengan kondisi shock yang sangat berat) dan jasadnya diselamatkan oleh ALLAH SWT diselamatkan (lihat surat Yunus (10) ayat 92 yang kami kemukakan di bawah ini).


Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.
(surat Yunus (10) ayat 92)

[704] Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.


Dicarinya mumi Fir'aun itu; dan setelah ketemu, dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia terheran-heran,karena sel-sel syaraf Fir'aun menunjukkan bahwa kematiannya benar akibat tenggelam di laut dengan shock yang hebat. Menemukan bukti ini, ia yakin kalau  Al-Qur'an itu wahyu ALLAH SWT. Prof Dr Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat-ayat Al-Qur'an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia lantas masuk Islam.


Lain lagi halnya yang dialami oleh Jacques Yves Costeau. Ia adalah seorang ahli kelautan (oceanographer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Mr Costeau sepanjang hidupnya menyelam berbagai dasar samudra di seantero dunia, dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa di seluruh dunia melalui acara "Discovery". Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah kedalaman laut, ia menemukan sebuah fenomena yang sangat ganjil, yaitu adanya air tawar di tengah lautan yang tidak bercampur dengan air laut seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi di antara keduanya. Apa yang disaksikannya ini benar-benar kejutan besar selama kariernya yang panjang di bidang kelautan. Dalam pemikirannya timbul pertanyaan, bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi dan apakah begitu saja terjadi?.


dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
(surat Al-Furqan (25) ayat 53)

  
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui  masing-masing 
(surat Ar Rahmaan (55) ayat 19-20)


Pertanyaan ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu seorang Profesor yang kebetulan Muslim. Profesor yang Muslim ini menyampaikan kepadanya bahwa fenomena ganjil tersebut sebenarnya sudah di-informasikan oleh Al-Qur'an empat belas abad yang lalu, yaitu pada surat Al-Furqaan (25) ayat 53 dan surat Ar Rahmaan (55) ayat  19-20.


Mendengar hal ini Mr Costeau terkejut, bagaimana mungkin Muhammad SAW yang hidup di abad ke enam, yaitu di suatu zaman dimana pasti belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh di kedalaman samudra mengetahui akan hal ini. Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa Al-Qur'an mustahil buatan Muhammad SAW, pastilah Al-Qur'an itu buatan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk menjadi seorang Muslim (diambil dari buku "Bahan Renungan Kalbu:penghantar mencapai pencerahan jiwa" disajikan oleh Ir Permadi Alibasyah]


Sekarang, kondisi itu semua sudah terjadi pada diri Muhammad bin Abdullah dan apa-apa yang telah dikemukakannya pun sudah ada dan dapat dibuktikan secara ilmiah, lalu apa hubungannya dengan bukti kerasulan atau bukti Al-Qur'an itu adalah wahyu dari ALLAH SWT? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita tidak bisa terlepas dari kondisi kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT itu sendiri. Timbul pertanyaan, seperti apakah kondisi dan keadaan kemahaan dan kebesaran dari ALLAH SWT itu? Berdasarkan Dalil Naqli maka akan dapat kita ketahui kondisi dan keadaan dari kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT, yaitu: 


1. Dzat ALLAH SWT Tidak Bisa Dilihat dengan Mata Manusia


Inilah kehebatan dan kedasyatan DzatNya ALLAH SWT sehingga tidak akan ada yang sanggup melihatnya akan tetapi ALLAH SWT dapat melihat apapun juga dalam kondisi apapun juga. Sebagai contoh mampukah diri kita melihat lampu dengan kekuatan cahaya 5000 watt secara langsung? Yang pasti kita tidak bisa melihat lampu tersebut dengan langsung, yang dapat kita lihat hanyalah cahayanya saja.


Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
(surat Al An’aam (6) ayat 103)


Hal yang sama juga berlaku pada ALLAH SWT, dimana kita tidak bisa melihat ALLAH SWT dengan langsung, kita hanya dapat melihat cahaya dari cahaya yang berasal ciptaan-Nya saja, seperti matahari dan bintang.Untuk membuktikan bahwa memang ALLAH SWT itu benar adanya maka ALLAH SWT melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad SAW memberikan kesempatan kepada Beliau bertemu langsung pada waktu peristiwa Mi’raj. Adanya peristiwa Mi’raj maka ALLAH SWT secara langsung menunjukkan dan menginformasikan kepada seluruh umat manusia bahwa keberadaan ALLAH SWT memang benar adanya dan ARSY adalah tempat bernaung dan/atau dari ARSY inilah ALLAH SWT mengatur segala ciptaannya.



2. Nabi Musa a.s. Pingsan melihatNya


Nabi Musa a.s. ingin membuktikan keberadaan ALLAH SWT, untuk itu NABI MUSA a.s memohon kepada ALLAH SWT untuk memperlihatkan wujud asli ALLAH SWT secara langsung. Nabi Musa a.s. melakukan hal ini bukan karena ia tidak mempercayai akan adanya ALLAH SWT. Akan tetapi Nabi Musa a.s. ingin lebih percaya kepada ALLAH SWT atau lebih beriman lagi kepada ALLAH SWT. Apa yang terjadi selanjutnya? 


dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
(surat Al A’raaf (7) ayat 143)


[565] Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.


ALLAH SWT belum sampai memperlihatkan Kebesaran dan Kemahaan yang dimiliki-Nya secara langsung kepada Nabi Musa dan/atau ALLAH SWT baru sekedar membuka sebahagian kecil dari hijab Nur-Nya saja, Nabi Musa a.s. langsung pingsan tidak sadarkan diri serta gunung ataupun Bukit Tursina hancur tidak sanggup menahan atau menerima secara langsung  Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT.


3. Gunung Hancur karena Nur-Nya


Saking hebat dan dasyatnya kemampuan yang dimiliki oleh ALLAH SWT mengakibatkan gunungpun tidak sanggup melihat apalagi menandingi ALLAH SWT. Hancur, luluh lantah di alami oleh gunung disebabkan takut akan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT. Jika gunung saja yang kelihatannya kuat sampai takut kepada ALLAH SWT, kenapa justru diri kita berani menantang ALLAH SWT dengan cara tidak mempercayai adanya Tuhan selain ALLAH SWT?


Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia  supaya mereka berfikir.
(surat Al Hasyr (59) ayat 21)


Jika apa yang kami kemukakan kita lakukan berarti diri kita telah mempertunjukkan salah satu bentuk atraksi yang konyol yang diperlihatkan manusia yang tidak pernah dapat mengenal dirinya sendiri itu siapa (ingat diri kita merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ALLAH SWT terutama jika ditinjau dari sisi RUH dan AMANAH 7).


4.     Manusia  Tidak  Bisa  Berbicara  dengan-Nya  karena kehebatan Kalam-Nya


Kalam yang dimiliki oleh ALLAH SWT memiliki kemampuan dan kehebatan yang tiada taranya sehingga membuat manusia tidak dapat berbicara secara langsung kepada ALLAH SWT. Untuk itu ALLAH SWT mengutus Malaikat Jibril a.s. sebagai Perantara di dalam menyampaikan Kalam ALLAH SWT kepada NABI ataupun RASUL.


Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu di wahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana..
(surat Asy Syuura (42) ayat 51)



Adanya peran Malaikat atau adanya tugas Malaikat, dalam hal ini Malaikat Jibril as, di dalam menyampaikan Kalam ALLAH SWT. Hal ini  menunjukkan kepada kita bahwa  ALLAH SWT sayang kepada umat manusia, termasuk kepada diri kita dan juga dalam rangka menjaga keutuhan langit dan bumi akibat dari ketidak- mampuannya melihat secara langsung Kemahaan dan Kebesaran yang dimiliki oleh ALLAH SWT.


5.     Binasa Alam dan Segala Isinya karena Melihat-Nya


Bukannya manfaat yang di dapat, akan tetapi mudharat yang di dapat oleh ALAM jika ALAM mampu melihat secara langsung DzatNya  ALLAH SWT. Untuk itulah ALLAH SWT tetap berada di ARSY sehingga kehancuran dan kebinasaan ALAM tidak terjadi.


Ibnu Abbas  r.a berkata: “Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman:“Wahai Musa. Engkau tidak dapat melihatKu. Sesungguhnya tidaklah akan melihatKu suatu makhluk hidup melainkan ia mati dan suatu makhluk yang kering melainkan ia tergelincir dan makhluk yang basah melainkan ia bercerai-berai. Sesungguhnya hanyalah ahli syurga yang tidak kehilangan pandangan dan tidak rusak/hancur jasadnya  dapat melihatKu”.
(HQR  Al Hakim, 272-202)


Melihat kondisi kemampuan dan kehebatan ALLAH SWT yang tidak akan mungkin diperlihatkan kepada langit dan bumi secara langsung tau kepada segala ciptaan-Nya secara langsung maka ALLAH SWT menetapkan hal-hal sebagai berikut sebagai wujud tanggung jawab ALLAH SWTkepada makhluknya, terutama manusia yang di jadikannya sebagai KHALIFAH di muka bumi, yaitu :


1.  Adanya Kitab dan/atau Tuntunan Tertulis sebagai Media atau Alat Bantu sebagai sarana untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri baik sebagai ALLAH SWT yang mempunyai kemampuan serta kehebatan yang tiada banding maupun sebagai Pencipta alam semesta.

2.      Adanya Utusan atau Manusia-Manusia Pilihan atau Nabi dan Rasul sebagai sarana atau Alat Bantu untuk menerangkan keberadaan ALLAH SWT serta segala ciptaanNya.

3.      Adanya Malaikat sebagai perantara untuk menyampaikan Wahyu atau Kalam-Nya kepada Utusan yang telah dipilihnya.


Sekarang jika tidak ada 3(tiga) hal yang kami kemukakan di atas ini,  dapatkah keberadaan ALLAH SWT diketahui dan selanjutnya dapatkah di imani oleh seluruh umat manusia? Tanpa adanya Kitab sebagai pegangan dan tuntunan tertulis dan adanya Nabi dan Rasul sebagai utusan untuk menerangkan keberadaan ALLAH SWT serta adanya Malaikat sebagai perantara turunnya wahyu maka apa yang ALLAH SWT kehendaki tidak akan dapat terlaksana. Dan jika sekarang kita diwajibkan untuk melaksanakan Rukun Iman yang Enam dalam satu kesatuan maka sesuailah apa yang di kehendaki oleh ALLAH SWT sebab sarana untuk itu telah ada.


Lalu dimanakah letak keberadaan wahyu itu dan dimanakah pula letaknya bukti kenabian dari Muhammad SAW? Seperti kita ketahui bersama jika ALLAH SWT menampakkan secara langsung kemahaan yang dimiliki-Nya maka seluruh apa-apa yang di langit dan di bumi akan hancur lebur berantakan. Dalam rangka menjadikan langit dan bumi tidak hancur lebur akibat tidak sanggup menahan kemahaan ALLAH SWT maka ALLAH SWT mengutus Malaikat Jibril as, untuk menyampaikan hal-hal yang dibutuhkan bagi manusia pilihan-Nya seperti ilmu dan pengetahuan dan apa-apa yang disampaikan melalui perantaraan Malaikat Jibril as, itulah yang dinamakan Wahyu atau Kalam yang berasal dari ALLAH SWT, yang selanjutnya membuat Muhammad bin Abdullah mampu menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan, mampu melaksanakan, mampu menjadi panutan dan tauladan umat, mencontohkan suatu ajaran, seperti yang kami sebutkan di atas.



Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
(surat At Takwiir (81) ayat 19-20-21)


Muhammad bin Abdullah dalam setiap bertindak, dalam setiap melangkah, saat memberi contoh pada prinsipnya melaksanakan apa-apa yang ALLAH SWT perintahkan melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril a.s. Sehingga jadilah Muhammad bin Abdullah sebagai wakil ataupun utusan  ALLAH SWT di muka bumi untuk menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia setelah diterimanya wahyu atau kalam ALLAH SWT kepada dirinya. Berikutnya dengan adanya Muhammad bin Abdullah sebagai penerima wahyu dan adanya Malaikat Jibril a.s. sebagai perantara dalam menyampaikan Wahyu maka terjadilah hal-hal sebagai berikut:

1.      Muhammad bin Abdullah telah menjadi utusan ALLAH SWT di muka bumi dan/atau Muhammad bin Abdullah telah resmi di angkat menjadi Nabi.


2.      Adanya perubahan dari kondisi dasar dari Manusia Biasa yang Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati dan Rajin serta Terpercaya menjadi manusia pilihan ALLAH SWT yang  memiliki ketaqwaan, bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan, kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna serta terpercaya.


3.      Setelah seluruh wahyu dikumpulkan menjadi satu maka jadilah kumpulan wahyu tersebut menjadi  kitab suci Al Qur’an, menjadi  kumpulan aturan, kumpulan hukum, kumpulan ketentuan yang berlaku di muka bumi ini.


Adanya ketiga hal yang kami kemukakan di atas, maka untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW bukan hanya Nabi semata akan tetapi juga sebagai Rasul, maka ke tiga hal yang kami kemukakan di atas ini harus dihubungkan dengan ketentuan yang terdapat di dalam surat Shaad (38) ayat 87-88 yang kami kemukakan di bawah ini.


Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.
dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi[1305].
(surat Shaad (38) ayat 87-88)

[1305] Kebenaran berita-berita Al Quran itu ada yang terlaksana di dunia dan ada pula yang terlaksana di akhirat; yang terlaksana di dunia seperti kebenaran janji Allah kepada orang-orang mukmin bahwa mereka akan menang dalam peperangan dengan kaum musyrikin, dan yang terlaksana di akhirat seperti kebenaran janji Allah tentang Balasan atau perhitungan yang akan dilakukan terhadap manusia.


Al-Qur'an yang tidak lain adalah kumpulan  wahyu ALLAH SWT yang diturunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril as kepada Nabi Muhammad SAW merupakan peringatan bagi seluruh alam. Dan jika ini adalah maksud dan tujuan dari diturunkannya Al-Qur'an maka Nabi Muhammad SAW sebagai utusan dari ALLAH SWT atau sebagai Duta Besar ALLAH SWT di muka bumi harus bertanggung jawab untuk menyampaikannya dan menyebarluaskan Al-Qur'an kepada seluruh umat manusia sehingga dengan demikian resmi pulalah Nabi Muhammad SAW menjadi RASUL ALLAH SWT di muka bumi. Sebagai KHALIFAH di muka bumi, diri kita telah diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk selalu mentaati ALLAH SWT dan mentaati RASUL serta wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai Panutan dan Tauladan saat menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.


Dan jika sekarang Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi Panutan dan Tauladan bagi umat manusia, termasuk diri kita, memiliki kriteria sebagai pribadi yang memiliki ketaqwaan yang tinggi, pribadi yang  memiliki  bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan, kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna serta terpercaya, apa yang harus kita lakukan?


Jika kita mengacu dan berpedoman kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Panutan dan Tauladan, maka segala apa-apa yang dilakukan oleh Panutan dan Tauladan, segala apa yang dikatakan oleh Panutan dan Tauladan serta segala apa-apa yang telah disetujui oleh Panutan dan Tauladan harus kita jadikan pedoman bagi diri kita di dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Adanya kondisi ini dapat di artikan bahwa diri kita tidak pernah dilarang oleh ALLAH SWT untuk menjadikan kualitas diri kita seperti halnya kualitas kepribadian Nabi Muhammad SAW yang memiliki ketaqwaan yang tinggi,  pribadi yang  memiliki  bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikiran, ketajaman otak, kehalusan perasaan, jujur, berbudi luhur, mempunyai kepribadian yang tinggi, kekuatan ingatan yang tinggi, kecepatan tanggapan, kekerasan kemauan dan kedewasaan emosional yang sempurna serta terpercaya.


Hal yang tidak diperkenankan oleh ALLAH SWT adalah menjadikan diri kita sebagai Nabi atau Rasul setelah Nabi Muhammad SAW tiada atau ALLAH SWT tidak akan pernah memberikan titel baik NABI ataupun RASUL baru setelah Nabi Muhammad SAW tiada. Selanjutnya untuk dapat menjadikan kepribadian diri kita seperti  kepribadian yang dimiliki Nabi Muhammad SAW kita tidak dapat memperolehnya seperti Nabi Muhammad SAW memperolehnya. Jika Nabi Muhammad SAW melalui Wahyu melalui perantaraan Malaikat Jibril as, sedangkan untuk manusia termasuk untuk diri kita dapat melalui Maunah, Firasat, Ilham ataupun melalui Petunjuk ALLAH SWT. Untuk maksud tersebut kita diharuskan melaksanakan hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu:


1.       Berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 110 yang kami kemukakan di bawah ini jika kita ingin merubah kualitas diri menjadi lebih baik lagi dan/atau menjadikan diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka hendaklah kita mengerjakan amal yang shaleh serta jangan pernah sekalipun untuk menyekutukan ALLAH SWT dengan sesuatu.


Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
(surat Al Kahfi (18) ayat 110)



2.   Berdasarkan Hadits yang di riwayatkan Bukhari di bawah ini, jika kita ingin memperoleh seperti apa yang diperoleh Nabi Muhammad SAW NABI MUHAMMAD SAW maka lakukanlah apa-apa yang difardhukan atau yang diwajibkan ditambah dengan melaksanakan amal-amal tambahan terutama amalan sunnah.



Orang-orang yang merasa dekat kepadaKu, tidak hanya melaksanakan apa yang aku fardlukan kepada mereka, malah si hamba itu merasa dekat kepadaKu dengan melaksanakan amal-amal nawafil (tambahan) hingga Akupun mencintainya. Apabila Aku sudah mencintainya, Akulah menjadi pendengarannya yang dengan itulah dia mendengar, Akulah menjadi penglihatannya yang dengan itulah ia melihat, Akulah yang menjadi lidahnya yang dengan itulah ia berkata-kata. Aku  menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, Akulah yang menjadi kakinya yang dengan itu ia berjalan dan Aku pulalah yang menjadi hatinya yang dengan itu ia berdlomir (bercita-cita)
(HR Bukhari)




3.   Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 208 di bawah ini, jika kita ingin memperoleh seperti apa-apa yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada Nabi Muhammad SAW maka kita diharuskan untuk beriman serta masuklah/laksanakanlah Diinul Islam secara Kaffah serta jauhilah langkah-langkah syaitan. 



Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 208)



4. Untuk dapat memperoleh dan/atau untuk dapat meningkatkan kualitas kepribadian diri atau kefitrahan diri maka penuhilah apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT kepada diri kita.


Setelah diri kita melaksanakan 4(empat) ketentuan yang kami kemukakan di atas ini, hasil akhir dari itu semua sangat tergantung sejauh mana diri kita mampu melaksanakan itu semua. Jika Nabi Muhammad SAW mampu melaksanakan secara totalitas maka secara totalitas pula Beliau mendapatkannya. Sekarang bagaimana dengan diri kita, jika kita mampu melaksanakan 4(empat) ketentuan di atas ini seperti totalitas yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW maka kitapun akan memperolehnya sedangkan jika kita hanya mampu melaksanakan di bawah apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW maka sampai disitulah kualitas yang kita peroleh. Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudah sejauh mana kita melakukan itu semua? Yang pasti dalam hal ini adalah kualitas diri kita dapat dipastikan lebih rendah dibandingkan dengan kualitas diri dari Nabi Muhammad  SAW.


Selanjutnya masih ada hal lainnya yang harus kita perhatikan sewaktu melaksanakan SYAHADAT ialah kita tidak diperbolehkan sama sekali; kita tidak diperkenankan sama sekali untuk memilah-milah antara kesaksian kepada ALLAH SWT dengan kesaksian kepada NABI MUHAMMAD SAW sebagai Utusan  ALLAH SWT dengan cara hanya melaksanakan kesaksian Tiada Tuhan selain  ALLAH SWT kemudian meniadakan kesaksian NABI MUHAMMAD SAW itu Utusan ALLAH SWT atau sebaliknya kita tidak mau melaksanakan kesaksian kepada ALLAH SWT tetapi mau melaksanakan kesaksian NABI MUHAMMAD SAW itu utusan ALLAH SWT. Jika ini yang kita laksanakan berarti SYAHADAT yang kita lakukan belum sempurna dan/atau tidak dapat dikatakan telah sukses melaksanakan SYAHADAT. Untuk itu jika kita melaksanakan SYAHADAT maka kita harus melaksanakan kesaksian secara satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan menyatakan bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan NABI MUHAMMAD SAW utusan  ALLAH SWT.  


Hamba ALLAH SWT, sebelum kami melanjutkan kembali pembahasan tentang SYAHADAT, perlu kami tegaskan bahwa fokus pembahasan tentang SYAHADAT selanjutnya akan lebih terfokus kepada kesaksian Tiada Tuhan selain ALLAH SWT. Untuk itu mari kita lanjutkan pembahasan ini dengan sebuah pertanyaan yaitu tahukah diri kita bahwa SYAHADAT yang kita laksanakan itu memiliki makna yang begitu mendalam serta memiliki kekuatan yang sangat hebat serta tidak sesuatupun yang dapat mengalahkannya? Jika pembaca ingin tahu pelajarilah 2(dua) buah Hadits Qudsi yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu: 



Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Berkatalah Musa: Ya, Tuhanku! Ajarilah aku sesuatu untuk menyebut namamu dan berdoa kepada-Mu. ALLAH berfirman:Wahai Musa! Ucapkanlah "Laa ilaaha Illa Allah". Musa menjawab: Semua hamba-Mu mengucapkannya Ya Tuhanku" ALLAH berfirman: Ucapkanlah "Laa ilaaha Illa Allah" lalu Musa mengucapkannya seraya berkata: Sesungguhnya aku menghendaki sesuatu yang khusus untukku ya Tuhanku. Dan berfirmanlah ALLAH: Wahai Musa sekiranya tujuh lapis langit dan penghuninya selain Aku serta tujuh lapis bumi diletakkan disamping kata "Laa ilaaha Illa Allah" di samping yang lain akan lebih beratlah kata "Laa ilaaha Illa Allah".
(HQR Annada'ie, Ibnu Hibban, Al Hakiem serta Abu Ya'la; 272: 250)



Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Wahai Musa! Andaikata langit dan semua isinya, bumi dengan semua isinya dan laut dengan semua isinya diletakkan di atas sebuah neraca dan disampingnya diletakkan kalimat "Laa ilaaha Illa Allah" niscaya akan lebih unggul dan lebih beratlah kalimat syahadat itu.
(HQR Abu Ya'la; 272:204)


Berdasarkan 2(dua) buah Hadits Qudsi yang kami kemukakan di atas ini, terlihat dengan jelas bahwa kondisi dasar dari SYAHADAT lebih hebat, lebih unggul, lebih dahsyat, lebih berat dibandingkan dengan langit dan bumi beserta isinya termasuk di dalamnya lautan beserta isinya. Adanya kondisi dasar seperti ini pada SYAHADAT, apa yang harus kita perbuat dengan SYAHADAT? Adanya kondisi dasar dari SYAHADAT yang begitu hebat dan juga begitu dahsyat, sudah sepatutnya dan sepantasnya kita harus dapat meletakkan dan menempatkan SYAHADAT sesuai dengan Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT.


Jika kita hanya mampu ber-asumsi bahwa SYAHADAT sebatas kata "Laa ilaaha Illa Allah" yang begitu mudah di-ucapkan dibandingkan dengan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi dengan segala isinya tentu hasilnya adalah kata "Laa ilaaha Illa Allah" tidaklah berarti sama sekali. Akan tetapi yang dikehendaki oleh ALLAH SWT selaku Inisiator, pencipta dan pemilik dari alam semesta ini adalah melalui SYAHADAT manusia diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk mempersaksikan dengan segala ilmu dan kejujuran serta melalui mata kepala sendiri untuk mempersaksikan secara sendiri-sendiri segala Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT dibandingkan dengan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi dengan segala isinya termasuk di dalamnya lautan beserta isinya. Jika kita mampu memperbandingkannya sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka kita akan dapat mengatakan, kita dapat meyakini serta kita dapat mengimani bahwa ALLAH SWT adalah segala-galanya dibandingkan apapun juga.


Adanya kondisi seperti ini maka keadaan manusia, termasuk keadaan diri kita, tidaklah sebanding dengan ALLAH SWT. Manusia itu kecil, manusia itu hina, manusia itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ALLAH SWT. Sekarang patutkah dan pantaskah diri kita menempatkan diri di atas ALLAH SWT? Lalu patutkah dan pantaskah diri kita tidak mau memberi kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan NABI MUHAMMAD SAW adalah utusan  ALLAH SWT?


Sekarang diri kita telah beragama Islam, berarti diri kita sudah melakukan SYAHADAT, timbul pertanyaan SYAHADAT yang seperti apakah yang telah kita laksanakan tersebut? Kami yakin kita semua adalah orang-orang yang telah mampu melaksanakan SYAHADAT dengan mempersaksikan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT adalah segala-galanya sehingga yang nampak di alam semesta ini hanyalah ALLAH SWT semata. Dan jika kondisi SYAHADAT yang seperti ini belum dapat kita laksanakan, berarti ada sesuatu yang salah di dalam pelaksanaan SYAHADAT yang telah kita laksanakan. Untuk itu lakukanlah perbaikan SYAHADAT dengan mengakui segala Kesalahan dan Kekeliruan yang telah kita lakukan sebelum RUH tiba di kerongkongan.


Tahukah anda bahwa jika kita mampu melaksanakan SYAHADAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka SYAHADAT yang telah kita laksanakan akan memberikan manfaat kepada diri kita, apakah itu? Jika pembaca ingin mengetahui jawabannya, maka pelajarilah Hadits Qudsi yang kami kemukakan di bawah ini. Hasil dari SYAHADAT yang kita lakukan jika sesuai dengan kehendak  ALLAH SWT, maka apa-apa yang dikemukakan dalam Hadits Qudsi yang kami kemukakan di atas ini, dapat kita peroleh seperti masuk dalam benteng ALLAH SWT; ALLAH SWT menjadi pelindung diri kita; bebas dari siksaan ALLAH SWT; tidak diperkenankan masuk Neraka oleh ALLAH SWT.



Anas bin Malik ra, berkata; Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Demi kemuliaan, kebesaran dan rahmat-Ku tidaklah Aku biarkan seorang yang telah mengucapkan
 " Laa Ilaaha Illa Allah" masuk neraka.
(HQR Tamam; 272:161)


Ali ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Laa ilaaha Illa Allah. Firman-Ku dan Akulah dia maka barangsiapa mengucapkannya ia masuk dalam benteng-Ku dan bebas dari siksaan-Ku.
(HQR Ibnu Najjar; 272:165)


Sekarang sudahkah kita rasakan buah dari SYAHADAT yang kita lakukan, jika belum tidak ada jalan lain kecuali melakukan koreksi dan perbaikan atas SYAHADAT yang telah pernah kita laksanakan. Selanjutnya sebagai Khalifah di muka bumi, jika ada pertanyaan butuhkah atau perlukah diri kita dengan SYAHADAT, apa yang harus kita jawab? Sepanjang diri kita sadar bahwa diri kita adalah ciptaan ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga serta diri kita ada di muka bumi karena ALLAH SWT atau jika kita termasuk orang yang sudah Tahu Diri maka sudah sepatutnya dan sudah sepantasnya dan juga sudah seharusnya kita menyatakan bahwa kita sangat membutuhkan SYAHADAT. Hal ini dikarenakan ada sesuatu manfaat besar yang akan diberikan ALLAH SWT kepada diri kita dan juga kepada anak dan keturunan kita jika mampu melaksanakan SYAHADAT secara baik dan benar yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar