Saat ini, setiap manusia yang masih hidup di dunia,
tanpa terkecuali termasuk di dalamnya diri kita, dapat dipastikan semuanya
sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Sebagai KHALIFAH yang
sedang melaksanakan tugas di muka bumi dan yang juga telah sukses melaksanakan
SYAHADAT, apa yang ada rasakan dan/atau apa yang anda pikirkan jika membaca
surat Al Ashr (103) ayat 1-2-3 yang kami kemukakan di bawah ini, jika
dihubungkan dengan usia yang telah kita jalani?
Demi Masa
Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
(surat Al Ashr
(103) ayat 1-2-3)
Jawaban dari pertanyaan ini ada 2(dua) kemungkinan
yaitu termasuk di dalam golongan yang manakah diri kita, apakah yang dikatakan
oleh ALLAH SWT sebagai manusia yang berada di dalam kerugian ataukah masuk
dalam golongan manusia yang berada di dalam keberuntungan.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi tentu kita tidak akan
pernah berharap masuk dalam golongan manusia yang penuh kerugian seperti yang
dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam surat Al Asrh di atas ini. Akan tetapi
kenyataan yang ada adalah justru diri kita berada di dalam kerugian, justru
kita berada di dalam keterpurukan, justru kita berada di dalam kehinaan, dan
jika ini yang terjadi siapakah yang patut dipersalahkan, diri kitakah ataukah
ALLAH SWT? Jika kita menelaah perjalanan waktu yang telah kita lalui, apakah
itu detik yang kita lalui, apakah menit yang kita lalui, apakah jam yang kita
lalui, apakah hari yang kita lalui, apakah minggu yang kita lalui, apakah bulan
ataupun tahun yang kita lalui, di jalan manakah yang kita tempuh, apakah di
jalan kerugian ataukah jalan keberuntungan?
Hal yang pasti adalah baik kerugian maupun
keberuntungan merupakan hasil dari apa-apa yang telah kita laksanakan.
Sepanjang diri kita konsisten menempuh jalan kerugian maka kerugianlah yang
akan kita peroleh, demikian pula sebaliknya jika jalan keberuntungan secara
konsisten yang kita lalui maka keberuntunganlah yang akan kita peroleh.
Sekarang bagaimana dengan diri kita yang sudah melaksanakan SYAHADAT dengan
baik dan benar, apakah mungkin kerugian yang dikemukakan di dalam surat Al Ashr
yang kita peroleh? Sepanjang diri kita mampu melaksanakan SYAHADAT dengan baik
dan benar yang kemudian dibuktikan di dalam perbuatan maka tidak akan mungkin
diri kita digolongkan sebagai manusia yang penuh dengan kerugian, penuh dengan
keterpurukan serta penuh dengan kehinaan.Selain daripada itu, jika kita telah
sukses melaksanakan SYAHADAT maka apa-apa yang terdapat di dalam hadits qudsi
di bawah ini dapat kita peroleh.
Ali ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala
berfirman: Laa ilaaha Illa Allah, Firman-Ku dan Akulah dia maka barangsiapa
mengucapkannya ia masuk dalam benteng-Ku dan bebas dari siksaan-Ku.
(HQR Ibnu Najjar; 272:165)
Anas bin
Malik ra, berkata; Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Demi kemuliaan,
kebesaran dan rahmat-Ku tidaklah Aku biarkan seorang yang telah mengucapkan
" Laa Ilaaha Illa Allah" masuk neraka.
(HQR
Tamam; 272:161)
Ali ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman:
"Laa
illaaha illa Allah" benteng-Ku, dan barangsiapa memasuki benteng-Ku ia
bebas dari siksaan-Ku.
(HQR Abu Nu'aim, Ibnu Najjar dan Ibnu
Asakir, 272:166)
Hamba ALLAH SWT, jika apa-apa yang kami kemukakan di
atas ini sudah dapat kita peroleh dan sudah pula kita rasakan nikmatnya, maka
keberuntungan dan kesuksesan hidup dan kehidupan sudah membentang di hadapan
diri kita dan yang tidak akan terjadi adalah orang yang telah bersyahadat
dengan baik dan benar akan menderita kerugian, mengalami keterpurukan dan
kehinaan dalam hidup dan kehidupan.
Apakah hanya sebatas itu saja yang dapat kita
peroleh serta yang dapat kita raih dari pelaksanaan SYAHADAT yang baik dan yang
benar? Seperti kita ketahui bersama di balik perintah SHALAT, dibalik perintah
PUASA, di balik perintah ZAKAT, dibalik perintah HAJI terdapat banyak manfaat
yang dapat kita peroleh jika kita mampu melaksanakannya dengan baik dan benar.
Agar manfaat yang terdapat di balik Rukun Islam
kita peroleh maka tidak ada jalan lain kecuali kita melaksanakan
SYAHADAT dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan SYAHADAT merupakan jembatan
atau penghubung antara diri kita dengan ALLAH SWT saat melaksanakan SHALAT,
PUASA, ZAKAT dan HAJI; SYAHADAT
merupakan perekat atau semen atau lem dengan ibadah SHALAT, PUASA, ZAKAT dan
HAJI; SYAHADAT merupakan prasyarat utama untuk memperoleh apa-apa yang terdapat
di balik perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT dan juga perintah
HAJI.
Sebelum kami membahas lebih lanjut tentang Hikmah
SYAHADAT, perkenankan kami untuk mengemukakan ilustrasi sebagai berikut: Jika
saat ini kita memiliki anak, lalu anak itu kita perintahkan untuk mandi.
Sekarang timbul pertanyaan, apakah yang kita harapkan dari anak yang kita
perintahkan untuk mandi, apakah kegiatan mandinyakah yang kita harapkan ataukah
kesehatan tubuh yang dihasilkan dari aktifitas mandi yang kita harapkan?
Sebagai orang tua tentu kita berharap melalui mandi yang dilakukan oleh anak
maka kesehatan tubuh dapat ia peroleh.
Fairplay-kah diri kita memerintahkan anak untuk
mandi dalam rangka untuk memperoleh kesehatan, jika air bersih, sabun, odol,
sikat gigi, handuk dan pakaian pengganti tidak kita persiapkan? Jika kesehatan
tubuh merupakan tujuan dari perintah mandi, maka sudah sepantasnya dan
sepatutnya kita menyediakan air bersih, sabun, odol, sikat gigi, handuk dan
pakaian pengganti sebelum anak mandi. Adanya kondisi ini dapat dikatakan suatu
perintah tidak dapat dipisahkan begitu saja dengan sarana dan prasarana
tententu atau syarat dan ketentuan tertentu guna memperoleh hasil akhir yang
baik. Selanjutnya dapatkah seorang anak dikatakan telah mandi, jika setelah
mandi ia masih menggaruk-garuk kegatalan walaupun segala sarana dan prasarana
mandi telah kita sediakan dengan baik?
Jika perintah mandi yang kita perintahkan kepada
anak merupakan jalan untuk memperoleh kesehatan tubuh, maka seorang anak belum
dapat dikatakan ia telah sukses mandi secara sempurna jika setelah mandi ia
masih merasakan gatal-gatal atau masih menggaruk-garuk akibat rasa gatal yang berasal
dari kotoran dan keringat yang tersisa. Adanya kondisi yang kami kemukakan di
atas ini, dapat kita katakan bahwa di balik perintah mandi terdapat suatu
manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia, maka berdasarkan kondisi
di atas ini tidak salah jika manusia termasuk diri kita sangat butuh dengan
mandi. Hal yang perlu kita perhatikan adalah kita butuh kepada mandi, bukan
perlu dengan mandi. Timbul pertanyaan, siapakah yang akan memperoleh manfaat
dibalik perintah mandi?
Hanya orang-orang yang melaksanakan perintah mandi
dengan baik dan benar sajalah yang akan memperoleh manfaat berupa kesehatan
tubuh. Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa melaksanakan perintah mandi sangat
bersifat individualistik, yaitu manfaat dibalik perintah mandi dapat diperoleh
secara perseorangan sepanjang yang bersangkutan mau melaksanakan mandi dengan
baik dan benar. Ini berarti manfaat dibalik perintah mandi tidak akan pernah
diperoleh oleh orang yang tidak pernah melaksanakan perintah mandi. Sekarang
sudahkah diri kita mandi dengan baik dan benar?
Hamba ALLAH SWT, apa yang kami kemukakan di atas ini merupakan salah satu
bentuk dari aktifitas yang terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT selaku Inisiator, selaku Pencipta, selaku
Pemilik, selaku Pemelihara dari alam semesta ini, memerintahkan kepada
kekhalifahan yang diciptakannya, termasuk kepada diri kita untuk melaksanakan
SHALAT, untuk melaksanakan PUASA, untuk melaksanakan ZAKAT dan untuk
melaksanakan HAJI. Selanjutnya apakah perintah mendirikan SHALAT; melaksanakan
PUASA; menunaikan ZAKAT; menunaikan HAJI yang diperintahkan oleh ALLAH SWT itu
hanya sebatas perintah semata ataukah ada sesuatu hal yang sangat baik bagi
kepentingan diri kita di balik perintah SHALAT, dibalik perintah ZAKAT, dibalik
perintah PUASA dan dibalik perintah HAJI? Jika di dalam perintah mandi saja
terdapat maksud dan tujuan yang sangat jelas yaitu untuk memperoleh kesehatan
tubuh, maka dapat dipastikan di balik perintah SHALAT atau PUASA atau ZAKAT atau
HAJI yang diperintahkan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia, pasti terdapat
sesuatu hal yang sangat-sangat baik bagi kepentingan manusia itu sendiri
termasuk untuk diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka
bumi ini.
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, apa yang
harus kita lakukan dan laksanakan dengan adanya perintah SHALAT, dengan adanya
perintah PUASA, dengan adanya perintah ZAKAT dan dengan adanya perintah HAJI
yang berasal dari ALLAH SWT sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan DIINUL ISLAM secara KAFFAH? Sebelum kami
melanjutkan pembahasan bab ini, perkenankan kami untuk mengasumsikan salah satu
perintah ALLAH SWT di atas, katakanlah perintah SHALAT seperti halnya perintah
mandi. Adanya kondisi ini, maka hal-hal sebagai berikut akan berlaku juga di
dalam perintah SHALAT, yaitu:
1. Dibalik
perintah SHALAT pasti terdapat maksud dan tujuan tertentu yang sangat berguna
bagi kepentingan manusia itu sendiri sepanjang manusia mau melaksanakan
perintah mendirikan SHALAT.
2. Jika
kita tidak mampu menjadikan perintah mendirikan SHALAT sebagai kebutuhan hidup
di dunia seperti halnya butuhnya diri kita dengan mandi berarti ada yang salah
di dalam diri kita sewaktu melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.
3. Manfaat
dibalik perintah SHALAT hanya akan dapat dinikmati oleh orang yang mau
melaksanakan perintah mendirikan SHALAT saja. Untuk itu jangan pernah berharap
memperoleh manfaat dibalik perintah SHALAT jika kita tidak pernah melaksanakan
SHALAT.
Jika di dalam perintah SHALAT sudah terdapat 3(tiga) hal yang kami
kemukakan di atas ini, maka
tidak ada jalan lain kitapun harus mau, harus bersedia melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh ALLAH SWT dengan sebaik-baiknya dikarenakan di balik perintah terdapat hal-hal yang sangat berguna
bagi diri kita terkecuali jika kita sendiri merasa sudah tidak membutuhkan lagi
apa-apa yang terdapat dibalik perintah SHALAT.
Sekarang, bagaimana dengan perintah-perintah ALLAH SWT yang lainnnya seperti
perintah melaksanakan ibadah PUASA, perintah
menunaikan ZAKAT serta perintah pergi HAJI?
Sepanjang perintah PUASA, perintah ZAKAT, dan perintah HAJI berasal dari
ALLAH SWT maka dapat dipastikan di balik perintah ALLAH SWT pasti terdapat
maksud dan tujuan yang mulia bagi kepentingan manusia yang mau melaksanakan
perintah tersebut secara baik dan benar. Sekarang semuanya tergantung sejauh
mana diri kita mau menyikapi perintah tersebut dan sejauh mana diri kita mau
menerima dan melaksanakan perintah ALLAH SWT tersebut dengan baik dan benar.
Agar diri kita mampu menempatkan, mampu meletakkan, mampu memperoleh,
mampu merasakan apa-apa yang terdapat di balik perintah SHALAT, dibalik
perintah PUASA, dibalik perintah ZAKAT, dibalik perintah HAJI yang berasal dari
ALLAH SWT, maka kita harus tahu, kita harus mengerti, kita harus pula memiliki
ilmu dari apa-apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT, sehingga apa-apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT selaku pemberi perintah dapat kita peroleh, dapat
kita rasakan, dapat kita ajarkan kepada anak dan keturunan, serta dapat
menghantarkan diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.
Hal lain yang harus kita perhatikan adalah segala bentuk manfaat yang
terdapat di balik perintah ALLAH SWT kepada manusia, apakah itu perintah
SYAHADAT, perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT ataupun perintah
HAJI, bukan hanya untuk kepentingan Akhirat semata. Akan tetapi juga untuk
mensukseskan diri kita saat hidup di muka bumi. Selanjutnya agar perintah
melaksanakan SYAHADAT dapat memberikan dampak yang positif baik bagi kepentingan
hidup di dunia dan juga di akhirat kelak, berikut ini akan kami kemukakan
manfaat-manfaat yang terdapat di balik perintah mendirikan SHALAT, manfaat
dibalik perintah melaksanakan PUASA, manfaat dibalik perintah menunaikan ZAKAT
serta manfaat dibalik perintah menunaikan HAJI yang kesemuanya hanya akan dapat
kita peroleh jika kita melaksanakan SYAHADAT terlebih dahulu.
Hal yang harus kita jadikan pedoman mengenai manfaat yang ada di balik
perintah SYAHADAT, perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT serta
perintah HAJI, yaitu :
1.
Segala manfaat yang terdapat di balik perintah ALLAH
SWT bukan untuk kepentingan Akhirat semata. Akan tetapi juga untuk kebahagiaan
hidup di dunia dan/atau menjadikan diri kita menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK
PILIHAN.
2.
Manfaat yang kita peroleh saat kita hidup di dunia
hanya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan/atau tidak dibayarkan kontan, akan
tetapi disesuaikan dengan kebutuhan yang terbaik bagi diri kita.
3.
Manfaat dari melaksanakan perintah ALLAH SWT hanya
akan diberikan kepada orang yang melaksanakan perintah saja. Adanya kondisi ini
berarti yang tidak mau melaksanakan tidak akan pernah diberikan oleh ALLAH
SWT.
Berdasarkan kondisi ini yang kami kemukakan di atas ini, jangan pernah berniat untuk melaksanakan perintah
ALLAH SWT menunggu tua saja atau nanti saja setelah kaya atau kalau sudah
pensiun baru kita mulai serius menjalankan perintah ALLAH SWT sedangkan resiko
yang kita hadapi sangatlah besar yaitu kita tidak tahu sampai kapan kita bisa
hidup di muka bumi ini serta adanya musuh abadi berupa AHWA dan SYAITAN. Untuk
itu manfaatkanlah, pergunakanlah, dengan baik-baiknya waktu yang kita jalani
saat ini, jangan sampai menyesal setelah Nyawa tiba dikerongkongan.
Hamba ALLAH SWT, berikut ini akan kami kemukakan manfaat yang terdapat
dibalik perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT serta perintah HAJI
yang manfaatnya dapat kita nikmati dan rasakan baik di dunia maupun di akhirat
kelak, yang kesemuanya baru akan di dapatkan jika kita telah melaksanakan SYAHADAT
dengan baik dan benar terlebih dahulu dan/atau tanpa adanya SYAHADAT maka
hal-hal sebagai berikut tidak akan pernah dapat kita nikmati dan rasakan,
seperti :
A.
MANFAAT dibalik perintah SHALAT
ALLAH SWT memerintahkan manusia untuk mendirikan SHALAT
bukanlah untuk merugikan manusia. Akan tetapi untuk keuntungan dan untuk
kepentingan manusia menjalankan tugas di muka bumi ini yang tidak mudah
dilaksanakan dikarenakan adanya AHWA dan SYAITAN. Agar SHALAT yang kita dirikan
dapat memberikan manfaat bagi diri kita maka kita harus tahu dan mengerti
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perintah SHALAT itu sendiri. Jika kita
mampu memiliki ilmu yang cukup baik tentang SHALAT maka hal-hal dibawah ini
yang merupakan manfaat dibalik perintah SHALAT dapat kita peroleh dan jika
manfaat SHALAT tidak dapat kita peroleh berarti ada sesuatu yang salah dalam
SHALAT yang kita dirikan.
1. Berdasarkan surat Huud (11) ayat 114 dikemukakan di bawah ini jika
kita mendirikan SHALAT maka dengan SHALAT yang kita dirikan akan menjadi
penghapus amal jahat yang telah pernah kita lakukan atau penghapus dosa
sehingga melalui SHALAT yang kita
dirikan ALLAH SWT akan mensucikan dan membersihkan jiwa kita dari pengaruh AHWA
dan SYAITAN.
dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang
(pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
(surat Huud (11) ayat 114)
2. Berdasarkan surat Al Ankabuut (29) ayat 45 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa jika kita mendirikan SHALAT maka
dengan SHALAT yang kita dirikan tersebut akan dapat mencegah diri kita untuk
melakukan perbuatan keji dan mungkar, termasuk di dalamnya diri kita juga akan dilindungi dari perbuatan
keji dan mungkar yang berasal dari orang lain yang tidak suka kepada diri kita.
bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu
Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 45)
3. Berdasarkan Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Ibn
Abbas ra di bawah ini dikemukakan bahwa jika kita mendirikan SHALAT maka kita
akan diberikan cahaya atau aura laksana matahari, akan dijaga oleh malaikat,
akan dilindungi serta mendapat
pertolongan dari ALLAH SWT, serta akan diberikan pula kesabaran pada saat diri
kita menerima kesukaran atau musibah.
Ibn Abbas r.a. berkata: Nabi SAW bersabda:
ALLAH SWT
ta'ala berfirman: Sesungguhnya Aku hanya menerima shalat dari orang yang
merendahkan diri karena keagungan-Ku dan tiada menyombongkan dirinya diatas
makhluk-Ku, tiada terus menerus bermaksiat pada-Ku, menghabiskan masa harinya
ber-dzikir kepada-Ku, berbalas kasih kepada orang miskin, orang musafir
–ibnussabil-, perempuan janda dan orang yang terkena musibah. Ia bercahaya laksana
matahari. Aku lindungi ia dengan kesabaran-Ku dan memerintahkan malaikat-Ku
menjaganya. Aku berinya cahaya dalam kegelapan dan kesabaran dalam kesukaran.
Ia diantara makhluk-makhluk-Ku laksana "Firdaus" di antara barisan
syurga.
(HQR Al Bazzar dari Ibnu Abbas, 272:44)
4. Berdasarkan Hadits Qudsi dan surat Al Maaidah (5)
ayat 12 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa jika kita mampu
mendirikan SHALAT tepat waktu atau selalu pada awal waktu akan dimasukkan ke
dalam Syurga yang mengalir air di dalamnya atau akan menjadi calon penghuni
Syurga sehingga tidak akan disiksa atau di azab oleh ALLAH SWT pada hari kiamat.
Aisyah
ra berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Sungguh Aku berjanji
kepada hamba-Ku bila ia melakukan shalat tepat pada waktunya, tidak akan aku
siksa dan pasti akan Aku masukkan syurga tanpa hisap.
(HQR Al Hakiem, 272:41)
dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian
(dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan
Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan
kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.
Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka
Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 12)
5. Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 41 dan ayat 77
di bawah ini dikemukakan bahwa orang yang mendirikan SHALAT maka segala
urusannya akan di urus oleh ALLAH SWT atau ALLAH SWT akan mengurus segala
urusan yang kita hadapi saat menjadi KHALIFAH di muka bumi sehingga hanya kemenanganlah
yang kita terima.
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan.
(surat Al Hajj (22) ayat 41)
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu,
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.
(surat Al Hajj (22) ayat 77)
6. Berdasarkan surat Faathir (35) ayat 18 di bawah ini
dikemukakan bahwa hanya orang yang mampu mendirikan SHALAT sajalah yang akan
disucikan dari segala dosa serta kesalahan yang telah pernah dibuatnya atau
akan dibersihkan dari pengaruh dosa yang telah pernah dilakukan akibat pengaruh
AHWA dan juga SYAITAN.
dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain[1252]. dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain)
untuk memikul dosanya itu Tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun
(yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri
peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka
tidak melihatNya[1253] dan mereka mendirikan sembahyang. dan Barangsiapa yang
mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya
sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).
(surat Faathir (35) ayat 18)
[1252] Maksudnya: masing-masing orang memikul
dosanya sendiri-sendiri.
[1253] Sebagian ahli tafsir menafsirkan bil ghaib
dalam ayat ini ialah ketika orang-orang itu sendirian tanpa melihat orang lain.
7. Berdasarkan surat Al Israa' (17) ayat 78-79-80 di
bawah ini dikemukakan bahwa hanya orang yang mendirikan SHALAT sajalah yang
akan di angkat ke tempat yang terpuji atau hanya orang yang mendirikan SHALAT
sajalah yang akan dimuliakan ALLAH SWT baik di dunia maupun di akhirat kelak.
dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku
secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar
dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong[866].
(surat Al Israa' (17) ayat 78-79-80)
[865] Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima . tergelincir matahari
untuk waktu shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.
[866] Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita
memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dan penuh
keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. ayat
ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. dan
ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki
kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik
pula.
8. Berdasarkan surat An Nuur (24) ayat 37-38 di bawah
ini dikemukakan bahwa orang yang mendirikan SHALAT akan diberikan atau akan diturunkan rezeki kepada
mereka tanpa batas dan/atau kepada orang yang mendirikan SHALAT mereka akan
diberikan tambahan karunia terhadap apa-apa yang telah dikerjakannya dan/atau
hanya orang yang mendirikan SHALAT sajalah yang hidupnya akan subur dan makmur.
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang
(di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(Mereka
mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka
(dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada
siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat An Nuur (24) ayat 37-38)
9. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 40-41-42-43 di
bawah ini dikemukakan bahwa mendirikan SHALAT merupakan wujud dari rasa syukur
diri kita kepada ALLAH SWT atas apa-apa yang telah diberikan kepada diri kita
dan/atau dalam rangka untuk menepati janji kepada ALLAH SWT dikarenakan diri
kita telah terikat dengan pernyataan RUH pada saat masih di dalam rahim ibu.
Hai Bani
Israil[41], ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu, dan
penuhilah janjimu kepada-Ku[42], niscaya aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan
hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).
dan
berimanlah kamu kepada apa yang telah aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada
padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya,
dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya
kepada Akulah kamu harus bertakwa.
dan janganlah
kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan
yang hak itu[43], sedang kamu mengetahui.
dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'[44].
(surat
Al Baqarah (2) ayat 40-41-42-43)
[41]
Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub;
sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.
[42]
Janji Bani Israil kepada Tuhan Ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada
rasul-rasul-Nya di antaranya Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana yang tersebut di
dalam Taurat.
[43]
Di antara yang mereka sembunyikan itu Ialah: Tuhan akan mengutus seorang Nabi
dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari,
Yaitu Nabi Muhammad s.a.w.
[44]
Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah
kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
10. Berdasarkan
surat An Nisaa' (4) ayat 162 di bawah ini dikemukakan bahwa ganjaran atau
pahala yang besar atas apa apa yang kita lakukan dan/atau ilmu yang kita
ajarkan hanya akan diberikan pahala jika kita mendirikan SHALAT dan/atau SHALAT
menjadi prasyarat bagi orang-orang yang berilmu mendapatkan pahala jika mengajarkan
ilmunya kepada sesama umat manusia dan/atau menjadi prasyarat bagi orang yang
melakukan perbuatan baik untuk memperoleh pahala yang besar dari ALLAH SWT.
tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara
mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan
kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang
yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala
yang besar.
(surat An Nisaa' (4)
ayat 162)
11. Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 39 yang kami
kemukakan di bawah ini, dikemukakan bahwa mendirikan SHALAT merupakan sarana
untuk memperoleh petunjuk dari ALLAH SWT atau sarana untuk mendapatkan arahan
dari ALLAH SWT sehingga SHALAT dapat dikatakan sebagai prasyarat yang harus
kita miliki untuk mendapatkan petunjuk atau arahan yang berasal langsung dari
ALLAH SWT.
kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya,
sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya):
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang
puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat[193] (yang datang) dari Allah,
menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan
orang-orang saleh".
(surat Ali Imran (3) ayat 39)
[193] Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang Nabi
yang diciptakan dengan kalimat kun (jadilah) tanpa bapak Yaitu Nabi Isa a.s.
12. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 45 yang kami
kemukakan di bawah ini, dikemukakan bahwa mendirikan SHALAT merupakan sarana
atau alat bantu atau media bagi diri kita untuk memohonkan pertolongan kepada
ALLAH SWT atau sarana untuk mengajukan permohonan apapun kepada ALLAH SWT. Hal
ini dikarenakan SHALAT merupakan tangga pertama atau syarat utama sebelum diri
kita mengajukan permohonan kepada ALLAH SWT.
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu',
(surat Al Baqarah (2) ayat 45)
13.Berdasarkan
surat Al Baqarah (2) ayat 110
yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa apa-apa saja yang terdapat
di balik manfaat perintah SHALAT hanya akan diberikan kepada yang mendirikan
SHALAT saja dan/atau SHALAT adalah untuk kebaikan diri sendiri dan/atau orang
yang tidak mendirikan SHALAT tidak akan pernah merasakan nikmat yang terdapat
di balik perintah SHALAT.
dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala
nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 110)
14. Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 71 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa ALLAH SWT baru akan memberikan atau
baru akan menurunkan Rahmat-Nya kepada diri kita setelah diri kita mendirikan
SHALAT atau SHALAT merupakan kunci pembuka dari diturunkannya rahmat ALLAH SWT
kepada diri kita.
dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
(surat At Taubah (9) ayat 71)
15. Berdasarkan
surat Luqman (31) ayat 2-3-4-5 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan
bahwa SHALAT yang kita dirikan merupakan Bukti atas pernyataan keimanan diri
kita kepada ALLAH SWT atau SHALAT
merupakan alat bukti bagi pelaksanaan Iman kepada ALLAH SWT.
Inilah
ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat,
menjadi
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,
(yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan
adanya negeri akhirat.
mereka Itulah
orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka Itulah
orang-orang yang beruntung.
(surat Luqman (31) ayat 2-3-4-5)
16. Berdasarkan Hadits Bukhari yang kami kemuakakan di bawah ini dikemukakan bahwa apabila kita
mendirikan SHALAT berarti diri kita sedang Berdialog atau sedang Berbisik atau
sedang berkomunikasi dengan ALLAH SWT sehingga hanya melalui SHALATlah kita
dapat melakukan dialog atau berbisik atau berkomunikasi dengan ALLAH SWT.
Dari Anas ra, katanya Nabi SAW
bersabda:"Apabila seseorang kamu sedang shalat, maka sesungguhnya ia
sedang berbisik dengan Tuhannya. Maka karena itu janganlah meludah ke hadapan
atau ke kanan, tetapi ke kiri di bawah telapak kakinya".
(HR Bukhari No.638)
Hamba ALLAH SWT, inilah 16(enam belas) manfaat yang terdapat di balik
perintah mendirikan SHALAT yang diperintahkan ALLAH SWT kepada umat manusia,
dimana kesemuanya baru akan dapat kita peroleh jika kita telah terlebih dahulu
melaksanakan Rukun Iman dan SYAHADAT dengan baik dan benar. Tanpa diri kita
melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka akan terpendamlah segala manfaat
yang ada di balik perintah SHALAT baik yang wajib maupun yang sunnah. Sekarang
semuanya sangat tergantung kepada diri kita maukah melaksanakan DIINUL ISLAM
secara KAFFAH?
B. MANFAAT dibalik perintah PUASA
Setiap manusia tanpa terkecuali termasuk diri kita pasti terdiri dari
Jasmani dan Ruhani. Dan jika ini kondisi dasar manusia, apa yang harus kita
perhatikan dan juga apa yang harus kita lakukan jika menerima perintah ALLAH
SWT yang terdapat di dalam surat Al
Baqarah (2) ayat 183 yang memerintahkan orang yang beriman untuk melaksanakan
Puasa di bulan Ramadhan? Hal yang harus kita perhatikan dan lakukan sewaktu
melaksanakan Puasa di bulan Ramadhan maupun puasa-puasa sunnah lainnya adalah yang berpuasa sejak subuh sampai dengan maghrib
tidak makan dan tidak minum adalah Jasmani sedangkan Ruhani jangan pernah
dipuasakan selama menjalankan ibadah puasa baik yang bersifat Wajib maupun yang
bersifat Sunnah.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,
(surat Al Baqarah (2) ayat 183)
Ruhani selama kita berpuasa sedapat mungkin diberikan makanan dan minuman
atau diberikan Vitamin yang sangat
bernilai tinggi yang banyak terdapat di bulan Ramadhan atau yang hanya berlaku
di bulan Ramadhan. Timbul pertanyaan, makanan dan minuman apakah atau Vitamin
apakah yang paling baik bagi Ruhani selama menjalankan Puasa? ALLAH SWT khusus
di bulan Ramadhan telah menetapkan beberapa aturan main yang pada intinya untuk
meningkatkan kemampuan Ruhani orang yang beriman, yaitu:
1. Segala
ibadah sunnah yang dilakukan di bulan Ramadhan nilainya dihitung menjadi ibadah
wajib oleh ALLAH SWT.
2. Segala
ibadah wajib jika dilakukan di bulan Ramadhan nilainya dilipatgandakan oleh ALLAH SWT.
3. Apabila
kita memberikan makanan atau minuman untuk orang yang berbuka puasa, maka
pahalanya sama dengan orang yang melaksanakan puasa.
4. Di
bulan Ramadhan ALLAH SWT memberikan kesempatan bagi seluruh orang yang beriman
untuk memperoleh apa yang dinamakan dengan Malam Laillatul Qadar.
5. Berdasarkan
Hadits, jika diri kita melaksanakan Ibadah Umroh di bulan Ramadhan maka
pahalanya seperti melaksanakan haji bersama NABI MUHAMMAD SAW.
Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa dibalik perintah Puasa harus dapat memberikan dampak positif
atau manfaat yang berguna bagi Jasmani dan juga bagi Ruhani. Jika Jasmani yang sejak awal sudah memiliki
sifat-sifat alamiah berupa nilai-nilai keburukan seperti malas, pelit,
tergesa-gesa, tidak sabaran, selalu mementingkan diri sendiri, maka dengan
tidak diberikannya makanan selama kurun waktu tertentu diharapkan dengan
berpuasa sifat-sifat tersebut dapat hilang digantikan dengan sifat-sifat
ilahiah yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan yang di bawa oleh Ruhani tau
melalui puasa kita harus dapat menjadikan puasa sebagai sarana untuk
mengendalikan srigala dalam diri yaitu AHWA yang sangat disukai oleh SYAITAN.
Dan jika setelah berpuasa nilai-nilai keburukan yang
dibawa oleh Jasmani masih bercokol dalam diri seperti sifat pelit, seperti
sifat malas, seperti sifat tergesa-gesa, berarti puasa yang kita lakukan selama
bulan Ramadhan belum sesuai dengan kehendak ALLAH SWT atau hal ini juga dapat
diartikan hasil dari puasa Ramadhan yang kita lakukan adalah hanyalah menahan
haus dan lapar belaka. Selain daripada itu semua, ibadah Puasa yang kita
lakukan baik itu Puasa di bulan Ramadhan ataupun puasa lainnya yang bersifat
sunnah, akan memberikan manfaat kepada diri kita, berupa:
1. Puasa
dapat menjadi pengendali bagi srigala dalam diri, dalam hal ini adalah AHWA dan
SYAITAN serta puasa dapat memutuskan hubungan antara diri kita dengan selain
ALLAH SWT, seperti harta, kesenangan dunia.
2.
Puasa dapat menjadi sumber penumbuh kekuatan
cita-cita, kehendak dan kemauaan yang sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan.
3.
Puasa dapat menjadi pelindung atau benteng atas
kelemahan Ruhani dari jajahan Jasmani.
4.
Puasa dapat menjadi sumber yang memancarkan kekuatan
beragama dan penambah sinar di dalam bathin.
5.
Puasa dapat menjadi sumber pokok kekuatan dan
kesehatan jasmani serta menambah kehalusan budi pekerti
6.
Puasa dapat menjadi perisai bagi dari kita terhadap
Api Neraka Jahannam.
Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH
ta'ala berfirman: Puasa itu adalah laksana perisai yang melindungi hamba-Ku
dari api neraka.
(HQR Aththabarani dan
Al Baihaqi;272:86)
7. Puasa, terutama Puasa Ramadhan, dapat menjadi salah
satu sarana atau alat bantu bagi diri kita untuk bertemu atau untuk menemui
ALLAH SWT dalam rangka diri kita menerima hasil dari ibadah puasa yang telah
kita laksanakan sewaktu menjadi KHALIFAH di muka bumi.
Rasulullah SAW dalam meriwayatkan hadist qudsi
menyatakan bahwa ALLAH SWT berfirman: "Semua amal perbuatan Bani Adam
menyangkut dirinya pribadi kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan
karena itu Akulah yang langsung membalasnya. Puasa itu ibarat perisai, pada
hari melaksanakan puasa, janganlah yang berpuasa mengucapkan kata-kata kotor,
tidak sopan, dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut hingar-bingar
bertengkar. Jika diantara kalian memakinya atau mengajak berkelahi, hendaknya
katakan kepadanya:"saya sedang berpuasa". Selanjutnya Nabi SAW bersabda:"Demi
ALLAH yang diri MUHAMMAD di dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang
berpuasa lebih wangi di sisi ALLAH dari bau Kesturi". Dan bagi orang
berpuasa tersedia dua kegembiraan, gembira ketika berbuka puasa karena bukanya
dan gembira ketika kelak menemui Tuhannya karena menerima pahala
puasanya".
(HQR Syaikani, Nasa'I dan Ibn Hibban yang
bersumber dari Abu Hurairah)
Hamba ALLAH SWT, inilah manfaat yang terdapat di balik perintah
PUASA yang diperintahkan ALLAH SWT
kepada umat manusia, dimana kesemuanya baru akan dapat kita peroleh dan rasakan
jika kita telah terlebih dahulu melaksanakan Rukun IMAN, SYAHADAT serta SHALAT
dengan baik dan benar. Tanpa melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka akan
terpendamlah segala manfaat yang ada di
balik perintah PUASA baik yang wajib maupun yang sunnah. Sekarang sudahkah diri
kita melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH?
C.
MANFAAT di balik perintah ZAKAT
Pengertian ZAKAT yang ada di dalam masyarakat adalah mengeluarkan atau
membayarkan atau menunaikan Hak Orang lain yang ada pada harta kita. Akan
tetapi di dalam buku kami, ZAKAT kami artikan sebagai perintah untuk
mengeluarkan, atau perintah untuk membayarkan, atau perintah untuk menunaikan
HAK ALLAH SWT atas apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada diri
kita, yang selanjutnya dibayarkan atau untuk di salurkan kepada para Mustahiq
yang berhak menerimanya.
Hamba ALLAH SWT tentu bertanya, atas dasar apakah kami menyatakan bahwa
ZAKAT adalah menunaikan HAK ALLAH SWT? Adapun alasan kenapa kami mengemukakan
hal tersebut adalah:
1.
Untuk menjadi menjadi MANUSIA yang terdiri dari
Jasmani dan Ruhani saja manusia termasuk diri kita tidak memiliki kemampuan
baik kepada Jasmani dan Ruhani, apa buktinya? Siapapun manusianya tidak ada
satupun yang mampu menjadikan Ruhani atau Jasmani untuk dirinya sendiri. Jika
ini adalah keadaan yang terjadi pada diri setiap manusia, sekarang patut dan
pantaskah ALLAH SWT memerintahkan kepada Manusia untuk menunaikan HAK ALLAH SWT
dikarenakan diri kita telah diberikan Jasmani dan Ruhani?
2.
Untuk bekerja, berkarya, memiliki profesi di muka
bumi ini, mungkinkah dapat dilakukan jika kita tidak memiliki Kehendak, Kalam,
Kemampuan, Ilmu, Hayat, Penglihatan, Pendengaran, Hati, Perasaan, Hubbul,
Jasmani dan Ruhani? Lalu punyakah diri kita kemampuan untuk menciptakan apa-apa
yang kami kemukakan di atas ini untuk diri kita sendiri? Siapapun manusianya
tidak ada satupun yang mampu menjadikan itu semua. Jika ini adalah keadaannya,
sekarang patut dan pastaskan ALLAH SWT memerintahkan kepada manusia untuk
menunaikan HAK ALLAH SWT dikarenakan diri kita telah diberikan itu semua?
3.
Setelah diri kita diri kita bekerja, berkarya,
memiliki profesi di muka bumi dengan memanfaatkan segala apa-apa yang telah
diberikan oleh ALLAH SWT, lalu dengan itu semua kita memperoleh manfaat yang
kita dapatkan dari bumi, seperti harta kekayaan. Sekarang siapakah pemilik dan
pencipta bumi itu, apakah ALLAH SWT ataukah diri kita? Siapapun manusianya
mereka semua bukanlah pencipta dan pemilik dari bumi. Dan jika ini keadaannya,
sekarang patut dan pantaskah ALLAH SWT memerintahkan untuk menunaikan HAK ALLAH
SWT dikarenakan diri kita telah mengambil manfaat dari bumi yang tidak pernah
diciptakan dan tidak pernah dimiliki oleh manusia, termasuk oleh diri kita?
Selain dari pada itu ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA KAYA yang tidak membutuhkan apapun dan dari
siapapun juga termasuk juga dengan ZAKAT yang kita tunaikan. Lalu untuk
siapakah ZAKAT yang kita tunaikan jika ALLAH SWT sendiri tidak membutuhkan itu
semua? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat ALLAH SWT dari sisi
yang lainnya, yaitu ALLAH SWT juga bertanggung jawab kepada umat manusia yang
mengalami keterbatasan fisik, kepada umat yang tidak berkecukupan, kepada umat
yang mengalami cobaan serta kepada umat yang mengalami bencana atau kepada
Mustahiq yang berhak menerimanya. Adanya kondisi inilah maka ALLAH SWT memerintahkan untuk menunaikan ZAKAT kepada
umat manusia. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa manfaat yang terdapat di
balik perintah menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan HAK ALLAH SWT,
yaitu
1. Menurut surat Al Maaidah (5) ayat 12 yang kami kemukakan di bawah
ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH
SWT yang terdapat di dalam harta kita maka zakat yang kita bayarkan akan dapat
menjadi Penghapus Dosa yang telah pernah kita
lakukan sehingga dengan itu kita akan memperoleh dan mendapatkan apa yang di
namakan dengan Kunci Syurga.
dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian
(dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan
Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan
kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka
Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 12)
2. Menurut surat At Taubah (9) ayat 5 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka
menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT akan
dapat membebaskan diri kita dari Azab ALLAH SWT dan/atau ZAKAT dapat menjadi
pembebas Azab yang akan dibebankan kepada kita atau yang akan ditimpakan kepada
diri kita.
apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630],
Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika
mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjalan[631]. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
(surat At Taubah (9) ayat 5)
[630] Yang dimaksud dengan bulan Haram disini Ialah:
masa 4 bulan yang diberi tangguh kepada kamu musyrikin itu, Yaitu mulai tanggal
10 Zulhijjah (hari turunnya ayat ini) sampai dengan 10 Rabi'ul akhir.
[631] Maksudnya: terjamin keamanan mereka.
3. Menurut
surat At Taubah (9) ayat 71 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika
kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di
dalam harta kita maka melalui ZAKAT kita akan memperoleh atau mendapatkan
Rahmat dari ALLAH SWT dan/atau ZAKAT merupakan prasyarat untuk memperoleh
rahmat yang berasal dari ALLAH SWT.
dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat At Taubah (9) ayat 71)
4. Menurut
surat Al Baqarah (2) ayat 277 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika
kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di
dalam harta kita maka ZAKAT dapat menjadi benteng dari ketakutan ataupun
benteng dari kegelisahan yang melanda diri kita dan/atau ZAKAT dapat menjadi
pembebas atau penyembuh dari ketakutan dan kegelisahan.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan
amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
(surat Al Baqarah (2) ayat 277)
5. Menurut
surat Al Baqarah (2) ayat 110 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika
kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di
dalam harta kita maka segala manfaat yang terdapat di dalam ZAKAT merupakan
untuk kebaikan bagi yang menunaikan ZAKAT dan/atau hanya orang-orang yang
menunaikan ZAKAT sajalah yang akan dapat
memperoleh segala manfaat dari ZAKAT.
dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat
pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 110)
2.
Menurut surat Al Hajj (22) ayat 78 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka
menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka pembayar ZAKAT
atau para Muzakki akan memperoleh perlindungan dari ALLAH SWT atau ZAKAT
merupakan salah satu prasyarat diberikannya perlindungan ALLAH SWT kepada diri
kita.
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang
tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari
dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi
saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia,
Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik-
baik penolong.
(surat Al Hajj (22) ayat 78)
[993] Maksudnya: dalam Kitab-Kitab yang telah
diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.
7. Menurut
surat An Nisaa' (4) ayat 162 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika
kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di
dalam harta kita maka pembayar ZAKAT atau Muzakki akan memperoleh ganjaran atau
pahala yang besar dari ALLAH SWT dan/atau ZAKAT dapat dikatakan sebagai salah
satu prasyarat untuk mendapatkan pahala yang besar dari ALLAH SWT.
tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara
mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan
kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang
yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala
yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 162)
8.
Menurut surat Al Hajj (22)
ayat 41 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT
dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka
segala urusan yang kita hadapi, segala permasalahan yang kita hadapi, segala
problematika hidup yang kita jalani dijamin oleh ALLAH SWT untuk dicarikan
solusi yang terbaik dan/atau ZAKAT merupakan pintu masuk bagi diberikannya
kemudahan untuk menyelesaikan segala urusan yang kita hadapi.
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan.
(surat Al Hajj (22) ayat 41)
9.
Menurut surat Al Anbiyaa (21) ayat 73 yang kami kemukakan di bawah ini
dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT
yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT dapat dijadikan cerminan bagi
pemimpin yang baik sehingga ZAKAT dapat menjadi indikator keberhasilan seorang
pemimpin di dalam melaksanakan tugasnya.
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada,
mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan
hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,
(surat Al Anbiyaa' (21) ayat 73)
10. Menurut surat An Nisaa' (4) ayat 77 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka
menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT dapat
bernilai lebih tinggi di bandingkan dengan berperang melawan musuh dan/atau
ZAKAT dapat dijadikan alat untuk menjembatani jurang antara yang kaya dengan
yang miskin.
tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan
kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah
sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka
berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada
manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu
takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang
kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami
sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia
ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa,
dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun[318].
(surat An Nisaa' (4) ayat 77)
[317] Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman
dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang.
[318] Artinya pahala turut berperang tidak akan
dikurangi sedikitpun.
11. Menurut surat An Nuur (24) ayat 37-38 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka
menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT merupakan
penyubur bagi rezeki yang telah kita terima dan/atau ZAKAT merupakan pupuk yang
terbaik bagi pertumbuhan harta yang kita miliki dan/atau ZAKAT merupakan
pelindung bagi harta yang kita miliki.
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang
(di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(Meraka
mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka
(dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada
siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat An Nuur (24)
ayat 37-38)
Selain daripada itu Zakat juga termasuk salah satu produk dari Bank Ilahiah serta bagian
yang tidak terpisahkan dengan produk Bank Ilahiah yang lainnya seperti Infaq,
Shadaqah, Wakaf, Hadiah, Nazar ataupun Qurban.
12. Menurut surat
An Najm (53) ayat 32 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam
rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka kita
tidak diperkenankan oleh ALLAH SWT berlagak suci dengan harta yang telah kita
miliki jika belum menunaikan atau membayar ZAKAT atau ZAKAT merupakan cerminan
dari kesucian diri dan kesucian harta yang kita miliki dihadapan ALLAH SWT.
(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu
ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut
ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat An Najm (53) ayat 32)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang
menganggap dirinya bersih?[308]. sebenarnya Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.
(surat An Nisaa' (4) ayat 49)
[308] Yang dimaksud di sini ialah orang-orang Yahudi
dan Nasrani yang menganggap diri mereka bersih. Lihat surat
Al Baqarah ayat 80 dan ayat 111 dan surat
Al Maa-idah ayat 18.
13. Menurut surat Fushshilat (41) ayat 7 yang kami
kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka
menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT dapat
menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang kafir dan/atau
dapat menjadi tolak ukur siapa yang berhak menempati syurga dan siapa yang
berhak menempati neraka.
(yaitu)
orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya
(kehidupan) akhirat.
(surat Fushshilat (41) ayat 7)
Hamba ALLAH SWT, inilah manfaat yang terdapat di balik perintah ZAKAT
artinya perintah untuk membayarkan, untuk menunaikan HAK ALLAH SWT kepada para
Mustahiq yang berhak menerimanya. Dimana kesemua manfaat tersebut baru akan
dapat kita peroleh dan rasakan jika kita telah terlebih dahulu melaksanakan
DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Tanpa melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka
akan terpendamlah segala manfaat yang ada di balik perintah ZAKAT baik yang
wajib maupun yang sunnah. Sekarang sudahkah diri kita melaksanakan DIINUL ISLAM
secara KAFFAH?
D. MANFAAT dibalik perintah HAJI
Agar diri kita dapat memperoleh segala manfaat yang
terdapat di balik perintah melaksanakan ibadah HAJI dan/atau perintah melaksanakan ibadah Umroh, terdapat beberapa
hal-hal pokok yang sangat mendasar, yang wajib kita jadikan pedoman saat
melakukan ibadah dimaksud, yaitu:
1. ALLAH
SWT di dalam Ibadah HAJI dan Umroh wajib diletakkan dan ditempatkan sebagai
Tuan Rumah sedangkan diri kita bertindak sebagai Tamu. Adanya kondisi ini
berarti ALLAH SWT selaku Tuan
Rumah harus menjadi tujuan dan/atau yang harus ditemui oleh para Tamunya.
Sekarang apa jadinya jika Tamu yang datang melaksanakan ibadah HAJI ataupun
Umroh akan tetapi tidak berjumpa dengan ALLAH SWT selaku Tuan Rumah sedangkan
inti dari berkunjung atau inti dari bertamu atau inti dari memenuhi undangan
adalah bertemu dengan Tuan Rumah?
Setelah
mengetahui hal ini, maka kita harus memiliki pengetahuan yang sangat baik
tentang Siapakah Tuan Rumah itu sebenarnya, apakah posisinya di jagad raya ini,
serta bagaimana cara menempatkan dan meletakkan Tuan Rumah yang sesuai dengan
kehendak Tuan Rumah itu sendiri. Kemudian
dilanjutkan dengan kitapun harus memiliki ilmu pula tentang siapa diri
kita sebenarnya yang akan menjadi Tamu bagi Tuan Rumah, lalu untuk apakah kita
bertamu kepada Tuan Rumah. Jika kita mampu memiliki pengetahuan ini secara baik
dan benar maka akan sangat memudahkan diri kita saat melaksanakan ibadah HAJI
ataupun ibadah Umroh.
2. Jika
untuk bertemu Presiden di Istana saja kita wajib memenuhi terlebih dahulu
syarat dan ketentuan dari protokoler istana, maka hal yang samapun berlaku jika
kita ingin menemui ALLAH SWT; ingin bertamu ke rumah ALLAH SWT, maka kita pun
wajib memenuhi syarat dan protokoler yang telah ditetapkan ALLAH SWT yang
terdiri dari Rukun HAJI dan Wajib HAJI serta
Sunnah HAJI Setelah diri kita mampu bertemu dengan ALLAH SWT
dan/atau setelah diri kita menjadi Tamu di Rumah ALLAH SWT maka berbuatlah,
berperilakulah, bertindaklah agar Tuan Rumah menjadi senang yang pada akhirnya
akan memberikan oleh-oleh berupa HAJI yang MABRUR.
3. Melaksanakan
ibadah HAJI ataupun ibadah Umroh tidak akan bisa dipisahkan dengan apa-apa yang
di alami secara langsung oleh NABI IBRAHIM as, beserta keluarganya seperti
Thawaf mengelilingi Ka'bah yang dahulunya dibangun oleh NABI IBRAHIM as bersama
anaknya NABI ISMAIL as; Sa'i yaitu berlari dan berjalan antara Safa dan Marwah
yang merupakan napak tilas perjuangan dari Istri NABI IBRAHIM as, yaitu SITI
HAJAR untuk memperoleh Air untuk NABI ISMAIL as saat masih bayi ditengah
tandusnya gurun setelah keduanya ditinggal oleh NABI IBRAHIM; Melempar Jumroh
dalam rangka melempar SYAITAN yang telah mengganggu NABI IBRAHIM as dan
keluarganya di saat akan melaksanakan
perintah untuk berkurban, dst.
4. NABI
IBRAHIM as beserta keluarganya sudah memberikan keteladanan kepada seluruh umat
manusia, sekarang setelah
melaksanakan ibadah HAJI ataupun Umroh sudahkah keteladanan yang dicontohkan
oleh NABI IBRAHIM as beserta keluarganya dan yang juga telah kita napak tilasi
telah melekat di dalam diri kita sehingga diri kita mampu pula menjadi TELADAN
di tengah masyarakat? Jika keteladanan NABI IBRAHIM as, dan keluarganya
tidak dapat menjadikan diri kita menjadi manusia teladan tentu ada sesuatu yang
salah di dalam pelaksanaan ibadah HAJI dan Umroh yang kita laksanakan.
Hamba ALLAH SWT, pedoman dan ketentuan yang telah
kami kemukakan di atas ini merupakan penyegar, pengingat yang mungkin dapat
menambah wawasan dan menjadikan pola berfikir yang baik saat diri kita
melaksanakan ibadah HAJI ataupun ibadah Umroh. Selanjutnya akan kami kemukakan
beberapa manfaat yang terdapat di balik perintah HAJI ataupun perintah Umroh yang
diperintahkan oleh ALLAH SWT kepada umat
manusia, yaitu:
1. Berdasarkan
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, yang kami kemukakan di bawah
ini, jika kita melaksanakan Ibadah HAJI ataupun Ibadah Umroh berarti diri kita
menjadi TAMU ALLAH SWT dan/atau HAJI atau Umroh salah satu bentuk penghargaan
dari ALLAH SWT kepada diri kita sehingga kita di undang untuk bertamu dalam
rangka bertemu dan menemui ALLAH SWT melalui ibadah HAJI ataupun Umroh.
Rasulullah SAW bersabda: "Tamu ALLAH ada tiga:
Orang yang
berhaji, orang yang berumrah dan orang yang berperang sabil".
(HR
Nasa'i, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Hurairah r.a)
2. Berdasarkan Hadits yang
diriwayatkan oleh Abud Dardaa' ra, yang
kami kemukakan di bawah ini, jika kita melaksanakan ibadah HAJI merupakan salah
satu bentuk dari rasa Syukur kita atas diberikannya nikmat badan yang sehat dan
juga nikmat rezeki yang luas yang telah diberikan ALLAH SWT kepada diri kita.
ALLAH SWT berfirman dalam hadist Qudsi:
"Seseorang yang telah Aku kurniai badan yang sehat dan rizki yang lapang,
namun tidak mau bertamu setelah empat tahun, sesungguhnya ia terlarang untuk
mendapat pahala dari sisi ALLAH SWT".
(HQR
Thabarani kitab Al-Ausath dan Abu Ya'laa dari
Abud-Dardaa' r.a)
3. Melaksanakan
ibadah HAJI merupakan kesempatan bagi diri kita untuk menghadiri Open House
yang yang diselenggarakan oleh ALLAH SWT di padang Arafah dalam rangka ALLAH
SWT menghormati tamu-tamu yang telah diundang-Nya dengan melakukan Wukuf
dan/atau WUKUF adalah saat ALLAH SWT melakukan Open House untuk menghormati
tamu-tamu yang telah di undang-Nya.
4. Berdasarkan surat Al Mumthahanah (60) ayat 6 yang
kami kemukakan di bawah ini, dikemukakan bahwa melaksanakan ibadah HAJI ataupun
ibadah Umroh merupakan NAPAK TILAS dari peristiwa-peristiwa atau perjalanan
hidup yang terjadi pada diri dan keluarga NABI IBRAHIM as. Dengan harapan
setelah kita melakukan NAPAK TILAS keteladanan yang terdapat di dalam diri NABI
IBRAHIM as beserta keluarganya, dapat menjadi pelajaran yang berharga sewaktu
diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi dan/atau dapat menjadikan diri kita
berkualitas seperti berkualitasnya NABI IBRAHIM as; seperti berkualitasnya SITI
HAJAR serta berkualitasnya NABI ISMAIL as.
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya)
ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala)
Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling,
Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(surat Al Mumthahanah (60) ayat 6)
5. Berdasarkan surat Ali
Imran (3) ayat 97 di yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI
merupakan salah satu sarana bagi diri kita untuk memenuhi kewajiban diri kita
kepada ALLAH SWT dan/atau ibadah HAJI merupakan kewajiban diri kita kepada ALLAH
SWT.
padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215];
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup
Mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.
(surat Ali Imran (3)
ayat 97)
[215] Ialah: tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri
membangun Ka'bah.
[216] Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan
perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani dan perjalananpun
aman.
6. Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 27-28 yang kami kemukakan di bawah
ini, melaksanakan ibadah HAJI berarti diri kita telah memenuhi seruan NABI
IBRAHIM as, untuk datang ke Baitullah
dalam rangka mempersaksikan berbagai manfaat dari menemui ALLAH SWT dan
juga Napak Tilas perjalanan dan perjuangan NABI IBRAHIM as beserta keluarganya.
dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan
haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurus[984] yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan[985]
atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak[986].
Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk
dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
(surat Al Hajj (22)
ayat 27-28)
[984] Unta yang kurus menggambarkan jauh dan
sukarnya yang ditempuh oleh jemaah haji.
[985] Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan
hari tasyriq, Yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
[986] Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini
ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
3. Berdasarkan
surat Al Baqarah (2) ayat 198-199-200 yang kami kemukakan di bawah ini,
melaksanakan ibadah HAJI berarti kita telah diberikan kesempatan yang terbaik,
saat yang terbaik untuk mengingat, memuji, mengagungkan, serta memohon kepada
ALLAH SWT di tempat yang terbaik di muka bumi ini yaitu di Baitullah, di Arafah
dan juga di Masjid Nabawi.
tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam[125]. dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.kemudian bertolaklah
kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun
kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu,
Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut
(membangga-banggakan) nenek moyangmu[126], atau (bahkan) berdzikirlah lebih
banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan
Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian
(yang menyenangkan) di akhirat.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 198-199-200)
[125] Ialah bukit Quzah di Muzdalifah.
[126] Adalah menjadi kebiasaan orang-orang Arab
Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu Bermegah-megahan tentang kebesaran nenek
moyangnya. setelah ayat ini diturunkan Maka memegah-megahkan nenek moyangnya
itu diganti dengan dzikir kepada Allah.
8. Berdasarkan
surat Al Hajj (22) ayat 29 yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI dapat merupakan kesempatan
emas yang diberikan oleh ALLAH SWT untuk mensucikan diri kita dari segala
Najis, segala kotoran, dari segala perbuatan Syirik ataupun Musyrik baik lahir
dan bathin. Adanya kesucian di dalam diri manusia atau adanya
kefitrahan di dalam diri manusia maka akan memudahkan manusia itu sendiri untuk
berkomunikasi atau berhubungan dengan ALLAH SWT yang pada akhirnya memudahkan
pula kita memperoleh pertolongan ALLAH SWT.
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan
kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan
nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf
sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
(surat Al Hajj (22) ayat 29)
[987] Yang dimaksud dengan menghilangkan kotoran di
sini ialah memotong rambut, mengerat kuku, dan sebagainya.
[988] Yang dimaksud dengan Nazar di sini ialah
nazar-nazar yang baik yang akan dilakukan selama ibadah haji.
9. Berdasarkan surat Al
Baqarah (2) ayat 150 yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI
ke Baitullah dapat dikatakan sebagai sebuah perjalanan lahir dan bathin di dalam rangka untuk
memperkuat kedudukan Masjidil Haram sebagai lambang ketauhidan dikarenakan di
dalamnya terdapat bangunan Ka'bah yang tidak lain adalah Kiblat manusia untuk
melaksanakan ibadah atau di dalam mengokohkan kedudukan Masjidil Haram
yang di dalamnya ada Ka'bah sebagai pedoman atau arah menuju ke yang Maha Satu,
dalam hal ini adalah ALLAH SWT.
dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka
Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu,
kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku
atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
(surat Al Baqarah (2) ayat 150)
Hamba ALLAH SWT, inilah beberapa manfaat yang terdapat di balik perintah
HAJI yang diperintahkan ALLAH SWT kepada umat manusia, dan masih banyak lagi.
Dimana kesemuanya baru akan dapat kita peroleh dan dapat kita rasakan jika kita
telah terlebih dahulu melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Tanpa
melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka akan terpendamlah segala manfaat
yang ada di balik perintah HAJI ataupun UMROH. Sekarang sudahkah diri kita
melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH?
Jika hal-hal yang telah kami kemukakan di atas seperti melaksanakan Rukun
Iman dan Rukun Islam dengan baik dan benar maka apa-apa yang telah kita laksanakan wajib tercermin di dalam
perilaku dan perbuatan baik yang tidak hanya berguna bagi diri sendiri namun
juga berguna dan bermanfaat bagi khalayak ramai. Jika
hal ini terjadi berarti Ikhsan telah ada di dalam diri kita dan jika Ikhsan
sudah ada dalam diri berarti kita telah mampu melaksanakan DIINUL ISLAM dengan
baik dan benar.
Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, apa yang akan anda lakukan setelah
mengetahui segala manfaat yang terdapat dibalik perintah ALLAH SWT yang terdapat di dalam
DIINUL ISLAM yang tidak untuk kepentingan akhirat semata melainkan juga untuk
kepentingan hidup di dunia? Jika
kita merasa butuh atau membutuhkan itu semua berarti diri kita harus
melaksanakan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas dengan sebaik-baiknya.
Dan jika apa-apa yang terdapat di balik perintah ALLAH SWT telah dapat kita
peroleh, maka kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat sudah ada di
tangan kita.
Sekarang kesemuanya tergantung kepada diri kita, apakah mau menerima hal
itu semua ataukah tidak mau mematuhi
atas apa-apa yang diperintahkan ALLAH SWT? Jika pilihan yang kita ambil adalah
tidak mau mematuhi apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT yang pasti ALLAH SWT tidak akan
pernah merasa rugi dengan apa yang kita pilih. Namun demikian, jika sampai pilihan
itu yang akan kita ambil, tolong perhatikan, tolong pertimbangkan dengan
masak-masak sebelum Nasi menjadi Bubur, yaitu apa yang dinamakan dengan Ancaman
ALLAH SWT. Timbul pertanyaan, seperti apakah Ancaman ALLAH SWT itu?
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa bentuk Ancaman ALLAH SWT yang
siap digelontorkan oleh ALLAH SWT kepada setiap manusia yang di dalam dirinya
terdapat dampak sistemik dari pengaruh AHWA dan SYAITAN serta ketidakseriusan
manusia melaksanakan perintah ALLAH SWT, yaitu:
1.
ALLAH SWT akan menutup pintu hati manusia sehingga
ia tidak memiliki apa yang dinamakan dengan perasaaan dan/atau hal ini dapat di
artikan bahwa ALLAH SWT telah memutuskan hubungan dengan diri kita akibat dari
kita sendiri memilih jalan keburukan.
dan mereka
berkata: "Hati Kami tertutup". tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk
mereka karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali mereka yang beriman.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 88)
Jika
kondisi ini yang telah kita ambil maka jangan pernah berharap kita akan
memperolah manfaat yang terdapat di jalan kebenaran dan juga jangan pernah
berharap untuk menjadi penghuni Syurga. Hal yang pasti adalah kita akan selalu
berada di dalam kehendak AHWA dan juga SYAITAN.
2.
ALLAH
SWT akan memberikan azab atau hukuman pada saat kita hidup di dunia dan/atau
selama hayat masih di kandung badan, berupa ketidaktenangan hidup, berupa resah
dan gelisah, berupa ketakutan, berupa kesusahan usaha, berupa susahnya
memperoleh pertolongan manusia, selalu dihantui dengan rasa gamang atau berupa
ketakutan yang selalu menghantui diri kita, pikiran menjadi tertutup, susah
menerima masukan dari orang lain, termasuk di dalamnya diperbudak oleh harta,
diberikannya anak yang tidak berbakti kepada orang tua serta kepahitan hidup
menjadi makanan sehari-hari.
dan Demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu
menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.
(surat Al An'am (6) ayat 129)
3. ALLAH SWT akan mengazab, akan
memberikan penghargaan kepada manusia-manusia yang berjalan di jalan keburukan
dengan azab yang pedih, serta akan dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam untuk
menjalani hidup bersama dengan SYAITAN di kampung kebinasaan dan kesengsaraan.
dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada
orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan
sedikitpun atas Kami, Maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu
lakukan".
(surat Al A'raaf (7) ayat 39)
Hamba ALLAH SWT,
itulah 3(tiga) buah ANCAMAN yang siap diberikan kepada diri kita. Selanjutnya
dengan adanya ANCAMAN yang siap diberikan oleh ALLAH SWT, maka jika kita merasa
mampu menanggulangi itu semua, jika merasa pulang ke NERAKA JAHANNAM merupakan
tujuan akhir dari hidup yang sedang kita jalankan saat ini, jika kita merasa
nyaman hidup bertetangga dengan SYAITAN di NERAKA JAHANNAM kelak, maka
konsistenlah dari waktu ke waktu tanpa mengenal lelah untuk selalu berbuat dan
bertindak melanggar perintah ALLAH SWT atau berbuatlah dan berkehendaklah
sesuai dengan perintah SYAITAN. Akan tetapi jika kita merasa SYURGA merupakan tujuan
pulang kampung atau memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang
kita dambakan maka tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk menerima,
melaksanakan, menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan ALLAH SWT dengan
baik dan benar atau menerima dan melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.
Sebagai penutup buku
ini, berikut ini akan kami kemukakan kepada Hamba ALLAH SWT tentang Janji-Janji
ALLAH SWT yang pasti diberlakukan, yang pasti siap diberikan, yang pasti siapa
ditimpakan kepada umat manusia baik saat di dunia maupun di akhirat kelak,
seperti:
a. Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat
9 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan mengampuni segala dosa dan kesalahan dan
juga akan memberi ganjaran dengan pahala yang besar sepanjang diri kita mau
beriman dan beramal shaleh.
b. Berdasarkan surat Huud (11) ayat 94
dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan merahmati manusia dan juga akan menyelamatkan
manusia dari bencana, dari niat busuk atau niat jahat yang berasal dari
manusia.
c. Berdasarkan surat An Naml (27) ayat
62 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan mengangkat manusia menjadi KHALIFAH di muka bumi dan/atau menjadikan
manusia sebagai penguasa di muka bumi.
d. Berdasarkan surat An Nisaa' (4) ayat
57 dikemukakan bahwa Orang yang taat dan patuh kepada ALLAH SWT (dengan
mengerjakan amal shaleh) akan masuk Syurga dan yang membangkang akan masuk
Neraka.
e. Berdasarkan surat Fushshilat (41)
ayat 46 dikemukakan bahwa ALLAH SWT tidak akan menganiaya manusia sedikitpun
jika beriman dan beramal shaleh.
f. Berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat
168 dikemukakan bahwa setiap manusia tanpa terkecuali akan di uji oleh ALLAH
SWT dengan kebaikan dan keburukan oleh ALLAH SWT.
g. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat
286 dikemukakan bahwa ALLAH SWT tidak akan membebani seseorang di luar batas
kemampuannya.
h. Berdasarkan surat Alam Nasyrah (94)
ayat 5-6 dikemukakan bahwa sesudah kesulitan pasti akan akan kemudahan.
i.
Berdasarkan
surat An Nisaa (4) ayat 32 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan menentukan rezeki
manusia berbeda-beda sesuai dengan perbuatan dan pekerjaannya masing-masing.
j.
Berdasarkan
surat Al Ankabuut (29) ayat 64 dikemukakan bahwa kehidupan dunia hanya
sandiwara sedangkan kehidupan yang sebenarnya ada di akhirat.
k. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat
261 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan memberikan pahala kepada orang yang
menginfaqkan hartanya dengan balasan 700 kali lipat.
l.
Berdasarkan
surat Al An'am (6) ayat 160 dikemukakan bawha Amal baik yang dilakukan oleh
mansuaia akan dibalas oleh ALLAH SWT sebanyak 10 (sepuluh) kali lipat.
m. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat
216 dikemukakan bahwa kejadian yang buruk yang menimpa tidak selalu berarti
jelek, sebaliknya kejadian menyenangkan tidak pula selalu berarti indah.
n. Berdasarkan surat An Naazi'aat (79)
ayat 40-41 dikemukakan bahwa orang yang dapat menahan diri dari keinginan ahwa
atau hawa nafsunya maka syurgalah ganjarannya.
o. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat
153 dikemukakan bahwa sabar dan pemaaf adalah sifat utama dan ALLAH SWT beserta
atau bersama orang yang sabar.
p. Berdasarkan surat Ar Ra'd (13) ayat
28 dikemukakan bahwa Hati Ruhani akan menjadi tenteram atau akan timbul
ketenangan dengan mengingat ALLAH SWT.
q. Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 22
dikemukakan bahwa orang yang berserah diri kepada ALLAH SWT, berarti ia telah
berpegang pada buhul atau tali yang kokoh.
r.
Berdasarkan
surat Al Baqarah (2) ayat 152 dikemukakan bahwa ayat dikemukakan bahwa Apabila
kita ingat ALLAH SWT, maka ALLAH SWT pun akan ingat pada kita. Sedangkan
menurut hadits qudsi 272:17, apabila kita ingin menemui ALLAH SWT maka ALLAH SWT pun akan menemui kita serta
apabila kita enggan menemui ALLAH SWT maka ALLAH SWT enggan menemui kita.
s. Berdasarkan surat An Nahl (16) ayat
93 dikemukakan bahwa setiap manusia tanpa terkecuali, termasuk diri kita diberi
kebebasan penuh dalam bertindak dan memilih untuk ke Syurga ataukah ke Neraka
Jahannam.
t.
Berdasarkan
surat Al Qiyaamah (75) ayat 36 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan meminta
pertanggungjawaban atas apa-apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia.
u. Berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat
179 dikemukakan bahwa orang yang tidak mempergunakan hati, akal, mata dan
telinganya untuk memahami ayat-ayat ALLAH SWT akan ditempatkan di Neraka.
v. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat
112 dikemukakan bahwa orang yang berserah diri dan berbuat kebaikan, tidak akan
merasa sedih atapun khawatir saat hidup di dunia.
w. Berdasarkan surat Muhammad (47) ayat
7 dikemukakan bahwa orang yang menolong agama ALLAH SWT niscaya akan ditolong
dan diteguhkan kedudukannya.
x. Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 7
dikemukakan bahwa jika kita selalu bersyukur kepada ALLAH SWT dari waktu ke
waktu, maka ALLAH SWT akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita dari waktu ke
waktu pula.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi yang juga
MAKHLUK yang TERHORMAT, apakah kasih sayang ALLAH SWT yang tertuang di dalam
JANJI-JANJI ALLAH SWT akan kita sia-siakan saja ataukah kita sudah merasa cukup
dengan apa yang ada saat ini atau apakah kita biarkan begitu saja kasih sayang
ALLAH SWT sehingga kita lebih menikmati kasih sayang yang berasal dari SYAITAN
maupun kasih sayang dari AHWA atau kita merasa sanggup melaksanakan dan
menerima apa yang telah di ancamkan oleh ALLAH SWT? Sebagai MAKHLUK yang sejak awal sudah diciptakan oleh ALLAH
SWT dalam kondisi TERHORMAT, tentu kita harus pula mencerminkan KEHORMATAN yang telah kita miliki
tersebut dengan berperilaku dan berbuat sesuai KEHORMATAN yang kita miliki
sehingga diri kita akan TERHORMAT pula dihadapan ALLAH SWT sehingga melalui
KASIH SAYANG ALLAH SWT kepada diri kita akan dapat menghantarkan diri kita
pulang kampung secara TERHORMAT, ke tempat TERHORMAT untuk bertemu ALLAH SWT dalam suasana yang saling HORMAT
MENGHORMATI.
Untuk itu kami
mengucapkan selamat kepada pembaca buku ini yang telah mampu menjadikan dirinya
selalu TERHORMAT, anak dan keturunannya selalu TERHORMAT dari waktu ke waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar