Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 18 Mei 2016

HIKMAH SYAHADAT


  
Saat ini, setiap manusia yang masih hidup di dunia, tanpa terkecuali termasuk di dalamnya diri kita, dapat dipastikan semuanya sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi dan yang juga telah sukses melaksanakan SYAHADAT, apa yang ada rasakan dan/atau apa yang anda pikirkan jika membaca surat Al Ashr (103) ayat 1-2-3 yang kami kemukakan di bawah ini, jika dihubungkan dengan usia yang telah kita jalani?


Demi Masa
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(surat Al Ashr (103) ayat 1-2-3)


Jawaban dari pertanyaan ini ada 2(dua) kemungkinan yaitu termasuk di dalam golongan yang manakah diri kita, apakah yang dikatakan oleh ALLAH SWT sebagai manusia yang berada di dalam kerugian ataukah masuk dalam golongan manusia yang berada di dalam keberuntungan.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi tentu kita tidak akan pernah berharap masuk dalam golongan manusia yang penuh kerugian seperti yang dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam surat Al Asrh di atas ini. Akan tetapi kenyataan yang ada adalah justru diri kita berada di dalam kerugian, justru kita berada di dalam keterpurukan, justru kita berada di dalam kehinaan, dan jika ini yang terjadi siapakah yang patut dipersalahkan, diri kitakah ataukah ALLAH SWT? Jika kita menelaah perjalanan waktu yang telah kita lalui, apakah itu detik yang kita lalui, apakah menit yang kita lalui, apakah jam yang kita lalui, apakah hari yang kita lalui, apakah minggu yang kita lalui, apakah bulan ataupun tahun yang kita lalui, di jalan manakah yang kita tempuh, apakah di jalan kerugian ataukah jalan keberuntungan?

Hal yang pasti adalah baik kerugian maupun keberuntungan merupakan hasil dari apa-apa yang telah kita laksanakan. Sepanjang diri kita konsisten menempuh jalan kerugian maka kerugianlah yang akan kita peroleh, demikian pula sebaliknya jika jalan keberuntungan secara konsisten yang kita lalui maka keberuntunganlah yang akan kita peroleh. Sekarang bagaimana dengan diri kita yang sudah melaksanakan SYAHADAT dengan baik dan benar, apakah mungkin kerugian yang dikemukakan di dalam surat Al Ashr yang kita peroleh? Sepanjang diri kita mampu melaksanakan SYAHADAT dengan baik dan benar yang kemudian dibuktikan di dalam perbuatan maka tidak akan mungkin diri kita digolongkan sebagai manusia yang penuh dengan kerugian, penuh dengan keterpurukan serta penuh dengan kehinaan.Selain daripada itu, jika kita telah sukses melaksanakan SYAHADAT maka apa-apa yang terdapat di dalam hadits qudsi di bawah ini dapat kita peroleh.


Ali ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Laa ilaaha Illa Allah, Firman-Ku dan Akulah dia maka barangsiapa mengucapkannya ia masuk dalam benteng-Ku dan bebas dari siksaan-Ku.
(HQR Ibnu Najjar; 272:165)


Anas bin Malik ra, berkata; Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Demi kemuliaan, kebesaran dan rahmat-Ku tidaklah Aku biarkan seorang yang telah mengucapkan " Laa Ilaaha Illa Allah" masuk neraka.
(HQR Tamam; 272:161)


Ali ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman:
 "Laa illaaha illa Allah" benteng-Ku, dan barangsiapa memasuki benteng-Ku ia bebas dari siksaan-Ku.
(HQR Abu Nu'aim, Ibnu Najjar dan Ibnu Asakir, 272:166)


Hamba ALLAH SWT, jika apa-apa yang kami kemukakan di atas ini sudah dapat kita peroleh dan sudah pula kita rasakan nikmatnya, maka keberuntungan dan kesuksesan hidup dan kehidupan sudah membentang di hadapan diri kita dan yang tidak akan terjadi adalah orang yang telah bersyahadat dengan baik dan benar akan menderita kerugian, mengalami keterpurukan dan kehinaan dalam hidup dan kehidupan.

Apakah hanya sebatas itu saja yang dapat kita peroleh serta yang dapat kita raih dari pelaksanaan SYAHADAT yang baik dan yang benar? Seperti kita ketahui bersama di balik perintah SHALAT, dibalik perintah PUASA, di balik perintah ZAKAT, dibalik perintah HAJI terdapat banyak manfaat yang dapat kita peroleh jika kita mampu melaksanakannya dengan baik dan benar. Agar manfaat yang terdapat di balik Rukun Islam  kita peroleh maka tidak ada jalan lain kecuali kita melaksanakan SYAHADAT dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan SYAHADAT merupakan jembatan atau penghubung antara diri kita dengan ALLAH SWT saat melaksanakan SHALAT, PUASA, ZAKAT dan  HAJI; SYAHADAT merupakan perekat atau semen atau lem dengan ibadah SHALAT, PUASA, ZAKAT dan HAJI; SYAHADAT merupakan prasyarat utama untuk memperoleh apa-apa yang terdapat di balik perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT dan juga perintah HAJI.

Sebelum kami membahas lebih lanjut tentang Hikmah SYAHADAT, perkenankan kami untuk mengemukakan ilustrasi sebagai berikut: Jika saat ini kita memiliki anak, lalu anak itu kita perintahkan untuk mandi. Sekarang timbul pertanyaan, apakah yang kita harapkan dari anak yang kita perintahkan untuk mandi, apakah kegiatan mandinyakah yang kita harapkan ataukah kesehatan tubuh yang dihasilkan dari aktifitas mandi yang kita harapkan? Sebagai orang tua tentu kita berharap melalui mandi yang dilakukan oleh anak maka kesehatan tubuh dapat ia peroleh.

Fairplay-kah diri kita memerintahkan anak untuk mandi dalam rangka untuk memperoleh kesehatan, jika air bersih, sabun, odol, sikat gigi, handuk dan pakaian pengganti tidak kita persiapkan? Jika kesehatan tubuh merupakan tujuan dari perintah mandi, maka sudah sepantasnya dan sepatutnya kita menyediakan air bersih, sabun, odol, sikat gigi, handuk dan pakaian pengganti sebelum anak mandi. Adanya kondisi ini dapat dikatakan suatu perintah tidak dapat dipisahkan begitu saja dengan sarana dan prasarana tententu atau syarat dan ketentuan tertentu guna memperoleh hasil akhir yang baik. Selanjutnya dapatkah seorang anak dikatakan telah mandi, jika setelah mandi ia masih menggaruk-garuk kegatalan walaupun segala sarana dan prasarana mandi telah kita sediakan dengan baik?


Jika perintah mandi yang kita perintahkan kepada anak merupakan jalan untuk memperoleh kesehatan tubuh, maka seorang anak belum dapat dikatakan ia telah sukses mandi secara sempurna jika setelah mandi ia masih merasakan gatal-gatal atau masih menggaruk-garuk akibat rasa gatal yang berasal dari kotoran dan keringat yang tersisa. Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas ini, dapat kita katakan bahwa di balik perintah mandi terdapat suatu manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia, maka berdasarkan kondisi di atas ini tidak salah jika manusia termasuk diri kita sangat butuh dengan mandi. Hal yang perlu kita perhatikan adalah kita butuh kepada mandi, bukan perlu dengan mandi. Timbul pertanyaan, siapakah yang akan memperoleh manfaat dibalik perintah mandi?


Hanya orang-orang yang melaksanakan perintah mandi dengan baik dan benar sajalah yang akan memperoleh manfaat berupa kesehatan tubuh. Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa melaksanakan perintah mandi sangat bersifat individualistik, yaitu manfaat dibalik perintah mandi dapat diperoleh secara perseorangan sepanjang yang bersangkutan mau melaksanakan mandi dengan baik dan benar. Ini berarti manfaat dibalik perintah mandi tidak akan pernah diperoleh oleh orang yang tidak pernah melaksanakan perintah mandi. Sekarang sudahkah diri kita mandi dengan baik dan benar?


Hamba ALLAH SWT, apa yang kami kemukakan di atas ini merupakan salah satu bentuk dari aktifitas yang terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT selaku Inisiator, selaku Pencipta, selaku Pemilik, selaku Pemelihara dari alam semesta ini, memerintahkan kepada kekhalifahan yang diciptakannya, termasuk kepada diri kita untuk melaksanakan SHALAT, untuk melaksanakan PUASA, untuk melaksanakan ZAKAT dan untuk melaksanakan HAJI. Selanjutnya apakah perintah mendirikan SHALAT; melaksanakan PUASA; menunaikan ZAKAT; menunaikan HAJI yang diperintahkan oleh ALLAH SWT itu hanya sebatas perintah semata ataukah ada sesuatu hal yang sangat baik bagi kepentingan diri kita di balik perintah SHALAT, dibalik perintah ZAKAT, dibalik perintah PUASA dan dibalik perintah HAJI? Jika di dalam perintah mandi saja terdapat maksud dan tujuan yang sangat jelas yaitu untuk memperoleh kesehatan tubuh, maka dapat dipastikan di balik perintah SHALAT atau PUASA atau ZAKAT atau HAJI yang diperintahkan oleh ALLAH SWT kepada umat manusia, pasti terdapat sesuatu hal yang sangat-sangat baik bagi kepentingan manusia itu sendiri termasuk untuk diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi ini.


Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, apa yang harus kita lakukan dan laksanakan dengan adanya perintah SHALAT, dengan adanya perintah PUASA, dengan adanya perintah ZAKAT dan dengan adanya perintah HAJI yang berasal dari  ALLAH SWT sebagai salah satu bentuk pelaksanaan DIINUL ISLAM secara KAFFAH? Sebelum kami melanjutkan pembahasan bab ini, perkenankan kami untuk mengasumsikan salah satu perintah ALLAH SWT di atas, katakanlah perintah SHALAT seperti halnya perintah mandi. Adanya kondisi ini, maka hal-hal sebagai berikut akan berlaku juga di dalam perintah SHALAT, yaitu:

1.      Dibalik perintah SHALAT pasti terdapat maksud dan tujuan tertentu yang sangat berguna bagi kepentingan manusia itu sendiri sepanjang manusia mau melaksanakan perintah mendirikan SHALAT.

2.      Jika kita tidak mampu menjadikan perintah mendirikan SHALAT sebagai kebutuhan hidup di dunia seperti halnya butuhnya diri kita dengan mandi berarti ada yang salah di dalam diri kita sewaktu melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.

3.      Manfaat dibalik perintah SHALAT hanya akan dapat dinikmati oleh orang yang mau melaksanakan perintah mendirikan SHALAT saja. Untuk itu jangan pernah berharap memperoleh manfaat dibalik perintah SHALAT jika kita tidak pernah melaksanakan SHALAT. 


Jika di dalam perintah SHALAT sudah terdapat 3(tiga) hal yang kami kemukakan di atas ini, maka tidak ada jalan lain kitapun harus mau, harus bersedia melaksanakan apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT dengan sebaik-baiknya dikarenakan di balik  perintah terdapat hal-hal yang sangat berguna bagi diri kita terkecuali jika kita sendiri merasa sudah tidak membutuhkan lagi apa-apa yang terdapat dibalik perintah SHALAT. Sekarang, bagaimana dengan perintah-perintah ALLAH SWT yang lainnnya seperti perintah melaksanakan ibadah PUASA, perintah  menunaikan ZAKAT serta perintah pergi HAJI?

Sepanjang perintah PUASA, perintah ZAKAT, dan perintah HAJI berasal dari ALLAH SWT maka dapat dipastikan di balik perintah ALLAH SWT pasti terdapat maksud dan tujuan yang mulia bagi kepentingan manusia yang mau melaksanakan perintah tersebut secara baik dan benar. Sekarang semuanya tergantung sejauh mana diri kita mau menyikapi perintah tersebut dan sejauh mana diri kita mau menerima dan melaksanakan perintah ALLAH SWT tersebut dengan baik dan benar.


Agar diri kita mampu menempatkan, mampu meletakkan, mampu memperoleh, mampu merasakan apa-apa yang terdapat di balik perintah SHALAT, dibalik perintah PUASA, dibalik perintah ZAKAT, dibalik perintah HAJI yang berasal dari ALLAH SWT, maka kita harus tahu, kita harus mengerti, kita harus pula memiliki ilmu dari apa-apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT, sehingga apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT selaku pemberi perintah dapat kita peroleh, dapat kita rasakan, dapat kita ajarkan kepada anak dan keturunan, serta dapat menghantarkan diri kita sesuai dengan kehendak ALLAH SWT.


Hal lain yang harus kita perhatikan adalah segala bentuk manfaat yang terdapat di balik perintah ALLAH SWT kepada manusia, apakah itu perintah SYAHADAT, perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT ataupun perintah HAJI, bukan hanya untuk kepentingan Akhirat semata. Akan tetapi juga untuk mensukseskan diri kita saat hidup di muka bumi. Selanjutnya agar perintah melaksanakan SYAHADAT dapat memberikan dampak yang positif baik bagi kepentingan hidup di dunia dan juga di akhirat kelak, berikut ini akan kami kemukakan manfaat-manfaat yang terdapat di balik perintah mendirikan SHALAT, manfaat dibalik perintah melaksanakan PUASA, manfaat dibalik perintah menunaikan ZAKAT serta manfaat dibalik perintah menunaikan HAJI yang kesemuanya hanya akan dapat kita peroleh jika kita melaksanakan SYAHADAT terlebih dahulu.


Hal yang harus kita jadikan pedoman mengenai manfaat yang ada di balik perintah SYAHADAT, perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT serta perintah HAJI, yaitu :

1.      Segala manfaat yang terdapat di balik perintah ALLAH SWT bukan untuk kepentingan Akhirat semata. Akan tetapi juga untuk kebahagiaan hidup di dunia dan/atau menjadikan diri kita menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN.

2.      Manfaat yang kita peroleh saat kita hidup di dunia hanya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan/atau tidak dibayarkan kontan, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan yang terbaik bagi diri kita.

3.      Manfaat dari melaksanakan perintah ALLAH SWT hanya akan diberikan kepada orang yang melaksanakan perintah saja. Adanya kondisi ini berarti yang tidak mau melaksanakan tidak akan pernah diberikan oleh ALLAH SWT.   

Berdasarkan kondisi ini yang kami kemukakan di atas ini, jangan pernah berniat untuk melaksanakan perintah ALLAH SWT menunggu tua saja atau nanti saja setelah kaya atau kalau sudah pensiun baru kita mulai serius menjalankan perintah ALLAH SWT sedangkan resiko yang kita hadapi sangatlah besar yaitu kita tidak tahu sampai kapan kita bisa hidup di muka bumi ini serta adanya musuh abadi berupa AHWA dan SYAITAN. Untuk itu manfaatkanlah, pergunakanlah, dengan baik-baiknya waktu yang kita jalani saat ini, jangan sampai menyesal setelah Nyawa tiba dikerongkongan.


Hamba ALLAH SWT, berikut ini akan kami kemukakan manfaat yang terdapat dibalik perintah SHALAT, perintah PUASA, perintah ZAKAT serta perintah HAJI yang manfaatnya dapat kita nikmati dan rasakan baik di dunia maupun di akhirat kelak, yang kesemuanya baru akan di dapatkan jika kita telah melaksanakan SYAHADAT dengan baik dan benar terlebih dahulu dan/atau tanpa adanya SYAHADAT maka hal-hal sebagai berikut tidak akan pernah dapat kita nikmati dan rasakan, seperti :

A.     MANFAAT dibalik perintah SHALAT

ALLAH SWT memerintahkan manusia untuk mendirikan SHALAT bukanlah untuk merugikan manusia. Akan tetapi untuk keuntungan dan untuk kepentingan manusia menjalankan tugas di muka bumi ini yang tidak mudah dilaksanakan dikarenakan adanya AHWA dan SYAITAN. Agar SHALAT yang kita dirikan dapat memberikan manfaat bagi diri kita maka kita harus tahu dan mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perintah SHALAT itu sendiri. Jika kita mampu memiliki ilmu yang cukup baik tentang SHALAT maka hal-hal dibawah ini yang merupakan manfaat dibalik perintah SHALAT dapat kita peroleh dan jika manfaat SHALAT tidak dapat kita peroleh berarti ada sesuatu yang salah dalam SHALAT yang kita dirikan. 

1.   Berdasarkan surat Huud (11) ayat 114 dikemukakan di bawah ini jika kita mendirikan SHALAT maka dengan SHALAT yang kita dirikan akan menjadi penghapus amal jahat yang telah pernah kita lakukan atau penghapus dosa sehingga melalui SHALAT  yang kita dirikan ALLAH SWT akan mensucikan dan membersihkan jiwa kita dari pengaruh AHWA dan SYAITAN.

dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
(surat Huud (11) ayat 114)

2.   Berdasarkan surat Al Ankabuut (29) ayat 45 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa jika kita mendirikan SHALAT maka dengan SHALAT yang kita dirikan tersebut akan dapat mencegah diri kita untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar, termasuk di dalamnya  diri kita juga akan dilindungi dari perbuatan keji dan mungkar yang berasal dari orang lain yang tidak suka kepada diri kita.

bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 45)

3.   Berdasarkan Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas ra di bawah ini dikemukakan bahwa jika kita mendirikan SHALAT maka kita akan diberikan cahaya atau aura laksana matahari, akan dijaga oleh malaikat, akan dilindungi  serta mendapat pertolongan dari ALLAH SWT, serta akan diberikan pula kesabaran pada saat diri kita menerima kesukaran atau musibah.

Ibn Abbas r.a. berkata: Nabi SAW bersabda:
 ALLAH SWT ta'ala berfirman: Sesungguhnya Aku hanya menerima shalat dari orang yang merendahkan diri karena keagungan-Ku dan tiada menyombongkan dirinya diatas makhluk-Ku, tiada terus menerus bermaksiat pada-Ku, menghabiskan masa harinya ber-dzikir kepada-Ku, berbalas kasih kepada orang miskin, orang musafir –ibnussabil-, perempuan janda dan orang yang terkena musibah. Ia bercahaya laksana matahari. Aku lindungi ia dengan kesabaran-Ku dan memerintahkan malaikat-Ku menjaganya. Aku berinya cahaya dalam kegelapan dan kesabaran dalam kesukaran. Ia diantara makhluk-makhluk-Ku laksana "Firdaus" di antara barisan syurga.
(HQR Al Bazzar dari Ibnu Abbas, 272:44)

4.   Berdasarkan Hadits Qudsi dan surat Al Maaidah (5) ayat 12 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa jika kita mampu mendirikan SHALAT tepat waktu atau selalu pada awal waktu akan dimasukkan ke dalam Syurga yang mengalir air di dalamnya atau akan menjadi calon penghuni Syurga sehingga tidak akan disiksa atau di azab oleh ALLAH SWT pada hari kiamat.

 Aisyah ra berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Sungguh Aku berjanji kepada hamba-Ku bila ia melakukan shalat tepat pada waktunya, tidak akan aku siksa dan pasti akan Aku masukkan syurga tanpa hisap.
(HQR Al Hakiem, 272:41)

dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 12)

5.   Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 41 dan ayat 77 di bawah ini dikemukakan bahwa orang yang mendirikan SHALAT maka segala urusannya akan di urus oleh ALLAH SWT atau ALLAH SWT akan mengurus segala urusan yang kita hadapi saat menjadi KHALIFAH di muka bumi sehingga hanya kemenanganlah yang kita terima.

 (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
(surat Al Hajj (22) ayat 41)

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
(surat Al Hajj (22) ayat 77)

6.   Berdasarkan surat Faathir (35) ayat 18 di bawah ini dikemukakan bahwa hanya orang yang mampu mendirikan SHALAT sajalah yang akan disucikan dari segala dosa serta kesalahan yang telah pernah dibuatnya atau akan dibersihkan dari pengaruh dosa yang telah pernah dilakukan akibat pengaruh AHWA dan juga SYAITAN.

dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1252]. dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu Tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya[1253] dan mereka mendirikan sembahyang. dan Barangsiapa yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).
(surat Faathir (35) ayat 18)

[1252] Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
[1253] Sebagian ahli tafsir menafsirkan bil ghaib dalam ayat ini ialah ketika orang-orang itu sendirian tanpa melihat orang lain.

7.   Berdasarkan surat Al Israa' (17) ayat 78-79-80 di bawah ini dikemukakan bahwa hanya orang yang mendirikan SHALAT sajalah yang akan di angkat ke tempat yang terpuji atau hanya orang yang mendirikan SHALAT sajalah yang akan dimuliakan ALLAH SWT baik di dunia maupun di akhirat kelak.

dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong[866].
(surat Al Israa' (17) ayat 78-79-80)

[865] Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima. tergelincir matahari untuk waktu shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.
[866] Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. dan ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik pula.

8.   Berdasarkan surat An Nuur (24) ayat 37-38 di bawah ini dikemukakan bahwa orang yang mendirikan SHALAT akan  diberikan atau akan diturunkan rezeki kepada mereka tanpa batas dan/atau kepada orang yang mendirikan SHALAT mereka akan diberikan tambahan karunia terhadap apa-apa yang telah dikerjakannya dan/atau hanya orang yang mendirikan SHALAT sajalah yang hidupnya akan subur dan makmur.

laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
 (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat An Nuur (24) ayat 37-38)

9.   Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 40-41-42-43 di bawah ini dikemukakan bahwa mendirikan SHALAT merupakan wujud dari rasa syukur diri kita kepada ALLAH SWT atas apa-apa yang telah diberikan kepada diri kita dan/atau dalam rangka untuk menepati janji kepada ALLAH SWT dikarenakan diri kita telah terikat dengan pernyataan RUH pada saat masih di dalam rahim ibu.

Hai Bani Israil[41], ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku[42], niscaya aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).
dan berimanlah kamu kepada apa yang telah aku turunkan  (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.
dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu[43], sedang kamu mengetahui.
dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'[44].
(surat Al Baqarah (2) ayat 40-41-42-43)


[41] Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.
[42] Janji Bani Israil kepada Tuhan Ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.
[43] Di antara yang mereka sembunyikan itu Ialah: Tuhan akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, Yaitu Nabi Muhammad s.a.w.
[44] Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.

10. Berdasarkan surat An Nisaa' (4) ayat 162 di bawah ini dikemukakan bahwa ganjaran atau pahala yang besar atas apa apa yang kita lakukan dan/atau ilmu yang kita ajarkan hanya akan diberikan pahala jika kita mendirikan SHALAT dan/atau SHALAT menjadi prasyarat bagi orang-orang yang berilmu mendapatkan pahala jika mengajarkan ilmunya kepada sesama umat manusia dan/atau menjadi prasyarat bagi orang yang melakukan perbuatan baik untuk memperoleh pahala yang besar dari ALLAH SWT.

tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 162)

11. Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 39 yang kami kemukakan di bawah ini, dikemukakan bahwa mendirikan SHALAT merupakan sarana untuk memperoleh petunjuk dari ALLAH SWT atau sarana untuk mendapatkan arahan dari ALLAH SWT sehingga SHALAT dapat dikatakan sebagai prasyarat yang harus kita miliki untuk mendapatkan petunjuk atau arahan yang berasal langsung dari ALLAH SWT. 

kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat[193] (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh".
(surat Ali Imran (3) ayat 39)

[193] Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang Nabi yang diciptakan dengan kalimat kun (jadilah) tanpa bapak Yaitu Nabi Isa a.s.

12. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 45 yang kami kemukakan di bawah ini, dikemukakan bahwa mendirikan SHALAT merupakan sarana atau alat bantu atau media bagi diri kita untuk memohonkan pertolongan kepada ALLAH SWT atau sarana untuk mengajukan permohonan apapun kepada ALLAH SWT. Hal ini dikarenakan SHALAT merupakan tangga pertama atau syarat utama sebelum diri kita mengajukan permohonan kepada ALLAH SWT. 

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
 (surat Al Baqarah (2) ayat 45)

13.Berdasarkan  surat  Al Baqarah (2) ayat 110 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa apa-apa saja yang terdapat di balik manfaat perintah SHALAT hanya akan diberikan kepada yang mendirikan SHALAT saja dan/atau SHALAT adalah untuk kebaikan diri sendiri dan/atau orang yang tidak mendirikan SHALAT tidak akan pernah merasakan nikmat yang terdapat di balik perintah SHALAT.

dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 110)

14. Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 71 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa ALLAH SWT baru akan memberikan atau baru akan menurunkan Rahmat-Nya kepada diri kita setelah diri kita mendirikan SHALAT atau SHALAT merupakan kunci pembuka dari diturunkannya rahmat ALLAH SWT kepada diri kita.

dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
 (surat At Taubah (9) ayat 71)

15. Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 2-3-4-5 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa SHALAT yang kita dirikan merupakan Bukti atas pernyataan keimanan diri kita kepada  ALLAH SWT atau SHALAT merupakan alat bukti bagi pelaksanaan Iman kepada ALLAH SWT.

Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.
mereka Itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
(surat Luqman (31) ayat 2-3-4-5)

16. Berdasarkan Hadits Bukhari yang kami kemuakakan  di bawah ini dikemukakan bahwa apabila kita mendirikan SHALAT berarti diri kita sedang Berdialog atau sedang Berbisik atau sedang berkomunikasi dengan ALLAH SWT sehingga hanya melalui SHALATlah kita dapat melakukan dialog atau berbisik atau berkomunikasi dengan ALLAH SWT.

Dari Anas ra, katanya Nabi SAW bersabda:"Apabila seseorang kamu sedang shalat, maka sesungguhnya ia sedang berbisik dengan Tuhannya. Maka karena itu janganlah meludah ke hadapan atau ke kanan, tetapi ke kiri di bawah telapak kakinya".
(HR Bukhari No.638)

Hamba ALLAH SWT, inilah 16(enam belas) manfaat yang terdapat di balik perintah mendirikan SHALAT yang diperintahkan ALLAH SWT kepada umat manusia, dimana kesemuanya baru akan dapat kita peroleh jika kita telah terlebih dahulu melaksanakan Rukun Iman dan SYAHADAT dengan baik dan benar. Tanpa diri kita melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka akan terpendamlah segala manfaat yang ada di balik perintah SHALAT baik yang wajib maupun yang sunnah. Sekarang semuanya sangat tergantung kepada diri kita maukah melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH?  

B.  MANFAAT dibalik perintah PUASA

Setiap manusia tanpa terkecuali termasuk diri kita pasti terdiri dari Jasmani dan Ruhani. Dan jika ini kondisi dasar manusia, apa yang harus kita perhatikan dan juga apa yang harus kita lakukan jika menerima perintah ALLAH SWT yang terdapat di dalam surat  Al Baqarah (2) ayat 183 yang memerintahkan orang yang beriman untuk melaksanakan Puasa di bulan Ramadhan? Hal yang harus kita perhatikan dan lakukan sewaktu melaksanakan Puasa di bulan Ramadhan maupun puasa-puasa sunnah lainnya adalah yang berpuasa sejak subuh sampai dengan maghrib tidak makan dan tidak minum adalah Jasmani sedangkan Ruhani jangan pernah dipuasakan selama menjalankan ibadah puasa baik yang bersifat Wajib maupun yang bersifat Sunnah.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(surat Al Baqarah (2) ayat 183)

Ruhani selama kita berpuasa sedapat mungkin diberikan makanan dan minuman atau diberikan Vitamin  yang sangat bernilai tinggi yang banyak terdapat di bulan Ramadhan atau yang hanya berlaku di bulan Ramadhan. Timbul pertanyaan, makanan dan minuman apakah atau Vitamin apakah yang paling baik bagi Ruhani selama menjalankan Puasa? ALLAH SWT khusus di bulan Ramadhan telah menetapkan beberapa aturan main yang pada intinya untuk meningkatkan kemampuan Ruhani orang yang beriman, yaitu: 

1.  Segala ibadah sunnah yang dilakukan di bulan Ramadhan nilainya dihitung menjadi ibadah wajib oleh ALLAH SWT.

2.  Segala ibadah wajib jika dilakukan di bulan Ramadhan nilainya  dilipatgandakan oleh ALLAH SWT.

3.  Apabila kita memberikan makanan atau minuman untuk orang yang berbuka puasa, maka pahalanya sama dengan orang yang melaksanakan puasa.

4.  Di bulan Ramadhan ALLAH SWT memberikan kesempatan bagi seluruh orang yang beriman untuk memperoleh apa yang dinamakan dengan Malam Laillatul Qadar.

5.   Berdasarkan Hadits, jika diri kita melaksanakan Ibadah Umroh di bulan Ramadhan maka pahalanya seperti melaksanakan haji bersama NABI MUHAMMAD SAW.   


Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa dibalik perintah Puasa harus dapat memberikan dampak positif atau manfaat yang berguna bagi Jasmani dan juga bagi Ruhani. Jika Jasmani yang sejak awal sudah memiliki sifat-sifat alamiah berupa nilai-nilai keburukan seperti malas, pelit, tergesa-gesa, tidak sabaran, selalu mementingkan diri sendiri, maka dengan tidak diberikannya makanan selama kurun waktu tertentu diharapkan dengan berpuasa sifat-sifat tersebut dapat hilang digantikan dengan sifat-sifat ilahiah yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan yang di bawa oleh Ruhani tau melalui puasa kita harus dapat menjadikan puasa sebagai sarana untuk mengendalikan srigala dalam diri yaitu AHWA yang sangat disukai oleh SYAITAN.

Dan jika setelah berpuasa nilai-nilai keburukan yang dibawa oleh Jasmani masih bercokol dalam diri seperti sifat pelit, seperti sifat malas, seperti sifat tergesa-gesa, berarti puasa yang kita lakukan selama bulan Ramadhan belum sesuai dengan kehendak ALLAH SWT atau hal ini juga dapat diartikan hasil dari puasa Ramadhan yang kita lakukan adalah hanyalah menahan haus dan lapar belaka. Selain daripada itu semua, ibadah Puasa yang kita lakukan baik itu Puasa di bulan Ramadhan ataupun puasa lainnya yang bersifat sunnah, akan memberikan manfaat kepada diri kita, berupa:

1.      Puasa dapat menjadi pengendali bagi srigala dalam diri, dalam hal ini adalah AHWA dan SYAITAN serta puasa dapat memutuskan hubungan antara diri kita dengan selain ALLAH SWT, seperti harta, kesenangan dunia.

2.      Puasa dapat menjadi sumber penumbuh kekuatan cita-cita, kehendak dan kemauaan yang sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan.

3.      Puasa dapat menjadi pelindung atau benteng atas kelemahan Ruhani dari jajahan Jasmani.

4.      Puasa dapat menjadi sumber yang memancarkan kekuatan beragama dan penambah sinar di dalam bathin.

5.      Puasa dapat menjadi sumber pokok kekuatan dan kesehatan jasmani serta menambah kehalusan budi pekerti

6.      Puasa dapat menjadi perisai bagi dari kita terhadap Api Neraka Jahannam.

Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Puasa itu adalah laksana perisai yang melindungi hamba-Ku dari api neraka.
(HQR Aththabarani dan Al Baihaqi;272:86)

7.   Puasa, terutama Puasa Ramadhan, dapat menjadi salah satu sarana atau alat bantu bagi diri kita untuk bertemu atau untuk menemui ALLAH SWT dalam rangka diri kita menerima hasil dari ibadah puasa yang telah kita laksanakan sewaktu menjadi KHALIFAH di muka bumi.

Rasulullah SAW dalam meriwayatkan hadist qudsi menyatakan bahwa ALLAH SWT berfirman: "Semua amal perbuatan Bani Adam menyangkut dirinya pribadi kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan karena itu Akulah yang langsung membalasnya. Puasa itu ibarat perisai, pada hari melaksanakan puasa, janganlah yang berpuasa mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan, dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut hingar-bingar bertengkar. Jika diantara kalian memakinya atau mengajak berkelahi, hendaknya katakan kepadanya:"saya sedang berpuasa". Selanjutnya Nabi SAW bersabda:"Demi ALLAH yang diri MUHAMMAD di dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang berpuasa lebih wangi di sisi ALLAH dari bau Kesturi". Dan bagi orang berpuasa tersedia dua kegembiraan, gembira ketika berbuka puasa karena bukanya dan gembira ketika kelak menemui Tuhannya karena menerima pahala puasanya".
 (HQR Syaikani, Nasa'I dan Ibn Hibban yang bersumber dari Abu Hurairah)

Hamba ALLAH SWT, inilah manfaat yang terdapat di balik perintah PUASA  yang diperintahkan ALLAH SWT kepada umat manusia, dimana kesemuanya baru akan dapat kita peroleh dan rasakan jika kita telah terlebih dahulu melaksanakan Rukun IMAN, SYAHADAT serta SHALAT dengan baik dan benar. Tanpa melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka akan terpendamlah segala  manfaat yang ada di balik perintah PUASA baik yang wajib maupun yang sunnah. Sekarang sudahkah diri kita melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH?  

C.     MANFAAT di balik perintah ZAKAT

Pengertian ZAKAT yang ada di dalam masyarakat adalah mengeluarkan atau membayarkan atau menunaikan Hak Orang lain yang ada pada harta kita. Akan tetapi di dalam buku kami, ZAKAT kami artikan sebagai perintah untuk mengeluarkan, atau perintah untuk membayarkan, atau perintah untuk menunaikan HAK ALLAH SWT atas apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada diri kita, yang selanjutnya dibayarkan atau untuk di salurkan kepada para Mustahiq yang berhak menerimanya.

Hamba ALLAH SWT tentu bertanya, atas dasar apakah kami menyatakan bahwa ZAKAT adalah menunaikan HAK ALLAH SWT? Adapun alasan kenapa kami mengemukakan hal tersebut adalah:

1.      Untuk menjadi menjadi MANUSIA yang terdiri dari Jasmani dan Ruhani saja manusia termasuk diri kita tidak memiliki kemampuan baik kepada Jasmani dan Ruhani, apa buktinya? Siapapun manusianya tidak ada satupun yang mampu menjadikan Ruhani atau Jasmani untuk dirinya sendiri. Jika ini adalah keadaan yang terjadi pada diri setiap manusia, sekarang patut dan pantaskah ALLAH SWT memerintahkan kepada Manusia untuk menunaikan HAK ALLAH SWT dikarenakan diri kita telah diberikan Jasmani dan Ruhani?

2.      Untuk bekerja, berkarya, memiliki profesi di muka bumi ini, mungkinkah dapat dilakukan jika kita tidak memiliki Kehendak, Kalam, Kemampuan, Ilmu, Hayat, Penglihatan, Pendengaran, Hati, Perasaan, Hubbul, Jasmani dan Ruhani? Lalu punyakah diri kita kemampuan untuk menciptakan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini untuk diri kita sendiri? Siapapun manusianya tidak ada satupun yang mampu menjadikan itu semua. Jika ini adalah keadaannya, sekarang patut dan pastaskan ALLAH SWT memerintahkan kepada manusia untuk menunaikan HAK ALLAH SWT dikarenakan diri kita telah diberikan itu semua?

3.      Setelah diri kita diri kita bekerja, berkarya, memiliki profesi di muka bumi dengan memanfaatkan segala apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT, lalu dengan itu semua kita memperoleh manfaat yang kita dapatkan dari bumi, seperti harta kekayaan. Sekarang siapakah pemilik dan pencipta bumi itu, apakah ALLAH SWT ataukah diri kita? Siapapun manusianya mereka semua bukanlah pencipta dan pemilik dari bumi. Dan jika ini keadaannya, sekarang patut dan pantaskah ALLAH SWT memerintahkan untuk menunaikan HAK ALLAH SWT dikarenakan diri kita telah mengambil manfaat dari bumi yang tidak pernah diciptakan dan tidak pernah dimiliki oleh manusia, termasuk oleh diri kita?

Selain dari pada itu ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA KAYA  yang tidak membutuhkan apapun dan dari siapapun juga termasuk juga dengan ZAKAT yang kita tunaikan. Lalu untuk siapakah ZAKAT yang kita tunaikan jika ALLAH SWT sendiri tidak membutuhkan itu semua? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat ALLAH SWT dari sisi yang lainnya, yaitu ALLAH SWT juga bertanggung jawab kepada umat manusia yang mengalami keterbatasan fisik, kepada umat yang tidak berkecukupan, kepada umat yang mengalami cobaan serta kepada umat yang mengalami bencana atau kepada Mustahiq yang berhak menerimanya. Adanya kondisi inilah maka ALLAH SWT  memerintahkan untuk menunaikan ZAKAT kepada umat manusia. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa manfaat yang terdapat di balik perintah menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan HAK ALLAH SWT, yaitu   

1.   Menurut surat Al Maaidah (5) ayat 12 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka zakat yang kita bayarkan akan dapat menjadi Penghapus Dosa yang telah pernah kita lakukan sehingga dengan itu kita akan memperoleh dan mendapatkan apa yang di namakan dengan Kunci Syurga.

dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.
(surat Al Maa-idah (5) ayat 12)

2.   Menurut surat At Taubah (9) ayat 5 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT akan dapat membebaskan diri kita dari Azab ALLAH SWT dan/atau ZAKAT dapat menjadi pembebas Azab yang akan dibebankan kepada kita atau yang akan ditimpakan kepada diri kita.

apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630], Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan[631]. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat At Taubah (9) ayat 5)

[630] Yang dimaksud dengan bulan Haram disini Ialah: masa 4 bulan yang diberi tangguh kepada kamu musyrikin itu, Yaitu mulai tanggal 10 Zulhijjah (hari turunnya ayat ini) sampai dengan 10 Rabi'ul akhir.
[631] Maksudnya: terjamin keamanan mereka.

3.   Menurut surat At Taubah (9) ayat 71 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka melalui ZAKAT kita akan memperoleh atau mendapatkan Rahmat dari ALLAH SWT dan/atau ZAKAT merupakan prasyarat untuk memperoleh rahmat yang berasal dari ALLAH SWT.

dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat At Taubah (9) ayat 71)

4.   Menurut surat Al Baqarah (2) ayat 277 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT dapat menjadi benteng dari ketakutan ataupun benteng dari kegelisahan yang melanda diri kita dan/atau ZAKAT dapat menjadi pembebas atau penyembuh dari ketakutan dan kegelisahan.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Al Baqarah (2) ayat 277)

5.   Menurut surat Al Baqarah (2) ayat 110 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka segala manfaat yang terdapat di dalam ZAKAT merupakan untuk kebaikan bagi yang menunaikan ZAKAT dan/atau hanya orang-orang yang menunaikan  ZAKAT sajalah yang akan dapat memperoleh segala manfaat dari ZAKAT.

dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 110)

2.      Menurut surat Al Hajj (22) ayat 78 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka pembayar ZAKAT atau para Muzakki akan memperoleh perlindungan dari ALLAH SWT atau ZAKAT merupakan salah satu prasyarat diberikannya perlindungan ALLAH SWT kepada diri kita.

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.
(surat Al Hajj (22) ayat 78)

[993] Maksudnya: dalam Kitab-Kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.

7.   Menurut surat An Nisaa' (4) ayat 162 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka pembayar ZAKAT atau Muzakki akan memperoleh ganjaran atau pahala yang besar dari ALLAH SWT dan/atau ZAKAT dapat dikatakan sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan pahala yang besar dari ALLAH SWT.

tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 162)

8.  Menurut surat Al Hajj (22) ayat 41 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka segala urusan yang kita hadapi, segala permasalahan yang kita hadapi, segala problematika hidup yang kita jalani dijamin oleh ALLAH SWT untuk dicarikan solusi yang terbaik dan/atau ZAKAT merupakan pintu masuk bagi diberikannya kemudahan untuk menyelesaikan segala urusan yang kita hadapi.

 (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
(surat Al Hajj (22) ayat 41)

9.  Menurut surat Al Anbiyaa (21) ayat 73 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT dapat dijadikan cerminan bagi pemimpin yang baik sehingga ZAKAT dapat menjadi indikator keberhasilan seorang pemimpin di dalam melaksanakan tugasnya.

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,
(surat Al Anbiyaa' (21) ayat 73)

10. Menurut surat An Nisaa' (4) ayat 77 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT dapat bernilai lebih tinggi di bandingkan dengan berperang melawan musuh dan/atau ZAKAT dapat dijadikan alat untuk menjembatani jurang antara yang kaya dengan yang miskin.

tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun[318].
(surat An Nisaa' (4) ayat 77)

[317] Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang.
[318] Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun.

11. Menurut surat An Nuur (24) ayat 37-38 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT merupakan penyubur bagi rezeki yang telah kita terima dan/atau ZAKAT merupakan pupuk yang terbaik bagi pertumbuhan harta yang kita miliki dan/atau ZAKAT merupakan pelindung bagi harta yang kita miliki. 

laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
 (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat An Nuur (24) ayat 37-38)

Selain daripada itu Zakat juga termasuk salah satu produk dari Bank Ilahiah serta bagian yang tidak terpisahkan dengan produk Bank Ilahiah yang lainnya seperti Infaq, Shadaqah, Wakaf, Hadiah, Nazar ataupun Qurban.

12. Menurut  surat An Najm  (53) ayat 32 yang  kami  kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka kita tidak diperkenankan oleh ALLAH SWT berlagak suci dengan harta yang telah kita miliki jika belum menunaikan atau membayar ZAKAT atau ZAKAT merupakan cerminan dari kesucian diri dan kesucian harta yang kita miliki dihadapan  ALLAH SWT.

 (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat An Najm (53) ayat 32)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?[308]. sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.
(surat An Nisaa' (4) ayat 49)

[308] Yang dimaksud di sini ialah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menganggap diri mereka bersih. Lihat surat Al Baqarah ayat 80 dan ayat 111 dan surat Al Maa-idah ayat 18.

13. Menurut surat Fushshilat (41) ayat 7 yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan jika kita menunaikan ZAKAT dalam rangka menunaikan Hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam harta kita maka ZAKAT dapat menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang kafir dan/atau dapat menjadi tolak ukur siapa yang berhak menempati syurga dan siapa yang berhak menempati neraka.

 (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.
(surat Fushshilat (41) ayat 7)

Hamba ALLAH SWT, inilah manfaat yang terdapat di balik perintah ZAKAT artinya perintah untuk membayarkan, untuk menunaikan HAK ALLAH SWT kepada para Mustahiq yang berhak menerimanya. Dimana kesemua manfaat tersebut baru akan dapat kita peroleh dan rasakan jika kita telah terlebih dahulu melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Tanpa melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka akan terpendamlah segala manfaat yang ada di balik perintah ZAKAT baik yang wajib maupun yang sunnah. Sekarang sudahkah diri kita melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH?  

D.     MANFAAT dibalik perintah HAJI

Agar diri kita dapat memperoleh segala manfaat yang terdapat di balik perintah melaksanakan ibadah HAJI dan/atau perintah  melaksanakan ibadah Umroh, terdapat beberapa hal-hal pokok yang sangat mendasar, yang wajib kita jadikan pedoman saat melakukan ibadah dimaksud, yaitu:

1.      ALLAH SWT di dalam Ibadah HAJI dan Umroh wajib diletakkan dan ditempatkan sebagai Tuan Rumah sedangkan diri kita bertindak sebagai Tamu. Adanya kondisi ini berarti ALLAH SWT selaku Tuan Rumah harus menjadi tujuan dan/atau yang harus ditemui oleh para Tamunya. Sekarang apa jadinya jika Tamu yang datang melaksanakan ibadah HAJI ataupun Umroh akan tetapi tidak berjumpa dengan ALLAH SWT selaku Tuan Rumah sedangkan inti dari berkunjung atau inti dari bertamu atau inti dari memenuhi undangan adalah bertemu dengan Tuan Rumah?

Setelah mengetahui hal ini, maka kita harus memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang Siapakah Tuan Rumah itu sebenarnya, apakah posisinya di jagad raya ini, serta bagaimana cara menempatkan dan meletakkan Tuan Rumah yang sesuai dengan kehendak Tuan Rumah itu sendiri. Kemudian  dilanjutkan dengan kitapun harus memiliki ilmu pula tentang siapa diri kita sebenarnya yang akan menjadi Tamu bagi Tuan Rumah, lalu untuk apakah kita bertamu kepada Tuan Rumah. Jika kita mampu memiliki pengetahuan ini secara baik dan benar maka akan sangat memudahkan diri kita saat melaksanakan ibadah HAJI ataupun ibadah Umroh.  


2.      Jika untuk bertemu Presiden di Istana saja kita wajib memenuhi terlebih dahulu syarat dan ketentuan dari protokoler istana, maka hal yang samapun berlaku jika kita ingin menemui ALLAH SWT; ingin bertamu ke rumah ALLAH SWT, maka kita pun wajib memenuhi syarat dan protokoler yang telah ditetapkan ALLAH SWT yang terdiri dari Rukun HAJI dan Wajib HAJI serta Sunnah HAJI Setelah diri kita mampu bertemu dengan ALLAH SWT dan/atau setelah diri kita menjadi Tamu di Rumah ALLAH SWT maka berbuatlah, berperilakulah, bertindaklah agar Tuan Rumah menjadi senang yang pada akhirnya akan memberikan oleh-oleh berupa HAJI yang MABRUR.


3.      Melaksanakan ibadah HAJI ataupun ibadah Umroh tidak akan bisa dipisahkan dengan apa-apa yang di alami secara langsung oleh NABI IBRAHIM as, beserta keluarganya seperti Thawaf mengelilingi Ka'bah yang dahulunya dibangun oleh NABI IBRAHIM as bersama anaknya NABI ISMAIL as; Sa'i yaitu berlari dan berjalan antara Safa dan Marwah yang merupakan napak tilas perjuangan dari Istri NABI IBRAHIM as, yaitu SITI HAJAR untuk memperoleh Air untuk NABI ISMAIL as saat masih bayi ditengah tandusnya gurun setelah keduanya ditinggal oleh NABI IBRAHIM; Melempar Jumroh dalam rangka melempar SYAITAN yang telah mengganggu NABI IBRAHIM as dan keluarganya di saat  akan melaksanakan perintah  untuk berkurban, dst.

4.      NABI IBRAHIM as beserta keluarganya sudah memberikan keteladanan kepada seluruh umat manusia, sekarang setelah melaksanakan ibadah HAJI ataupun Umroh sudahkah keteladanan yang dicontohkan oleh NABI IBRAHIM as beserta keluarganya dan yang juga telah kita napak tilasi telah melekat di dalam diri kita sehingga diri kita mampu pula menjadi TELADAN di tengah masyarakat? Jika keteladanan NABI IBRAHIM as, dan keluarganya tidak dapat menjadikan diri kita menjadi manusia teladan tentu ada sesuatu yang salah di dalam pelaksanaan ibadah HAJI dan Umroh yang kita laksanakan.


Hamba ALLAH SWT, pedoman dan ketentuan yang telah kami kemukakan di atas ini merupakan penyegar, pengingat yang mungkin dapat menambah wawasan dan menjadikan pola berfikir yang baik saat diri kita melaksanakan ibadah HAJI ataupun ibadah Umroh. Selanjutnya akan kami kemukakan beberapa manfaat yang terdapat di balik perintah HAJI ataupun perintah Umroh yang diperintahkan oleh ALLAH SWT kepada umat  manusia, yaitu:


1.   Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, yang kami kemukakan di bawah ini, jika kita melaksanakan Ibadah HAJI ataupun Ibadah Umroh berarti diri kita menjadi TAMU ALLAH SWT dan/atau HAJI atau Umroh salah satu bentuk penghargaan dari ALLAH SWT kepada diri kita sehingga kita di undang untuk bertamu dalam rangka bertemu dan menemui ALLAH SWT melalui ibadah HAJI ataupun Umroh. 

Rasulullah SAW bersabda: "Tamu ALLAH ada tiga:
 Orang yang berhaji, orang yang berumrah dan orang yang berperang sabil".
(HR Nasa'i, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Hurairah r.a)

2.   Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abud Dardaa' ra,  yang kami kemukakan di bawah ini, jika kita melaksanakan ibadah HAJI merupakan salah satu bentuk dari rasa Syukur kita atas diberikannya nikmat badan yang sehat dan juga nikmat rezeki yang luas yang telah diberikan ALLAH SWT kepada diri kita.

ALLAH SWT berfirman dalam hadist Qudsi: "Seseorang yang telah Aku kurniai badan yang sehat dan rizki yang lapang, namun tidak mau bertamu setelah empat tahun, sesungguhnya ia terlarang untuk mendapat pahala dari sisi ALLAH SWT".
(HQR Thabarani kitab Al-Ausath dan Abu Ya'laa dari
Abud-Dardaa' r.a)

3.   Melaksanakan ibadah HAJI merupakan kesempatan bagi diri kita untuk menghadiri Open House yang yang diselenggarakan oleh ALLAH SWT di padang Arafah dalam rangka ALLAH SWT menghormati tamu-tamu yang telah diundang-Nya dengan melakukan Wukuf dan/atau WUKUF adalah saat ALLAH SWT melakukan Open House untuk menghormati tamu-tamu yang telah di undang-Nya.


4. Berdasarkan surat Al Mumthahanah (60) ayat 6 yang kami kemukakan di bawah ini, dikemukakan bahwa melaksanakan ibadah HAJI ataupun ibadah Umroh merupakan NAPAK TILAS dari peristiwa-peristiwa atau perjalanan hidup yang terjadi pada diri dan keluarga NABI IBRAHIM as. Dengan harapan setelah kita melakukan NAPAK TILAS keteladanan yang terdapat di dalam diri NABI IBRAHIM as beserta keluarganya, dapat menjadi pelajaran yang berharga sewaktu diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi dan/atau dapat menjadikan diri kita berkualitas seperti berkualitasnya NABI IBRAHIM as; seperti berkualitasnya SITI HAJAR serta berkualitasnya NABI ISMAIL as.

Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(surat Al Mumthahanah (60) ayat 6)

5.   Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 97 di yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI merupakan salah satu sarana bagi diri kita untuk memenuhi kewajiban diri kita kepada ALLAH SWT dan/atau ibadah HAJI merupakan kewajiban diri kita kepada ALLAH SWT.  

padanya terdapat tanda-tanda yang  nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215]; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
(surat Ali Imran (3) ayat 97)

[215] Ialah: tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri membangun Ka'bah.
[216] Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani dan perjalananpun aman.

6. Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 27-28 yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI berarti diri kita telah memenuhi seruan NABI IBRAHIM as, untuk datang ke Baitullah  dalam rangka mempersaksikan berbagai manfaat dari menemui ALLAH SWT dan juga Napak Tilas perjalanan dan perjuangan NABI IBRAHIM as beserta keluarganya

dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus[984] yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan[985] atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak[986]. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
(surat Al Hajj (22) ayat 27-28)

[984] Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh jemaah haji.
[985] Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, Yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
[986] Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

3.      Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 198-199-200 yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI berarti kita telah diberikan kesempatan yang terbaik, saat yang terbaik untuk mengingat, memuji, mengagungkan, serta memohon kepada ALLAH SWT di tempat yang terbaik di muka bumi ini yaitu di Baitullah, di Arafah dan juga di Masjid Nabawi.
                           
tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam[125]. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[126], atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
(surat Al Baqarah (2) ayat 198-199-200)

[125] Ialah bukit Quzah di Muzdalifah.
[126] Adalah menjadi kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu Bermegah-megahan tentang kebesaran nenek moyangnya. setelah ayat ini diturunkan Maka memegah-megahkan nenek moyangnya itu diganti dengan dzikir kepada Allah.

8.   Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 29 yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI dapat merupakan kesempatan emas yang diberikan oleh ALLAH SWT untuk mensucikan diri kita dari segala Najis, segala kotoran, dari segala perbuatan Syirik ataupun Musyrik baik lahir dan bathin. Adanya kesucian di dalam diri manusia atau adanya kefitrahan di dalam diri manusia maka akan memudahkan manusia itu sendiri untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan ALLAH SWT yang pada akhirnya memudahkan pula kita memperoleh pertolongan ALLAH SWT. 

Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
(surat Al Hajj (22) ayat 29)

[987] Yang dimaksud dengan menghilangkan kotoran di sini ialah memotong rambut, mengerat kuku, dan sebagainya.
[988] Yang dimaksud dengan Nazar di sini ialah nazar-nazar yang baik yang akan dilakukan selama ibadah haji.

9.   Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 150 yang kami kemukakan di bawah ini, melaksanakan ibadah HAJI ke Baitullah dapat dikatakan sebagai sebuah perjalanan lahir dan bathin di dalam rangka untuk memperkuat kedudukan Masjidil Haram sebagai lambang ketauhidan dikarenakan di dalamnya terdapat bangunan Ka'bah yang tidak lain adalah Kiblat manusia untuk melaksanakan ibadah atau di dalam mengokohkan kedudukan Masjidil Haram yang di dalamnya ada Ka'bah sebagai pedoman atau arah menuju ke yang Maha Satu, dalam hal ini adalah ALLAH SWT. 

dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
(surat Al Baqarah (2) ayat 150)

Hamba ALLAH SWT, inilah beberapa manfaat yang terdapat di balik perintah HAJI yang diperintahkan ALLAH SWT kepada umat manusia, dan masih banyak lagi. Dimana kesemuanya baru akan dapat kita peroleh dan dapat kita rasakan jika kita telah terlebih dahulu melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Tanpa melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH maka akan terpendamlah segala manfaat yang ada di balik perintah HAJI ataupun UMROH. Sekarang sudahkah diri kita melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH?  


Jika hal-hal yang telah kami kemukakan di atas seperti melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam dengan baik dan benar maka apa-apa yang telah kita laksanakan wajib tercermin di dalam perilaku dan perbuatan baik yang tidak hanya berguna bagi diri sendiri namun juga berguna dan bermanfaat bagi khalayak ramai. Jika hal ini terjadi berarti Ikhsan telah ada di dalam diri kita dan jika Ikhsan sudah ada dalam diri berarti kita telah mampu melaksanakan DIINUL ISLAM dengan baik dan benar.


Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, apa yang akan anda lakukan setelah mengetahui segala manfaat yang terdapat dibalik perintah ALLAH SWT yang terdapat di dalam DIINUL ISLAM yang tidak untuk kepentingan akhirat semata melainkan juga untuk kepentingan hidup di dunia? Jika kita merasa butuh atau membutuhkan itu semua berarti diri kita harus melaksanakan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas dengan sebaik-baiknya. Dan jika apa-apa yang terdapat di balik perintah ALLAH SWT telah dapat kita peroleh, maka kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat sudah ada di tangan kita.


Sekarang kesemuanya tergantung kepada diri kita, apakah mau menerima hal itu semua ataukah  tidak mau mematuhi atas apa-apa yang diperintahkan ALLAH SWT? Jika pilihan yang kita ambil adalah tidak mau mematuhi apa-apa yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT yang pasti ALLAH SWT tidak akan pernah merasa rugi dengan apa yang kita pilih. Namun demikian, jika sampai pilihan itu yang akan kita ambil, tolong perhatikan, tolong pertimbangkan dengan masak-masak sebelum Nasi menjadi Bubur, yaitu apa yang dinamakan dengan Ancaman ALLAH SWT. Timbul pertanyaan, seperti apakah Ancaman ALLAH SWT itu?


Berikut ini akan kami kemukakan beberapa bentuk Ancaman ALLAH SWT yang siap digelontorkan oleh ALLAH SWT kepada setiap manusia yang di dalam dirinya terdapat dampak sistemik dari pengaruh AHWA dan SYAITAN serta ketidakseriusan manusia melaksanakan perintah ALLAH SWT, yaitu:

1.      ALLAH SWT akan menutup pintu hati manusia sehingga ia tidak memiliki apa yang dinamakan dengan perasaaan dan/atau hal ini dapat di artikan bahwa ALLAH SWT telah memutuskan hubungan dengan diri kita akibat dari kita sendiri memilih jalan keburukan.

dan mereka berkata: "Hati Kami tertutup". tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali mereka yang beriman.
(surat Al Baqarah (2) ayat 88)

Jika kondisi ini yang telah kita ambil maka jangan pernah berharap kita akan memperolah manfaat yang terdapat di jalan kebenaran dan juga jangan pernah berharap untuk menjadi penghuni Syurga. Hal yang pasti adalah kita akan selalu berada di dalam kehendak AHWA dan juga SYAITAN.


2.      ALLAH SWT akan memberikan azab atau hukuman pada saat kita hidup di dunia dan/atau selama hayat masih di kandung badan, berupa ketidaktenangan hidup, berupa resah dan gelisah, berupa ketakutan, berupa kesusahan usaha, berupa susahnya memperoleh pertolongan manusia, selalu dihantui dengan rasa gamang atau berupa ketakutan yang selalu menghantui diri kita, pikiran menjadi tertutup, susah menerima masukan dari orang lain, termasuk di dalamnya diperbudak oleh harta, diberikannya anak yang tidak berbakti kepada orang tua serta kepahitan hidup menjadi makanan sehari-hari.

dan Demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.
(surat Al An'am (6) ayat 129)

3.       ALLAH SWT akan mengazab, akan memberikan penghargaan kepada manusia-manusia yang berjalan di jalan keburukan dengan azab yang pedih, serta akan dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam untuk menjalani hidup bersama dengan SYAITAN di kampung kebinasaan dan kesengsaraan.

dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas Kami, Maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan".
(surat Al A'raaf (7) ayat 39)

Hamba ALLAH SWT, itulah 3(tiga) buah ANCAMAN yang siap diberikan kepada diri kita. Selanjutnya dengan adanya ANCAMAN yang siap diberikan oleh ALLAH SWT, maka jika kita merasa mampu menanggulangi itu semua, jika merasa pulang ke NERAKA JAHANNAM merupakan tujuan akhir dari hidup yang sedang kita jalankan saat ini, jika kita merasa nyaman hidup bertetangga dengan SYAITAN di NERAKA JAHANNAM kelak, maka konsistenlah dari waktu ke waktu tanpa mengenal lelah untuk selalu berbuat dan bertindak melanggar perintah ALLAH SWT atau berbuatlah dan berkehendaklah sesuai dengan perintah SYAITAN. Akan tetapi jika kita merasa SYURGA merupakan tujuan pulang kampung atau memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang kita dambakan maka tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk menerima, melaksanakan, menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan ALLAH SWT dengan baik dan benar atau menerima dan melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.

Sebagai penutup buku ini, berikut ini akan kami kemukakan kepada Hamba ALLAH SWT tentang Janji-Janji ALLAH SWT yang pasti diberlakukan, yang pasti siap diberikan, yang pasti siapa ditimpakan kepada umat manusia baik saat di dunia maupun di akhirat kelak, seperti: 

a.       Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 9 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan mengampuni segala dosa dan kesalahan dan juga akan memberi ganjaran dengan pahala yang besar sepanjang diri kita mau beriman dan beramal shaleh.

b.      Berdasarkan surat Huud (11) ayat 94 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan merahmati manusia dan juga akan menyelamatkan manusia dari bencana, dari niat busuk atau niat jahat yang berasal dari manusia.

c.       Berdasarkan surat An Naml (27) ayat 62 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan mengangkat manusia menjadi  KHALIFAH di muka bumi dan/atau menjadikan manusia sebagai penguasa di muka bumi.

d.      Berdasarkan surat An Nisaa' (4) ayat 57 dikemukakan bahwa Orang yang taat dan patuh kepada ALLAH SWT (dengan mengerjakan amal shaleh) akan masuk Syurga dan yang membangkang akan masuk Neraka.

e.       Berdasarkan surat Fushshilat (41) ayat 46 dikemukakan bahwa ALLAH SWT tidak akan menganiaya manusia sedikitpun jika beriman dan beramal shaleh.

f.       Berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 168 dikemukakan bahwa setiap manusia tanpa terkecuali akan di uji oleh ALLAH SWT dengan kebaikan dan keburukan oleh ALLAH SWT.

g.       Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 286 dikemukakan bahwa ALLAH SWT tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya.

h.      Berdasarkan surat Alam Nasyrah (94) ayat 5-6 dikemukakan bahwa sesudah kesulitan pasti akan akan kemudahan.

i.        Berdasarkan surat An Nisaa (4) ayat 32 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan menentukan rezeki manusia berbeda-beda sesuai dengan perbuatan dan pekerjaannya masing-masing.

j.        Berdasarkan surat Al Ankabuut (29) ayat 64 dikemukakan bahwa kehidupan dunia hanya sandiwara sedangkan kehidupan yang sebenarnya ada di akhirat.

k.      Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 261 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan memberikan pahala kepada orang yang menginfaqkan hartanya dengan balasan 700 kali lipat.

l.        Berdasarkan surat Al An'am (6) ayat 160 dikemukakan bawha Amal baik yang dilakukan oleh mansuaia akan dibalas oleh ALLAH SWT sebanyak 10 (sepuluh) kali lipat.

m.    Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 216 dikemukakan bahwa kejadian yang buruk yang menimpa tidak selalu berarti jelek, sebaliknya kejadian menyenangkan tidak pula selalu berarti indah.

n.      Berdasarkan surat An Naazi'aat (79) ayat 40-41 dikemukakan bahwa orang yang dapat menahan diri dari keinginan ahwa atau hawa nafsunya maka syurgalah ganjarannya.

o.      Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 153 dikemukakan bahwa sabar dan pemaaf adalah sifat utama dan ALLAH SWT beserta atau bersama orang yang sabar.

p.      Berdasarkan surat Ar Ra'd (13) ayat 28 dikemukakan bahwa Hati Ruhani akan menjadi tenteram atau akan timbul ketenangan dengan mengingat ALLAH SWT.

q.      Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 22 dikemukakan bahwa orang yang berserah diri kepada ALLAH SWT, berarti ia telah berpegang pada buhul atau tali yang kokoh.

r.        Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 152 dikemukakan bahwa ayat dikemukakan bahwa Apabila kita ingat ALLAH SWT, maka ALLAH SWT pun akan ingat pada kita. Sedangkan menurut hadits qudsi 272:17, apabila kita ingin menemui ALLAH SWT maka   ALLAH SWT pun akan menemui kita serta apabila kita enggan menemui ALLAH SWT maka ALLAH SWT enggan menemui kita.

s.       Berdasarkan surat An Nahl (16) ayat 93 dikemukakan bahwa setiap manusia tanpa terkecuali, termasuk diri kita diberi kebebasan penuh dalam bertindak dan memilih untuk ke Syurga ataukah ke Neraka Jahannam.

t.        Berdasarkan surat Al Qiyaamah (75) ayat 36 dikemukakan bahwa ALLAH SWT akan meminta pertanggungjawaban atas apa-apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia.

u.      Berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 179 dikemukakan bahwa orang yang tidak mempergunakan hati, akal, mata dan telinganya untuk memahami ayat-ayat ALLAH SWT akan ditempatkan di Neraka.

v.      Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 112 dikemukakan bahwa orang yang berserah diri dan berbuat kebaikan, tidak akan merasa sedih atapun khawatir saat hidup di dunia.

w.     Berdasarkan surat Muhammad (47) ayat 7 dikemukakan bahwa orang yang menolong agama ALLAH SWT niscaya akan ditolong dan diteguhkan kedudukannya.

x.      Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 7 dikemukakan bahwa jika kita selalu bersyukur kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu, maka ALLAH SWT akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita dari waktu ke waktu pula.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi yang juga MAKHLUK yang TERHORMAT, apakah kasih sayang ALLAH SWT yang tertuang di dalam JANJI-JANJI ALLAH SWT akan kita sia-siakan saja ataukah kita sudah merasa cukup dengan apa yang ada saat ini atau apakah kita biarkan begitu saja kasih sayang ALLAH SWT sehingga kita lebih menikmati kasih sayang yang berasal dari SYAITAN maupun kasih sayang dari AHWA atau kita merasa sanggup melaksanakan dan menerima apa yang telah di ancamkan oleh ALLAH SWT? Sebagai MAKHLUK  yang sejak awal sudah diciptakan oleh ALLAH SWT dalam kondisi TERHORMAT, tentu kita harus pula mencerminkan KEHORMATAN yang telah kita miliki tersebut dengan berperilaku dan berbuat sesuai KEHORMATAN yang kita miliki sehingga diri kita akan TERHORMAT pula dihadapan ALLAH SWT sehingga melalui KASIH SAYANG ALLAH SWT kepada diri kita akan dapat menghantarkan diri kita pulang kampung secara TERHORMAT, ke tempat TERHORMAT untuk bertemu  ALLAH SWT dalam suasana yang saling HORMAT MENGHORMATI.


Untuk itu kami mengucapkan selamat kepada pembaca buku ini yang telah mampu menjadikan dirinya selalu TERHORMAT, anak dan keturunannya selalu TERHORMAT dari waktu ke waktu.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar