Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 29 Mei 2016

CIRI-CIRI ORANG YANG TELAH MEMELUK DIINUL ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG FITRAH


Setiap MANUSIA adalah KHALIFAH di muka bumi, ini merupakan sebuah ketentuan umum yang berlaku bagi siapapun juga tanpa terkecuali. Selanjutnya dapatkah hanya mendasarkan ketentuan umum semata, dalam hal ini ketentuan KHALIFAH, kemudian  dapat dijadikan pedoman bagi ALLAH SWT untuk menilai siapa yang berhak pulang ke SYURGA atau yang berhak pulang ke NERAKA JAHANNAM? Jika KHALIFAH adalah sebuah ketentuan umum, maka sebuah ketentuan umum tidak dapat dijadikan suatu penilaian khusus untuk menetapkan baik dan buruknya seseorang secara adil dan fairplay. Untuk menilai sesuatu yang khusus maka harus ada ketentuan yang khusus pula sehingga terdapat keseimbangan di dalam melakukan penilaian bagi KHALIFAH yang ada di muka bumi. 

Adanya penilaian khusus  kepada setiap KHALIFAH maka KHALIFAH  ALLAH SWT di muka bumi dapat dibedakan menjadi  2(dua) kelompok yaitu KHALIFAH yang memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN dan juga KHALIFAH yang tidak memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN. ALLAH SWT sebagai INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi termasuk KEKHALIFAHAN di muka bumi, tentu sudah memiliki sarana dan prasarana untuk melakukan penilaian bagi setiap  KHALIFAH-NYA di muka bumi. Selanjutnya apakah yang dipergunakan ALLAH SWT dalam menilai KHALIFAH-NYA? Inilah beberapa kriteria yang dijadikan ALLAH SWT untuk menilai KHALIFAH-NYA apakah memenuhi syarat sebagai MAKHLUK PILIHAN atau tidak, yaitu:

1)      Manusia yang mengabdi kepada ALLAH SWT.
2)      Manusia yang melaksanakan perintah-NYA.
3)      Manusia yang tidak mensyerikatkan ALLAH SWT dengan sesuatu.
4)      Manusia yang berbakti kepada orang tuanya.
5)      Orang-orang yang melebihi segala umat di masa mereka masing-masing.
6)      Orang-orang yang telah diberi nikmat oleh ALLAH SWT.
7)     Orang yang telah diberi dan memperoleh Petunjuk  ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM atau orang-orang yang telah menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ.


Adanya kriteria ini, berarti ALLAH SWT  sudah mempersiapkan dan menyediakan sarana dan ketentuan untuk membedakan  KHALIFAHNYA,  mana yang sukses dan mana  yang gagal di dalam menjalankan misinya di muka bumi. MAKHLUK PILIHAN adalah KHALIFAH yang dikehendaki oleh ALLAH SWT atau KHALIFAH yang sesuai dengan kondisi awal pada waktu pertama kali diciptakan.  Dan jika saat ini kita masih hidup di muka bumi, sudahkah kita menjadi MAKHLUK PILIHAN sesuai dengan kehendak-NYA?  Kami yakin pembaca buku ini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi MAKHLUK PILIHAN sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Selanjutnya seperti apakah ciri-ciri dari KHALIFAH ALLAH SWT yang telah memenuhi kriteria MAKLUK PILIHAN itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lanjutkan pelajaran ini. 



1.   CIRI-CIRI ORANG MUSLIM


Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ciri-ciri dari manusia atau KHALIFAH  yang telah memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN dengan menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ. Untuk itu kami berharap pembaca buku kami dapat bercermin dan mengambil hikmah dari apa-apa yang kami kemukakan di bawah ini dalam rangka perbaikan diri jika kita memang belum sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT selaku pencipta diri kita. 


A. MENTAATI PERINTAH dan HUKUM-HUKUM ISLAM


Sudahkah anda mentaati perintah dan hukum-hukum Islam? Hal ini kami tanyakan karena ini adalah salah satu ciri dari KHALIFAH yang telah memeluk dan menjadikan DIINUL ISLAM sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Di dalam Al-Qur'an cukup banyak terdapat contoh dari hamba  ALLAH SWT yang selalu mentaati perintah dan hukum-hukum Islam. 

Berikut ini akan kami kemukakan salah satu contoh dari KHALIFAH ALLAH SWT yang harus kita teladani sikap dan perbuatannya, yaitu NABI IBRAHIM as. Untuk itu kita bisa melihatnya dalam   surat  Ash Shaaffat (37) ayat 103,  dimana NABI IBRAHIM as, begitu sangat mentaati perintah ALLAH SWT sampai-sampai saat NABI IBRAHIM as. diperintahkan  ALLAH SWT untuk menyembelih anak kandungnya sendiri yaitu NABI ISMAIL as, dilakukannya perintah ALLAH SWT tersebut tanpa ada bantahan sama sekali. Sekarang NABI IBRAHIM as dan NABI ISMAIL as.  sudah tidak ada lagi, akan tetapi peninggalan dari mereka berdua akan terus ada sampai dengan HARI KIAMAT yaitu PERINTAH KURBAN. Selanjutnya apakah hanya sekedar itu saja ALLAH SWT mencontohkan perilaku dan perbuatan NABI IBRAHIM as, kepada KHALIFAH-NYA yang datang sesudah itu?



tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
(surat Ash Shaaffat (37) ayat 103)



ALLAH SWT tidak sekedar memberikan contoh semata, akan tetapi ALLAH SWT berkehendak agar umat-umat yang datang di kemudian hari dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dari apa-apa yang telah diperbuat oleh NABI IBRAHIM as, di dalam melaksanakan perintah  ALLAH SWT. Di dalam  Al-Qur'an masih banyak hikmah dan pelajaran yang  ALLAH SWT abadikan bagi KHALIFAH yang datang dikemudian hari. Akan tetapi ALLAH SWT memberikan keistimewaan tersendiri kepada NABI IBRAHIM as, yaitu dengan tetap dan terus  mengabadikan peninggalan-peninggalan yang tidak terpisahkan dengan keberadaan NABI IBRAHIM as beserta keluarganya,  apakah itu? 

Peninggalan-peninggalan yang tidak terpisahkan dengan keberadaan NABI IBRAHIM as, yang mungkin akan tetap utuh sampai dengan hari KIAMAT, seperti AIR ZAM-ZAM, IBADAH SA'I dan MAQAM IBRAHIM yang berada di tengah-tengah MASJIDIL HARAM serta IBADAH KURBAN. Dengan tetap utuhnya peninggalan-peninggalan NABI IBRAHIM as, yang mungkin sampai dengan hari KIAMAT, ini menandakan bahwa ALLAH SWT sangat menghargai dan menghormati KETAATAN dan KEPATUHAN dari NABI IBRAHIM as, sebagai salah satu KHALIFAHNYA yang terbaik. Selanjutnya apakah makna dari peninggalan-peninggalan yang tidak terpisahkan dengan NABI IBRAHIM as kepada kita sebagai umat yang datang dikemudian hari? 


Apabila kita melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh NABI IBRAHIM as, yaitu MENTAATI PERINTAH ALLAH SWT maka ALLAH SWT pun akan memberikan hal yang sama kepada diri kita namun tentu berbeda konteksnya. Selanjutnya adakah resiko bagi KHALIFAH yang tidak mau mematuhi perintah dan HUKUM-HUKUM ALLAH SWT? 

Jawabannya ada pada hadits qudsi di bawah ini, yaitu  ALLAH SWT mempersilahkan manusia untuk mencari TUHAN selain ALLAH SWT. Jika ini sudah dikatakan oleh ALLAH SWT kepada setiap KHALIFAH-NYA, timbul pertanyaan adakah TUHAN lain selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan diri kita dengan sempurna, yang mampu menciptakan langit dan bumi beserta isinya? Adanya ancaman seperti ini kepada kita, masih tidak cukupkah bagi kita untuk BERIMAN KEPADA ALLAH SWT?



Abu Hind Addarmi ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Barangsiap tidak rela menerima hukum-Ku dan tidak bersabar menghadapi ujian-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.
(HQR Ibnu Hibban, Ath Thabarani, Abu Dawud dan Asakir; 272:155)



Selanjutnya pada saat kita hidup di dunia, selain ada perintah ALLAH SWT dan HUKUM-HUKUM ALLAH SWT, dalam hal ini bisa disebut dengan SYARIAT ISLAM,  masih terdapat hukum yang di atur oleh NEGARA, bagaimana kita menyikapinya? 

NEGARA membuat ketentuan dan/atau aturan bagi warganegaranya bukan dalam rangka menyusahkan apalagi menyengsarakan rakyatnya. Aturan dibuat dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi setiap warganegara sehingga ketertiban, keamanan, keadilan, kedamaian dan kenyamanan di dalam suatu negara dapat tercapai. Jika ini merupakan tujuan dari sebuah ketentuan dan aturan yang dikeluarkan suatu negara, lalu apa bedanya dengan tujuan dari KEKHALIFAHAN di muka bumi? KEKHALIFAHAN di muka bumi juga ditujukan agar terpeliharanya ketentraman, ketertiban, terpeliharanya kedamaian, di muka bumi. 

Adanya persamaan tujuan dari aturan yang dibuat oleh negara dengan tujuan dari KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi maka kitapun wajib melaksanakan dengan sebaik-baiknya HUKUM-HUKUM yang di atur oleh NEGARA. Jika sekarang kita sudah diberikan dan disediakan DIINUL ISLAM oleh ALLAH SWT, sebagai AGAMA yang HAQ, selanjutnya sudahkah DIINUL ISLAM memberikan dampak positif bagi diri kita sendiri atau sudahkah kita mencerminkan sebagai KHALIFAH yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT yaitu KHALIFAH yang mematuhi peritah dan hukum-hukum-NYA? 

Kami yakin pembaca buku ini adalah KHALIFAH ALLAH SWT sudah mendapatkan dan merasakan manfaat dari diturunkannya  DIINUL ISLAM atau telah dapat merasakan nikmatnya dari bertuhankan kepada ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM sehingga ciri dari KHALIFAH yang memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN dapat kita peroleh.  


B.   RENDAH HATI KEPADA ALLAH SWT


Ciri selanjutnya dari KHALIFAH yang telah memeluk dan menjadikan   DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH adalah selalu rendah hati  kepada ALLAH SWT dan juga kepada sesama KHALIFAH. Selanjutnya sudahkah kita memiliki hal tersebut dan  kenapa ALLAH SWT harus menetapkan hal itu kepada KHALIFAH-NYA? 

ALLAH SWT adalah inisiator, pemilik, pencipta dari langit dan bumi beserta isinya termasuk juga keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti manusia yang dijadikan KHALIFAH di muka bumi, tidak memiliki apapun dibandingkan ALLAH SWT. Manusia ada karena ada yang menciptakan yaitu ALLAH SWT; Manusia memiliki RUH, AMANAH 7 dan HUBBUL serta HATI RUHANI karena diberikan oleh ALLAH SWT; Manusia hidup di bumi yang dimiliki dan diciptakan oleh ALLAH SWT; selanjutnya apakah yang dimiliki oleh manusia termasuk diri kita?


 dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
(surat Al Furqaan (25) ayat 63-73)


 dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.
(surat Al Furqaan (25) ayat 63-73)



Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI, maka kita harus menyatakan dengan penuh kesadaran  bahwa kita tidak memiliki apapun juga, kita itu miskin, kita itu lemah, kita itu kecil, kita itu tidak ada apa-apanya, kita itu menumpang hidup di bumi yang dimiliki  ALLAH SWT. Sekarang jika itu adalah keadaan dari diri kita, sudah sepantasnya dan sepatutnya kita harus menempatkan dan meletakkan ALLAH SWT sesuai dengan kedudukan dan kemahaan yang dimiliki ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita sudah dapat melakukan itu semua, maka apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA yaitu RENDAH HATI telah dapat kita laksanakan.

Selajutnya, apakah hanya kepada ALLAH SWT saja kita harus rendah hati? Rendah hati tidak hanya kita lakukan kepada ALLAH SWT semata, akan tetapi harus dilakukan pula kepada sesama manusia atau kepada sesama KHALIFAH  di muka bumi. Hal ini dikarenakan antara diri kita dengan sesama manusia tidak ada bedanya, sebab sama-sama tidak memiliki apa-apa; sama-sama miskin, sama-sama lemah, sama-sama menumpang di bumi, sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT, jadi tidak ada guna dan manfaat yang akan kita peroleh jika kita menyombongkan diri. 

Jika sekarang kita sudah ada di muka bumi, dan sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH, maka yang harus dikembangkan di antara sesama manusia adalah sikap saling hormat menghomati, saling tolong menolong, saling sayang menyangi. Apabila hal ini kita lakukan secara bersama-sama dengan dilandasi oleh  DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMANNYA maka akan timbul keamanan, ketertiban, kenyamanan, kemakmuran, keadilan, demokrasi, zero corruption dan lain sebagainya di tengah masyarakat atau terciptalah masyarakat madani yang kita idam-idamkan.  



C. MENSYUKURI NIKMAT


Sudahkan kita bersyukur atau mensyukuri segala nikmat yang telah kita peroleh baik dari ALLAH SWT maupun dari masyarakat, bangsa dan negara? Kami yakin pembaca buku ini adalah orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat dan/atau selalu bersyukur terhadap apa-apa yang telah diperolehnya yang kesemuanya sebagai bagian dari pelaksanaan  DIINUL ISLAM. 

Selanjutnya seperti apakah yang dikatakan syukur itu atau apakah bersyukur cukup dengan mengatakan terima kasih saja? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan kami ilustrasikan sebagai berikut: Misalkan saya  memperoleh kado berupa baju batik dari seseorang, atas pemberian tersebut saya ucapkan terima kasih. Setelah saya terima, baju batik tersebut bukannya saja pakai melainkan saya jadikan lap  mobil,  timbul pertanyaan sudah bersyukurkah saya? 

Jika saya melakukan hal tersebut, berarti saya bukan termasuk orang yang telah bersyukur. Bersyukur tidak cukup dengan mengucapkan terima kasih semata,  sebab ucapan terima kasih bukanlah cerminan dari ungkapan syukur seseorang. Ucapan terima kasih  adalah adab atau sopan santun jika kita menerima sesuatu dari orang lain. Ungkapan syukur dari pemberian baju batik adalah apabila baju batik yang kita peroleh dapat kita pergunakan dan/atau dapat kita pakai sesuai dengan peruntukan yang sebenarnya. 

Sekarang ALLAH SWT selaku Inisiator, Pemilik dan Pencipta langit dan bumi sudah menyediakan dan menciptakan kepada seluruh manusia termasuk diri kita, apa yang dinamakan dengan RUH, AMANAH 7, HUBBUL, HATI RUHANI dan juga DIINUL ISLAM, selanjutnya sudahkah kita mensyukuri apa-apa yang telah ALLAH SWT siapkan dan ciptakan kepada diri kita? 

  
dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).
(surat An Nahl (16) ayat 81)

  
dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(surat An Nahl (16) ayat 78)


Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, maka kita tidak boleh hanya mengucapkan TERIMA KASIH saja kepada ALLAH SWT, akan tetapi sudahkah kita meletakkan, menempatkan, mempergunakan, serta mendayagunakan, apa-apa yang telah ALLAH SWT sediakan dan ciptakan untuk kepentingan diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi sesuai dengan kehendak-NYA? 

Sebagai bukti SYUKUR kita kepada ALLAH SWT maka kita harus dapat mempergunakan, mendayagunakan, meletakkan atas apa-apa yang disiapkan dan diberikan oleh ALLAH SWT sesuai dengan peruntukkan yang dikehendaki-NYA. 

Jika sekarang ALLAH SWT sudah memberikan  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ atau AGAMA yang FITRAH, sudahkah kita melaksanakan dan menjalankan DIINUL ISLAM secara KAFFAH? BERSYUKUR merupakan salah satu ukuran bagi kesuksesan seorang KHALIFAH di muka bumi dan juga menandakan bahwa KHALIFAH tersebut termasuk orang yang telah TAHU DIRI atau KHALIFAH dengan kategori MAKHLUK PILIHAN. 


D. MENDOAKAN KETURUNAN akan KEISLAMANNYA


Ciri berikutnya dari KHALIFAH yang telah sukses menjalankan  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ adalah selalu mengajarkan dan mendoakan ke-islaman bagi anak dan keturunannya masing-masing. Timbul pertanyaan, kenapa kita harus selalu mendoakan anak dan keturunan kita? Anak atau keturunan adalah regenerasi dari diri kita yang tidak lain adalah KHALIFAH di muka bumi sehingga jika kita selalu mendoakan anak dan keturunan sendiri berarti kita telah  mendoakan regenerasi KEKHALIFAHAN di muka bumi.


Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(surat Al Baqarah (2) ayat 128)


Regenerasi atau suksesi kepada anak dan keturunan merupakan suatu proses yang turun temurun yang pada gilirannya akan menghasilkan alih generasi keluarga sebagai bagian dari kekhalifahan di muka bumi. Regenerasi KHALIFAH adalah output dari suatu proses dari pembentukan keluarga. Untuk dapat menghasilkan atau mendapatkan output, dalam hal ini regenerasi KHALIFAH dengan kriteria MAKHLUK PILIHAN, maka harus di mulai dari adanya input yang baik melalui proses keluarga yang sakinah. Input, proses, output merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan atau di buat terpisah-pisah, akan tetapi harus dalam satu kesatuan. 

Untuk mendapatkan output yang baik maka harus  melalui proses yang baik  serta  input yang baik pula, demikian pula sebaliknya. Dan jika sekarang diri kita adalah output atau anak kita adalah  output dari mata rantai regenerasi KEKHALIFAHAN di muka bumi yang kita bangun, sudahkah kita mengenalkan, mengajarkan, menjadikan  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ bagi mereka? 

Kami yakin pembaca buku ini sudah  mengajarkan  DIINUL ISLAM kepada anak dan keturunan masing-masing. Selanjutnya apabila kita telah mengajarkan mereka dengan DIINUL ISLAM, maka secara tidak langsung kita telah melakukan INVESTASI ANAK SHALEH/SHALEHAH di muka bumi.  Adanya ANAK yang SHALEH dan SHALEHAH yang kita investasikan di muka bumi, maka ALLAH SWT pun akan memberikan balasan dari itu semua yaitu dengan mengembalikan kepada diri kita sebagai orang tua, apa yang disebut dengan doa dari anak yang shaleh dan shalehah setelah kita tiada. 

Sekarang bagaimana kita akan memperoleh  anak yang shaleh/shalehah jika kita sendiri tidak pernah menyiapkan mereka, tidak pernah mendoakan mereka, tidak pernah berusaha untuk berinvestasi atau menanamkan modal dalam rangka  menjadikan anak yang shaleh/shalehah sebagai regenerasi keluarga di muka bumi? Jika kita tidak pernah melakukan itu semua secara pribadi-pribadi bagaimana mungkin akan menghasilkan regenerasi kekhalifahan suatu kaum dan/atau bagaimana akan menghasilkan regenerasi dalam suatu negara? 

Untuk itu mulailah REFORMASI INTERNAL dari keluarga masing-masing dalam mempersiapkan proses regenerasi  KEKHALIFAHAN di muka bumi sebagai modal awal bagi REFORMASI EKSTERNAL dari KEKHALIFAHAN di muka bumi. Tanpa kita melakukan REFORMASI INTERNAL, maka akan sangat sulit kita mencapai dan memperoleh apa yang dinamakan dengan MASYARAKAT MADANI.  



E. SELURUH AYAT DI IMANI


Sudahkah anda mempercayai semua ayat-ayat ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur'an secara keseluruhan?  ALLAH SWT tidak memperkenankan kepada seluruh KHALIFAH-NYA untuk memcercayai atau mengimani ayat-ayat Al-Qur'an secara sepotong-sepotong atau secara setengah-setengah, atau hanya mengambil sebahagian-sebahagian tergantung mana yang dibutuhkan atau mana yang akan memberikan keuntungan untuk diri atau kelompoknya.Al-Qur'an sebagai BUKU MANUAL bagi kepentingan KEKHALIFAHAN di muka bumi, harus diimani secara keseluruhan sehingga tidak dapat dipilih-pilih secara acak atau hanya dipergunakan sebahagian-sebahagian. Apabila kita hanya mempercayai ayat-ayat Al-Qur'an secara sepotong-potong, berarti kita hanya mempercayai ALLAH SWT secara sepotong-sepotong pula atau bahkan sebenarnya kita tidak mempercayai ALLAH SWT sebagai pemilik dan pencipta dari Al-Qur'an itu sendiri. 

Untuk itu ALLAH SWT melalui surat  Az Zukhruf (43) ayat 69 menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Al-Qur'an secara keseluruhan dikatakan sebagai orang-orang yang telah berserah diri kepada ALLAH SWT dikarenakan orang tersebut telah mempercayai Al-Qur'an yang tidak lain adalah KALAM ALLAH SWT secara keseluruhan. Jika kita telah melakukan ini secara baik dan benar berarti kita telah membangun kepercayaan kepada ALLAH SWT.



 (yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 69)



Di dalam kehidupan sehari-hari saja, jika kita hanya mempercayai seseorang secara setengah-setengah, maka kita akan selalu was-was serta tidak tenang sewaktu menyerahkan suatu pekerjaan kepada orang tersebut. Sekarang bandingkan dengan ketenangan yang kita peroleh jika kita mempercayai seseorang di dalam mengerjakan sesuatu. 

Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT, yang hanya kita percayai setengah-setengah atau sepotong-sepotong dengan hanya mengakui Ayat-Ayat Al-Qur'an sebahagian saja? ALLAH SWT pasti memberlakukan yang sama dengan apa yang diperbuat oleh diri kita.



Abu Hurairah ra, berkata: Nabi bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku pada-Ku, maka terserah padanya akan menyangka apa saja kepada-Ku.
(HQR Muslim dan Al Hakiem dari Watsilah. Dan dari Abud-Dunia, Al Hakiem dari Abu Hurairah. ra; 272:67)


Kepercaryaan ALLAH SWT kepada diri kita juga tidak akan pernah tumbuh sebab kita sendiripun juga memberlakukan hal yang sama kepada ALLAH SWT. ALLAH SWT sebagai PENCIPTA, PEMILIK, PEMELIHARA, PENGATUR, langit dan bumi beserta isinya harus diperacayai, harus dihormati, harus diletakkan, harus ditempatkan sesuai dengan kemahaan yang dimiliki-NYA. Apabila kita tidak bisa melakukannya sesuai denga kehendak-NYA maka ALLAH SWT akan melakukan hal yang sama kepada kita. 


Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Tidaklah Aku akan memperhatikan hak hamba-Ku sebelum ia memperhatikan hak-Ku terhadap dia.
(HQR At Thabarani; 272: 125)



Hadits qudsi di atas ini, mempertegas pernyataan ALLAH SWT kepada KHALIFAHNYA yang tidak mau mempercayai  ALLAH SWT secara TOTAL atau kepada KHALIFAHNYA yang hanya mempercayai ALLAH SWT sebagian-sebagian. Jika kita ingin tetap memperoleh janji-janji ALLAH SWT, jangan pernah lakukan itu kepada ALLAH SWT. 
 

F.   SELALU BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Bisakah diri kita ada di dunia jika tidak ada orang tua yang melahirkan kita? Dapatkah kita menjadi KHALIFAH di muka bumi saat ini, jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? Mungkinkah tanpa kedua orang tua kita dapat lahir dan menjadi KHALIFAH di muka bumi? Orang tua adalah cikal bakal dari keberadaan kita di muka bumi dan/atau kita adalah REGENERASI dari KEKHALIFAHAN di muka bumi yang di lakukan oleh ke dua orang tua kita. ALLAH SWT melalui surat  Al Ahqaaf (46) ayat 15 mewajibkan dan memerintahkan kepada setiap manusia untuk selalu berbakti dengan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, berlebihankah ALLAH SWT memerintahkan hal ini kepada manusia?  


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".
(surat Al Ahqaaf  (46) ayat 15)


Perintah ALLAH SWT di atas bukan sesuatu yang berlebihan, namun sudah memang seharusnya kita melakukan itu dengan penuh kesadaran. Sekarang kita dapat bekerja, kita dapat beribadah, kita dapat berbagi kepada sesama, kita dapat melakukan perjalanan ke tempat manapun serta dapat menikmati kehidupan dengan baik. Timbul pertanyaan, dapatkah kita melakukan itu semua jika kita tidak pernah dilahirkan ke dunia, jika kita tidak pernah diberikan pendidikan dan kasih sayang oleh kedua orang tua kita? Bersyukur adalah salah satu jalan yang harus kita lakukan kepada kedua orang tua kita. Bersyukur kepada orang tua tidak cukup dengan mengatakan terima kasih kepada mereka. Akan tetapi harus menempatkan dan meletakkan serta menghargai orang tua sesuai dengan kodrat dan posisi yang  sebenarnya yaitu  orang tua yang melahirkan dan membesarkan diri kita.


Jika kita telah memiliki anak, maka kedudukan orang tua dan kedudukan mertua sama tingginya sehingga kita tidak boleh membedakan mereka dalam posisi apapun. Orang tua dan mertua harus diletakkan dan ditempatkan dalam kondisi yang sama, kita tidak boleh condong kepada mertua saja atau kita juga tidak boleh condong kepada orang tua saja sehingga kita harus adil kepada keduanya. Selanjutnya mari kita pelajari hadits tentang kedudukan orang tua yang akan kami kemukakan di bawah ini.   


Keridhaan ALLAH tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka ALLAH pun terletak pada murka ke dua orang tua.

(HR Al Hakiem)


Berdasarkan hadits yang kami kemukakan di atas ini, kedudukan orang tua sangatlah tinggi, sehingga sampai-sampai ALLAH SWT meletakkan keridhaan-NYA di bawah keridhaan orang tua serta kemurkaan ALLAH SWT terletak juga pada murka orang tua. Sedangkan berdasarkan hadits di bawah ini, kedua orang tua sangat berperan di dalam mendapatkan surga ataupun di dalam mendapatkan neraka. Selain daripada itu, durhaka kepada kedua orang tua dikategorikan sebagai dosa yang besar.  


Rasulullah SAW ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau neraka-mu".
(HR Ibnu Majjah)

Termasuk dosa besar seorang yang mencaci-maki ibu bapaknya. Mereka bertanya, Bagaimana seorang yang mencaci-maki ayahnya sendiri?" Nabi SAW menjawab: "Dia mencaci-maki ayah orang lain lalu orang itu mencaci-maki ayahnya dan dia mencaci-maki ibu orang lain lalu orang lain itu mencaci-maki ibunya.
(Mutafaq 'alaih)


Melihat tingginya kedudukan orang tua di mata  ALLAH SWT, sudah sepatutnya dan sepantasnya kita berbakti ke dua orang tua dan juga kepada mertua secara adil dan selalu mendoakan mereka jika mereka telah berpulang kerahmatullah. Inilah kemudahan yang diberikan oleh  ALLAH SWT dalam rangka KHALIFAH-NYA merefleksikan baktinya kepada orang tua dan mertua masing-masing, dengan masih diberikannya kesempatan untuk mendoakan mereka walaupun mereka telah meninggal dunia. Agar supaya doa yang kita panjatkan dapat diterima oleh ALLAH SWT maka antara yang di doakan dengan yang mendoakan harus sama-sama di dalam naungan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ. 

    
Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang telah meninggal, terputus untuknya pahala segala amal kecuali tiga hal yang tetap kekal: Shadaqah Jariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang senantiasa mendoakannya”.                                                                                              (HR Bukhari-Muslim)


Apabila seorang meninggalkan doa bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya.
(HR Addailami)


Sekarang adakah sanksi bagi manusia yang lalai di dalam mendoakan kedua orang tuanya termasuk juga mendoakan kedua orang mertuanya? Hadits diatas ini dapat menjawab salah satu akibat dari kita melalaikan atau meningggalkan doa bagi ke dua orang tua ataupun ke dua orang mertua.


Pembaca, itulah sebahagian dari ciri-ciri dari KHALIFAH yang telah menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dan/atau ciri dari KHALIFAH yang telah memenuhi kriteria MAKHLUK PILIHAN. Berikut ini akan kami kemukakan pula sebahagian dari ciri MAKHLUK PILIHAN lainnya, dalam hal ini KHALIFAH yang telah menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ, yaitu:


1)   KHALIFAH yang jika berdakwah atau menyampaikan AYAT-AYAT ALLAH SWT dengan tidak meminta upah atau bayaran, dalam hal ini dengan meminta tarif tertentu atau menyampaikan dakwah dengan maksud mendapatkan simpati ataupun mendapatkan kehormatan.


 jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku Termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".
(surat Yunus (10) ayat 72)



2)   KHALIFAH yang taat tanpa pamrih atau KHALIFAH yang menjalankan tugas tanpa memikirkan apa balasan yang akan diperolehnya dari ALLAH SWT.   


 orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(surat Al Hujuraat (49) ayat 14)


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, Padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"
mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar."
(surat Al Hujuraat (49) ayat 17)


3) KHALIFAH yang tidak gentar menghadapi musuh, atau tidak gentar menghadapi problem atau persoalan yang dihadapinya.


Dan tatkala orang-orang melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya  kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasulnya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
(surat Al Ahzab (33) ayat 22)


4)  KHALIFAH yang selalu berdoa untuk keselamatan diri, keluarga, anak keturunan hanya  kepada ALLAH SWT semata.



Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian tabir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di diunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.
(surat Yusuf (12) ayat 101)


5) KHALIFAH yang selalu memberikan Shalawat dan Salam kepada Nabi dan Rasulnya.


Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(surat Al Ahzab (33) ayat 56)



Pembaca, dari seluruh ciri-ciri orang yang telah menjadikan  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ  yang telah kami kemukakan, sudahkah ciri-ciri tersebut ada dan menjelma di dalam diri kita masing-masing secara keseluruhan? 


2.   ETIKA SESAMA MUSLIM


Di atas kami telah mengemukakan ciri-ciri KHALIFAH yang telah menjadikan  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ secara individual. Selanjutnya adakah ETIKA atau ADAB yang harus dilakukan oleh KHALIFAH ALLAH SWT yang telah menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ kepada sesamanya, dalam hal ini kepada sesama MUSLIM? ALLAH SWT mempunyai beberapa ketentuan yang harus dilakukan oleh KHALIFAH-NYA di dalam melaksanakan hubungan antar dan dengan sesamanya atau ETIKA  MUSLIM dengan MUSLIM.  


A.     TIDAK BOLEH SALING BUNUH MEMBUNUH


ALLAH SWT melalui surat An Nisaa' (4) ayat 92 di bawah ini dengan jelas melarang sesama KHALIFAHNYA untuk saling bunuh membunuh dengan secara sengaja atau Mukmin dengan Mukmin dilarang saling bunuh membunuh dengan secara sengaja. ALLAH SWT melarang KHALIFAH-NYA melakukan ini semua tentu ada alasan yang melatarbelakanginya, apakah itu? 

Manusia terdiri dari Jasmani dan Ruhani, dan di saat bersatunya Jasmani dengan Ruhani terjadilah hidup dan di saat hidup itulah manusia melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi sebagai bagian dari kehendak ALLAH SWT. Dengan demikian hidup dapat dikatakan sebagai bagian dari kehendak ALLAH SWT yang tidak terpisahkan dari program KEKHALIFAHAN di muka bumi. Sekarang ada seorang MUSLIM membunuh dengan sengaja saudaranya yang MUSLIM, ini berarti MUSLIM yang membunuh dapat dikatakan telah  mengganggu atau bahkan mencoba menggagalkan atau telah meniadakan sebahagian dari kehendak ALLAH SWT kepada MUSLIM yang dibunuh untuk menjadi KHALIFAH di muka bumi.  

Setiap adanya  pembunuhan berarti telah terjadi sebuah tindakan paksa untuk memisahkan Jasmani dengan Ruhani  di luar yang dikehendaki oleh ALLAH SWT atau dengan adanya tindakan pembunuhan maka telah terjadi penistaan terhadap Rencana Besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi atau apakah MALAIKAT pencabut nyawa sudah tidak memiliki pekerjaan lagi karena telah digantikan tugasnya oleh pembunuh? 
 

dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 92)


Selain daripada itu, jika terjadi tindakan bunuh membunuh yang dilakukan oleh sesama Muslim secara sengaja, berarti Syaitan telah berhasil melaksanakan tugas dan misinya yang telah mendapatkan restu dari ALLAH SWT dan/atau Manusia telah menjadikan JASMANI sebagai KHALIFAH bagi RUHANINYA. Selanjutnya adakah balasan dari ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA yang telah melakukan pembunuhan? 

Sepanjang manusia mau bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat maka ALLAH SWT masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan juga memberikan AMPUNAN. Mana buktinya? ALLAH SWT membuktikan kepada kita semua, yaitu cerita tentang seorang lelaki yang telah membunuh 100 orang, kemudian diterima taubatnya setelah ia hijrah dari satu daerah ke daerah yang lainnya dimana di tengah perjalanan ia meninggal dunia. Namun apabila setelah membunuh sesama Muslim, tidak juga mau bertaubat kepada ALLAH SWT, tentu NERAKA JAHANNAM lah tempat kembalinya.     


B.     TIDAK BOLEH KATAKAN KAFIR KEPADA SESAMA MUSLIM


Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa KHALIFAH adalah sebuah ketentuan yang bersifat umum yang berlaku bagi setiap manusia yang ada di muka bumi. Sebuah ketentuan umum tidak bisa dipergunakan untuk menilai sesuatu yang bersifat khusus, contohnya bagaimana cara mengisi SYURGA dan NERAKA secara adil. Untuk  itu ALLAH SWT membuat sebuah ketentuan khusus untuk melakukan penilaian kepada KHALIFAH-NYA dengan menggunakan kriteria MAKLUK PILIHAN.

Adanya kriteria MAKHLUK PILIHAN akan dapat membedakan KHALIFAH yang ada di muka bumi menjadi 2(dua) golongan yaitu  KHALIFAH yang TAAT dan PATUH sehingga ia berhak menempati SYURGA dan KHALIFAH yang KAFIR yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM. TAAT dan PATUH atau KAFIR adalah sebuah penilaian yang diberikan oleh  ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA sewaktu menjalankan tugas di muka bumi. Dan jika sekarang ALLAH SWT melarang KHALIFAH-NYA untuk mengatakan KAFIR kepada sesama KHALIFAHNYA, apakah hal ini berlebihan?


ALLAH SWT sebagai pencipta dari KEKHALIFAHAN di muka bumi memang sudah seharusnya yang melakukan penilaian kepada KEKHALIFAHAN yang diciptakan-NYA. Akan tetapi jika KHALIFAH-NYA sendiri yang mengatakan KAFIR kepada sesama KHALIFAH-NYA maka ia sebenarnya telah mengambil HAK ALLAH SWT di dalam melakukan penilaian. 

Setiap KHALIFAH termasuk diri kita, tidak memiliki hak untuk menilai apalagi menghakimi sesama KHALIFAH yang notabene adalah sama-sama ciptaan ALLAH SWT,  dengan mengatakan KAFIR sebab diri kita bukanlah  PENCIPTA dan PEMILIK dari RENCANA BESAR KEKHALIFAHAN di muka bumi serta bukan pula pencipta Syurga dan Neraka Jahannam. Ingat, KAFIR dan MUKMIN adalah hasil  dari sebuah penilaian atas unjuk kerja yang dilakukan oleh setiap KHALIFAH yang ada di muka bumi. KAFIR menghantarkan diri kita ke kampung KEBINASAAN dan KESENGSARAAN sedangkan MUKMIN menghantarkan diri kita ke kampung KEBAHAGIAAN.
  

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 94)



Selanjutnya jika kita  telah mengakui dan menjadikan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dan juga berarti bahwa kita telah tahu diri, yaitu siapa  KITA dan siapa ALLAH SWT. Dan jika ini adalah kondisi dari diri kita maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya kita mengambil HAK ALLAH SWT di dalam menilai atau mengatakan atau menghakimi bahwa orang itu telah KAFIR. Untuk itu mari kita berkaca kepada pertandingan olah raga, sesama pemain tidak bisa saling menilai atau mengatakan pemain lainnya melanggar ketentuan, yang berhak mengatakan itu adalah wasit atau juri. Sekarang dalam kehidupan sehari-hari malah kita berani mengatakan seseorang telah kafir, selanjutnya sejak kapan seorang pemain atau seorang KHALIFAH  dapat merangkap jabatan sebagai wasit atau juri?


C.      SESAMA MUSLIM SALING UCAPKAN SALAM 


ALLAH SWT melalui surat Al An'am (6) ayat 54 memerintahkan kepada sesama KHALIFAH yang MUSLIM untuk saling mungucapkan salam, dalam hal ini adalah "Salaamun alaikum" atau saling doa mendoakan agar senantiasa  ALLAH SWTmelimpahkan rahmat kepada kita semua. Adanya perintah ini maka diharapkan akan tercipta kedamaian, keamanan, ketertiban, saling tolong  menolong oleh sebab keberadaan diri kita dalam masyarakat dan/atau terciptanya kedamaian oleh sebab adanya KEKHALIFAHAN di muka bumi.    


apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum[476]. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang[477], (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan[478], kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al An’am (6) ayat 54)


[476] Salaamun 'alikum artinya Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu.
[477] Maksudnya: Allah telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat kepada mahluk-Nya.
[478] Maksudnya Ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan kejahatan karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu.


dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf[543] itu ada orang-orang yang Mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun 'alaikum[544]". mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).
(surat Al A’raaf (7) ayat 46)




[543] Al A'raaf artinya: tempat yang tertinggi di antar surga dan neraka.
[544] Artinya: Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu.


Pembaca, itulah sebahagian dari ETIKA MUSLIM dengan sesama MUSLIM di dalam kerangka DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ETIKA MUSLIM lainnya kepada sesama MUSLIM yang juga terdapat di dalam Al-Qur'an, yaitu:


1)     Sesama Muslim tidak diperkenankan atau diperbolehkan saling olok mengolok atau saling caci memaki. Sesama muslim wajib saling tolong menolong dalam kebaikan.
 

yang demikian itu karena Sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai Pelindung.
(surat Muhammad (47) ayat 11)


2) Sesama Muslim dilarang saling curiga mencurigai atau saling berburuk sangka kepada sesama Muslim.


Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 12)



3) Sesama Muslim yang menjadi Ahli Syurga akan saling bersalaman, saling mengucapkan salam kepada sesamanya. 



sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa,
akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.
dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan itu.
(surat Al Waqiah (56) ayat 24-25-26-27)



Pembaca, sewaktu kita melaksanakan tugas di muka bumi, tentu kita tidak hanya berhadapan dengan sesama Muslim, akan tetapi juga bertemu dan berhadapan  atau bahkan ikut mengayomi umat Non Muslim yang juga memiliki hak hidup di muka bumi ini. Hal ini dimungkinkan  sebab ALLAH SWT telah menyediakan SYURGA dan NERAKA. 

Untuk melengkapi tentang Etika Muslim dengan sesama Muslim yang telah kami sebutkan di atas, berikut ini akan kami kemukakan sebuah cerita yang pernah di alami sendiri oleh RASULULLAH SAW yang harus kita ambil hikmah dan pelajaran,  yaitu: "Di sudut pasar Madinah  Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Di lain sisi, setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Rasulullah SAW wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.


Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha. Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu?". 


Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. 

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya,  ia tidak pernah sekalipun memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a."

Selanjutnya untuk melengkapi cerita tentang BUDI PEKERTI RASULULLAH SAW, berikut ini akan kami kemukakan pula  beberapa etika yang mengatur tentang hubungan antara umat Muslim dengan umat Non Muslim yang kesemuanya terdapat di dalam Al-Qur'an, yaitu:


1)     Umat Muslim diperbolehkan memerangi sepanjang Umat Muslim diperangi dan/atau boleh perangi sampai…ISLAM.


telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
(surat Al Hajj (22) ayat 39)



2)  Umat Muslim tidak diizinkan untuk berikap lemah kepada mereka dan mengajak minta damai.


 janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
(surat Muhammad (47) ayat 35)


kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada Perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu Maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.
kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), Maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka.
(surat An Nissaa’ (4) ayat 90-91)



3) Umat Muslim jika di ajak berdamai oleh mereka, maka ajakan tersebut boleh diterima.  



kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada Perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu Maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.
(surat An Nissaa’ (4) ayat 90)



4) Umat Muslim diperbolehkan mendoakan mereka agar mereka masuk Islam atau mendoakan untuk memperoleh hidayah sepanjang yang di doakan masih hidup di muka bumi.



berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
(surat Maryam (19) ayat 47)



5) Umat Muslim diperbolehkan mengucapkan salam atau memberikan kabar gembira kepada mereka walaupun tidak kenal. 




mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim[803]".
(surat Al Hijr (15) ayat 53)


[803] Yang dimaksud dengan seorang anak laki-laki yang alim ialah Ishak a.s.



6) Umat Muslim diperbolehkan untuk mengajak mereka masuk Islam dengan sungguh-sungguh.



bahwa janganlah kamu sekalian Berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
(surat An Naml (27) ayat 31)


berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
(surat An Naml (27) ayat 38)



Sebagai penutup buku ini, kami ingin mengajak pembaca untuk merenung sejenak cerita tentang WAHYU TERAKHIR KEPADA NABI MUHAMMAD SAW di bawah ini: Diriwayatkan bahwa surat Al-Maaidah (5) ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu Ashar yaitu pada hari Jum'at di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada'] pada tahun 10 Hijriah. Pada waktu musim haji wada' tersebut NABI SAW berkuthbah dihadapan kaum muslimin yang sangat besar jumlahnya. Adapun isi khutbah NABI SAW, antara lain:

1)      Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram atas kamu (untuk diganggu)
2)   Takutlah kepada ALLAH SWt dalam hal memberlakukan perempuan karena sesungguhnya kamu mengambil mereka (istri-istrimu) dengan amanat ALLAH SWT.
3)  Segala sesuatu yang termasuk perkara JAHILIYAH diletakkan di bawah kakiku (tidak berlaku lagi)
4)      Dua perkara kutinggalkan pada kamu, yang jika pegang niscaya kamu tidak akan tersesat sesudah kepergianku yaitu AL-QUR"AN dan SUNNAHKU.
5)      Jangan kamu kembali menjadi kafir dengan saling membunuh di antara kamu sama lain.



Selanjutnya pada saat Rasulullah SAW di Arafah sedang naik  unta, Rasulullah SAW menerima Wahyu Terakhir dari  ALLAH SWT. Pada saat itu Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingat isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun Malaikat Jibril AS dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh karena itu kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu." Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekkah dan terus pergi ke Madinah.


Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh Malaikat Jibril as, Setelah para sahabat mendengar hal yang demikian itu, mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna."Ketika Abu Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga  malam. 

Cerita tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesuatu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda." Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya.


Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapa kamu semua menangis?." Kemudian Ali ra. berkata, "Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini merupakan tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah SAW berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".


Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda." Rasulullah SAW berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]." Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. 

Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat beliau."Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?" Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah.


Melihat hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW untuk itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW" Lalu Rasulullah SAW berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah SAW" Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah SAW "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul."


Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah SAW, anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu."Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperoleh derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW di dalam syurga."


Ketika ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah SWT, kemudian yang akan menshalat aku ialah Malaikat Jibril as, kemudian diikuti oleh Malaikat Israfil, Malaikat Mikail, dan yang akhir sekali Malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya.


Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bershalat atasku." Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang di utus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan kami dan sebagai penguasa yang mengurus perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?." Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadits-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."


Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziarahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun memberi salam, "Assalaarnualaika ya rasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra., "Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, untuk itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan shalat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah." Setelah Bilal ra. sampai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya.


 Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihat peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah terjadi?." Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kegaduhan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau pun shalat subuh bersama dengan para jemaah. Setelah selesai shalat subuh maka Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Setelah berkata demikian maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumah beliau.


Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat lzrail AS, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku."Setelah Malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka Malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Baduwi. Setelah Malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, "Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" 

(Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian Malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu  terdengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah SAW berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah,"Tidak ayah." "Dia adalah Malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur."


Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Fathimah ra. maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku." Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan Malaikat lzrail masuk. Maka Malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Lalu Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" 

Maka berkata Malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah SAW, "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW melihat kedatangan Malaikat Jibril as maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril AS, "Ya aku tahu." Rasulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah SWT"


Berkata Jibril AS, "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu di langit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti." Berkata Jibril AS, "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud, "Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga." Berkata Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Selelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati." Jibril AS mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihat tingkah Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?"


 Jibril AS berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu di kala kamu dalam sakaratul maut?" Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruh Rasulullah di dada beliau telah bersabda:  "Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga shalat dan apa- SAW telah sampai apa yang telah diperintahkan ke atasmu." Ali ra. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah SAW berkata: "Umatku, Umatku." Telah bersabda Rasulullah SAW bahwa: "Malaikat Jibril as telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu." Ketika tersiar berita wafatnya NABI MUHAMMAD SAW, terkejut seluruh para sahabat, bahkan Umar ra. Sempat mengingkari kematian NABI SAW. Di antara yang paling kokoh adalah Abu Bakar ra dan Abbas ra. Lalu Abu Bakar ra berkata:


1)      Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad  telah wafat dan barangsiapa menyembah  ALLAH SWT, maka ALLAH SWT kekal selamanya dan tidak bisa mati.
2)      Muhammad adalah seorang rasul dan telah mendahului sebelumnya rasul-rasul, maka jika ia mati atau terbunuh, apakah kamu akan meninggalkan agama ini?
3)      Barangsiapa meninggalkan agama ini, ia tidak akan merugikan ALLAH SWT sedikitpun dan ALLAH SWT akan membalas orang-orang yang bersyukur.
4)      Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka juga akan mati.


Setelah mendengar ucapan Abu Bakar ra, tenanglah para sahabat, sehingga Umar ra berkata: "Seakan-akan aku belum pernah membaca ayat ini." PEMBACA, setelah membaca cerita yang kami kemukakan tentang WAHYU TERAKHIR KEPADA NABI MUHAMMAD SAW, Sudahkah anda merenungi isi dari Surat Al Maaidah (5) ayat 3 di atas dan sudahkah anda merenungi pesan NABI MUHAMMAD SAW? Selanjutnya akan ada 2(dua) pertanyaan yang akan kami ajukan kepada pembaca, yaitu:


1)  Jika anda semua ingin tetap menjadi Umat dari NABI MUHAMMAD SAW, untuk itu ingatlah selalu pesan-pesan yang yang disampaikan oleh BELIAU, selanjutnya sudahkah anda melaksanakannya secara baik dan benar atau apakah anda ingin mengecewakan Beliau yang begitu sangat sayang kepada umatnya?

2)      Jika ALLAH SWT sebagai INISIATOR, PEMILIK, PENCIPTA, PEMILIK dari langit dan bumi sudah menyatakan bahwa hanya DIINUL ISLAMlah satu-satunya AGAMA yang diakui-NYA dan yang diridhai-NYA serta yang paling sesuai dengan FITRAH manusia, sekarang bagaimana dengan diri kita dan dengan anak keturunan kita yang saat ini hidup di muka bumi, apakah masih meragukan atau masih tidak mau menerima dan mengakui dan melaksanakan DIINIUL ISLAM secara KAFFAH?


Sekarang NABI MUHAMMAD SAW sebagai NABI dan RASUL terakhir sudah tidak ada lagi di dunia ini, akan tetapi:

1)   ALLAH SWT SELAMANYA akan  TETAP ADA SAMPAI KAPANPUN juga sebab ALLAH SWT tidak akan mungkin binasa oleh sebab apapun juga dan ALLAH SWT tetap KEKAL selama-lamanya.
2)      DIINUL ISLAM juga masih akan tetap ada sampai dengan hari kiamat.
3)   AL-QUR'AN yang merupakan KALAM ALLAH SWT juga masih ada dan akan terus dipelihara oleh ALLAH SWT sebab Al-Qur'an adalah Kalam ALLAH SWT, serta
4)      Hadits-Hadits yang berasal dari NABI MUHAMMAD SAW juga masih ada.



Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jika terjadi persoalan, jika terjadi problem, jika terjadi kesusahan, jika terjadi kesedihan, atau jika terjadi apapun permasalahan, timbul pertanyaan kepada siapakah  kita akan bersandar, kepada siapakah kita akan bertuhan, kepada siapakah kita akan meminta petunjuk serta meminta pertolongan atau meminta ampunan dan juga  meminta apapun juga? 

Apabila kita ingin memperoleh NIKMAT dari BERTUHANKAN kepada ALLAH SWT maka tidak ada jalan lain kecuali memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT selaku  PEMILIK yang sekaligius juga  INISIATOR, PERANCANG, PENCIPTA dari langit dan bumi termasuk di dalamnya KEKHALIFAHAN di muka bumi. ALLAH SWT pasti akan bertanggung jawab sesuai dengan kemahaan yang dimiliki-NYA kepada apa-apa yang diciptakan-NYA dan yang dimiliki-NYA. PILIHAN ada pada diri kita masing-masing,  apakah mau menerima pertanggungjawaban ALLAH SWT kepada setiap ciptaan-NYA dan serta maukah kita memenuhi segala kehendak-NYA dengan menerima ALLAH SWT sebagai satu-satunya TUHAN, menerima  AL-QUR'AN sebagai BUKU MANUAL yang diturunkan ALLAH SWT, menerima  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ yang dilanjutkan dengan  melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH  serta menjadikan Hadits-Hadits sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan DIINUL ISLAM yang kesemuanya dapat menghantarkan diri kita ke SYURGA untuk bertemu dengan ALLAH SWT kelak. AMIIN. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar