Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 20 Mei 2016

PERLUKAH SAYA DENGAN DIINUL ISLAM? - part 2 of 2

 5. CATATAN KELIMA  tentang  KONDISI   DASAR MANUSIA


BERDASARKAN apa-apa yang telah kami kemukakan di atas, sekarang saya ingin bertanya kepada PEMBACA BUKU INI, yaitu jika anda saat ini MASIH HIDUP siapakah diri anda sebenarnya,  APAKAH bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT ataukah KEBERADAAN anda hanyalah sebuah proses yang kebetulan terjadi atau yang bersifat insidentil semata? 

Saya yakin PEMBACA buku ini berani dengan jujur mengatakan bahwa diri anda adalah bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT dalam kerangka RENCANA BESAR KEKHALIFAHAN di muka bumi dengan demikian keberadaan diri kita di dunia ini bukanlah sebuah PROSES YANG KEBETULAN TERJADI atau sesuatu yang bersifat INSIDENTIL semata. Ini berarti bahwa ALLAH SWT adalah PENCIPTA diri kita sedangkan DIRI KITA adalah CIPTAAN-NYA sehingga KITA WAJIB dan HARUS TAHU DIRI sehingga terjadilah KESERASIAN, KESEIMBANGAN dan KESELARASAN antara PENCIPTA dengan CIPTAANNYA. 

Selanjutnya TAHUKAH ANDA bahwa  ALLAH SWT di dalam menciptakan MANUSIA dan/atau DIRI KITA di dalam sebuah KONDISI dan KEADAAN yang sangat mencerminkan diri ALLAH SWT itu sendiri seperti TELEVISI diciptakan oleh PABRIKANNYA. Untuk itu cermati dan perhatikan dengan seksama tentang keberadaan diri kita atau keberadaan MANUSIA ditinjau dari sisi PENCIPTANYA  yaitu ALLAH SWT.


A. MANUSIA TELAH DIMULIAKAN ALLAH SWT


Seorang pelukis membuat sebuah lukisan, kemudian apa yang sebenarnya terdapat dalam lukisan tersebut? Di dalam lukisan tersebut akan terdapat gambar yang merupakan refleksi dari diri pelukis itu sendiri sehingga melalui lukisan itu akan diketahui seperti apakah kondisi dan kemampuan pelukis itu. Jika dalam suatu lukisan dapat digunakan sebagai media untuk menunjukkan keberadaan atau kemampuan pelukis, sekarang bagaimana  ALLAH SWT dengan CIPTAAN-NYA?


dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(surat Al Israa' (17) ayat 70)


[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.


ALLAH SWT pun juga menampilkan keberadaan kemampuan dan kehebatannya melalui CIPTAAN-NYA. Lihatlah diri kita sendiri, siapakah yang mampu membuat RUH manusia, siapakah yang dapat membuat AMANAH 7 dan HUBBUL, siapakah yang mampu membuat jaringan sel darah yang sedemikian canggih di dalam tubuh manusia yang berpusat di jantung?  

Jika kesemua kehebatan dan kecanggihan yang terdapat di dalam diri kita adalah bagian dari ciptaan-NYA selanjutnya dapat dipastikan bahwa penciptanya pasti lebih hebat dari apa-apa yang diciptakannya. Sebab tidak akan mungkin sesuatu yang hebat dan canggih dihasilkan atau dibuat oleh sesuatu yang berada di bawah apa-apa yang dibuatnya. Jika sudah begini masih kurang percayakah kita kepada ALLAH SWT?

Sekarang ALLAH SWT sudah menciptakan MANUSIA atau telah menciptakan diri kita, ini berarti MANUSIA ataupun diri kita tidak lain adalah cerminan dari ALLAH SWT itu sendiri. Lihatlah diri kita yang telah dimuliakan oleh ALLAH SWT sebagai bentuk manifestasi dari Al 'Azis yang dimiliki-NYA. Adanya kondisi ini merupakan salah satu bukti yang harus kita jadikan patokan dan pedoman di dalam melaksanakan misi sebagai KHALIFAH di muka bumi, yaitu bahwa MANUSIA termasuk diri kita sendiri sudah sejak awal dimuliakan oleh ALLAH SWT.

Selanjutnya jika kita sudah dalam kondisi MULIA atau sudah dimuliakan oleh ALLAH SWT dibandingkan makhluk lainnya maka sudah seharusnya dan selayaknya  kita menjadi KHALIFAH yang MULIA pula di muka bumi. Akan tetapi justru yang saat ini terjadi adalah kita malah menjadi makhluk yang hina dan dikutuk oleh ALLAH SWT sama halnya dengan SYAITAN/IBLIS. Selanjutnya siapakah yang merusak diri sendiri, apakah ALLAH SWT ataukah kita sendiri akibat dari tidak tahu diri sendiri? Jika kita sekarang sudah tidak mulia lagi, maka kita sudah keluar dari konsep awal ALLAH SWT atau telah keluar dari FITRAH ALLAH SWT sewaktu menciptakan MANUSIA pertama kali. 
 

B.   MANUSIA TELAH DIBERI RUH YANG SUCI oleh ALLAH SWT


Manusia terdiri dari JASMANI dan RUHANI. JASMANI berasal dari saripati tanah sehingga JASMANI akan membawa dan mewarisi  sifat-sifat alam sedangkan RUHANI berasal dari ALLAH SWT sehingga RUHANI akan membawa dan mewarisi 99 (Sembilan puluh Sembilan) Nama-Nama ALLAH SWT yang Indah atau ASMAUL HUSNA. Jika saat ini kita masih hidup di dunia maka ke dua unsur tadi baik itu JASMANI maupun RUHANI ada pada diri kita atau pada setiap diri manusia. RUH setiap manusia asalnya dari ALLAH SWT melalui proses peniupan ke dalam RAHIM seorang Ibu, ini berarti sesuatu yang ditiup sudah ada terlebih dahulu sebelum ia ditiupkan sehingga dapat dikatakan bahwa  RUH sudah ada pada ALLAH SWT sebelum RUH ditiupkan.


dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
(surat Al Israa' (17) ayat 85)


Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].
(surat Al Hijr (15) ayat 29)

[796] Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.


Sekarang coba anda bayangkan, ALLAH SWT memberikan kepada MANUSIA sesuatu yang berasal dari ALLAH SWT secara langsung tanpa melalui perantaraan siapapun, dimana RUH yang diberikan ALLAH SWT tersebut tidak pernah diketahui sedikitpun keberadaannya oleh IBLIS/JIN/SYAITAN. Sehingga menurut pendapat dan pengetahuan IBLIS/JIN/SYAITAN bahwa MANUSIA hanya terdiri dari JASMANI semata yang diciptakan dari TANAH dan sedangkan RUHANI  MANUSIA keberadaannya tidak pernah diketahui oleh IBLIS/JIN/SYAITAN. 

Apa buktinya? Untuk itu lihatlah surat Saba' (34) ayat 14 di bawah ini. Di dalam surat Saba' (34) ayat 14, diterangkan bahwa JIN tidak mengetahui sama sekali bahwa NABI SULAIMAN as telah  meninggal dunia. Ini berarti bahwa JIN hanya mengetahui bahwa  NABI SULAIMAN as hanya terdiri dari satu unsur saja yaitu JASMANI saja sedangkan unsur RUH tidak pernah diketahui sedikitpun oleh JIN. Selanjutnya jika sampai JIN tahu bahwa NABI SULAIMAN as mempunyai RUH yang berasal dari ALLAH SWT maka ia pasti akan menyesali perbuatannya dahulu yaitu membangkang perintah ALLAH SWT untuk sujud kepada NABI ADAM as,. (Ingat JIN, IBLIS dan SYAITAN satu keturunan)

Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.
(surat Saba' (34) ayat 14)


Selanjutnya coba anda renungkan dengan seksama mengenai RUH kita sendiri, dimana ALLAH SWT sudah memberikan sesuatu yang terbaik yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya sampai-sampai IBLIS/JIN/SYAITAN pun tidak mempunyai pengetahuan tentang RUH, sekarang bagaimana kita menyikapinya? 

Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI maka kita harus menyikapi hal ini dengan menempatkan ALLAH SWT pada posisi yang sebenarnya yaitu sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAWAS dan PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya serta menempatkan diri kita sendiri sebagai MAKHLUK CIPTAAN-NYA. Untuk itu jika kita telah diberikan sesuatu yang baik dan berharga dari ALLAH SWT maka :

1)      peliharalah dan jagalah RUH tersebut jangan sampai rusak,

2)      peliharalah dan jagalah RUH jangan sampai cacat,

3)   peliharalah dan jagalah jangan sampai RUHANI dikalahkan oleh JASMANI atau dijajah oleh JASMANI,

4)      peliharalah dan jagalah RUH untuk selalu menjadi diri kita yang sebenarnya.    


Sekarang timbul pertanyaan, siapakah yang sanggup memelihara, merawat, menjadikan RUHANI unggul terhadap JASMANI? Jika kita kembali kepada TELEVISI, maka yang sanggup merawat dan memelihara dan memperbaiki TELEVISI kita yang rusak hanyalah  PABRIKAN sebab PABRIKAN adalah PENCIPTA dan AHLINYA TELEVISI. 

Hal yang sama juga berlaku kepada RUH atau RUHANI MANUSIA, jika RUHANI terganggu, rusak, cacat, kotor, dijajah oleh JASMANI maka yang sanggup memelihara dan merawatnya adalah PEMILIK dan PENCIPTA dari RUH dalam hal ini adalah ALLAH SWT. Sekarang jika hanya ALlAH SWT saja yang sanggup menciptakan, merawat dan memelihara RUHANI manusia, selanjutnya :

1)      sudahkah kita semua mengetahuinya secara baik dan benar dan menjadikan ini sebagai sebuah keimanan?

2)         sudahkah kita semua mencoba menghubungi ALLAH SWT untuk meminta perawatan?

3)         sudahkah kita semua melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh PENCIPTA RUH?

4)         sudahkah kita berhubungan baik dengan pemilik dan pencipta RUH?

5)      sudahkah kita menyelaraskan, menserasikan dan menyeimbangkan RUH yang ada pada diri kita dengan pemilik dan pemelihara RUH?    

Hasil akhir dari semua ini, sangat tergantung kepada diri kita sendiri, apakah mau berhubungan dengan ALLAH SWT atau tidak mau berhubungan dengan ALLAH SWT. Ingat RESIKO tanggung sendiri.


C.   MANUSIA TELAH BERAQIDAH SEJAK DI DALAM RAHIM IBU


Untuk membuktikan bahwa RUH itu berasal dari  ALLAH SWT dan/atau RUH sudah tahu dan mengenal siapa penciptanya  maka setiap RUH yang telah ditiupkan oleh  ALLAH SWT ke dalam RAHIM seorang ibu akan dimintakan kesaksiannya secara individual oleh  ALLAH SWT. Selanjutnya apa yang dilakukan oleh RUH atas kesaksiannya? RUHANI MANUSIA  sejak awal ditiupkan sewaktu janin berusia +/- 120 hari di dalam RAHIM seorang ibu  sudah mempunyai kondisi sebagai berikut:

1)      RUH sudah mengakui dan mengetahui bahwa ALLAH SWT adalah TUHANNYA atau,

2)      RUH sudah memiliki Aqidah berupa pernyataan secara permanent bahwa ALLAH SWT adalah TUHAN baginya baik hari ini sampai dengan hari kiamat.

3)      RUH pun sudah tahu tentang hari kiamat.


dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah Padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan Sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman[1457].
(surat Al Haadid (57) ayat 8)

[1457] Yang dimaksud dengan perjanjianmu ialah Perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa Dia mengakui (naik saksi), bahwa Tuhan-nya ialah Allah, seperti tersebut dalam ayat 172 surat Al A´raaf.


dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(surat Al A'raaf (7) ayat 172)


Selanjutnya jika itu adalah kondisi dan keadaan setiap RUH yang ada di dalam diri setiap manusia, timbul pertanyaan masih berlakukah pernyataan kontrak permanent dengan ALLAH SWT tersebut saat ini? Sepanjang RUH manusia masih tetap diciptakan dan ditiupkan hanya oleh ALLAH SWT maka KONTRAK PERMANEN tentang KETUHANAN kepada ALLAH SWT akan terus dan tetap berlaku sampai kapanpun juga. Yang menjadi persoalan saat ini adalah:

1)      masih utuhkah pernyataan kita kepada ALLAH SWT;

2)      masih terjagakah keaslian dari pernyataan diri kita kepada  ALLAH SWT;

3)      masih permanenkah dan/atau masih sucikah pernyataan kita kepada ALLAH SWT;


Kami berharap kondisi KONTRAK PERMANEN diri kita kepada ALLAH SWT masih tetap utuh tidak berkurang oleh sebab apapun juga. Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang menerima pernyataan dari RUH setiap MANUSIA?    

ALLAH SWT berdasarkan surat  Al A'raaf (7) ayat 172 dengan tegas menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah TUHAN bagi semesta alam atau TUHAN kita semua. Jika ALLAH SWT telah menyatakan bahwa TUHAN kita semua, ini berarti bahwa ALLAH SWT sudah menyatakan kesanggupan-NYA secara totalitas kepada SETIAP RUH yang diciptakannya untuk dijaga, untuk dipelihara, untuk diayomi, untuk dirawat atau diberikan apapun juga sepanjang kita memenuhi dan masih memelihara atau tidak melanggar isi dari KONTRAK PERMANEN yang telah kita buat.


Adanya kontrak permanen antara ALLAH SWT dengan setiap diri manusia, maka timbullah hubungan timbal balik antara ALLAH SWT selaku TUHAN dengan MANUSIA yang menyatakan ALLAH SWT adalah TUHANNYA. Sebuah hubungan timbal balik baru akan mendapatkan hasil jika masing-masing pihak dapat menjaga dan memelihara KONTRAK PERMANEN yang telah dibuat. Dalam kontrak ini, yang pasti ALLAH SWT tidak akan pernah INGKAR JANJI dengan KESANGGUPAN-NYA untuk menjadi TUHAN bagi SEMESTA ALAM, sekarang bagaimana dengan kita? 

Apabila kita ingin tetap memperoleh apa-apa yang telah dinyatakan ALLAH SWT dengan penyataan-NYA sebagai TUHAN bagi SEMESTA ALAM, maka peliharalah dan jagalah terus KONTRAK PERMANEN tersebut agar tetap suci dan murni atau jangan sampai kita INGKAR JANJI dengan KONTRAK PERMANEN yang telah kita buat.
 


D. MANUSIA DIBERI AKAL oleh  ALLAH SWT (menjadi  MAKHLUK YANG DICINTAI ALLAH SWT)


Melalui hadits qudsi yang kami kemukakan di bawah ini,  ada satu hal yang harus kita ketahui dengan penghormatan yang setinggi-tingginya dimana  ALLAH SWT telah memberikan CINTANYA kepada manusia melalui AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA (sebab AKAL diletakkan di dalam HATI RUHANI MANUSIA).

Selanjutnya coba anda bayangkan  ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya MENYATAKAN CINTANYA kepada AKAL  dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA, hal ini menunjukkan ALLAH SWT memberikan PENGHARGAAN dan PENGHORMATAN kepada AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA. Timbul pertanyaan ada apa sebenarnya di balik ini semua?


Abu Hurairah ra. Berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Tatkala ALLAH SWT menciptakan akal, berfirmanlah ALLAH kepadanya: "Datanglah hai akal"; maka datanglah ia, kemudian diperintahkannya: Pergilah dan pergilah ia. ALLAH berfirman: Aku tidak menciptakan sesuatu makhluk yang lebih Aku cintai dari padamu. Dengan engkau Aku mengambil dan dengan engkau pula Aku memberi.
(HQR Abdullah bin Ahmad dari Al Hassan dam Ath Thabarani dari Abi Umamah; 272:269)


Hubungan CINTA adalah HUBUNGAN yang terjadi di antara DUA PIHAK yaitu antara pihak yang mencintai dengan pihak yang dicintai. Jika seseorang menyatakan cintanya kepada orang yang dicintainya maka orang tersebut sudah siap baik mental maupun materiil untuk berkorban kepada orang yang dicintainya. Apakah ALLAH SWT juga melakukan hal yang sama kepada AKAL atau kepada HATI RUHANI MANUSIA?  ALLAH SWT juga melakukan hal yang sama kepada AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA ini dibuktikan dengan pernyataan ALLAH SWT yang berbunyi "Dengan engkau Aku mengambil dan dengan engkau pula Aku memberi".

Selanjutnya sudahkah kita merasakan buah dari CINTANYA ALLAH SWT kepada diri kita melalui AKAL atau malah kita yang telah melakukan perselingkuhan dengan selain ALLAH SWT? Jika anda belum pernah merasakan CINTA-NYA ALLAH SWT tentu ada yang salah di dalam hubungan percintaan ini. Yang pasti ALLAH SWT tidak akan mungkin INGKAR JANJI atau BERSELINGKUH, selanjutnya bagaimana dengan diri kita? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa indikator di dalam merasakan buah dari KECINTAAN ALLAH SWT kepada diri kita melalui AKAL yang diletakkan di dalam HATI RUHANI, yaitu :


1)      kita akan merasakan adanya sebuah kelancaran dan kemudahan  di dalam berhubungan dengan ALLAH SWT atau adanya kemudahan di dalam menjangkau ALLAH SWT.


Wahab bin Munabbih berkata: ALLAH ta'ala berfirman:
Sesungguhnya langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau oleh hati seorang mukmin.
(HQR Ahmad dari Wahab bin Munabbih; 272:32)


2)      kita akan merasakan adanya ketentraman di dalam diri sehingga akan timbul apa yang dinamakan dengan kebahagiaan atau ketenangan bathin.


(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 28)


3)      Kita akan merasakan pemahaman yang meningkat dan mudah dari waktu ke waktu sehingga kita akan mengetahui dan memahami akan arti kebesaran ALLAH SWT.


Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
(surah Al Hajj (22) ayat 46)


dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
(surat Al A'raaf (7) ayat 179)


4)      kita akan merasakan berkurangnya rasa sakit atau berkurangnya rasa sedih atau timbulnya rasa menyesal akibat perbuatan dosa yang kita lakukan.


Rasulullah bersabda: Maukah aku tunjukkan kepada kalian mengenai penyakit kalian dan obat untuk kalian? Bahwasanya penyakit kalian adalah berbuat dosa, sedangkan obatnya adalah beristighfar.
(HR Ad Dhailami, dari Anas bin Malik)


5)      kita akan merasakan adanya AURA yang keluar dari dalam diri kita yang akan terpancar ke wajah ataupun terpancar melalui ilmu.


Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
(surat Az Zumar (39) ayat 22)


6)      kita akan merasakan adanya sebuah petunjuk  yang tidak terduga-duga sehingga memudahkan kita menjadi KHALIFAH di muka bumi.

  
tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat At Taghaabun (64) ayat 11)


Itulah bentuk dari KECINTAAN ALLAH SWT kepada MANUSIA melalui HATI RUHANI tempat diletakkannya AKAL. Sekarang coba anda renungkan jika ALLAH SWT tidak memberikan hal-hal yang kami sebutkan di atas kepada diri kita, apa yang bisa kita lakukan jika tanpa itu semua? Jika sudah demikian keadaannya masihkah kita menolak, masihkah kita mengkhinati, berselingkuh, kepada ALLAH SWT yang telah memberikan CINTA-NYA kepada HATI RUHANI melalui AKAL? 


E.     MANUSIA DICIPTAKAN DALAM BENTUK YANG SEBAIK-BAIKNYA


Lihatlah tubuh kita, maka akan terlihat oleh kita suatu keadaan yang sangat baik di dalam diri kita sebab ALLAH SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
(surat At Tin (95) ayat 4)

Untuk itu kami ingin mengajak pembaca untuk merenungi kembali apa-apa yang kami sampaikan di bawah ini:

1)      Lihatlah jaringan sel dan jaringan darah manusia.

2)      Lihatlah organ tubuh manusia seperti jantung dan ginjal.

3)  Lihatlah ukuran dan panjang tangan kita yang proporsional dengan tinggi rendahnya tubuh.

4)      Lihatlah ukuran dan panjang kaki kita yang proporsional dengan tinggi rendahnya tubuh. 

5)    Lihat juga alis mata kita yang tidak bertambah panjang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan rambut kepala kita.

6)  Lihatlah kuku tangan dan kuku kaki yang selalu tumbuh dari waktu ke waktu dibandingkan dengan bulu mata kita yang pertumbuhannya terbatas.

7)      Lihatlah manusia, tidak ada yang sama baik bentuk wajah dan rupanya atau lihat pula sidik jarinya.

Adanya 7(tujuh) buah kondisi yang kami kemukakan di atas, menandakan bahwa ALLAH SWT di dalam menciptakan MANUSIA  bukan dengan cara asal-asalan atau dengan cara membabi buta atau dengan cara apa adanya. ALLAH SWT menciptakan MANUSIA dalam sebuah KEHENDAK yang di dukung oleh ILMU dan KEMAMPUAN yang sangat hebat sehingga segala sesuatu yang diciptakan oleh  ALLAH SWT pasti dalam bentuk dan ukuran yang sebaik-baiknya sesuai dengan cerminan dari ALLAH SWT itu sendiri. 

Sekarang coba bayangkan apa jadinya jika alis mata manusia selalu bertambah panjang seperti rambut kepala kita atau bulu mata yang selalu bertambah panjang seperti bertambah panjangnya kuku tangan dan kaki kita. Adanya hal ini masih kurangkah kita percayakah kita kepada ALLAH SWT atau masihkah kita tidak bersyukur kepada ALLAH SWT?



F.   MANUSIA DICIPTAKAN SESUAI DENGAN FITRAH  ALLAH SWT


Melalui surat Ar Ruum (30) ayat 30 di bawah ini   ALLAH SWT menerangkan dan menjelaskan kepada kita bahwa KEBERADAAN diri kita (maksudnya diri kita yang sebenarnya adalah RUH dan AMANAH 7) berasal dari FITRAH ALLAH SWT itu sendiri. Jika demikian maka RUH dan AMANAH 7 sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan FITRAH ALLAH SWT sebab RUH dan AMANAH 7 asalnya dari ALLAH SWT juga. Timbul pertanyaan FITRAH siapakah yang lebih baik dan lebih besar, apakah FITRAH diri kita ataukah FITRAH ALLAH SWT? 

FITRAH MANUSIA tidak mungkin lebih baik dan lebih besar dari FITRAH ALLAH SWT sebab FITRAH MANUSIA berasal dan diciptakan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya adakah campur tangan selain ALLAH SWT di dalam FITRAH MANUSIA? Sampai dengan saat ini tidak ada dan tidak akan mungkin RUH dan AMANAH 7 dapat diperoleh dari SELAIN ALLAH SWT dan sebagai salah satu bukti bahwa FITRAH ALLAH SWT itu mencerminkan kebesaran dan kehebatan dari ALLAH SWT itu sendiri, yaitu sampai saat ini belum pernah dan tidak akan mungkin RUH dan AMANAH 7 dapat diteliti, diperiksa, ditelaah, diproduksi oleh selain  ALLAH SWT.


Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar-Ruum (30) ayat 30)


[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.


Jika sampai RUH dan AMANAH 7 dapat diteliti, diperiksa, ditelaah, di produksi oleh selain ALLAH SWT maka posisi dan kebesaran yang dimiliki oleh ALLAH SWT telah tergantikan oleh orang ataupun makhluk lainnya. Disinilah ALLAH SWT menempatkan kebesaran dan kehebatannya kepada semua makhluknya bahwa ALLAH SWT adalah segala-galanya. Selanjutnya jika ini adalah kondisi dari diri kita sendiri maka sudahkah kita TAHU DIRI dan sudahkah kita beriman kepada ALLAH SWT?

PEMBACA, itulah KEADAAN DIRI KITA yang diciptakan oleh ALLAH SWT sesuai dengan CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri sehingga kita DITEMPATKAN, DILETAKKAN serta DIKONDISIKAN oleh ALLAH SWT dalam keadaan yang SANGAT BAIK dan SANGAT TERHORMAT di antara makhluk ALLAH SWT yang lainnya, di lain sisi ALLAH SWT juga mengkondisikan  kita MEMPUNYAI 2(dua) MUSUH ABADI, siapakah MUSUH ABADI itu dan untuk apakah ini semua?



1.   AHWA (Memperturutkan dan/atau Mempertuhankan AHWA)


Seperti telah kita ketahui bersama bahwa setiap dzat pasti mempunyai sifat, perbuatan dan kemampuan. Kondisi ini juga berlaku kepada RUHANI dan JASMANI. RUHANI disebut dengan NASS jika ditinjau dari sisi sifatnya sedangkan jika ditinjau dari sisi perbuatannya disebut dengan NAFS atau ANFUSS serta jika ditinjau dari sisi kemampuannya disebut dengan RUH.  Untuk JASMANI berlaku juga hal yang sama yaitu JASMANI akan disebut INSAN bila ditinjau dari sisi sifatnya sedangkan dari sisi perbuatannya JASMANI disebut dengan AHWA dan jika ditinjau dari sisi kemampuannya  disebut dengan BASYAR. Selanjutnya adakah perbedaan antara RUHANI dengan JASMANI bila ditinjau dari sisi SIFAT maupun PERBUATAN? 


JASMANI yang berasal dari ALAM maka ia akan merefleksikan SIFAT dan PERBUATAN dari ALAM sebagai unsur pembuatnya sedangkan RUHANI yang berasal dari ALLAH SWT akan merefleksikan SIFAT dan PERBUATAN dari ALLAH SWT sebagai unsur pembuatnya. Adanya kondisi ini memperlihatkan kepada kita bahwa antara  RUHANI dan JASMANI mempunyai SIFAT dan PERBUATAN yang saling bertolak belakang dan/atau saling tidak berkesesuaian di antara ke duanya sehingga pada saat RUHANI dan JASMANI bersatu di dalam diri manusia maka keduanya akan saling pengaruh mempengaruhi sehingga jika RUHANI yang menang terhadap JASMANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga tindakan  yang dilakukan oleh manusia memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBAIKAN dan jika JASMANI yang menang terhadap RUHANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga tindakan manusia akan memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBURUKAN.
Untuk mempermudah pemahaman, lihatlah garam, garam mempunyai sifat ASIN, maka perbuatan garam adalah mengasinkan apa-apa yang ada disekelilingnya atau akan mengasinkan apa-apa yang diliputinya. Berdasarkan ilustrasi tentang GARAM maka sifat ASIN dari garam itu yang disebut dengan INSAN sedangkan perbuatan garam yang  MENGASINKAN adalah istilah untuk  AHWA dari GARAM.   

Selanjutnya berdasarkan ilustrasi tentang GARAM diatas, sekarang keadaan itu kami aplikasikan dengan kehidupan manusia, yaitu dengan memberikan contoh sebagai berikut: Salah satu sifat JASMANI manusia adalah BAKHIL (lihat surat Al Ma'aarij (70) ayat 19-20-21) maka apa bila sifat ini mempengaruhi perbuatan MANUSIA dan/atau JASMANI dapat menguasai RUHANI maka akan timbul dan tumbuh dalam diri manusia perbuatan  kikir, pelit, selalu mementingkan diri sendiri, tidak mempunyai rasa kesetiakawanan sosial, sehingga secara keseluruhan apa yang dilakukan manusia akan mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN. 

Apabila kita termasuk orang yang kikir, bakhil, selalu mementingkan diri sendiri serta tidak mempunyai rasa kesetiakawanan sosial, itulah contoh manusia yang telah  memperturutkan AHWAnya yaitu melalui perbuatan JASMANI yang mengalahkan perbuatan RUHANI. Sebagai perbandingan lihatlah orang yang RUHANInya menang terhadap JASMANI atau RUHANInya menguasai JASMANInya maka tindakan dan perbuatan orang tersebut sesuai dengan NILAI-NILAI KEBAIKAN seperti dermawan, murah hati, selalu tolong menolong, menjadikan harta yang dimilikinya sebagai modal awal menuju kehidupan akhirat dan/atau membelanjakannya di jalan ALLAH SWT.


Berikut ini kami berikan contoh lainnya  tentang bahayanya AHWA kepada diri manusia, jika RUHANI kami asumsikan dengan AIR yang putih, murni, jernih dan bersih serta tidak terkontaminasi dengan apapun juga. Kemudian kita masukkan ke dalam AIR tersebut KOPI selanjutnya apa yang terjadi? AIR PUTIH akan berubah menjadi AIR KOPI yang berwarna hitam pekat, timbul pertanyaan kemana perginya AIR yang putih,  jernih dan bersih itu? 

AIR secara phisik tetap ada dan utuh namun kemurniannya, kejernihannya, kebersihannya, sudah tidak ada lagi pada AIR yang ada kini hanyalah KOPI dengan segala yang menyertainya atau dengan kata lain perbuatan KOPI telah menggantikan putih, murni, jernih dan bersihnya AIR. 


Hal yang sama juga berlaku kepada RUHANI diri kita jika AHWA telah menempati dan/atau mengalahkan perbuatan-perbuatan RUH atau NASS sehingga yang keluar dari diri kita adalah perbuatan-perbuatan yang memenuhi koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN atau dengan kata lain RUHANI tetap ada dan utuh akan tetapi NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI ILAHIAH telah tergantikan oleh NILAI-NILAI KEBURUKAN yang berasal dari ALAM.     


INGAT-ingat-INGAT

HIDUP di dunia hanya sementara, HIDUP di dunia hanya sandiwara dan HIDUP di dunia hanya sebuah permainan sedangkan KEHIDUPAN AKHIRAT adalah TUJUAN akhir kehidupan manusia. Untuk itulah   ALLAH SWT menyiapkan tempat kembali bagi manusia yaitu SYURGA dan NERAKA, yang menjadi persoalan adalah bagaimana caranya mengisi kedua tempat itu dengan cara seadil-adilnya?


Itulah kondisi dan keadaan yang terjadi di dalam diri setiap manusia, dimana keadaan seperti ini sudah di dalam ILMUNYA ALLAH SWT dan/atau sudah di dalam KEHENDAKNYA ALLAH SWT sewaktu merencanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Di satu sisi ALLAH SWT menciptakan jalan menuju KEBAIKAN dan di lain sisi ALLAH SWT juga menciptakan jalan menuju KEBURUKAN. 

Adanya jalan KEBAIKAN dan jalan KEBURUKAN yang telah dibuat oleh ALLAH SWT maka hal ini juga merupakan jembatan bagi ALLAH SWT untuk menseleksi siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM dengan cara yang seadil-adilnya. Sekarang ke dua keadaan yang kami contohkan di atas ada pada diri setiap orang termasuk diri kita sendiri, selanjutnya bagaimana kita menyikapi hal ini?


andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
(surat Al Mu'minuun (23) ayat 71)


Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
(surat Al Furqaan (25) ayat 43)


dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah Dia ditimpa kesusahan, pastilah Dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku Maka Sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisiNya." Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.
(surat Fushshilat (41) ayat 50)


Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI, maka hal tersebut di atas wajib kita jadikan RAMBU-RAMBU yang harus kita patuhi dalam rangka untuk pulang kampung ke SYURGA. Setelah mengetahui hal ini, timbul pertanyaan siapakah yang membutuhkan RAMBU-RAMBU di atas, manusiakah atau ALLAH SWT kah?

ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAYOM, PENGAWAS dari langit dan bumi beserta isinya tidak membutuhkan itu semua sebab ALLAH SWT itu sendiri juga merangkap INISIATOR adanya SYURGA dan NERAKA. SYURGA dan NERAKA adalah dua buah tempat kembali yang sangat berbeda fasilitasnya  sehingga orang yang menempatinyapun pasti sangat berbeda pula. 

Adanya perbedaan antara SYURGA dan NERAKA maka aturan main yang berlaku bagi SYURGA dan bagi NERAKA pasti  berlainan juga. Sekarang jika ALLAH SWT melarang tindakan manusia memperturutkan AHWAnya atau mempertuhankan AHWAnya dikarenakan hal ini akan membuat manusia keluar dari KONSEP AWAL penciptaan manusia dimana manusia diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan FITRAH-NYA  serta telah pula dimuliakan oleh ALLAH SWT. Apabila kita melakukan hal-hal yang kami contohkan di atas, maka tindakan tersebut berada di luar gelombang dan siaran ALLAH SWT dan/atau malah sudah menjauh dari SYARAT dan KETENTUAN yang telah ALLAH SWT tentukan terutama tentang FITRAH dan KEMULIAAN. Akibat dari itu semua maka akan mengakibatkan perbedaan tempat kembali manusia.


2.   SYAITAN


Seperti kita ketahui bersama bahwa IBLIS/JIN/SYAITAN pada awalnya adalah juga MALAIKAT ALLAH SWT yang selalu tunduk dan patuh kepada ALLAH SWT. Namun setelah adanya  PERINTAH SUJUD kepada NABI ADAM as, maka terjadilah pengelompokkan MALAIKAT ALLAH SWT yaitu MALAIKAT yang PATUH dan TAAT yang dalam hal ini diwakili oleh MALAIKAT yang berasal dari NUUR sedangkan MALAIKAT yang tidak patuh dan tidak taat kepada ALLAH SWT diwakili oleh MALAIKAT yang berasal dari NAAR/API. Adanya peristiwa pembangkangan yang dilakukan oleh IBLIS maka MALAIKAT yang berasal dari NAAR/API tidak diperkenankan kembali menyandang gelar MALAIKAT yang dikemudian hari dikenal dengan nama IBLIS/JIN/SYAITAN. 

Perbedaan nama antara IBLIS/JIN/SYAITAN dikarenakan perbedaan aktivitas perbuatan mereka masing-masing. Mereka dikatakan/dinamakan dengan IBLIS dikarenakan KENEKATANNYA membangkang perintah ALLAH SWT sedangkan SYAITAN dikatakan demikian karena perbuatannya yang selalu menyuruh orang melakukan tindakan negatif melalui cara-cara halus, baik melalui bisikan ataupun hasutan.

Untuk menambah pemahaman tentang MALAIKAT maupun IBLIS/SYAITAN, perhatikanlah CAHAYA senter, bengkokkah atau berbelok-belokkah CAHAYA yang keluar dari senter atau LURUS sesuai arahan? CAHAYA akan selalu LURUS tanpa ada kebengkokan sama sekali dan sekarang jika MALAIKAT patuh dan taat kepada ALLAH SWT, hal ini  sangat sesuai dengan sifat CAHAYA sebagai unsur pembentuk MALAIKAT, sekarang bagaimana dengan IBLIS/SYAITAN yang diciptakan dari API?

LIhatlah   API yang sedang berkobar, ia selalu ingin menang sendiri, tidak mau kalah dan mengalah, apapun  akan dibabat habis tanpa pandang bulu, apapun dihajar, selalu merasa jagoan dan jika IBLIS/JIN/SYAITAN berani membangkang perintah ALLAH SWT tentunya hal ini sudah sesuai dengan sifat dasar dari api sebagai dzat pembentuk dari IBLIS/JIN/SYAITAN.



iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
(surat Al A'raaf (7) ayat 16-17)


Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 36)


iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(surat Al Hijr (15) ayat 39)

  
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(surat An Nuur (24) ayat 21)


Sekarang MALAIKAT ataupun IBLIS/JIN/SYAITAN sudah diciptakan ALLAH SWT dan saat ini pun mereka semua sedang melaksanakan apa-apa yang telah diKEHENDAKI oleh ALLAH SWT dalam ILMU-NYA sewaktu menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, selanjutnya apa yang harus kita sikapi? Sebagai MAKHLUK yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT maka kitapun harus tahu tentang keberadaan mereka semua sehingga kita dapat meletakkan diri secara pantas dan patut dihadapan mereka semua. Sekarang bagaimanakah caranya kita menghadapi MALAIKAT dan juga IBLIS/SYAITAN?

Untuk menghadapi MALAIKAT dengan perilaku dan perbuatan yang selalu lurus sehingga ia patuh dan taat kepada ALLAH SWT maka sepanjang kitapun melakukan hal yang sama dengan perbuatan MALAIKAT tentunya MALAIKATpun akan memberikan penghormatan kepada kita dikarenakan antara kita dengan MALAIKAT sudah ada di dalam KORIDOR NILAI-NILAI KEBAIKAN yang sama yaitu TAAT dan PATUH kepada ALLAH SWT. 

Sekarang bagaimana jika kita justru melakukan perbuatan yang berlawanan dan bertentangan dengan apa-apa yang diperbuat oleh MALAIKAT, maka secara otomatis MALAIKATpun akan memberikan celaan, cemoohan, mungkin juga malah memberikan laknat kepada kita dikarenakan kita TIDAK TAHU DIRI.



INGAT_ingat_INGAT
IBLIS/JIN/SYAITAN asalnya dari API, tentu mereka semua tidak akan pernah dapat pulang kampung ke SYURGA. API akan kembali ke API dan jika API kembali ke API maka ini berarti API  PULANG ke KAMPUNG HALAMANNYA sendiri  sehingga jika API pulang ke NERAKA JAHANNAM memang disanalah tempat tinggalnya yang paling cocok dan memenuhi prinsip keadilan. Yang menjadi persoalan saat ini adalah kenapa kita mau diajak pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM oleh IBLIS/SYAITAN atau akibat kita memperturutkan atau mempertuhankan  AHWA, padahal ALLAH SWT sudah menetapkan tempat kembali kita adalah di SYURGA.

Selanjutnya bagaimana dengan SYAITAN, jika kita melakukan amal perbuatan yang sama dengan perbuatan MALAIKAT yaitu TAAT dan PATUH kepada  ALLAH SWT? SYAITAN sebagai makhluk yang telah dilaknat dan dikutuk oleh ALLAH SWT sangat MEMBENCI, sangat MUAK, akan MERCERCA, perbuatan yang kita lakukan tersebut. IBLIS/SYAITAN yang telah memiliki  LISENSI KHUSUS dari ALLAH SWT sebagai MAKHLUK yang akan MENCELAKAKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA  tentunya tidak akan tinggal diam dengan PEKERJAANnya tersebut. 

Segala daya dan upaya akan terus dilakukan oleh SYAITAN untuk memperdayai MANUSIA sampai MANUSIA dapat dibawanya pulang ke NERAKA JAHANNAM. IBLIS/SYAITAN sejak di usir dan dilaknat oleh  ALLAH SWT hanya mempunyai SATU KEAHLIAN dan SATU PEKERJAAN yang telah diOTORISASI oleh ALLAH SWT yaitu MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN manusia atau dapat dikatakan IBLIS/SYAITAN adalah SPESIALIS di bidang MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA. Untuk menjalankan dan mensukseskan PROFESINYA tersebut maka IBLIS/SYAITAN membuat dan menempuh jalan melalui hal-hal sebagai berikut:


1)      Menghiasi kebathilan dengan cara memandang baik perbuatan yang membahayakan atau perbuatan yang salah.

2)      Menampakkan syirik sebagai pengagungan dan pengingkaran sifat-sifat ALLAH SWT.

3)      Menamakan kemaksiatan, kekejian, keburukan dengan nama yang menyenangkan agar keburukan dan kekejian tersamar.

4)      Menamakan ketaatan dengan yang tidak disukai orang.

5)      Syaitan memasuki manusia melalui pintu yang paling disukai oleh jiwa manusia.

6)      Syaitan menyesatkan manusia tidak secara sekaligus akan   tetapi secara bertahap.

7)      Meminta bantuan kepada syaitan-syaitan dari kalangan manusia.


Untuk itu kita diharuskan waspada dan berhati-hati dengan SYAITAN sebab SYAITAN masih mempunyai banyak ajaran atau masukan atau perbuatan yang paling disukainya dalam rangka menjerumuskan manusia, seperti:


1)      selalu menipu manusia ke jalan yang sesat dan/atau menipu dengan kepalsuan;

2)      menghalangi manusia dari jalan Islam;

3)      musyrik dan selalu menyimpang dari Islam;

4)      anti shalat;  anti Islam; paling suka permusuhan judi dan mabok;

5)      suka menandingi Al-Qur'an dengan syair dan lagu-lagu;

6)      makanannya yang haram dan yang buruk serta yang tidak disebut nama ALLAH SWT.


Sebagai makhluk yang diciptakan lebih baik dari SYAITAN maka sudah sepantasnya kita dapat mengalahkan ajakan, pengaruh, hasutan, iming-iming, dari SYAITAN kepada kita agar kita selamat dan memenangkan pertandingan melawan musuh bebuyutan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT.

Selanjutnya SYAITAN sebagai makhluk ALLAH SWT yang hanya TAHU dan MENGERTI bahwa MANUSIA itu hanya terdiri dari JASMANI saja dan beranggapan bahwa API lebih baik dari TANAH serta tidak mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang RUH dan AMANAH7, pantaskah jika SYAITAN/JIN/IBLIS yang menjadi pemenang dan/atau manusia malah jadi pecundang di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi sedangkan ALLAH SWT di dalam KEHENDAK-NYA di waktu menciptakan manusia mempunyai skenario manusia adalah pemenangnya? 

Jika kita adalah MANUSIA yang TAHU tentang DIRI SENDIRI tentunya KEHENDAK ALLAH SWT itulah yang menjadi PANDUAN dan PEDOMAN kita di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Selanjutnya samakah atau bedakah perlakuan ALLAH SWT kepada MALAIKAT atau kepada SYAITAN/JIN/IBLIS?


ALLAH SWT pasti membedakan perlakuan baik kepada MALAIKAT maupun SYAITAN/JIN/IBLIS sebab ALLAH SWT juga ingin menunjukkan keadilan-NYA kepada seluruh makhluk-NYA dan jika hal ini kita jadikan patokan maka kepada manusiapun ALLAH SWT akan memberikan perlakuan yang berbeda antara MANUSIA yang PATUH dan TAAT kepada perintah ALLAH SWT dengan yang tidak patuh dan tidak taat kepada perintah  ALLAH SWT. 


Untuk itu jangan pernah sekalipun atau terpikirkan untuk menjadikan SYAITAN sebagai PENUNJUK JALAN, sebagai KONSULTAN, sebagai PENASEHAT, sebagai PEMIMPIN, sebagai ATASAN, sebagai TUHAN, sebagai TEMAN, sebagai TELADAN, termasuk di dalamnya SYAITAN yang berbentuk MANUSIA, sehingga kita tidak disesatkan dan tidak dijerumuskan melalui BUJUKAN, RAYUAN, HASUTAN, IMING-IMING, yang dilakukan oleh SYAITAN beserta antek-anteknya.

  
dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.
(surat Ibrahim (14) ayat 22)


Berikut ini akan kami kemukakan sisi lain dari SYAITAN yang terdapat di dalam surat Ibrahim (14) ayat 22 di atas ini: Inilah pengakuan jujur dari SYAITAN sebagai salah satu makhluk ALLAH SWT yang pekerjaannya menghasut dan menipu manusia melalui bisikan, rayuan serta iming-iming kepada manusia. Selanjutnya masih maukah dan/atau masih mau percayakah kita kepada bujukan dan rayuan SYAITAN sang LAKNATULLAH? Jawaban dari pertanyaan ini tentu sudah ada pada diri kita masing-masing.  

Jika saat ini kita masih hidup di dunia, ini berarti kita sedang berhadapan dengan IBLIS/JIN/SYAITAN dan juga berhadapan denngan MALAIKAT, timbul pertanyaan siapakah yang akan kita tiru perbuatannya? Jika IBLIS/JIN/SYAITAN yang kita jadikan sebagai panutan dan suri teladan di dalam melaksanakan PROGRAM KEKHALIFAHAN di muka bumi terimalah hadiah dan penghormatan berupa tempat kembali berupa KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN. Akan tetapi jika MALAIKAT yang kita jadikan panutan dan suri teladan maka ALLAH SWT akan memberikan tempat kembali berupa KAMPUNG KEBAHAGIAAN. Sekarang tinggal pilih yang mana?  


PEMBACA buku yang kami hormati, di satu sisi MANUSIA atau diri kita TELAH DITEMPATKAN dan DILETAKKAN oleh  ALLAH SWT sebagai KHALIFAHNYA dimuka bumi, sehingga posisi kita sejak awal sudah LEBIH BAIK serta sudah LEBIH TINGGI  dari MAKHLUK LAINNYA akan tetapi KITA JUGA DIHADAPKAN dengan 2(dua) MUSUH ABADI, sekarang sebagai MAKHLUK yang diciptakan dengan cara TERHORMAT tentu kita wajib dan harus dapat juga MEMELIHARA KEHORMATAN tersebut dan juga KEMBALI dengan cara TERHORMAT pula serta HARUS DAPAT MENGALAHKAN kedua MUSUH dalam selimut baik SYAITAN maupun AHWA secara TERHORMAT pula. 


Selanjutnya jika keberadaan MANUSIA termasuk keberadaan diri kita saat ini di muka bumi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, timbul pertanyaan apakah yang  ALLAH SWT berikan kepada MANUSIA di dalam memudahkan pelaksananaan atau di dalam mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi? Untuk itulah ALLAH SWT memberikan apa yang dinamakan dengan AD DIIN kepada KHALIFAHNYA di muka bumi, selanjutnya apakah itu  AD DIIN? 


AD DIIN adalah KONSEP ILAHIAH yang berisi TUNTUNAN dan PEDOMAN yang dibuat berdasarkan KEFITRAHAN dan KEMURNIAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT untuk kepentingan dan kelancaran proses KEKHALIFAHAN di muka bumi sehingga apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT berjalan lancar atau sesuai dengan apa-apa yang telah dikonsepkan di dalam ILMUNYA yang MAHA HEBAT.



Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar-Ruum (30) ayat 30)

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.



AD DIIN berdasarkan surat Ar Ruum (30) ayat 30 di atas adalah tidak lain adalah FITRAH ALLAH SWT itu sendiri. Untuk mempertegas pernyataan ini, mari kita pelajari dengan seksama tentang firman ALLAH SWT yang terdapat di dalam surat Ar Ruum (30) ayat 30 di atas ini, yaitu:


1)   ALLAH SWT menegaskan bahwa MANUSIA diciptakan  berdasarkan FITRAH ALLAH SWT, ini berarti bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA FITRAH sehingga dengan KEMAHAFITRAHANNYA diciptakanlah MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia serta AKAL/HATI RUHANI MANUSIA).

2)   FITRAH ALLAH SWT tidak akan pernah mengalami perubahan sedikitpun oleh sebab apapun juga, dengan demikian maka RUHANI dan AMANAH 7 serta AKAL yang dimiliki oleh manusiapun merupakan FITRAH ALLAH SWT juga yang tidak akan mengalami perubahan.

3)  MANUSIA diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menghadapkan wajahnya kepada AGAMA ALLAH SWT, ini berarti bahwa MANUSIA disuruh dan diperintahkan oleh  ALLAH SWT untuk tetap berada di dalam FITRAH ALLAH SWT atau selalu mengacu dan berpedoman kepada FITRAH ALLAH SWT.

4)      Selanjutnya jika ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA FITRAH kemudian MANUSIA diciptakan berdasarkan FITRAH ALLAH SWT maka AGAMA yang LURUS juga adalah FITRAH ALLAH SWT.


Berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, maka DIINUL ISLAM dapat dikatakan sebagai KONSEP FITRAH yang berisi tentang TUNTUNAN dan PEDOMAN yang harus dilaksanakan oleh MANUSIA jika ia ingin tetap berada di dalam KEFITRAHAN-NYA atau selalu berada di dalam gelombang dan siaran ALLAH SWT yang berlaku. Jika sekarang  ALLAH SWT memerintahkan kepada MANUSIA untuk selalu menghadapkan wajahnya menuju AGAMA yang LURUS, ini berarti bahwa FITRAH yang dimiliki MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia) di hadapkan atau dipertemukan atau disambungkan dengan FITRAH yang dimiliki oleh ALLAH SWT, selanjutnya apa yang terjadi? 


Jika FITRAH bertemu dengan FITRAH maka terjadilah kesesuaian, terjadilah keserasian, dan terjadilah keselarasan antara FITRAH yang dimiliki MANUSIA dengan FITRAH yang dimiliki ALLAH SWT melalui jalan AGAMA YANG FITRAH (dalam hal ini adalah  AD DIIN). Sekarang jika MANUSIA diciptakan oleh ALLAH SWT dari FITRAH-NYA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia) maka FITRAH yang dimiliki manusia sudah pasti lebih sedikit atau bahkan jika dibandingkan dengan FITRAH  ALLAH SWT mungkin FITRAH yang dimiliki manusia laksana setetes air yang menempel di ujung jari setelah dicelupkan di tengah lautan luas.


Selanjutnya MANUSIA di suruh  ALLAH SWT menghadapkan wajahnya ke FITRAH tersebut, siapakah yang paling diuntungkan dengan keadaan tersebut? Dalam hukum alam yang berlaku, yang kecil pasti dikalahkan oleh  yang besar, akan tetapi dalam ILMU ALLAH SWT tentang AD DIIN hal ini  tidak berlaku lagi sebab jika FITRAH YANG KECIL bertemu dengan FITRAH YANG MAHA BESAR maka YANG KECIL akan terbantu dan/atau akan tertolong dan/atau akan ditolong. Agar FITRAH YANG BESAR dapat membantu dan menolong FITRAH YANG KECIL, maka :


1)  FITRAH yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi dan keadaan FITRAH yang besar.

2)      FITRAH yang kecil harus berada di dalam ketentuan FITRAH yang besar.

3)    FITRAH yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh FITRAH yang besar.

4)      FITRAH yang kecil jangan sampai meninggalkan FITRAH yang besar.

5)      FITRAH yang kecil jangan mencoba mengalahkan FITRAH yang besar.

6)      FITRAH yang kecil jangan  melecehkan FITRAH yang besar.

7)      FITRAH yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan FITRAH YANG BESAR.


Untuk itu maka kita harus dapat selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan maka FITRAH yang telah  ALLAH SWT janjikan dapat kita peroleh. Yang menjadi persoalan adalah KITA YANG KECIL berusaha ingin SELAMAT tetapi jalan yang ditempuh justru melawan dan menentang YANG BESAR dengan menambah, mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan sebagai SYARAT dan KETENTUAN dari YANG BESAR. 

Jika kita termasuk orang-orang yang TAHU DIRI atau jika kita termasuk orang-orang yang menyatakan bahwa diri kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT atau jika keberadaan diri  kita di muka bumi ini bukanlah sebuah kebetulan belaka, maka kita harus dan wajib memerlukan dan membutuhkan AD DIIN. Dalam perkembangan selanjutnya maka ALLAH SWT merinci AD DIIN menjadi 3(tiga) ketentuan pokok yaitu RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN.  



Dari Abu Hurairah ra. katanya:"Pada suatu hari Rasulullah SAW tampak sedang berkumpul dengan orang banyak. Sekonyong-konyong datang kepadanya seorang laki-laki, lalu dia bertanya: Ya, Rasulullah! Apakah yang dikatakan Iman?" Jawab Nabi SAW, "Iman ialah: (1) Iman dengan ALLAH; (2) Iman dengan para malaikat-Nya; (3) Iman dengan Kitab-kitab-Nya; (4) Iman akan menemui-Nya; (5) Iman dengan para Rasul-Nya; dan (6) Iman dengan berbangkit di akhirat." Dia bertanya pula, "Apakah yang dikatakan Islam?" Jawab Rasulullah SAW, "Islam ialah: (1) Menyembah ALLAH dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain-lain; (2) Menegakkan Shalat fardhu; (3) Membayar Zakat wajib; (4) Puasa Ramadhan." Tanyanya pula, "Ya Rasulullah! Apakah yang dikatakan Ikhsan?" Jawab Nabi SAW, "Menyembah ALLAH seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu". Tanyanya pula, "Bilakah terjadi hari Kiamat?" Jawab Nabi SAW, "Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Tetapi akan kuterangkan kepadamu tanda-tandanya: (1) Apabila hamba sahaya perempuan telah melahirkan majikannya, itu adalah salah satu tandanya; (2) Apabila orang miskin yang hina dina telah menjadi pemimpin, itu juga termasuk tanda-tandanya; (3) Apabila gembala ternak yang hina, telah bermewah-mewah di gedung nan indah, itupun termasuk tanda-tandanya. Selanjutnya, ada lima perkara yang tidak seorangpun dapat mengetahuinya selain ALLAH SWT. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat:"Sesungguhnya ALLAH, hanya Dia sajalah yang mengetahui tentang hari kiamat' dan Dialah yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok; dan tiada seorangpun pula yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati; Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha mengenal." (surat Luqman ayat 34). Kemudian orang itu berlalu. Maka bersabda Rasulullah SAW, panggil orang itu kembali!" Para sahabat berusaha mencari orang itu untuk memanggilnya kembali, tetapi mereka tidak melihatnya lagi. Maka bersabda Rasulullah SAW. "Itulah Jibril. Dia datang mengajarkan Agama kepada orang banyak.
(HR Muslim No.2)


Sekarang kita telah memiliki RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT, selanjutnya apa yang harus kita perbuat dengan hal ini? Untuk itu kita harus dapat melaksanakan ketentuan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, seperti:


1) kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya RUKUN IMAN saja dengan mengabaikan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.

2)  kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya RUKUN ISLAM saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan IKHSAN.

3)      kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya IKHSAN saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM.

4)      kita tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan merubah, menambah, mengurangi atau menghilangkan ketentuan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN baik sebahagian atau seluruhnya.

5)    Di dalam melaksanakan sebuah RUKUN apakah ketentuan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM ataupun IKHSAN, kita tidak diperbolehkan dan tidak diperkenankan untuk melaksanakan satu ketentuan rukun saja sebab yang dinamakan dengan RUKUN merupakan satu kesatuan perbuatan. Misalnya kita hanya melaksanakan SHALAT saja tetapi tidak melakukan puasa ataupun zakat atau hanya percaya kepada kitab saja dengan mengabaikan  ALLAH SWT, RASUL maupun MALAIKAT ALLAH SWT. 


Jika ini adalah ketentuan dari RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KONSEP ILAHIAH yang tertuang dalam AD DIIN, selanjutnya siapakah yang memerlukan dan membutuhkan itu semua, ALLAH SWTkah atau kita sebagai KHALIFAH di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI dan/atau TELAH MENGENAL DIRI SENDIRI dimana kita telah diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan hal-hal sebagai berikut:


1)      Manusia atau diri kita telah dimuliakan oleh ALLAH SWT

2)      Manusia atau diri kita telah diberi RUH (JIWA) yang suci oleh ALLAH SWT

3)      Manusia atau diri kita telah berAqidah sejak dalam rahim ibu

4)      Manusia atau diri kita telah diberi Akal oleh ALLAH SWT sehingga ia dicintai ALLAH SWT

5)      Manusia atau diri kita telah diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.

6)      Manusia atau diri kita diciptakan sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT.

7)      Manusia atau diri kita mempunyai 2(dua) musuh abadi yaitu AHWA dan SYAITAN


Adanya kondisi ini, maka adakah selain dari ALLAH SWT yang mampu memberikan, menciptakan, memelihara, menambah, mengurangi, itu semua dan/atau membantu mengalahkan AHWA dan SYAITAN? Sampai dengan saat ini belum ada pabrikan atau makhluk selain ALLAH SWT yang mampu membuat, memberikan, menciptakan, memelihara, atau bahkan menambah, mengurangi, apa-apa yang kami kemukakan di atas serta mampu membantu di dalam mengalahkan AHWA dan SYAITAN. Jika sudah demikian, siapakah membutuhkan dan memerlukan AD DIIN? 


Seperti halnya kita membeli sebuah MOBIL BARU, siapakah yang membutuhkan perawatan dan  pemeliharaan dari mobil dimaksud setelah sampai di rumah? KONSUMEN dan/atau pemakai mobillah yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan dimaksud dalam rangka menjaga keutuhan dan kesempurnaan mobil sewaktu dikendarai. Ini berarti bahwa PABRIKAN mobil tidak memerlukan dan membutuhkan perawatan dan pemeliharan dari mobil yang kita beli akan tetapi PABRIKAN bertanggung jawab kepada konsumennya di dalam merawat dan memelihara mobil yang kita beli.


  Apakah kondisi ini juga diterapkan oleh ALLAH SWT? Jika PABRIKAN saja yang memberlakukan hal tersebut maka  ALLAH SWT juga  memberlakukan hal tersebut melebihi apa-apa yang dilakukan oleh PABRIKAN,  kepada MANUSIA atau kepada DIRI KITA. ALLAH SWT dengan kemampuannya yang MAHA sanggup memberikan,  menciptakan, memelihara, menambah dan mengurangi itu semua serta membantu manusia mengalahkan AHWA dan SYAITAN sehingga dengan demikian yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah MANUSIA atau DIRI KITA. 

Jika sekarang yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah MANUSIA atau DIRI KITA, maka kita diharuskan dan diwajibkan oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM langit dan bumi beserta segala isinya, untuk :


1)      MELAKSANAKAN AD DIIN dalam kerangka menjalankan KEKHALIFAHAN di muka bumi atau;

2)      MELAKSANAKAN RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu ketentuan dengan ketentuan yang lainnya.


Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudahkah kita melaksanakan itu semua secara baik dan benar atau sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sewaktu pertama kali menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi? RESIKO dari INI SEMUA adalah TANGGUNGJAWAB kita sendiri-sendiri.


INGAT-ingat-INGAT

Bagi JIN/IBLIS/SYAITAN jika ia pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM bukanlah sebuah persoalan baginya dikarenakan API akan kembali ke API. Yang menjadi persoalan sekarang adalah kenapa manusia mau diajak pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM oleh JIN/IBLIS/SYAITAN? Untuk itu mulailah dari sekarang juga menentukan langkah kemana kita akan pulang kampung, ke SYURGA atau ke NERAKA?


Selanjutnya jika kita tidak mau melaksanakan AD DIIN dan/atau kita tidak mau menjalankan AD DIIN dan/atau kita melaksanakan atau menjalankan AD DIIN tetapi dengan cara menambah, mengurangi, meniadakan, disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok, bagaimanakah hal ini ditinjau dari KEHENDAK ALLAH SWT? ALLAH SWT sebagai PEMLIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya sangat tidak menyukai tindakan dan perbuatan tersebut dikarenakan orang yang melakukan hal tersebut telah mengambil alih kedudukan dan kebesaran ALLAH SWT terkecuali orang tersebut memang mampu menggantikan dan mengalahkan kebesaran dan kehebatan yang dimiliki ALLAH SWT. 

Untuk itu jangan pernah melakukan hal-hal yang kami kemukakan diatas, jika kita ingin tetap berada di dalam koridor KEHENDAK ALLAH SWT atau jika memang kita ingin pulang kampung ke SYURGA terkecuali jika kita ingin pulang ke KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN bersama IBLIS/JIN/SYAITAN.


Pembaca  tahukah anda bahwa baik SYURGA maupun NERAKA mempunyai tingkatan-tingkatan atau mempunyai keveling yang berbeda-beda fasilitasnya?  Inilah tingkatan-tingkatan atau keveling yang ada di dalam SYURGA, yaitu :

1)      Syurga Firdaus.
2)      Syurga 'Adn.
3)      Syurga Na'iim.
4)      Syurga Na'wa.
5)      Syurga Darussalaam.
6)      Syurga Daarul Muaqaamah. 
7)      Syurga Al-Muqqamul Amin dan
8)      Syurga Khuldi.

Adapun  tingkatan atau kaveling yang ada di dalam NERAKA adalah sebagai berikut:

1)      Neraka Jahannam.
2)      Neraka Jahiim.
3)      Neraka Hawiyah.
4)      Neraka Wail.
5)      Neraka Sa'iir.
6)      Neraka Ladhaa.
7)      Neraka Saqar dan
8)      Neraka Hutomah.


Selanjutnya, sudahkah kita semua memesan tempat atau memesan kaveling SYURGA atau memesan keveling NERAKA? Kami persilahkan anda memilih sendiri-sendiri kaveling yang diidam-idamkan atau keveling yang paling cocok dengan apa yang sedang dan telah anda  lakukan  masing-masing saat ini. INGAT, jika anda telah menjual SAPI, maka jangan pernah berharap mendapatkan dan memperoleh AIR SUSUNYA KEMBALI atau jika anda telah keluar dari KEHENDAK ALLAH SWT maka jangan pernah berharap mendapatkan SYURGA dengan segala fasilitasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar