5. CATATAN KELIMA tentang
KONDISI DASAR MANUSIA
BERDASARKAN apa-apa
yang telah kami kemukakan di atas, sekarang saya ingin bertanya kepada PEMBACA
BUKU INI, yaitu jika anda saat ini MASIH HIDUP siapakah diri anda
sebenarnya, APAKAH bagian dari KEHENDAK
ALLAH SWT ataukah KEBERADAAN anda hanyalah sebuah proses yang kebetulan terjadi
atau yang bersifat insidentil semata?
Saya yakin PEMBACA buku ini berani dengan jujur mengatakan bahwa diri anda adalah bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT dalam kerangka RENCANA BESAR KEKHALIFAHAN di muka bumi dengan demikian keberadaan diri kita di dunia ini bukanlah sebuah PROSES YANG KEBETULAN TERJADI atau sesuatu yang bersifat INSIDENTIL semata. Ini berarti bahwa ALLAH SWT adalah PENCIPTA diri kita sedangkan DIRI KITA adalah CIPTAAN-NYA sehingga KITA WAJIB dan HARUS TAHU DIRI sehingga terjadilah KESERASIAN, KESEIMBANGAN dan KESELARASAN antara PENCIPTA dengan CIPTAANNYA.
Selanjutnya TAHUKAH ANDA bahwa ALLAH SWT di dalam menciptakan MANUSIA dan/atau DIRI KITA di dalam sebuah KONDISI dan KEADAAN yang sangat mencerminkan diri ALLAH SWT itu sendiri seperti TELEVISI diciptakan oleh PABRIKANNYA. Untuk itu cermati dan perhatikan dengan seksama tentang keberadaan diri kita atau keberadaan MANUSIA ditinjau dari sisi PENCIPTANYA yaitu ALLAH SWT.
Saya yakin PEMBACA buku ini berani dengan jujur mengatakan bahwa diri anda adalah bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT dalam kerangka RENCANA BESAR KEKHALIFAHAN di muka bumi dengan demikian keberadaan diri kita di dunia ini bukanlah sebuah PROSES YANG KEBETULAN TERJADI atau sesuatu yang bersifat INSIDENTIL semata. Ini berarti bahwa ALLAH SWT adalah PENCIPTA diri kita sedangkan DIRI KITA adalah CIPTAAN-NYA sehingga KITA WAJIB dan HARUS TAHU DIRI sehingga terjadilah KESERASIAN, KESEIMBANGAN dan KESELARASAN antara PENCIPTA dengan CIPTAANNYA.
Selanjutnya TAHUKAH ANDA bahwa ALLAH SWT di dalam menciptakan MANUSIA dan/atau DIRI KITA di dalam sebuah KONDISI dan KEADAAN yang sangat mencerminkan diri ALLAH SWT itu sendiri seperti TELEVISI diciptakan oleh PABRIKANNYA. Untuk itu cermati dan perhatikan dengan seksama tentang keberadaan diri kita atau keberadaan MANUSIA ditinjau dari sisi PENCIPTANYA yaitu ALLAH SWT.
A.
MANUSIA TELAH DIMULIAKAN ALLAH SWT
Seorang pelukis
membuat sebuah lukisan, kemudian apa yang sebenarnya terdapat dalam lukisan
tersebut? Di dalam lukisan tersebut akan terdapat gambar yang merupakan
refleksi dari diri pelukis itu sendiri sehingga melalui lukisan itu akan
diketahui seperti apakah kondisi dan kemampuan pelukis itu. Jika dalam suatu
lukisan dapat digunakan sebagai media untuk menunjukkan keberadaan atau
kemampuan pelukis, sekarang bagaimana
ALLAH SWT dengan CIPTAAN-NYA?
dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.
(surat Al Israa' (17) ayat
70)
[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam
pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh
penghidupan.
ALLAH SWT pun juga
menampilkan keberadaan kemampuan dan kehebatannya melalui CIPTAAN-NYA. Lihatlah
diri kita sendiri, siapakah yang mampu membuat RUH manusia, siapakah yang dapat
membuat AMANAH 7 dan HUBBUL, siapakah yang mampu membuat jaringan sel darah
yang sedemikian canggih di dalam tubuh manusia yang berpusat di jantung?
Jika kesemua kehebatan dan kecanggihan yang terdapat di dalam diri kita adalah bagian dari ciptaan-NYA selanjutnya dapat dipastikan bahwa penciptanya pasti lebih hebat dari apa-apa yang diciptakannya. Sebab tidak akan mungkin sesuatu yang hebat dan canggih dihasilkan atau dibuat oleh sesuatu yang berada di bawah apa-apa yang dibuatnya. Jika sudah begini masih kurang percayakah kita kepada ALLAH SWT?
Jika kesemua kehebatan dan kecanggihan yang terdapat di dalam diri kita adalah bagian dari ciptaan-NYA selanjutnya dapat dipastikan bahwa penciptanya pasti lebih hebat dari apa-apa yang diciptakannya. Sebab tidak akan mungkin sesuatu yang hebat dan canggih dihasilkan atau dibuat oleh sesuatu yang berada di bawah apa-apa yang dibuatnya. Jika sudah begini masih kurang percayakah kita kepada ALLAH SWT?
Sekarang ALLAH SWT
sudah menciptakan MANUSIA atau telah menciptakan diri kita, ini berarti MANUSIA
ataupun diri kita tidak lain adalah cerminan dari ALLAH SWT itu sendiri.
Lihatlah diri kita yang telah dimuliakan oleh ALLAH SWT sebagai bentuk
manifestasi dari Al 'Azis yang dimiliki-NYA. Adanya kondisi ini merupakan salah
satu bukti yang harus kita jadikan patokan dan pedoman di dalam melaksanakan
misi sebagai KHALIFAH di muka bumi, yaitu bahwa MANUSIA termasuk diri kita
sendiri sudah sejak awal dimuliakan oleh ALLAH SWT.
Selanjutnya jika kita sudah dalam kondisi MULIA atau sudah dimuliakan oleh ALLAH SWT dibandingkan makhluk lainnya maka sudah seharusnya dan selayaknya kita menjadi KHALIFAH yang MULIA pula di muka bumi. Akan tetapi justru yang saat ini terjadi adalah kita malah menjadi makhluk yang hina dan dikutuk oleh ALLAH SWT sama halnya dengan SYAITAN/IBLIS. Selanjutnya siapakah yang merusak diri sendiri, apakah ALLAH SWT ataukah kita sendiri akibat dari tidak tahu diri sendiri? Jika kita sekarang sudah tidak mulia lagi, maka kita sudah keluar dari konsep awal ALLAH SWT atau telah keluar dari FITRAH ALLAH SWT sewaktu menciptakan MANUSIA pertama kali.
Selanjutnya jika kita sudah dalam kondisi MULIA atau sudah dimuliakan oleh ALLAH SWT dibandingkan makhluk lainnya maka sudah seharusnya dan selayaknya kita menjadi KHALIFAH yang MULIA pula di muka bumi. Akan tetapi justru yang saat ini terjadi adalah kita malah menjadi makhluk yang hina dan dikutuk oleh ALLAH SWT sama halnya dengan SYAITAN/IBLIS. Selanjutnya siapakah yang merusak diri sendiri, apakah ALLAH SWT ataukah kita sendiri akibat dari tidak tahu diri sendiri? Jika kita sekarang sudah tidak mulia lagi, maka kita sudah keluar dari konsep awal ALLAH SWT atau telah keluar dari FITRAH ALLAH SWT sewaktu menciptakan MANUSIA pertama kali.
B. MANUSIA TELAH DIBERI RUH YANG SUCI oleh ALLAH
SWT
Manusia terdiri dari
JASMANI dan RUHANI. JASMANI berasal dari saripati tanah sehingga JASMANI akan
membawa dan mewarisi sifat-sifat alam
sedangkan RUHANI berasal dari ALLAH SWT sehingga RUHANI akan membawa dan mewarisi
99 (Sembilan puluh Sembilan) Nama-Nama ALLAH SWT yang Indah atau ASMAUL HUSNA.
Jika saat ini kita masih hidup di dunia maka ke dua unsur tadi baik itu JASMANI
maupun RUHANI ada pada diri kita atau pada setiap diri manusia. RUH setiap
manusia asalnya dari ALLAH SWT melalui proses peniupan ke dalam RAHIM seorang
Ibu, ini berarti sesuatu yang ditiup sudah ada terlebih dahulu sebelum ia
ditiupkan sehingga dapat dikatakan bahwa
RUH sudah ada pada ALLAH SWT sebelum RUH ditiupkan.
dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
(surat
Al Israa' (17) ayat 85)
Maka
apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].
(surat
Al Hijr (15) ayat 29)
[796] Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah,
tetapi sebagai penghormatan.
Sekarang
coba anda bayangkan, ALLAH SWT memberikan kepada MANUSIA sesuatu yang berasal
dari ALLAH SWT secara langsung tanpa melalui perantaraan siapapun, dimana RUH
yang diberikan ALLAH SWT tersebut tidak pernah diketahui sedikitpun
keberadaannya oleh IBLIS/JIN/SYAITAN. Sehingga menurut pendapat dan pengetahuan
IBLIS/JIN/SYAITAN bahwa MANUSIA hanya terdiri dari JASMANI semata yang
diciptakan dari TANAH dan sedangkan RUHANI
MANUSIA keberadaannya tidak pernah diketahui oleh IBLIS/JIN/SYAITAN.
Apa buktinya? Untuk itu lihatlah surat Saba' (34) ayat 14 di bawah ini. Di dalam surat Saba' (34) ayat 14, diterangkan bahwa JIN tidak mengetahui sama sekali bahwa NABI SULAIMAN as telah meninggal dunia. Ini berarti bahwa JIN hanya mengetahui bahwa NABI SULAIMAN as hanya terdiri dari satu unsur saja yaitu JASMANI saja sedangkan unsur RUH tidak pernah diketahui sedikitpun oleh JIN. Selanjutnya jika sampai JIN tahu bahwa NABI SULAIMAN as mempunyai RUH yang berasal dari ALLAH SWT maka ia pasti akan menyesali perbuatannya dahulu yaitu membangkang perintah ALLAH SWT untuk sujud kepada NABI ADAM as,. (Ingat JIN, IBLIS dan SYAITAN satu keturunan)
Apa buktinya? Untuk itu lihatlah surat Saba' (34) ayat 14 di bawah ini. Di dalam surat Saba' (34) ayat 14, diterangkan bahwa JIN tidak mengetahui sama sekali bahwa NABI SULAIMAN as telah meninggal dunia. Ini berarti bahwa JIN hanya mengetahui bahwa NABI SULAIMAN as hanya terdiri dari satu unsur saja yaitu JASMANI saja sedangkan unsur RUH tidak pernah diketahui sedikitpun oleh JIN. Selanjutnya jika sampai JIN tahu bahwa NABI SULAIMAN as mempunyai RUH yang berasal dari ALLAH SWT maka ia pasti akan menyesali perbuatannya dahulu yaitu membangkang perintah ALLAH SWT untuk sujud kepada NABI ADAM as,. (Ingat JIN, IBLIS dan SYAITAN satu keturunan)
Maka
tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka
tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka
mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang
menghinakan.
(surat Saba' (34) ayat
14)
Selanjutnya
coba anda renungkan dengan seksama mengenai RUH kita sendiri, dimana ALLAH SWT
sudah memberikan sesuatu yang terbaik yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya
sampai-sampai IBLIS/JIN/SYAITAN pun tidak mempunyai pengetahuan tentang RUH,
sekarang bagaimana kita menyikapinya?
Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI maka kita harus menyikapi hal ini dengan menempatkan ALLAH SWT pada posisi yang sebenarnya yaitu sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAWAS dan PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya serta menempatkan diri kita sendiri sebagai MAKHLUK CIPTAAN-NYA. Untuk itu jika kita telah diberikan sesuatu yang baik dan berharga dari ALLAH SWT maka :
Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI maka kita harus menyikapi hal ini dengan menempatkan ALLAH SWT pada posisi yang sebenarnya yaitu sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAWAS dan PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya serta menempatkan diri kita sendiri sebagai MAKHLUK CIPTAAN-NYA. Untuk itu jika kita telah diberikan sesuatu yang baik dan berharga dari ALLAH SWT maka :
1)
peliharalah
dan jagalah RUH tersebut jangan sampai rusak,
2) peliharalah dan jagalah RUH jangan sampai cacat,
3) peliharalah dan jagalah jangan sampai RUHANI dikalahkan oleh JASMANI atau dijajah oleh JASMANI,
4) peliharalah dan jagalah RUH untuk selalu menjadi diri kita yang sebenarnya.
Sekarang timbul pertanyaan,
siapakah yang sanggup memelihara, merawat, menjadikan RUHANI unggul terhadap
JASMANI? Jika kita kembali kepada TELEVISI, maka yang sanggup merawat dan
memelihara dan memperbaiki TELEVISI kita yang rusak hanyalah PABRIKAN sebab PABRIKAN adalah PENCIPTA dan
AHLINYA TELEVISI.
Hal yang sama juga berlaku kepada RUH atau RUHANI MANUSIA, jika RUHANI terganggu, rusak, cacat, kotor, dijajah oleh JASMANI maka yang sanggup memelihara dan merawatnya adalah PEMILIK dan PENCIPTA dari RUH dalam hal ini adalah ALLAH SWT. Sekarang jika hanya ALlAH SWT saja yang sanggup menciptakan, merawat dan memelihara RUHANI manusia, selanjutnya :
Hal yang sama juga berlaku kepada RUH atau RUHANI MANUSIA, jika RUHANI terganggu, rusak, cacat, kotor, dijajah oleh JASMANI maka yang sanggup memelihara dan merawatnya adalah PEMILIK dan PENCIPTA dari RUH dalam hal ini adalah ALLAH SWT. Sekarang jika hanya ALlAH SWT saja yang sanggup menciptakan, merawat dan memelihara RUHANI manusia, selanjutnya :
1) sudahkah kita semua mengetahuinya
secara baik dan benar dan menjadikan ini sebagai sebuah keimanan?
2) sudahkah kita semua mencoba menghubungi ALLAH SWT untuk meminta perawatan?
3) sudahkah kita semua melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh PENCIPTA RUH?
4) sudahkah kita berhubungan baik dengan pemilik dan pencipta RUH?
5) sudahkah kita menyelaraskan, menserasikan dan menyeimbangkan RUH yang ada pada diri kita dengan pemilik dan pemelihara RUH?
Hasil akhir dari semua ini,
sangat tergantung kepada diri kita sendiri, apakah mau berhubungan dengan ALLAH
SWT atau tidak mau berhubungan dengan ALLAH SWT. Ingat RESIKO tanggung sendiri.
C. MANUSIA
TELAH BERAQIDAH SEJAK DI DALAM RAHIM IBU
Untuk
membuktikan bahwa RUH itu berasal dari
ALLAH SWT dan/atau RUH sudah tahu dan mengenal siapa penciptanya maka setiap RUH yang telah ditiupkan
oleh ALLAH SWT ke dalam RAHIM seorang
ibu akan dimintakan kesaksiannya secara individual oleh ALLAH SWT. Selanjutnya apa yang dilakukan
oleh RUH atas kesaksiannya? RUHANI MANUSIA
sejak awal ditiupkan sewaktu janin berusia +/- 120 hari di dalam RAHIM
seorang ibu sudah mempunyai kondisi
sebagai berikut:
1) RUH
sudah mengakui dan mengetahui bahwa ALLAH SWT adalah TUHANNYA atau,
2) RUH sudah memiliki Aqidah berupa pernyataan secara permanent bahwa ALLAH SWT adalah TUHAN baginya baik hari ini sampai dengan hari kiamat.
3) RUH pun sudah tahu tentang hari kiamat.
dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah Padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan Sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman[1457].
(surat Al Haadid (57)
ayat 8)
[1457] Yang dimaksud dengan perjanjianmu ialah
Perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa Dia mengakui (naik
saksi), bahwa Tuhan-nya ialah Allah, seperti tersebut dalam ayat 172 surat Al
A´raaf.
dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(surat Al A'raaf (7)
ayat 172)
Selanjutnya
jika itu adalah kondisi dan keadaan setiap RUH yang ada di dalam diri setiap
manusia, timbul pertanyaan masih berlakukah pernyataan kontrak permanent dengan
ALLAH SWT tersebut saat ini? Sepanjang RUH manusia masih tetap diciptakan dan
ditiupkan hanya oleh ALLAH SWT maka KONTRAK PERMANEN tentang KETUHANAN
kepada ALLAH SWT akan terus dan
tetap berlaku sampai kapanpun juga. Yang menjadi persoalan saat ini adalah:
1) masih
utuhkah pernyataan kita kepada ALLAH SWT;
2) masih terjagakah keaslian dari pernyataan diri kita kepada ALLAH SWT;
3) masih permanenkah dan/atau masih sucikah pernyataan kita kepada ALLAH SWT;
Kami
berharap kondisi KONTRAK PERMANEN diri kita kepada ALLAH SWT masih tetap utuh
tidak berkurang oleh sebab apapun juga. Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT
yang menerima pernyataan dari RUH setiap MANUSIA?
ALLAH SWT berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 172 dengan tegas menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah TUHAN bagi semesta alam atau TUHAN kita semua. Jika ALLAH SWT telah menyatakan bahwa TUHAN kita semua, ini berarti bahwa ALLAH SWT sudah menyatakan kesanggupan-NYA secara totalitas kepada SETIAP RUH yang diciptakannya untuk dijaga, untuk dipelihara, untuk diayomi, untuk dirawat atau diberikan apapun juga sepanjang kita memenuhi dan masih memelihara atau tidak melanggar isi dari KONTRAK PERMANEN yang telah kita buat.
ALLAH SWT berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 172 dengan tegas menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah TUHAN bagi semesta alam atau TUHAN kita semua. Jika ALLAH SWT telah menyatakan bahwa TUHAN kita semua, ini berarti bahwa ALLAH SWT sudah menyatakan kesanggupan-NYA secara totalitas kepada SETIAP RUH yang diciptakannya untuk dijaga, untuk dipelihara, untuk diayomi, untuk dirawat atau diberikan apapun juga sepanjang kita memenuhi dan masih memelihara atau tidak melanggar isi dari KONTRAK PERMANEN yang telah kita buat.
Adanya
kontrak permanen antara ALLAH SWT dengan setiap diri manusia, maka timbullah
hubungan timbal balik antara ALLAH SWT selaku TUHAN dengan MANUSIA yang
menyatakan ALLAH SWT adalah TUHANNYA. Sebuah hubungan timbal balik baru akan
mendapatkan hasil jika masing-masing pihak dapat menjaga dan memelihara KONTRAK
PERMANEN yang telah dibuat. Dalam kontrak ini, yang pasti ALLAH SWT tidak akan
pernah INGKAR JANJI dengan KESANGGUPAN-NYA untuk menjadi TUHAN bagi SEMESTA
ALAM, sekarang bagaimana dengan kita?
Apabila kita ingin tetap memperoleh apa-apa yang telah dinyatakan ALLAH SWT dengan penyataan-NYA sebagai TUHAN bagi SEMESTA ALAM, maka peliharalah dan jagalah terus KONTRAK PERMANEN tersebut agar tetap suci dan murni atau jangan sampai kita INGKAR JANJI dengan KONTRAK PERMANEN yang telah kita buat.
Apabila kita ingin tetap memperoleh apa-apa yang telah dinyatakan ALLAH SWT dengan penyataan-NYA sebagai TUHAN bagi SEMESTA ALAM, maka peliharalah dan jagalah terus KONTRAK PERMANEN tersebut agar tetap suci dan murni atau jangan sampai kita INGKAR JANJI dengan KONTRAK PERMANEN yang telah kita buat.
D.
MANUSIA DIBERI AKAL
oleh ALLAH SWT (menjadi MAKHLUK YANG DICINTAI ALLAH SWT)
Melalui hadits qudsi
yang kami kemukakan di bawah ini, ada
satu hal yang harus kita ketahui dengan penghormatan yang setinggi-tingginya
dimana ALLAH SWT telah memberikan CINTANYA
kepada manusia melalui AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA (sebab AKAL
diletakkan di dalam HATI RUHANI MANUSIA).
Selanjutnya coba anda bayangkan ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya MENYATAKAN CINTANYA kepada AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA, hal ini menunjukkan ALLAH SWT memberikan PENGHARGAAN dan PENGHORMATAN kepada AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA. Timbul pertanyaan ada apa sebenarnya di balik ini semua?
Selanjutnya coba anda bayangkan ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya MENYATAKAN CINTANYA kepada AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA, hal ini menunjukkan ALLAH SWT memberikan PENGHARGAAN dan PENGHORMATAN kepada AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA. Timbul pertanyaan ada apa sebenarnya di balik ini semua?
Abu Hurairah ra. Berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH
ta'ala berfirman: Tatkala ALLAH SWT menciptakan akal, berfirmanlah ALLAH
kepadanya: "Datanglah hai akal"; maka datanglah ia, kemudian
diperintahkannya: Pergilah dan pergilah ia. ALLAH berfirman: Aku tidak
menciptakan sesuatu makhluk yang lebih Aku cintai dari padamu. Dengan engkau
Aku mengambil dan dengan engkau pula Aku memberi.
(HQR
Abdullah bin Ahmad dari Al Hassan dam Ath Thabarani dari Abi Umamah; 272:269)
Hubungan CINTA adalah
HUBUNGAN yang terjadi di antara DUA PIHAK yaitu antara pihak yang mencintai
dengan pihak yang dicintai. Jika seseorang menyatakan cintanya kepada orang
yang dicintainya maka orang tersebut sudah siap baik mental maupun materiil
untuk berkorban kepada orang yang dicintainya. Apakah ALLAH SWT juga melakukan
hal yang sama kepada AKAL atau kepada HATI RUHANI MANUSIA? ALLAH SWT juga melakukan hal yang sama kepada
AKAL dan/atau kepada HATI RUHANI MANUSIA ini dibuktikan dengan pernyataan ALLAH
SWT yang berbunyi "Dengan engkau Aku mengambil dan dengan engkau pula
Aku memberi".
Selanjutnya sudahkah
kita merasakan buah dari CINTANYA ALLAH SWT kepada diri kita melalui AKAL atau
malah kita yang telah melakukan perselingkuhan dengan selain ALLAH SWT? Jika
anda belum pernah merasakan CINTA-NYA ALLAH SWT tentu ada yang salah di dalam
hubungan percintaan ini. Yang pasti ALLAH SWT tidak akan mungkin INGKAR JANJI
atau BERSELINGKUH, selanjutnya bagaimana dengan diri kita? Berikut ini akan
kami kemukakan beberapa indikator di dalam merasakan buah dari KECINTAAN ALLAH
SWT kepada diri kita melalui AKAL yang diletakkan di dalam HATI RUHANI, yaitu :
1) kita akan merasakan adanya sebuah
kelancaran dan kemudahan di dalam
berhubungan dengan ALLAH SWT atau adanya kemudahan di dalam menjangkau ALLAH
SWT.
Wahab bin
Munabbih berkata: ALLAH ta'ala berfirman:
Sesungguhnya
langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau
oleh hati seorang mukmin.
(HQR
Ahmad dari Wahab bin Munabbih; 272:32)
2) kita akan merasakan adanya
ketentraman di dalam diri sehingga akan timbul apa yang dinamakan dengan
kebahagiaan atau ketenangan bathin.
(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(surat Ar Ra'd (13)
ayat 28)
3) Kita akan merasakan pemahaman
yang meningkat dan mudah dari waktu ke waktu sehingga kita akan mengetahui dan
memahami akan arti kebesaran ALLAH SWT.
Maka Apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu
mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.
(surah Al Hajj (22)
ayat 46)
dan Sesungguhnya Kami jadikan
untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
(surat Al A'raaf (7)
ayat 179)
4) kita akan merasakan berkurangnya
rasa sakit atau berkurangnya rasa sedih atau timbulnya rasa menyesal akibat
perbuatan dosa yang kita lakukan.
Rasulullah bersabda: Maukah aku tunjukkan kepada kalian mengenai penyakit kalian dan obat untuk kalian? Bahwasanya penyakit kalian adalah berbuat dosa, sedangkan obatnya adalah beristighfar.
(HR
Ad Dhailami, dari Anas bin Malik)
5) kita akan merasakan adanya AURA
yang keluar dari dalam diri kita yang akan terpancar ke wajah ataupun terpancar
melalui ilmu.
Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima)
agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang
membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu
hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
(surat
Az Zumar (39) ayat 22)
6) kita akan merasakan adanya sebuah
petunjuk yang tidak terduga-duga
sehingga memudahkan kita menjadi KHALIFAH di muka bumi.
tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan
Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat At Taghaabun
(64) ayat 11)
Itulah
bentuk dari KECINTAAN ALLAH SWT kepada MANUSIA melalui HATI RUHANI tempat
diletakkannya AKAL. Sekarang coba anda renungkan jika ALLAH SWT tidak
memberikan hal-hal yang kami sebutkan di atas kepada diri kita, apa yang bisa
kita lakukan jika tanpa itu semua? Jika sudah demikian keadaannya masihkah kita
menolak, masihkah kita mengkhinati, berselingkuh, kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan CINTA-NYA kepada HATI RUHANI melalui AKAL?
E.
MANUSIA DICIPTAKAN DALAM BENTUK
YANG SEBAIK-BAIKNYA
Lihatlah tubuh kita,
maka akan terlihat oleh kita suatu keadaan yang sangat baik di dalam diri kita
sebab ALLAH SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
(surat
At Tin (95) ayat 4)
Untuk itu kami ingin
mengajak pembaca untuk merenungi kembali apa-apa yang kami sampaikan di bawah
ini:
1)
Lihatlah jaringan sel dan
jaringan darah manusia.
2) Lihatlah organ tubuh manusia seperti jantung dan ginjal.
3) Lihatlah ukuran dan panjang tangan kita yang proporsional dengan tinggi rendahnya tubuh.
4) Lihatlah ukuran dan panjang kaki kita yang proporsional dengan tinggi rendahnya tubuh.
5) Lihat juga alis mata kita yang tidak bertambah panjang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan rambut kepala kita.
6) Lihatlah kuku tangan dan kuku kaki yang selalu tumbuh dari waktu ke waktu dibandingkan dengan bulu mata kita yang pertumbuhannya terbatas.
7) Lihatlah manusia, tidak ada yang sama baik bentuk wajah dan rupanya atau lihat pula sidik jarinya.
Adanya
7(tujuh) buah kondisi yang kami kemukakan di atas, menandakan bahwa ALLAH SWT
di dalam menciptakan MANUSIA bukan
dengan cara asal-asalan atau dengan cara membabi buta atau dengan cara apa
adanya. ALLAH SWT menciptakan MANUSIA dalam sebuah KEHENDAK yang di dukung oleh
ILMU dan KEMAMPUAN yang sangat hebat sehingga segala sesuatu yang diciptakan
oleh ALLAH SWT pasti dalam bentuk dan
ukuran yang sebaik-baiknya sesuai dengan cerminan dari ALLAH SWT itu sendiri.
Sekarang coba bayangkan apa jadinya jika alis mata manusia selalu bertambah panjang seperti rambut kepala kita atau bulu mata yang selalu bertambah panjang seperti bertambah panjangnya kuku tangan dan kaki kita. Adanya hal ini masih kurangkah kita percayakah kita kepada ALLAH SWT atau masihkah kita tidak bersyukur kepada ALLAH SWT?
Sekarang coba bayangkan apa jadinya jika alis mata manusia selalu bertambah panjang seperti rambut kepala kita atau bulu mata yang selalu bertambah panjang seperti bertambah panjangnya kuku tangan dan kaki kita. Adanya hal ini masih kurangkah kita percayakah kita kepada ALLAH SWT atau masihkah kita tidak bersyukur kepada ALLAH SWT?
F. MANUSIA DICIPTAKAN SESUAI DENGAN FITRAH ALLAH SWT
Melalui surat Ar Ruum
(30) ayat 30 di bawah ini ALLAH SWT
menerangkan dan menjelaskan kepada kita bahwa KEBERADAAN diri kita (maksudnya
diri kita yang sebenarnya adalah RUH dan AMANAH 7) berasal dari FITRAH ALLAH
SWT itu sendiri. Jika demikian maka RUH dan AMANAH 7 sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dengan FITRAH ALLAH SWT sebab RUH dan AMANAH 7 asalnya dari ALLAH
SWT juga. Timbul pertanyaan FITRAH siapakah yang lebih baik dan lebih besar,
apakah FITRAH diri kita ataukah FITRAH ALLAH SWT?
FITRAH MANUSIA tidak mungkin lebih baik dan lebih besar dari FITRAH ALLAH SWT sebab FITRAH MANUSIA berasal dan diciptakan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya adakah campur tangan selain ALLAH SWT di dalam FITRAH MANUSIA? Sampai dengan saat ini tidak ada dan tidak akan mungkin RUH dan AMANAH 7 dapat diperoleh dari SELAIN ALLAH SWT dan sebagai salah satu bukti bahwa FITRAH ALLAH SWT itu mencerminkan kebesaran dan kehebatan dari ALLAH SWT itu sendiri, yaitu sampai saat ini belum pernah dan tidak akan mungkin RUH dan AMANAH 7 dapat diteliti, diperiksa, ditelaah, diproduksi oleh selain ALLAH SWT.
FITRAH MANUSIA tidak mungkin lebih baik dan lebih besar dari FITRAH ALLAH SWT sebab FITRAH MANUSIA berasal dan diciptakan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya adakah campur tangan selain ALLAH SWT di dalam FITRAH MANUSIA? Sampai dengan saat ini tidak ada dan tidak akan mungkin RUH dan AMANAH 7 dapat diperoleh dari SELAIN ALLAH SWT dan sebagai salah satu bukti bahwa FITRAH ALLAH SWT itu mencerminkan kebesaran dan kehebatan dari ALLAH SWT itu sendiri, yaitu sampai saat ini belum pernah dan tidak akan mungkin RUH dan AMANAH 7 dapat diteliti, diperiksa, ditelaah, diproduksi oleh selain ALLAH SWT.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar-Ruum (30)
ayat 30)
[1168]
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran
pengaruh lingkungan.
Jika sampai RUH dan AMANAH 7 dapat diteliti, diperiksa, ditelaah, di produksi oleh selain ALLAH SWT maka posisi dan kebesaran yang dimiliki oleh ALLAH SWT telah tergantikan oleh orang ataupun makhluk lainnya. Disinilah ALLAH SWT menempatkan kebesaran dan kehebatannya kepada semua makhluknya bahwa ALLAH SWT adalah segala-galanya. Selanjutnya jika ini adalah kondisi dari diri kita sendiri maka sudahkah kita TAHU DIRI dan sudahkah kita beriman kepada ALLAH SWT?
PEMBACA, itulah KEADAAN DIRI KITA yang diciptakan
oleh ALLAH SWT sesuai dengan CERMINAN dari ALLAH SWT itu sendiri sehingga kita
DITEMPATKAN, DILETAKKAN serta DIKONDISIKAN oleh ALLAH SWT dalam keadaan yang
SANGAT BAIK dan SANGAT TERHORMAT di antara makhluk ALLAH SWT yang lainnya, di
lain sisi ALLAH SWT juga mengkondisikan
kita MEMPUNYAI 2(dua) MUSUH ABADI, siapakah MUSUH ABADI itu dan untuk
apakah ini semua?
1. AHWA
(Memperturutkan dan/atau Mempertuhankan AHWA)
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa setiap dzat pasti mempunyai sifat, perbuatan dan kemampuan. Kondisi ini juga berlaku kepada RUHANI dan JASMANI. RUHANI disebut dengan NASS jika ditinjau dari sisi sifatnya sedangkan jika ditinjau dari sisi perbuatannya disebut dengan NAFS atau ANFUSS serta jika ditinjau dari sisi kemampuannya disebut dengan RUH. Untuk JASMANI berlaku juga hal yang sama yaitu JASMANI akan disebut INSAN bila ditinjau dari sisi sifatnya sedangkan dari sisi perbuatannya JASMANI disebut dengan AHWA dan jika ditinjau dari sisi kemampuannya disebut dengan BASYAR. Selanjutnya adakah perbedaan antara RUHANI dengan JASMANI bila ditinjau dari sisi SIFAT maupun PERBUATAN?
JASMANI yang berasal dari ALAM maka ia akan merefleksikan SIFAT dan PERBUATAN dari ALAM sebagai unsur pembuatnya sedangkan RUHANI yang berasal dari ALLAH SWT akan merefleksikan SIFAT dan PERBUATAN dari ALLAH SWT sebagai unsur pembuatnya. Adanya kondisi ini memperlihatkan kepada kita bahwa antara RUHANI dan JASMANI mempunyai SIFAT dan PERBUATAN yang saling bertolak belakang dan/atau saling tidak berkesesuaian di antara ke duanya sehingga pada saat RUHANI dan JASMANI bersatu di dalam diri manusia maka keduanya akan saling pengaruh mempengaruhi sehingga jika RUHANI yang menang terhadap JASMANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga tindakan yang dilakukan oleh manusia memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBAIKAN dan jika JASMANI yang menang terhadap RUHANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga tindakan manusia akan memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBURUKAN.
Untuk mempermudah pemahaman, lihatlah garam, garam mempunyai sifat ASIN, maka perbuatan garam adalah mengasinkan apa-apa yang ada disekelilingnya atau akan mengasinkan apa-apa yang diliputinya. Berdasarkan ilustrasi tentang GARAM maka sifat ASIN dari garam itu yang disebut dengan INSAN sedangkan perbuatan garam yang MENGASINKAN adalah istilah untuk AHWA dari GARAM.
Selanjutnya
berdasarkan ilustrasi tentang GARAM diatas, sekarang keadaan itu kami
aplikasikan dengan kehidupan manusia, yaitu dengan memberikan contoh sebagai
berikut: Salah satu sifat JASMANI manusia adalah BAKHIL (lihat surat Al
Ma'aarij (70) ayat 19-20-21) maka apa bila sifat ini mempengaruhi perbuatan
MANUSIA dan/atau JASMANI dapat menguasai RUHANI maka akan timbul dan tumbuh
dalam diri manusia perbuatan kikir,
pelit, selalu mementingkan diri sendiri, tidak mempunyai rasa kesetiakawanan
sosial, sehingga secara keseluruhan apa yang dilakukan manusia akan
mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN.
Apabila kita termasuk orang yang kikir, bakhil, selalu mementingkan diri sendiri serta tidak mempunyai rasa kesetiakawanan sosial, itulah contoh manusia yang telah memperturutkan AHWAnya yaitu melalui perbuatan JASMANI yang mengalahkan perbuatan RUHANI. Sebagai perbandingan lihatlah orang yang RUHANInya menang terhadap JASMANI atau RUHANInya menguasai JASMANInya maka tindakan dan perbuatan orang tersebut sesuai dengan NILAI-NILAI KEBAIKAN seperti dermawan, murah hati, selalu tolong menolong, menjadikan harta yang dimilikinya sebagai modal awal menuju kehidupan akhirat dan/atau membelanjakannya di jalan ALLAH SWT.
Apabila kita termasuk orang yang kikir, bakhil, selalu mementingkan diri sendiri serta tidak mempunyai rasa kesetiakawanan sosial, itulah contoh manusia yang telah memperturutkan AHWAnya yaitu melalui perbuatan JASMANI yang mengalahkan perbuatan RUHANI. Sebagai perbandingan lihatlah orang yang RUHANInya menang terhadap JASMANI atau RUHANInya menguasai JASMANInya maka tindakan dan perbuatan orang tersebut sesuai dengan NILAI-NILAI KEBAIKAN seperti dermawan, murah hati, selalu tolong menolong, menjadikan harta yang dimilikinya sebagai modal awal menuju kehidupan akhirat dan/atau membelanjakannya di jalan ALLAH SWT.
Berikut ini kami
berikan contoh lainnya tentang bahayanya
AHWA kepada diri manusia, jika RUHANI kami asumsikan dengan AIR yang putih,
murni, jernih dan bersih serta tidak terkontaminasi dengan apapun juga.
Kemudian kita masukkan ke dalam AIR tersebut KOPI selanjutnya apa yang terjadi?
AIR PUTIH akan berubah menjadi AIR KOPI yang berwarna hitam pekat, timbul
pertanyaan kemana perginya AIR yang putih,
jernih dan bersih itu?
AIR secara phisik tetap ada dan utuh namun kemurniannya, kejernihannya, kebersihannya, sudah tidak ada lagi pada AIR yang ada kini hanyalah KOPI dengan segala yang menyertainya atau dengan kata lain perbuatan KOPI telah menggantikan putih, murni, jernih dan bersihnya AIR.
Hal yang sama juga berlaku kepada RUHANI diri kita jika AHWA telah menempati dan/atau mengalahkan perbuatan-perbuatan RUH atau NASS sehingga yang keluar dari diri kita adalah perbuatan-perbuatan yang memenuhi koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN atau dengan kata lain RUHANI tetap ada dan utuh akan tetapi NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI ILAHIAH telah tergantikan oleh NILAI-NILAI KEBURUKAN yang berasal dari ALAM.
AIR secara phisik tetap ada dan utuh namun kemurniannya, kejernihannya, kebersihannya, sudah tidak ada lagi pada AIR yang ada kini hanyalah KOPI dengan segala yang menyertainya atau dengan kata lain perbuatan KOPI telah menggantikan putih, murni, jernih dan bersihnya AIR.
Hal yang sama juga berlaku kepada RUHANI diri kita jika AHWA telah menempati dan/atau mengalahkan perbuatan-perbuatan RUH atau NASS sehingga yang keluar dari diri kita adalah perbuatan-perbuatan yang memenuhi koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN atau dengan kata lain RUHANI tetap ada dan utuh akan tetapi NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI ILAHIAH telah tergantikan oleh NILAI-NILAI KEBURUKAN yang berasal dari ALAM.
INGAT-ingat-INGAT
HIDUP di dunia hanya sementara,
HIDUP di dunia hanya sandiwara dan HIDUP di dunia hanya sebuah permainan
sedangkan KEHIDUPAN AKHIRAT adalah TUJUAN akhir kehidupan manusia. Untuk
itulah ALLAH SWT menyiapkan tempat
kembali bagi manusia yaitu SYURGA dan NERAKA, yang menjadi persoalan adalah
bagaimana caranya mengisi kedua tempat itu dengan cara seadil-adilnya?
Itulah kondisi dan
keadaan yang terjadi di dalam diri setiap manusia, dimana keadaan seperti ini
sudah di dalam ILMUNYA ALLAH SWT dan/atau sudah di dalam KEHENDAKNYA ALLAH SWT
sewaktu merencanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Di satu sisi ALLAH SWT
menciptakan jalan menuju KEBAIKAN dan di lain sisi ALLAH SWT juga menciptakan
jalan menuju KEBURUKAN.
Adanya jalan KEBAIKAN dan jalan KEBURUKAN yang telah dibuat oleh ALLAH SWT maka hal ini juga merupakan jembatan bagi ALLAH SWT untuk menseleksi siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM dengan cara yang seadil-adilnya. Sekarang ke dua keadaan yang kami contohkan di atas ada pada diri setiap orang termasuk diri kita sendiri, selanjutnya bagaimana kita menyikapi hal ini?
Adanya jalan KEBAIKAN dan jalan KEBURUKAN yang telah dibuat oleh ALLAH SWT maka hal ini juga merupakan jembatan bagi ALLAH SWT untuk menseleksi siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM dengan cara yang seadil-adilnya. Sekarang ke dua keadaan yang kami contohkan di atas ada pada diri setiap orang termasuk diri kita sendiri, selanjutnya bagaimana kita menyikapi hal ini?
andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah
mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling
dari kebanggaan itu.
(surat
Al Mu'minuun (23) ayat 71)
Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka
Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
(surat
Al Furqaan (25) ayat 43)
dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah Dia
ditimpa kesusahan, pastilah Dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak
yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. dan jika aku dikembalikan kepada
Tuhanku Maka Sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisiNya." Maka
Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah
mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.
(surat
Fushshilat (41) ayat 50)
Jika
kita termasuk orang yang TAHU DIRI, maka hal tersebut di atas wajib kita jadikan
RAMBU-RAMBU yang harus kita patuhi dalam rangka untuk pulang kampung ke SYURGA.
Setelah mengetahui hal ini, timbul pertanyaan siapakah yang membutuhkan
RAMBU-RAMBU di atas, manusiakah atau ALLAH SWT kah?
ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAYOM, PENGAWAS dari langit dan bumi beserta isinya tidak membutuhkan itu semua sebab ALLAH SWT itu sendiri juga merangkap INISIATOR adanya SYURGA dan NERAKA. SYURGA dan NERAKA adalah dua buah tempat kembali yang sangat berbeda fasilitasnya sehingga orang yang menempatinyapun pasti sangat berbeda pula.
Adanya perbedaan antara SYURGA dan NERAKA maka aturan main yang berlaku bagi SYURGA dan bagi NERAKA pasti berlainan juga. Sekarang jika ALLAH SWT melarang tindakan manusia memperturutkan AHWAnya atau mempertuhankan AHWAnya dikarenakan hal ini akan membuat manusia keluar dari KONSEP AWAL penciptaan manusia dimana manusia diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan FITRAH-NYA serta telah pula dimuliakan oleh ALLAH SWT. Apabila kita melakukan hal-hal yang kami contohkan di atas, maka tindakan tersebut berada di luar gelombang dan siaran ALLAH SWT dan/atau malah sudah menjauh dari SYARAT dan KETENTUAN yang telah ALLAH SWT tentukan terutama tentang FITRAH dan KEMULIAAN. Akibat dari itu semua maka akan mengakibatkan perbedaan tempat kembali manusia.
ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAYOM, PENGAWAS dari langit dan bumi beserta isinya tidak membutuhkan itu semua sebab ALLAH SWT itu sendiri juga merangkap INISIATOR adanya SYURGA dan NERAKA. SYURGA dan NERAKA adalah dua buah tempat kembali yang sangat berbeda fasilitasnya sehingga orang yang menempatinyapun pasti sangat berbeda pula.
Adanya perbedaan antara SYURGA dan NERAKA maka aturan main yang berlaku bagi SYURGA dan bagi NERAKA pasti berlainan juga. Sekarang jika ALLAH SWT melarang tindakan manusia memperturutkan AHWAnya atau mempertuhankan AHWAnya dikarenakan hal ini akan membuat manusia keluar dari KONSEP AWAL penciptaan manusia dimana manusia diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan FITRAH-NYA serta telah pula dimuliakan oleh ALLAH SWT. Apabila kita melakukan hal-hal yang kami contohkan di atas, maka tindakan tersebut berada di luar gelombang dan siaran ALLAH SWT dan/atau malah sudah menjauh dari SYARAT dan KETENTUAN yang telah ALLAH SWT tentukan terutama tentang FITRAH dan KEMULIAAN. Akibat dari itu semua maka akan mengakibatkan perbedaan tempat kembali manusia.
2. SYAITAN
Seperti kita ketahui bersama bahwa IBLIS/JIN/SYAITAN pada awalnya adalah juga MALAIKAT ALLAH SWT yang selalu tunduk dan patuh kepada ALLAH SWT. Namun setelah adanya PERINTAH SUJUD kepada NABI ADAM as, maka terjadilah pengelompokkan MALAIKAT ALLAH SWT yaitu MALAIKAT yang PATUH dan TAAT yang dalam hal ini diwakili oleh MALAIKAT yang berasal dari NUUR sedangkan MALAIKAT yang tidak patuh dan tidak taat kepada ALLAH SWT diwakili oleh MALAIKAT yang berasal dari NAAR/API. Adanya peristiwa pembangkangan yang dilakukan oleh IBLIS maka MALAIKAT yang berasal dari NAAR/API tidak diperkenankan kembali menyandang gelar MALAIKAT yang dikemudian hari dikenal dengan nama IBLIS/JIN/SYAITAN.
Perbedaan nama antara IBLIS/JIN/SYAITAN dikarenakan perbedaan aktivitas perbuatan mereka masing-masing. Mereka dikatakan/dinamakan dengan IBLIS dikarenakan KENEKATANNYA membangkang perintah ALLAH SWT sedangkan SYAITAN dikatakan demikian karena perbuatannya yang selalu menyuruh orang melakukan tindakan negatif melalui cara-cara halus, baik melalui bisikan ataupun hasutan.
Untuk menambah
pemahaman tentang MALAIKAT maupun IBLIS/SYAITAN, perhatikanlah CAHAYA senter,
bengkokkah atau berbelok-belokkah CAHAYA yang keluar dari senter atau LURUS
sesuai arahan? CAHAYA akan selalu LURUS tanpa ada kebengkokan sama sekali dan
sekarang jika MALAIKAT patuh dan taat kepada ALLAH SWT, hal ini sangat sesuai dengan sifat CAHAYA sebagai
unsur pembentuk MALAIKAT, sekarang bagaimana dengan IBLIS/SYAITAN yang
diciptakan dari API?
LIhatlah API yang sedang berkobar, ia selalu ingin menang sendiri, tidak mau kalah dan mengalah, apapun akan dibabat habis tanpa pandang bulu, apapun dihajar, selalu merasa jagoan dan jika IBLIS/JIN/SYAITAN berani membangkang perintah ALLAH SWT tentunya hal ini sudah sesuai dengan sifat dasar dari api sebagai dzat pembentuk dari IBLIS/JIN/SYAITAN.
LIhatlah API yang sedang berkobar, ia selalu ingin menang sendiri, tidak mau kalah dan mengalah, apapun akan dibabat habis tanpa pandang bulu, apapun dihajar, selalu merasa jagoan dan jika IBLIS/JIN/SYAITAN berani membangkang perintah ALLAH SWT tentunya hal ini sudah sesuai dengan sifat dasar dari api sebagai dzat pembentuk dari IBLIS/JIN/SYAITAN.
iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
(surat
Al A'raaf (7) ayat 16-17)
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al
Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang
menjadi teman yang selalu menyertainya.
(surat
Az Zukhruf (43) ayat 36)
iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(surat
Al Hijr (15) ayat 39)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah
syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya
syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.
Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(surat
An Nuur (24) ayat 21)
Sekarang MALAIKAT
ataupun IBLIS/JIN/SYAITAN sudah diciptakan ALLAH SWT dan saat ini pun mereka
semua sedang melaksanakan apa-apa yang telah diKEHENDAKI oleh ALLAH SWT dalam
ILMU-NYA sewaktu menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, selanjutnya apa yang
harus kita sikapi? Sebagai MAKHLUK yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT
maka kitapun harus tahu tentang keberadaan mereka semua sehingga kita dapat
meletakkan diri secara pantas dan patut dihadapan mereka semua. Sekarang
bagaimanakah caranya kita menghadapi MALAIKAT dan juga IBLIS/SYAITAN?
Untuk menghadapi
MALAIKAT dengan perilaku dan perbuatan yang selalu lurus sehingga ia patuh dan
taat kepada ALLAH SWT maka sepanjang kitapun melakukan hal yang sama dengan
perbuatan MALAIKAT tentunya MALAIKATpun akan memberikan penghormatan kepada
kita dikarenakan antara kita dengan MALAIKAT sudah ada di dalam KORIDOR NILAI-NILAI
KEBAIKAN yang sama yaitu TAAT dan PATUH kepada ALLAH SWT.
Sekarang bagaimana jika kita justru melakukan perbuatan yang berlawanan dan bertentangan dengan apa-apa yang diperbuat oleh MALAIKAT, maka secara otomatis MALAIKATpun akan memberikan celaan, cemoohan, mungkin juga malah memberikan laknat kepada kita dikarenakan kita TIDAK TAHU DIRI.
Sekarang bagaimana jika kita justru melakukan perbuatan yang berlawanan dan bertentangan dengan apa-apa yang diperbuat oleh MALAIKAT, maka secara otomatis MALAIKATpun akan memberikan celaan, cemoohan, mungkin juga malah memberikan laknat kepada kita dikarenakan kita TIDAK TAHU DIRI.
INGAT_ingat_INGAT
IBLIS/JIN/SYAITAN asalnya dari
API, tentu mereka semua tidak akan pernah dapat pulang kampung ke SYURGA. API
akan kembali ke API dan jika API kembali ke API maka ini berarti API PULANG ke KAMPUNG HALAMANNYA sendiri sehingga jika API pulang ke NERAKA JAHANNAM
memang disanalah tempat tinggalnya yang paling cocok dan memenuhi prinsip
keadilan. Yang menjadi persoalan saat ini adalah kenapa kita mau diajak pulang
kampung ke NERAKA JAHANNAM oleh IBLIS/SYAITAN atau akibat kita memperturutkan
atau mempertuhankan AHWA, padahal ALLAH
SWT sudah menetapkan tempat kembali kita adalah di SYURGA.
Selanjutnya bagaimana
dengan SYAITAN, jika kita melakukan amal perbuatan yang sama dengan perbuatan
MALAIKAT yaitu TAAT dan PATUH kepada
ALLAH SWT? SYAITAN sebagai makhluk yang telah dilaknat dan dikutuk oleh
ALLAH SWT sangat MEMBENCI, sangat MUAK, akan MERCERCA, perbuatan yang kita
lakukan tersebut. IBLIS/SYAITAN yang telah memiliki LISENSI KHUSUS dari ALLAH SWT sebagai MAKHLUK
yang akan MENCELAKAKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA tentunya tidak akan tinggal diam dengan
PEKERJAANnya tersebut.
Segala daya dan upaya akan terus dilakukan oleh SYAITAN untuk memperdayai MANUSIA sampai MANUSIA dapat dibawanya pulang ke NERAKA JAHANNAM. IBLIS/SYAITAN sejak di usir dan dilaknat oleh ALLAH SWT hanya mempunyai SATU KEAHLIAN dan SATU PEKERJAAN yang telah diOTORISASI oleh ALLAH SWT yaitu MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN manusia atau dapat dikatakan IBLIS/SYAITAN adalah SPESIALIS di bidang MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA. Untuk menjalankan dan mensukseskan PROFESINYA tersebut maka IBLIS/SYAITAN membuat dan menempuh jalan melalui hal-hal sebagai berikut:
Segala daya dan upaya akan terus dilakukan oleh SYAITAN untuk memperdayai MANUSIA sampai MANUSIA dapat dibawanya pulang ke NERAKA JAHANNAM. IBLIS/SYAITAN sejak di usir dan dilaknat oleh ALLAH SWT hanya mempunyai SATU KEAHLIAN dan SATU PEKERJAAN yang telah diOTORISASI oleh ALLAH SWT yaitu MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN manusia atau dapat dikatakan IBLIS/SYAITAN adalah SPESIALIS di bidang MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA. Untuk menjalankan dan mensukseskan PROFESINYA tersebut maka IBLIS/SYAITAN membuat dan menempuh jalan melalui hal-hal sebagai berikut:
1) Menghiasi
kebathilan dengan cara memandang baik perbuatan yang membahayakan atau
perbuatan yang salah.
2) Menampakkan syirik sebagai pengagungan dan pengingkaran sifat-sifat ALLAH SWT.
3) Menamakan kemaksiatan, kekejian, keburukan dengan nama yang menyenangkan agar keburukan dan kekejian tersamar.
4) Menamakan ketaatan dengan yang tidak disukai orang.
5) Syaitan memasuki manusia melalui pintu yang paling disukai oleh jiwa manusia.
6) Syaitan menyesatkan manusia tidak secara sekaligus akan tetapi secara bertahap.
7) Meminta bantuan kepada syaitan-syaitan dari kalangan manusia.
Untuk itu kita diharuskan waspada dan berhati-hati dengan SYAITAN sebab SYAITAN masih mempunyai banyak ajaran atau masukan atau perbuatan yang paling disukainya dalam rangka menjerumuskan manusia, seperti:
1) selalu menipu manusia ke jalan yang sesat dan/atau menipu dengan kepalsuan;
2) menghalangi manusia dari jalan Islam;
3) musyrik dan selalu menyimpang dari Islam;
4) anti shalat; anti Islam; paling suka permusuhan judi dan mabok;
5) suka menandingi Al-Qur'an dengan syair dan lagu-lagu;
6) makanannya yang haram dan yang buruk serta yang tidak disebut nama ALLAH SWT.
Sebagai makhluk yang diciptakan lebih baik dari SYAITAN maka sudah sepantasnya kita dapat mengalahkan ajakan, pengaruh, hasutan, iming-iming, dari SYAITAN kepada kita agar kita selamat dan memenangkan pertandingan melawan musuh bebuyutan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT.
Selanjutnya
SYAITAN sebagai makhluk ALLAH SWT yang hanya TAHU dan MENGERTI bahwa MANUSIA
itu hanya terdiri dari JASMANI saja dan beranggapan bahwa API lebih baik dari
TANAH serta tidak mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang RUH dan AMANAH7,
pantaskah jika SYAITAN/JIN/IBLIS yang menjadi pemenang dan/atau manusia malah
jadi pecundang di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi sedangkan ALLAH
SWT di dalam KEHENDAK-NYA di waktu menciptakan manusia mempunyai skenario
manusia adalah pemenangnya?
Jika kita adalah MANUSIA yang TAHU tentang DIRI SENDIRI tentunya KEHENDAK ALLAH SWT itulah yang menjadi PANDUAN dan PEDOMAN kita di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Selanjutnya samakah atau bedakah perlakuan ALLAH SWT kepada MALAIKAT atau kepada SYAITAN/JIN/IBLIS?
Jika kita adalah MANUSIA yang TAHU tentang DIRI SENDIRI tentunya KEHENDAK ALLAH SWT itulah yang menjadi PANDUAN dan PEDOMAN kita di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Selanjutnya samakah atau bedakah perlakuan ALLAH SWT kepada MALAIKAT atau kepada SYAITAN/JIN/IBLIS?
ALLAH
SWT pasti membedakan perlakuan baik kepada MALAIKAT maupun SYAITAN/JIN/IBLIS
sebab ALLAH SWT juga ingin menunjukkan keadilan-NYA kepada seluruh makhluk-NYA
dan jika hal ini kita jadikan patokan maka kepada manusiapun ALLAH SWT akan
memberikan perlakuan yang berbeda antara MANUSIA yang PATUH dan TAAT kepada
perintah ALLAH SWT dengan yang tidak patuh dan tidak taat kepada perintah ALLAH SWT.
Untuk itu jangan pernah sekalipun atau terpikirkan untuk menjadikan SYAITAN sebagai PENUNJUK JALAN, sebagai KONSULTAN, sebagai PENASEHAT, sebagai PEMIMPIN, sebagai ATASAN, sebagai TUHAN, sebagai TEMAN, sebagai TELADAN, termasuk di dalamnya SYAITAN yang berbentuk MANUSIA, sehingga kita tidak disesatkan dan tidak dijerumuskan melalui BUJUKAN, RAYUAN, HASUTAN, IMING-IMING, yang dilakukan oleh SYAITAN beserta antek-anteknya.
Untuk itu jangan pernah sekalipun atau terpikirkan untuk menjadikan SYAITAN sebagai PENUNJUK JALAN, sebagai KONSULTAN, sebagai PENASEHAT, sebagai PEMIMPIN, sebagai ATASAN, sebagai TUHAN, sebagai TEMAN, sebagai TELADAN, termasuk di dalamnya SYAITAN yang berbentuk MANUSIA, sehingga kita tidak disesatkan dan tidak dijerumuskan melalui BUJUKAN, RAYUAN, HASUTAN, IMING-IMING, yang dilakukan oleh SYAITAN beserta antek-anteknya.
dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan
akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak
ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu
mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi
cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun
sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan
perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.
(surat Ibrahim (14)
ayat 22)
Berikut
ini akan kami kemukakan sisi lain dari SYAITAN yang terdapat di dalam surat
Ibrahim (14) ayat 22 di atas ini: Inilah pengakuan jujur dari SYAITAN sebagai
salah satu makhluk ALLAH SWT yang pekerjaannya menghasut dan menipu manusia
melalui bisikan, rayuan serta iming-iming kepada manusia. Selanjutnya masih
maukah dan/atau masih mau percayakah kita kepada bujukan dan rayuan SYAITAN
sang LAKNATULLAH? Jawaban dari pertanyaan ini tentu sudah ada pada diri kita
masing-masing.
Jika
saat ini kita masih hidup di dunia, ini berarti kita sedang berhadapan dengan
IBLIS/JIN/SYAITAN dan juga berhadapan denngan MALAIKAT, timbul pertanyaan
siapakah yang akan kita tiru perbuatannya? Jika IBLIS/JIN/SYAITAN yang kita
jadikan sebagai panutan dan suri teladan di dalam melaksanakan PROGRAM
KEKHALIFAHAN di muka bumi terimalah hadiah dan penghormatan berupa tempat
kembali berupa KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN. Akan tetapi jika MALAIKAT
yang kita jadikan panutan dan suri teladan maka ALLAH SWT akan memberikan
tempat kembali berupa KAMPUNG KEBAHAGIAAN. Sekarang tinggal pilih yang
mana?
PEMBACA buku yang
kami hormati, di satu sisi MANUSIA atau diri kita TELAH DITEMPATKAN dan
DILETAKKAN oleh ALLAH SWT sebagai
KHALIFAHNYA dimuka bumi, sehingga posisi kita sejak awal sudah LEBIH BAIK serta
sudah LEBIH TINGGI dari MAKHLUK LAINNYA
akan tetapi KITA JUGA DIHADAPKAN dengan 2(dua) MUSUH ABADI, sekarang sebagai
MAKHLUK yang diciptakan dengan cara TERHORMAT tentu kita wajib dan harus dapat
juga MEMELIHARA KEHORMATAN tersebut dan juga KEMBALI dengan cara TERHORMAT pula
serta HARUS DAPAT MENGALAHKAN kedua MUSUH dalam selimut baik SYAITAN maupun
AHWA secara TERHORMAT pula.
Selanjutnya jika keberadaan MANUSIA termasuk keberadaan diri kita saat ini di muka bumi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, timbul pertanyaan apakah yang ALLAH SWT berikan kepada MANUSIA di dalam memudahkan pelaksananaan atau di dalam mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi? Untuk itulah ALLAH SWT memberikan apa yang dinamakan dengan AD DIIN kepada KHALIFAHNYA di muka bumi, selanjutnya apakah itu AD DIIN?
AD DIIN adalah KONSEP ILAHIAH yang berisi TUNTUNAN dan PEDOMAN yang dibuat berdasarkan KEFITRAHAN dan KEMURNIAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT untuk kepentingan dan kelancaran proses KEKHALIFAHAN di muka bumi sehingga apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT berjalan lancar atau sesuai dengan apa-apa yang telah dikonsepkan di dalam ILMUNYA yang MAHA HEBAT.
Selanjutnya jika keberadaan MANUSIA termasuk keberadaan diri kita saat ini di muka bumi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, timbul pertanyaan apakah yang ALLAH SWT berikan kepada MANUSIA di dalam memudahkan pelaksananaan atau di dalam mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi? Untuk itulah ALLAH SWT memberikan apa yang dinamakan dengan AD DIIN kepada KHALIFAHNYA di muka bumi, selanjutnya apakah itu AD DIIN?
AD DIIN adalah KONSEP ILAHIAH yang berisi TUNTUNAN dan PEDOMAN yang dibuat berdasarkan KEFITRAHAN dan KEMURNIAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT untuk kepentingan dan kelancaran proses KEKHALIFAHAN di muka bumi sehingga apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT berjalan lancar atau sesuai dengan apa-apa yang telah dikonsepkan di dalam ILMUNYA yang MAHA HEBAT.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat
Ar-Ruum (30) ayat 30)
[1168]
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara
pengaruh lingkungan.
AD DIIN berdasarkan
surat Ar Ruum (30) ayat 30 di atas adalah tidak lain adalah FITRAH ALLAH SWT
itu sendiri. Untuk mempertegas
pernyataan ini, mari kita pelajari dengan seksama tentang firman ALLAH SWT yang
terdapat di dalam surat Ar Ruum (30) ayat 30 di atas ini, yaitu:
1) ALLAH
SWT menegaskan bahwa MANUSIA diciptakan
berdasarkan FITRAH ALLAH SWT, ini berarti bahwa ALLAH SWT adalah DZAT
yang MAHA FITRAH sehingga dengan KEMAHAFITRAHANNYA diciptakanlah MANUSIA (dalam
hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia serta AKAL/HATI RUHANI MANUSIA).
2) FITRAH ALLAH SWT tidak akan pernah mengalami perubahan sedikitpun oleh sebab apapun juga, dengan demikian maka RUHANI dan AMANAH 7 serta AKAL yang dimiliki oleh manusiapun merupakan FITRAH ALLAH SWT juga yang tidak akan mengalami perubahan.
3) MANUSIA diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk menghadapkan wajahnya kepada AGAMA ALLAH SWT, ini berarti bahwa MANUSIA disuruh dan diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk tetap berada di dalam FITRAH ALLAH SWT atau selalu mengacu dan berpedoman kepada FITRAH ALLAH SWT.
4) Selanjutnya jika ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA FITRAH kemudian MANUSIA diciptakan berdasarkan FITRAH ALLAH SWT maka AGAMA yang LURUS juga adalah FITRAH ALLAH SWT.
Berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, maka DIINUL ISLAM dapat dikatakan sebagai KONSEP FITRAH yang berisi tentang TUNTUNAN dan PEDOMAN yang harus dilaksanakan oleh MANUSIA jika ia ingin tetap berada di dalam KEFITRAHAN-NYA atau selalu berada di dalam gelombang dan siaran ALLAH SWT yang berlaku. Jika sekarang ALLAH SWT memerintahkan kepada MANUSIA untuk selalu menghadapkan wajahnya menuju AGAMA yang LURUS, ini berarti bahwa FITRAH yang dimiliki MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia) di hadapkan atau dipertemukan atau disambungkan dengan FITRAH yang dimiliki oleh ALLAH SWT, selanjutnya apa yang terjadi?
Jika FITRAH bertemu dengan FITRAH maka terjadilah kesesuaian, terjadilah keserasian, dan terjadilah keselarasan antara FITRAH yang dimiliki MANUSIA dengan FITRAH yang dimiliki ALLAH SWT melalui jalan AGAMA YANG FITRAH (dalam hal ini adalah AD DIIN). Sekarang jika MANUSIA diciptakan oleh ALLAH SWT dari FITRAH-NYA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia) maka FITRAH yang dimiliki manusia sudah pasti lebih sedikit atau bahkan jika dibandingkan dengan FITRAH ALLAH SWT mungkin FITRAH yang dimiliki manusia laksana setetes air yang menempel di ujung jari setelah dicelupkan di tengah lautan luas.
Selanjutnya MANUSIA di suruh ALLAH SWT menghadapkan wajahnya ke FITRAH
tersebut, siapakah yang paling diuntungkan dengan keadaan tersebut? Dalam hukum
alam yang berlaku, yang kecil pasti dikalahkan oleh yang besar, akan tetapi dalam ILMU ALLAH SWT
tentang AD DIIN hal ini tidak berlaku
lagi sebab jika FITRAH YANG KECIL bertemu dengan FITRAH YANG MAHA BESAR maka
YANG KECIL akan terbantu dan/atau akan tertolong dan/atau akan ditolong. Agar
FITRAH YANG BESAR dapat membantu dan menolong FITRAH YANG KECIL, maka :
1) FITRAH
yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi
dan keadaan FITRAH yang besar.
2) FITRAH yang kecil harus berada di dalam ketentuan FITRAH yang besar.
3) FITRAH yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh FITRAH yang besar.
4) FITRAH yang kecil jangan sampai meninggalkan FITRAH yang besar.
5) FITRAH yang kecil jangan mencoba mengalahkan FITRAH yang besar.
6) FITRAH yang kecil jangan melecehkan FITRAH yang besar.
7) FITRAH yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan FITRAH YANG BESAR.
Untuk itu maka kita harus dapat selaras, serasi dan
seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang
telah ditetapkan maka FITRAH yang telah
ALLAH SWT janjikan dapat kita peroleh. Yang menjadi persoalan adalah
KITA YANG KECIL berusaha ingin SELAMAT tetapi jalan yang ditempuh justru
melawan dan menentang YANG BESAR dengan menambah, mengurangi apa-apa yang telah
ditetapkan sebagai SYARAT dan KETENTUAN dari YANG BESAR.
Jika kita termasuk orang-orang yang TAHU DIRI atau jika kita termasuk orang-orang yang menyatakan bahwa diri kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT atau jika keberadaan diri kita di muka bumi ini bukanlah sebuah kebetulan belaka, maka kita harus dan wajib memerlukan dan membutuhkan AD DIIN. Dalam perkembangan selanjutnya maka ALLAH SWT merinci AD DIIN menjadi 3(tiga) ketentuan pokok yaitu RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN.
Jika kita termasuk orang-orang yang TAHU DIRI atau jika kita termasuk orang-orang yang menyatakan bahwa diri kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT atau jika keberadaan diri kita di muka bumi ini bukanlah sebuah kebetulan belaka, maka kita harus dan wajib memerlukan dan membutuhkan AD DIIN. Dalam perkembangan selanjutnya maka ALLAH SWT merinci AD DIIN menjadi 3(tiga) ketentuan pokok yaitu RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN.
Dari Abu Hurairah ra. katanya:"Pada suatu hari Rasulullah SAW tampak sedang berkumpul dengan orang banyak. Sekonyong-konyong datang kepadanya seorang laki-laki, lalu dia bertanya: Ya, Rasulullah! Apakah yang dikatakan Iman?" Jawab Nabi SAW, "Iman ialah: (1) Iman dengan ALLAH; (2) Iman dengan para malaikat-Nya; (3) Iman dengan Kitab-kitab-Nya; (4) Iman akan menemui-Nya; (5) Iman dengan para Rasul-Nya; dan (6) Iman dengan berbangkit di akhirat." Dia bertanya pula, "Apakah yang dikatakan Islam?" Jawab Rasulullah SAW, "Islam ialah: (1) Menyembah ALLAH dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain-lain; (2) Menegakkan Shalat fardhu; (3) Membayar Zakat wajib; (4) Puasa Ramadhan." Tanyanya pula, "Ya Rasulullah! Apakah yang dikatakan Ikhsan?" Jawab Nabi SAW, "Menyembah ALLAH seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu". Tanyanya pula, "Bilakah terjadi hari Kiamat?" Jawab Nabi SAW, "Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Tetapi akan kuterangkan kepadamu tanda-tandanya: (1) Apabila hamba sahaya perempuan telah melahirkan majikannya, itu adalah salah satu tandanya; (2) Apabila orang miskin yang hina dina telah menjadi pemimpin, itu juga termasuk tanda-tandanya; (3) Apabila gembala ternak yang hina, telah bermewah-mewah di gedung nan indah, itupun termasuk tanda-tandanya. Selanjutnya, ada lima perkara yang tidak seorangpun dapat mengetahuinya selain ALLAH SWT. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat:"Sesungguhnya ALLAH, hanya Dia sajalah yang mengetahui tentang hari kiamat' dan Dialah yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok; dan tiada seorangpun pula yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati; Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha mengenal." (surat Luqman ayat 34). Kemudian orang itu berlalu. Maka bersabda Rasulullah SAW, panggil orang itu kembali!" Para sahabat berusaha mencari orang itu untuk memanggilnya kembali, tetapi mereka tidak melihatnya lagi. Maka bersabda Rasulullah SAW. "Itulah Jibril. Dia datang mengajarkan Agama kepada orang banyak.
(HR
Muslim No.2)
Sekarang kita telah
memiliki RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian dari KEHENDAK
ALLAH SWT, selanjutnya apa yang harus kita perbuat dengan hal ini? Untuk itu
kita harus dapat melaksanakan ketentuan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya,
seperti:
1) kita tidak diperkenankan untuk
melaksanakan hanya RUKUN IMAN saja dengan mengabaikan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.
2) kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya RUKUN ISLAM saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan IKHSAN.
3) kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya IKHSAN saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM.
4) kita tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan merubah, menambah, mengurangi atau menghilangkan ketentuan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN baik sebahagian atau seluruhnya.
5) Di dalam melaksanakan sebuah RUKUN apakah ketentuan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM ataupun IKHSAN, kita tidak diperbolehkan dan tidak diperkenankan untuk melaksanakan satu ketentuan rukun saja sebab yang dinamakan dengan RUKUN merupakan satu kesatuan perbuatan. Misalnya kita hanya melaksanakan SHALAT saja tetapi tidak melakukan puasa ataupun zakat atau hanya percaya kepada kitab saja dengan mengabaikan ALLAH SWT, RASUL maupun MALAIKAT ALLAH SWT.
Jika ini adalah ketentuan dari RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KONSEP ILAHIAH yang tertuang dalam AD DIIN, selanjutnya siapakah yang memerlukan dan membutuhkan itu semua, ALLAH SWTkah atau kita sebagai KHALIFAH di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI dan/atau TELAH MENGENAL DIRI SENDIRI dimana kita telah diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1)
Manusia atau diri kita telah
dimuliakan oleh ALLAH SWT
2) Manusia atau diri kita telah diberi RUH (JIWA) yang suci oleh ALLAH SWT
3) Manusia atau diri kita telah berAqidah sejak dalam rahim ibu
4) Manusia atau diri kita telah diberi Akal oleh ALLAH SWT sehingga ia dicintai ALLAH SWT
5) Manusia atau diri kita telah diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.
6) Manusia atau diri kita diciptakan sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT.
7) Manusia atau diri kita mempunyai 2(dua) musuh abadi yaitu AHWA dan SYAITAN
Adanya kondisi ini, maka adakah selain dari ALLAH SWT yang mampu memberikan, menciptakan, memelihara, menambah, mengurangi, itu semua dan/atau membantu mengalahkan AHWA dan SYAITAN? Sampai dengan saat ini belum ada pabrikan atau makhluk selain ALLAH SWT yang mampu membuat, memberikan, menciptakan, memelihara, atau bahkan menambah, mengurangi, apa-apa yang kami kemukakan di atas serta mampu membantu di dalam mengalahkan AHWA dan SYAITAN. Jika sudah demikian, siapakah membutuhkan dan memerlukan AD DIIN?
Seperti halnya kita membeli sebuah MOBIL BARU, siapakah yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan dari mobil dimaksud setelah sampai di rumah? KONSUMEN dan/atau pemakai mobillah yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan dimaksud dalam rangka menjaga keutuhan dan kesempurnaan mobil sewaktu dikendarai. Ini berarti bahwa PABRIKAN mobil tidak memerlukan dan membutuhkan perawatan dan pemeliharan dari mobil yang kita beli akan tetapi PABRIKAN bertanggung jawab kepada konsumennya di dalam merawat dan memelihara mobil yang kita beli.
Apakah kondisi ini juga diterapkan oleh ALLAH
SWT? Jika PABRIKAN saja yang memberlakukan hal tersebut maka ALLAH SWT juga memberlakukan hal tersebut melebihi apa-apa
yang dilakukan oleh PABRIKAN, kepada
MANUSIA atau kepada DIRI KITA. ALLAH SWT dengan kemampuannya yang MAHA sanggup
memberikan, menciptakan, memelihara,
menambah dan mengurangi itu semua serta membantu manusia mengalahkan AHWA dan
SYAITAN sehingga dengan demikian yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah
MANUSIA atau DIRI KITA.
Jika sekarang yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah MANUSIA atau DIRI KITA, maka kita diharuskan dan diwajibkan oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM langit dan bumi beserta segala isinya, untuk :
Jika sekarang yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah MANUSIA atau DIRI KITA, maka kita diharuskan dan diwajibkan oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM langit dan bumi beserta segala isinya, untuk :
1) MELAKSANAKAN AD DIIN dalam kerangka menjalankan KEKHALIFAHAN di muka bumi atau;
2) MELAKSANAKAN RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu ketentuan dengan ketentuan yang lainnya.
Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudahkah kita melaksanakan itu semua secara baik dan benar atau sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sewaktu pertama kali menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi? RESIKO dari INI SEMUA adalah TANGGUNGJAWAB kita sendiri-sendiri.
INGAT-ingat-INGAT
Bagi
JIN/IBLIS/SYAITAN jika ia pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM bukanlah sebuah
persoalan baginya dikarenakan API akan kembali ke API. Yang menjadi persoalan
sekarang adalah kenapa manusia mau diajak pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM
oleh JIN/IBLIS/SYAITAN? Untuk itu mulailah dari sekarang juga menentukan
langkah kemana kita akan pulang kampung, ke SYURGA atau ke NERAKA?
Selanjutnya jika kita tidak mau melaksanakan AD DIIN dan/atau kita tidak mau menjalankan AD DIIN dan/atau kita melaksanakan atau menjalankan AD DIIN tetapi dengan cara menambah, mengurangi, meniadakan, disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok, bagaimanakah hal ini ditinjau dari KEHENDAK ALLAH SWT? ALLAH SWT sebagai PEMLIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya sangat tidak menyukai tindakan dan perbuatan tersebut dikarenakan orang yang melakukan hal tersebut telah mengambil alih kedudukan dan kebesaran ALLAH SWT terkecuali orang tersebut memang mampu menggantikan dan mengalahkan kebesaran dan kehebatan yang dimiliki ALLAH SWT.
Untuk itu jangan pernah melakukan hal-hal yang kami kemukakan diatas, jika kita ingin tetap berada di dalam koridor KEHENDAK ALLAH SWT atau jika memang kita ingin pulang kampung ke SYURGA terkecuali jika kita ingin pulang ke KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN bersama IBLIS/JIN/SYAITAN.
Pembaca tahukah anda bahwa baik SYURGA maupun NERAKA
mempunyai tingkatan-tingkatan atau mempunyai keveling yang berbeda-beda
fasilitasnya? Inilah tingkatan-tingkatan
atau keveling yang ada di dalam SYURGA, yaitu :
1)
Syurga Firdaus.
2)
Syurga 'Adn.
3)
Syurga Na'iim.
4)
Syurga Na'wa.
5)
Syurga Darussalaam.
6)
Syurga Daarul Muaqaamah.
7)
Syurga Al-Muqqamul Amin dan
8)
Syurga Khuldi.
Adapun tingkatan atau kaveling yang ada di dalam
NERAKA adalah sebagai berikut:
1) Neraka
Jahannam.
2) Neraka
Jahiim.
3) Neraka
Hawiyah.
4) Neraka
Wail.
5) Neraka
Sa'iir.
6) Neraka
Ladhaa.
7) Neraka
Saqar dan
8) Neraka
Hutomah.
Selanjutnya, sudahkah
kita semua memesan tempat atau memesan kaveling SYURGA atau memesan keveling
NERAKA? Kami persilahkan anda memilih sendiri-sendiri kaveling yang
diidam-idamkan atau keveling yang paling cocok dengan apa yang sedang dan telah
anda lakukan masing-masing saat ini. INGAT, jika anda
telah menjual SAPI, maka jangan pernah berharap mendapatkan dan memperoleh AIR
SUSUNYA KEMBALI atau jika anda telah keluar dari KEHENDAK ALLAH SWT maka jangan
pernah berharap mendapatkan SYURGA dengan segala fasilitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar