Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 23 Mei 2016

SIAPAKAH YANG HARUS MEMELUK DIINUL ISLAM




Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa keberadaan diri kita atau keberadaan manusia di muka bumi ini terdapat beberapa ketentuan dasar yang menunjukkan bahwa diri kita atau keberadaan manusia pada umumnya memiliki criteria dasar yang sangat agung. Berikut ini akan kami kemukakan  beberapa ketentuan mengenai manusia pada umumnya atau ketentuan dasar dari diri kita khususnya, yaitu:

1)      Diri kita adalah bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT yang dikemukakan-NYA dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30, sehingga keberadaan diri kita saat ini bukanlah sesuatu yang bersifat INSIDENTIL, namun keberadaan diri kita sudah ada di dalam ILMU ALLAH SWT yang MAHA HEBAT.

2)      Diri kita adalah anak dan keturunan dari NABI ADAM as sehingga kita pun ikut mewarisi apa-apa yang telah menjadi ketetapan ALLAH SWT kepada NABI ADAM as terutama tentang PERMUSUHAN ABADI dengan IBLIS/SYAITAN.

3)      Diri kita adalah KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi, ini berarti kita sudah ditempatkan dan diletakkan oleh ALLAH SWT di atas apa-apa yang ada di muka bumi sehingga kita seharusnya lebih baik dan lebih hebat dari makhluk ALLAH SWT lainnya atau dengan kata lain kita telah diberi hak oleh ALLAH SWT untuk mengelola, menjaga, memelihara, merawat, langit dan bumi yang juga adalah milik dan ciptaan ALLAH SWT juga. 

4)   Diri kita terdiri dari JASMANI dan RUHANI, dimana JASMANI yang berasal dari ALAM sehingga JASMANI akan membawa sifat dan perbuatan alam sesuai dengan dzat pembentuk JASMANI sedangkan RUHANI yang berasal dari ALLAH SWT akan membawa sifat dan perbuatan yang mencermikan sifat MA'ANI dan AF'AL ALLAH SWT.

5)   Diri kita telah di muliakan ALLAH SWT, yaitu dengan diberikannya RUH yang suci oleh ALLAH SWT serta diberi AMANAH 7 dan HUBBUL serta HATI RUHANI atau AKAL.

6)   Diri kita telah ber-Aqidah sejak di dalam Rahim Ibu dan/atau kita telah menyatakan kontrak permanen kepada ALLAH SWT yaitu tentang PENGAKUAN bahwa ALLAH SWT adalah TUHANKU dan bersaksi akan adanya hari kiamat.

7)  Diri kita telah diberi AKAL oleh  ALLAH SWT (sehingga menjadi makhluk yang dicintai ALLAH SWT) dan kita juga  telah diciptakan oleh ALLAH SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya

8)      Diri kita telah diciptakan oleh ALLAH SWT sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT


Sebagai makhluk yang telah diciptakan dengan kondisi seperti yang kami sebutkan di atas, timbul beberapa PERNYATAAN dan PERTANYAAN yang harus kita perhatikan dengan seksama, yaitu:

1)      ALLAH SWT sebagai PENCIPTA dan diri kita adalah CIPTAAN, sehingga dapat dipastikan bahwa PENCIPTA lebih dahulu ada daripada CIPTAANNYA. Selanjutnya apa yang kita punyai dibandingkan dengan ALLAH SWT? Kita adalah makhluk yang sangat miskin yang tidak punya apa-apa, kita ada karena ALLAH SWT dan  hiduppun di bumi milik ALLAH SWT.
2)      Apa yang dapat kita lakukan di muka bumi ini jika ALLAH SWT tidak memberikan kepada kita RUH, AMANAH 7 dan HUBBUL, serta HATI RUHANI dan jika kita telah diberi ALLAH SWT berupa RUH, AMANAH7 dan HUBBUL serta HATI RUHANI, pantaskah dan patutkah jika sampai dikalahkan oleh musuh abadi manusia yaitu SYAITAN dan juga oleh AHWA?
3)      Pantaskah dan Patutkah kita berlaku sombong kepada ALLAH SWT selaku PEMILIK dan PENCIPTA langit dan bumi termasuk di dalamnya pencipta RUH, AMANAH 7 dan HUBBUL serta HATI RUHANI?
4)      Jika kita sudah diciptakan dan ditempatkan dalam posisi yang sangat baik, terhormat, dimuliakan oleh ALLAH SWT, berlebihankah jika ALLAH SWT berkehendak kepada manusia untuk pulang kampung ke SYURGA atau dapat mengalahkan SYAITAN dan AHWA sebagai MUSUH UTAMA MANUSIA?


Selain daripada itu, ALLAH SWT juga mempunyai hal-hal yang sudah menjadi ketetapan-NYA baik sebelum maupun sesudah menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang juga harus kita perhatikan dengan seksama, yaitu:


1)      Sebuah KEHENDAK jika tanpa dibarengi/diiringi dengan KEMAMPUAN artinya hanya angan-angan belaka, dan jika sekarang ALLAH SWT sudah menciptakan langit dan bumi termasuk diri kita ini berarti ALLAH SWT memiliki KEHENDAK yang dibarengi dengan KEMAMPUAN yang sangat hebat. Selanjutnya maukah ALLAH SWT gagal atau digagalkan setelah melaksanakan KEHENDAK-NYA? ALLAH SWT tidak akan mau digagalkan dan juga tidak mau gagal dengan KEHENDAK-NYA.
2)      ALLAH SWT sudah menentukan dan menetapkan  SYURGA dan NERAKA sebagai tempat kembali bagi makhluknya, untuk itu  ALLAH SWT pasti sudah memikirkan di dalam ILMUNYA bagaimanakah caranya mengisi SYURGA dan NERAKA secara adil. ALLAH SWT sebagai TUHAN yang MAHA ADIL, apakah hanya berlaku ADIL kepada MANUSIA saja atau apakah juga harus berlaku ADIL kepada IBLIS/SYAITAN? ALLAH SWT akan bersikap ADIL kepada seluruh makhluk-NYA, baik kepada manusia ataupun kepada IBLIS/SYAITAN.
3)      ALLAH SWT juga telah memberikan petunjuk kepada seluruh manusia bahwa setiap manusia mempunyai 2(dua) musuh utama yaitu SYAITAN dan AHWA dimana keduanya tidak dapat dihilangkan akan tetapi dapat diminimalisir atau dapat dihindarkan dengan berpegang teguh kepada TALI AGAMA ALLAH SWT.


Selanjutnya jika saat ini kita masih hidup, maka diri kita pasti terdiri dari JASMANI dan RUHANI dan ini berarti saat bersatunya RUHANI dengan JASMANI maka terjadilah  HIDUP. Selanjutnya pada saat kita HIDUP maka di dalam diri kita akan terjadi sebuah pertarungan antara JASMANI dengan RUHANI di dalam membentuk perilaku hidup manusia dan/atau di dalam mendayagunakan AMANAH 7 dan HUBBUL serta  AKAL. Jika JASMANI menang terhadap RUHANI maka perilaku manusia atau perilaku diri kita cenderung berbuat di dalam koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN atau sesuai dengan perilaku alam akibat memperturutkan AHWA atau sesuai dengan keinginan SYAITAN sehingga akan mengantar kita pulang ke NERAKA JAHANNAM. Sedangkan jika RUHANI yang menang maka perilaku manusia cenderung berbuat di dalam koridor NILAI-NILAI KEBAIKAN sehingga akan mengantarkan kita pulang ke SYURGA.  


Sekarang jika kita melihat dan mempelajari dengan seksama tentang keberadaan diri kita di muka bumi ini, tidak nampak ada kekurangan di dalam diri kita, semuanya sempurna, sehingga ALLAH SWT memperbolehkan serta mengizinkan SYAITAN untuk menggoda dan menyesatkan anak dan keturunan NABI ADAM as. ALLAH SWT memberikan keputusan tersebut dikarenakan adanya keyakinan bahwa manusia sanggup menang melawan IBLIS/SYAITAN karena MANUSIA sudah diprogram oleh ALLAH SWT melebihi IBLIS/SYAITAN. Pembaca, INILAH KONDISI AWAL MANUSIA dari sisi ALLAH SWT sebagai PENCIPTA yaitu MANUSIA dikehendaki ALLAH SWT menang melawan IBLIS/SYAITAN atau MANUSIA sudah ditempatkan dan diletakkan ALLAH SWT di atas IBLIS/SYAITAN. 


INGAT-ingat-INGAT

HIDUP di dunia hanya sementara, HIDUP di dunia hanya sandiwara dan HIDUP di dunia hanya sebuah permainan sedangkan KEHIDUPAN AKHIRAT adalah TUJUAN akhir kehidupan manusia. Untuk itulah   ALLAH SWT menyiapkan tempat kembali bagi manusia yaitu SYURGA dan NERAKA, yang menjadi persoalan adalah bagaimana caranya mengisi kedua  tempat itu dengan cara seadil-adilnya?

Selain daripada itu pada saat kita HIDUP maka di saat itu pula SYAITAN beserta sekutunya melaksanakan apa-apa yang telah direstui oleh ALLAH SWT yaitu menyesatkan dan menjerumuskan manusia dan/atau SYAITAN mencari pengikut dan teman yang akan diajaknya pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM.


Saat ini manusia atau diri kita sudah diciptakan oleh ALLAH SWT dan manusia termasuk diri kita sedang hidup di muka bumi yang juga diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT, ini berarti apa-apa yang telah dikehendaki oleh ALLAH SWT atau apa-apa yang telah direncanakan oleh ALLAH SWT mulai berlaku pula kepada diri kita sebagai KHALIFAH-NYA di muka bumi, timbul pertanyaan: 

1)      Masih sesuaikah kondisi kita saat ini dengan kondisi awal saat ALLAH SWT menciptakan manusia?
2)      Masih fitrahkah diri kita saat ini dibandingkan dengan konsep awal kefitrahan manusia?
3)      Tinggal diamkah SYAITAN kepada diri kita atau sudah menjadi pemenangkah diri kita saat ini terhadap SYAITAN?
4)      Terjadikah peperangankah antara JASMANI dengan RUHANI di dalam memperebutkan AMANAH 7 dan HUBBUL serta AKAL? 
5)      Sudah masukkah diri kita sebagai calon penghuni SYURGA seperti yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat Ibrahim (14) ayat 23-24 di bawah ini?  



  dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah "salaam".
  Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
(surat Ibrahim (14) ayat 23-24)


Jika jawaban dari 5(lima) pertanyaan di atas adalah kondisi dari diri kita maka diri kita sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi awal atau diri kita sudah tidak fitrah lagi sehingga saat ini kita sudah menjadi PECUNDANG akibat mempertuhankan atau memperturutkan AHWA serta akibat ulah SYAITAN sehingga kita masuk kriteria sebagai calon penghuni NERAKA JAHANNAM, apa yang harus kita lakukan?  ALLAH SWT sebagai INISIATOR dan PENCIPTA KEKHALIFAHAN di muka bumi, tentu berkehendak kepada seluruh KHALIFAH-NYA jangan sampai mengalami hal-hal yang kami sebutkan di atas. Untuk itu  ALLAH SWT menurunkan  AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAH-NYA di dalam melaksanakan tugasnya di muka bumi dan/atau dapat menjadikan diri kita : 

1)      Kembali pulang kampung ke tempat terhormat dengan cara terhormat, atau
2)      Mendapat pertolongan dari bahaya, atau
3)      Dibentengi dari SYAITAN, atau
4)      Dapat memenuhi janji kepada ALLAH SWT, atau
5)      Dimurahkan dan dimudahkan mencari dan mendapatkan REZEKI,  atau
6)      Memperolah obat suka dan duka, atau
7)      Memperoleh pensucian dari segala dosa atau kotor.

Berdasarkan apa-apa yang kami jabarkan di atas ini, dapat kita simpulkan bahwa ALLAH SWT menurunkan DIINUL ISLAM memang dikhususkan untuk KHALIFAH-NYA di muka bumi sehingga KHALIFAH-NYA tersebut dapat sesuai dengan KEHENDAK-NYA. Ini berarti jika kita ingin sukses menjadi KHALIFAH di muka bumi maka diri kitalah YANG MEMBUTUHKAN dan MEMERLUKANDIINUL ISLAM sebagai TUNTUTAN dan PEDOMAN di dalam menjalankan tugas di muka bumi. Untuk mempertegas pernyataan ini, mari kita pelajari tentang siapakah yang seharusnya memeluk DIINUL ISLAM itu, apakah diri kita memerlukan dan membutuhkan ataukah apakah anak dan keturunan kita juga memerlukan dan membutuhkan DIINUL ISLAM dan/atau jika diri kita beserta anak dan keturunan kita yang membutuhkan dan memerlukan DIINUL ISLAM, maka harus bagaimanakah kita mengambil sikap terhadap DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ?     

1.     DIRI SENDIRI

Sewaktu kita membeli sebuah handphone, untuk siapakah fasilitas-fasilitas yang dijanjikan operator selular tersebut? Operator Selular sebagai penyedia jasa layanan komunikasi selular hanya akan memberikan semua fasilitas yang dimilikinya kepada pemegang handphone yang telah terdaftar dan/atau yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah dipersyaratkan operator selular. Sekarang jika kita yang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku maka kitalah yang akan mendapatkan semua fasilitas-fasilitas yang dijanjikan Operator Selular dan/atau Operator Selular tidak akan pernah memberikan fasilitas apapun kepada orang yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkannya. Hal ini menjadi sebuah ketentuan yang berlaku umum di dalam kehidupan kita sehari-hari, selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang sudah menciptakan MANUSIA dan yang juga telah menciptakan AD DIIN atau DIINUL ISLAM, timbul pertanyaan untuk siapakah  AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang diturunkan oleh ALLAH SWT atau untuk siapakah janji-janji ALLAH SWT itu?  

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
(surat Al Baqarah (2) ayat 136)


Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berserah diri.
(surat Ali Imran (3) ayat 52)

Seperti halnya Operator Selular, ALLAH SWT pun HANYA akan memberikan fasilitas-fasilitas yang telah dijanjikannya hanya kepada orang per orang atau secara individual atau  kepada siapa saja tanpa terkecuali, jika mereka semua:

1)      memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ALLAH SWT tetapkan, atau
2)      melaksanakan DIINUL ISLAM yang telah diturunkannya sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN di dalam melaksanakan fungsi KEKHALIFAHAN di muka bumi, atau
3)      sesuai dengan apa-apa yang ALLAH SWT kehendaki atau  selalu dalam kesesuaian  dengan KEHENDAK ALLAH SWT, atau
4)      selalu dalam kondisi FITRAH sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT, atau
5)      mau tunduk dan patuh serta taat hanya kepada   ALLAH SWT atau beriman kepada ALLAH SWT dan beramal shaleh.   

Jika kita secara INDIVIDUAL melakukan hal tersebut di atas, maka ALLAH SWT akan memberikan kepada kita apa-apa yang telah dijanjikannya kepada diri kita sebagai KHALIFAH-NYA di muka bumi.

dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(surat Al A'raaf (7) ayat 172)


Selain daripada itu, bahwa diri kita secara perorangan atau secara sendiri-sendiri telah membuat sebuah KONTRAK PERMANEN yang berisi  AKAD tentang KETUHANAN kepada  ALLAH SWT sewaktu masih di dalam rahim ibu. Inilah pernyataan yang telah kita buat secara individual kepada ALLAH SWT, yaitu:

1)   Kita sudah mengakui bahwa ALLAH SWT adalah TUHAN dari diri kita, dan ini berarti sejak dalam rahim ibu sampai dengan hari kiamat kita sudah memiliki Aqidah yang harus kita laksanakan secara konsisten, bertanggung jawab, dan tidak melenceng.
2)   Kita pun sudah mengetahui akan adanya hari kiamat, kelak dikemudian hari. 

Jika ini adalah kondisi dasar dari diri kita secara perorangan/individual, selanjutnya bagaimanakah kita dapat melaksanakannya, apakah pelaksanaannya secara individual ataukah secara kelompok?

dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah Padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan Sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman[1457].
(surat Al Haadid (57) ayat 8)

[1457] Yang dimaksud dengan perjanjianmu ialah Perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa Dia mengakui (naik saksi), bahwa Tuhan-nya ialah Allah, seperti tersebut dalam ayat 172 surat Al A´raaf.

Sebuah Akad atau Perjanjian, adalah HUKUM yang berlaku  bagi para pihak yang mengadakan Akad atau Perjanjian. Ini berarti akad yang di buat setelah RUH ditiupkan dalam rahim seorang ibu adalah HUKUM yang harus dijalankan dan dilaksanakan oleh para pihak yang melaksanakan AKAD atau PERJANJIAN tesebut, dalam hal ini adalah DIRI KITA  sebagai PEMBERI PERNYATAAN dan ALLAH SWT sebagai TUHAN bagi semesta alam. Adanya kondisi ini maka pelaksanaan dari PERNYATAAN KETUHANAN kepada ALLAH SWT bukanlah bersifat kelompok atau group melainkan secara INDIVIDUAL atau secara orang perorangan tanpa memandang latar belakang siapa orang tersebut.

Untuk dapat melaksanakan secara konsisten pernyataan diri kita kepada ALLAH SWT, tentu tidak dapat dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak semestinya, atau dengan cara-cara asal-asalan, atau cara-cara yang tidak sesuai dengan keadaan yang dinyatakan dalam hal ini adalah tentang ALLAH SWT.


Untuk itulah  DIINUL ISLAM diturunkan oleh ALLAH SWT sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi seluruh umat manusia di dalam melaksanakan PERNYATAAN KETUHANAN kepada ALLAH SWT. Adanya DIINUL ISLAM yang diturunkan oleh ALLAH SWT maka akan terjadi STANDARISASI atau KESAMAAN SISTEM dan PROSEDUR di dalam melaksanakan PERNYATAAN KETUHANAN kepada ALLAH SWT yang pada akhirnya akan memudahkan umat manusia secara keseluruhan oleh adanya keteraturan dan keseragaman. Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini, dapat dikatakan bahwa DIRI KITA atau setiap INDIVIDU-INDIVIDU manusia adalah bertanggung jawab sendiri-sendiri terhadap apa yang telah dinyatakannya yaitu tentang PERNYATAAN KETUHANAAN kepada ALLAH SWT sehingga secara INDIVUAL pula kita memeluk dan/atau menerima dan/atau menjalankan DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Ini berarti apa-apa yang kita laksanakan dan lakukan baik itu PERNYATAAN KETUHANAN atau DIINUL ISLAM tidak dapat dialihkan atau dilimpahkan kepada siapapun juga atau tidak dapat dilakukan secara group atau kelompok atau masing-masing diri bertanggungjawab untuk dirinya sendiri. Sekarang setelah memiliki DIINUL ISLAM, bolehkah kita tidak menerima atau menolak DIINUL ISLAM yang telah diturunkan oleh ALLAH SWT secara individual? Seperti halnya Operator Selular kepada konsumennya, Operator Selular membebaskan konsumennya apakah mau menerima layanan komunikasi yang disediakannya atau mau menolaknya. Pilihan dan konsekuensi ada di tangan konsumen. Demikian pula dengan DIINUL ISLAM, ALLAH SWT mempersilahkan kepada manusia untuk memilih dan menjalankannya atau menolaknya, hal yang pasti adalah segala RESIKO yang timbul tanggung jawab sendiri.  

2. ANAK dan KETURUNAN

Selanjutnya setelah kita tahu bahwa diri kita sendiri yang membutuhkan DIINUL ISLAM atau DIRI SENDIRI yang harus memeluk dan menjalankan DIINUL ISLAM, selanjutnya butuhkah anak dan keturunan kita atau butuhkah keluarga kita dengan DIINUL ISLAM sehingga perlu pula memeluk DIINUL ISLAM? Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita pelajari kembali diri kita terlebih dahulu.

dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
 Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
(surat Al Baqarah (2) ayat 132-133)


Timbulnya anak dan keturunan dalam sebuah silsilah keluarga, dimulai dari adanya seorang laki-laki dan seorang perempuan yang di ikat dengan tali pernikahan (mushaharah). Timbulnya suatu tali pernikahan  merupakan bagian dari KETENTUAN  ALLAH SWT atas diberikannya apa yang disebut dengan HUBBUL SYAHWAT. HUBBUL SYAHWAT merupakan motor penggerak bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk melakukan sebuah keinginan ataupun kecintaan untuk berhubungan dengan lawan jenis. Tanpa adanya sebuah HUBBUL SYAHWAT yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada manusia, tidak akan mungkin seorang laki-laki dan seorang perempuan dapat menjalin hubungan dalam rangka untuk membina sebuah keluarga. Untuk apakah ALLAH SWT memberikan HUBBUL SYAHWAT kepada setiap manusia? ALLAH SWT memberikan HUBBUL SYAHWAT kepada setiap manusia baik laki-laki ataupun perempuan tentunya di dalam kerangka besar menambah atau terjadinya regenerasi  antar anggota keluarga di muka bumi. Selain daripada itu dengan adanya HUBBUL SYAHWAT di dalam diri setiap manusia baik laki-laki dan perempuan maka akan menimbulkan:

1)      Rasa kasih sayang di antara laki-laki dan perempuan;
2)      Rasa Lindung Melindungi (memberikan perlindungan) serta
3)      Rasa Persaudaraan  dan/atau
4)      Menambah banyak Silaturrahmi atau keluarga.  

dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).                                                                          
(surat Ali ‘Imran (3) ayat 14)

Selanjutnya apakah hanya itu  saja maksud dan tujuan dari  ALLAH SWT memberikan HUBBUL SYAHWAT kepada laki-laki dan perempuan? HUBBUL SYAHWAT diberikan kepada setiap manusia baik laki-laki dan perempuan bukan hanya terbatas yang kami sebutkan di atas saja tetapi dengan adanya HUBBUL SYAHWAT diharapkan akan terciptanya REGENERASI KHALIFAH-KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi. Untuk mencapai apa yang disebut dengan REGENERASI KHALIFAH-KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT maka harus dimulai dari adanya KELUARGA SAKINAH. Tanpa adanya keluarga yang SAKINAH akan sulit mendapatkan KHALIFAH-KHALIFAH baru yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Timbul pertanyaan, dapatkah kita membuat, menjadikan diri kita atau keluarga kita menjadi sebuah keluarga yang SAKINAH tanpa dilandasi dengan AD DIIN atau DIINUL ISLAM dan/atau apakah hanya salah satu anggota keluarga saja yang melaksanakan DIINUL ISLAM maka keluarga SAKINAH dapat kita wujudkan dan/atau apakah seluruh keluarga termasuk anak dan keturunan yang melaksanakan DIINUL ISLAM baru keluarga SAKINAH dapat kita wujudkan? Untuk dapat mewujudkan keluarga SAKINAH diperlukan sebuah TUNTUNAN dan PEDOMAN yang baku dan jelas di dalam mewujudkannya. Tanpa adanya TUNTUNAN dan PEDOMAN, serta perjuangan antar sesama anggota keluarga, apakah itu orang tua, anak dan keturunan, maka keluarga SAKINAH akan sangat sulit diwujudkan. ALLAH SWT sebagai INISIATOR dari KEKHALIFAHAN di muka bumi, sudah memikirkannya dalam ILMU-NYA yang sangat SEMPURNA, yaitu dengan menurunkan DIINUL ISLAM yang berasal dari FITRAHNYA sendiri untuk dijadikan TUNTUNAN dan PEDOMAN guna mewujudkan keluarga SAKINAH. Sekarang jika itu adalah kondisinya, maka yang harus memeluk DIINUL ISLAM tidak hanya diri kita sendiri, akan tetapi juga seluruh anggota keluarga termasuk di dalamnya ANAK DAN KETURUNAN kita sendiri wajib dan harus memeluk AD DIIN atau DIINUL ISLAM tanpa terkecuali. Ini berarti untuk mewujudkan keluarga SAKINAH sebagai bagian dari adanya HUBBUL SYAHWAT dalam diri manusia serta REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi, tidak hanya diri kita secara pribadi saja yang harus memeluk DIINUL ISLAM akan tetapi ANAK dan KETURUNAN dari kita termasuk ISTRI atau SUAMI juga harus memeluk  DIINUL ISLAM. Selanjutnya jika diri kita harus memeluk DIINUL ISLAM dan kemudian keluarga termasuk di dalam anak dan istri kita, timbul pertanyaan dapatkah kita mendirikan keluarga SAKINAH sebagai modal awal bagi REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi, jika kita tidak memberikan, tidak mengajarkan  DIINUL ISLAM kepada keluaga kita sendiri? KELUARGA SAKINAH tidak akan mungkin di dapat dan diperoleh hanya dengan mengandalkan satu orang saja, seperti suami atau istri atau anak saja, akan tetapi keseluruhan anggota keluarga harus berkontribusi langsung untuk mencapainya sehingga semua keluarga wajib dan harus saling memberikan dan mengajarkan DIINUL ISLAM tanpa terkecuali. 

dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.
(surat Al Hajj (22) ayat 78)

[993] Maksudnya: dalam Kitab-Kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.


Pembaca buku yang kami hormati, sebagai bahan perbandingan bagi kita di dalam membina keluarga SAKINAH, berikut ini akan kami contohkan akibat dari penggunaan HUBBUL SYAHWAT yang tidak mempergunakan DIINUL ISLAM sebagai patokan dan acuannya serta pedomannya yaitu:

1)      terjadinya praktek kumpul kebo atau hidup bersama tanpa pernikahan dan/atau                                                                                                                                     
2)      terjadinya praktek prostitusi dan/atau adanya pornografi dan pornoaksi dan/atau
3)      tumbuhnya praktek lesbian dan/atau homoseksual dan/atau biseksual dan/atau timbulnya penyakit HIV AIDS dan/atau
4)      perselingkuhan atau WIL ataupun PIL dan/atau
5)      poligami, poliandri, kejahatan seksual.
6)      kekerasan di dalam rumah tangga.


Selanjutnya mungkinkah hal ini semua sesuai dengan apa  yang  ALLAH SWT maksudkan dari diberikannya HUBBUL SYAHWAT kepada manusia atau dalam rangka REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi? Inilah penyalahgunaan dari HUBBUL SYAHWAT yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada diri manusia dan/atau ini adalah sebuah cermin dari EKSPLOITASI HUBBUL SYAHWAT yang dilakukan oleh JASMANI atau JASMANI telah menjadi KOMANDAN atas HUBBUL SYAHWAT. ALLAH SWT melarang dan/atau tidak merestui dan akan menghukum manusia jika melakukan hal itu semua (lihat dan pelajari kembali tentang KAUM dari NABI LUTH yang melakukan praktek homoseksual dan praktek lesbianisme). Ingat HUBBUL SYAHWAT yang diberikan oleh ALLAH SWT tidak bisa dan tidak boleh dipergunakan dan diperlakukan semena-mena sebab semuanya akan dimintakan PERTANGGUNGJAWABANNYA tanpa terkecuali. Jika semua praktek penyimpangan yang terjadi akibat penyalahgunaan HUBBUL SYAHWAT yang tidak sesuai dengan AD DIIN atau DIINUL ISLAM, maka yang paling senang, yang paling bahagia dan yang berkehendak yaitu hanyalah SYAITAN sang LAKNATULLAH sebab akan banyak manusia yang akan menemani SYAITAN di NERAKA JAHANNAM.


Di lain sisi, dengan adanya RENEGERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi akan timbul apa yang dinamakan SILSILAH KELUARGA yang terdiri bapak, ibu, anak atau menantu, cucu, cicit, buyut dan canggah. Timbulnya SILSILAH KELUARGA maka akan menimbulkan  hak dan kewajiban anak kepada orang tua ataupun sebaliknya hak dan kewajiban orang tua kepada anaknya. Untuk itu lihatlah dan pelajarilah  surat Al ‘Ankabuut (29) ayat 8; surat Luqman (31) ayat 14) serta surat Al Ahqaaf (46) ayat 15 di bawah ini, dimana kita semua diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk selalu berbakti kepada ke dua orang tua.  Kenapa hal itu perlu ALLAH SWT sampaikan kepada kita? Tanpa ada kedua orang tua kita, ibu dan bapak, maka kita tidak akan pernah ada di muka bumi ini. ALLAH SWT mewajibkan setiap manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua supaya manusia tahu bahwa ke dua orang tualah yang yang melahirkan dan membesarkan kita. Tanpa adanya pengasuhan, tanpa adanya perlindungan dan tanpa adanya kasih sayang serta tanpa adanya pendidikan yang diberikannya apa yang dapat kita lakukan di muka bumi? 


Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepadaKulah kembalimu, lalu kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.                                                          (surat Al ‘Ankabuut (29) ayat 8)


Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.                                                                 
(surat Luqman (31) ayat 14)


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku mensyukuri nikmat Engkau yang Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.                                       
 (surat Al Ahqaaf (46) ayat 15)


ALLAH SWT berkehendak kepada kita, bahwa kita harus menunjukkan rasa syukur kita kepada kedua orang tua kita yang telah melahirkan dan membesarkan kita sebagai sebuah manifestasi dengan selalu berbakti kepada mereka berdua. Tanpa mereka kita tidak akan pernah ada, tanpa mereka kita tidak akan pernah menjadi KHALIFAH di muka bumi dan juga  MAKHLUK  PILIHAN.  Adakah konsekuensi dari ALLAH SWT  jika kita tidak berbakti kepada orang tua? Yang jelas pasti ada, yaitu melanggar perintah ALLAH SWT  dan tidak mendapat restu ALLAH SWT  melalui restu orang tua  sebab RESTU ALLAH SWT berada di bawah RESTU ORANG TUA.


Berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, keberadaan diri kita tidak terlepas dari keberadaan orang tua yang melahirkan kita. Kondisi dan keadaan ini akan terus berulang dan  berkembang sampai ke anak dan cucu kita. Selanjutnya tolong perhatikan Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim di bawah ini. Hadits ini dapat dikatakan sebagai bonus atau pemberian ekstra ataupun bukti bakti anak yang shaleh/shalehah kepada orang tua, sehingga orang tua termasuk di dalamnya kakek, nenek dapat pula kita doakan kepada ALLAH SWT agar mereka semua di ampuni segala dosa dan kesalahannya, dilapangkan jalannya atau dilapangkan kuburnya, diterima amal ibadahnya,  oleh sebab doa dari anak dan keturunan yang shaleh/shalehah. Sekarang darimana datangnya anak yang Shaleh dan Shalehah itu atau apakah ia datang dengan begitu saja? Untuk mendapatkan dan memperoleh anak yang shaleh dan shalehah, maka kita diwajibkan untuk mendidik dan mengajarkan anak dan keturunan kita agar menjadikan AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai AGAMAnya. Tanpa hal ini maka anak Shaleh dan Shalehah tidak akan mungkin kita peroleh dan dapatkan atau tidak akan mungkin mau mendoakan kita kelak dikemudian hari.
 

Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang telah meninggal, terputus untuknya pahala segala amal kecuali tiga hal yang tetap kekal: Shadaqah Jariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang senantiasa mendoakannya”.                                                                                             
(HR Bukhari-Muslim)

Ini berarti, Hadits di atas ini, dapat dikatakan sebuah kemudahan, sebuah kemurahan, sebuah keringanan,  yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA di muka bumi. Akan tetapi fasilitas atau kemudahan ini hanya dapat berlaku jika antara diri kita dengan yang di doakan dan/atau antara anak dan keturunan  dengan diri kita telah sama-sama memeluk DIINUL ISLAM sebagai AGAMA. Berikut ini akan kami kemukakan tentang hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari,Muslim tentang pamannya NABI MUHAMMAD SAW yang sampai akhir hayatnya belum memeluk agama ISLAM.

Al-Abbas bin Abdulmuththalib ra. tanya kepada Nabi SAW: Apakah pertolonganmu (manfaatmu) bagi Abu Thalib yang telah memeliharamu dan membelamu, bahkan ia marah karenamu? Jawab Nabi SAW: Ia kini di atas permukaan neraka, dan andaikan tidak karenaku niscaya ia di tingkat terbawah dalam neraka.
(HR Bukhari,Muslim; Al Lulu Wal Marjan:125)


Abu Saied Alkhudri ra. mendengarkan Rasulullah SAW ketika disebut padanya ami Abu Thalib, maka sabda Nabi SAW: Semoga berguna baginya syafa'atku sehingga diletakkan di bagian atas dalam neraka sehingga api neraka hanya membakar sampai batas mata kakinya yang cukup untuk mendidihkan otaknya.
(HR Bukhari,Muslim; Al Lulu Wal Marjan:126)


Adanya perbedaan keyakinan antara Abu Thalib dengan NABI MUHAMMAD SAW, mengakibatkan terjadinya jurang pemisah yang tidak dapat ditolerir oleh ALLAH SWT. Selanjutnya coba anda bayangkan DOA, PERMOHONAN dan SYAFA'AT dari NABI dan RASUL terakhir saja tidak mampu menghantarkan Abu Thalib secara langsung ke SYURGA, selanjutnya bagaimana dengan diri kita yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan NABI MUHAMMAD SAW. Jika ini adalah kondisi  NABI MUHAMMAD SAW kepada PAMANNYA SENDIRI, selanjutnya bagaimana dengan diri kita kepada orang tua atau bagaimana dengan anak keturunan kita dengan diri kita? Selanjutnya kita harus menyadari betapa pentingnya pendidikan dan pengajaran  DIINUL ISLAM kepada anak dan keturunan kita. Tanpa itu semua, apa yang dapat kita lakukan kepada orang tua kita atau apa yang dapat kita harapkan dari anak dan keturunan kita jika kita tidak pernah memberikan dan mengajarkan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH. Tanpa adanya kesamaan, dalam hal ini adalah kesamaan dalam DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH, maka jangan pernah berharap  ALLAH SWT memberikan FASILITAS KEMUDAHAN ini. Dengan demikian kita sebagai KHALIFAH dan/atau kita sebagai orang tua wajib dan harus mengajarkan kepada anak dan keturunan kita masing-masing tentang   DIINUL ISLAM sehingga baik diri kita maupun anak dan keturunan berada dalam satu kesatuan yaitu dalam DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH dari ALLAH SWT.

3. SIAPA YANG AKAN ISLAM?

ALLAH SWT tidak membutuhkan dan tidak memerlukan sama sekali dengan DIINUL ISLAM sebab ALLAH SWT lah PENCIPTA yang sekaligus PEMILIK dari KONSEP ILAHIAH tersebut. ALLAH SWT menciptakan dan menurunkan DIINUL ISLAM di dalam kerangka melaksanakan dan/atau mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Jika kita sekarang masih hidup di dunia, maka saat ini kita adalah KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi, maka secara otomatis kita pasti membutuhkan dan memerlukan  DIINUL ISLAM dalam rangka mensukseskan misi kita sebagai KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya apakah cukup dengan mengakui atau hanya menyatakan telah memeluk DIINUL ISLAM saja atau telah beragama ISLAM saja, sudah dapat dikatakan sukses dan/atau akan memperoleh apa-apa yang terkandung di dalam  DIINUL ISLAM?   

A.     YANG MEMASUKINYA SECARA UTUH

ALLAH SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 208 memberikan ketentuan bagi KHALIFAHNYA jika ingin mendapatkan apa-apa yang telah dijanjikan-NYA maka KHALIFAHNYA tersebut wajib beriman terlebih dahulu kepada ALLAH SWT, kemudian masuk ke dalam DIENUL ISLAM secara KAFFAH serta jangan pernah mengikuti langkah-langkah SYAITAN. Selanjutnya sudahkah kita sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi melaksanakan ketentuan tersebut dengan baik dan benar?

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 208)


Untuk itu mari kita perhatikan kembali 3 (tiga) hal penting yang terdapat dalam surat Al Baqarah (2) ayat 208 di atas ini,  yaitu:

1)      ALLAH SWT mensyaratkan kepada KHALIFAH-NYA untuk beriman kepada ALLAH SWT, selanjutnya apakah itu IMAN? IMAN jika dirinci atau dapat diartikan menjadi  3(tiga) tingkatan yaitu:

a)      Level yang pertama IMAN adalah KENAL, TAHU, MENGERTI siapa itu ALLAH SWT.
b)      Level yang kedua IMAN adalah MENGAKUI telah MERASAKAN akan adanya ALLAH SWT dan
c)      Level yang ketiga IMAN adalah MEYAKINI akan MERASAKAN KEMBALI adanya ALLAH SWT.

Untuk dapat mengakui dan merasakan akan adanya ALLAH SWT maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah MENGENAL, MENGETAHUI dan MENGERTI siapa itu ALLAH SWT.  Selanjutnya bagaimana kita akan MENGAKUI dan MERASAKAN akan adanya ALLAH SWT jika kita belum pernah kenal, belum pernah tahu  dan belum pernah mengerti siapa itu ALLAH SWT? Ini berarti proses KENAL, TAHU dan MENGERTI merupakan langkah awal pertama untuk menuju ke level ke dua. Sekarang bagaimana dengan level yang ketiga? Setelah kita mengakui telah merasakan adanya  ALLAH SWT, apakah berhenti sampai disitu saja sedangkan hidup masih terus berputar? Disinilah letak penting level yang ketiga, kita harus selalu meyakini akan merasakan kembali akan adanya ALLAH SWT dari waktu ke waktu sehingga kita selalu berada di dalam siaran dan gelombang ALLAH SWT. Selanjutnya, dengan adanya pengertian IMAN seperti yang kami kemukakan diatas, timbul pertanyaan sudah sampai level manakah kita beriman kepada ALLAH SWT, apakah hanya sampai level yang pertama, atau sudah sampai level yang kedua atau mungkin sudah sampai kepada level yang ketiga?


Tidak mudah bagi kita sebagai KHALIFAH di muka bumi untuk beriman kepada ALLAH SWT. Akan tetapi jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, maka tidaklah sulit untuk beriman kepada ALLAH SWT sebab sewaktu kita masih di dalam rahim ibu kita sudah menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah TUHAN kita. Ini berarti mulai dari saat di rahim ibu sampai dengan hari kiamat kelak,maka pernyataan hanya BERTUHANKAN kepada ALLAH SWT  masih tetap dan terus berlaku sehingga BERIMAN atau KEIMANAN kepada   ALLAH SWT pada dasarnya sudah ada di dalam diri setiap manusia. Tinggal sekarang bagaimana kita menyikapinya. Dan jika sekarang kita masih berada di level satu tingkatkan terus menjadi level dua, lalu berjuanglah untuk tetap selalu berada di dalam level yang ketiga terkecuali jika kita merasa cukup dengan apa yang telah kita peroleh.  

Pembaca buku yang kami  hormati, CABE berdasarkan ketetapan ALLAH SWT pedas rasanya, akan tetapi hanya sebatas CABEKAH atau hanya sebatas PEDASNYAKAH atau sampai merasakan NIKMATNYA SAMBAL LADO/SAMBAL TERASI  yang kita harapkan dari CABE? Kami berharap kepada pembaca buku ini, janganlah kita hanya tahu sebatas CABE saja atau hanya tahu pedasnya saja akan tetapi kita harus sampai kepada  merasakan nikmatnya SAMBAL LADO/SAMBAL TERASI. Sekarang bagaimana perlakuan kita kepada ALLAH SWT?  Hal yang sama juga harus kita lakukan kepada   ALLAH SWT, yaitu jangan sampai kita hanya  tahu tulisan tentang  ALLAH SWT saja atau kita hanya sebatas tahu tentang ALLAH SWT saja, akan tetapi kita harus sampai kepada dan/atau kita harus dapat merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT seperti kita merasakan nikmatnya SAMBAL LADO/SAMBAL TERASI.  Jika  selama hidup di dunia kita belum pernah merasakan nikmatnya  bertuhankan kepada ALLAH SWT, atau bahkan tidak tahu sama sekali nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT  ini berarti percuma saja kita menjadi KHALIFAH di muka bumi. 


2)      ALLAH SWT berikutnya mensyaratkan kepada KHALIFAHNYA di muka bumi untuk memeluk dan/atau beragama ISLAM secara KAFFAH. Apakah itu KAFFAH? KAFFAH dapat berarti UTUH, PENUH, TOTAL, MENYELURUH, SEPENUH HATI dan juga SEMPURNA. ALLAH SWT tidak menginginkan KHALIFAHNYA setengah-setengah atau mempunyai STANDARD GANDA di dalam menerima dan memeluk DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH. Untuk itu lihatlah kehidupan sehari-hari, apa yang dapat kita peroleh jika kita mengerjakan sesuatu pekerjaan secara setengah-setengah atau tidak sepenuh hati? Hasilnya pasti berbeda dengan pekerjaan yang dikerjakan dengan sepenuh hati. Sekarang bagaimana dengan DIINUL ISLAM yang kita jadikan AGAMA yang FITRAH tetapi kita perlakukan secara setengah-setengah atau tidak sepenuh hati?  DIINUL ISLAM yang tidak lain adalah bagian dari  ALLAH SWT tidak akan memberikan dampak apapun kepada manusia yang memberlakukannya seperti itu atau bahkan kita telah melakukan tindakan yang tidak disukai oleh ALLAH SWT yaitu secara tidak langsung kita telah tidak mempercayai keberadaan ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA langit dan bumi. Sekarang jika kita ingin mendapatkan dan memperoleh janji-janji ALLAH SWT maka kita harus mempercayai ALLAH SWT dengan memeluk dan mengakui DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH secara KAFFAH atau secara UTUH tanpa dikurangi, tanpa ditambah, tanpa disesuaikan dengan apapun juga atau sesuai dengan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Jika kita sudah melakukan hal tersebut maka ALLAH SWT akan memberikan janji-janjinya kepada kita.
 
3)   IBLIS/JIN/SYAITAN adalah makhluk ghaib yang diciptakan  ALLAH SWT sebelum manusia diciptakan. IBLIS/JIN/SYAITAN setelah peristiwa pembangkangan atas perintah ALLAH SWT untuk sujud kepada NABI ADAM as, diizinkan untuk menggoda dan menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat dan/atau SYAITAN  berkehendak untuk mengajak manusia pulang basamo ke NERAKA JAHANNAM. Selain daripada itu ALLAH SWT juga telah memberikan predikat KHUSUS kepada SYAITAN yaitu sebagai MAKHLUK yang DILAKNAT dan DIKUTUK. Selanjutnya FAIRPLAY kah atau ADILkah ALLAH SWT kepada KHALIFAHNYA sendiri  jika  sampai tidak mengemukakan bahwa SYAITAN adalah MUSUH UTAMA dari KHALIFAH-NYA di muka bumi? ALLAH SWT sebagai TUHAN yang memiliki kesempurnaan tentu sudah memikirkan hal ini di dalam ILMUNYA sehingga  ALLAH SWT tidak  mau dikatakan sebagai TUHAN yang berat sebelah atau TUHAN yang tidak fair kepada makhluk yang diciptakan kemudian.

INGAT-ingat-INGAT

KEHENDAK ALLAH SWT kepada MANUSIA dibandingkan  dengan KEHENDAK SYAITAN kepada MANUSIA sangat bertentangan dan/atau saling bertolak belakang. ALLAH SWT BERKEHENDAK ke jalan kebaikan dalam rangka menuju SYURGA sedangkan SYAITAN BERKEHENDAK ke jalan keburukan untuk menuju NERAKA JAHANNAM. Pilihan sekarang ada di tangan diri kita sendiri!


Adanya informasi, petunjuk dan arahan yang  ALLAH SWT tunjukkan kepada KHALIFAH-NYA berarti ALLAH SWT telah menunjukkan kasih sayangnya kepada KHALIFAH-NYA tersebut. Ini juga berarti bahwa ALLAH SWT sebagai pencipta KEKHALIFAHAN  di muka bumi sangat  berkehendak kepada  seluruh KHALIFAH-NYA sukses menjalankan tugasnya di muka bumi sehingga dapat berjumpa dengan ALLAH SWT kelak di SYURGA. Sekarang bagaimana dengan diri kita yang telah diperingatkan oleh ALLAH SWT tentang bahaya laten SYAITAN sebagai MUSUH UTAMA manusia? Seperti halnya Polisi yang telah membuat rambu-rambu lalu lintas, rambu dibuat bukan untuk mencelakakan pengguna jalan raya, akan tetapi untuk keselamatan, kelancaran, pengguna jalan. Jika kita telah diberitahukan atau diperingatkan melalui rambu-rambu lintas, maka jangan salahkan Polisi jika kita mengalami ketidaknyamanan atau mengalami kecelakaan di dalam berlalu lintas. Hal yang sama juga berlaku dengan peringatan ALLAH SWT, yaitu jika kita abaikan atau jika tidak kita patuhi, tentu akan memberikan dampak negatif atau membuat diri kita keluar dari KEHENDAK  ALLAH SWT.    

B.   HATI yang PASRAH kepada ALLAH SWT

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa HATI, dalam hal ini HATI RUHANI manusia adalah sarana bagi  ALLAH SWT untuk berkomunikasi dengan KHALIFAHNYA di muka bumi (pelajari kembali buku Let'sKnow AL INSAN: Kajian Aqidah Islam tentang Asal Usul dan Jati Diri Manusia). HATI RUHANI bagi MANUSIA merupakan komponen yang sangat penting seperti layaknya ANTENA bagi sebuah televisi,  sebab  HATI RUHANI merupakan alat untuk menerima atau memperoleh atau mendapatkan apa-apa yang ALLAH SWT janjikan kepada manusia seperti:  

1)      Diberikannya FIRASAT yang baik melalui HATI RUHANI.
2)      Dibukakannya pintu ILHAM atau IDE-IDE yang brilian tanpa disangka-sangka melalui HATI RUHANI.
3)      Diberikannya PEMAHAMAN dan KEMANTAPAN HATI di dalam mempelajari AD DIIN/DIINUL ISLAM termasuk hal-hal lainnya. 
4)      Diberikannya ketenangan bathin.
5)      Diturunkannya MAUNAH atau pertolongan di luar jangkauan kemampuan atau nalar manusia yang digetarkan melalui HATI RUHANI. 

Selanjutnya adakah syarat dan ketentuan yang harus kita penuhi untuk mendapatkan fasilitas ALLAH SWT yang kami sebutkan di atas ini?

(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci
(surat Ash Shaaffaat (37) ayat 84)

Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
(surat Asy Syu'araa' (26) ayat 89)

ALLAH SWT hanya akan memberikan fasilitas atau kemudahan atas janji-janji-NYA kepada manusia atau kepada KHALIFAH-NYA yang mempunyai atau memiliki HATI RUHANI yang SUCI dan BERSIH. Sudahkah kita memiliki dan/atau sudahkan kita menjadikan HATI RUHANI kita SUCI dan BERSIH seperti yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat Ash Saaffaat (37) ayat 84 dan surat Asy Syu'araa (26) ayat 89 di atas ini? Jika sekarang ALLAH SWT tidak mau memberikan segala fasilitasnya kepada diri kita, bercerminlah atau koreksilah diri kita, apakah syarat dan ketentuan yang telah ALLAH SWT tetapkan sudah kita penuhi atau belum dan jika belum lakukanlah  perbaikan diri melalui  pembersihan dan pensucian HATI RUHANI melalui jalan TAUBAT atau dengan jalan menyamakan KEFITRAHAN yang ada di dalam diri kita dengan FITRAH ALLAH SWT melalui jalan DIINUL ISLAM.  

C. YANG MENGIMANI AYAT-AYAT ALLAH SWT

Sewaktu kita membeli MOBIL baru, maka kita akan memperoleh buku manual dan kartu garansi, selanjutnya apa yang harus kita perbuat dengan buku manual dan kartu garansi yang dikeluarkan oleh produsen mobil? Pemilik mobil diharuskan untuk mempercayai apa-apa yang dikemukakan oleh produsen melalui buku manual  serta harus mempercayai pula garansi yang akan diberikan oleh Produsen mobil. Hal ini dikarenakan di dalam buku manual telah di atur tata cara penggunaaan dan perawatan mobil yang sesuai dengan standard pabrikasi. Dengan demikian jika kita memenuhi segala yang telah dipersyaratkan dalam buku manual, hasilnya adalah kemudahan, kenyamanan, ketahanan mobil dapat kita peroleh serta keamanan dalam berkendaraan dapat kita peroleh secara baik dan benar. Kondisi seperti inilah yang diharapkan dan diinginkan oleh produsen mobil kepada konsumennya. Sekarang bagaimana dengan Garansi? Sepanjang kita mau mengakui dan mempercayai Garansi yang diberikan serta mau mendatangi bengkel resmi Produsen maka Produsen akan bertanggung jawab terhadap produknya. Selanjutnya bagaimana dengan AYAT-AYAT ALLAH SWT yang telah disampaikan kepada KHALIFAH-NYA di muka bumi? 


Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.
(surat An Naml (27) ayat 81)


Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).
(surat Ar Ruum (30) ayat 53)


Sebagai KHALIFAH di muka bumi,  kita tidak boleh memiliki STANDARD GANDA dengan melakukan hal sebagai berikut: kepada Produsen kita mempercayai buku manual dan garansi yang dikeluarkannya sedangkan kepada ALLAH SWT kita tidak mempercayai Al-Qur'an sebagai BUKU MANUAL bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi. Akan tetapi jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI maka kita harus mempercayai  ALLAH SWT melebihi kepercayaan kita kepada produsen mobil. Sekarang bagaimana ALLAH SWT akan memberikan segala fasilitas dan janjinya kepada kita jika kita terus melakukan STANDARD GANDA kepada ALLAH SWT? Pembaca pasti sudah tahu jawaban dari pertanyaan ini, untuk itu kita harus meletakkan, menempatkan, memposisikan ALLAH SWT pada posisi yang sebenarnya. Jika ALLAH SWT adalah PEMILIK dan PENCIPTA langit dan bumi maka kita wajib meletakkan dan menempatkan serta memposisikan ALLAH SWT sesuai dengan derajat ketinggian yang dimiliki-NYA tersebut dan jika  kita berharap untuk memperoleh dan mendapatkan janji dan fasilitas dari ALLAH SWT maka kitapun wajib menyamakan dan menyesuaikan diri dengan syarat dan ketentuan yang dikehendaki  ALLAH SWT serta jangan pernah memiliki dan menerapkan STANDARD GANDA kepada  ALLAH SWT terkecuali jika kita ingin pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM bersama SYAITAN.  

D. YANG MAU MENGIKUTI PETUNJUK ALLAH SWT

Setelah membeli mobil baru dari Produsen mobil, maukah Produsen bertanggung jawab kepada mobil yang kita beli jika kita tidak mau mengikuti petunjuk yang ada di dalam buku manual atau maukah produsen bertanggung jawab jika kita mempergunakan buku manual dari merek mobil yang berbeda? 

Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan berkatalah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhannmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.
(surat Thaahaa (20) ayat 47)

Produsen melalui buku manual yang dikeluarkannya, sangat berharap kepada konsumennya untuk mematuhi segala apa-apa yang diperintahkannya  atau menghindarkan apa-apa yang dilarangnya dan jika sekarang justru konsumen malah melanggar atau tidak mematuhi apa-apa yang disampaikan dalam buku manual dan lebih parah lagi justru mempergunakan standard kendaraan lain untuk merawat kendaraan yang dimilikinya, ini berarti konsumen tersebut mencari masalah sendiri dengan membuat masalah yang baru dan/atau melakukan tindakan untuk putus hubungan dengan Produsen dan/atau  melakukan upaya agar Produsen lepas tanggung jawab atas kendaraan yang kita miliki sehingga kitalah yang mengambil alih resiko .


Adanya kejadian di atas, otomatis Produsen tentu tidak akan bertanggung jawab dengan apa-apa yang terjadi, akan tetapi jikapun bertanggung jawab hanya sebatas membantu itu pun sepanjang masa garansi masih berlaku. Produsen atau Pabrikan saja menerapkan dan memberlakukan hal seperti itu kepada konsumennya, sekarang bagaimana dengan  ALLAH SWT kepada KHALIFAH-NYA? ALLAH SWT hanya akan memberikan fasilitas dan janji-janji-NYA  kepada KHALIFAH-NYA yang taat dan patuh atau kepada KHALIFAH-NYA yang mau mengikuti petunjuk-NYA  dalam hal ini DIINUL ISLAM dengan penuh kesadaran. Tanpa itu  semua jangan pernah berharap mendapatkan, memperoleh janji dan fasilitas ALLAH SWT walaupun masa aktif diri kita di dunia masih berlaku.  


Pembaca, kami berharap anda semua bukan termasuk orang-orang yang TIDAK TAHU DIRI  sehingga berani menyepelekan ALLAH SWT dengan tidak mengakui dan  tidak menerima  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang FITRAH serta kita juga bukan termasuk orang-orang yang memiliki STANDARD GANDA kepada ALlAH SWT terkecuali jika kita memang memilih untuk  pulang kampung bersama SYAITAN ke NERAKA JAHANNAM.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar