Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 27 Mei 2016

DIINUL ISLAM DARI SISI ALLAH SWT


Sekarang mari kita pelajari DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT sebagai INISIATOR; sebagai PEMILIK dan sebagai PENCIPTA  dari DIINUL ISLAM. DIINUL ISLAM diciptakan oleh ALLAH SWT bukan untuk kepentingan ALLAH SWT, melainkan diciptakan dalam rangka mensukseskan rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi. Ini berarti ALLAH SWT sebagai INISIATOR dan PENCIPTA  DIINUL ISLAM dapat dipastikan tidak membutuhkan sama sekali DIINUL ISLAM. Selanjutnya mari kita lihat diri kita sendiri sewaktu menyuruh anak pergi ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi anak tersebut, timbul pertanyaan dapatkah anak tersebut menjalankan perintah kita dengan baik? Jika kita adalah orang tua yang bijak tentu sewaktu menyuruh pergi maka kita wajib memberikan bimbingan dan tuntunan terlebih dahulu dan/atau kita harus memberikan tuntunan dan pedoman terlebih dahulu baru kemudian anak itu disuruh berjalan. 

Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWT juga menerapkan prinsip yang sama yaitu dengan menciptakan  DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAH-NYA menunaikan tugas di muka bumi. Timbul pertanyaan, untuk siapakah DIINUL ISLAM diciptakan oleh ALLAH SWT? ALLAH SWT menciptakan DIINUL ISLAM untuk KHALIFAH-NYA di muka bumi dengan demikian kita juga termasuk yang membutuhkan  DIINUL ISLAM mulai saat ini sampai dengan hari kiamat. Selanjutnya marilah kita mempelajari DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT sebagai INISIATOR yang sekaligus PEMILIK dan PENCIPTA alam semesta ini termasuk DIINUL ISLAM itu sendiri.  


1.  MENYERU KE DARUSSALAM


DIINUL ISLAM  dari sisi ALLAH SWT selaku INISIATOR KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sekaligus pemilik dan pencipta langit dan bumi termasuk di dalamnya diri kita, merupakan sarana  ALLAH SWT untuk menyeru para KHALIFAH-NYA di muka bumi dalam rangka untuk  menunjukkan jalan yang lurus dan/atau untuk menyeru KHALIFAH-NYA agar pulang kampung ke Negeri Darussalam atau SYURGA yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.


 Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)[685].
(surat Yunus (10) ayat 25)

[685] Arti kalimat Darussalam Ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. Pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.


Untuk memperjelas tentang seruan ALLAH SWT, mari kita contohkan di dalam kehidupan sehari-hari.  Kita sering menyeru  anak-anak untuk mandi, selanjutnya ada apa di balik seruan mandi? Mandi merupakan tindakan untuk membersihkan diri dari kotoran dan kuman yang menempel di tubuh. Apakah cukup hanya itu saja kita mandi? Seseorang baru dapat dikatakan mandi jika KESEHATAN dan KEBERSIHAN TUBUH dapat diperoleh melalui aktivitas mandi. Sekarang bagaimana dengan seruan ALLAH SWT di dalam surat Yunus (10) ayat 25 di atas? ALLAH SWT menyeru manusia termasuk diri kita serta anak dan keturunan kita, TIDAK HANYA SEBATAS SERUAN BELAKA SAJA akan tetapi bagaimana MANUSIA dapat menempati negeri DARUSSALAM dan/atau MANUSIA dapat pulang kampung ke negeri DARUSSALAM secara terhormat. Tidak ada gunanya kita menyeru dan menyuruh anak untuk mandi, jika hanya sebatas mandi belaka tanpa memperoleh kebersihan dan kesehatan tubuh. Hal yang sama juga ALLAH SWT harapkan dari seruan yang dilakukan-NYA kepada MANUSIA, yaitu MANUSIA bukan hanya tahu itu negeri DARUSSALAM akan tetapi kita harus sampai menempati negeri DARUSSALAM sebagai kampung halaman yang baru dan jika hal ini dapat kita laksanakan maka barulah seruan ALLAH SWT berhasil.


Dapatkah sebuah seruan berlaku efektif dan berhasil guna jika hanya sebatas omongan di bibir saja atau sebatas diberitahukan saja? Seruan mandi yang kita lakukan kepada anak,  baru akan dapat dilaksanakan dan memberikan manfaat bagi anak jika alat-alat pendukung untuk mandi telah tersedia di dalam kamar mandi, seperti air bersih, sabun, handuk serta pakaian pengganti yang baru. Tanpa tersedianya alat-alat pendukung untuk mandi yang baik dan benar, jangan pernah berharap kebersihan dan kesehatan tubuh dapat diperoleh oleh anak kita. Hal yang sama juga ALLAH SWT berikan kepada manusia, yaitu ALLAH SWT tidak  hanya sebatas menyeru manusia dengan seruan belaka,  akan tetapi ALLAH SWT juga memberikan jalan ataupun tuntunan dan pedoman bagi seluruh umatnya yang ingin bertempat tinggal di negeri DARUSSALAM dengan menyediakan fasilitas DIINUL ISLAM sebagai media bagi manusia melaksanakan seruan ALLAH SWT dan/atau dalam rangka  ALLAH SWT menyempurnakan seruan-NYA sendiri.


 Dan jika sampai ALLAH SWT tidak memberikan dan/atau tidak menyiapkan  fasilitas DIINUL ISLAM sebagai sarana untuk menyeru KHALIFAH-NYA di muka bumi untuk pulang ke  negeri DARUSSALAM, tentu hal ini tidak bedanya dengan pepesan kosong. Disinilah letak kesempurnaan ALLAH SWT sebagai INISIATOR dari KEKHALIFAHAN di muka bumi. ALLAH SWT dengan sempurna mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat luar biasa dan tidaklah berlebihan jika di akhir surat  Al Baqarah (2) ayat 30  ALLAH SWT menyatakan bahwa AKU LEBIH TAHU dari APA-APA YANG TIDAK ENGKAU KETAHUI. Pembaca jika ini adalah kondisi dari seruan ALLAH SWT kepada diri kita, tidak cukupkah ini semua menyadarkan kita dan/atau masihkah kita tetap melaksanakan STANDARD GANDA kepada ALLAH SWT? Jika seruan ini tidak mempan dan tidak mampu menyadarkan diri kita, jangan salahkan SYAITAN jika mampu mengajak kita pulang basamo ke NERAKA JAHANNAM.



2. ALLAH SWT HANYA MENGAKUI DIINUL ISLAM sebagai  AGAMA yang HAQ dan SELAIN DIINUL ISLAM DI TOLAK


DIINUL ISLAM  merupakan sarana bagi ALLAH SWT untuk menunjukkan eksistensi keberadaan  ALLAH SWT di muka bumi dan/atau menunjukkan keberadaan ALLAH SWT dihadapan seluruh makhluk ciptaann-NYA tanpa terkecuali. ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA dari langit dan bumi termasuk KEKHALIFAHAN di muka bumi, tentu sebelum  merealisasikan apa-apa yang dikehendaki-NYA tentu sudah memikirkan segala sesuatunya dengan sesempurna mungkin sesuai dengan kesempurnaan yang dimiliki-NYA. Selanjutnya setelah  ALLAH SWT menciptakan langit, bumi,  manusia sebagai KHALIFAH-NYA di muka bumi, maka segala apa-apa yang telah direncanakan di dalam kehendak-NYA HARUS BERLAKU. Salah satu ketentuan yang ALLAH SWT berlakukan adalah AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi.  

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(surat Ali Imran (3) ayat 19)


[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.


 Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami menyerahkan diri."
(surat Ali Imran (3) ayat 84)


Selanjutnya jika DIINUL ISLAM harus diberlakukan oleh ALLAH SWT di muka bumi, ini berarti  DIINUL ISLAM adalah satu-satunya TUNTUNAN dan PEDOMAN yang berlaku di sisi  ALLAH SWT  atau dengan kata lain ALLAH SWT sudah menetapkan ISLAM  sebagai satu-satunya AGAMA yang direstui oleh  ALLAH SWT. Dan jika ini adalah ketentuan yang harus kita terima dan jalankan, tidak ada jalan lain yang kita perbuat selain menerima DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang direstui oleh ALLAH SWT jika kita ingin sukses melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. 


Sekarang  mari kita berkaca kepada kehidupan rumah tangga kita masing-masing. Maukah kita sebagai kepala rumah tangga, jika di dalam rumah tangga kita tidak berlaku ketentuan yang kita tetapkan dan/atau anak dan istri kita justru mempergunakan ketentuan rumah tangga orang lain di dalam kehidupan rumah tangga kita? Sebagai kepala rumah tangga tentu kita tidak mau; tentu kita tidak suka, jika ketentuan orang lain berlaku di dalam rumah tangga kita. Ini berarti segala sesuatu yang berlaku di dalam rumah tangga kita haruslah ketentuan yang berasal dari rumah tangga kita sendiri. Dan jika ini adalah ketentuan dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari, selanjutnya bagaimana dengan kehidupan manusia  yang ada di muka bumi, jika ketentuan ALLAH SWT tidak diterapkan dan dilaksanakan oleh ciptaan-NYA sendiri?


ALLAH SWT pun akan tidak suka dan tidak akan senang atau bahkan akan marah kepada ciptaan-NYA yang tidak mau melaksanakan DIINUL ISLAM sebagai sebuah ketentuan yang wajib dilaksanakan. Dan jika ALLAH SWT sampai marah kepada ciptaan-NYA adalah suatu hal  yang memang harus dilaksanakan-NYA dalam rangka menunjukkan eksistensi ALLAH SWT sebagai pemilik dan pencipta langit dan bumi. Sekarang  coba bayangkan ALLAH SWT dilecehkan oleh tamunya atau oleh orang  yang sedang merantau di bumi yang dimiliki-NYA dan yang diciptakan-NYA oleh orang yang diciptakan-NYA juga,  dengan jalan tidak mengakui  DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya ketentuan yang berlaku. ALLAH SWT selaku pemilik dan  pencipta langit dan bumi termasuk diri kita sendiri, sudah barang tentu tidak mau diberlakukan seperti itu oleh ciptaan-NYA yang tidak TAHU DIRI. Selanjutnya jika kita dikategorikan sebagai orang KAFIR tentu bukan sesuatu berlebihan di mata  ALLAH SWT dan jika kita dilemparkan ke NERAKA JAHANNAM tentu bukan pula sesuatu yang berlebihan sebab memang itulah buah dari tidak mengakui eksistensi ALLAH SWT sebagai pencipta dan pemilik langit dan bumi.        

2.  MERIDHAI ISLAM sebagai AGAMA MANUSIA


DIINUL ISLAM  di mata ALLAH SWT merupakan satu-satunya AGAMA yang di ridhai sebagai AGAMA bagi seluruh KHALIFAH-NYA di muka bumi. Timbul pertanyaan berlebihankah ALLAH SWT mempunyai prinsip seperti itu? ALLAH SWT menerapkan hal ini memang sudah seharusnya memegang prinsip seperti itu, yaitu Hanya MERIDHAI DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dan SATU-SATUNYA AGAMA  bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi. Hal ini dikarenakan ALLAH SWT adalah pemilik dan pencipta langit dan bumi termasuk diri kita, sehingga memang sepantasnya pemilik dan pencipta menunjukkan eksistensinya di dalam ciptaannya ataupun di dalam miliknya. Jika sampai   ALLAH SWT tidak menetapkan bahwa DIINUL ISLAM bukan sebagai AGAMA yang HAQ bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi, maka ALLAH SWT sudah keluar dari kewajaran yang berlaku atau kondisi dan keadaan   ALLAH SWT telah bertentangan dengan KEHENDAK-NYA sendiri.

diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al Maaidah (5) ayat 3)

[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat  Al An-aam ayat 145.
[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
[396] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.
[397] Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
[398] Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.


Selanjutnya patutkah dan pantaskah kita selaku ciptaan ALLAH SWT mengaku-ngaku, meniadakan, menghilangkan, tidak mau menerima DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang HAQ di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang  TAHU DIRI yaitu siapa kita dan siapa ALLAH SWT, maka tidak sepatutnya dan sepantasnya kita tidak mengakui dan tidak mau menerima AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ apalagi kita sendiri ada karena kehendak-NYA; hiduppun di bumi yang dimiliki ALLAH SWT; diciptakan juga oleh ALLAH SWT. Untuk itu kita harus menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa  ALLAH SWT itu adalah segala-galanya sehingga apapun yang telah diperintahkan kepada kita maka kita wajib melaksanakan itu semua tanpa harus disanggah selayaknya prajurit menerima perintah dari komandannya sebab kita tidak mempunyai apa-apa dibandingkan dengan ALLAH SWT. Sadarlah, sadarlah dan sadarlah para manusia bahwa ALLAH SWT itu bukan sesuatu yang harus di lawan ataupun dilecehkan perintah-NYA dengan tidak mengakui AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang SYAH di mata ALLAH SWT, sebab kita tidak akan mampu melawannya atau mampu mengalahkannya. Untuk itu jangan pernah berbuat di luar kehendak ALLAH SWT atau berbuat yang berlawanan dengan kehendak ALLAH SWT, terkecuali memang kita mau pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM bersama SYAITAN dan IBLIS.    


3.  MEMBUKAKAN DADA MANUSIA AKAN DIINUL ISLAM

DIINUL ISLAM  di mata ALLAH SWT merupakan sarana bagi ALLAH SWT untuk membukakan dada manusia, dalam hal ini adalah HATI RUHANI MANUSIA, akan DIINUL ISLAM.Timbul pertanyaan kenapa hal ini dilakukan oleh ALLAH SWT? 


Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
(surat Az Zumar (39) ayat 22)



Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita lihat terlebih dahulu hadits qudsi di bawah ini. Dalam hadits diterangkan bahwa langit dan bumi tidak akan berdaya menjangkau ALLAH SWT dan/atau langit dan bumi termasuk jasmani manusia tidak memiliki kemampuan untuk menjangkau atau berhubungan dengan         ALLAH SWT, akan tetapi yang mampu melakukan itu semua di dalam berhubungan atau menjangkau ALLAH SWT adalah HATI RUHANI orang MUKMIN. Ini berarti HATI RUHANI merupakan sarana atau alat bantu bagi manusia termasuk diri kita untuk mengadakan komunikasi dengan ALLAH SWT. 

Wahab bin Munabbih berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Sesungguhnya langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau oleh hati seorang mukmin.
(HQR Ahmad dari Wahab bin Munabbih; 272:32)


Sekarang timbul pertanyaan, dapatkah HATI RUHANI orang MUKMIN menjangkau ALLAH SWT atau MANUSIA dapat berkomunikasi dengan ALLAH SWT jika tanpa ada sebuah TUNTUNAN dan PEDOMAN yang baku atau tanpa disediakan sesuatu media tertentu oleh ALLAH SWT? Seperti halnya handphone di dalam menangkap sinyal selular yang dipancarkan Operator Selular, untuk itu dibutuhkan sebuah alat bantu tertentu yang harus dipenuhi oleh pemilik handphone jika ingin  menjangkau sinyal selular. Untuk itulah Operator Selular membuat dan menyediakan simcard atau kartu handphone yang harus dipergunakan pemilik handphone dalam rangka mendapatkan sinyal untuk melakukan komunikasi. Hal yang sama juga ALLAH SWT lakukan yaitu dengan menciptakan DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAHNYA untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan ALLAH SWT melalui HATI RUHANI. Selanjutnya dapatkah handphone selalu menerima sinyal dari Operator Selular setiap saat dan setiap waktu? Handphone hanya akan bisa menerima sinyal Operator Selular sepanjang waktu atau menerima sinyal tanpa putus dari Operator Selular, jika pemilik handphone memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Operator Selular, yaitu membayar tagihan handphone atau selalu mengisi pulsa serta selalu menjaga battery handphone tetap baik.


 Hal yang sama juga ALLAH SWT berlakukan kepada KHALIFAHNYA yaitu jika ingin komunikasi dengan ALLAH SWT lancar maka jagalah dan periharalah selalu HATI RUHANI dengan mempergunakan  DIINUL ISLAM. ALLAH SWT hanya menciptakan DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya alat bantu bagi KHALIFAHNYA berhubungan dengan ALLAH SWT. Seperti halnya diri kita yang ingin memperoleh fasilitas TELKOMSEL maka kita pun harus mempergunakan kartu yang dikeluarkan oleh TELKOMSEL. Demikian pula jika kita ingin memperoleh hubungan komunikasi dengan ALLAH SWT maka tidak ada cara lain yang harus kita tempuh selain mempergunakan DIINUL ISLAM tanpa harus ditambah, tanpa harus dikurangi; tanpa harus disesuaikan dengan kebutuhan diri dan kelompok tertentu. Ini berarti komunikasi dengan ALLAH SWT melalui HATI RUHANI harus dimulai dengan pemenuhan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan ALLAH SWT terlebih dahulu barulah komunikasi dengan ALLAH SWT akan menjadi lancar. Hal yang perlu kita ingat dan camkan adalah jangan pernah mempergunakan STANDARD GANDA di dalam melaksanakan  DIINUL ISLAM, yaitu kepada ALLAH SWT dipilah dan dipilih yang enak-enak saja sedangkan kepada Operator Selular sepenuhnya dilakukan tanpa dibantah. Pembaca, jangan pernah lakukan itu kepada ALLAH SWT sebab ALLAH SWT lah yang menciptakan dan menghidupkan diri kita serta kitapun hidup di bumi milik ALLAH SWT sehingga TAHU DIRILAH dan jangan pernah samakan diri kita dengan ALLAH SWT terkecuali kita memang berkeinginan untuk menjadi permanent residence atau  penghuni tetap dari NERAKA JAHANNAM. 


5. MEMBEDAKAN MUSLIM dengan ORANG DURHAKA  


Untuk membedakan sesuatu yang baik dengan sesuatu yang buruk atau untuk membedak KHALIFAH yang memenuhi syarat dan ketentuan MAKHLUK PILIHAN dengan KHALIFAH yang tidak memenuhi ketentuan MAKHLUK PILIHAN,  tentu harus ada sebuah ukuran atau alat bantu yang dapat dijadikan patokan untuk membedakannnya. Di lain sisi  ALLAH SWT juga sudah mempersiapkan 2(dua) buah tempat kembali bagi KHALIFAH yang diciptakannya termasuk diri kita, yaitu SYURGA dan NERAKA. Ini berarti ALLAH SWT harus mempunyai alat bantu untuk menilai apakah KHALIFAH-NYA memenuhi syarat untuk menempati SYURGA ataukah menenuhi SYARAT untuk menempati NERAKA. Jika ini adalah kondisi awal, ini berarti  ALLAH  SWT sejak awal sudah pula memiliki 2(dua) buah ketentuan yang harus dijalankan atau yang diperintahkan kepada KHALIFAHNYA yaitu Syarat dan ketentuan menjadi penghuni SYURGA dan Syarat dan ketentuan menjadi penghuni NERAKA JAHANNAM yang tentunya harus mencerminkan prinsip keadilan.

Maka Apakah patut Kami menjadikan orng-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) [1496]?
(surat Al Qalam (68) ayat 35)

[1496] Maksudnya: sama tentang Balasan yang disediakan Allah untuk mereka masing-masing.

Dalam rangka memenuhi segala sesuatunya  termasuk prinsip keadilan yang sesuai dengan KESEMPURNAAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT, maka ALLAH SWT membuat dan menetapkan  DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang HAQ dalam rangka membedakan atau membuat adanya perbedaan bagi seluruh KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi sehingga hanya ada hitam atau putih saja tanpa ada unsur abu-abu. Apabila KHALIFAH-NYA melaksanakan DIINUL ISLAM sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka ia dimasukkan ke dalam golongan orang yang tunduk dan patuh sedangkan apabila KHALIFAH-NYA tidak melaksanakan DIINUL ISLAM sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka ia dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang kafir. Kondisi ini sesuai dengan apa yang ALLAH SWT kemukakan di dalam surat Al Qalam (68) ayat 35 di atas dimana ALLAH SWT sudah berketetapan tidak akan menyamakan antara orang yang patuh dan taat dengan orang yang kafir.


Setelah adanya pembeda yang pasti terhadap seluruh KHALIFAH-NYA di muka bumi, maka prinsip keadilan dalam rangka mengisi SYURGA dan NERAKA JAHANNAM sudah ada dan tersedia secara jelas. Sekarang kita sudah ada di dunia dan sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, ini berarti ketentuan tentang tata cara mengisi SYURGA dan NERAKA JAHANNAM sudah berlaku dan sedang kita laksanakan. Pilihan ada pada diri kita sendiri, apakah mau  menjadikan SYURGA sebagai tempat kembali kelak atau apakah mau menjadikan NERAKA JAHANNAM sebagai tempat kembali dan ingat tidak ada istilah abu-abu di dalam memilih tempat kembali dan tidak ada istilah STANDARD GANDA di dalam memilh tempat kembali atau membedakan KHALIFAH yang taat dan patuh dengan KHALIFAH yang kafir.

6.  ALLAH SWT  MENAMAKAN   ISLAM  SEJAK JAMAN NABI IBRAHIM as.

Tahukah pembaca kapan jaman NABI IBRAHIM  as. itu ada di muka bumi? Selanjutnya tahukah pembaca berapa jarak antara NABI ADAM as, dengan NABI IBRAHIM as,; berapa jarak antara NABI IBRAHIM as, dengan NABI MUHAMMAD SAW  serta berapa jarak antara NABI ADAM as dengan diri kita saat ini? Rasanya sampai saat ini belum ada yang tahu secara pasti kecuali ALLAH SWT sebagai INISIATOR dari keberadaan langit dan bumi termasuk KEKHALIFAHAN di muka bumi. Di lain sisi ALLAH SWT  dalam surat Al Hajj (22) ayat 78 di bawah ini menerangkan bahwa DIINUL ISLAM adalah nama dari KONSEP ILAHIAH dalam rangka mensukseskan rencana besar KEKHALIFAHAN di muka bumi. Ini berarti sejak jaman NABI IBRAHIM as, DIINUL ISLAM sudah dideklarasikan oleh ALLAH SWT sebagai AGAMA yang HAQ bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi sehingga DIINUL ISLAM sejak jaman NABI IBRAHIM as sudah ada  dan akan  ada sampai dengan hari KIAMAT.

dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.
(surat Al Hajj (22) ayat 78)


Begitu panjang perjalanan DIINUL ISLAM di muka bumi, ini menunjukkan bahwa ALLAH SWT sudah merencanakan tahapan-tahahan yang harus dilewati oleh DIINUL ISLAM sebelum disempurnakan pada saat NABI MUHAMMAD SAW di angkat menjadi RASUL terakhir dan berlaku sampai hari KIAMAT. Selanjutnya bagaimana dengan periode antara NABI ADAM as, dengan NABI IBRAHIM as, apakah DIINUL ISLAM sudah ada? Kami tidak berani menjawab pertanyaan ini, biarkanlah kondisi ini menjadi RAHASIA ALLAH SWT sampai dengan adanya informasi yang lebih akurat.


Pembaca, diri kita ada di dunia saat ini tidak terlepas dari kehendak ALLAH SWT di dalam menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, dengan demikian keberadaan diri kita bukanlah sesuatu yang bersifat insidentil akan tetapi merupakan bagian dari sebuah proses yang telah ALLAH SWT tetapkan jauh sebelum kita ada di dunia. Apabila kita telah menyadari bahwa ALLAH SWT adalah sumber dari segala sumber atas apa-apa yang ada di muka bumi ini. Sudah sepantasnya dan sepatutnya kita meletakkan dan menempatkan ALLAH SWT sesuai dengan kedudukan dan kemahaan yang dimiliki-NYA. Kita harus sadar bahwa kita bukanlah ALLAH SWT, kita adalah makhluk yang diciptakan yang hiduppun di bumi yang dimilikinya pula sehingga kita harus TAHU DIRI, siapa diri kita dan siapa ALLAH SWT. Adanya pemahaman dan kesadaran DIRI bahwa kita adalah ciptaan dan ALLAH SWT adalah pencipta, maka akan terbina hubungan yang sangat baik antara ciptaan dan penciptanya.

ALLAH SWT selaku pencipta tentu mempunyai kekuasaan yang melebihi dari kekuasaan ciptaannya dan juga memiliki kemampuan yang lebih pula dibandingkan dengan ciptaaannya. Dan jika sekarang ALLAH SWT selaku pencipta telah menyediakan dan menyiapkan DIINUL ISLAM bagi ciptaannya, maka ciptaan harus memanfaatkan dan mempergunakan DIINUL ISLAM sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan ALLAH SWT selaku pencipta jika kita ingin tetap membina hubungan yang baik dengan pencipta diri kita. Ingat, ALLAH SWT menciptakan DIINUL ISLAM bukan untuk mencelakan ciptaan-NYA.         


ALLAH SWT pasti memiliki alasan-alasan tersendiri di dalam menciptakan  DIINUL ISLAM bagi ciptaannya. Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan dalam bab ini, DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT merupakan : MENYERU KE DARUSSALAM; ALLAH SWT HANYA MENGAKUI DIINUL ISLAM sebagai  AGAMA yang HAQ dan SELAIN DIINUL ISLAM DI TOLAK; MERIDHAI ISLAM sebagai AGAMA MANUSIA; MEMBUKAKAN DADA MANUSIA AKAN DIINUL ISLAM MEMBEDAKAN MUSLIM dengan ORANG DURHAKA; ALLAH SWT  MENAMAKAN  ISLAM  SEJAK JAMAN NABI IBRAHIM. Pembaca jika ini adalah kondisi dasar  dari  DIINUL ISLAM dari sisi  ALLAH SWT selaku pencipta, sudahkah anda sadar atau menyadari betapa  ALLAH SWT MAHA SEMPURNA di dalam melaksanakan kehendak-NYA dan sangat berkepentingan dengan KHALIFAH-NYA di muka bumi sehingga harus pula menyediakan dan menyiapkan  DIINUL ISLAM bagi KHALIFAH-NYA sampai dengan hari KIAMAT? Kami berharap pembaca bukan termasuk orang yang TIDAK TAHU DIRI sehingga menyianyiakan atau malah merubah dengan menambah, mengurangi  atau yang lebih parah lagi justru  mengganti DIINUL ISLAM dengan konsep-konsep yang lainnya dalam rangka melaksanakan tugas di muka bumi. Sadarlah wahai manusia, bahwa diri kita hanyalah ciptaan yang tidak memiliki apapun juga di muka bumi sehingga tidak akan mungkin kita akan melawan ALLAH SWT selaku pencipta apalagi menggantikan kedudukan ALLAH SWT di muka bumi.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar