Sekarang mari kita
pelajari DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT sebagai INISIATOR; sebagai PEMILIK
dan sebagai PENCIPTA dari DIINUL ISLAM.
DIINUL ISLAM diciptakan oleh ALLAH SWT bukan untuk kepentingan ALLAH SWT,
melainkan diciptakan dalam rangka mensukseskan rencana besar ALLAH SWT tentang
KEKHALIFAHAN di muka bumi. Ini berarti ALLAH SWT sebagai INISIATOR dan
PENCIPTA DIINUL ISLAM dapat dipastikan
tidak membutuhkan sama sekali DIINUL ISLAM. Selanjutnya mari kita lihat diri
kita sendiri sewaktu menyuruh anak pergi ke suatu tempat yang belum pernah
dikunjungi anak tersebut, timbul pertanyaan dapatkah anak tersebut menjalankan
perintah kita dengan baik? Jika kita adalah orang tua yang bijak tentu sewaktu
menyuruh pergi maka kita wajib memberikan bimbingan dan tuntunan terlebih
dahulu dan/atau kita harus memberikan tuntunan dan pedoman terlebih dahulu baru
kemudian anak itu disuruh berjalan.
Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWT juga menerapkan prinsip yang sama yaitu dengan menciptakan DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAH-NYA menunaikan tugas di muka bumi. Timbul pertanyaan, untuk siapakah DIINUL ISLAM diciptakan oleh ALLAH SWT? ALLAH SWT menciptakan DIINUL ISLAM untuk KHALIFAH-NYA di muka bumi dengan demikian kita juga termasuk yang membutuhkan DIINUL ISLAM mulai saat ini sampai dengan hari kiamat. Selanjutnya marilah kita mempelajari DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT sebagai INISIATOR yang sekaligus PEMILIK dan PENCIPTA alam semesta ini termasuk DIINUL ISLAM itu sendiri.
Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT? ALLAH SWT juga menerapkan prinsip yang sama yaitu dengan menciptakan DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAH-NYA menunaikan tugas di muka bumi. Timbul pertanyaan, untuk siapakah DIINUL ISLAM diciptakan oleh ALLAH SWT? ALLAH SWT menciptakan DIINUL ISLAM untuk KHALIFAH-NYA di muka bumi dengan demikian kita juga termasuk yang membutuhkan DIINUL ISLAM mulai saat ini sampai dengan hari kiamat. Selanjutnya marilah kita mempelajari DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT sebagai INISIATOR yang sekaligus PEMILIK dan PENCIPTA alam semesta ini termasuk DIINUL ISLAM itu sendiri.
1. MENYERU KE DARUSSALAM
DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT selaku INISIATOR
KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sekaligus pemilik dan pencipta langit dan bumi
termasuk di dalamnya diri kita, merupakan sarana ALLAH SWT untuk menyeru para KHALIFAH-NYA di
muka bumi dalam rangka untuk menunjukkan
jalan yang lurus dan/atau untuk menyeru KHALIFAH-NYA agar pulang kampung ke
Negeri Darussalam atau SYURGA yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga),
dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)[685].
(surat
Yunus (10) ayat 25)
[685] Arti kalimat Darussalam Ialah: tempat yang penuh kedamaian dan
keselamatan. Pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Untuk
memperjelas tentang seruan ALLAH SWT, mari kita contohkan di dalam kehidupan
sehari-hari. Kita sering menyeru anak-anak untuk mandi, selanjutnya ada apa di
balik seruan mandi? Mandi merupakan tindakan untuk membersihkan diri dari
kotoran dan kuman yang menempel di tubuh. Apakah cukup hanya itu saja kita
mandi? Seseorang baru dapat dikatakan mandi jika KESEHATAN dan KEBERSIHAN TUBUH
dapat diperoleh melalui aktivitas mandi. Sekarang bagaimana dengan seruan ALLAH
SWT di dalam surat Yunus (10) ayat 25 di atas? ALLAH SWT menyeru manusia
termasuk diri kita serta anak dan keturunan kita, TIDAK HANYA SEBATAS SERUAN
BELAKA SAJA akan tetapi bagaimana MANUSIA dapat menempati negeri DARUSSALAM
dan/atau MANUSIA dapat pulang kampung ke negeri DARUSSALAM secara terhormat.
Tidak ada gunanya kita menyeru dan menyuruh anak untuk mandi, jika hanya
sebatas mandi belaka tanpa memperoleh kebersihan dan kesehatan tubuh. Hal yang
sama juga ALLAH SWT harapkan dari seruan yang dilakukan-NYA kepada MANUSIA,
yaitu MANUSIA bukan hanya tahu itu negeri DARUSSALAM akan tetapi kita harus
sampai menempati negeri DARUSSALAM sebagai kampung halaman yang baru dan jika
hal ini dapat kita laksanakan maka barulah seruan ALLAH SWT berhasil.
Dapatkah
sebuah seruan berlaku efektif dan berhasil guna jika hanya sebatas omongan di
bibir saja atau sebatas diberitahukan saja? Seruan mandi yang kita lakukan
kepada anak, baru akan dapat
dilaksanakan dan memberikan manfaat bagi anak jika alat-alat pendukung untuk
mandi telah tersedia di dalam kamar mandi, seperti air bersih, sabun, handuk
serta pakaian pengganti yang baru. Tanpa tersedianya alat-alat pendukung untuk
mandi yang baik dan benar, jangan pernah berharap kebersihan dan kesehatan
tubuh dapat diperoleh oleh anak kita. Hal yang sama juga ALLAH SWT berikan
kepada manusia, yaitu ALLAH SWT tidak
hanya sebatas menyeru manusia dengan seruan belaka, akan tetapi ALLAH SWT juga memberikan jalan
ataupun tuntunan dan pedoman bagi seluruh umatnya yang ingin bertempat tinggal
di negeri DARUSSALAM dengan menyediakan fasilitas DIINUL ISLAM sebagai media
bagi manusia melaksanakan seruan ALLAH SWT dan/atau dalam rangka ALLAH SWT menyempurnakan seruan-NYA sendiri.
Dan jika sampai ALLAH SWT tidak memberikan
dan/atau tidak menyiapkan fasilitas
DIINUL ISLAM sebagai sarana untuk menyeru KHALIFAH-NYA di muka bumi untuk
pulang ke negeri DARUSSALAM, tentu hal
ini tidak bedanya dengan pepesan kosong. Disinilah letak kesempurnaan ALLAH SWT
sebagai INISIATOR dari KEKHALIFAHAN di muka bumi. ALLAH SWT dengan sempurna
mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat luar biasa dan tidaklah
berlebihan jika di akhir surat Al
Baqarah (2) ayat 30 ALLAH SWT menyatakan
bahwa AKU LEBIH TAHU dari APA-APA YANG TIDAK ENGKAU KETAHUI. Pembaca jika ini
adalah kondisi dari seruan ALLAH SWT kepada diri kita, tidak cukupkah ini semua
menyadarkan kita dan/atau masihkah kita tetap melaksanakan STANDARD GANDA
kepada ALLAH SWT? Jika seruan ini tidak mempan dan tidak mampu menyadarkan diri
kita, jangan salahkan SYAITAN jika mampu mengajak kita pulang basamo ke NERAKA
JAHANNAM.
2. ALLAH SWT HANYA MENGAKUI DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dan SELAIN DIINUL ISLAM DI
TOLAK
DIINUL ISLAM merupakan sarana bagi ALLAH SWT untuk
menunjukkan eksistensi keberadaan ALLAH
SWT di muka bumi dan/atau menunjukkan keberadaan ALLAH SWT dihadapan seluruh
makhluk ciptaann-NYA tanpa terkecuali. ALLAH SWT sebagai PEMILIK dan PENCIPTA
dari langit dan bumi termasuk KEKHALIFAHAN di muka bumi, tentu sebelum merealisasikan apa-apa yang dikehendaki-NYA
tentu sudah memikirkan segala sesuatunya dengan sesempurna mungkin sesuai
dengan kesempurnaan yang dimiliki-NYA. Selanjutnya setelah ALLAH SWT menciptakan langit, bumi, manusia sebagai KHALIFAH-NYA di muka bumi,
maka segala apa-apa yang telah direncanakan di dalam kehendak-NYA HARUS
BERLAKU. Salah satu ketentuan yang ALLAH SWT berlakukan adalah AD DIIN atau
DIINUL ISLAM sebagai TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi.
Sesungguhnya agama (yang
diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah
diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(surat
Ali Imran (3) ayat 19)
[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
Katakanlah: "Kami
beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa
yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami
menyerahkan diri."
(surat
Ali Imran (3) ayat 84)
Selanjutnya jika
DIINUL ISLAM harus diberlakukan oleh ALLAH SWT di muka bumi, ini berarti DIINUL ISLAM adalah satu-satunya TUNTUNAN dan
PEDOMAN yang berlaku di sisi ALLAH
SWT atau dengan kata lain ALLAH SWT
sudah menetapkan ISLAM sebagai
satu-satunya AGAMA yang direstui oleh
ALLAH SWT. Dan jika ini adalah ketentuan yang harus kita terima dan
jalankan, tidak ada jalan lain yang kita perbuat selain menerima DIINUL ISLAM
sebagai satu-satunya AGAMA yang direstui oleh ALLAH SWT jika kita ingin sukses
melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
Sekarang mari kita berkaca kepada kehidupan rumah
tangga kita masing-masing. Maukah kita sebagai kepala rumah tangga, jika di
dalam rumah tangga kita tidak berlaku ketentuan yang kita tetapkan dan/atau
anak dan istri kita justru mempergunakan ketentuan rumah tangga orang lain di
dalam kehidupan rumah tangga kita? Sebagai kepala rumah tangga tentu kita tidak
mau; tentu kita tidak suka, jika ketentuan orang lain berlaku di dalam rumah
tangga kita. Ini berarti segala sesuatu yang berlaku di dalam rumah tangga kita
haruslah ketentuan yang berasal dari rumah tangga kita sendiri. Dan jika ini
adalah ketentuan dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari, selanjutnya
bagaimana dengan kehidupan manusia yang
ada di muka bumi, jika ketentuan ALLAH SWT tidak diterapkan dan dilaksanakan
oleh ciptaan-NYA sendiri?
ALLAH SWT pun akan
tidak suka dan tidak akan senang atau bahkan akan marah kepada ciptaan-NYA yang
tidak mau melaksanakan DIINUL ISLAM sebagai sebuah ketentuan yang wajib
dilaksanakan. Dan jika ALLAH SWT sampai marah kepada ciptaan-NYA adalah suatu
hal yang memang harus dilaksanakan-NYA
dalam rangka menunjukkan eksistensi ALLAH SWT sebagai pemilik dan pencipta
langit dan bumi. Sekarang coba bayangkan
ALLAH SWT dilecehkan oleh tamunya atau oleh orang yang sedang merantau di bumi yang
dimiliki-NYA dan yang diciptakan-NYA oleh orang yang diciptakan-NYA juga, dengan jalan tidak mengakui DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya ketentuan
yang berlaku. ALLAH SWT selaku pemilik dan
pencipta langit dan bumi termasuk diri kita sendiri, sudah barang tentu
tidak mau diberlakukan seperti itu oleh ciptaan-NYA yang tidak TAHU DIRI.
Selanjutnya jika kita dikategorikan sebagai orang KAFIR tentu bukan sesuatu
berlebihan di mata ALLAH SWT dan jika
kita dilemparkan ke NERAKA JAHANNAM tentu bukan pula sesuatu yang berlebihan
sebab memang itulah buah dari tidak mengakui eksistensi ALLAH SWT sebagai
pencipta dan pemilik langit dan bumi.
2. MERIDHAI ISLAM sebagai AGAMA MANUSIA
DIINUL ISLAM di mata ALLAH SWT merupakan satu-satunya
AGAMA yang di ridhai sebagai AGAMA bagi seluruh KHALIFAH-NYA di muka bumi.
Timbul pertanyaan berlebihankah ALLAH SWT mempunyai prinsip seperti itu? ALLAH
SWT menerapkan hal ini memang sudah seharusnya memegang prinsip seperti itu,
yaitu Hanya MERIDHAI DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dan SATU-SATUNYA
AGAMA bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi.
Hal ini dikarenakan ALLAH SWT adalah pemilik dan pencipta langit dan bumi
termasuk diri kita, sehingga memang sepantasnya pemilik dan pencipta
menunjukkan eksistensinya di dalam ciptaannya ataupun di dalam miliknya. Jika
sampai ALLAH SWT tidak menetapkan bahwa
DIINUL ISLAM bukan sebagai AGAMA yang HAQ bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi, maka
ALLAH SWT sudah keluar dari kewajaran yang berlaku atau kondisi dan keadaan ALLAH SWT telah bertentangan dengan
KEHENDAK-NYA sendiri.
diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat
Al Maaidah (5) ayat 3)
[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh,
sebagaimana tersebut dalam surat Al
An-aam ayat 145.
[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal
kalau sempat disembelih sebelum mati.
[396] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai
bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk
menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya
Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis
masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga
tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah.
Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci
ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang
diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka
undian diulang sekali lagi.
[397] Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu:
masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
[398] Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan
oleh ayat ini jika terpaksa.
Selanjutnya patutkah
dan pantaskah kita selaku ciptaan ALLAH SWT mengaku-ngaku, meniadakan,
menghilangkan, tidak mau menerima DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang
HAQ di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang
TAHU DIRI yaitu siapa kita dan siapa ALLAH SWT, maka tidak sepatutnya
dan sepantasnya kita tidak mengakui dan tidak mau menerima AD DIIN atau DIINUL
ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ apalagi kita sendiri ada karena kehendak-NYA;
hiduppun di bumi yang dimiliki ALLAH SWT; diciptakan juga oleh ALLAH SWT. Untuk
itu kita harus menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa ALLAH SWT itu adalah segala-galanya sehingga
apapun yang telah diperintahkan kepada kita maka kita wajib melaksanakan itu
semua tanpa harus disanggah selayaknya prajurit menerima perintah dari
komandannya sebab kita tidak mempunyai apa-apa dibandingkan dengan ALLAH SWT.
Sadarlah, sadarlah dan sadarlah para manusia bahwa ALLAH SWT itu bukan sesuatu
yang harus di lawan ataupun dilecehkan perintah-NYA dengan tidak mengakui AD
DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang SYAH di mata ALLAH SWT, sebab kita
tidak akan mampu melawannya atau mampu mengalahkannya. Untuk itu jangan pernah
berbuat di luar kehendak ALLAH SWT atau berbuat yang berlawanan dengan kehendak
ALLAH SWT, terkecuali memang kita mau pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM bersama
SYAITAN dan IBLIS.
3. MEMBUKAKAN DADA MANUSIA AKAN DIINUL ISLAM
DIINUL
ISLAM di mata ALLAH SWT merupakan sarana
bagi ALLAH SWT untuk membukakan dada manusia, dalam hal ini adalah HATI RUHANI
MANUSIA, akan DIINUL ISLAM.Timbul pertanyaan kenapa hal ini dilakukan oleh
ALLAH SWT?
Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima)
agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang
membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu
hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
(surat
Az Zumar (39) ayat 22)
Untuk
menjawab pertanyaan di atas, mari kita lihat terlebih dahulu hadits qudsi di
bawah ini. Dalam hadits diterangkan bahwa langit dan bumi tidak akan berdaya
menjangkau ALLAH SWT dan/atau langit dan bumi termasuk jasmani manusia tidak
memiliki kemampuan untuk menjangkau atau berhubungan dengan ALLAH SWT, akan tetapi yang mampu
melakukan itu semua di dalam berhubungan atau menjangkau ALLAH SWT adalah HATI
RUHANI orang MUKMIN. Ini berarti HATI RUHANI merupakan sarana atau alat bantu
bagi manusia termasuk diri kita untuk mengadakan komunikasi dengan ALLAH
SWT.
Wahab
bin Munabbih berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Sesungguhnya
langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau
oleh hati seorang mukmin.
(HQR
Ahmad dari Wahab bin Munabbih; 272:32)
Sekarang
timbul pertanyaan, dapatkah HATI RUHANI orang MUKMIN menjangkau ALLAH SWT atau
MANUSIA dapat berkomunikasi dengan ALLAH SWT jika tanpa ada sebuah TUNTUNAN dan
PEDOMAN yang baku atau tanpa disediakan sesuatu media tertentu oleh ALLAH SWT?
Seperti halnya handphone di dalam menangkap sinyal selular yang dipancarkan
Operator Selular, untuk itu dibutuhkan sebuah alat bantu tertentu yang harus
dipenuhi oleh pemilik handphone jika ingin
menjangkau sinyal selular. Untuk itulah Operator Selular membuat dan
menyediakan simcard atau kartu handphone yang harus dipergunakan pemilik
handphone dalam rangka mendapatkan sinyal untuk melakukan komunikasi. Hal yang
sama juga ALLAH SWT lakukan yaitu dengan menciptakan DIINUL ISLAM sebagai
TUNTUNAN dan PEDOMAN bagi KHALIFAHNYA untuk berhubungan atau berkomunikasi
dengan ALLAH SWT melalui HATI RUHANI. Selanjutnya dapatkah handphone selalu
menerima sinyal dari Operator Selular setiap saat dan setiap waktu? Handphone
hanya akan bisa menerima sinyal Operator Selular sepanjang waktu atau menerima
sinyal tanpa putus dari Operator Selular, jika pemilik handphone memenuhi
syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Operator Selular, yaitu
membayar tagihan handphone atau selalu mengisi pulsa serta selalu menjaga
battery handphone tetap baik.
Hal yang sama juga ALLAH SWT berlakukan kepada
KHALIFAHNYA yaitu jika ingin komunikasi dengan ALLAH SWT lancar maka jagalah
dan periharalah selalu HATI RUHANI dengan mempergunakan DIINUL ISLAM. ALLAH SWT hanya menciptakan
DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya alat bantu bagi KHALIFAHNYA berhubungan
dengan ALLAH SWT. Seperti halnya diri kita yang ingin memperoleh fasilitas
TELKOMSEL maka kita pun harus mempergunakan kartu yang dikeluarkan oleh TELKOMSEL.
Demikian pula jika kita ingin memperoleh hubungan komunikasi dengan ALLAH SWT
maka tidak ada cara lain yang harus kita tempuh selain mempergunakan DIINUL
ISLAM tanpa harus ditambah, tanpa harus dikurangi; tanpa harus disesuaikan
dengan kebutuhan diri dan kelompok tertentu. Ini berarti komunikasi dengan
ALLAH SWT melalui HATI RUHANI harus dimulai dengan pemenuhan syarat dan
ketentuan yang telah ditetapkan ALLAH SWT terlebih dahulu barulah komunikasi
dengan ALLAH SWT akan menjadi lancar. Hal yang perlu kita ingat dan camkan
adalah jangan pernah mempergunakan STANDARD GANDA di dalam melaksanakan DIINUL ISLAM, yaitu kepada ALLAH SWT dipilah
dan dipilih yang enak-enak saja sedangkan kepada Operator Selular sepenuhnya dilakukan
tanpa dibantah. Pembaca, jangan pernah lakukan itu kepada ALLAH SWT sebab ALLAH
SWT lah yang menciptakan dan menghidupkan diri kita serta kitapun hidup di bumi
milik ALLAH SWT sehingga TAHU DIRILAH dan jangan pernah samakan diri kita
dengan ALLAH SWT terkecuali kita memang berkeinginan untuk menjadi permanent
residence atau penghuni tetap dari
NERAKA JAHANNAM.
5. MEMBEDAKAN MUSLIM dengan ORANG DURHAKA
Untuk membedakan sesuatu yang baik dengan sesuatu
yang buruk atau untuk membedak KHALIFAH yang memenuhi syarat dan ketentuan
MAKHLUK PILIHAN dengan KHALIFAH yang tidak memenuhi ketentuan MAKHLUK
PILIHAN, tentu harus ada sebuah ukuran
atau alat bantu yang dapat dijadikan patokan untuk membedakannnya. Di lain
sisi ALLAH SWT juga sudah mempersiapkan
2(dua) buah tempat kembali bagi KHALIFAH yang diciptakannya termasuk diri kita,
yaitu SYURGA dan NERAKA. Ini berarti ALLAH SWT harus mempunyai alat bantu untuk
menilai apakah KHALIFAH-NYA memenuhi syarat untuk menempati SYURGA ataukah
menenuhi SYARAT untuk menempati NERAKA. Jika ini adalah kondisi awal, ini
berarti ALLAH SWT sejak awal sudah pula memiliki 2(dua)
buah ketentuan yang harus dijalankan atau yang diperintahkan kepada KHALIFAHNYA
yaitu Syarat dan ketentuan menjadi penghuni SYURGA dan Syarat dan ketentuan
menjadi penghuni NERAKA JAHANNAM yang tentunya harus mencerminkan prinsip
keadilan.
Maka Apakah patut Kami menjadikan orng-orang Islam itu sama dengan
orang-orang yang berdosa (orang kafir) [1496]?
(surat
Al Qalam (68) ayat 35)
[1496]
Maksudnya: sama tentang Balasan yang disediakan Allah untuk mereka
masing-masing.
Dalam rangka memenuhi
segala sesuatunya termasuk prinsip
keadilan yang sesuai dengan KESEMPURNAAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT, maka
ALLAH SWT membuat dan menetapkan DIINUL
ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang HAQ dalam rangka membedakan atau membuat
adanya perbedaan bagi seluruh KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi sehingga hanya
ada hitam atau putih saja tanpa ada unsur abu-abu. Apabila KHALIFAH-NYA
melaksanakan DIINUL ISLAM sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka ia dimasukkan
ke dalam golongan orang yang tunduk dan patuh sedangkan apabila KHALIFAH-NYA
tidak melaksanakan DIINUL ISLAM sesuai dengan kehendak ALLAH SWT maka ia
dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang kafir. Kondisi ini sesuai dengan apa
yang ALLAH SWT kemukakan di dalam surat Al Qalam (68) ayat 35 di atas dimana
ALLAH SWT sudah berketetapan tidak akan menyamakan antara orang yang patuh dan
taat dengan orang yang kafir.
Setelah adanya
pembeda yang pasti terhadap seluruh KHALIFAH-NYA di muka bumi, maka prinsip
keadilan dalam rangka mengisi SYURGA dan NERAKA JAHANNAM sudah ada dan tersedia
secara jelas. Sekarang kita sudah ada di dunia dan sedang melaksanakan tugas
sebagai KHALIFAH di muka bumi, ini berarti ketentuan tentang tata cara mengisi
SYURGA dan NERAKA JAHANNAM sudah berlaku dan sedang kita laksanakan. Pilihan
ada pada diri kita sendiri, apakah mau
menjadikan SYURGA sebagai tempat kembali kelak atau apakah mau
menjadikan NERAKA JAHANNAM sebagai tempat kembali dan ingat tidak ada istilah
abu-abu di dalam memilih tempat kembali dan tidak ada istilah STANDARD GANDA di
dalam memilh tempat kembali atau membedakan KHALIFAH yang taat dan patuh dengan
KHALIFAH yang kafir.
6. ALLAH
SWT MENAMAKAN ISLAM
SEJAK JAMAN NABI IBRAHIM as.
Tahukah pembaca kapan
jaman NABI IBRAHIM as. itu ada di muka
bumi? Selanjutnya tahukah pembaca berapa jarak antara NABI ADAM as, dengan NABI
IBRAHIM as,; berapa jarak antara NABI IBRAHIM as, dengan NABI MUHAMMAD SAW serta berapa jarak antara NABI ADAM as dengan
diri kita saat ini? Rasanya sampai saat ini belum ada yang tahu secara pasti
kecuali ALLAH SWT sebagai INISIATOR dari keberadaan langit dan bumi termasuk
KEKHALIFAHAN di muka bumi. Di lain sisi ALLAH SWT dalam surat Al Hajj (22) ayat 78 di bawah ini
menerangkan bahwa DIINUL ISLAM adalah nama dari KONSEP ILAHIAH dalam rangka
mensukseskan rencana besar KEKHALIFAHAN di muka bumi. Ini berarti sejak jaman
NABI IBRAHIM as, DIINUL ISLAM sudah dideklarasikan oleh ALLAH SWT sebagai AGAMA
yang HAQ bagi KHALIFAH-NYA di muka bumi sehingga DIINUL ISLAM sejak jaman NABI
IBRAHIM as sudah ada dan akan ada sampai dengan hari KIAMAT.
dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang
tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari
dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi
atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik
penolong.
(surat
Al Hajj (22) ayat 78)
Begitu panjang perjalanan DIINUL ISLAM di muka bumi,
ini menunjukkan bahwa ALLAH SWT sudah merencanakan tahapan-tahahan yang harus
dilewati oleh DIINUL ISLAM sebelum disempurnakan pada saat NABI MUHAMMAD SAW di
angkat menjadi RASUL terakhir dan berlaku sampai hari KIAMAT. Selanjutnya
bagaimana dengan periode antara NABI ADAM as, dengan NABI IBRAHIM as, apakah
DIINUL ISLAM sudah ada? Kami tidak berani menjawab pertanyaan ini, biarkanlah
kondisi ini menjadi RAHASIA ALLAH SWT sampai dengan adanya informasi yang lebih
akurat.
Pembaca, diri kita ada di dunia saat ini tidak
terlepas dari kehendak ALLAH SWT di dalam menciptakan KEKHALIFAHAN di muka
bumi, dengan demikian keberadaan diri kita bukanlah sesuatu yang bersifat
insidentil akan tetapi merupakan bagian dari sebuah proses yang telah ALLAH SWT
tetapkan jauh sebelum kita ada di dunia. Apabila kita telah menyadari bahwa
ALLAH SWT adalah sumber dari segala sumber atas apa-apa yang ada di muka bumi
ini. Sudah sepantasnya dan sepatutnya kita meletakkan dan menempatkan ALLAH SWT
sesuai dengan kedudukan dan kemahaan yang dimiliki-NYA. Kita harus sadar bahwa
kita bukanlah ALLAH SWT, kita adalah makhluk yang diciptakan yang hiduppun di
bumi yang dimilikinya pula sehingga kita harus TAHU DIRI, siapa diri kita dan
siapa ALLAH SWT. Adanya pemahaman dan kesadaran DIRI bahwa kita adalah ciptaan
dan ALLAH SWT adalah pencipta, maka akan terbina hubungan yang sangat baik
antara ciptaan dan penciptanya.
ALLAH SWT selaku
pencipta tentu mempunyai kekuasaan yang melebihi dari kekuasaan ciptaannya dan
juga memiliki kemampuan yang lebih pula dibandingkan dengan ciptaaannya. Dan
jika sekarang ALLAH SWT selaku pencipta telah menyediakan dan menyiapkan DIINUL
ISLAM bagi ciptaannya, maka ciptaan harus memanfaatkan dan
mempergunakan DIINUL ISLAM sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan ALLAH
SWT selaku pencipta jika kita ingin tetap membina hubungan yang baik dengan
pencipta diri kita. Ingat, ALLAH SWT menciptakan DIINUL ISLAM bukan untuk mencelakan ciptaan-NYA.
ALLAH SWT pasti
memiliki alasan-alasan tersendiri di dalam menciptakan DIINUL ISLAM bagi ciptaannya. Berdasarkan
apa-apa yang telah kami kemukakan dalam bab ini, DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH
SWT merupakan : MENYERU KE DARUSSALAM; ALLAH SWT HANYA MENGAKUI DIINUL ISLAM
sebagai AGAMA yang HAQ dan SELAIN DIINUL
ISLAM DI TOLAK; MERIDHAI ISLAM sebagai AGAMA MANUSIA; MEMBUKAKAN DADA MANUSIA
AKAN DIINUL ISLAM MEMBEDAKAN MUSLIM dengan ORANG DURHAKA; ALLAH SWT MENAMAKAN
ISLAM SEJAK JAMAN NABI IBRAHIM.
Pembaca jika ini adalah kondisi dasar
dari DIINUL ISLAM dari sisi ALLAH SWT selaku pencipta, sudahkah anda
sadar atau menyadari betapa ALLAH SWT
MAHA SEMPURNA di dalam melaksanakan kehendak-NYA dan sangat berkepentingan
dengan KHALIFAH-NYA di muka bumi sehingga harus pula menyediakan dan
menyiapkan DIINUL ISLAM bagi
KHALIFAH-NYA sampai dengan hari KIAMAT? Kami berharap pembaca bukan termasuk
orang yang TIDAK TAHU DIRI sehingga menyianyiakan atau malah merubah dengan
menambah, mengurangi atau yang lebih
parah lagi justru mengganti DIINUL ISLAM
dengan konsep-konsep yang lainnya dalam rangka melaksanakan tugas di muka bumi.
Sadarlah wahai manusia, bahwa diri kita hanyalah ciptaan yang tidak memiliki
apapun juga di muka bumi sehingga tidak akan mungkin kita akan melawan ALLAH
SWT selaku pencipta apalagi menggantikan kedudukan ALLAH SWT di muka bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar