Saat ini diri kita sudah melaksanakan SYAHADAT
dengan mempersaksikan Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan juga telah
mempersaksikan pula bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT. Timbul
pertanyaan atas dasar apakah kita mengakui, meyakini, mengimani bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH
SWT atau bagaimanakah caranya kita mempersaksikan bahwa Nabi Muhammad SAW itu
adalah Utusan ALLAH SWT jika kita tidak memiliki Ilmu tentang Nabi Muhammad SAW
sebagai Utusan ALLAH SWT? Untuk menjawab pertanyaan ini perkenankan kami untuk
melanjutkan kembali pembahasan ini melalui pendekatan Muhammad bin Abdullah.
Apakah yang dimaksud
dengan pendekatan Muhammad bin Abdullah itu? Pendekatan Muhammad bin
Abdullah adalah sebuah pendekatan yang mempergunakan kriteria atau batasan atau
kondisi saat Nabi Muhammad SAW belum di angkat menjadi Nabi dan Rasul, yang
mana Beliau masih berstatus sebagai manusia biasa sehingga masih bernama
Muhammad bin Abdullah. Adapun yang dimaksud dengan Muhammad bin Abdullah itu
sendiri adalah :
a.
Manusia Biasa yang usianya atau berusia antara 1 hari
sampai dengan berusia 40 tahun dan/atau
b.
Manusia Biasa yang belum menerima
wahyu/kalam dari ALLAH SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril as, dan/atau
c.
Manusia Biasa yang belum di angkat
menjadi NABI dan RASUL dan/atau
d.
Manusia Biasa yang belum mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan Risalah kepada umat manusia.
Timbul
pertanyaan, kenapa kami harus membedakan antara Muhammad bin Abdullah dengan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul? Hal
ini untuk memudahkan pembahasan sehingga
memudahkan untuk membedakan kondisi saat masih sebagai Muhammad bin Abdullah dengan kondisi
setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Dan yang harus di ingat setelah kita
dapat membuktikan bahwa benar Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul ALLAH SWT atau benar bahwa Al-Qur'an itu
Wahyu ALLAH SWT maka kita tidak boleh lagi memberlakukan apalagi menganggap
bahwa Nabi Muhammad SAW seperti halnya Muhammad bin Abdullah.
Muhammad bin Abdullah berdasarkan sejarah dan informasi Islam, dimana Beliau
menurut penanggalan para ahli sejarah Islam, dilahirkan pada tanggal 12
Rabiulawal tahun Gajah atau pada tanggal 20 April 571 Masehi di kota Makkah.
Pada saat dilahirkan Muhammad sudah dalam keadaan Yatim, karena Bapaknya yang
bernama Abdullah telah meninggal dunia 7 (tujuh) bulan sebelum Beliau
dilahirkan. Nama ibu Muhammad adalah Siti Aminah. Nama Muhammad diberikan oleh
kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, dimana pada saat itu nama Muhammad belum
pernah ada sebelumnya. Muhammad bin Abdullah adalah keturunan dari suku
Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdulmanaf
bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Bani Ismail. Ibunya bernama
Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah, disinilah
silsilah keturunan ayah dan ibu Muhammad bin Abdullah bertemu. Baik keluarga
dari pihak bapak maupun ibu kandungnya termasuk golongan bangsawan dan
terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab. Menurut sumber-sumber informasi
Islam lainnya, kota Makkah pada waktu Muhammad bin Abdullah dilahirkan adalah
suatu tempat yang paling terbelakang, jauh dari pusat perdagangan, jauh dari
pusat seni maupun pusat ilmu pengetahuan. Dimana kehidupan masyarakat pada
waktu itu masih bersifat jahiliah atau
masih bersifat terbelakang.
Selanjutnya
seperti apakah kondisi dasar dan keadaan Muhammad bin Abdullah itu sebelum
menerima wahyu atau sebelum di angkat menjadi Nabi dan Rasul? Berikut ini akan
kami kemukakan keterangan-keterangan atau dalil-dalil atau fakta-fakta yang
terdapat di dalam kitab suci Al-Qur'an yang berhubungan erat dengan Muhammad
bin Abdullah, yaitu :
1.
Manusia Biasa
Muhammad bin Abdullah adalah Manusia biasa,
secara phisik, Beliau sama dengan
kita-kita ini, tidak ada perbedaan yang mencolok atau perbedaan yang khusus
antara phisik atau jasmani kita dengan phisik atau jasmani Muhammad bin
Abdullah baik sebelum dan sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
katakanlah:
“Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang
lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaanlah yang
besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya),
(surat Fushshilat (41) ayat 6)
Selanjutnya
apa yang dimaksud dengan manusia biasa itu atau apa yang dimaksud dengan
manusia? Seseorang baru dapat dikatakan ia sebagai seorang manusia, jika ia
terdiri dari :
a. Adanya Phisik/Jasmani/Jasad atau
disebut juga anggota tubuh seperti tangan, kaki, kepala, mulut, hidung,
telinga, badan dan lain sebagainya atau biasa disebut dengan Unsur Jasmani.
Berdasarkan hal ini maka Muhammad bin Abdullah juga mempunyai apa yang disebut
dengan anggota tubuh tanpa terkecuali dan tentunya sama dengan kita-kita ini
sebagai Manusia Biasa.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah
Allah,Pencipta Yang Paling Baik.
(surat Al Mu’minuun (23) ayat 13-14)
Jika manusia tidak mempunyai
jasmani maka ia bukan disebut dengan manusia sebab manusia harus terdiri dari
jasmani dan ruhani dan/atau Jasmani bagi manusia merupakan kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan Ruhani.
b. Adanya RUH yang berasal dari
ALLAH SWT atau biasa disebut juga dengan unsur Ruhani. Jika Ruhani bersatu
dengan Jasmani maka hiduplah manusia dan jika Ruhani berpisah dengan Jasmani
maka meninggallah manusia. Ruhani untuk sementara akan kembali atau pulang ke
alam Barzah sedangkan jasmani kembali ke tanah.
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yangmemulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.
(surat
As Sajdah (32) ayat 7-8-9)
Setelah
memiliki apa yang dinamakan dengan Jasmani dan juga Ruhani, maka setiap manusia
tanpa terkecuali tanpa memandang apakah ia Muslim ataukah Non Muslim akan
memiliki apa-apa yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu:
a.
Adanya
Sifat-Sifat Ilahiyah (seperti qudrat,
iradat, kalam, hayat, ilmu, sami’, bashir) yang berasal dari sifat Ma’ani dari DzatNya ALLAH SWT atau
disebut juga Amanah 7, yang akan
dimintakan pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT kelak di hari kiamat.
b.
Adanya af’idah atau perasaan, kehendak serta
akal yang diletakkan di dalam hati Ruhani.
c.
Adanya
pertarungan antara Jasmani dan Ruhani di dalam diri manusia yang berakibat akan
timbulnya apa yang dinamakan dengan Hawa Nafsu, dimana Hawa nafsu dapat
digolongkan dengan Nafsu Fujur (seperti nafsu hewani, nafsu amarah, nafsu
mushawwilah) dan Nafsu Taqwa (seperti nafsu lawwamah dan nafsu muthmainnah).
d.
Adanya Hubbul (keinginan) seperti Hubbul Syahwat (ingin berhubungan dengan lawan
jenis), Hubbul Hurriyah (ingin
bebas), Hubbul Istitlaq (ingin
tahu), Hubbul Jam’i (ingin
berkumpul), Hubbul Maal (ingin
harta), Hubbul Maadah (ingin
dipuji) dan Hubbul Riasah
(ingin jadi pemimpin).
e.
Adanya
Syaitan yang selalu menyertai setiap manusia termasuk juga kepada Nabi dan
Rasul dan juga adanya Malaikat pencatat dan/atau Malaikat Pengawas pada diri
setiap manusia.
Selain
dari itu, setiap manusia tanpa terkecuali termasuk juga yang terjadi dan juga
yang di alami oleh Muhammad bin Abdullah, baik sebagai manusia biasa dan juga
sebagai Nabi dan Rasul, yaitu:
a. Setiap Manusia tidak ada yang akan kekal atau
abadi selamanya hidup di dunia ini. Setiap manusia dapat dipastikan akan
mengalami apa yang dinamakan dengan kematian yaitu saat berpisahnya antara
Jasmani yang berasal dari alam dengan Ruhani yang berasal dari ALLAH SWT dimana
Jasmani akan kembali ke alam yaitu masuk ke dalam liang lahat sedangkan Ruhani
akan kembali kepada ALLAH SWT atau untuk sementara waktu Ruhani akan
ditempatkan di alam barzah sampai dengan hari kiamat.
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi
seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal ?
(surat Al Anbiyaa (21) ayat 34)
b. Setiap Manusia tanpa terkecuali
dapat dipastikan memerlukan makanan dan minuman untuk kepentingan Jasmani atau
phisik. Tanpa adanya asupan makanan dan minuman bagi kepentingan Jasmani, maka
phisik atau jasmani manusia akan menjadi lemah dan tidak mempunyai tenaga saat menjadi
KHALIFAH di muka bumi.
Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir
di antara kaumnya dan yang men dustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan
yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(orang) ini tidak
lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan
meminum dari apa yang kamu minum.
(surat Al
Mu’minuun (23) ayat 33)
c. Setiap manusia diciptakan dari
tanah, yang dimaksud tanah di dalam surat Al Hijr (15) ayat 28 adalah proses
pembentukan phisik atau jasmani dari Nabi Adam as, sedangkan diri kita bukan
berasal dari tanah melainkan dari saripati tanah melalui makanan dan minuman
yang di konsumsi oleh bapak dan ibu kita.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
(surat Al Hijr (15) ayat 28)
Apa
yang kami kemukakan di atas adalah kondisi dasar dari manusia secara umum.
Sekarang apakah hal itu berlaku pula bagi Muhammad bin Abdullah? Hal yang sama
juga berlaku kepada Muhammad bin Abdullah sehingga dapat dikatakan Muhammad bin
Abdullah kondisinya sama dengan kondisi kita-kita ini, sehingga dapat
dipastikan Muhammad bin Abdullah pasti memiliki Jasmani dan Ruhani beserta Perlengkapan-perlengkapan
atau perhiasaan yang diberikan ALLAH SWT seperti Amanah 7, Hubbul, Hawa Nafsu,
Akal serta perasaan, Mempunyai Ajal & diciptakan dari tanah atau dari
saripati tanah serta Membutuhkan makan dan minum.
Adanya
kondisi seperti ini yang dimiliki oleh Muhammad bin Abdullah maka penampilan
atau tampilan phisik Muhammad bin Abdullah sama dengan manusia biasa, sebab
tidak ada perbedaan yang khusus pada diri Muhammad bin Abdullah walaupun yang
bersangkutan akan dijadikan ALLAH SWT sebagai Nabi dan Rasul atau menjadi
Utusan ALLAH SWT di muka bumi.
2. Ummi
Ummi
yang dialami atau Ummi yang dimiliki atau Ummi yang dijalani oleh Muhammad bin
Abdullah adalah ciri khas atau ciri khusus yang hanya dimiliki oleh Muhammad
bin Abdullah dibandingkan dengan Nabi dan Rasul ALLAH SWT yang lainnya yang
pernah ada dan yang telah pernah di utus oleh ALLAH SWT ke muka bumi ini. Hal
yang harus kita ingat adalah bahwa pengertian, kata, maupun sebutan Ummi yang
disebutkan dalam surat Al A’raaf (7)
ayat 158 yang
kami kemukakan di bawah ini adalah penilaian yang berasal dari ALLAH SWT kepada
Muhammad baik sebagai Manusia Biasa dan juga sebagai Nabi dan Rasul.
Penilaian
Ummi ini tidak berlaku bagi penilaian manusia kepada Muhammad baik sebagai
Manusia Biasa dan juga sebagai Nabi dan Rasul. Hal yang harus kita perhatikan
adalah bahwa Al-Qur'an itu adalah Kalam ALLAH SWT bukan Kalam Manusia. Selain
daripada itu, pengertian Ummi bagi Muhammad bin Abdullah Muhammad bin Abdullah
yang berasal dari ALLAH SWT bukanlah pengertian Ummi dalam arti kata yang
sebenarnya, akan tetapi suatu kondisi dimana Muhammad bin Abdullah yang belum
memperoleh pengajaran baik melalui Tulisan maupun bacaan dari siapapun juga
sehingga kondisi Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan sebagai manusia biasa
yang masih polos yang belum pernah menerima masukan, belum pernah menerima
pengajaran apapun dan dari siapapun juga sehingga Muhammad bin Abdullah dapat
dikatakan seperti Kertas Putih yang belum ternoda oleh apapun juga.
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada
Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya
kamu mendapat petunjuk".
(surat Al A’raaf (7)
ayat 158)
Selanjutnya
seperti apakah kondisi Ummi yang di alami oleh Muhammad bin Abdullah
itu?Kondisi Ummi yang di alami oleh Muhammad bin Abdullah disebabkan oleh:
a. Tidak Pernah Belajar
Al
Qur’an akan sangat mudah dipahami dan sangat mudah di mengerti bagi orang-orang
yang berilmu. Tanpa Ilmu yang memadai, maka isi dan kandungan Al Qur’an tidak
akan mudah di dapatkan dan diketemukan. Hal ini dikarenakan isi dan kandungan
Al Qur’an jika diteliti dan ditelaah secara mendalam akan terdiri dari 3(tiga)
buah Isi dan kandungan yaitu Isi dan kandungan yang tersurat, Isi dan kandungan
yang tersirat serta Isi dan kandungan yang tersembunyi.
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami
buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
(surat Al’Ankabuut (29) ayat 43)
Hamba
ALLAH SWT, itulah kondisi dasar dari Al Qur’an yang akan diturunkan oleh ALLAH SWT ke muka bumi melalui perantaraan
Malaikat Jibril as, yang akan dijadikan buku pedoman bagi kekhalifahan di muka
bumi. Sekarang lihatlah, perhatikanlah, renungkanlah keadaan diri dari MUHAMMAD
bin ABDULLAH dimana Beliau tidak pernah belajar secara formal maupun informal
dan juga Ummi. Selanjutnya jika melihat kondisi di atas dibandingkan dengan apa
yang tedapat di dalam surat Al Ankabuut (20) ayat 43 maka akan terdapat dua
kutub sangat yang berlawanan, di satu sisi Al Qur’an membutuhkan orang yang
berilmu, di satu sisi lainnya orang yang diberi tanggung jawab oleh ALLAH SWT
menerima wahyu kondisinya Ummi dan tidak pernah belajar. Pembaca, disinilah
letak kekuasaan ALLAH SWT kepada
MUHAMMAD bin ABDULLAH dalam rangka melaksanakan misi dan skenario ALLAH SWT.
b.
Tidak Bisa Menulis
Tidak Bisa
Menulis juga merupakan ciri khusus yang ada di dalam diri MUHAMMAD bin ABDULLAH
yang disampaikan atau dikatakan oleh ALLAH SWT dalam firmannya yang terdapat di
dalam surat Al Jumu’ah (62) ayat 2 di bawah ini.
Dia-lah yang mengutus
kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.
(surat Al Jumu’ah
(62) ayat 2)
Sekarang apa
jadinya jika MUHAMMAD bin ABDULLAH bisa dan mampu menulis, kemudian Beliau
sendiri yang menuliskan apa-apa yang telah diwahyukan kepadanya melalui
perantaraan Malaikat Jibril as, maka hal-hal sebagai berikut mungkin akan
terjadi, yaitu:
1) Siapakah yang berani mengoreksi
Beliau jika terjadi kesalahan penulisan; dan/atau
2) siapakah yang tahu kelebihan ataupun
kekurangan dari Al Qur’an itu sendiri;
3) Akan menimbulkan fitnah/sanggahan
dikemudian hari sebab teknologi ataupun media untuk menulis belum secanggih
saat ini. (Untuk itu lihatlah kenyataannya walaupun Muhammad bin Abdullah tidak
memiliki kemampuan menulis, umat yang tidak senang dengan Al-Qur'an tetap saja
masih tidak menyukainya dan masih meragukannya).
Kenyataan yang
terjadi adalah setiap wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW selalu ditulis oleh orang lain dan selalu dihafalkan oleh banyak orang
serta Beliau sendirilah yang langsung
menjadi penilai akhir dari apa yang ditulis maupun apa yang dihafalkan
oleh para sahabatnya.
c. Tidak Bisa Membaca
Selain tidak bisa menulis, Muhammad bin Abdullah juga tidak dapat
Membaca sehingga dengan demikian Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan dengan
Buta Aksara dan/atau Tidak Bisa Membaca dan Menulis. Untuk apa semua ini
dilekatkan di dalam diri Muhammad bin Abdullah? Disinilah letak kekuasaan ALLAH
SWT dengan menjadikan Muhammad bin Abdullah dalam kondisi Ummi serta Buta
Aksara agar kemurnian Al Qur’an dapat terjaga sejak awal dan sampai kapanpun
juga. Sekarang coba anda membayangkan jika Muhammad bin Abdullah tidak Ummi dan
tidak pula Buta Aksara dan kemudian wahyu yang diterima dari ALLAH SWT itu
ditulis langsung oleh Beliau serta serta jika terjadi kesalahan kemudian
siapakah yang mampu dan berani memprotes Beliau? Menurut pendapat kami tidak
ada satupun yang berani memprotes Beliau. Selain daripada itu dapatkah kita
mengetahui jika wahyu yang diterima oleh Muhammad bin Abdullah telah ditambah
atau telah dikurangi oleh Beliau sendiri?
Katakanlah:
"Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu
Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat
petunjuk".
(surat Al A’raaf (7) ayat 158)
ALLAH SWT sebagai Perencana yang sangat handal sudah memikirkan hal itu
dengan cara yang sebaik-baiknya. Untuk itulah kondisi dasar dari Muhammad bin
Abdullah sengaja dikondisikan seperti tersebut di atas, dalam rangka menjaga
kemurnian dan kesucian Al Qur’an hanya dari ALLAH SWT semata tanpa ada masukan
atau tanpa ada tambahan sedikitpun dari diri Muhammad bin Abdullah selaku
manusia biasa.
Selain dari apa-apa yang telah kami kemukakan dan ungkapkan di atas,
masih menurut sumber-sumber informasi Islam lainnya, kondisi dan keadaan
Muhammad bin Abdullah MUHAMMAD bin ABDULLAH adalah Miskin, Yatim dari Kecil,
Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati dan Rajin serta Terpercaya.
Selanjutnya berdasarkan data-data di atas ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi
dasar Muhammad bin Abdullah adalah seorang Manusia Biasa dengan kemampuan dasar
sebagai berikut yaitu Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak
Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil,
Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati, Rajin, serta Terpercaya”.
Kemudian timbul pertanyaan yang paling mendasar atas isi dan kandungan yang
terdapat di dalam Al-Qur'an itu sendiri yaitu atas dasar apakah seorang
Muhammad bin Abdullah dengan kondisi dasar di atas ini, mampu dan dapat
menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan, mampu melaksanakan ajaran,
mampu menjadi panutan seluruh umat manusia, mampu mencontohkan suatu ajaran,
membuat hal-hal sebagai berikut menjadi sesuatu yang nyata dan mampu dibuktikan
secara ilmiah, seperti :
1. Menerangkan Sejarah Nabi-Nabi
Terdahulu
a.
Seorang manusia biasa dengan kemampuan di atas, mampu menceritakan, mampu
menerangkan, mampu menjabarkan sejarah Nabi Isa a.s. yang mana Nabi Isa a.s. dilahirkan tanpa seorang ayah
sebab Nabi Isa a.s. hanya mempunyai seorang Ibu dengan jarak kelahiran antara
Nabi Isa a.s. dengan Muhammad bin Adbullah kurang lebih 600 (enam ratus) tahun
lamanya.
b.
Muhammad bin Adbullah dapat
pula menceritakan dengan jelas sejarah Nabi Musa a.s. termasuk
di dalamnya sejarah atau cerita tentang FIR’AUN. Menurut sejarah, Fir’aun
dimasa Nabi Musa a. s. ialah Raja Mesir
yang bernama Menepthah yang hidup tahun 1232 s/d 1224 sebelum masehi
anak dari Raja Ramses. Seseorang dengan kemampuan diatas, mampu
menceritakan, menerangkan serta menjabarkan sejarah Nabi Musa a.s. dengan jarak
antara keduanya berkisar antara 1800 tahun sampai dengan 1850 tahun.
c.
Yang lebih ekstrem lagi, Muhammad bin Adbullah dapat pula menceritakan
dengan jelas sejarah Nabi Sulaiman a.s., Nabi Daud a.s., Nabi Nuh a.s., Nabi
Idris a.s., Nabi Yusuf a.s., Nabi Yunus a.s, Nabi Ibrahim a.s. bahkan Muhammad
bin Adbullah juga dapat menceritakan sejarah Nabi Adam a.s., yang mana jarak
antara kelahiran Muhammad bin Abdullah dengan Nabi-Nabi terdahulu yang
diceritakannya sangat sulit untuk di ukur berapa jarak sebenarnya.
2. Kitab Suci dengan Tata Bahasa,
Irama dan Syair yang Sangat Indah
Seorang lelaki yang bernama Muhammad
bin Adbullah dengan kemampuan dasar sebagai manusia biasa yang memiliki banyak
keterbatasan, ternyata Beliau mampu serta dapat menyampaikan isi dan kandungan
dari sebuah kitab suci yang akan dijadikan pedoman dan petunjuk bagi seluruh
umat manusia yang merupakan penyempurna bagi kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelumnya (dalam hal ini adalah kita zabur, kitab taurat dan kitab injil).
Dimana kitab suci yang disampaikannya tersebut memiliki Tata Bahasa, Isi dan
kandungan serta Syair yang sangat indah
ditambah irama sangat menakjubkan jika dibaca dengan Tartil dan Tajwid yang baik dan benar. Dimana pada jaman itu tak
satupun orang yang mampu membuat kitab serupa walaupun telah di adakan
perlombaan membuat syair atau membuat pujian-pujian dan/atau membuat
tulisan-tulisan yamg pada intinya untuk menandingi kehebatan dari kitab suci
tersebut.
3. Kandungan Kitab Suci
Seseorang
lelaki yang bernama Muhammad bin Adbullah yang memiliki keterbatasan kemampuan,
dalam hal ini adalah Ummi, ternyata
mampu menyampaikan seluruh isi dan kandungan kitab suci yang jumlah ayatnya sebanyak 6.666 dan di dalamnya
juga terdapat ayat berisi zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istigfar. Adapun
rincian dari kitab suci tersebut adalah 1.000 ayat menunjukkan perintah, 1.000
ayat larangan, 1.000 ayat ancaman, 1.000 ayat janji, 1.000 ayat yang
menjelaskan tentang proses kejadian pada masa lampau dan masa akan datang, dan
1.000 ayat contoh-contoh atau perumpamaan., Kemudian ada 500 ayat yang
menerangkan tentang halal dan haram, 100 ayat nasikhmansukh, serta 66 ayat
zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar.
4. Ilmu Syariat
Seorang lelaki yang bernama Muhammad
bin Adbullah yang memiliki kemampuan terbatas, dapat mengajarkan, dapat
menerangkan, dapat menerapkan Ilmu Syariat dengan baik dan benar, dimana ilmu
syariat itu terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu tafsir,
ilmu hadist, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, serta ilmu kalam dan lain-lain. Lalu
atas dasar apakah Muhammad bin Adbullah yang memiliki keterbatasan dapat
mengajarkan dan menerangkan serta menerapkan ilmu syariat itu dalam kehidupan
sehari-hari?
5. Al Hikmah dan Filsafat
Seorang
lelaki yang bernama Muhammad bin Adbullah yang memiliki keterbatasan kemampuan
ternyata dapat mengajarkan, dapat menerangkan Al-Hikmah dan Filsafat dengan
baik dan benar, dimana Al Hikmat dan Filsafat
pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu ilmu manthiq, ilmu
alam, ilmu pasti dan ilmu ketuhanan.
a. Yang termasuk ilmu alam ialah
ilmu kimia, ilmu kedokteran, farmasi, ilmu hewan dan ilmu pertanian.
b. Yang termasuk ilmu pasti ialah
berhitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu mekanika, ilmu falak dan geografi.
c. Yang termasuk ilmu ketuhanan
ialah metafiksika yaitu pembahasan mengenai pencipta, jiwa, jin, malaikat dan
sebagainya.
Selanjutnya
atas dasar apakah Muhammad bin Adbullah yang memiliki keterbatasan dapat
mengajarkan dan dapat menerangkan Al
hikmah dan filsafat dengan baik dan benar? Hamba ALLAH SWT, adanya 5(lima) hal
yang kami kemukakan di atas ini, yang mampu dibuktikan, yang mampu dilaksanakan
oleh Muhammad bin Adbullah maka akal sehat manusia akan mempertanyakannya,
kenapa hal itu bisa dilaksanakan oleh Muhammad bin Adbullah padahal Beliau
memiliki banyak keterbatasan. Di lain sisi segala apa-apa yang dikemukakan,
segala apa-apa yang disampaikan, segala apa-apa yang ditunjukkan oleh Muhammad
bin Adbullah itu benar adanya dan dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak ada
yang mampu menyanggahnya. Adanya kondisi seperti yang kami kemukakan di atas
tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang berasal dari
akal sehat manusia, yaitu:
1.
Apabila
ada informasi tentang masa lalu, apakah itu sejarah tentang Nabi dan Rasul
terdahulu ataupun peristiwa masa lampau, tentu tidak demikian saja dapat
diketahui oleh seseorang jika tidak ada yang memberitahukannya. Hal yang
samapun terjadi pada diri Muhammad bin Adbullah dimana Beliau mampu menerangkan
dan menjelaskan adanya Nabi dan Rasul terdahulu tentu tidak demikian saja
Beliau mengetahuinya.
Lalu siapakah yang
memberitahukannya, apakah manusia mampu, apakah hewan mampu, apakah tumbuhan
mampu, apakah jin/iblis/syaitan mampu, apakah malaikat mampu? Jika sekarang
Muhammad bin Adbullah mampu mengetahuinya sejarah tentang Nabi dan Rasul
terdahulu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tentu yang memberitahukannya
atau yang mengajarkannya pastilah sesuatu yang memiliki pengetahuan yang sangat
baik tentang Nabi dan Rasul yang terdahulu, jika tidak bagaimana mungkin
Muhammad bin Adbullah yang memiliki keterbatasan dapat mengetahuinya? Sekarang
siapakah yang memiliki pengetahuan yang sangat luas itu?
2.
Apabila
ada sebuah buku yang sangat baik tata bahasanya, yang sangat baik isinya, yang
sangat baik iramanya, tentu dibalik buku tersebut terdapat penulis, pemilik,
pembuat tata bahasa, yang sangat hebat ilmunya. Hal ini dikarenakan buku yang
baik pasti berasal dari sesuatu yang baik dan hebat pula. Sekarang bagaimana
dengan Al-Qur'an yang memiliki tata bahasa yang baik, yang memiliki isi yang
baik serta memiliki irama yang baik jika bukan berasal dari sesuatu yang
terbaik pula?
Siapakah yang terbaik itu, apakah
manusia, apakah hewan, apakah tumbuhan, apakah jin/iblis/syaitan, apakah
malaikat, apakah kesemuanya mampu
menjadi yang terbaik? Jika sekarang Muhammad bin Adbullah mampu mengemukakan,
mampu menerangkan buku yang terbaik, dapat dikatakan sesuatu yang terbaik
itulah yang memberitahukannya. Dan jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin
Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat mengemukakannya? Sekarang siapakah
yang terbaik itu yang berada dibalik atau yang selalu bersama Muhammad bin Adbullah?
3.
Apabila
ada sebuah buku yang di dalamnya terdapat ketentuan tentang adanya
perintah-perintah yang harus dilaksanakan, adanya hal-hal yang menunjukkan
larangan-larangan, adanya hal-hal yang menunjukkan ancaman, adanya janji-janji,
adanya penjelasan tentang proses kejadian pada masa lampau dan masa akan
datang, adanya contoh-contoh atau perumpamaan, adanya ketentuan tentang halal
dan haram, adanya keterangan tentang nasikhmansukh, serta adanya ketentuan
tentang zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar, tentu buku ini wajib berasal
dari sesuatu yang sangat berkuasa sebab di dalam buku itu terdapat aturan-aturan,
atau hukum yang harus dilaksanakan.
Sekarang siapakah yang berkuasa
itu, apakah manusia, apakah hewan, apakah tumbuhan, apakah jin/iblis/syaitan,
apakah malaikat? Jika sekarang Muhammad bin Adbullah mampu mengemukakan, segala
aturan, hukum, ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan oleh semua orang, maka
dapat dikatakan sesuatu yang sangat berkuasalah yang menyampaikan hal tersebut
sebab jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin Adbullah yang memiliki banyak
keterbatasan dapat mengemukakannya? Sekarang siapakah yang sangat berkuasa itu
dibalik keberadaan Muhammad bin Adbullah?
4.
Apabila
ada sebuah buku yang isi dan kandungannya mampu menerangkan sesuatu yang belum
pernah diterangkan atau yang mampu menerangkan dan menjabarkan sesuatu yang
belum pernah ada sebelumnya, seperti ilmu syariat, Al Hikmah dan Filsafat,
tentu buku ini wajib berasal dari sesuatu yang memiliki ilmu dan pengetahuan
yang sangat hebat sebab di dalam buku itu banyak terdapat hal-hal yang tidak
diketahui atau terjangkau oleh siapapun juga.
Sekarang siapakah sesuatu yang
memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat hebat itu, apakah itu manusia, apakah
itu hewan, apakah itu tumbuhan, apakah itu jin/iblis/syaitan, apakah itu
malaikat? Jika sekarang Muhammad bin Adbullah mampu mengemukakan, mampu
mengajarkan, mampu menerapkan, mampu melaksanakan ilmu syariat, Al Hikmah dan
Filsafat maka dapat dikatakan sesuatu yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang
sangat hebatlah yang mengajarkannya jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin
Adbullah yang memiliki keterbatasan dapat menerangkannya dengan baik dan benar?
Sekarang siapakah yang memiliki ilmu itu?
Berdasarkan 4(empat)
buah kondisi yang telah kami kemukakan di atas ini, mari kita jawab 4(empat)
buah pernyataan dan pertanyaan di atas ini, dengan mempertanyakan siapakah yang
mampu melaksanakan itu semua dengan sebaik-baiknya yang kesemuanya dapat
dibuktikan secara ilmiah, yaitu:
1. Apakah hewan dan tumbuhan
memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan
Rasul terdahulu, atau apakah hewan dan tumbuhan mampu menjadi yang terbaik
dengan menjadikan sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik,
atau apakah hewan dan tumbuhan mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga mampu
membuat undang-undang dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini, atau
apakah hewan dan tumbuhan memiliki ilmu dan pengetahuan tentang syariat, Al
Hikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan akal sehat mustahil hewan dan tumbuhan
dapat melakukan itu semua. Jika ini keadaannya maka yang memiliki kemampuan itu
semua pasti di luar hewan dan pasti di luar tumbuhan.
2. Apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat memiliki pengetahuan yang luas
sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan Rasul terdahulu, atau apakah
jin/iblis/syaitan serta malaikat mampu menjadi yang terbaik dengan menjadikan
sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik, atau apakah
jin/iblis/syaitan serta malaikat mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga
mampu membuat undang-undang dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini,
atau apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat memiliki ilmu dan pengetahuan
tentang syariat, Al Hikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan akal sehat, mustahil
di akal jin/iblis/syaitan serta malaikat mampu memiliki ilmu dan pengetahuan serta mampu
menjadikan dirinya sendiri sebagai penguasa atas segala sesuatu. Jika ini
keadaannya maka yang memiliki kemampuan serta kekuasaan pasti di luar
jin/iblis/syaitan serta pasti di luar malaikat.
3. Apakah manusia memiliki
pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan Rasul
terdahulu, atau apakah manusia mampu menjadi yang terbaik dengan menjadikan
sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik, atau apakah
manusia mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga mampu membuat undang-undang
dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini, atau apakah manusia memiliki
ilmu dan pengetahuan tentang syariat, Al Hikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan
akal sehat manusia, mustahil manusia dapat melakukan itu semua. Jika ini
keadaannya maka yang mampu memiliki dan yang mampu melaksanakan itu semua pasti
adalah di luar manusia.
Berdasarkan uraian yang kami kemukakan di atas ini,
di dapat jawaban bahwa yang mampu melakukan itu semua adalah di luar hewan, di
luar tumbuhan, di luar jin/iblis/syaitan, di luar malaikat serta di luar
manusia itu sendiri termasuk juga di luar Muhammad bin Abdullah. Sekarang
siapakah yang di luar itu semua?
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
(Surat Thaahaa (20) ayat 14)
Menurut surat Thaahaa (20) ayat 14 di atas ini, di
dapat keterangan bahwa sesuatu yang berada di luar manusia, yang berada di luar
hewan dan tumbuhan, yang berada di luar jin/iblis/syaitan serta yang berada di
luar malaikat adalah ALLAH
SWT, dimana ALLAH SWT menerangkan sendiri siapakah Dia melalui pernyataannya
yang berbunyi "AKU adalah ALLAH, Tiada TUHAN selain AKU".
Sekarang timbul pertanyaan yang paling mendasar,
siapakah ALLAH SWT itu? Berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 4, berdasarkan
surat Al Baqarah (2) ayat 30 dan berdasarkan surat An Nuur (24) ayat 64, di
dapat keterangan bahwa ALLAH SWT adalah pencipta langit dan bumi beserta
apa-apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa kemudian ALLAH SWT
bersemayam di ARSY. Selain daripada itu
ALLAH SWT juga pencipta kekhalifahan di muka bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar