Apa itu SYAHADAT? Sebuah pertanyaan sederhana, namun
jawabannya tidaklah mudah seperti saat mengucapkannya. Hal ini dimungkinkan
karena SYAHADAT memiliki banyak dimensi sehingga SYAHADAT dapat diartikan
secara sempit, SYAHADAT dapat diartikan secara luas, SYAHADAT dapat memiliki
makna yang dangkal maupun dalam kesemuanya tergantung sejauh mana diri kita
mampu menempatkan dan meletakkan SYAHADAT di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Apa itu SYAHADAT? SYAHADAT
secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah Kesaksian. Jika SYAHADAT
artinya Kesaksian, berarti di dalam SYAHADAT dapat dipastikan terdapat Pelaku
kesaksian dan juga Obyek kesaksian atau apa-apa yang akan dipersaksikan.
Sekarang timbul pertanyaan, siapakah yang menjadi
Pelaku SYAHADAT dan apakah Obyek dari SYAHADAT? Jika kita mengacu kepada surat
Al A'raaf (7) ayat 172, setiap RUH manusia tanpa terkecuali sudah memberikan
Kesaksian dengan mengakui bahwa ALLAH SWT adalah Tuhan. Dan jika manusia itu
adalah RUH berarti setiap manusia sudah terikat dengan kesaksian yang telah
pernah dilakukannya sehingga melalui kesaksian itu pulalah manusia akan dinilai
seberapa baik kualitas kesaksianya selama ia melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi. Adanya kondisi seperti ini berarti diri kita tanpa terkecuali
wajib memberikan Kesaksian, yaitu tidak hanya pada saat Ruh ditiupkan akan
tetapi selama hayat di kandung badan kita wajib terus dan terus memelihara
Kesaksian yang telah pernah kita lakukan. Di lain sisi jika kita berkeinginan
untuk melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah berarti diri kita wajib menjadi
Pelaku dari SYAHADAT itu sendiri (pembahasan lebih detail tentang Pelaku
SYAHADAT ada pada bab tersendiri)
Sekarang apa yang harus kita persaksikan?Jika kita
menginginkan selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT dan/atau ingin
menjalankan Diinul Islam secara Kaffah maka ada 2(dua) hal yang harus kita
persaksikan saat diri kita melaksanakan SYAHADAT, apakah itu? Tiada Tuhan
selain ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT. Setelah kita mengetahui
dengan pasti siapa sajakah yang harus memberikan kesaksian dan juga apa yang
harus dipersaksikan, maka tidak cukup bagi diri kita hanya sekedar melaksanakan
kesaksian sebatas diucapkan atau dilapalkan saja. Kesaksian harus dapat menghantarkan diri kita kepada apa-apa yang kita
persaksikan serta harus dapat pula menjadikan kesaksian yang kita lakukan
menjadi sebuah Komitmen dan Pengakuan yang tinggi terhadap apa-apa yang kita
persaksikan. Jika hal ini belum dapat kita laksanakan berarti
kesaksian yang kita lakukan belum sesuai dengan yang dikehendaki ALLAH SWT.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita
melaksanakan SYAHADAT yang berisi kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT
dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT? Kami yakin kita semua yang
membaca buku ini termasuk orang-orang yang sudah mampu melaksanakan SYAHADAT
sebagai bagian dari pelaksanaan Diinul Islam secara satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dan jika SYAHADAT sudah kita laksanakan dengan baik dan benar
berarti antara diri kita dengan ALLAH SWT dan juga Nabi Muhammad SAW sudah
memiliki hubungan dua arah atau telah tersambung dengan ALLAH SWT dan juga Nabi
Muhammad SAW di dalam Diinul Islam.
Setelah melaksanakan SYAHADAT, ada satu pertanyaan
penting lainnya yang berhubungan erat dengan SYAHADAT yang telah kita lakukan,
yaitu apakah SYAHADAT cukup
diucapkan saja atau apakah cukup dengan mengucapkan DUA KALIMAT SHAHADAT maka
sudah cukup bagi kita mempersaksikan ALLAH SWT sebagai satu-satunya TUHAN yang
ada di alam semesta ini dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT dan
jika tidak cukup apa yang harus kita lakukan di saat melaksanakan SYAHADAT?
Jika kita mengacu kepada pembuktian keimanan seseorang yang harus melalui 3
(tiga) tahapan yaitu dibuktikan di dalam Lisan atau Ucapan kita; dibuktikan di
dalam Hati dan Perasaan kita; serta dibuktikan di dalam Perbuatan kita. Hal
yang samapun berlaku saat diri kita melaksanakan SYAHADAT yaitu SYAHADAT tidak
bisa hanya sebatas ucapan lisan belaka atau hanya disimpan di dalam hati saja.
Hal ini dikarenakan omongan atau ucapan seseorang dapat berubah-ubah seperti
kata pepatah lidah tidak bertulang serta apa yang ada di dalam hati tidak bisa
diperlihatkan.
Jika
sampai diri kita melaksanakan SYAHADAT hanya sebatas ucapan belaka atau hanya
di dalam hati saja tanpa ada pembuktian terhadap apa-apa yang telah kita
persaksikan maka diri kita belum dapat dikatakan telah melaksanakan SYAHADAT
yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Untuk itu harus terjadi sinkronisasi antara apa
yang kita ucapkan, dengan apa yang kita yakini dan yang kita perbuat saat melaksanakan
SYAHADAT sehingga SYAHADAT yang kita laksanakn dapat kita buktikan dan
manfaatnya dapat kita rasakan. Jika hal ini belum dapat kita perlihatkan atau
belum dapat kita tunjukkan kepada ALLAH SWT maka ALLAH SWTpun tidak akan
mungkin mempercayai apa yang kita ucapkan sepanjang apa yang kita ucapkan atau
apa yang kita persaksikan belum kita buktikan kebenarannya.
Adanya kondisi ini dapat dikatakan kepercayaan dari
ALLAH SWT tidak akan dapat tumbuh kepada
diri kita jika kita hanya mampu melaksanakan SYAHADAT sebatas ungkapan, sebatas
ucapan dan omongan belaka atau sebatas di dalam hati saja tanpa dilandasi
pengetahuan dan bukti konkret atas apa-apa yang telah kita persaksikan. Adanya
kondisi seperti ini dapat dikatakan, untuk melaksanakan SYAHADAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, diri
kita harus terlebih dahulu memiliki ilmu tentang apa-apa yang akan kita
persaksikan sebab tanpa kita tahu dan tanpa kita mengerti tentang SYAHADAT yang
kita laksanakan, maka apa-apa yang terdapat di balik SYAHADAT tidak dapat kita
ketahui dan tidak dapat kita rasakan. Adanya ilmu tentang SYAHADAT, akan memudahkan diri
kita membuktikan atas apa-apa yang telah kita ucapkan di hadapan ALLAH SWT
kelak. Sekarang sudahkah diri kita memiliki Ilmu yang berhubungan erat dengan
SYAHADAT dimaksud? Jika kita belum memiliki mari kita lanjutkan kembali
pembahasan mengenai SYAHADAT secara lebih mendalam lagi.
Dalam rangka untuk memudahkan Hamba-Hamba ALLAH SWT
memiliki ilmu tentang SYAHADAT serta untuk memudahkan diri kita melaksanakan
SYAHADAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, kami akan membagi pembahasan
tentang SYAHADAT menjadi 2(dua) bagian, yang pertama adalah kesaksian tentang
Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan yang kedua adalah kesaksian bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah Utusan ALLAH SWT.
Untuk itu mari kita bahas terlebih dahulu bagian
dari SYAHADAT yang pertama yang artinya Kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain
ALLAH SWT serta untuk memudahkan pemahaman dan pembahasannya, berikut ini akan
kami kemukakan 8(delapan) contoh kesaksian yang harus dapat kita persaksikan
dengan mata kepala sendiri baik yang terdapat di alam semesta ini maupun yang
beerasal dari diri kita sendiri, yang keseluruhannya terdapat di dalam
Al-Qur'an.
1.
Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 46 yang kami
kemukakan di bawah ini, manusia termasuk di dalamnya diri kita diperintahkan
oleh ALLAH SWT untuk mengatakan atau bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH
SWT yang tidak hanya mampu menciptakan dan memiliki langit dan bumi semata.
Akan tetapi juga mampu berbuat, mampu berkehendak, mampu memelihara, mampu
menjaga segala apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Jika ini adalah kondisi dan keadaan dasar daripada
ALLAH SWT kepada ciptaan-Nya, lalu punya kemampuan apakah diri kita jika
dibandingkan dengan ALLAH SWT?
Katakanlah: "Wahai Allah, Pencipta langit dan
bumi, yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan
antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya."
(surat
Az Zumar (39) ayat 46)
Apakah hal ini tidak cukup
bagi diri kita untuk memberikan kesaksian bahwa ALLAH SWT adalah segala-galanya
di alam semesta ini? Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, atau yang
telah memiliki Ilmu dan Pengetahuan tentang SYAHADAT maka sudah sepatutnya dan
selayaknya diri kita mampu memberikan Kesaksian dengan Jujur bahwa hanya ALLAH
SWT satu-satunya Tuhan di alam semesta ini. Jika tidak, berarti ada sesuatu
yang salah di dalam diri kita.
2.
Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 19 yang kami
kemukakan di bawah ini, diri kita diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk
memperhatikan bahwa Tiada Tuhan selain
ALLAH SWT yang mampu menciptakan langit dan bumi, yang mampu menciptakan
manusia, yang mampu menciptakan hewan, yang mampu menciptakan tumbuhan, yang
mampu menciptakan udara, yang mampu menciptakan air, mineral serta makhluk
hidup lainnya yang ada di alam semesta ini dengan Hak.
Sekarang adakah
Tuhan-Tuhan lain selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan langit dan bumi, yang
mampu menciptakan manusia, yang mampu menciptakan hewan, yang mampu menciptakan
tumbuhan, udara, air, mineral atau makhluk hidup yang lainnya seperti yang
telah diciptakan oleh ALLAH SWT?
tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
telah menciptakan langit dan bumi dengan hak[784]? jika Dia menghendaki,
niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru,
(surat
Ibrahim (14) ayat 19)
[784]
Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma,
melainkan dengan penuh hikmah.
Jika jawabannya tidak ada
Tuhan selain ALLAH SWT, berarti hal ini sudah cukup mampu menghantarkan diri
kita untuk bersikap Jujur di dalam memberikan kesaksian sewaktu melaksanakan
SYAHADAT di muka bumi ini. Namun apabila kondisi ini belum dapat menjadikan diri
kita Jujur kepada ALLAH SWT berarti ada sesuatu
yang salah di dalam diri kita.
3.
Berdasarkan surat Al An'am (6) ayat 103 yang kami
kemukakan di bawah ini, diri kita diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk
mempersaksikan bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang Maha Mengetahui segala
apapun juga yang ada di alam semesta ini tanpa terkecuali.
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi
Maha mengetahui.
(surat
Al An'am (6) ayat 103)
Jika ini adalah keadaan
ALLAH SWT kepada apa-apa yang telah
diciptakan-Nya dan kepada apa-apa yang telah dimiliki-Nya berarti kemanapun
diri kita berada pasti ALLAH SWT akan mengetahunya dan/atau kita tidak akan mungkin
dapat bersembunyi dari kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT. Selanjutnya masih
maukah diri kita bersaksi palsu sewaktu melaksanakan SYAHADAT? Sepanjang diri
kita masih berada di langit dan di buminya ALLAH SWT maka apapun juga dapat
diketahui ALLAH SWT. Adanya kondisi ini apakah tidak cukup bagi diri kita untuk
bersikap dan berlaku serta bersikap Jujur kepada ALLAH SWT?
4.
Berdasarkan surat Qaaf (50) ayat 7-8-9-10-11 yang
kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT
menunjukkan kepada diri kita bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu menjadikan,
yang mampu menciptakan Gunung, Cahaya, Udara, Air, Angin, atom atau ion-ion
yang ada alam semesta ini serta yang mampu menahan langit dan segala isinya
tanpa tiang supaya tidak jatuh. Berdasarkan kondisi ini dapat terlihat dengan
jelas betapa hebatnya, betapa mahanya, betapa kuatnya ALLAH SWT dibandingkan
dengan diri kita. Sekarang mari kita lihat udara dan air yang ada di alam
semesta ini, apakah manusia mampu menciptakan kebutuhan untuk dirinya sendiri?
Jika kita mengacu bahwa manusia termasuk makhluk yang sangat membutuhkan udara
dan air maka keberadaan udara dan air, dapat dipastikan sudah ada sebelum
manusia itu ada. Adanya kondisi ini berarti manusia tidak mungkin dapat
menciptakan udara dan air, hal ini dikarenakan tanpa ada udara dan air manusia
tidak bisa hidup.
dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan
padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam
tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi
tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
dan Kami turunkan dari langit air yang banyak
manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman
yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang
bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan
dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan.
(surat Qaaf (50) ayat 7-8-9-10-11)
Sekarang
apa jadinya jika sampai ALLAH SWT tidak pernah serta tidak mampu menciptakan
udara dan air bagi kepentingan makhluk hidup yang diciptakannya? Semua makhluk
hidup, termasuk diri kita tidak bisa melaksanakan apa-apa yang dikehendaki
ALLAH SWT karena semuanya akan mati. Jika ini adalah kondisinya, masih tidak
cukupkah bagi diri kita untuk bisa mempersaksikan Tiada Tuhan selain ALLAH SWT
yang mampu menciptakan, yang mampu mengadakan udara dan air yang begitu besar
jumlahnya di alam semesta ini dengan baik dan benar?
5.
Berdasarkan surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69 dan
surat An Nahl (16) ayat 78 di bawah ini,
ALLAH SWT menunjukkan kepada kita bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu
menciptakan Manusia yang terdiri dari Jasmani dan Ruhani serta yang
diperlengkapi dengan AMANAH 7 yang berasal dari Sifat Ma'ani yang dimiliki-Nya,
Hubbul, Hati Ruhani tempat diletakkannya akal, perasaan, dan kehendak. Sekarang
mana yang lebih hebat manusia ataukah ALLAH SWT?
dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.
(surat
An Nahl (16) ayat 78)
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian
dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada
masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu
ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai
kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka
apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya:
"Jadilah", Maka jadilah ia.
Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang
membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?
(surat
Al Mu'min (40) ayat 67-68-69)
Jika ALLAH SWT adalah pencipta dari diri kita,
berarti diri kita tidak akan mungkin lebih tinggi, apalagi lebih hebat
kedudukannya dibandingkan dengan ALLAH SWT dan jika ALLAH SWT adalah pencipta
dari diri kita dapat dipastikan ALLAH SWT sudah ada sebelum diri kita ada. Di
lain sisi ALLAH SWT juga pemilik dan pencipta langit dan bumi beserta isinya
jika ini kondisinya dapat dipastikan bahwa
diri kita saat ini hidup di muka bumi yang juga dimiliki oleh ALLAH SWT.
Sebagai orang yang sedang menumpang di bumi yang
diciptakan dan yang dimiliki ALLAH SWT,
sudahkah diri kita mampu mempersaksikan hal itu semua saat diri kita
melaksanakan SYAHADAT? Jika diri kita tidak mampu mempersaksikan diri sendiri
yang tidak memiliki apapun juga di muka bumi ini, berarti ada sesuatu yang
salah di dalam diri kita. Untuk itu segeralah memperbaiki SYAHADAT yang telah
kita lakukan atau termasuk juga memperbaiki kefitrahan diri sebelum Ruh tiba
dikerongkongan.
6.
Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 29 yang kamu
kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT juga memerintahkan kepada diri kita untuk
memperhatikan bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu mengatur
bayang-bayang; yang mampu mempergantikan siang dengan malam serta yang mampu
menundukkan matahari dan bulan berjalan di garis edarnya masing-masing.
Sekarang apa jadinya jika di muka bumi ini tidak ada siang dan tidak ada malam
dan juga tidak ada waktu sedangkan kita sangat membutuhkan adanya siang dan
adanya malam dan juga waktu sebab di dalam melakukan ibadah sangat membutuhkan
ketepatan waktu?
tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya
Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan
Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu
yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat
Luqman (31) ayat 29)
Jika ini keadaan yang
sudah diperlihatkan dan sudah pula
dipertunjukkan oleh ALLAH SWT
kepada diri kita, maka sudah sepatutnya dan sudah sepantasnya diri kita
memberikan kesaksian bahwa hanya ALLAH SWT sajalah yang pantas menjadi Tuhan di
alam semesta ini.
7.
Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 32 yang kami
kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT
menunjukkan kepada diri kita bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang
mampu mengabulkan Doa dari orang yang berdoa kepada-Nya kapanpun, dalam kondisi
apapun dan dimanapun ia berada atau sepanjang diri kita masih berada di dalam
ciptaan ALLAH SWT maka ALLAH SWT
pasti akan mengabulkan doa kita selama kita mau berdoa kepada-Nya. Sekarang
sudahkah diri kita berdoa hanya kepada ALLAH SWT semata? Lalu adakah Tuhan
lain di jagad raya ini selain ALLAH SWT
yang mampu mengabulkan doa dari orang yang berdoa kepadanya dimanapun ia
berada, kapanpun doa itu dilakukan, dalam kondisi dan keadaan apapun juga mampu
dikabulkan?
dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti
gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap
menempuh jalan yang lurus[1186]. dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami
selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
(surat Luqman (31) ayat 32)
[1186] Yang dimaksud dengan jalan yang Lurus Ialah:
mengakui ke-esaan Allah.
Jika jawaban dari pertanyaan ini tidak ada Tuhan
selain ALLAH SWT yang mampu melakukan itu semua, sekarang tergantung diri kita
maukah kita berdoa hanya kepada ALLAH
SWT saat diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi.
8.
Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 5-6 yang kami
kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT menunjukkan, ALLAH SWT memperlihatkan, ALLAH
SWT mempertontonkan Kebesaran dan Kemahaan yang dimiliki-Nya kepada diri kita
bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu menjadikan matahari terus
bersinar dari waktu ke waktu tanpa henti, terbit di timur tenggelam di barat
serta berjalan di garis edar yang telah ditetapkan. Bintang bercahaya. Matahari
dan Bulan berjalan sesuai dengan orbitnya masing-masing tanpa pernah tertukar
sedetikpun.
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu
dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.
(surat
Yunus (10) ayat 5-6)
[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang
disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
Sebagai
orang yang telah tahu diri yang sesungguhnya dan juga telah memiliki ilmu
tentang SYAHADAT, tentu dengan adanya Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT yang
telah diperlihatkan melalui matahari dan bulan serta bintang, kiranya sudah
cukup bagi diri kita untuk menyatakan kesaksian bahwa hanya ALLAH SWT sajalah
Tuhan yang mampu melakukan itu semua dan menjadikan itu semua di alam semesta
ini.
Selanjutnya setelah mempelajari 8(delapan) kesaksian
tentang ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur’an, sekarang masih ada satu hal
lain yang sangat-sangat penting tentang ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur’an, untuk itu mari kita perhatikan
dengan seksama surat Ali Imran (3) ayat 18 di bawah ini.
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan
Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan
orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
(surat Ali Imran (3) ayat 18)
[188] Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang
berilmu.
Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18 di atas,
ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini memberikan
kesaksian atas dirinya sendiri. Bayangkan setelah diri kita mempersaksikan
ALLAH SWT lalu ALLAH SWT sekarang memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri.
Selanjutnya selaku pemberi kesaksian tentu ALLAH SWT paham benar, mengerti
benar tentang keadaan dirinya sendirinya, dibandingkan dengan makhluknya yang
memberikan kesaksian melalui Syahadat. Untuk itu tolong perhatikan dengan
seksama beberapa pertanyaan di bawah ini?
a.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang menamakan dirinya sendiri
ALLAH SWT, dimana DZAT itu ada tanpa ada yang menyertainya ada?
b.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT
adalah DZAT yang memiliki Sifat Salbiyah yang enam (maksudnya memiliki sifat
Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu
Binafsih, sifat Wahdaniyah), yang tidak akan mungkin dimiliki oleh siapapun
juga?
c.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki sifat
Ma’ani yang tujuh (maskudnya sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat
Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat) yang kesemuanya tidak dapat
dipisahkan dengan sifat Salbiyah?
d.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT
adalah DZAT yang memiliki AF’AL atau Perbuatan ALLAH SWT yang mencerminkan
Nama-Nama ALLAH SWT yang Indah yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau
Asmaul Husna?
e.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT akan
berada dan bersama seluruh ciptaannya dimanapun berada sehingga seluruh ciptaan
tidak mungkin dapat dipisahkan dengan ALLAH SWT?
f.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT adalah pencipta dari seluruh alam semesta
ini dan juga kekhalifahan yang ada di muka bumi ini tanpa bantuan siapapun
juga?
g.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT
adalah pencipta Diinul Islam yang tidak lain adalah satu-satunya konsep ilahiah
yang berlaku di muka bumi ini untuk kepentingan kekhalifahan yang ada di muka
bumi?
h.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT dengan segala kebutuhan manusia, dengan segala problema
manusia, baik saat menghadapi ahwa dan syaitan?
i.
Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT,
pahamkah ALLAH SWT dengan segala azab yang telah ditimpakan kepada
manusia-manusia terdahulu akibat tidak mau beriman kepada-Nya?
ALLAH
SWT sampai dengan kapanpun juga dapat dipastikan tahu, ALLAH SWT dapat
dipastikan mengerti dan ALLAH SWT dapat dipastikan paham betul dengan
keberadaan dirinya sendiri, dengan keberadaan ciptaannya sendiri, dengan
keberadaan manusia baik awal sampai dengan akhir, tanpa terkecuali termasuk
diri kita.
Untuk
apa ALLAH SWT sampai mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri
kita melalui Al-Qur’an? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita
bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Sebagai
orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu
untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup
baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap
anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita
yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa
yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang
tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita
sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan. Sekarang bagaimana dengan
ALLAH SWT?
ALLAH
SWT menceritakan kesaksian atas dirinya di dalam Al-Qur’an, agar setiap manusia
yang ada di muka bumi dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari
ALLAH SWT secara langsung sehingga dengan itu semua mampu menghantarkan diri
kita tetap menjadi makhluk yang terhormat, yang mampu pulang kampung ke tempat
terhormat, dengan cara terhormat, untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat,
dalam suasana yang saling hormat menghormati serta mampu pula mengambil hikmah
dan pelajaran dari umat-umat terdahulu sehingga kita tidak menjelma menjadi
firaun-firaun generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi
baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak
menjadikan diri kita menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman Nano
Technology.
Sekarang mari kita perhatikan beberapa ketentuan
yang telah ALLAH SWT kemukakan di dalam Al-Qur’an, yaitu :
a.
ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah mengemukakan
bahwa Syaitan adalah musuh bagi diri kita, lalu apakah yang telah dikemukakan
oleh ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an kita anggap angin lalu saja?
b.
ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan mintalah
kepada ALLAH SWT, lalu apakah kemudahan yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT
kita buang begitu saja sehingga kita lebih senang meminta bantuan Syaitan?
c.
ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa
jika berlindung kepada selain ALLAH SWT berarti berlindung kepada sarang
laba-laba, lalu apakah informasi ini kita anggap tidak ada sehingga
perlindungan ALLAH SWT kita tukar dengan sarang laba-laba?
d.
ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa
ALLAH SWT itu dekat, lebih dekat dari urat leher diri kita, lalu apakah ALLAH
SWT sudah dekat justru kita campakkan sehingga meminta bantuan kepada selain
ALLAH SWT?
e.
ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan untuk
berbakti kepada kedua orang tua, lalu sudahkah hal ini kita laksanakan dengan
baik?
Sebagai
KHALIFAH yang sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, sadarilah bahwa
ALLAH SWT begitu sayang dengan kepada diri kita, namun karena ulah diri kita
sendiri yang tidak menghiraukan apa-apa yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT
maka jangan pernah sekalipun menyalahkan ALLAH SWT jika kita menjadi pecundang
sedangkan syaitan menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi
ini.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita mampu
mempersaksikan kesaksian
ALLAH SWT yang tertuang di dalam surat Ali Imran (3) ayat 18 saat hidup
di muka bumi yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT? Harapan kami, semoga kita
semua mampu melaksanakan Syahadat sesuai dengan kehendak ALLAH SWT dan jika
sampai diri kita tidak mampu melakukannya berarti ada sesuatu yang salah di
dalam pelaksanakan kesaksian diri kita. Untuk itu segeralah perbaiki kesaksian
diri kita sebelum Malaikat Maut memisahkan Ruh dengan Jasmani kita.
Selanjutnya
berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, sekarang diri kita sudah
mengetahui 8(delapan) contoh kesaksian yang terdapat di dalam Al-Qur'an tentang
ALLAH SWT dan juga sudah tahu pula tentang kesaksian ALLAH SWT atas dirinya
sendiri, selanjutnya sudahkah kita melaksanakan SYAHADAT yang artinya kesaksian
sesuai dengan apa yang dikehendaki ALLAH SWT saat diri kita menumpang di langit
dan di bumi ALLAH SWT? Jika diri kita belum mampu melaksanakan 8(delapan) contoh
Kesaksian yang kami kemukakan di atas serta belum mampu pula mempersaksikan
kesaksian ALLAH SWT atas dirinya sendiri, berarti SYAHADAT yang telah kita
lakukan baru sebatas di bibir saja sehingga SYAHADAT yang kita lakukan masih
perlu dipertanyakan kembali kualitasnya atau apa yang telah kita persaksikan
belum tercermin menjadi Komitmen dan Pengakuan kepada ALLAH SWT yang pada
akhirnya tidak akan tampak di dalam perbuatan diri kita.
Setelah
diri kita melaksanakan SYAHADAT yang berisi Kesaksian Tiada Tuhan selain ALLAH SWT, timbul pertanyaan,
bagaimana dengan kesaksian kita tentang Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH
SWT. Apakah tidak cukup dengan kesaksian kita kepada ALLAH SWT atau kenapa pula
kita harus mempersaksikan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusan ALLAH SWT
padahal kita telah mempersaksikan ALLAH SWT? Adanya kesaksian kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan ALLAH SWT bukan karena tidak cukup bagi diri kita
mempersaksikan Tiada Tuhan selain ALLAH SWT. Akan tetapi agar umat manusia tidak
salah langkah, agar umat manusia selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT,
agar kekhalifahan di muka bumi berjalan sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, maka
ALLAH SWT mengutus manusia pilihan-Nya, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan-Nya, sehingga di dalam melaksanakan Kekhalifahan di muka bumi serta
Diinul Islam, umat manusia termasuk diri kita, memiliki Panutan, Contoh dan
Tauladan yang pada akhirnya akan memudahkan manusia itu sendiri melaksanakan
tugas di muka bumi menjadi KHALIFAH yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT.
Sekarang
dengan adanya Kesaksian diri kita kepada ALLAH SWT dan juga Kesaksian kepada
Nabi Muhammad SAW berarti antara diri kita sebagai orang yang melakukan
kesaksian dengan yang dipersaksikan, dalam hal ini ALLAH SWT dan juga Nabi
Muhammad SAW, telah terikat dalam suatu hubungan timbal balik atas apa-apa yang
telah dipersaksikan dalam suatu wadah yang bernama Diinul Islam.
Hal
yang pasti adalah ALLAH
SWT sangat berkomitmen dengan apa-apa yang telah dipersaksikan oleh manusia,
sekarang tergantung dengan manusia itu sendiri dengan Komitmen dan Pengakuan
yang telah dilaksanakannya. Apakah konsisten, apakah ziq-zaq, kadang konsisten
kadang tidak, yang kesemunya memiliki konsekuensi yang sangat berbeda di
hadapan ALLAH SWT. Apabila
kita konsisten maka terperiharalah hubungan antara diri kita dengan ALLAH SWT.
Sedangkan apabila ziq-zaq maka akan ziq-zaq pula hubungan kita dengan ALLAH
SWT.
Selanjutnya
jika kita perhatikan isi dari SYAHADAT yang kita lakukan sangat berkaitan erat
dengan pelaksanaan Rukun Iman yang kita laksanakan, dalam hal ini Iman kepada
ALLAH dan Iman kepada Rasul. Timbul pertanyaan, apakah tidak cukup dengan Rukun
Iman yang telah kita lakukan sehingga kita harus pula melakukan SYAHADAT?
Adanya Kesaksian Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW utusan
ALLAH SWT di dalam SYAHADAT yang kita lakukan, hal ini untuk mempertegas
pelaksanaan dari Rukun IMAN yang telah kita laksanakan dengan mempersaksikan
langsung atas apa-apa yang telah kita imani tersebut. Adanya penegasan kepada
Rukun Iman di dalam pelaksanaaan Rukun Islam, dalam hal ini melaksanakan
SYAHADAT, menandakan bahwa antara Rukun Iman dan Rukun Islam tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya sehingga harus dilaksanakan dalam satu
kesatuan yang pada akhirnya harus tercermin di dalam pelaksanaan Ikhsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar