Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 16 Mei 2016

APA ITU SYAHADAT & BAGAIMANA BERSYAHADAT - part 1 of 3



Apa itu SYAHADAT? Sebuah pertanyaan sederhana, namun jawabannya tidaklah mudah seperti saat mengucapkannya. Hal ini dimungkinkan karena SYAHADAT memiliki banyak dimensi sehingga SYAHADAT dapat diartikan secara sempit, SYAHADAT dapat diartikan secara luas, SYAHADAT dapat memiliki makna yang dangkal maupun dalam kesemuanya tergantung sejauh mana diri kita mampu menempatkan dan meletakkan SYAHADAT di dalam kehidupan kita sehari-hari. Apa itu SYAHADAT? SYAHADAT secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah Kesaksian. Jika SYAHADAT artinya Kesaksian, berarti di dalam SYAHADAT dapat dipastikan terdapat Pelaku kesaksian dan juga Obyek kesaksian atau apa-apa yang akan dipersaksikan.


Sekarang timbul pertanyaan, siapakah yang menjadi Pelaku SYAHADAT dan apakah Obyek dari SYAHADAT? Jika kita mengacu kepada surat Al A'raaf (7) ayat 172, setiap RUH manusia tanpa terkecuali sudah memberikan Kesaksian dengan mengakui bahwa ALLAH SWT adalah Tuhan. Dan jika manusia itu adalah RUH berarti setiap manusia sudah terikat dengan kesaksian yang telah pernah dilakukannya sehingga melalui kesaksian itu pulalah manusia akan dinilai seberapa baik kualitas kesaksianya selama ia melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Adanya kondisi seperti ini berarti diri kita tanpa terkecuali wajib memberikan Kesaksian, yaitu tidak hanya pada saat Ruh ditiupkan akan tetapi selama hayat di kandung badan kita wajib terus dan terus memelihara Kesaksian yang telah pernah kita lakukan. Di lain sisi jika kita berkeinginan untuk melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah berarti diri kita wajib menjadi Pelaku dari SYAHADAT itu sendiri (pembahasan lebih detail tentang Pelaku SYAHADAT ada pada bab tersendiri)


Sekarang apa yang harus kita persaksikan?Jika kita menginginkan selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT dan/atau ingin menjalankan Diinul Islam secara Kaffah maka ada 2(dua) hal yang harus kita persaksikan saat diri kita melaksanakan SYAHADAT, apakah itu? Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT. Setelah kita mengetahui dengan pasti siapa sajakah yang harus memberikan kesaksian dan juga apa yang harus dipersaksikan, maka tidak cukup bagi diri kita hanya sekedar melaksanakan kesaksian sebatas diucapkan atau dilapalkan saja. Kesaksian harus dapat menghantarkan diri kita kepada apa-apa yang kita persaksikan serta harus dapat pula menjadikan kesaksian yang kita lakukan menjadi sebuah Komitmen dan Pengakuan yang tinggi terhadap apa-apa yang kita persaksikan. Jika hal ini belum dapat kita laksanakan berarti kesaksian yang kita lakukan belum sesuai dengan yang dikehendaki ALLAH SWT.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita melaksanakan SYAHADAT yang berisi kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT? Kami yakin kita semua yang membaca buku ini termasuk orang-orang yang sudah mampu melaksanakan SYAHADAT sebagai bagian dari pelaksanaan Diinul Islam secara satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dan jika SYAHADAT sudah kita laksanakan dengan baik dan benar berarti antara diri kita dengan ALLAH SWT dan juga Nabi Muhammad SAW sudah memiliki hubungan dua arah atau telah tersambung dengan ALLAH SWT dan juga Nabi Muhammad SAW di dalam Diinul Islam.


Setelah melaksanakan SYAHADAT, ada satu pertanyaan penting lainnya yang berhubungan erat dengan SYAHADAT yang telah kita lakukan, yaitu apakah SYAHADAT cukup diucapkan saja atau apakah cukup dengan mengucapkan DUA KALIMAT SHAHADAT maka sudah cukup bagi kita mempersaksikan ALLAH SWT sebagai satu-satunya TUHAN yang ada di alam semesta ini dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT dan jika tidak cukup apa yang harus kita lakukan di saat melaksanakan SYAHADAT? Jika kita mengacu kepada pembuktian keimanan seseorang yang harus melalui 3 (tiga) tahapan yaitu dibuktikan di dalam Lisan atau Ucapan kita; dibuktikan di dalam Hati dan Perasaan kita; serta dibuktikan di dalam Perbuatan kita. Hal yang samapun berlaku saat diri kita melaksanakan SYAHADAT yaitu SYAHADAT tidak bisa hanya sebatas ucapan lisan belaka atau hanya disimpan di dalam hati saja. Hal ini dikarenakan omongan atau ucapan seseorang dapat berubah-ubah seperti kata pepatah lidah tidak bertulang serta apa yang ada di dalam hati tidak bisa diperlihatkan.


Jika sampai diri kita melaksanakan SYAHADAT hanya sebatas ucapan belaka atau hanya di dalam hati saja tanpa ada pembuktian terhadap apa-apa yang telah kita persaksikan maka diri kita belum dapat dikatakan telah melaksanakan SYAHADAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Untuk itu harus terjadi sinkronisasi antara apa yang kita ucapkan, dengan apa yang kita yakini dan yang kita perbuat saat melaksanakan SYAHADAT sehingga SYAHADAT yang kita laksanakn dapat kita buktikan dan manfaatnya dapat kita rasakan. Jika hal ini belum dapat kita perlihatkan atau belum dapat kita tunjukkan kepada ALLAH SWT maka ALLAH SWTpun tidak akan mungkin mempercayai apa yang kita ucapkan sepanjang apa yang kita ucapkan atau apa yang kita persaksikan belum kita buktikan kebenarannya.


Adanya kondisi ini dapat dikatakan kepercayaan dari ALLAH SWT tidak akan dapat  tumbuh kepada diri kita jika kita hanya mampu melaksanakan SYAHADAT sebatas ungkapan, sebatas ucapan dan omongan belaka atau sebatas di dalam hati saja tanpa dilandasi pengetahuan dan bukti konkret atas apa-apa yang telah kita persaksikan. Adanya kondisi seperti ini dapat dikatakan, untuk melaksanakan SYAHADAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, diri kita harus terlebih dahulu memiliki ilmu tentang apa-apa yang akan kita persaksikan sebab tanpa kita tahu dan tanpa kita mengerti tentang SYAHADAT yang kita laksanakan, maka apa-apa yang terdapat di balik SYAHADAT tidak dapat kita ketahui dan tidak dapat kita rasakan. Adanya ilmu tentang SYAHADAT, akan memudahkan diri kita membuktikan atas apa-apa yang telah kita ucapkan di hadapan ALLAH SWT kelak. Sekarang sudahkah diri kita memiliki Ilmu yang berhubungan erat dengan SYAHADAT dimaksud? Jika kita belum memiliki mari kita lanjutkan kembali pembahasan mengenai SYAHADAT secara lebih mendalam lagi.


Dalam rangka untuk memudahkan Hamba-Hamba ALLAH SWT memiliki ilmu tentang SYAHADAT serta untuk memudahkan diri kita melaksanakan SYAHADAT yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, kami akan membagi pembahasan tentang SYAHADAT menjadi 2(dua) bagian, yang pertama adalah kesaksian tentang Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan yang kedua adalah kesaksian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Utusan ALLAH SWT.


Untuk itu mari kita bahas terlebih dahulu bagian dari SYAHADAT yang pertama yang artinya Kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT serta untuk memudahkan pemahaman dan pembahasannya, berikut ini akan kami kemukakan 8(delapan) contoh kesaksian yang harus dapat kita persaksikan dengan mata kepala sendiri baik yang terdapat di alam semesta ini maupun yang beerasal dari diri kita sendiri, yang keseluruhannya terdapat di dalam Al-Qur'an. 


1.       Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 46 yang kami kemukakan di bawah ini, manusia termasuk di dalamnya diri kita diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk mengatakan atau bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang tidak hanya mampu menciptakan dan memiliki langit dan bumi semata. Akan tetapi juga mampu berbuat, mampu berkehendak, mampu memelihara, mampu menjaga segala apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Jika ini adalah kondisi dan keadaan dasar daripada ALLAH SWT kepada ciptaan-Nya, lalu punya kemampuan apakah diri kita jika dibandingkan dengan ALLAH SWT?

Katakanlah: "Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya."
(surat Az Zumar (39) ayat 46)


Apakah hal ini tidak cukup bagi diri kita untuk memberikan kesaksian bahwa ALLAH SWT adalah segala-galanya di alam semesta ini? Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, atau yang telah memiliki Ilmu dan Pengetahuan tentang SYAHADAT maka sudah sepatutnya dan selayaknya diri kita mampu memberikan Kesaksian dengan Jujur bahwa hanya ALLAH SWT satu-satunya Tuhan di alam semesta ini. Jika tidak, berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. 


2.       Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 19 yang kami kemukakan di bawah ini, diri kita diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk memperhatikan bahwa Tiada Tuhan selain  ALLAH SWT yang mampu menciptakan langit dan bumi, yang mampu menciptakan manusia, yang mampu menciptakan hewan, yang mampu menciptakan tumbuhan, yang mampu menciptakan udara, yang mampu menciptakan air, mineral serta makhluk hidup lainnya yang ada di alam semesta ini dengan Hak.

Sekarang adakah Tuhan-Tuhan lain selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan langit dan bumi, yang mampu menciptakan manusia, yang mampu menciptakan hewan, yang mampu menciptakan tumbuhan, udara, air, mineral atau makhluk hidup yang lainnya seperti yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT?

  
tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak[784]? jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru,
(surat Ibrahim (14) ayat 19)

[784] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

Jika jawabannya tidak ada Tuhan selain ALLAH SWT, berarti hal ini sudah cukup mampu menghantarkan diri kita untuk bersikap Jujur di dalam memberikan kesaksian sewaktu melaksanakan SYAHADAT di muka bumi ini. Namun apabila kondisi ini belum dapat menjadikan diri kita Jujur kepada ALLAH SWT berarti ada sesuatu  yang salah di dalam diri kita. 

3.       Berdasarkan surat Al An'am (6) ayat 103 yang kami kemukakan di bawah ini, diri kita diperintahkan oleh ALLAH SWT untuk mempersaksikan bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang Maha Mengetahui segala apapun juga yang ada di alam semesta ini tanpa terkecuali.

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
(surat Al An'am (6) ayat 103)


Jika ini adalah keadaan ALLAH SWT  kepada apa-apa yang telah diciptakan-Nya dan kepada apa-apa yang telah dimiliki-Nya berarti kemanapun diri kita berada pasti ALLAH SWT akan mengetahunya dan/atau kita tidak akan mungkin dapat bersembunyi dari kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT. Selanjutnya masih maukah diri kita bersaksi palsu sewaktu melaksanakan SYAHADAT? Sepanjang diri kita masih berada di langit dan di buminya ALLAH SWT maka apapun juga dapat diketahui ALLAH SWT. Adanya kondisi ini apakah tidak cukup bagi diri kita untuk bersikap dan berlaku serta bersikap Jujur kepada ALLAH SWT? 


4.       Berdasarkan surat Qaaf (50) ayat 7-8-9-10-11 yang kami kemukakan di bawah ini,  ALLAH SWT menunjukkan kepada diri kita bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu menjadikan, yang mampu menciptakan Gunung, Cahaya, Udara, Air, Angin, atom atau ion-ion yang ada alam semesta ini serta yang mampu menahan langit dan segala isinya tanpa tiang supaya tidak jatuh. Berdasarkan kondisi ini dapat terlihat dengan jelas betapa hebatnya, betapa mahanya, betapa kuatnya ALLAH SWT dibandingkan dengan diri kita. Sekarang mari kita lihat udara dan air yang ada di alam semesta ini, apakah manusia mampu menciptakan kebutuhan untuk dirinya sendiri? Jika kita mengacu bahwa manusia termasuk makhluk yang sangat membutuhkan udara dan air maka keberadaan udara dan air, dapat dipastikan sudah ada sebelum manusia itu ada. Adanya kondisi ini berarti manusia tidak mungkin dapat menciptakan udara dan air, hal ini dikarenakan tanpa ada udara dan air manusia tidak bisa hidup.

dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan.
(surat  Qaaf (50) ayat 7-8-9-10-11)

Sekarang apa jadinya jika sampai ALLAH SWT tidak pernah serta tidak mampu menciptakan udara dan air bagi kepentingan makhluk hidup yang diciptakannya? Semua makhluk hidup, termasuk diri kita tidak bisa melaksanakan apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT karena semuanya akan mati. Jika ini adalah kondisinya, masih tidak cukupkah bagi diri kita untuk bisa mempersaksikan Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan, yang mampu mengadakan udara dan air yang begitu besar jumlahnya di alam semesta ini dengan baik dan benar? 

5.       Berdasarkan surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69 dan surat  An Nahl (16) ayat 78 di bawah ini, ALLAH SWT menunjukkan kepada kita bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan Manusia yang terdiri dari Jasmani dan Ruhani serta yang diperlengkapi dengan AMANAH 7 yang berasal dari Sifat Ma'ani yang dimiliki-Nya, Hubbul, Hati Ruhani tempat diletakkannya akal, perasaan, dan kehendak. Sekarang mana yang lebih hebat manusia ataukah ALLAH SWT?
  
dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(surat An Nahl (16) ayat 78)

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia.
Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?
(surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69)

Jika ALLAH SWT adalah pencipta dari diri kita, berarti diri kita tidak akan mungkin lebih tinggi, apalagi lebih hebat kedudukannya dibandingkan dengan ALLAH SWT dan jika ALLAH SWT adalah pencipta dari diri kita dapat dipastikan ALLAH SWT sudah ada sebelum diri kita ada. Di lain sisi ALLAH SWT juga pemilik dan pencipta langit dan bumi beserta isinya jika ini kondisinya dapat dipastikan bahwa  diri kita saat ini hidup di muka bumi yang juga dimiliki oleh ALLAH SWT.

Sebagai orang yang sedang menumpang di bumi yang diciptakan dan yang dimiliki  ALLAH SWT, sudahkah diri kita mampu mempersaksikan hal itu semua saat diri kita melaksanakan SYAHADAT? Jika diri kita tidak mampu mempersaksikan diri sendiri yang tidak memiliki apapun juga di muka bumi ini, berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. Untuk itu segeralah memperbaiki SYAHADAT yang telah kita lakukan atau termasuk juga memperbaiki kefitrahan diri sebelum Ruh tiba dikerongkongan.


6.       Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 29 yang kamu kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT juga memerintahkan kepada diri kita untuk memperhatikan bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu mengatur bayang-bayang; yang mampu mempergantikan siang dengan malam serta yang mampu menundukkan matahari dan bulan berjalan di garis edarnya masing-masing. Sekarang apa jadinya jika di muka bumi ini tidak ada siang dan tidak ada malam dan juga tidak ada waktu sedangkan kita sangat membutuhkan adanya siang dan adanya malam dan juga waktu sebab di dalam melakukan ibadah sangat membutuhkan ketepatan waktu?

tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Luqman (31) ayat 29)

Jika ini keadaan yang sudah diperlihatkan dan sudah pula  dipertunjukkan oleh  ALLAH SWT kepada diri kita, maka sudah sepatutnya dan sudah sepantasnya diri kita memberikan kesaksian bahwa hanya ALLAH SWT sajalah yang pantas menjadi Tuhan di alam semesta ini.
 
7.       Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 32 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT  menunjukkan kepada diri kita bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu mengabulkan Doa dari orang yang berdoa kepada-Nya kapanpun, dalam kondisi apapun dan dimanapun ia berada atau sepanjang diri kita masih berada di dalam ciptaan        ALLAH SWT maka ALLAH SWT pasti akan mengabulkan doa kita selama kita mau berdoa kepada-Nya. Sekarang sudahkah diri kita berdoa hanya kepada ALLAH SWT semata? Lalu adakah Tuhan lain  di jagad raya ini selain ALLAH SWT yang mampu mengabulkan doa dari orang yang berdoa kepadanya dimanapun ia berada, kapanpun doa itu dilakukan, dalam kondisi dan keadaan apapun juga mampu dikabulkan?

dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus[1186]. dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
(surat Luqman (31) ayat 32)

[1186] Yang dimaksud dengan jalan yang Lurus Ialah: mengakui ke-esaan Allah.

Jika jawaban dari pertanyaan ini tidak ada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu melakukan itu semua, sekarang tergantung diri kita maukah kita berdoa hanya kepada  ALLAH SWT saat diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi.

8.       Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 5-6 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT menunjukkan, ALLAH SWT memperlihatkan, ALLAH SWT mempertontonkan Kebesaran dan Kemahaan yang dimiliki-Nya kepada diri kita bahwa Tiada Tuhan selain ALLAH SWT yang mampu menjadikan matahari terus bersinar dari waktu ke waktu tanpa henti, terbit di timur tenggelam di barat serta berjalan di garis edar yang telah ditetapkan. Bintang bercahaya. Matahari dan Bulan berjalan sesuai dengan orbitnya masing-masing tanpa pernah tertukar sedetikpun.

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.
(surat Yunus (10) ayat 5-6)

[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

Sebagai orang yang telah tahu diri yang sesungguhnya dan juga telah memiliki ilmu tentang SYAHADAT, tentu dengan adanya Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT yang telah diperlihatkan melalui matahari dan bulan serta bintang, kiranya sudah cukup bagi diri kita untuk menyatakan kesaksian bahwa hanya ALLAH SWT sajalah Tuhan yang mampu melakukan itu semua dan menjadikan itu semua di alam semesta ini.

Selanjutnya setelah mempelajari 8(delapan) kesaksian tentang ALLAH SWT yang terdapat di dalam Al-Qur’an, sekarang masih ada satu hal lain yang sangat-sangat penting tentang ALLAH SWT yang terdapat di dalam  Al-Qur’an, untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama surat Ali Imran (3) ayat 18 di bawah ini.

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Ali Imran (3) ayat 18)

[188] Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18 di atas, ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini memberikan kesaksian atas dirinya sendiri. Bayangkan setelah diri kita mempersaksikan ALLAH SWT lalu ALLAH SWT sekarang memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri. Selanjutnya selaku pemberi kesaksian tentu ALLAH SWT paham benar, mengerti benar tentang keadaan dirinya sendirinya, dibandingkan dengan makhluknya yang memberikan kesaksian melalui Syahadat. Untuk itu tolong perhatikan dengan seksama beberapa pertanyaan di bawah ini?

a.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang menamakan dirinya sendiri ALLAH SWT, dimana DZAT itu ada tanpa ada yang menyertainya ada?

b.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa  ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki Sifat Salbiyah yang enam (maksudnya memiliki sifat Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu Binafsih, sifat Wahdaniyah), yang tidak akan mungkin dimiliki oleh siapapun juga?

c.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah  ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa  ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki sifat Ma’ani yang tujuh (maskudnya sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat) yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dengan sifat Salbiyah?

d.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa  ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki AF’AL atau Perbuatan ALLAH SWT yang mencerminkan Nama-Nama ALLAH SWT yang Indah yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau Asmaul Husna?

e.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa  ALLAH SWT akan berada dan bersama seluruh ciptaannya dimanapun berada sehingga seluruh ciptaan tidak mungkin dapat dipisahkan dengan ALLAH SWT?

f.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa ALLAH SWT adalah pencipta dari seluruh alam semesta ini dan juga kekhalifahan yang ada di muka bumi ini tanpa bantuan siapapun juga?

g.       Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT bahwa  ALLAH SWT adalah pencipta Diinul Islam yang tidak lain adalah satu-satunya konsep ilahiah yang berlaku di muka bumi ini untuk kepentingan kekhalifahan yang ada di muka bumi?

h.      Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT dengan segala kebutuhan manusia, dengan segala problema manusia, baik saat menghadapi ahwa dan syaitan?

i.        Sekarang tahukah ALLAH SWT, mengertikah ALLAH SWT, pahamkah ALLAH SWT dengan segala azab yang telah ditimpakan kepada manusia-manusia terdahulu akibat tidak mau beriman kepada-Nya?

ALLAH SWT sampai dengan kapanpun juga dapat dipastikan tahu, ALLAH SWT dapat dipastikan mengerti dan ALLAH SWT dapat dipastikan paham betul dengan keberadaan dirinya sendiri, dengan keberadaan ciptaannya sendiri, dengan keberadaan manusia baik awal sampai dengan akhir, tanpa terkecuali termasuk diri kita. 


Untuk apa ALLAH SWT sampai mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri kita melalui Al-Qur’an? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Sebagai orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT?


ALLAH SWT menceritakan kesaksian atas dirinya di dalam Al-Qur’an, agar setiap manusia yang ada di muka bumi dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari ALLAH SWT secara langsung sehingga dengan itu semua mampu menghantarkan diri kita tetap menjadi makhluk yang terhormat, yang mampu pulang kampung ke tempat terhormat, dengan cara terhormat, untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati serta mampu pula mengambil hikmah dan pelajaran dari umat-umat terdahulu sehingga kita tidak menjelma menjadi firaun-firaun generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak menjadikan diri kita menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman Nano Technology.


Sekarang mari kita perhatikan beberapa ketentuan yang telah ALLAH SWT kemukakan di dalam Al-Qur’an, yaitu :

a.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah mengemukakan bahwa Syaitan adalah musuh bagi diri kita, lalu apakah yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an kita anggap angin lalu saja?

b.      ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan mintalah kepada ALLAH SWT, lalu apakah kemudahan yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT kita buang begitu saja sehingga kita lebih senang meminta bantuan Syaitan?

c.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa jika berlindung kepada selain ALLAH SWT berarti berlindung kepada sarang laba-laba, lalu apakah informasi ini kita anggap tidak ada sehingga perlindungan ALLAH SWT kita tukar dengan sarang laba-laba?

d.      ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa ALLAH SWT itu dekat, lebih dekat dari urat leher diri kita, lalu apakah ALLAH SWT sudah dekat justru kita campakkan sehingga meminta bantuan kepada selain ALLAH SWT?

e.       ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan untuk berbakti kepada kedua orang tua, lalu sudahkah hal ini kita laksanakan dengan baik?


Sebagai KHALIFAH yang sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, sadarilah bahwa ALLAH SWT begitu sayang dengan kepada diri kita, namun karena ulah diri kita sendiri yang tidak menghiraukan apa-apa yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT maka jangan pernah sekalipun menyalahkan ALLAH SWT jika kita menjadi pecundang sedangkan syaitan menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.

Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita mampu mempersaksikan kesaksian              ALLAH SWT yang tertuang di dalam surat Ali Imran (3) ayat 18 saat hidup di muka bumi yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT? Harapan kami, semoga kita semua mampu melaksanakan Syahadat sesuai dengan kehendak ALLAH SWT dan jika sampai diri kita tidak mampu melakukannya berarti ada sesuatu yang salah di dalam pelaksanakan kesaksian diri kita. Untuk itu segeralah perbaiki kesaksian diri kita sebelum Malaikat Maut memisahkan Ruh dengan Jasmani kita. 


Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, sekarang diri kita sudah mengetahui 8(delapan) contoh kesaksian yang terdapat di dalam Al-Qur'an tentang ALLAH SWT dan juga sudah tahu pula tentang kesaksian ALLAH SWT atas dirinya sendiri, selanjutnya sudahkah kita melaksanakan SYAHADAT yang artinya kesaksian sesuai dengan apa yang dikehendaki ALLAH SWT saat diri kita menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT? Jika diri kita belum mampu melaksanakan 8(delapan) contoh Kesaksian yang kami kemukakan di atas serta belum mampu pula mempersaksikan kesaksian ALLAH SWT atas dirinya sendiri, berarti SYAHADAT yang telah kita lakukan baru sebatas di bibir saja sehingga SYAHADAT yang kita lakukan masih perlu dipertanyakan kembali kualitasnya atau apa yang telah kita persaksikan belum tercermin menjadi Komitmen dan Pengakuan kepada ALLAH SWT yang pada akhirnya tidak akan tampak di dalam perbuatan diri kita.


Setelah diri kita melaksanakan SYAHADAT yang berisi Kesaksian Tiada Tuhan selain           ALLAH SWT, timbul pertanyaan, bagaimana dengan kesaksian kita tentang Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT. Apakah tidak cukup dengan kesaksian kita kepada ALLAH SWT atau kenapa pula kita harus mempersaksikan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusan ALLAH SWT padahal kita telah mempersaksikan ALLAH SWT? Adanya kesaksian kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan ALLAH SWT bukan karena tidak cukup bagi diri kita mempersaksikan Tiada Tuhan selain ALLAH SWT. Akan tetapi agar umat manusia tidak salah langkah, agar umat manusia selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT, agar kekhalifahan di muka bumi berjalan sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, maka ALLAH SWT mengutus manusia pilihan-Nya, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, sehingga di dalam melaksanakan Kekhalifahan di muka bumi serta Diinul Islam, umat manusia termasuk diri kita, memiliki Panutan, Contoh dan Tauladan yang pada akhirnya akan memudahkan manusia itu sendiri melaksanakan tugas di muka bumi menjadi KHALIFAH yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT.


Sekarang dengan adanya Kesaksian diri kita kepada ALLAH SWT dan juga Kesaksian kepada Nabi Muhammad SAW berarti antara diri kita sebagai orang yang melakukan kesaksian dengan yang dipersaksikan, dalam hal ini ALLAH SWT dan juga Nabi Muhammad SAW, telah terikat dalam suatu hubungan timbal balik atas apa-apa yang telah dipersaksikan dalam suatu wadah yang bernama Diinul Islam.

Hal yang pasti adalah ALLAH SWT sangat berkomitmen dengan apa-apa yang telah dipersaksikan oleh manusia, sekarang tergantung dengan manusia itu sendiri dengan Komitmen dan Pengakuan yang telah dilaksanakannya. Apakah konsisten, apakah ziq-zaq, kadang konsisten kadang tidak, yang kesemunya memiliki konsekuensi yang sangat berbeda di hadapan ALLAH SWT. Apabila kita konsisten maka terperiharalah hubungan antara diri kita dengan ALLAH SWT. Sedangkan apabila ziq-zaq maka akan ziq-zaq pula hubungan kita dengan ALLAH SWT.


Selanjutnya jika kita perhatikan isi dari SYAHADAT yang kita lakukan sangat berkaitan erat dengan pelaksanaan Rukun Iman yang kita laksanakan, dalam hal ini Iman kepada ALLAH dan Iman kepada Rasul. Timbul pertanyaan, apakah tidak cukup dengan Rukun Iman yang telah kita lakukan sehingga kita harus pula melakukan SYAHADAT? Adanya Kesaksian Tiada Tuhan selain ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW utusan ALLAH SWT di dalam SYAHADAT yang kita lakukan, hal ini untuk mempertegas pelaksanaan dari Rukun IMAN yang telah kita laksanakan dengan mempersaksikan langsung atas apa-apa yang telah kita imani tersebut. Adanya penegasan kepada Rukun Iman di dalam pelaksanaaan Rukun Islam, dalam hal ini melaksanakan SYAHADAT, menandakan bahwa antara Rukun Iman dan Rukun Islam tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sehingga harus dilaksanakan dalam satu kesatuan yang pada akhirnya harus tercermin di dalam pelaksanaan Ikhsan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar