Untuk
dapat memperlihatkan secara tegas tentang awal mula adanya permusuhan antara
manusia dengan iblis/setan. Ada baiknya kita merenungi terlebih dahulu hal-hal
berikut ini: Siapakah saya? Apakah saya ada dengan sendirinya? Siapakah Nabi Adam as, itu? Adakah hubungan saya
dengan Nabi Adam as, sebagai manusia pertama di muka bumi? Jika kita tidak
mempunyai hubungan apapun dengan Nabi Adam as, sebagai manusia pertama,
darimanakah asal-usul kita, apakah berasal dari monyet seperti Teori Darwin? Asal usul diri
kita semuanya akan kembali kepada Nabi Adam as, sebagai manusia pertama dan
Siti Hawa sebagai istrinya. Tanpa ada keduanya maka tidak akan ada kehidupan manusia
saat ini. Adanya kondisi ini berarti keberadaan diri kita saat ini tidak bisa
dilepaskan dari keberadaan Nabi Adam as dan Siti Hawa sebagai istrinya sehingga
diri kita tidak lain adalah anak cucu dari keturunan-keturunan Nabi Adam as.
Selanjutnya
agar konsep hidup adalah permainan dapat terlaksana, atau dapat mengisi syurga
dan neraka dengan adil, atau untuk mengaktifkan kebesaran dan kemahaan Allah
SWT maka Allah SWT menciptakan makhluk baru yang bernama manusia, dimana
manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah Nabi Adam a.s.. sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (surat Al
Baqarah (2) ayat 30).”
Berikutnya
Allah SWT berfirman dalam surah Adz-Dzariyat (51) ayat 56 sebagaimana berikut
ini: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,"
Dan berdasarkan 2 (dua) ketentuan di atas ini maka Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya akan
dijadikan oleh Allah SWT sebagai makhluk dwifungsi yaitu menjadi abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.
Dan ini berarti ilmu tentang manusia hanya diketahui oleh
Allah SWT semata, sehingga tidak ada satupun makhluk yang mengetahuinya. Apa buktinya? Hal ini dikarenakan
malaikat baik yang diciptakan dari cahaya (nur) dan juga dari api (naar)
sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT ribuan tahun sebelum rencana
besar tersebut dikemukakan para malaikat tidak pernah tahu rencana tersebut dan
malaikat
baru tahu setelah diberi tahu oleh Allah SWT tentang akan adanya makhluk baru
yang dinamakan dengan manusia sehingga rencana besar penciptaan manusia di
muka bumi hanya Allah SWT sajalah yang tahu.
Timbul pertanyaan, apakah
malaikat tahu tentang arti dan maksud dan tujuan dari penghambaan dan
kekhalifahan di muka bumi yang ada dalam rencana besar Allah SWT? Apakah
malaikat punya kemampuan untuk mempelajari tentang penghambaan dan juga
kekhalifahan di muka bumi? Selanjutnya jika malaikat tahu arti penghambaan dan
kekhalifahan apa yang akan malaikat lakukan? Kemungkinan besar malaikatlah yang pertama-tama
mengajukan diri menjadi abd’(hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi
sebab malaikat telah diciptakan oleh Allah SWT lebih dahulu dibandingkan dengan
Nabi Adam as, (malaikat lebih senior
daripada Nabi Adam as,).
Akan
tetapi justru malaikat menyatakan kepada Allah SWT, dalam surat Al Baqarah (2)
ayat 30 berikut ini“apakah tasbih, pemujaan dan pensucianku kepada Engkau tidak cukup
bagi-Mu, sehingga Engkau mau menciptakan khalifah yang akan membuat kerusakan
dan pertumpahan darah di muka bumi?” Malaikat menyatakan seperti itu dikarenakan
hanya itulah yang dia ketahui dan yang dia mengerti dan juga karena
keterbatasan ilmu yang dimilikinya.
Hasil
akhir dari perdebatan ditutup dengan pernyataan Allah SWT yang menyatakan di
akhir surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Adanya pernyataan di akhir surat Al
Baqarah (2) ayat 30 di atas ini, menaunjukkan bahwa Allah SWT telah memiliki konsep yang
matang lagi sempurna tentang konsep penciptaan manusia yang akan menjadi abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang tidak diketahui oleh
malaikat baik yang diciptakan dari nur (cahaya) dan dari naar (api).
Lalu
apa yang terjadi setelah Nabi Adam as, diciptakan dan dihidupkan oleh Allah SWT.
Untuk itu mari kita pelajari keberadaan Nabi Adam as, ditinjau dari sisi “Manusia Pertama” yang diciptakan oleh
Allah SWT serta apa-apa saja yang masih terus berlaku sampai dengan saat ini,
sebagaimana berikut ini:
A. NABI ADAM as, DICIPTAKAN SEBAGAI
MANUSIA PERTAMA DAN DICIPTAKAN DARI
TANAH.
Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT
sebagai manusia pertama. Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT dari tanah. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 59 berikut ini: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa disisi Allah,
adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia) maka jadilah dia.” Lalu seperti apakah kondisi jasad dari
Nabi Adam, as sewaktu diciptakan?
Jawaban dari pertanyaan di atas, ada
pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagaimana berikut ini: “Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Nabi SAW
bersabda: Allah SWT menciptakan Adam setinggi enam puluh hasta. Setelah selesai
penciptaan Adam. Allah SWT berkata, ‘Pergilah. Ucapkan salam kepada para
malaikat yang sedang duduk di sana, lalu dengarkan apa jawaban mereka atas
salammu karena sesungguhnya mereka member salam kepadamu dan anak cucumu. Nabi
Adam as, berkata, Assalamu ‘alaikum.’ Para Malaikat menjawab, “Assalamu alaika
wa rahmatullah.” (mereka menambah kalimat Wa rahmatullah) Maka seluruh manusia
yang masuk syurga seperti penampilan Adam, dan semakin abad penciptaan (tinggi)
manusia semakin berkurang hingga saat ini.” (Hadits Riwayat Bukhari). Adanya
ketentuan ayat dan hadits di atas, yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah adalah
jasadnya atau phisiknya atau jasmaninya Nabi Adam as,.
Dan setelah jasad atau phisik Nabi
Adam as, diciptakan oleh Allah SWT dari tanah, maka jasad dari Nabi Adam as,
tersebut diperlihatkan kepada seluruh malaikat dalam kurun waktu tertentu dalam
hal ini selama 40 (empat puluh) tahun sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu
Hurairah ra, katanya" Nabi SAW bercerita bahwa Adam dan Musa pernah
berbantahan. Kata Musa, "Hai, Adam! Engkau adalah bapak kami. Tetapi
engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari
syurga". Jawab Adam, "Engkau, hai Musa! Engkau telah dipilih dan
diistimewakan Allah ta'ala. Dengan kehendak-Nya dapat bercakap-cakap
dengan-Nya. Apakah kamu menyesaliku karena urusan yang telah ditaqdirkan Allah
atasku sejak 40 (empat puluh) tahun sebelum aku diciptakan-Nya?" Sabda
Nabi SAW., " Demikianlah Adam dan Musa saling berbantah. (Hadits Riwayat Muslim No.2276).
Setelah dipertontonkan, setelah
dipertunjukkan, serta setelah diperlihatkan keberadaan jasad atau phisik Nabi
Adam as, beberapa waktu lamanya, barulah Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasad
Nabi Adam as, tanpa bantuan, atau tanpa perantaraan siapapun juga sehingga
hiduplah Nabi Adam as, menjadi manusia pertama yang berkedudukan di syurga dalam
arti kebun (jannah). Sebagaimana dikemukakan dalam surat Shaad (38) ayat 72 berikut ini: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya.”
Ayat ini mengemukakan bahwa ruh yang ada
dalam diri Nabi Adam as, berasal dan diciptakan oleh Allah SWT secara langsung
melalui proses peniupan, tanpa melalui perantaraan siapapun juga.
Disinilah letak perbedaan yang paling
mendasar antara jasmani Nabi Adam as, dengan ruh Nabi Adam as, dimana jasmani
diciptakan sedangkan ruh ditiupkan. Sesuatu yang diciptakan, baru ada jika ia telah
diciptakan, sedangkan sesuatu yang ditiupkan sudah ada terlebih dahulu pada
yang meniupkannya, dalam hal ini Allah SWT. Ini berarti keberadaan ruh
tidak bisa dilepaskan dari keberadaan peniup ruh itu sendiri, dalam hal ini
adalah Allah SWT.
Sekarang adakah makhluk lain selain manusia yang memiliki ruh yang
ditiupkan langsung oleh Allah SWT? Sampai
dengan saat ini dan bahkan sampai dengan hari kiamat kelak, tidak ada satu makhlukpun
yang memiliki ruh seperti ruh manusia. Adanya kondisi ini berarti manusia sudah sejak awal
dipersiapkan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terrhomat, hal ini disebabkan
hanya manusialah satu-satunya makhluk yang memiliki sesuatu yang berasal dari
Allah SWT melalui proses peniupan, yaitu ruh yang diciptakan dari nur-Nya. Selanjutnya
dalam rangka memperbanyak dan menambah jumlah anggota keluarga Nabi Adam as,
maka Allah SWT menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan hidup yang sekaligus
istri dari Nabi Adam as, lalu ke duanya hidup dan berkedudukan di syurga.
B.
NABI ADAM as, DIAJARKAN LANGSUNG OLEH
ALLAH SWT.
Nabi Adam as, sebagai calon abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang pertama di muka bumi dan sebagai
bukti Allah SWT adalah inisiator dan perencana yang sangat handal, maka Nabi
Adam as, diajar oleh Allah SWT secara langsung. Sebagaimana firman-Nya berikut
ini: “Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!”. (surat Al
Baqarah (2) ayat 31). Nabi Adam as, diajarkan
langsung oleh Allah SWT dalam rangka diberikan pembekalan, dalam hal ini diberi
Ilmu dan Pengetahuan, sehingga jika Nabi
Adam as, mampu menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka
bumi maka Nabi Adam as, mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar atau akan dapat memudahkan Nabi Adam
as, melaksanakan tugas-tugasnya di muka bumi.
Allah SWT tahu dan sangat mengetahui bahwa tanpa adanya ilmu dan pengetahuan maka Nabi Adam as, atau anak dan keturunannya tidak akan mampu menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang baik dan benar di muka bumi. Adanya ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh Nabi Adam as, atau manusia diharapkan akan sangat membantu serta memudahkan tugas penghambaan dan juga tugas kekhalifahan Nabi Adam as, atau manusia di muka bumi kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar