1. Kesaksian
Pada Diri Manusia. Untuk memudahkan diri kita melaksanakan sya-hadat, untuk memelihara, untuk
memperbaiki serta untuk meningkatkan kualitas syahadat yang telah kita
laksanakan, kita tidak perlu jauh-jauh untuk melakukan kesaksian. Sebab kitapun
dapat melaksanakannya dengan mempersaksikan melalui diri kita sendiri. Untuk
maksud tersebut mutlak diperlukan adanya ilmu dan pengetahuan yang cukup
tentang mengenal diri atau mengetahui dengan pasti siapa diri kita sebenarnya dibandingkan
dengan Allah SWT serta perlu Kejujuran untuk melaksanakannya. Sepanjang diri
kita tidak pernah tahu diri maka akan sangat sulit bagi diri kita untuk
melaksanakan syahadat melalui diri kita sendiri.
a. Proses Kejadian Manusia Di dalam Rahim seorang Ibu. Keberadaan
manusia di muka bumi dimulai dari bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim seorang
ibu, demikian pula dengan diri kita. Lalu pernahkah kita memperhatikan, atau
merenungi apa yang terjadi dalam rahami seorang ibu? Jika kita pernah memper-hatikan
dan merenungi itu semua, pernahkah terbayangkan oleh kita apakah yang
sebenarnya terjadi di dalam rahim selama 9 (sembilan) bulan 10 (sepuluh) hari,
apakah hanya dengan bertemunya sperma dengan sel telur di dalam rahim seorang
ibu, lalu dengan begitu saja dapat menjadi cikal bakal manusia termasuk juga
kebe-radaan diri kita di muka bumi ini? Apakah rahim seorang ibu begitu hebat
sehingga ia mampu memproses sperma dan sel telur menjadi seorang anak manusia
ataukah pencipta dari rahim ibu itu yang hebat?
Allah SWT berdasarkan surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69 sebagaimana berikut
ini: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang menghidupkan
dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata
kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia. Apakah kamu tidak melihat
kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan?
Adapun yang terjadi di dalam rahim
seorang ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari adanya kehendak, kemampuan
serta ilmu Allah SWT untuk menciptakan manusia untuk melaksanakan konsep
dwifungsi dan dwidimensi. Maka terjadinya proses kelahiran seseorang yang
terjadi di dalam rahim seorang Ibu juga tidak bisa terlepas dari adanya kehendak,
kemampuan dan ilmu Allah SWT dalam satu kesatuan. Untuk itu mari kita renungkan
hal-hal sebagai berikut sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT dan juga dalam rangka meningkatkan kualitas syahadat
melalui proses kelahiran manusia ke muka bumi, yaitu :
(1) Adakah Ilmu Allah SWT di dalam rahim seorang ibu, jika tidak ada ba-gaimana mungkin rahim bisa begitu hebat
sehingga mampu memproses sperma dan sel telur?
(2) Adakah Qudrat dan Iradat Allah SWT
di dalam rahim seorang ibu, jika Allah SWT tidak memiliki Qudrat dan Iradat
yang sama-sama hebat bagaimana mungkin Allah SWT sanggup menciptakan segala
sesuatu termasuk rahim seorang Ibu?
(3) Adakah kasih sayang Allah SWT di
dalam rahim seorang ibu, jika tidak bagai-mana mungkin seorang ibu mau
mengorbankan jiwanya untuk melahirkan anak?
(4) Adakah di dalam rahim seorang ibu
kehidupan yang berasal dari Allah SWT, jika tidak ada kehidupan yang berasal
dari Allah SWT tidak akan ada manusia, sebab yang ada hanya Jasmani saja, sebab
Ruhaninya tidak ada.
(5) Adakah di dalam rahim seorang ibu
keajaiban yang dipertontonkan atau diperlihatkan Allah SWT, jika tidak
bagaimana mungkin seorang ibu dapat merasakan adanya suatu gerakan yang
dilakukan oleh bayinya?
Jika sampai
rahim tidak pernah diciptakan dan tidak pernah diletakkan pada seorang ibu oleh
penciptanya, dapatkah sperma dan sel telur berproses menjadi segumpal mani,
lalu menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging yang kemudian menjadi
janin. Hal ini sebagaimana dikemukakan di dalam firman-Nya berikut ini: “dan Allah menciptakan kamu dari tanah
kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perempuan). dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula)
melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak
dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi
umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya
yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (surat Faathir (35) ayat 11)
Allah SWT
melalui proses terjadinya manusia melalui rahim seorang ibu, pada dasarnya
telah mempertontonkan kemahaan yang dimiliki oleh Allah SWT kepada manusia.
Tanpa ada kemahaan dan kebesaran Allah SWT, tanpa ada ilmu Allah SWT, tanpa ada
Qudrat dan Iradat Allah SWT tidak akan mungkin hanya rahim seorang ibu mampu
berbuat, mampu memproses sperma dan sel telur sedemikian rupa menjadi cikal
bakal jasmani manusia. Allah SWT berfirman: “Dan
mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di
antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya. (surat Ar Ruum (30) ayat 8)
Timbul
pertanyaan, apa jadinya jika tidak ada kemahaan dan kebesaran Allah SWT di
dalam rahim seorang ibu? Yang pasti tidak akan pernah ada regenerasi manusia di muka bumi.
Adanya
proses kejadian manusia yang di mulai dari setetes mani, Allah SWT berkehendak
untuk menunjukkan kepada seluruh umat manusia termasuk kepada diri kita bahwa
hanya Allah SWT lah yang mampu melakukan
itu semua. Selanjutnya jadikan hal ini menjadi sebuah keimanan yang tidak tergo-yahkan
bahwa hanya Allah SWT lah satu-satunya tuhan yang mampu menciptakan manusia
dari setetes mani. Sekarang, jika ini adalah keadaan dari proses kejadian
manusia maka sudah sepatutnya dan sepantasnyalah setiap manusia yang ada di
muka bumi ini untuk memberikan kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT
yang mampu menciptakan manusia dengan segala apa-apa yang melekat pada diri
manusia.
b. Ketidakmampuan Manusia untuk Mengatur Usianya
Sendiri. Usia
seseorang ti dak ada yang sama, ada yang panjang dan ada yang pendek.
Selanjutnya apakah itu usia? Usia adalah saat bersatunya ruh dengan jasmani
atau sepanjang ruh masih bersatu dengan jasmani berarti usia seseorang masih
berlangsung. Sekarang mampukah diri kita dengan segala kekayaan yang kita miliki,
dengan segala keah-lian dan teknologi yang kita pergunakan, dengan segala kedudukan
yang kita mili-ki, dengan segala kekuatan dan kehebatan yang kita miliki untuk
mencegah berpisahnya ruh dengan jasmani atau untuk mencegah datangnya kematian
atau untuk menggagalkan pekerjaan Malaikat Izrail? Sampai
dengan saat ini, dengan segala apapun juga, dengan segala teknologi yang ada,
dengan segala-galanya, tidak ada yang dapat mencegah datangnya kematian atau
tidak ada yang dapat menunda saat berpisahnya ruh dengan jasmani walaupun hanya
satu detik sekalipun atau mampu menggagalkan pekerjaan Malaikat Izrail. Adanya
kondisi ini menandakan dan menunjukkan kepada diri kita bahwa manusia termasuk
diri kita itu lemah, tidak berdaya, tidak memiliki kekuatan, jika sudah
berhadapan dengan Kematian atau jika sudah berhadapan dengan Malaikat Izrail.
Sekarang jika sudah seperti ini keadaan manusia di waktu menghadapi
kematian, tidakkah hal ini menandakan
bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang paling berkuasa di alam semesta ini.
Berdasarkan
surat Ali Imran (3) ayat 145 berikut ini: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati
melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.
barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala
dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula)
kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang
yang bersyukur.” dan juga berdasarkan surat Al Anbiyaa (21) ayat 34-35 yang kami kemukakan
berikut ini:“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi
seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah
mereka akan kekal? tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (surat Al Anbiyaa' (21) ayat 34-35)
Ayat di
atas ini mengemukakan bahwa saat berpisahnya ruh dengan jasmnai yang berarti adanya
kematian pada diri seseorang dan yang menunjukkan Malaikat Izrail yang bertugas
untuk mencabut nyawa manusia merupakan ketetapan Allah SWT yang pasti berlaku
untuk setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Jika sekarang kematian
merupakan ketetapan Allah SWT yang pasti berlaku bagi seluruh manu-sia,
dapatkah kita menolak atau dapatkah kita melawan ketetapan Allah SWT tersebut sehingga tidak berlaku bagi diri
kita? Berapapun
harta yang kita miliki, berapapun kekuatan militer yang kita miliki, berapapun
kemampuan teknologi kedokteran yang kira pergunakan, tidak akan pernah dapat
merubah ketetapan datangnya kematian seseorang.
Adanya ketetapan tentang kematian yang dibuat langsung oleh Allah
SWT agar setiap manusia termasuk diri kita sadar, agar manusia termasuk diri
kita tahu diri bahwa Allah SWT adalah penguasa. Allah SWT adalah satu-satunya
Tuhan yang berhak disembah di alam semesta ini, dan pada akhirnya kitapun harus
tunduk dan patuh untuk mematuhi bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu
menguasai apapun juga termasuk di dalamnya kematian yang akan kita hadapi.
Selanjutnya, jika apa
yang telah kami kemukakan di atas ini masih kurang dapat dijadikan renungan dan
penyadar dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan kualitas syahadat yang
telah kita laksanakan, ada baiknya kita perhatikan surat Al Waaqiah (56) ayat
83-84-85-86-87 yang kami kemukakan berikut ini: “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, Padahal kamu ketika
itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak
melihat, Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?kamu tidak
mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang
benar? (surat Al Waaqiah (56) ayat
83-84-85-86-87).” Ayat di atas ini mengemukakan tentang datangnya
kematian atau tatkala maut datang menghampiri manusia. Dimana
manusia tidak memiliki kekuasaan apapun atas nyawanya sendiri atau manusia
tidak berdaya dengan ruhnya sendiri ketika Malaikat Izrail melaksanakan tugas
untuk memisahkan ruh dengan jasmani.
Adanya
ketidakmampuan manusia, termasuk diri kita kelak, untuk menghadapi Malaikat
Izrail di dalam melaksanakan tugas, sudah seharusnya dapat menjadikan diri kita
sadar dan yakin bahwa kitapun akan mengalami hal yang sama yaitu menghadapi proses
kematian atau mengalami proses sakratul maut. Jika sudah
demikian keadaannya patut dan pantaskah diri kita sombong kepada Allah SWT
dengan tidak mau menyatakan Tiada Tuhan selain Allah SWT yang paling berkuasa
di alam semesta ini? Sebagai orang yang telah Tahu Diri dapat dipastikan kita tidak akan
pernah berperilaku sombong di muka bumi Allah SWT ini. Akan
tetapi jika kita berharap untuk pulang kampung ke neraka jahannam kelak
bertindak dan berlakukah sombong secara konsisten dari waktu ke waktu sehingga
akan menghantarkan diri kita berperilaku sesuai dengan dengan nilai-nilai
keburukan dan juga yang sesuai dengan kehendak syaitan. Pilihan sekarang ada
pada diri kita sendiri termasuk di dalamnya resiko yang timbul tanggung pula
sendiri.
c. Lahirnya Manusia tanpa Bapak.
Menurut ilmu kedokteran, terjadinya pem-buahan atau terjadinya kehamilan
harus ada syaratnya yaitu bertemunya sperma yang terbaik yang berasal dari
seorang bapak dengan sel telur yang berasal dari seorang ibu baik di dalam rahim
maupun di luar rahim melalui sistem tabung. Adanya kondisi ini dapat di artikan
bahwa jika yang ada hanya sperma saja
tanpa ada sel telur maka pembuahan atau kehamilan tidak bisa terjadi. Demikian
pula sebalik-nya, jika yang ada hanya sel telur saja tanpa adanya sperma maka
pembuahan atau kehamilan tidak bisa terjadi juga. Inilah salah satu ketetapan
yang berlaku umum maupun yang berlaku di dalam ilmu kedokteran saat ini.
Sekarang
bagaimana dengan keberadaan Nabi Isa as, yang lahir ke dunia dengan kondisi
tidak memenuhi syarat konsep dasar dari pembuahan yaitu bertemunya sperma dari
seorang laki-laki dengan sel Telur yang berasal dari seorang ibu, dikarenakan
Nabi Isa as, hanya mempunyai seorang ibu tanpa memiliki seorang bapak? Jika
kita mengacu kepada ilmu kedokteran semata, dapat dipastikan Nabi Isa as, tidak
akan mungkin dilahirkan oleh Maryam ke muka bumi ini. Akan tetapi kenyataannya
adalah Nabi Isa as, ada dan lahir ke muka bumi hanya dengan memiliki seorang
Ibu tanpa memiliki seorang bapak, selanjutnya apa yang harus kita lakukan
dengan adanya peristiwa ini, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut
ini: “(ingatlah), ketika Malaikat
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat[195] (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),(surat
Ali Imran (3) ayat 45)
[195]
Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang Nabi yang diciptakan dengan kalimat
kun (jadilah) tanpa bapak Yaitu Nabi Isa a.s.
Kita harus mempercayainya, kita harus mengimaninya bahwa kelahiran Nabi
Isa as, ke muka bumi adalah atas kehendak dan kemampuan serta Ilmu Allah SWT. Dan jika kelahiran Nabi Isa as, ini kita
asumsikan sebagai salah satu contoh dari Kemahaan dan Kebesaran Allah SWT yang
sanggup menjadikan manusia tanpa memiliki bapak melainkan hanya dari seorang
ibu saja.
Sekarang adakah atau mampukah Tuhan-Tuhan lain selain Allah SWT yang
mampu melakukan hal yang sama yaitu menjadikan manusia hanya dari seorang ibu
saja seperti halnya Nabi Isa as,? Sampai dengan saat ini belum ada dan
tidak akan pernah ada Tuhan selain Allah
SWT yang mampu menciptakan manusia dari seorang ibu saja atau yang mampu menjadikan manusia dari seorang
Ibu saja. Jika ini adalah kondisinya maka kelahiran Nabi Isa as, ke muka bumi
dapat diartikan sebagai bukti kehebatan, bukti kebesaran dan bukti kemahaan
dari Allah SWT yang dipertunjukkan kepada seluruh umat manusia, termasuk kepada
diri. Selanjutnya sudahkah hal ini kita persaksikan dengan Ilmu dan Kejujuran
yang kita miliki saat diri kita melaksanakan syahadat? Jika kita termasuk orang
yang telah memiliki Ilmu dan kejujuran serta telah pula Tahu Diri yaitu Tahu
siapa Allah SWT dan Tahu siapa Diri kita maka sudah sepatutnya dan sepantasnya
diri kita mengakui Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menjadikan apapun.
d. Manusia telah
diberi ruh yang suci oleh Allah SWT. Ruh seluruh
manusia yang ada di muka bumi tanpa terkecuali asalnya dari Allah SWT sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit" (surat Al Israa' (17) ayat 85).” Ruh
sebagai sesuatu yang ditiupkan oleh Allah SWT dapat dipastikan ruh sudah ada
terlebih dahulu pada yang meniupkannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam
surat Al Hijr (15) ayat 29 berikut ini: Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud[796]. (surat Al Hijr (15) ayat 29)
[796]
Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
Sekarang coba anda bayangkan dan renungkan bahwa Allah SWT memberikan
kepada Manusia sesuatu yang berasal dari Allah SWT secara langsung tanpa
melalui perantaraan siapapun juga, dimana ruh yang ditiupkan Allah SWT tersebut
tidak pernah diketahui oleh siapapun juga termasuk di dalamnya iblis/jin/syaitan
serta Malaikat. Sehingga menurut pendapat dan pengetahuan iblis/jin/syaitan
bahwa manusia hanya terdiri dari Jasmani semata yang diciptakan dari tanah dan
sedangkan ruh keberadaannya tidak pernah diketahuinya. Apa buktinya?
Untuk itu lihatlah surat Saba' (34) ayat 14 berikut ini: “Maka tatkala Kami telah menetapkan
kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu
kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur,
tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah
mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (surat
Saba' (34) ayat 14).” Di dalam surat Saba' (34) ayat 14 di
atas diterangkan bahwa jin tidak mengetahui sama sekali bahwa Nabi Sulaiman as,
telah meninggal dunia. Ini berarti bahwa
jin hanya mengetahui bahwa Nabi Sulaiman as, hanya terdiri dari satu unsur saja
yaitu jasmani saja sedangkan keberadaan ruh tidak pernah diketahui sedikitpun
oleh jin apalagi oleh iblis maupun syaitan. Selanjutnya sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, coba anda renungkan
dengan seksama mengenai ruh diri kita sendiri, dimana Allah SWT sudah
memberikan sesuatu yang terbaik yang berasal dari Allah SWT secara langsung
sampai sampai jin, iblis, dan syaitan pun tidak mempunyai pengetahuan tentang ruh,
sekarang bagaimana kita menyikapinya?
Jika kita
termasuk orang yang tahu diri maka kita harus menyikapi hal ini dengan menempatkan
Allah SWT pada posisi yang sebenarnya yaitu sebagai pemilik yang sekaligus pencipta,
pemelihara, penjaga, pengawas dan pengayom dari langit dan bumi beserta isinya
serta menempatkan diri kita sendiri sebagai makhluk yang diciptakan-Nya yang
tidak memiliki apapun juga dan yang hidup di bumi yang dimiliki pula oleh Allah
SWT. Untuk itu jika kita telah merasa diberikan sesuatu yang baik dan yang
berharga dari Allah SWT maka peliharalah dan jagalah ruh tersebut jangan sampai
rusak; peliharalah dan jagalah ruh jangan sampai cacat; peliharalah dan jagalah
jangan sampai ruh dikalahkan oleh jasmani atau dijajah oleh jasmani;
peliharalah dan jagalah ruh untuk selalu menjadi diri kita yang sebenarnya.
Sekarang
timbul perta-nyaan yang mendasar, siapakah yang sanggup memelihara, merawat,
menjadikan ruh tetap unggul terhadap jasmani? Yang pasti adalah yang sanggup
merawat, memelihara dan memperbaiki ruh adalah pencipta dari ruh itu sendiri.
Selanjutnya jika ruh terganggu, rusak, cacat, kotor, akibat dijajah dan
dipengaruhi oleh jasmani maka yang sanggup memelihara dan merawatnya adalah Allah
SWT. Sekarang jika hanya Allah SWT saja yang sanggup menciptakan, merawat dan
memelihara ruh manusia, selanjutnya :
(1) Sudahkah kita semua mengetahuinya secara baik dan benar dan menja-dikan
ini sebagai sebuah keimanan?
(2) Sudahkah kita semua mencoba menghubungi Allah SWT untuk meminta perawatan?
(3) Sudahkah kita semua melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh pen-cipta
ruh atau sudahkah kita berhubungan baik dengan pemilik dan pencipta ruh?
(4) Sudahkah kita menyelaraskan, menserasikan dan juga menyeimbangkan ruh yang ada pada diri kita
dengan pemilik dan pemelihara ruh?
Sekarang
patut dan pantaskah diri kita menghindar dari Allah SWT atau patut dan
pantaskah diri kita tidak mau mengakui bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang
mampu menciptakan, memelihara, menjaga ruh seluruh umat manusia? Hasil akhir
dari semua ini, sangat tergantung kepada diri kita sendiri, apakah mau
melaksanakan syahadat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT ataukah tidak. Hal
yang harus kita perhatikan adalah segala resiko yang timbul akibat diri kita
tidak mau mengakui, akibat diri kita tidak mau menerima, akibat diri kita tidak
mau menjadikan Allah SWT sebagai
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah adalah tanggung jawab masing-masing,
tidak bisa di alihkan, tidak bisa dipindah tangankan apalagi diwariskan kepada
anak dan keturunan.
e. Tubuh dan Organ Tubuh Manusia yang diciptakan
dalam Bentuk yang Sebaik-baiknya. Untuk
itu lihatlah, perhatikanlah, renungkanlah, pelajarilah dengan seksama tubuh
kita sendiri melalui organ-organ yang ada pada tubuh diri kita, maka jika kita
mau berfikir jernih akan terlihat oleh kita suatu keadaan yang sangat-sangat hebat
di dalam diri kita sebab Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Manusia bukan diciptakan dalam kondisi asal-asalan oleh Allah
SWT. Apa yang kami kemukakan di atas ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Allah SWT di dalam surat At Tin
(95) ayat 4 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. (surat At Tin (95) ayat 4). Dan selanjutnya
kami ingin mengajak jamaah sekalian untuk merenungi kembali apa-apa yang akan
kami kemukakan di bawah ini dengan suatu perenungan yang jujur, yaitu:
(1) Lihatlah serta persaksikanlah jaringan sel-sel syaraf dan jaringan
sel-sel da-rah manusia yang begitu rapih.
(2) Lihatlah serta persaksikanlah organ tubuh manusia seperti jantung, paru,
limpa, hati dan ginjal yang selalu bekerja tiada henti.
(3) Lihatlah serta persaksikanlah ukuran dan panjang tangan kita yang
propor-sional dengan tinggi rendahnya tubuh.
(4) Lihatlah serta persaksikanlah ukuran dan panjang kaki kita yang
pro-porsional dengan tinggi rendahnya tubuh.
(5) Lihatlah dan persaksikanlah alis
mata kita yang tidak bertambah panjang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan
rambut kepala kita.
(6) Lihatlah dan persaksikanlah kuku tangan dan kuku kaki yang selalu tum-buh
dari waktu ke waktu dibandingkan dengan bulu mata kita yang pertumbuhan-nya
terbatas.
(7) Lihatlah dan persaksikanlah wajah
dan rupa manusia, tidak ada yang sa-ma baik bentuk wajah dan rupanya atau lihat
pula sidik jarinya.
Adanya
7(tujuh) kondisi yang kami kemukakan di atas ini, menandakan bahwa Allah SWT di
dalam menciptakan diri kita bukan dengan cara asal-asalan secara apa adanya.
Allah SWT menciptakan diri kita dalam sebuah kehendak yang di dukung oleh ilmu
dan kemampuan yang sangat hebat sehingga segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah
SWT pasti dalam bentuk dan ukuran yang sebaik-baiknya sesuai dengan cerminan
dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT itu sendiri.
Setelah mempersaksikan anggota tubuh kita sendiri yang begitu hebat dan
begitu sempurna keadaannya, apakah tidak cukup bagi kita untuk menyadari bahwa
memang Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan organ dan tubuh
manusia dengan sebaik-baiknya. Sekarang bertanyalah kepada diri kita sendiri,
apakah kita merasa menciptakan diri kita
sendiri, apakah kita merasa yang merancang bentuk dan fungsi jantung
sendiri sehingga mampu memompa darah secara otomatis tanpa istirahat, apakah
kita sendiri yang membangun sel-sel otak yang berjumlah milyaran sel yang
terdiri dari berbagai pusat dan fungsi yang terintegrasi sehingga kita bisa
berfikir, mengingat, berhitung, merencanakan, serta mampu berimajinasi?
Jangan anda jawab pertanyaan ini, tapi renungkanlah dengan penuh
kejujuran lalu nyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu
menciptakan hal ini semua.
Sekarang
coba bayangkan apa jadinya jika alis mata manusia selalu bertambah panjang
seperti rambut kepala kita atau bulu mata yang selalu bertambah panjang seperti
bertambah panjangnya kuku tangan dan kaki kita. Adanya kondisi ini masihkah
kita meragukan lagi bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan tubuh dan organ diri kita dengan
sebaik-baiknya? Jika kondisi dan keadaan
ini belum juga bisa menjadikan diri kita bersyahadat sesuai dengan kehendak Allah
SWT berarti kita belum tahu diri, belum memiliki ilmu dan kejujuran, belum
beriman kepada Allah SWT dan juga tidak pernah bersyukur kepada Allah SWT.
Untuk itu jangan pernah salahkan Allah SWT jika Neraka Jahannam menjadi tujuan
akhir perjalanan diri kita sehingga
kasih sayang syaitan yang kita peroleh.
f. Persaksikanlah dengan Ilmu dan
Kejujuran yang kita miliki tentang tidur, ten-tang
istirahatnya manusia di malam hari, atau
saat bangun atau saat bekerjanya
manusia di siang hari serta saat matinya manusia atau saat berpisahnya ruh
dengan jasmani yang tidak akan mungkin dapat dihindarkan oleh manusia. Sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “dan Dialah yang menidurkan kamu di
malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian
Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah
ditentukan[481], kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia
memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (surat
Al An'am (6) ayat 60)
[481] Kamu
ditidurkan di malam hari dan dibangunkan di siang hari, supaya dengan
perputaran waktu itu habislah umurmu yang telah ditentukan.
Allah SWT berfirman: “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya
dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan[1313]. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.(surat
Az Zumar (39) ayat 42)
[1313]
Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat
kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja,
rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi.
Sekarang
jika kita merasa telah menjadi orang yang sangat hebat, cobalah menahan lelah
dan letih setelah bekerja, atau cobalah menahan kantuk di waktu malam, atau
cobalah menahan buang air kecil atau menahan buang air besar, tidak usah
lama-lama cukup satu hari saja? Jika diri kita tidak
mampu menahan itu semua berarti kita tidak bisa disebut orang yang hebat
dikarenakan untuk mengatasi permasa-lahan yang ada pada diri sendiri kita tidak
mampu apalagi mau mengalahkan Allah SWT.
g. Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang
saling ber-kasih sayangnya manusia yang ada di muka bumi ini.
Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir. (surat Ar Ruum (30) ayat 21).” Sekarang apa
jadinya jika di dunia ini yang ada hanyalah rasa untuk saling kalah
mengalahkan, rasa untuk mengintimidasi orang lain tanpa ada belas kasih sayang? Semua
akan menjadi kacau, semuanya akan saling curiga mencurigai dan jika ini yang
terjadi maka regenerasi manusia di muka bumi tidak akan berjalan mulus sesuai
dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
h. Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang kecen-derungan di dalam diri manusia untuk mempercayai
adanya Allah SWT atau adanya kepercayaan di dalam diri manusia akan adanya Allah
SWT atau adanya rasa berketuhanan di dalam diri manusia. Sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(surat
Al A'raaf (7) ayat 172)
i. Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang adanya manusia yang menjadi pikun, lemah dan tidak
memiliki kemampuan lagi setelah sebelumnya muda, sehat, kuat serta berkuasa. Sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “dan Barangsiapa yang Kami panjangkan
umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada kejadian(nya) Maka Apakah mereka
tidak memikirkan? (surat
Yaasin (36) ayat 68).”
j. Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran
yang kita miliki tentang hasrat atau keinginan manusia ingin berumah tangga
dalam rangka regenerasi manusia yang tidak lain adalah abd’ (hamba)-Nya yang
sekaligus khalifah-Nya di muka bumi atau adanya Hubbul Syahwat di dalam diri
manusia. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian
(diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak
yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian
dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah
kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan
janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang
mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari Keuntungan
duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu. (surat
An Nuur (24) ayat 33).”
k. Persaksikanlah
dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang tertawanya manusia atau
tentang menangisnya manusia atau tentang sedihnya manusia serta tentang
senangnya manusia. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan bahwasa-nya Dialah yang menjadikan
orang tertawa dan menangis, (surat An Najm (53) ayat 43).” Sekarang adakah Tuhan selain Allah SWT yang
sanggup menjadikan itu semua?
l. Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran
yang kita miliki tentang ketidak-mampuan manusia untuk menolak azab atau
menolak bencana atau meniadakan sesuatu yang ada di dalam diri seperti menahan
kantuk yang kesemuaanya asalnya dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya berikut
ini: “kemudian Kami meng-hukum mereka, Maka Kami tenggelamkan mereka di laut
disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat Kami itu. (surat Al A'raaf (7) ayat 136).”
m. Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran
yang kita miliki tentang susu yang berasal dari sapi, kuda ataupun kambing
serta madu yang berasal dari lebah alam maupun lebah ternak yang sangat
bermanfaat, yang sangat berguna, yang berkhasiat obat bagi kepentingan
kekhalifahan di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan Sesungguhnya pada binatang ternak
itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada
apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah,
yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (surat
An Nahl (16) ayat 66).”
Allah SWT berfirman: “dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. (surat
An Nahl (16) ayat 68).” Sekarang
sanggupkah diri kita membuat susu atau madu yang serupa dengan susu dan madu
yang diciptakan oleh Allah SWT melalui ciptaan-Nya? Adanya kondisi seperti
apakah patut dan pantas kita merusak alam?
n. Persaksikanlah
dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang berman-faatnya, tentang
berkhasiatnya, tentang bergunanya binatang dan juga tumbuhan bagi kepentingan
manusia di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan Sesungguhnya pada
binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi
kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga)
pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu. (surat
Al Mu'minuun (23) ayat 21).” Sekarang
mampukah manusia memenuhi kebutuhan gizi jika di alam semesta ini tidak
diciptakan tumbuhan dan binatang ternak oleh Allah SWT? Jika kita termasuk
orang yang telah mampu dan mengenal diri sendiri, maka dengan adanya keberadaan
tumbuhan dan hewan yang ada di muka bumi, sudah cukup bagi diri kita untuk
selalu menyatakan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan
tumbuhan dan hewan yang dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.
Semoga dengan adanya bahan renungan dalam kerangka melaksanakan syahadat yang kami kemukakan diatas mampu menjadikan kualitas syahadat yang kita miliki meningkat dari waktu ke waktu selama hayat masih di kandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar