Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 03 Januari 2024

KESAKSIAN YANG DAPAT KITA LAKUKAN SAAT SYAHADAT (PART 2 OF 2)


1.   Kesaksian Pada Diri Manusia. Untuk memudahkan diri kita melaksanakan sya-hadat, untuk memelihara, untuk memperbaiki serta untuk meningkatkan kualitas syahadat yang telah kita laksanakan, kita tidak perlu jauh-jauh untuk melakukan kesaksian. Sebab kitapun dapat melaksanakannya dengan mempersaksikan melalui diri kita sendiri. Untuk maksud tersebut mutlak diperlukan adanya ilmu dan pengetahuan yang cukup tentang mengenal diri atau mengetahui dengan pasti siapa diri kita sebenarnya dibandingkan dengan Allah SWT serta perlu Kejujuran untuk melaksanakannya. Sepanjang diri kita tidak pernah tahu diri maka akan sangat sulit bagi diri kita untuk melaksanakan syahadat melalui diri kita sendiri.

 

a.    Proses Kejadian Manusia Di dalam  Rahim  seorang  Ibu. Keberadaan manusia di muka bumi dimulai dari bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim seorang ibu, demikian pula dengan diri kita. Lalu pernahkah kita memperhatikan, atau merenungi apa yang terjadi dalam rahami seorang ibu? Jika kita pernah memper-hatikan dan merenungi itu semua, pernahkah terbayangkan oleh kita apakah yang sebenarnya terjadi di dalam rahim selama 9 (sembilan) bulan 10 (sepuluh) hari, apakah hanya dengan bertemunya sperma dengan sel telur di dalam rahim seorang ibu, lalu dengan begitu saja dapat menjadi cikal bakal manusia termasuk juga kebe-radaan diri kita di muka bumi ini? Apakah rahim seorang ibu begitu hebat sehingga ia mampu memproses sperma dan sel telur menjadi seorang anak manusia ataukah pencipta dari rahim ibu itu yang hebat?

 

Allah SWT berdasarkan surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69 sebagaimana berikut ini: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia. Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?

 

Adapun yang terjadi di dalam rahim seorang ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari adanya kehendak, kemampuan serta ilmu Allah SWT untuk menciptakan manusia untuk melaksanakan konsep dwifungsi dan dwidimensi. Maka terjadinya proses kelahiran seseorang yang terjadi di dalam rahim seorang Ibu juga tidak bisa terlepas dari adanya kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT dalam satu kesatuan. Untuk itu mari kita renungkan hal-hal sebagai berikut sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan juga dalam rangka meningkatkan kualitas syahadat melalui proses kelahiran manusia ke muka bumi, yaitu :

 

(1)    Adakah  Ilmu  Allah SWT di dalam  rahim  seorang ibu, jika  tidak ada ba-gaimana mungkin rahim bisa begitu hebat sehingga mampu  memproses sperma dan sel telur?

(2) Adakah Qudrat dan Iradat Allah SWT di dalam rahim seorang ibu, jika Allah SWT tidak memiliki Qudrat dan Iradat yang sama-sama hebat bagaimana mungkin Allah SWT sanggup menciptakan segala sesuatu termasuk rahim seorang Ibu?

(3) Adakah kasih sayang Allah SWT di dalam rahim seorang ibu, jika tidak bagai-mana mungkin seorang ibu mau mengorbankan jiwanya untuk melahirkan anak?

(4) Adakah di dalam rahim seorang ibu kehidupan yang berasal dari Allah SWT, jika tidak ada kehidupan yang berasal dari Allah SWT tidak akan ada manusia, sebab yang ada hanya Jasmani saja, sebab Ruhaninya tidak ada.

(5)  Adakah di dalam rahim seorang ibu keajaiban yang dipertontonkan atau diperlihatkan Allah SWT, jika tidak bagaimana mungkin seorang ibu dapat merasakan adanya suatu gerakan yang dilakukan oleh bayinya?

 

Jika sampai rahim tidak pernah diciptakan dan tidak pernah diletakkan pada seorang ibu oleh penciptanya, dapatkah sperma dan sel telur berproses menjadi segumpal mani, lalu menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging yang kemudian menjadi janin. Hal ini sebagaimana dikemukakan di dalam firman-Nya berikut ini: “dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (surat Faathir (35) ayat 11)

 

Allah SWT melalui proses terjadinya manusia melalui rahim seorang ibu, pada dasarnya telah mempertontonkan kemahaan yang dimiliki oleh Allah SWT kepada manusia. Tanpa ada kemahaan dan kebesaran Allah SWT, tanpa ada ilmu Allah SWT, tanpa ada Qudrat dan Iradat Allah SWT tidak akan mungkin hanya rahim seorang ibu mampu berbuat, mampu memproses sperma dan sel telur sedemikian rupa menjadi cikal bakal jasmani manusia. Allah SWT berfirman: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya. (surat Ar Ruum (30) ayat 8)


Timbul pertanyaan, apa jadinya jika tidak ada kemahaan dan kebesaran Allah SWT di dalam rahim seorang ibu? Yang pasti tidak akan pernah ada regenerasi manusia  di muka bumi.

 

Adanya proses kejadian manusia yang di mulai dari setetes mani, Allah SWT berkehendak untuk menunjukkan kepada seluruh umat manusia termasuk kepada diri kita bahwa hanya  Allah SWT lah yang mampu melakukan itu semua. Selanjutnya jadikan hal ini menjadi sebuah keimanan yang tidak tergo-yahkan bahwa hanya Allah SWT lah satu-satunya tuhan yang mampu menciptakan manusia dari setetes mani. Sekarang, jika ini adalah keadaan dari proses kejadian manusia maka sudah sepatutnya dan sepantasnyalah setiap manusia yang ada di muka bumi ini untuk memberikan kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan manusia dengan segala apa-apa yang melekat pada diri manusia.

 

b.     Ketidakmampuan  Manusia  untuk  Mengatur Usianya Sendiri.  Usia seseorang ti dak ada yang sama, ada yang panjang dan ada yang pendek. Selanjutnya apakah itu usia? Usia adalah saat bersatunya ruh dengan jasmani atau sepanjang ruh masih bersatu dengan jasmani berarti usia seseorang masih berlangsung. Sekarang mampukah diri kita dengan segala kekayaan yang kita miliki, dengan segala keah-lian dan teknologi yang kita pergunakan, dengan segala kedudukan yang kita mili-ki, dengan segala kekuatan dan kehebatan yang kita miliki untuk mencegah berpisahnya ruh dengan jasmani atau untuk mencegah datangnya kematian atau untuk menggagalkan pekerjaan Malaikat Izrail? Sampai dengan saat ini, dengan segala apapun juga, dengan segala teknologi yang ada, dengan segala-galanya, tidak ada yang dapat mencegah datangnya kematian atau tidak ada yang dapat menunda saat berpisahnya ruh dengan jasmani walaupun hanya satu detik sekalipun atau mampu menggagalkan pekerjaan Malaikat Izrail. Adanya kondisi ini menandakan dan menunjukkan kepada diri kita bahwa manusia termasuk diri kita itu lemah, tidak berdaya, tidak memiliki kekuatan, jika sudah berhadapan dengan Kematian atau jika sudah berhadapan dengan Malaikat Izrail. Sekarang jika sudah seperti ini keadaan manusia di waktu menghadapi kematian,  tidakkah hal ini menandakan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang paling berkuasa di alam semesta ini.

 

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 145 berikut ini: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” dan juga berdasarkan surat Al Anbiyaa (21) ayat 34-35 yang kami kemukakan berikut ini:Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah mereka akan kekal? tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (surat Al Anbiyaa' (21) ayat 34-35)

 

Ayat di atas ini mengemukakan bahwa saat berpisahnya ruh dengan jasmnai yang berarti adanya kematian pada diri seseorang dan yang menunjukkan Malaikat Izrail yang bertugas untuk mencabut nyawa manusia merupakan ketetapan Allah SWT yang pasti berlaku untuk setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Jika sekarang kematian merupakan ketetapan Allah SWT yang pasti berlaku bagi seluruh manu-sia, dapatkah kita menolak atau dapatkah kita melawan ketetapan Allah SWT  tersebut sehingga tidak berlaku bagi diri kita? Berapapun harta yang kita miliki, berapapun kekuatan militer yang kita miliki, berapapun kemampuan teknologi kedokteran yang kira pergunakan, tidak akan pernah dapat merubah ketetapan datangnya kematian seseorang.

 

Adanya ketetapan  tentang kematian yang dibuat langsung oleh Allah SWT agar setiap manusia termasuk diri kita sadar, agar manusia termasuk diri kita tahu diri bahwa Allah SWT adalah penguasa. Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah di alam semesta ini, dan pada akhirnya kitapun harus tunduk dan patuh untuk mematuhi bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menguasai apapun juga termasuk di dalamnya kematian yang akan kita hadapi.

 

Selanjutnya, jika apa yang telah kami kemukakan di atas ini masih kurang dapat dijadikan renungan dan penyadar dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan kualitas syahadat yang telah kita laksanakan, ada baiknya kita perhatikan surat Al Waaqiah (56) ayat 83-84-85-86-87 yang kami kemukakan berikut ini: “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, Padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat, Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar? (surat Al Waaqiah (56) ayat 83-84-85-86-87).” Ayat di atas ini mengemukakan tentang datangnya kematian atau tatkala maut datang menghampiri manusia. Dimana manusia tidak memiliki kekuasaan apapun atas nyawanya sendiri atau manusia tidak berdaya dengan ruhnya sendiri ketika Malaikat Izrail melaksanakan tugas untuk memisahkan ruh dengan jasmani.

 

Adanya ketidakmampuan manusia, termasuk diri kita kelak, untuk menghadapi Malaikat Izrail di dalam melaksanakan tugas, sudah seharusnya dapat menjadikan diri kita sadar dan yakin bahwa kitapun akan mengalami hal yang sama yaitu menghadapi proses kematian atau mengalami proses sakratul maut. Jika sudah demikian keadaannya patut dan pantaskah diri kita sombong kepada Allah SWT dengan tidak mau menyatakan Tiada Tuhan selain Allah SWT yang paling berkuasa di alam semesta ini? Sebagai orang yang telah Tahu Diri dapat dipastikan kita tidak akan pernah berperilaku sombong di muka bumi Allah SWT ini. Akan tetapi jika kita berharap untuk pulang kampung ke neraka jahannam kelak bertindak dan berlakukah sombong secara konsisten dari waktu ke waktu sehingga akan menghantarkan diri kita berperilaku sesuai dengan dengan nilai-nilai keburukan dan juga yang sesuai dengan kehendak syaitan. Pilihan sekarang ada pada diri kita sendiri termasuk di dalamnya resiko yang timbul tanggung pula sendiri.

 

c.   Lahirnya Manusia tanpa Bapak. Menurut  ilmu  kedokteran, terjadinya pem-buahan atau terjadinya kehamilan harus ada syaratnya yaitu bertemunya sperma yang terbaik yang berasal dari seorang bapak dengan sel telur yang berasal dari seorang ibu baik di dalam rahim maupun di luar rahim melalui sistem tabung. Adanya kondisi ini dapat di artikan bahwa  jika yang ada hanya sperma saja tanpa ada sel telur maka pembuahan atau kehamilan tidak bisa terjadi. Demikian pula sebalik-nya, jika yang ada hanya sel telur saja tanpa adanya sperma maka pembuahan atau kehamilan tidak bisa terjadi juga. Inilah salah satu ketetapan yang berlaku umum maupun yang berlaku di dalam ilmu kedokteran saat ini.

 

Sekarang bagaimana dengan keberadaan Nabi Isa as, yang lahir ke dunia dengan kondisi tidak memenuhi syarat konsep dasar dari pembuahan yaitu bertemunya sperma dari seorang laki-laki dengan sel Telur yang berasal dari seorang ibu, dikarenakan Nabi Isa as, hanya mempunyai seorang ibu tanpa memiliki seorang bapak? Jika kita mengacu kepada ilmu kedokteran semata, dapat dipastikan Nabi Isa as, tidak akan mungkin dilahirkan oleh Maryam ke muka bumi ini. Akan tetapi kenyataannya adalah Nabi Isa as, ada dan lahir ke muka bumi hanya dengan memiliki seorang Ibu tanpa memiliki seorang bapak, selanjutnya apa yang harus kita lakukan dengan adanya peristiwa ini, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:(ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat[195] (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),(surat Ali Imran (3) ayat 45)

 

[195] Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang Nabi yang diciptakan dengan kalimat kun (jadilah) tanpa bapak Yaitu Nabi Isa a.s.

 

Kita harus mempercayainya, kita harus mengimaninya bahwa kelahiran Nabi Isa as, ke muka bumi adalah atas kehendak dan kemampuan serta Ilmu Allah SWT. Dan jika kelahiran Nabi Isa as, ini kita asumsikan sebagai salah satu contoh dari Kemahaan dan Kebesaran Allah SWT yang sanggup menjadikan manusia tanpa memiliki bapak melainkan hanya dari seorang ibu saja.

 

Sekarang adakah atau mampukah Tuhan-Tuhan lain selain Allah SWT yang mampu melakukan hal yang sama yaitu menjadikan manusia hanya dari seorang ibu saja seperti halnya Nabi Isa as,? Sampai dengan saat ini belum ada dan tidak akan pernah  ada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan manusia dari seorang ibu saja atau  yang mampu menjadikan manusia dari seorang Ibu saja. Jika ini adalah kondisinya maka kelahiran Nabi Isa as, ke muka bumi dapat diartikan sebagai bukti kehebatan, bukti kebesaran dan bukti kemahaan dari Allah SWT yang dipertunjukkan kepada seluruh umat manusia, termasuk kepada diri. Selanjutnya sudahkah hal ini kita persaksikan dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki saat diri kita melaksanakan syahadat? Jika kita termasuk orang yang telah memiliki Ilmu dan kejujuran serta telah pula Tahu Diri yaitu Tahu siapa Allah SWT dan Tahu siapa Diri kita maka sudah sepatutnya dan sepantasnya diri kita mengakui Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menjadikan apapun.

 

d.     Manusia  telah  diberi ruh yang suci oleh Allah SWT. Ruh seluruh manusia yang ada di muka bumi tanpa terkecuali asalnya dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya berikut ini: dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (surat Al Israa' (17) ayat 85).” Ruh sebagai sesuatu yang ditiupkan oleh Allah SWT dapat dipastikan ruh sudah ada terlebih dahulu pada yang meniupkannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hijr (15) ayat 29 berikut ini: Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796]. (surat Al Hijr (15) ayat 29)

 

[796] Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.

 

Sekarang coba anda bayangkan dan renungkan bahwa Allah SWT memberikan kepada Manusia sesuatu yang berasal dari Allah SWT secara langsung tanpa melalui perantaraan siapapun juga, dimana ruh yang ditiupkan Allah SWT tersebut tidak pernah diketahui oleh siapapun juga termasuk di dalamnya iblis/jin/syaitan serta Malaikat. Sehingga menurut pendapat dan pengetahuan iblis/jin/syaitan bahwa manusia hanya terdiri dari Jasmani semata yang diciptakan dari tanah dan sedangkan ruh keberadaannya tidak pernah diketahuinya. Apa buktinya?

 

Untuk itu lihatlah surat Saba' (34) ayat 14 berikut ini: “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (surat Saba' (34) ayat 14).” Di dalam surat Saba' (34) ayat 14 di atas diterangkan bahwa jin tidak mengetahui sama sekali bahwa Nabi Sulaiman as, telah  meninggal dunia. Ini berarti bahwa jin hanya mengetahui bahwa Nabi Sulaiman as, hanya terdiri dari satu unsur saja yaitu jasmani saja sedangkan keberadaan ruh tidak pernah diketahui sedikitpun oleh jin apalagi oleh iblis maupun syaitan. Selanjutnya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, coba anda renungkan dengan seksama mengenai ruh diri kita sendiri, dimana Allah SWT sudah memberikan sesuatu yang terbaik yang berasal dari Allah SWT secara langsung sampai sampai jin, iblis, dan syaitan pun tidak mempunyai pengetahuan tentang ruh, sekarang bagaimana kita menyikapinya?

 

Jika kita termasuk orang yang tahu diri maka kita harus menyikapi hal ini dengan menempatkan Allah SWT pada posisi yang sebenarnya yaitu sebagai pemilik yang sekaligus pencipta, pemelihara, penjaga, pengawas dan pengayom dari langit dan bumi beserta isinya serta menempatkan diri kita sendiri sebagai makhluk yang diciptakan-Nya yang tidak memiliki apapun juga dan yang hidup di bumi yang dimiliki pula oleh Allah SWT. Untuk itu jika kita telah merasa diberikan sesuatu yang baik dan yang berharga dari Allah SWT maka peliharalah dan jagalah ruh tersebut jangan sampai rusak; peliharalah dan jagalah ruh jangan sampai cacat; peliharalah dan jagalah jangan sampai ruh dikalahkan oleh jasmani atau dijajah oleh jasmani; peliharalah dan jagalah ruh untuk selalu menjadi diri kita yang sebenarnya.

 

Sekarang timbul perta-nyaan yang mendasar, siapakah yang sanggup memelihara, merawat, menjadikan ruh tetap unggul terhadap jasmani? Yang pasti adalah yang sanggup merawat, memelihara dan memperbaiki ruh adalah pencipta dari ruh itu sendiri. Selanjutnya jika ruh terganggu, rusak, cacat, kotor, akibat dijajah dan dipengaruhi oleh jasmani maka yang sanggup memelihara dan merawatnya adalah Allah SWT. Sekarang jika hanya Allah SWT saja yang sanggup menciptakan, merawat dan memelihara ruh manusia, selanjutnya :

 

(1)   Sudahkah  kita  semua  mengetahuinya  secara baik dan benar dan menja-dikan ini sebagai sebuah keimanan?

(2)  Sudahkah kita semua mencoba menghubungi Allah SWT untuk meminta perawatan?

(3)  Sudahkah kita semua melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh pen-cipta ruh atau sudahkah kita berhubungan baik dengan pemilik dan pencipta ruh?

(4) Sudahkah kita menyelaraskan, menserasikan dan juga  menyeimbangkan ruh yang ada pada diri kita dengan pemilik dan pemelihara ruh?    

 

Sekarang patut dan pantaskah diri kita menghindar dari Allah SWT atau patut dan pantaskah diri kita tidak mau mengakui bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan, memelihara, menjaga ruh seluruh umat manusia? Hasil akhir dari semua ini, sangat tergantung kepada diri kita sendiri, apakah mau melaksanakan syahadat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT ataukah tidak. Hal yang harus kita perhatikan adalah segala resiko yang timbul akibat diri kita tidak mau mengakui, akibat diri kita tidak mau menerima, akibat diri kita tidak mau menjadikan  Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah adalah tanggung jawab masing-masing, tidak bisa di alihkan, tidak bisa dipindah tangankan apalagi diwariskan kepada anak dan keturunan.

 

e.   Tubuh  dan  Organ Tubuh Manusia yang diciptakan dalam Bentuk yang Sebaik-baiknya. Untuk itu lihatlah, perhatikanlah, renungkanlah, pelajarilah dengan seksama tubuh kita sendiri melalui organ-organ yang ada pada tubuh diri kita, maka jika kita mau berfikir jernih akan terlihat oleh kita suatu keadaan yang sangat-sangat hebat di dalam diri kita sebab Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia bukan diciptakan dalam kondisi asal-asalan oleh Allah SWT. Apa yang kami kemukakan di atas ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Allah SWT  di dalam surat At Tin (95) ayat 4 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (surat At Tin (95) ayat 4). Dan selanjutnya kami ingin mengajak jamaah sekalian untuk merenungi kembali apa-apa yang akan kami kemukakan di bawah ini dengan suatu perenungan yang jujur, yaitu:

 

(1)  Lihatlah serta persaksikanlah jaringan sel-sel syaraf dan jaringan sel-sel da-rah manusia yang begitu rapih.

(2)  Lihatlah serta persaksikanlah organ tubuh manusia seperti jantung, paru, limpa, hati dan ginjal yang selalu bekerja tiada henti.

(3)   Lihatlah serta persaksikanlah ukuran dan panjang tangan kita yang propor-sional dengan tinggi rendahnya tubuh.

(4) Lihatlah serta persaksikanlah ukuran dan panjang kaki kita yang pro-porsional dengan tinggi rendahnya tubuh. 

(5)  Lihatlah dan persaksikanlah  alis mata kita yang tidak bertambah panjang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan rambut kepala kita.

(6)  Lihatlah dan persaksikanlah kuku tangan dan kuku kaki yang selalu tum-buh dari waktu ke waktu dibandingkan dengan bulu mata kita yang pertumbuhan-nya terbatas.

(7)  Lihatlah dan persaksikanlah  wajah dan rupa manusia, tidak ada yang sa-ma baik bentuk wajah dan rupanya atau lihat pula sidik jarinya.

 

Adanya 7(tujuh) kondisi yang kami kemukakan di atas ini, menandakan bahwa Allah SWT di dalam menciptakan diri kita bukan dengan cara asal-asalan secara apa adanya. Allah SWT menciptakan diri kita dalam sebuah kehendak yang di dukung oleh ilmu dan kemampuan yang sangat hebat sehingga segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti dalam bentuk dan ukuran yang sebaik-baiknya sesuai dengan cerminan dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT itu sendiri.

 

Setelah mempersaksikan anggota tubuh kita sendiri yang begitu hebat dan begitu sempurna keadaannya, apakah tidak cukup bagi kita untuk menyadari bahwa memang Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan organ dan tubuh manusia dengan sebaik-baiknya. Sekarang bertanyalah kepada diri kita sendiri, apakah kita merasa menciptakan diri kita  sendiri, apakah kita merasa yang merancang bentuk dan fungsi jantung sendiri sehingga mampu memompa darah secara otomatis tanpa istirahat, apakah kita sendiri yang membangun sel-sel otak yang berjumlah milyaran sel yang terdiri dari berbagai pusat dan fungsi yang terintegrasi sehingga kita bisa berfikir, mengingat, berhitung, merencanakan, serta mampu berimajinasi?

 

Jangan anda jawab pertanyaan ini, tapi renungkanlah dengan penuh kejujuran lalu nyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan hal ini semua.

 

Sekarang coba bayangkan apa jadinya jika alis mata manusia selalu bertambah panjang seperti rambut kepala kita atau bulu mata yang selalu bertambah panjang seperti bertambah panjangnya kuku tangan dan kaki kita. Adanya kondisi ini masihkah kita meragukan lagi bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan  tubuh dan organ diri kita dengan sebaik-baiknya?  Jika kondisi dan keadaan ini belum juga bisa menjadikan diri kita bersyahadat sesuai dengan kehendak Allah SWT berarti kita belum tahu diri, belum memiliki ilmu dan kejujuran, belum beriman kepada Allah SWT dan juga tidak pernah bersyukur kepada Allah SWT. Untuk itu jangan pernah salahkan Allah SWT jika Neraka Jahannam menjadi tujuan akhir perjalanan diri kita  sehingga kasih sayang syaitan yang kita peroleh.

 

f.    Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang  kita miliki  tentang tidur, ten-tang istirahatnya manusia di malam hari, atau  saat  bangun atau saat bekerjanya manusia di siang hari serta saat matinya manusia atau saat berpisahnya ruh dengan jasmani yang tidak akan mungkin dapat dihindarkan oleh manusia. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan[481], kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (surat Al An'am (6) ayat 60)

 

[481] Kamu ditidurkan di malam hari dan dibangunkan di siang hari, supaya dengan perputaran waktu itu habislah umurmu yang telah ditentukan.

Allah SWT berfirman: “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan[1313]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.(surat Az Zumar (39) ayat 42)

 

[1313] Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi.

 

Sekarang jika kita merasa telah menjadi orang yang sangat hebat, cobalah menahan lelah dan letih setelah bekerja, atau cobalah menahan kantuk di waktu malam, atau cobalah menahan buang air kecil atau menahan buang air besar, tidak usah lama-lama cukup satu hari saja? Jika diri kita tidak mampu menahan itu semua berarti kita tidak bisa disebut orang yang hebat dikarenakan untuk mengatasi permasa-lahan yang ada pada diri sendiri kita tidak mampu apalagi mau mengalahkan Allah SWT.      

 

g.     Persaksikanlah  dengan  Ilmu  dan  Kejujuran  yang  kita  miliki tentang saling ber-kasih sayangnya manusia yang ada di muka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (surat Ar Ruum (30) ayat 21).Sekarang apa jadinya jika di dunia ini yang ada hanyalah rasa untuk saling kalah mengalahkan, rasa untuk mengintimidasi orang lain tanpa ada belas kasih sayang? Semua akan menjadi kacau, semuanya akan saling curiga mencurigai dan jika ini yang terjadi maka regenerasi manusia di muka bumi tidak akan berjalan mulus sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT.

  

h.    Persaksikanlah  dengan  Ilmu  dan  Kejujuran  yang  kita miliki tentang kecen-derungan di dalam diri manusia untuk mempercayai adanya Allah SWT atau adanya kepercayaan di dalam diri manusia akan adanya Allah SWT atau adanya rasa berketuhanan di dalam diri manusia. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(surat Al A'raaf (7) ayat 172)

 

i.      Persaksikanlah  dengan  Ilmu  dan  Kejujuran  yang  kita miliki tentang adanya manusia yang menjadi pikun, lemah dan tidak memiliki kemampuan lagi setelah sebelumnya muda, sehat, kuat serta berkuasa. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada kejadian(nya) Maka Apakah mereka tidak memikirkan? (surat Yaasin (36) ayat 68).

 

j.      Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang hasrat atau keinginan manusia ingin berumah tangga dalam rangka regenerasi manusia yang tidak lain adalah abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi atau adanya Hubbul Syahwat di dalam diri manusia. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari Keuntungan duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu. (surat An Nuur (24) ayat 33).

 

k.    Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang tertawanya manusia atau tentang menangisnya manusia atau tentang sedihnya manusia serta tentang senangnya manusia. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan bahwasa-nya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, (surat An Najm (53) ayat 43).”  Sekarang adakah Tuhan selain Allah SWT yang sanggup menjadikan itu semua? 

 

l.   Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang ketidak-mampuan manusia untuk menolak azab atau menolak bencana atau meniadakan sesuatu yang ada di dalam diri seperti menahan kantuk yang kesemuaanya asalnya dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “kemudian Kami meng-hukum mereka, Maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. (surat Al A'raaf (7) ayat 136).

 

m.  Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang susu yang berasal dari sapi, kuda ataupun kambing serta madu yang berasal dari lebah alam maupun lebah ternak yang sangat bermanfaat, yang sangat berguna, yang berkhasiat obat bagi kepentingan kekhalifahan di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (surat An Nahl (16) ayat 66).

 

Allah SWT berfirman: dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. (surat An Nahl (16) ayat 68).Sekarang sanggupkah diri kita membuat susu atau madu yang serupa dengan susu dan madu yang diciptakan oleh Allah SWT melalui ciptaan-Nya? Adanya kondisi seperti apakah patut dan pantas kita merusak alam?

 

n.  Persaksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang berman-faatnya, tentang berkhasiatnya, tentang bergunanya binatang dan juga tumbuhan bagi kepentingan manusia di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu. (surat Al Mu'minuun (23) ayat 21).Sekarang mampukah manusia memenuhi kebutuhan gizi jika di alam semesta ini tidak diciptakan tumbuhan dan binatang ternak oleh Allah SWT? Jika kita termasuk orang yang telah mampu dan mengenal diri sendiri, maka dengan adanya keberadaan tumbuhan dan hewan yang ada di muka bumi, sudah cukup bagi diri kita untuk selalu menyatakan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan tumbuhan dan hewan yang dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.


Semoga dengan adanya bahan renungan dalam kerangka melaksanakan syahadat yang kami kemukakan diatas mampu menjadikan kualitas syahadat yang kita miliki meningkat dari waktu ke waktu selama hayat masih di kandung. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar