Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 02 Januari 2024

INILAH ILMU TAUHID YANG KITA BUTUHKAN (PART 2 OF 2)

 

C.      ILMU TAUHID ADALAH JALAN MENUJU KEPADA ALLAH SWT.


Ilmu tauhid (ketauhidan) merupakan jalan menuju kepada Allah SWT yang merupakan pokok (pangkal) dari keselamatan hidup bagi umat manusia di dunia dan di akhirat sehingga harus dijadikan sebagai prioritas utama yang diajarkan dan yang disampaikan kepada umat manusia sebagaimana dakwah para Nabi dan Rasul-Nya yang diutus oleh Allah SWT untuk umat manusia. Hal ini sebagaimana termaktub dalam firman-Nya berikut ini: “Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik. (surat Yusuf (12) ayat 108).

 

Ayat di atas ini dengan tegas mengemukakan tentang jalan menuju Allah SWT yaitu sebuah jalan yang mengajak manusia kepada Allah SWT yang merupakan titik sentral bagi kesela-matan hidup seorang manusia karena hanya melalui jalan yang diridhai Allah SWT melalui petunjuk Nabi-Nya maka kita bisa selamat sampai tujuan (syurga). Namun apabila kita menolak jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT melalui Nabi-Nya kita akan termasuk orang-orang yang musyrik. Sekarang bisa kita bayangkan, kita berharap keselama-tan hidup di dunia dan di akhirat (menuju syurga), namun jalan yang kita tempuh (lalui) tidak kita ketahui baik dan buruknya, atau jalan yang kita tempuh adalah jalan yang kita buat sendiri padahal syurga adalah milik Allah SWT. Lalu bagaimana mungkin kita akan sampai ke tujuan (syurga) kelak!.

 

Ayat yang kami kemukakan di atas juga sejalan dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang apabila mengutus sahabatnya ke suatu negeri, maka beliau selalu memerintahkan sahabatnya untuk mengajak penduduk suatu negeri bertauhid terlebih dahulu, sebelum akhirnya mengajak mereka ke perkara-perkara yang lain. Hal ini sebagaimana diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW mengutus Muadz bin Jabal ra, ke negeri Yaman, beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahlul Kitab, maka hendaklah pertama kali engkau mengajak mereka beribadah kepada Allah –dalam satu riwayat- “Laa ilaaha Illallah” Apabila mereka telah mengenal Allah, maka sampaikanlah sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka shalat lima kali dalam sehari semalam. (Muttafaqun’alaihi).” Sebagai orang yang telah melaksanakan ketauhidan atau yang telah memiliki ketauhidan dalam diri maka sudah sepatutnya apa yang  dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW kita jadikan pedoman saat hidup di dunia ini.

 

Di lain sisi, konsep jalan yang ada di dunia ini hanya dapat dibagi menjadi 2 (dua) buah ketentuan yaitu adanya jalan kebaikan (jalan taqwa) dan adanya jalan keburukan (jalan fasik). Hal ini sebagaimana dikemukakan surat Asy Syams (91) ayat 7-8-9 berikut ini: “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”. Sebagai orang yang akan melalui jalan tersebut, tentu kita membutuhkan pedoman untuk menentukan mana jalan yang terbaik yang akan kita lalui. Hal ini dikarenakan konsekuensi yang ada di balik ke dua jalan diatas sangatlah berbeda, yang satu sesuai dengan kehendak  Allah SWT dan yang satu  lagi sesuai dengan kehendak syaitan. Akhirnya tanpa adanya petunjuk dari Allah SWT selaku pemilik syurga dan neraka bukan tidak mungkin kita salah di dalam menentukan jalan yang akan kita tempuh. Untuk itu tidak ada jalan lain yang harus kita tempuh selain melaksanakan ketauhidan dengan baik dan benar.

 

D.      ILMU TAUHID ADALAH PONDASI DASAR AGAMA ISLAM.

 

Ruang lingkup ajaran Islam sebagaimana telah kita ketahui memiliki 3 (tiga) aspek penting yang terdiri dari aspek akidah, aspek ibadah dan aspek akhlak, yang kesemuanya haruslah berlandaskan ketauhidan yang murni. Hal ini menjadi penting karena  ketauhidan merupa-kan salah satu syarat diterimanya suatu pemikiran dan juga suatu amal perbuatan (ibadah) yang kita lakukan dapat diterima oleh Allah SWT. Adanya kondisi ini maka ilmu tauhid (ketauhidan dalam diri) dapat dikatakan pondasi dasar dari agama Islam yang akan menjadi bekal, panduan hidup dan juga pedoman bagi seluruh umat Islam dalam melakukan kewajibannya sebagai umat beragama saat hidup di muka bumi.

 

Ilmu tauhid sebagai sebuah bekal dan panduan hidup maka ketauhidan merupakan ajaran yang paling murni, suci dan agung, yang tidak saja sangat dibutuhkan oleh umat manusia, tapi merupakan satu-satunya pegangan dan panduan hidup yang dapat mengangkat harkat dan derajat kemanusian seseorang ke tempat yang tertinggi sesuai dengan haknya yang paling azasi. Dan ini menunjukkan bahwa ketauhidan merupakan dasar yang paling pokok dalam ajaan Dinnul Islam.

 

Ilmu tauhid sebagai pondasi dasar maka ilmu tauhid haruslah kokoh dan kuat agar mampu menopang pondasi dari bangunan keimanan dan ketaqwaan yang ada di dalam diri setiap manusia. Ilmu tauhid adalah konsep utama dalam "Diinul Islam" yang di dalamnya telah menyatakan tentang Allah SWT adalah Esa dalam setiap perkara apapun. Yang berarti setiap orang yang mengamalkan dan melaksanakan ilmu tauhid secara otomatias akan menjauhi perbuatan syirik dan musyrik yang merupakan konsekuensi dari dua kalimat syahadat yang telah kita ikrarkan sebagai seorang muslim. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang Dia kehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (surat An-Nisaa’ (4) ayat  48).”

 

Selanjutnya mari kita perhatikan firman-Nya berikut ini: “Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui. (surat Al A’raf (7) ayat 33).” Berdasarkan ketentuan ayat ini maka dapat dikatatakan bahwa tauhid atau ketauhidan adalah perintah pertama Allah SWT kepada umat manusia dan syirik adalah larangan pertama Allah SWT kepada umat manusia.

 

Selain dari pada itu, tauhid (ketauhidan) dapat dikatakan sebagai sebuah kebaikan yang paling besar yang dilakukan oleh umat manusia untuk kepentingan umat manusia itu sendiri. Hal ini berdasarkan ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Rasulullah pernah ditanya, amalan apa yang paling utama? beliau menjawab: Iman Kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah pernah ditanya dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Beliau lalu menjawab; Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang mencipta-kanmu. (Hadits Riwayat Bukhari: 7520, dan Muslim: 86)”.

 

Sebagai seorang muslim, tentu kita harus mampu meyakini diri bahwa ketauhidan adalah pondasi dasar dari agama Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan suatu syarat diterimanya suatu amal ibadah yang kita lakukan. Kondisi tidak akan dapat terlaksana dengan baik dan benar jika ketauhidan yang kita miliki terkonta-minasi dengan perilaku dan perbuatan syirik dan musyrik yang kita lakukan. Dan agar diri kita tidak salah tentang perilaku dan perbuatan syirik dan musyrik sudah seharusnya kita memiliki ilmu tentang syirik dan musyrik sehingga kita tidak terjerumus ke dalam lembah kesyirikan dan kemusyirikan.

 

Dan jangan lupa kita wajib menerapkan dan melaksanakan aspek akidah, aspek ibadah dan aspek akhlak dalam satu kesatuan. Hal ini menjadi penting karena jika kita analogikan sebuah pohon, akidah adalah akar, ibadah adalah batang, dan akhlak adalah buah atau bunganya. Andaikan kita ingin ibadah kita baik, maka milikilah akidah yang kokoh dan jika kita ingin memiliki akhlak yang baik, kita harus melewati ibadah yang baik dan rutin. Dan akhlak tidak mungkin terbangun dengan baik tanpa rangkaian ibadah yang berkualitas. Ibadah tidak mungkin dilakukan dan dijalankan tanpa akidah dan iman yang kuat. Sehingga puncak dari kokohnya akidah dan keimanan seseorang terletak pada akhlaknya.

 

E.   ILMU TAUHID ADALAH DAKWAH YANG TERPERINCI.

 

Ilmu tauhid adalah dakwah yang bersifat terperinci dan sebagai dakwah maka ketauhidan bukanlah dakwah yang bersifat global yang hanya menyeru: ‘Mari bertauhid!’. Akan tetapi dakwah yang mulia ini juga memerinci manakah yang termasuk ketauhidan dan yang manakah yang termasuk perilaku syirik dan musyrik selaku lawan dari pada ketauhidan. Agar masyarakat luas mampu mengetahui dengan baik dan benar tentang ketauhidan maka dibutuhkanlah peran dakwah sehingga apa yang dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 21-22 berikut ini mampu dipahami oleh banyak orang dengan baik dan benar. Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (surat Al-Baqarah (2) ayat  21-22).

 

Dakwah memiliki kedudukan yang sangat agung dalam ajaran agama Islam. Selain memiliki pahala yang sangat besar bagi yang mengembannya, dakwah juga termasuk tugas para nabi dan rasul. Siapa yang meniti jalan mereka maka akan mendapatkan apa yang para nabi dan rasul dapatkan. Sampainya agama Islam kepada diri kita tidak lain karena kegigihan Nabi, sahabat, dan para ulama dalam menyebarkan dakwah yang mulia ini ke penjuru dunia

 

Dakwah juga bukan perkara yang sederhana dan ringan. Untuk mencapai tujuan dari dakwah yang hakiki, maka kita harus mengikuti metode dakwah para nabi dan rasul. Orang-orang menawarkan perubahan dengan berbagai macam cara agar dakwah diterima, ada memulai dengan politik, dengan alasan ketika kekuasaan ada di tangan mereka, mereka mudah mengen-dalikan masyarakat menuju Allah, sehingga dakwah yang mereka bawa selalu bermuatan politik. Sebagian yang lain memulai dakwah dari ekonomi, akhlak, pendidikan, sosial, dan yang lainnya, tentunya dengan tujuan agar dakwah diterima oleh kalangan masyarakat.

 

Dan jika kita menengok dan membaca kembali kisah para nabi dan rasul, bagaimana mereka berdakwah dan dengan tema apa yang mereka bawa, maka kita akan dapati dakwah tauhid menjadi prioritas utama dalam berdakwah. Tak peduli penyakit apa yang menjangkit masyarakat atau kaum, yang pasti tauhid menjadi tema utama adalah dakwah ketauhidan. Karena mereka berdakwah ketauhidan berdasarkan wahyu dan tuntunan ilahi bukan berdasarkan ahwa (hawa nafsu) sehingga digandrungi oleh masyarakat luas.Sebagai orang yang telah memiliki ketauhidan dalam diri dengan baik dan benar, ayo berperan aktif untuk bisa menyampaikan makna ketauhidan ke tengah-tengah masyarakat saat ini juga.

 

Selain 5 (lima) buah pengertian dasar dari ketauhidan yang telah kami kemukakan di atas, masih ada beberapa pengertian mendasar dari katauhidan sebagaimana yang akan kami kemukakan berikut ini:

 

1.  Tauhid adalah fitrah dari diri manusia yang sesungguhnya, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah, disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (surat Ar-Ruum: (30) ayat 30)”. Dan barangsiapa yang keluar dari asal (fitrah) ini maka itu karena adanya sesuatu yang mempengaruhi dan merusak fitrah tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Semua bayi (yang baru lahir) dilahirkan di atas fitrah (cenderung kepada Islam), lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikannya orang Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (Hadits Riwayat  Bukhari 1/465 dan Muslim no. 2658)

 

2.   Tauhid adalah Hak Allah atas hamba-Nya. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits berikut ini: “Nabi SAW bersabda kepadaku: Wahai Mu’adz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allâh?’ Aku menjawab, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, “Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Janganlah kausampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan hanya bersandar (kepada hal ini dan tidak beramal shalih).” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 2856, 5967, 6267, 6500, 7373 dan Muslim, no. 30).

 

3.  Tauhid adalah tujuan utama dari diturunkannya AlQuran ke muka bumi oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (surat  Huud (11) ayat 1,2,3)”.

 

4.   Syekh Muhammad Abduh mengemukakan bahwa ilmu tauhid (ketauhidan) adalah il-mu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari-Nya. Ilmu Tauhid juga membahas tentang rasul-rasul-Nya, meyakinkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh ditetapkan pada mereka (rasul-Nya) dan apa yang terlarang dinisbatkan kepada mereka.

 

5.    Husain Affandi Al Jars mengemukakan bahwa ilmu tauhid adalah ilmu yang memba-has hal-hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.


 6.    Muhammad bin Abdullah AL Habdan mengemukakan bahwa tauhid hanya akan ter-wujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat).

 

7.  Prof. M. Thahir A Muin mengemukakan bahwa  ilmu tauhid adalah ilmu yang me-nyelidiki dan membahas soal yang wajib, mustahil, dan jaiz (bisa ya dan bisa tidak) bagi Allah dan bagi sekalian utusan-utusan-Nya, juga mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran sebagai alat untuk membuktikan adanya dzat yang mewujudkan.

 

8.    Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa ilmu tauhid berisi alasan-alasan dari akidah ke-imanan dengan dalil-dalil aqliyah dan alasan-alasan yang merupakan penolakan terhadap golongan bid’ah yang dalam bi’dah akidah telah menyimpang dari mazhab salaf dan Ahlus sunnah.

 

9.  Ilmu Tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang Allah secara utuh dan kon-frehensif. Yang artinya ilmu tauhid harus mampu menempatkan kedudukan dan kemahaan Allah SWT adalah segala-galanya dan Allah SWT adalah Esa, Tunggal tak berbilang. Dan setiap muslim wajib mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah, Sang Pencipta semesta alam dan segala isinya yang memiliki semua sifat kesempurnaan. Selain meyakini sifat keesaan serta kesempur-naan Allah, orang yang telah mempelajari dan menerapkan ilmu tauhid (ketauhidan) juga akan meyakini kebenaran setiap ajaran Rasul-Nya. Dengan meyakini kebenaran pengeta-huan yang diajarkan Rasul-Nya, berarti kita sudah meyakini keberadaan Allah dan ajaran yang berasal dari-Nya.

 

10.  Ilmu Tauhid adalah poros dakwah bagi perbaikan kualitas keimanan dan ketaqwaan umat manusia. Dalam hal ini ilmu tauhid (ketauhidan) wajib dijadikan dakwah (pengajaran) bagi perbaikan mutu dan kualitas keimanan dan ketaqwaan umat manusia terutama di dalam memerangi perilaku musyrik dan perbuatan syirik, yang mana kemusyrikan dan kesyirikan adalah suatu kemungkaran dan kedzaliman yang paling besar di muka bumi ini dan juga karena syirik dan musyrik adalah lawan dari ketauhidan dan yang paling dibenci oleh Allah SWT.

 

Adanya pemaknaan dan pengertian yang mendasar tentang ilmu tauhid (ketauhidan) yang telah kami kemukakan di atas terlihat dengan jelas yang kesemuanya menunjukkan bahwa ilmu tauhid (ketauhidan) adalah sesuatu yang sangat mendasar (fundamental) dan harus menjadi prioritas utama untuk kita pelajari, untuk kita hayati dan juga kita amalkan dalam hidup dan kehidupan ini dan yang terakhir harus bisa kita ajarkan minimal kepada anak keturunan dari diri kita sendiri dan semoga Allah SWT memudahkan usaha yang kita laksanakan.  

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga sekaligus khalifah-Nya di muka bumi dan  yang juga sangat membutuhkan ilmu tauhid dalam hidup ini maka kita harus mengetahui dan juga harus memahami akan adanya beberapa aspek yang wajib kita penuhi di dalam mempelajari dan menanamkan ilmu tauhid dalam diri kita secara individual maupun dalam diri umat Muslim secara keseluruhan, di antaranya sebagai berikut:

 

1.   Meyakini keberadaan Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta, dan juga Sang Maha Pemilik agar  diri kita terlepas dari sikap atheisme, atau tindakan peniadaan Tuhan, padahal Allah SWT itu ada.

2.    Menetapkan akan adanya keesaan Allah SWT, sehingga diri kita mampu terhindar dari perilaku syirik maupun musyrik yang tidak lain adalah lawan dari pada ketauhidan.

3.  Menetapkan bahwa Allah SWT bukan jauhar (substansi atau materi) atau ‘aradh (atribut materi), supaya diri kita terhindar dari sikap penyerupaan Allah dengan mahkluk lain, atau Allah SWT bisa digantikan dengan sesuatu (dalam hal ini digantikan dengan berhala).

4.  Meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada, sebelum Allah SWT menciptakan dan membuatnya ada. Hal ini agar diri kita terhindar dari sikap atau pendapat yang memper-cayai hukum sebab akibat (hukum kausalitas) dalam penciptaan alam semesta dan isinya atau yang lainnya.

5.  Menetapkan bahwa Allah SWT Maha Pengatur, bahwa apapun yang terjadi sudah sesuai kehendak Allah. Hal ini supaya terhindar dari pendapat yang menyatakan adanya thaba’i (hukum alam yang berlaku dengan sendirinya).

 

Akhirnya melalui ilmu tauhid yang kita pelajari dan pahami dengan baik dan benar maka akan dapat kita gunakan sebagai pedoman untuk membedakan hal yang termasuk aqidah dan mana yang bukan aqidah; mana yang tauhid dan mana yang syirik. Selain itu, keutamaan mempelajari dan menerapkan ilmu tauhid dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjauhkan diri dari kemusyrikan, mendudukkan soal wasilah, mendudukkan soal khilafah atau politik dalam agama Islam. Dengan begitu, ilmu tauhid dapat menjadi pedoman bagi setiap muslim dalam menjalankan kehidupannya dengan baik sehingga bisa terhindar dari pikiran buruk atau su’uzhan terhadap Allah SWT.

 

Lalu kepada siapa kita harus belajar ilmu tauhid? Agar diri kita memiliki ilmu tauhid (ketauhidan) yang sesuai dengan kehendak Allah SWT maka jangan pernah belajar ilmu tauhid kepada guru, kepada ulama, kepada ustadz, kepada kyai, kepada syekh ataupun kepada manusia karena mereka bukanlah pemilik ilmu karena ilmu itu adalah salah satu dari sifat Ma’ani dari Allah SWT. Untuk itu belajarlah ilmu tentang Allah SWT hanya kepada Allah SWT semata melalui Nabi-Nya dengan menempatkan guru, ulama, ustadz, kyai, syekh dan yang lainnya hanya sebagai perantara di dalam melaksanakan aktivitas belajar yang kesemuanya harus berdasarkan ketentuan AlQuran dan hadits.

 

Sebagai orang yang sangat membutuhkan ilmu tauhid, atau ilmu-ilmu yang lainnya, ada baiknya kita memperhatikan dengan seksama sebuah “pepatah china” berikut ini: “Janganlah bertanya tentang laut pada katak dalam sumur karena mereka memiliki batasan tempat tinggal. Janganlah bertanya tentang musim dingin pada serangga musim panas karena mereka memiliki batasan musim. Orang yang pengetahuannya sempit dan hubungan komunikasinya sedikit, akan memperoleh batasan dalam pendidikan serta sulit diajar agar mengerti”.Semoga kita mampu menempatkan Allah SWT sebagai narasumber utama di dalam pembelajaran ilmu tauhid, atau pembelajaran tentang Diinul Islam. Dan jangan lupa sebelum belajar apapun, kita wajib berdoa kepada Allah SWT sehingga Allah SWT berkenan memberikan tambahan ilmu dan kecerdasan kepada diri kita yang dilanjutkan dengan diberikannya pemahaman yang sesuai dengan kehendak-Nya yang diikuti dengan mampunya diri kita melaksanakan apa-apa yang telah kita pelajari dari waktu ke waktu selama hayat masih di kandung badan.


Dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dan yang juga menumpang di langit dan di muka bumi yang dimiliki oleh Allah SWT maka sudah sepatutnya kita tahu diri bahwa kita bukanlah siapa-siapa, sehingga sudah sepatutnya diri kita memiliki ilmu tentang Allah SWT selaku tuan rumah yang harus diikuti dengan beriman kepada Allah SWT selaku pencipta, selaku pemilik serta selaku tuan rumah di dunia dan di akhirat kelak. Lalu apa pentingnya ilmu dan iman itu bagi diri kita?

 

1.  Ilmu sangat penting dari diri ini karena ilmu akan mampu memberi kekuatan yang menerangi peta jalan kehidupan dari Allah kembali kepada Allah. Sedangkan iman menum-buhkan harapan dan dorongan bagi jiwa.

2.    Ilmu mampu menciptakan alat-alat produksi dan akselarasi, sedang iman menetapkan haluan yang dituju serta memelihara kehendak suci.

3.     Ilmu adalah revolusi eksternal, sedang iman adalah revolusi internal.

4.   Ilmu memelihara manusia dari penyakit penyakit jasmani dan petaka duniawi, sedang iman memeliharannya dari kompleks kejiwaan serta petaka ukhrawi.

5.     Ilmu akan membukakan mata hati dan akan menjadi penerang dalam kegelapan.

6.   Ilmu akan menjadi tenaga dalam kelemahan dan juga menjadi tataran dalam meniti tangga kemuliaan dan kebaikan.

 

Akhirnya ketahuilah bahwa merenung demi mendapatkan ilmu adalah setara dengan berpuasa di siang hari, dan beribadah di malam hari, taat kepada Allah SWT, tekun dalam beribadah, tekun dalam tauhid, sopan dan santun, menghindarkan diri dari segala yang meragukan, mengunjungi kerabat adalah mungkin dilakukan dengan langkah ilmu. Halal dan haram juga diketahui dengan ilmu dan ilmu adalah pemandu. Sementara amal mengikuti setelahnya. Ilmu menjadi ilham bagi kebaikan dan menjauhkan diri dari kenistaan

.

Sekarang kita telah mengetahui bahwa ilmu dan iman itu sangat penting bagi diri kita, ini berarti  ilmu ketauhidan dan juga iman kepada Allah sangat kita butuhkan saat diri kita hidup di muka bumi ini. Tanpa ilmu tentang  Allah SWT (tanpa ilmu tauhid) ini maka kita tidak akan pernah mengetahui apa dan bagaimana Allah SWT serta kita juga tidak tahu bagaimana caranya meletakkan dan menempatkan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini tanpa mengurangi kebesaran dan kemahaan yang dimiliki-Nya.

 

Ketauhidan (tauhid) sebagai sebuah ilmu dapat dikatakan suatu ilmu yang paling exact (pasti) di tengah-tengah semua ilmu yang dikenal oleh manusia. Ketauhidan (tauhid) sebagai sesuatu yang bersifat exact (pasti) maka ketahuhidan akan mengikat secara pasti kepada umat manusia selaku yang diciptakan oleh sang pencipta, dalam hal ini Allah SWT. Selanjutnya adanya ketentuan yang bersifat exact (pasti) berarti setiap ketentuan, hukum, aturan, undang-undang yang telah dikemukakan oleh Allah SWT dalam hal ini yang tertuang dalam AlQuran yang tidak akan mengalami perubahan, AlQuran akan tetap dan tertentu, sehingga seluruh ketentuan yang ada di dalamnya akan mengikat para pihak, dalam hal ini manusia dan juga Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini. Akhirnya, seperti apa engkau mengenal Allah SWT maka akan seperti itu pula Allah SWT akan hadir kepadamu. Jika saat disebut Asma Allah SWT terhembus dalam hatimu cinta dan kerinduan kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa Allah SWT adalah sebagaimana yang disangka oleh hamba-Nya.

 

Dan semoga kita semua termasuk orang-orang yang dimaksud di dalam firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka betawakkal. (surat Al Anfaal (8 ) ayat 2).” Oleh karena itu jika saja yang terpikir dalam akalmu adalah ketakutan, azab, api penyiksaan, maka ketahuilah bahwa saat itu pun engkau sudah berada dalam ketakutan dan kobaran api. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, tidak ada jalan lain bagi diri kita yang berkehendak untuk pulang kampung ke syurga yaitu sebaik-baik tempat kembali maka kita diharuskan untuk memiliki ilmu tentang ketauhidan sebaik mungkin saat hidup di muka bumi ini. Dan semoga buku ini mampu memudahkan dan membukakan jalan bagi jamaah sekalian untuk memiliki ilmu tentang ketauhidan ini yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Amiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar