Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 02 Januari 2024

JALAN MENUJU KETAUHIDAN DALAM DIRI (PART 1 OF 3)

 

Memiliki ilmu ketauhidan bukanlah perkara mudah, semudah membalik telapak tangan. Memiliki ilmu ketauhidan butuh perjuangan untuk mempelajarinya, namun sulit dan sukar untuk memahaminya apalagi untuk mempraktekkannya dalam kehidupan nyata saat ini. Ilmu ketauhidan sebagai ilmu dasar yang bersifat exact (pasti) bukanlah perkara mudah untuk dipelajari, sekali belajar langsung mengerti. Mempelajari ilmu ketauhidan butuh proses yang memerlukan waktu yang cukup lama, butuh perjuangan dan keseriusan untuk memperolehnya serta tidak ada yang bersifat “cepat” apalagi “simsalabim”.

 

Di lain sisi, setiap manusia di dalam melaksanakan suatu ibadah, atau di dalam melakukan suatu ketentuan dapat dipastikan selalu dijalankan (dilaksanakan) berdasarkan pemahaman yang dimilikinya. Dan yang pasti tingkat pemahaman seseorang tidaklah sama, melainkan memiliki tingkatan yang berbeda-beda, tergantung latar belakang seseorang, tergantung tingkat pendidikan seseorang, tergatung pengalaman hidup seseorang, tergantung usia seseorang, tergantung tingkat perjuangan di dalam mempelajari sesuatu serta tergantung kepada nilai-nilai yang dimiliki seseorang di dalam melaksanakan suatu ibadah seperti menjalankan ibadah karena kewajiban ataukah karena kebutuhan dan juga adanya tekad seseorang untuk merubah (meningkatkan) pemahaman yang telah dimilikinya menjadi lebih baik lagi berkualitas.

 

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat An Najm (53) ayat 29-30 berikut ini: “Maka tinggalkanlah (Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan dia hanya mengingini kehidupan dunia. Itulah kadar ilmu mereka. Sungguh, Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” Akhirnya dengan adanya perbedaan-perbedaan kualitas pemahaman akan tampil pula perbedaan kualitas seseorang di dalam melaksanakan ibadah ataupun melaksanakan apa-apa yang dikehendaki Allah SWT yang pada akhirnya terjadilah seleksi alamiah terhadap seseorang dibandingkan dengan yang lainnya tanpa terkecuali.

 

Lalu bagaimana dengan pemahaman tentang ketauhidan seseorang? Hal yang samapun berlaku dengan pemahaman tentang ketauhidan dalam diri seseorang. Semakin berkualitas pemahaman ketauhi-dan seseorang maka semakin ma’rifatullah seseorang dan semakin membutuhkan ibadah hanya kepada Allah SWT semata saat hidupnya serta mampu menampilkan penampilan Allah SWT selaku manifestasi dirinya adalah khalifah-Nya di muka bumi. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kualitas pemahaman ketauhidan seseorang maka pengetahuan tentang Allah SWT hanya ala kadarnya dan ala kadarnya pula saat melaksanakan ibadah.

 

Kondisi ini bukanlah suatu kesalahan yang bersifat mutlak, melainkan sesuatu yang harus kita perbaiki dari waktu ke waktu agar hasil akhir dari diri kita selaku abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi mampu dibanggakan oleh Allah SWT kelak. Semoga hal ini menjadi kenyataan. Amiin.

 

Selanjutnya kami akan mengajak jamaah sekalian untuk memperhatikan dan juga untuk  merenungkan hal-hal yang berhubungan langsung tentang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini, yang kesemuanya sebagai pembuka jalan untuk memudahkan diri kita memiliki ilmu dan  pemahaman tentang ilmu tauhid (ketauhidan) yang baik lagi benar yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Dan inilah pembukan jalan agar diri kita bisa memiliki ilmu ketauhidan dalam diri dengan baik dan benar, yaitu:    

 

A.     LIHATLAH HEWAN DAN TUMBUHAN DI ALAM SEMESTA INI.

 

Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 19 berikut ini: “tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, (Surat Ibrahim (14) ayat 19).” Ayat ini mengemukakan bahwa Allah SWT lah yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya. Lalu Allah SWT menegaskan bahwa apa yang diciptakan-Nya itu dilakukan dengan hak, dengan sungguh sungguh, dengan selalu mempertimbangkan segala sesuatu yang menunjukkan kebesaran dan kemahaan dari Allah SWT itu sendiri.

 

Dan jika sekarang Allah SWT sudah menyatakan bahwa langit dan bumi adalah ciptaan-Nya ini berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling menguasai, Allah SWT yang paling tahu, Allah SWT yang paling mengerti dan Allah Swt yang paling ahli tentang langit dan bumi dan juga berarti bahwa Allah SWT lebih dahulu ada dibandingkan dengan apa apa yang diciptakanNya.

 

Di lain sisi, Allah SWT melalui surat Al Hajj (22) ayat 64  berikut ini: “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. dan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”  Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah pemilik dari langit dan bumi sehingga Allah SWT sangat berkuasa mutlak atas langit dan bumi yang telah diciptakannya. Selanjutnya dengan adanya ketentuan yang tertuang di dalam surat Ibrahim (14) ayat 19 dan surat Al Hajj (22) ayat 64 di atas, ini berarti Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik dari  langit dan bumi.

 

Jika sekarang kita telah mengimani Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi berarti kitapun wajib mengimani pula bahwa segala ketentuan, segala hukum, segala aturan dan segala undang undang  yang berlaku di langit dan di bumi adalah ketentuan, hukum, aturan  dan undang undang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik. Selain daripada itu dengan kita mengimani Allah SWT selaku pencipta dan pemilik berarti kita wajib mengimani bahwa Allah SWT yang paling berkuasa mutlak di alam semesta ini.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah dengan seksama bahwa Allah SWT sudah menunjukkan kepada diri kita inilah ciptaan-Nya lalu mampukah kamu menciptakan seperti yang Allah SWT ciptakan? Jika diri kita ini diciptakan oleh Allah SWT lalu siapakah kamu? Jika kita termasuk orang yang memiliki akal sehat, memiliki hati yang bersih, maka kita pasti mengakui kebesaran dan kemahaan Allah SWT dan dibuktikan dengan pernyataan beriman kepada Allah SWT. Jika hal ini tidak terjadi berarti ada sesuatu yang salah dalam diri kita dikarenakan komponen diri kita tidak berfungsi sebagai mana mestinya seperti akal yang tidak bisa lagi membedakan mana yang benar atau mana yang salah, ilmu yang tidak bisa menjalankan fungsinya untuk berfikir dan perasaan (af’idah) yang hilang arah karena sudah terpengaruh atau dipengaruhi oleh ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan.

 

Saat ini, kita hidup di langit dan di muka bumi yang bukan kita ciptakan dan bukan pula kita miliki, lalu harus bagaimana kita bersikap kepada pemilik dan penciptanya? Jika kita termasuk orang yang tahu diri berarti kita harus bisa menyenangkan hati “Tuan Rumah” (maksudnya Allah SWT) dengan mengimani Allah SWT, mempelajari ketentuan yang telah ditetapkannya, lalu  melaksanakan apa apa yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT tanpa dibantah, tanpa ditambah, tanpa dikurangi serta tanpa dipilah pilah.

 

Sekarang gunakan mata dan telinga serta perasaan kita dengan rasa keimanan  lalu renungkan dan rasakan dengan kalbu kita dengan melihat segala apa yang telah diciptakanNya. Lalu apa perasaan kita dengan apa yang kita lihat, dengan apa yang kita dengar, dengan apa yang kita rasakan, apakah menjadikan diri kita sombong atau merasa hebat di rumah orang lain? Adanya kondisi ini seharusnya menjadikan diri kita tawadhu, rendah hati baik dihadapan Allah SWT maupun dihadapan manusia dan jika sampai kita menjadi sombong dan angkuh di muka bumi berarti ada yang salah dalam diri kita atau kita sudah keluar dari keftrahan diri.

Allah SWT selaku pemilik dan pencipta alam semesta ini telah memerintahkan kepada diri kita untuk melaksanakan ibadah Ikhsan, dengan menyembah Allah SWT seakan akan kita melihat Nya, dan jika kita tidak dapat melihatNya, ketahuilah bahwa Allah SWT pasti melihatmu, lalu apa yang anda rasakan saat melaksanakan ibadah seakan akan dapat melihat Allah SWT? Jika pada saat beribadah kita hanya mampu melihat ciptaan Allah SWT maka ibadah yang kita laksanakan sebatas rutinitas belaka tanpa ada rasa kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT dan itulah yang disebut ibadah hampa.

 

Ibadah baru terasa menjadi sebuah kebutuhan jika kita mampu menempatkan dan merasakan tanda tanda kebesaran dan kemahaan Allah SWT di setiap ciptaan-Nya dan ibadah baru terasa sangat nikmat jika rasa keimanan mendominasi saat diri kita beribadah karena kita tidak bisa dipisahkan dengan Allah SWT. Yang menjadi persoalan saat ini adalah di posisi manakah diri kita, apakah baru mampu melihat Allah SWT atau sudah mampu merasakan tanda tanda kebesaran dan kemahaan Allah SWT melalui hati ataukah sudah bisa merasakan keberadaan Allah SWT melalui keimanan yang ada di dalam hati? Hal ini penting kita ketahui karena posisi ini akan sangat menentukan hasil akhir dari ibadah yang kita laksanakan.

 

Di lain sisi, diri kita juga adalah ciptaan Allah SWT; diri kita juga tanda tanda dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT dan juga diri kita adalah bagian dari kebesaran Allah SWT yang tidak bisa dipisahkan dengan ciptaan-Nya dan juga tanda tanda-Nya, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan. (surat Adz Dzariyat (51) ayat 21).”  Lalu jika ini kondisi dan keadaan diri kita yang sesungguhnya dihadapan Allah SWT lalu punya apakah diri kita yang saat ini hidup menumpang di langit dan di bumi Allah SWT? Sebagai orang yang tidak memiliki apapun juga, sebagai orang yang dalam posisi lemah sudah sepatutnya dan sepantasnya beriman kepada Allah SWT dengan mematuhi segala perintah dan larangannya saat ini juga. Lalu jadilah makhluk yang dibanggakan oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat kelak, terkecuali kita sendiri memilih hal lain yaitu berada di dalam kehendak syaitan.

 

Dan Apabila kita ingin melihat berbagai keajaiban segala karya cipta Allah, maka kita bisa mengamati dan memperhatikan dengan seksama dua buah ciptaan Allah SWT yaitu binatang dan tumbuhan, seperti yang dikemukakan oleh “Dr Musthafa Mahmud” dalam bukunya yang berjudul “Nikmatnya Melihat Allah”, yaitu:

 

1.  Seekor kucing yang membuang kotorannya, tidak akan pergi sebelum menutupi kotorannya itu dengan tanah. Lalu muncul pertanyaan, apakah kucing tersebut mengerti dan memahami arti kebaikan dan keburukan?

 

2.    Terkadang ada seekor kucing yang mencuri sepotong ikan, sementara kedua mata-nya memancarkan rasa ketakutan. Apakah kucing itu memahami peraturan? Atau apakah ada seseorang yang mengajarinya sepuluh perintah Tuhan sebagaimana termaktub dalam kitab Taurat?

 

3.    Seekor unta jantan tidak akan mengawini betinanya kecuali di tempat yang tertutup dan tersembunyi dari pandangan manusia. Jika kebetulan ada seseorang yang melihat dan memperhatikan apa yang sedang dilakukannya, niscaya ia akan menghentikan dan menundukkan kepalanya ke tanah, karena merasa malu. Apakah unta jantan tersebut memahami arti malu?

 

4.   Begitu pula  dengan  nyamuk yang membekali kantung udara bagi telur telurnya yang berada di rawa-rawa hingga dapat mengapung di atas air. Lalu siapakah yang menginformasikan kepadanya tentang hukum Archimides?

 

5.      Adapula ikan paus besar yang dapat membangun bendungan dan beberapa serang-ga yang membangun sarang sarangnya yang mempunyai alat pendingin, di mana lubang-lubang yang berada di bawah berfungsi sebagai tempat masuknya hawa dingin, sedangkan lubang-lubang yang berada di atas berfungsi sebagai tempat keluarnya hawa panas. Siapakah yang mengajarinya?

 

6.    Lihatlah tumbuhan yang hidup dan berkembang dalam lingkungan yang serba ke-kurangan nitrogen. Allah menganugerahkan kepadanya berbagai kecakapan dan alat yang unik untuk dapat memangsa dan memakan serangga. Terkadang tumbuh tumbuhan tersebut tercipta dengan daun-daun yang licin, hingga serangga serangga yang menjadi mangsanya akan tertempel dan tidak dapat bergerak lagi.

 

7. Pohon kaktus bukanlah termasuk spesies binatang dan juga tidak memiliki pengetahuan seperti binatang. Tetapi, siapakah yang memberitahukannya tentang bagaiman cara menyimpan air di dalam daun untuk menghadapi kegersangang padang pasir dan minimnya air hujan?

 

8.   Pohon pohon khas padang pasir yang membekali sayap bagi biji bijiannya hingga akhirnya ia dapat terbang jauh terbawa angin seraya mencari tempat berkembang biak di daratan rendah yang gersang.

 

9.    Binatang jenis serangga ada yang dapat melontarkan bom yang menimbulkan gas yang dapat membakar. Kemudian ia pun melemparkannya kepada para musuhnya untuk menakut nakutinya.

 

10. Ulat yang dapat berubah ubah warna sesuai dengan lingkungan dan kondisinya untuk mengelabui dan bersembunyi dari sergapan musuh. Kunang-kunang yang dapat bercahaya di malam hari untuk menarik perhatian nyamuk. Setelah nyamuk itu mendekat, maka secepat kilat kunang-kunang tersebut memangsanya.

 

11.  Ada juga tumbuhan dipersenjatai dengan daun daun yang berporos dalam bentuk gelas yang memiliki tembok-tembok halus dan licin, dimana setiap serangga yang hinggap di daun itu akan terpeleset dan jatuh ke dalam gelas yang penuh dengan getah pemangsa hingga akhirnya mati. Bahkan ada pula tumbuhan yang dilengkapi dengan daun yang menyerupai jari jari yang dapat bergerak ke sana sini. Kemudian ia akan menangkap dan mencengkeram segala sesuatu yang berjalan di atasnya, dan selanjutnya menghisap darahnya.

 

Kondisi di atas ini tidak dapat ditafsirkan begitu saja dengan akal. Terlebih lagi hal tersebut berhubungan dengan tumbuh tumbuhan yang tidak memiliki akal dan taktik untuk mencari makan. Namun tentunya, di sana ada akal dan aktor yang tersembunyi. Dialah Tuhan yang telah membuatkan dan membekali semua makhlukNya dengan berbagai kelebihan dan keterampilan  untuk mencari makan. Dan siapakah yang mengajari semua itu tentang hikmah, ilmu kedokteran, moral dan politik?  Juga, mengapa kita tidak berani membenarkan ketika membaca dalam AlQuran bahwa Allah yang mengajarkan itu semua. Sebab, dari mana semua makhluk itu memperoleh pengetahuan tersebut jika bukan dari Allah, sang pencipta? Jika sudah seperti ini keadaannya maka tidak berlebihan jika kita mengatakan dengan sejujur jujurnya bahwa Allah SWT adalah sesuatu yang dapat dibuktikan dengan sesuatu dan bukan sesuatu yang dapat dibuktikan dengan-Nya.

 

12.  Allah SWT adalah penjelas segala sesuatu. Dia adalah yang Haq lagi Mutlak. Karena keterbatasan akal kita, kira pun meminta bukti dari Allah seraya mencari dalilnya dari alam yang serba kurang ini. Kita bisa mengambil bukti dari adanya cahaya matahari untuk mengetahui datangnya siang. Meskipun kita memahami bahwa siang tidak aka nada kecuali dengan kehadiran cahaya matahari. Dengan demikian, cahaya adalah kebenaran itu sendiri yang menjelaskan dirinya dengan kehadiran dirinya sendiri tanpa membutuhkan adanya perantara.

 

13.  Dialah yang mengeluarkan segala sesuatu ke dunia yang nyata dan nampak. Segala sesuatu bergantung kepada-Nya untuk dapat menampakkan diri, sementara Dia tidak membutuhkan apapun untuk menampakkan diriNya. Dengan demikian, Dia adalah bukti bagi diri-Nya sendiri, sedangkan benda benda tersebut tidak pantas menjadi bukti keberadaan-Nya. pabila kita bertanya kepada hati kita tentang Allah, maka kita tidak perlu lagi berdebat ataupun meminta bukti yang lain, karena Allah telah hadir dan bercokol di hati kita untuk selama lamanya.

 

14.  Kita menuntut keadilan, kebebasan dan kemuliaan karena kita yakin bahwa Allah ada di sana. Kita memerangi kedzaliman, kecurangan, dan permusuhan, karena kita yakin bahwa Dia ada di sana. Kita rela berkorban dan berupaya mati syahid, karena kita yakin bahwa Dia ada di sana. Di sana, Dia selalu mendengar dan melihat. Dia untuk selamanya. Tidak ada tempat berlari kecuali kepada-Nya. Kemana saja Anda memalingkan wajah Anda, maka tidak ada yang ada di sana melainkan wajah-Nya. Mahaagung Allah, Tuhan kita, untuk kita buktikan keberadaan-Nya. Dan juga, dengan apa kita akan membuktikan keberadaanNya? Bukanlah segala sesuatu berasal dan kembali kepada-Nya? Hanya Dia yang Maha ada dan semua karya adalah ciptaan-Nya. Dia adalah rahasia di balik rahasia. Dia tidak memiliki definisi dan tidak bisa didefinisikan, karena Dia adalah sumber segala definisi. Dan tidak mungkin bagi kita mengembalikan Dia kepada sesuatu.

 

15.  Allah ada di setiap yang indah, pada saat fajar bersinar di pagi hari, pada saat merah sinar matahari di sore hari, pada saat bunga mekar, pasa nyanyian burung, pada keelokan bayi, dan pada benda benda yang luas seperti gelas gelas kelembutan. Meskipun demikian, kita tidak boleh membatasi kebesaran Tuhan pada sebuah manifestasi. Karena, Allah adalah yang Mahanyata dan bukan manifestasi. Ada perbedaan yang sangat jelas antara yang nyata dengan manifestasi. Yang nyata itu akan tampak pada segala manifestasi tanpa perlu memberi batasan. Dia akan muncul pada manifestasi tersebut dengan segala sifat dan nama-Nya yang tidak ada batasannya.

 

16. Ketika Anda berupaya membaca berbagai peristiwa dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan Anda, Anda menduga bahwa semua itu hanya kebetulan saja. Akan tetapi, pada akhirnya Anda akan mengetahui bahwa setiap peristiwa dan kejadian tersebut menpunyai arti. Semua itu merupakan suatu upaya untuk melihat dan memahami Allah melalui ciptaan-Nya, dalam hal ini tumbuhan dan hewan.

 

Melihat dan memahami keadilan Tuhan dari balik kedzaliman yang tampak di depan mata juga merupakan suatu upaya untuk melihat dan memahami keadilan dan kehendak Allah yang tersembunyi. Akan tetapi, orang yang arif dan bijaksana mampu untuk memecahkan rahasia ilahiah yang terdapat pada berbagai peristiwa tersebut. Selain itu, dia juga akan dapat memahami kandungan, alur cerita, dan hikmah yang terdapat pada rahasia tersebut.

 

Sebagaimana Champollion, seorang arkeolog Perancis, yang mampu menyingkap rahasia huruf Hieroglypha (huruf Mesir kuno) dan bahkan mampu memahaminya. Dengan demikian, jelas sudah bahwa setiap benda itu ada artinya dan setiap peristiwa yang terjadi secara kebetulan itu pasti memiliki kedudukannya sendiri dalam rencana Tuhan yang menyeluruh. Bagi orang yang diberikan pemahaman dan pengertian yang mendalam, akan mengetahui bahwa segala peristiwa yang terjadi di dunia ini tentu mempunyai hikmahnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita adalah bahwa kita mengetahui bagaimana caranya membaca semua peristiwa itu dengan nalar dan mata hati dan bukan dengan mata biasa.

 

Akhirnya, bagaimana caranya kita dapat melihat dan mengenal Allah melalui karya-karya nyata-Nya? Bagaimana caranya kita dapat melihat dan mengenal Allah melalui makhluk makhluk ciptaan-Nya? Bagaimana caranya kita mengetahui apa yang tersembunyi di balik berbagai peristiwa? Dan bagaimana pula caranya kita dapat memecahkan rahasia yang telah ditetapkan Allah dalam buku catatan amal kita masing masing? Kesemuanya ini merupakan contoh dari Ru’yah (melihat) dengan akal, mata hati dan pemahaman. Inilah keuntungan orang orang yang dapat melihat Allah, yaitu dapat melihat segala kebesaran dan hikmah-Nya di alam semesta ini, serta memahami semua ciptaan-Nya.

 

Sementara itu, orang orang yang dekat dengan Allah SWT dan yang selalu bersimpuh dihadapan-Nya, mempunyai keuntungan yang sangat besar, di mana mereka dapat melihat Allah SWT dengan mata hatinya. Dalam penglihatan seperti ini, semua tabir penghalang akan diruntuhkan, Tetapi, Dzat Ilahiah akan tetap tertutup dengan berbagai cahayanya, sehingga ia tidak dapat dilihat secara langsung ataupun dengan kasat mata dan yang pasti melalui uraian di atas seharus mampu menghantarkan diri kita kepada pemahaman tentang ketauhidan bahwa Allah SWT itu ada dan tidak akan mungkin ada segala ciptaannya jika Allah SWT tidak ada. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar