Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 05 Januari 2024

KETAUHIDAN YANG DIKEHENDAKI OLEH ALLAH SWT (PART 3 OF 4)

 

3.   Hanya  Allah SWT  yang  bisa  mendatangkan manfaat dan mudharat. Sa-lah bentuk lainnya dari kekuasaan Allah SWT adalah hanya Allah SWT sajalah yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat di alam semesta ini.  Sebagaimana firman-Nya berikut ini: Katakanlah: Aku tidak ber-kuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (surat Al-A’raff (7) ayat 188).” Berdasarkan ayat ini, sesungguhnya perkara yang wajib diyakini oleh setiap muslim bahwasanya tidak ada yang bisa dan mampu memberikan manfaat dan juga mudharat kecuali Allah SWT saja.

 

Keyakinan ini yang ditanamkan oleh agama Islam. Dan bahwasanya memberikan manfaat dan mudharat itu hanya milik Allah SWT semata. Siapa pun orangnya, setinggi apa pun derajatnya, dia tidak akan bisa memberikan manfaat dan mudharat kepada diri dan orang lain. Apakah itu para malaikat, para nabi, orang-orang shalih, semuanya tidak ada yang bisa memberikan manfaat dan mudharat. Hal itu karena, memberikan manfaat dan menolak manfaat dan mudharat hanya Allah SWT saja yang bisa melakukannya. Tidak ada seorang makhluk pun yang bisa melakukannya. Dan semua itu terjadi atas kehendak dari-Nya.

 

Di lain sisi, Allah SWT dalam surat Al Mumtahannah (60) ayat 3 sebagaimana berikut ini: “Kaum kerabatmu dan anak anakmu tidak akan bermanfaat  bagimu  pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Dimana Allah SWT sudah menegaskan kepada diri kita bahwa saat hari kiamat tiba kaum kerabat kita, anak-anak kita tidak bisa memberikan manfaat apapun kepada diri kita.

 

Lalu apakah dengan adanya pernyataan ini tidak membuat diri kita menyadari bahwa Allah SWT telah menetapkan akan adanya ketentuan secara perorangan, sehingga segala manfaat dan mudharat yang akan kita terima berdasarkan apa-apa yang telah kita perbuat saat hidup di muka bumi. Jika kebaikan yang kita perbuat maka kebaikan yang akan kita terima sedangkan jika keburukan yang kita perbuat maka keburukan pula yang akan kita terima dan yang tidak mungkin adalah kita berbuat keburukan akan menghasilkan kebaikan.  

 

4.     Seluruh Syafaat hanya di tangan Allah SWT saja. Bentuk lainnya dari ke-kuasaan Allah SWT adalah hanya Allah SWT sajalah yang bisa memberikan syafaat (pertolongan, bantuan) kepada umat-Nya sehingga seluruh syafaat hanya di tangan Allah SWT semata. Sebagaimana firman-Nya berikut ini:  Ataukah mereka mengambil penolong selain Allah. Katakanlah, “Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu apapun dan tidak mengerti?. Katakanlah, “Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan. (surat Az Zumar (39) ayat 43-44).” Ayat ini begitu jelas mengemu-kakan bahwa segala bentuk dan macam-macamnya pertolongan (syafaat) hanya milik Allah SWT semata.

 

Dan dengan adanya ketentuan ini maka tidak ada jalan lain bagi diri kita yang memerlukan pertolongan, yang membutukan bantuan ataupun membutuhkan syafaat dari Allah SWT maka kita harus bisa melaksanakan ketentuan surat Az Zumar (39) ayat 14 berikut ini: “Katakanlah, “Hanya Allah yang aku sembah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku.” Untuk itulah segala ibadah yang kita lakukan mutlak hanya boleh ditujukan untuk Allah SWT semata, baik berupa doa, sembelihan, nadzar dan lain sebagainya. Barangsiapa yang menujukan ibadahnya bukan untuk Allah SWT semata, walaupun kepada Nabi, ataupun kepada Malaikat dan walaupun hanya satu macam ibadah saja, atau sekali saja maka itulah perbuatan syirik.

 

Allah SWT selaku pemilik tunggal dari pada syafaat kemudian memberikan kepada sebagian hamba-Nya untuk memberikan syafaat kepada sebagian hamba yang lainnya dengan tujuan untuk memuliakan menampakkan kedudukannya pemberi syafaat dibanding yang disyafaati serta memberikan keutamaan dan karunia-Nya kepada yang disyafaati untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih baik atau kebebasan dari adzab-Nya.

 

Salah satu hamba-Nya yang diberikan hak syafaat dapat kita ketahui melalui hadits berikut ini: “Utsman bin Affan ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Apabila usia hamba-Ku telah mencapai empat puluh tahun, Aku bebaskan ia dari tiga penyakit: Gila, Kusta dan Sopak (belang). Dan bila mencapai lima puluh tahun, Aku menghisabnya seringan-ringannya.Bila mencapai enam puluh tahun, Aku gemarkan ia bertobat. Bila mencapai usia tujuh puluh tahun, Aku jadikan Malaikat cinta kasih padanya. Dan bila mencapai delapan puluh tahun, Aku catat kebaikannya dan Aku hapuskan dosa-dosanya. Dan bila mencapai sembilan puluh tahun maka berkatalah  Malaikat kepadanya: Tawanan Allah di atas bumi, dan diampun baginya dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang, dan diberi hak syafaat. Dan bila pada usia yang terjelek (selemah-lemahnya), maka Allah mencatat baginya pahala apa yang biasa dikerjakan di masa sehat-kuatnya, dan bila berbuat dosa tidak dicatat atasnya. (Hadits Qudsi Riwayat Ath Thirmidzi).

 

Selanjutnya untuk lebih mempertegas tentang syafaat berikut ini akan kami bahas hal-hal yang berhubungan dengan syafaat, sebagaimana berikut ini:

 

a.   Syafaat  dalam  Ensiklopedi  Islam  artinya pertolongan, atau bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang mengharapkan pertolongannya. Sedangkan secara harfiah, syafaat berarti pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang mengharapkan pertolongan-nya; usaha dalam memberikan suatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang lain.

 

b.   Syarat Terjadinya Syafaat. Orang yang mampu memberi syafaat dan orang yang akan diberi syafaat bukanlah sembarang orang. Syafaat (pertolongan) hanya bisa terjadi jika ada izin Allah SWT kepada orang yang memberi syafaat untuk memberikan syafaat dan ridha Allah kepada pemberi syafa’at dan yang akan diberikan syafaat. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (surat Al Anbiya (21) ayat 28). Dan juga berdasarkan ketentuan firman-Nya berikut ini, “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at (pertolongan) mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan (dan hanya) bagi orang yang Dia kehendaki dan Dia ridhai-(Nya). (surat An Najm (53) ayat 26).

 

Selain dua ayat di atas, masih ada ketentuan yang mengatur tentang syafaat sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan syafaat (pertolongan) di-sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?’ Mereka menjawab: ‘(Perkataan) yang benar, dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (surat Saba’ (34)  ayat 23).

 

c.    Macam-Macam Syafaat. Syafaat dan Al Maqam Al Mahmud (kedudukan yang terpuji) diperuntukkan bagi Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat,  sebagai-mana dikemukakan oleh “Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari” dalam bukunya “Intisari Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah”, berikut ini:

 

Pertama, Syafaat untuk umat manusia di Al-Mauqif yaitu tempat dikumpulkannya umat manusia di Padang Mahsyar agar diberi keputusan hukum di antara mereka, yaitu yang disebut Maqam Mahmud (kedudukan yang terpuji).

 

Kedua, Syafaat untuk ahli syurga agar mereka masuk syurga, sedang Rasulullah SAW adalah orang yang pertama kali memasukinya.

 

Ketiga, Syafaat untuk pamannya, Abu Thalib, agar diringankan azabnya.

 

Ketiga syafaat ini khusus untuk Nabi Muhammad SAW dan tidak ada seorangpun yang memilikinya selain Beliau. Dan adapun syafaat yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya berupa hal-hal sebagai berikut:

 

a.  Untuk mengangkat  derajat sebagian umatnya yang memasuki syurga ke derajat yang lebih tinggi.

b.      Untuk memasuki syurga tanpa hisab bagi segolongan dari umatnya.

c.   Untuk beberapa kaum yang antara kebaikan dan kejahatannya sebanding (seimbang), maka beliau memberikan syafaatnya kepada mereka agar masuk syurga; syafaat Nabi Muhammad SAW juga bagi mereka yang amal buruknya lebih berat dibanding amal shalihnya untuk masuk syurga, syafaat bagi pelaku dosa besar yang telah masuk neraka untuk berpindah ke syurga, syafaat untuk bisa masuk syurga tanpa hisab dan tanpa adzab. Syafaat Beliau juga untuk beberapa kaum lainnya yang mereka telah diputuskan untuk masuk ke neraka, namun karena syafaat Nabi Muhammad SAW mereka tidak jadi memasu-kinya.

d.     Nabi Muhammad SAW juga memberikan syafaat untuk mengeluarkan dari Neraka orang-orang ahli maksiat yang bertauhid. Maka Beliau memberikan syafaatnya kepada mereka sehingga mereka masuk syurga.

 

Syafaat yang terakhir dapat dilakukan oleh para Malaikat, para Nabi, para syuhada, para shiddiqin (orang-orang yang teguh memegang kebenaran), para shalihin, dan kaum mukminin yang telah memenuhi syarat tertentu, salah satunya adalah orang mukmin yang berusia sembilan puluh tahun sebagaimana hadits riwayat Ath Thirmidzi di atas.  Kemudian Allah SWT juga dapat mengeluarkan beberapa kaum dari Neraka tanpa melalui syafaat, akan tetapi berkat karunia dan rahmat-Nya.

 

d.  Siapa saja orang-orang yang akan mendapat syafaat di hari kiamat? Berikut ini akan kami kemukakan orang-orang yang akan mendapat syafaat, sebagaimana berikut ini:

 

Pertama, Pemimpin yang Adil. Agama Islam sangat mengedepankan nilai keadilan. Ini juga prinsip yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin, karena ia akan bertanggung jawab atas rakyat dan negerinya.

 

Kedua, Pemuda yang Banyak Beribadah Kepada Allah SWT. Dunia dipenuhi oleh godaan yang dapat membutakan hati dan pikiran, hingga membuat orang lalai terhadap Allah SWT. Oleh sebab itu, bagi pemuda yang selalu tekun beribadah kepada Allah SWT, ia layak mendapatkan syafaat di hari akhir.

 

Ketiga, Orang yang Hatinya Terikat dengan Masjid. Orang yang senantiasa ingin memakmurkan tempat yang dicintai Allah ini akan mendapat perlindungan dari Allah SWT. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat At Taubah (10)  ayat 18 berikut ini: Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah, maka mudah-mudahan mereka termasuk orang yang mendapat petunjuk.”

 

Keempat. Dua Orang atau Lebih yang Saling Menyayangi Karena Allah SWT. Artinya umat Islam menjalin keakraban satu sama lain murni karena Allah SWT, bukan untuk keuntungan duniawi seperti jabatan, harta, kekayaan, dan lain sebagainya.

 

Kelima. Lelaki yang Diajak Berzina Namun Menolaknya. Akan ada ganjaran bagi seseorang yang menolak ajakan zina karena takut terhadap murka Allah. Ini adalah ciri orang yang beriman dan berakhlak baik.

 

Keenam. Orang yang Bersedekah Secara Sembunyi-Sembunyi. Golongan lain yang berhak mendapat pertolongan Allah adalah mereka yang bersedekah lalu merahasiakannya, bahkan tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.

 

Ketujuh. Orang yang Selalu Berzikir. Orang yang berzikir kepada Allah di waktu sunyi sampai berlinangan air mata akan memperoleh naungan-Nya, sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua tetes dan dua tanda: Air mata tercurah karena takut kepada Allah, dan setetes darah tumpah di Jalan Allah. Dan untuk dua tanda, mereka adalah tanda yang disebabkan oleh jalan Allah, dan tanda yang disebabkan oleh memenuhi salah satu tugas yang diwajibkan oleh Allah. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).

 

Selain ke tujuh hal yang kami kemukakan di atas, ada juga amalan (ibadah) orang Mukmin pada hari kiamat akan menjadi syafaat bagi dirinya, sebagaimana dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW tentang hal itu, yaitu: Puasa dan AlQuran akan memberikan syafat bagi seseorang pada hari Kiamat.

 

e.    Orang Kafir Tidak Akan Menerima Syafa’at. Allah tidak akan memberikan sya-faat kepada orang kafir, karena mereka itulah ahli syirik, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat (pertolongan) dari orang-orang yang memberikan syafaat. (surat Al Muddatstsir (74) ayat 48.” Hal ini dikarena-kan Allah SWT tidak akan pernah ridha dengan kesyirikan dan pelaku kesyirikan. Namun dalam hal ini dikecualikan untuk paman Nabi Muhammad SAW yaitu “Abu Thalib”, dialah satu-satunya orang musyrik yang mendapatkan syafaat keringanan adzab dengan memandang jasanya yang begitu besar dalam melindungi Rasulullah SAW semasa hidupnya. Adapun orang kafir selain “Abu Thalib” maka tidak akan mendapatkan syafaat sedikit pun.

 

Selain daripada itu, Nabi Muhammad SAW SAW juga sempat menyebut bahwa ia akan memberikan syafaat kepada umat yang tidak menyekutukan Allah SWT hingga akhir hidupnya sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersada: "Setiap Nabi mempunyai doa yang mustajabah, maka setiap Nabi doanya dikabulkan segera. Sedangkan saya menyimpan doaku untuk memberikan syafaat kepada umatku di hari kiamat. Syafaat itu insyaAllah diperoleh umatku yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun. (Hadits Riwayat Muslim).” Dan agar diri kita menjadi orang yang beruntung di akhirat kelak, maka hadits berikut ini bisa kita jadikan pedomannya, yaitu: “Abu Hurairah ra, telah bertanya kepada Nabi SAW, “Siapakah orang yang paling beruntung dengan syafaat engkau?” Beliau menjawab, “Ialah orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya.” (Hadits Riwayat  Ahmad dan Bukhari). Mengucapkan di sini bukanlah  mengucapkan dengan lisan semata, tetapi juga harus diikuti dengan konsekuensi-konsekuensinya dengan memurnikan ibadah kepada Allah SWT semata dan tidak menyekutukannya.

 

f.  Hukum Meminta Syafaat. Sekarang tinggal tersisa satu permasalahan, bagai-manakah hukumnya meminta syafa’at. Telah kita ketahui bersama bahwa syafaat adalah milik Allah, maka meminta kepada Allah hukumnya disyariatkan, yaitu meminta kepada Allah agar para pemberi syafa’at diizinkan untuk mensyafa’ati di akhirat nanti. Seperti, “Ya Allah, jadikanlah Muhammad SAW pemberi syafa’at bagiku. Dan janganlah engkau haramkan atasku syafa’atnya”. Adapun meminta kepada orang yang masih hidup, maka jika ia meminta agar orang tersebut berdoa kepada Allah SWT agar ia termasuk orang yang mendapatkan syafaat di akhirat maka hukumnya boleh, karena meminta kepada yang mampu untuk melakukanya.

 

Namun, jika ia meminta kepada orang tersebut syafaat di akhirat maka hukumnya syirik, karena ia telah meminta kepada seseorang suatu hal yang tidak mampu dilakukan selain oleh Allah SWT. Adapun meminta kepada orang yang sudah mati maka hukumnya syirik akbar baik dia minta agar didoakan atau meminta untuk disyafa’ati. Untuk itu, jangan sampai kita terjebak untuk meminta syafaat langsung kepada Rasulullah SAW. Hal ini bukan berarti kita menginkari adanya syafaat beliau. Tetapi syafaat hanyalah milik Allah SWT. Bagaimana Allah SWT hendak memberikan syafaat-Nya kepada seseorang sementara dia berbuat syirik dengan meminta syafaat kepada Nabi? Pantaskah bagi kita tatkala Allah SWT telah mengikrarkan bahwa syafaat hanya milik-Nya, kemudian kita justru meminta kepada Nabi? Sungguh andai ia meminta kepada Nabi seribu kali tetapi Allah SWT tidak meridhoinya maka ia tidak akan mendapatkannya.

 

5.   Allah SWT saja Pemberi Ampunan. Salah satu bentuk yang lainnya dari kekua-saan Allah SWT adalah hanya Allah SWT sajalah yang bisa memberikan ampunan melalui permohonan yang dimohonkan kepada-Nya sebagaimana firman-Nya berikut ini: Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang yang mempersekutukan-(Nya). (surat Fushshilat (41) ayat 6).”  Selanjutnya ayat ini dipertegas dengan ketentuan yang termaktub dalam surat Az Zumar (39) ayat 53-54 sebagaimana berikut ini: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.”

 

Ayat yang kami kemukakan di atas, intinya menceritakan saat Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar umat senantiasa berserah diri meski berlumuran dosa. Semua dosa bisa diampuni Allah. Disebutkan, pula bahwa ayat ini oleh ulama dinilai sebagai ayat yang paling memberikan ketenangan dan harapan kepada umat manusia. Pasalnya, tidak ada manusia yang tidak berdosa. Tidak ada pula yang bisa mengampuni dosa kecuali Allah SWT. Allah  SWT sendiri menyatakan, hamba-hamba-Nya yang sudah melampaui batas dalam dosa masih bisa diampuni.

 

Beragam jenis orang berdosa. Ada yang berdosa tapi masih tidak terlalu buruk dosanya. Ada yang memiliki dosa kecil dan dosa besar. Nabi Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan kepada hamba-hamba Allah dengan memberi kesan atau menunjukkan rahmat dan kasih sayang Allah, betapapun berdosanya seseorang. Yang ditekankan ialah agar kita jangan berputus asa dari rahmat Allah karena Allah SWT mengampuni semua dosa. Tidak ada dosa yang tidak diampuni-Nya jika seseorang mau bertobat dan mau meminta ampunan kepada Allah SWT sewaktu masih hidup di dunia.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi maka kita harus mengetahui ada dosa yang diampuni setelah manusia bertobat. Tetapi ada juga dosa yang diampuni walau seseorang tidak bertobat. Ada dosa yang Allah SWT ampuni walaupun seseorang tidak melakukan kebaikan. Ada dosa yang walaupun dibawa mati, tetap diampuni Allah. Itu karena Allah SWT suka mengampuni. Allah SWT senang memberi ampun, maka Tuhan Maha Pengampun atas aneka kesalahan dan berdasarkan ayat-ayat di atas ini ,memberikan harapan yang besar. Ini menandakan Tuhan berlaku adil.

 

Pada dasarnya, Tuhan itu pemberi rahmat. Karena itu, Allah SWT patut dicintai atas sifatnya yang pemberi rahmat dan keadilan. Sebagaimana dikemukakan dalam surah surat Az Zumar (39) ayat 53-54 di atas, dikemukakan "Kembalilah, kepada Tuhanmu." Maksudnya adalah kembali itu berarti kita pernah pada satu posisi meninggalkan Allah SWT. Misalnya kita menjauh dari Allah SWT. Lalu Allah SWT meminta kita untuk berserah diri. Seperti dalam firman-Nya di atas, "berserah dirilah kepada-Nya." Itulah Allah SWT sang pemberi rahmat.

 

Allah SWT banyak memberikan nikmat dan rahmat kepada kita. Sudah semestinya kita mengabdi kepada Allah SWT dengan sempurna dan kita kembali menyerahkan diri kepada Allah SWT. Tetapi, Allah juga mengingatkan tidak ada yang dapat menolong kita dari siksa neraka selain Allah SWT. Karena itu, ikutilah dengan sungguh-sungguh apa yang terbaik yang diturunkan Allah SWT kepada diri kita. Allah SWT juga memberi tuntunan, jika ada yang berbuat jahat kepada kita, balasan kejahatan itu akan setimpal. Akan tetapi, Allah SWT juga mengatakan jika kita bisa memaafkan, akan lebih baik. Yang lebih tinggi lagi dari memaafkan ialah memberi. Berilah kebaikan bagi orang yang berbuat salah kepada kita, karena memberi lebih baik dari sekedar memaafkan.

 

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, yang kemahaan-Nya terefleksikan dalam bentuk pengampunan yang siap diberikan kepada hamba-Nya dengan membukan pintu-pintu “pengampunan” dan “taubat” bagi semua sepanjang hamba-Nya mau dan sungguh-sungguh untuk mendapapatkannya. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah “mau dan sungguh-sungguh” karena pengampunan dan taubat hanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya yang memiliki komitmen secara sungguh-sungguh pula.

 

Lalu Allah SWT dalam firman-Nya yang termaktub di dalam surat Ali Imran (3) ayat 133  menegaskan  dan bergegaslah kalian kepada ampunan Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, disiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa”. Ingat kata bergegas di atas mengindikasikan keseriusan dan kesungguhan, serta mujahadah dalam meraih ampunan (maghfirah) Allah SWT, yang maknanya jika kita ingin diampuni maka kejarlah ampunan itu semaksimal mungkin.

 

Sekarang mari kita pertegas apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Az Zumar (39) ayat 53 berikut ini: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Ayat ini menunjukkan kepada diri kita selaku abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi bahwa Allah SWT telah mendeklarasikan diri tentang adanya pengampunan dalam bentuk pernyataan yang jelas, yaitu: “Katakan Wahai hamba-hamba-Ku (ya ibaadiya) jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa-dosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. Adanya deklarasi yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam ayat di atas ini menunjuk-kan hal-hal sebagai berikut kepada umat manusia:

 

a.   Kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya begitu sangat luar biasa, bahkan tiada batas. Allah SWT memanggil mereka yang melakukan dosa dengan panggilan kasih: “wahai hamba-hamba-Ku”. Mereka yang telah melampaui batas (asrafuu). Luar biasanya Allah SWT masih memanggil mereka dengan panggilan yang seperti itu, lalu apakah kondisi ini kita biarkan berlalu begitu saja.

 

b.  Mereka yang melakukan dosa disebut “asrafuu” atau melampaui batas dan berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa agama itu jika dijalankan sebagaimana mestinya maka sangat sejalan dengan kebutuhan dan tabiat manusia. Di saat agama tidak dijalankan sebagaimana mestinya maka terjadi perilaku “melampaui batas” tabiat kemanusiaan.

 

c.  Ungkapan “jangan Berputus asa dari kasih sayang Allah” menunjukkan bahwa diampuninya kita bukan karena usaha kita semata. Bukan pula karena sekedar ibadah yang kita lakukan. Tapi semuanya karena semata “rahmat Allah”.

 

d.    Pada ungkapan “Sungguh Allah mengampuni semua dosa” memaknai bahwa tia-da dosa yang tak terampunkan dengan rahmat Allah SWT. Dalam hadits disebutkan bahwa jika hamba-Ku melakukan dosa seluas langit dan bumi niscaya akan kuampuni. Intinya adalah bahwa ampunan Allah itu adalah bentuk kasih-Nya yang terbesar. Hanya dengan diampuni seorang hamba akan masuk syurga. Dan hanya dengan rahmat-Nya seorang hamba akan diampuni.

 

Selanjutnya, adanya cerita seorang pembunuh 99 (sembilan puluh sembilan) orang adalah contoh lain dari kasih sayang Allah SWT. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa seorang pemuda telah membunuh 99 (sembilan puluh sembilan) orang. Lalu mendatangi seorang ahli ibadah dan bertanya kira-kira Allah masih akan mengampuninya? Sang ahli ibadah itu menjawab bahwa dia tidak akan diampuni lagi dengan dosa sebesar itu. Jangankan membunuh 99 (sembilan puluh sembilan) orang. Membunuh seorang saja dosanya bagaikan membunuh seluruh umat manusia. Mungkin karena frustrasi dan marah, sang pemuda itu juga membunuhnya. Kini ia telah membunuh 100 (seratus) orang. Tapi keinginan untuk diampuni masih ada dalam hatinya.


Dia pun berjalan hingga ketemu dengan ahli ilmu dan bertanya apakah Allah masih mengampuninya? Mendengar itu sang ahli ilmu teringat dengan ayat tadi, “Wahai hamba-hamba-Ku jangan berputus asa dari Rahmat Allah…sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa”. Singkatnya, pemuda itu diarahkan untuk berangkat ke sebuah kampung dan bergabung dengan penghuni kampung itu beribadah kepada Allah SWT. Di tengah jalan dia meninggalkan dunia. Malaikat syurrga dan neraka pun berebut untuk menjem-putnya. Namun Allah dengan Rahmat-Nya dan kasih-Nya Allah mengabulkan keingi-nannya untuk diampuni. Dia telah membunuh 100 orang. Tapi karena komitmennya untuk diampuni dan karena kasih Allah SWT, sang pemuda itu diampuni dan masuk syurga.

 

Pertanyaan yang kemudian timbul adalah jika “semua dosa diampuni” bagaimana dengan ayat yang menyebutkan: “Sungguh Allah tidak mengampuni dosa syirik”? Jawabannya adalah dosa syirik yang tidak terampuni adalah ketika dosa itu terbawa mati karena belum sempat taubat. Sehingga pelaku syirik itu meninggal dalam keadaan demikian. Berbeda dengan dosa selain syirik. Kalau pun meninggal dalam keadaan berdosa, tapi dalam hatinya ada iman atau tauhid maka dosa itu pada akhirnya akan terhapuskan. Adanya kondisi ini maka jangan pernah menyianyiakan kesempatan untuk meminta ampunan kepada Allah SWT saat hidup di muka bumi ini.

 

6.  Perintah-Nya hanya sepatah kata “Kun”. Salah satu bentuk lainnya dari ke-kuasaan Allah SWT yang sangat luar biasa adalah jika Allah SWT berkehendak maka Allah SWT cukup mengatakan “jadilah maka jadilah” sebagaimana firman-Nya berikut ini: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah” Maka jadilah sesuatu itu. (surat Yaa Sin (36) ayat 82).” Kemudian kondisi ini dipertegas dengan pernyataan Allah SWT yang menyebutkan bahwa perintah Kami seperti kejapan mata, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata. (surat Al Qamar (54) ayat 50).”  

 

Sekarang bahwa Allah SWT telah berfirman, Jadilah, maka jadilah jagad raya dan seluruh isinya, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan “jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya lah segala kekuasaan di waktu sangkakala di tiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (surat Al An’am (6) ayat 73).” Namun kepada manusia proses penciptaan ini diterangkan dalam enam masa. Karena di sini Allah SWT akan memberi pelajaran kepada manusia agar membuat perencanaan dalam setiap pekerjaannya, membuat jadwal waktu, timing, dan mengevaluasi performa pekerjaannya, serta tidak tergesa gesa. Inilah yang menjadi tugas bagi setiap manusia. Dan tugas ini pun demi keberhasilan dan kebahagiaan manusia itu sendiri.

 

Janganlah pernah manusia lupa bahwa baginya ada batasan yang tidak mungkin, baginya ada batas batas tertentu, seperti batang-batang kering yang lapuk, sebagaimana firman-Nya berikut ini: ““Dan sungguh, telah Kami kirimkan atas mereka satu suara keras yang mengguntur, maka jadilah mereka seperti batang-batang kering yang lapuk. Dan sungguh, telah Kami mudahkan AlQuran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran. (surat Al Qamar (54) ayat 31-32).” Namun bagi Dzat Yang Maha memiliki jagad raya ini tidaklah begitu. Bagi Allah SWT cukup bertitah “jadi” maka jadilah karena Ia adalah Dzat Yang Maha memiliki kekuatan tak terbatas, sehingga jika manusia bersandar diri kepada Dzat yang sedemikian maha memiliki kekuatan tak terbatas, percaya dan memohon kepada-Nya, maka manusia akan terheran heran dengan semua pintu yang tiba-tiba terbuka luas untuknya. Dalam keadaan seperti inilah manusia “Jangan stress, jangan bersedih, jangan galau, jangan resah dan gelisah, Allah Maha Ada!’ “Allah Ada, Masalah Tiada”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar