Agar hidup yang kita jalani mampu sesuai dengan kehendak Allah SWT
selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini maka sudah sepatutnya kita
mengetahui bahwa di muka bumi ini ada ketentuan dasar yang harus kita pelajari,
yang harus kita pahami dan yang harus kita laksanakan saat hidup di muka bumi ini. Hal ini sejalan
dengan pepatah yang berlaku, “Dimana
bumi dipijak disana langit dijunjung” jik sampai diri kita melanggar
ketentuan ini bukan tidak mungkin kita termasuk orang-orang yang tidak tahu
diri.
Kondisi ini menjadi penting karena dengan mempelajari, mengetahui,
memahami dan melak-sanakan adanya ketentuan dasar yang telah diberlakukan oleh
Allah SWT akan melahirkan 2 (dua) buah kemungkinan yaitu (1) akan melahirkan
manusia-manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT atau, (2) akan
melahirkan manusia-manusia yang sesuai dengan kehendak setan sang laknatullah.
Semoga diri kita dan juga anak keturunan kita termasuk manusia-manusia yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT yang mampu melaksanakan ketentuan dasar yang
berlaku di muka bumi ini.
Dan berikut ini akan kami kemukakan 5 (lima) buah ketentuan dasar yang
saat ini sudah berlaku di muka bumi ini sampai dengan hari kiamat kelak, yaitu:
A. HANYA ALLAH SWT YANG MAHA PENCIPTA DAN
YANG MAHA MEMILIKI.
Hal yang
pertama yang harus kita ketahui dan pahami tentang aturan dasar yang berlaku di
muka bumi adalah hanya Allah SWT Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Memiliki
dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kita tidak diperkenankan hanya
mengakui dan mengimani Allah SWT Yang Maha Pencipta dengan mengabaikan bahwa
Allah SWT Yang Maha Memiliki. Demikian pula sebaliknya, kita tidak
diperkenankan hanya mengakui dan mengimani bahwa Allah SWT Yang Maha Memiliki
dengan mengabai-kan bahwa Allah SWT Yang Maha Pencipta. Imani bahwa Allah SWT
adalah Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Memiliki dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan selama hayat masih di kandung badan.
Sekarang
mari kita pelajari tentang Allah SWT selaku Yang Maha Pencipta dan Yang Maha
Memiliki, sebagaimana berikut ini:
1.
Hanya Allah SWT Pencipta dan Pemilik dari Alam Semesta. Untuk dapat mencip-takan sesuatu, atau untuk bisa melakukan sesuatu
karya nyata maka kita diharuskan memiliki 3(tiga) hal terlebih dahulu yaitu
adanya kehendak (iradat), adanya kemampuan (qudrat) dan adanya ilmu secara
berbarengan dan juga sama-sama tinggi kualitasnya. Apa maksudnya? Hal ini
dikarenakan jika kita hanya memiliki ilmu saja tanpa dibarengi dengan kehendak
(iradat) dan kemampuan (qudrat), yang ada hanyalah konsep semata. Jika yang ada
hanyalah kemampuan (qudrat) saja tanpa dibarengi dengan kehendak (iradat) dan
ilmu maka yang ada hanyalah omong kosong. Sedangkan jika yang ada hanyalah
kehendak (iradat) saja tanpa dibarengi dengan ilmu dan kemampuan (qudrat) maka
yang ada hanyalah angan-angan belaka.
Saat ini langit, bumi, matahari, bulan,
bintang, udara, air, hewan, tumbuhan, jin, syaitan, malaikat, ada dihadapan
diri kita. Timbul pertanyaan, wajibkah pencipta dari itu semua memiliki ilmu,
memiliki kehendak, dan memiliki kemampuan yang sangat hebat? Akal sehat manusia
(dalil aqli) akan mengatakan bahwa pencipta langit, bumi, udara, air, hewan,
tumbuhanm jin, syaitan, malaikat dan juga manusia pasti memiliki ilmu, pasti
memiliki kehendak (iradat) dan pasti memiliki kemampuan (qudrat) dalam satu
kesatuan yang hebat. Sehingga mustahil di akal jika pencipta tidak memiliki
kemampuan, kehendak dan ilmu yang luar biasa hebatnya dan mustahil pula di akal
jika ciptaan mendahului penciptanya.
Sekarang siapakah pencipta yang memiliki
ilmu, kehendak (iradat) dan kemampuan (qudrat) yang begitu hebat dalam satu kesatuan
sehingga mampu menciptakan segala sesuatu seperti yang kami kemukakan di atas?
Berdasarkan surat Fushshilat (41) ayat 11-12 berikut ini: “kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
mengetahui.”
Serta berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thirmidzi yang kami
kemukakan berikut ini: Sabda Nabi
Muhammad SAW: “Ketika Allah menciptakan bumi terjadilah goncangan dan
getaran-getaran, maka Allah ciptakan gunung-gunung hingga bumi menjadi tenang
dan tetap. Malaikat kagum atas kehebatan gunung-gunung itu, mereka bertanya:
“Tuhan kami, adakah Engkau ciptakan satu ciptaan yang lebih hebat dari
gunung-gunung itu?” Firman Allah: “Ada yaitu Besi”. Adakah yang lebih hebat
dari Besi? “ Ada Api” Adakah yang lebih hebat dari Api? Ada! Yaitu Air, yang
lebih hebat dari semua itu ialah Anak Adam yang bersedekah tangan kanannya lalu
sembunyikan dari tangan kirinya. (Hadits
Riwayat Aththirmidzi).
Dan juga berdasarkan ketentuan surat As
Sajdah (32) ayat 4 yang kami kemukakan berikut ini: “Allah lah yang menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya
seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka
Apakah kamu tidak memperhatikan?.”
[1188]
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai
dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189]
Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima
di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Berdasarkan ketentuan ayat AlQuran dan hadits di atas, diketahui bahwa
yang memiliki ilmu, yang memiliki kehendak (iradat) dan yang memiliki kemampuan
(qudrat) yang sangat hebat secara berbarengan sehingga mampu menciptakan langit
dan bumi beserta isinya hanyalah Allah SWT semata. Sekarang jika Allah SWT
adalah pencipta dari langit dan bumi beserta isinya berarti yang paling ahli, yang paling tahu, yang paling mengerti,
yang memiliki konsep tentang langit dan bumi, yang paling paham tentang itu
semua adalah pencipta dari itu semua, dalam hal ini adalah Allah SWT.
Lalu dapatkah keberadaan langit dan bumi
beserta isinya termasuk di dalamnya jin, iblis, setan dan malaikat, dipisahkan
begitu saja dengan ilmu, kehendak (iradat) dan kemampuan (qudrat) dari Allah
SWT? Langit, dan bumi beserta isinya, jin, iblis, setan dan malaikat sebagai
ciptaan Allah SWT maka ia tidak akan mungkin dapat dipisahkan dengan ilmu,
kehendak (iradat) dan kemampuan (qudrat) Allah SWT sampai kapanpun juga.
Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan
langit dan bumi, setan, jin, iblis dan juga malaikat bukanlah sesuatu
yang bersifat insidentil namun sudah ada di dalam ilmu Allah SWT.
Sekarang apakah langit dan bumi yang ada saat ini, hanya sekedar ciptaan
Allah SWT belaka, atau adakah hal-hal lainnya selain daripada itu? Di dalam
setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT ketahuilah bahwa disana terdapat
2(dua) dimensi lainnya yang terdapat di balik ciptaan yang diciptakan oleh Allah
SWT, yaitu:
Dimensi yang pertama adalah
segala apa-apa yang diciptakan oleh Allah SWT
meru-pakan Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT itu
sendiri. Apa dasarnya? Adanya ciptaan merupakan bukti dari adanya kehendak, adanya
kemampuan dan adanya ilmu Allah SWT yang sangat Maha dan dengan kemahaan itulah
diciptakanlah langit dan bumi beserta isinya, atau dengan kata lain ciptaan
yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT yang sudah dituangkan ke alam semesta,
sedangkan yang masih ada pada Allah SWT tidak akan pernah berkurang sedikitpun
karena Allah SWT Maha dan akan Maha selamanya;
Dimensi yang kedua adalah dibalik setiap ciptaan
yang diciptakan oleh Allah SWT, apakah itu langit dan bumi, apakah itu manusia,
apakah itu jin, malaikat, setan, tumbuhan, air, udara, disana ada Allah SWT
sehingga Allah SWT tersembunyi di balik keberadaan ciptaan-Nya sehingga dengan
adanya kondisi ini maka setiap ciptaan tidak akan bisa melepaskan diri dari
kebesaran dan kemahaan Allah SWT, atau dengan kata lain Allah SWT akan selalu
menyertai segala apa-apa yang telah diciptakan-Nya.
Adanya 2
(dua) buah ketentuan di atas ini, menunjukkan bahwa Allah SWT selaku pencipta
langit dan bumi beserta isinya berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling
ahli, yang paling paham serta yang paling mengerti tentang apa apa yang telah
dicipta-kan-Nya sehingga jika kita ingin belajar tentang ciptaan-Nya maka kita
harus belajar langsung kepada pencipta-Nya dengan menjadikan guru, dosen,
ataupun ulama sebatas perantara semata.
Dan jika
saat ini kita sedang hidup di muka bumi, sudah sejauh manakah kita melihat dan
menilai atas apa-apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT :
a.
Jika kita hanya mampu melihat dan menilai bahwa
apa-apa yang ada di langit dan muka bumi ini sebatas ciptaan Allah SWT tanpa
bisa melihat Tanda-Tanda Kebe-saran dan Kemahaan Allah SWT dan juga tidak bisa
mengimani dan meyakini bahwa dibalik
ciptaan ada Allah SWT berarti diri kita
baru masuk dalam kriteria tahap pertama yaitu baru masuk tahap mengenal atau baru
kenal dengan Allah SWT.
b.
Jika kita sudah mampu melihat dan menilai bahwa
setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan Tanda-Tanda dari Kebesaran
dan Kemahaan Allah SWT yang tidak lain merupakan bukti dari adanya Kehendak,
Kemampuan dan Ilmu Allah SWT yang
berarti diri kita telah meningkat ke tahap yang ke dua yaitu tahap mengerti
tentang Allah SWT, atau mampu merasakan kebenaran akan Allah SWT adalah
pencipta.
c.
Jika kita sudah dapat melihat dan menilai bahwa di
setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT disana ada Allah SWT yang akan
selalu menyertai segala yang diciptakannya dan lalu kita berusaha memperoleh
Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT berarti diri kita telah meningkat ke tahap
yang ke tiga yaitu meyakini bahwa Allah SWT selaku pencipta yang akan selalu
bersama ciptaan-Nya sehingga cipataan-Nya tidak bisa melepaskan diri dari
keberadaan Allah SWT.
Sudahkah
kita beriman kepada Allah SWT selaku Dzat Yang Maha Menciptakan sehingga Allah
SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa-apa yang diciptakan-Nya, demi-kian pula
sebaliknya di setiap ciptaan akan selalu diliputi dengan kemahaan dan
kebesaran-Nya? Semoga kita termasuk
orang orang yang telah mampu mengimani hanya Allah SWT sajalah yang mampu
menciptakan alam semesta ini selama hayat masih di kandung badan.
Sekarang siapakah yang memiliki langit dan bumi beserta isinya? Jika
kita mengacu kepada keberadaan pencipta, yang harus ada terlebih dahulu sebelum
ciptaannya diciptakan, maka pencipta dari ciptaan dapat dipastikan adalah
pemilik dari ciptaan itu sendiri, dalam hal ini adalah Allah SWT. Buktinya ada
pada surat An Nuur (24) ayat 64 berikut
ini; “ketahuilah
Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia mengetahui Keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). dan (mengetahui
pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. dan Allah Maha mengehui segala sesuatu.”
Dan juga
pada
surat Ibrahim (14) ayat 2 yang
kami kemukakan berikut ini: “Allah-lah yang memiliki segala
apa yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena
siksaan yang sangat pedih.” Serta dikemukakan pula dalam surat Al Hadiid (57) ayat 2 yang kami
kemukakan berikut ini: “kepunyaan-Nyalah
kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” Berdasarkan
ketentuan 3 (tiga) buah ayat di atas ini menunjukkan bahwa Allah SWT adalah
pemilik dari langit dan bumi beserta isinya dan yang berarti Allah SWT adalah
penguasa atau penentu dari apa apa yang dimilikinya.
Dan jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik dari
langit dan bumi beserta segala isinya. Timbul pertanyaan, undang-undang
siapakah, hukum siapakah, peraturan siapakah, ketentuan siapakah, yang wajib
berlaku di langit dan di bumi ini? Akal sehat manusia akan menyatakan bahwa segala
bentuk undang-undang, segala bentuk hukum, segala bentuk peraturan, dan juga
segala bentuk ketentuan yang wajib berlaku di langit dan di bumi adalah
undang-undang Allah SWT, hukum Allah
SWT, peraturan Allah SWT serta ketentuan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik
langit dan bumi ditambah Allah SWT juga paling mengetahui segala apa yang
diciptakan dan yang dimilikinya.
Lalu dimanakah undang undang, hukum, peraturan, ketentuan Allah SWT
saat ini? Undang undang, hukum, peraturan, ketentuan Allah SWT saat ini
telah menjadi AlQuran sehingga AlQuran itulah yang sekarang menjadi kumpulan
dari undang-undang, hukum, peratu-ran dan ketentuan yang berlaku di langit dan
di muka bumi ini. Sekarang, sudahkah hal ini kita sadari! Sudahkah hal ini
kita pahami dengan sebaik mungkin sesuai dengan kehen-dak Allah SWT dan sebagai
orang yang sedang menumpang di langit
dan di bumi Allah SWT sudahkah kita mengimaninya, mempelajarinya, memahaminya,
menghayatinya dan juga melaksanakannya serta mengajarkan segala ketentuan Allah
SWT sebaik mungkin kepada sesama manusia.
Jika saat ini masih hidup di muka bumi maka kita tidak bisa membuat
aturan main untuk diri kita sendiri karena langit dan bumi tempat kita tinggal
bukan kita yang menciptakan dan bukan pula kita yang memilikinya. Adanya
kondisi ini maka tamu atau orang yang menumpang di langit dan di bumi ini tidak
bisa merangkap sebagai pembuat undang-undang, pembuat aturan, pembuat hukum,
dan juga sebagai penilai atau sebagai wasit bagi dirinya sendiri ataupun
penilai bagi sesama tamu atau sesama yang menumpang karena yang berhak
menentukan itu semua adalah Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam
semesta ini. Untuk itu kita tidak bisa berbuat sekehendak hati kita di muka
bumi ini karena antara diri kita dengan sesama manusia dan juga langit dan bumi
sama-sama diciptakan oleh Allah SWT sehingga Allah SWTlah yang paling berkuasa
penuh di langit dan di muka bumi ini.
2.
Hanya Allah SWT Pencipta dan Pemilik dari Keberadaan Manusia di muka
bumi. Sekarang bagaimana dengan keberadaan manusia
yang ada di muka bumi, atau bagaimana dengan keberadaan diri kita yang saat ini
ada di muka bumi, apakah ada dengan sendirinya, ataukah ada karena ada yang
mengadakan? Berdasarkan firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena
itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat (surat Al Insaan (76) ayat 2).”
Dan jika Allah SWT adalah pencipta dari
seluruh manusia yang ada di muka bumi
maka hanya Allah SWT sajalah yang paling ahli, hanya Allah SWT yang paling
mengetahui, hanya Allah SWT sajalah yang paling paham tentang segala urusan
manusia yang ada di muka bumi, termasuk di dalamnya yang paling tahu, yang
paling mengerti tentang diri kita dan anak keturunan kita, tentang musuh kita
apakah itu ahwa (hawa nafsu) dan juga setan. Hal ini dikarenakan Allah SWT
selaku pencipta manusia di muka bumi pasti dan wajib memiliki ilmu, wajib
memiliki kehendak (iradat) dan wajib pula memiliki kemampuan (qudrat) yang
sangat hebat dalam satu kesatuan.
Selanjutnya jika kita menelaah lebih
mendalam lagi tentang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta
ini, termasuk di dalamnya pencipta dan pemilik keberadaan manusia yang ada di
muka bumi, maka akan didapat beberapa keterangan yang harus kita jadikan
pedoman saat diri kita hidup di muka bumi ini, yaitu :
a.
Pencipta harus lebih dahulu
ada dibandingkan dengan ciptaan dan jika ini adalah ketentuan yang berlaku umum
maka Allah SWT sebagai pencipta dapat dipastikan sudah ada terlebih dahulu
sebelum langit dan bumi diciptakan. Allah SWT pasti ada sebelum manusia yang
ada di muka bumi diciptakan sebab mustahil diakal jika ciptaan ada terlebih
dahulu dibandingkan dengan penciptanya.
Sekarang jika ada Tuhan-Tuhan lain selain daripada Allah SWT yang
keberadaannya ada setelah langit dan bumi diciptakan maka dapat dipastikan
Tuhan tersebut bukanlah Allah SWT akan tetapi makhluk yang diciptakan oleh
Allah SWT.
b.
Setiap ciptaan yang
diciptakan oleh Allah SWT, apakah itu langit dan bumi beserta isinya, apakah
itu manusia, apakah itu diri kita, apakah itu anak dan keturunan kita
sendiri, jika ditelaah secara mendalam
bukanlah hanya sebatas ciptaan Allah SWT. Akan tetapi semuanya adalah
Tanda-Tanda Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT dan secara tersembunyi Allah SWT
ada dibalik ciptaan yang telah diciptakan oleh Allah SWT sehingga semuanya
tidak bisa dipisahkan dengan Allah SWT. Adanya kondisi ini maka kita harus bisa
menempatkan dan meletakkan Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT yang selalu ada
bersama ciptaan Allah SWT sesuai dengan kehendak Allah SWT.
c.
Seluruh manusia yang
ada di muka bumi, siapapun orangnya, apapun pangkat dan jabatannya, kaya atau
miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, bukanlah pencipta dan pemilik
dari langit dan bumi beserta isinya. Ini berarti kita hanyalah orang-orang yang
diberi hak untuk menikmati, atau orang yang sedang menumpang di langit dan di
bumi, atau tamu yang sedang menumpang di
langit dan di bumi yang tidak selamanya bisa menjadi tamu (ada batasnya yaitu
selama hayat masih di kandung badan)
d.
Sebagai orang yang
sedang menumpang, atau sebagai orang yang sedang menjadi tamu di langit dan di
muka bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT, tentu kita tidak bisa
seenaknya saja menumpang, atau tentu kita tidak bisa menjadi tamu yang tidak
tahu diri. Untuk itu kita harus mematuhi segala undang-undang, segala hukum,
segala peraturan, segala ketentuan yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah
SWT, terkecuali jika kita ingin memperoleh predikat tamu yang tidak tahu
diuntung, atau tamu yang tidak tahu diri, yaitu sudahlah menumpang Tuan Rumah
kita lawan atau bahkan kita mengatur Tuan Rumah di rumah-Nya sendiri.
e.
Kemutlakan yang dimiliki
oleh Allah SWT kepada seluruh ciptaan-Nya,
akan tetap kekal selamanya sesuai dengan kondisi Allah SWT yang Maha
Kekal, hubungan Allah SWT kepada manusia, termasuk kepada diri kita, akan terus
terjadi sampai kapanpun walaupun kita telah melupakan Allah SWT, atau walaupun
kita telah memutuskan hubungan dengan Allah SWT. Allah SWT akan tetap
memperhatikan diri kita, Allah SWT tetap menghadapi diri kita. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW
bersabda: Allah ta'ala berfirman: Wahai Anak Adam! Jika engkau ingat kepada-Ku,
Aku Ingat kepadamu dan bila engkau lupa kepada-Ku, Akupun ingat kepadamu. Jika
engkau taat kepada-Ku pergilah kemana saja engkau suka, pada tempat dimana Aku
berkawan dengan engkau dan engkau berkawan dengan da-Ku. Engkau berpaling
daripada-Ku padahal aku menghadap kepadamu, Siapakah yang memberimu makan
dikala engkau masih di dalam perut ibumu. Aku selalu mengurusmu dan
memeliharamu sampai terlaksanalah kehendak-Ku bagimu, maka setelah Aku
keluarkan engkau ke alam dunia engkau berbuat banyak maksiat. Apakah demikian
seharusnya pembalasan kepada yang telah berbuat kebaikan kepadamu?. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Nasher Rabi'ah bin
Ali Al Ajli dan Arrafi'ie; 272:182).
Berdasarkan hadits di atas ini, hubungan Allah SWT kepada manusia,
termasuk kepada diri kita, akan terus terjadi sampai kapanpun walaupun kita
telah melupakan Allah SWT, atau walaupun kita telah memutuskan hubungan dengan
Allah SWT. Allah SWT tetap memperhatikan diri kita, Allah SWT tetap menghadapi
diri kita. Sekarang apakah akan kita sia-siakan Allah SWT yang sudah begitu
sayang kepada diri kita? Jangan sampai hal ini terjadi pada diri kita, keluarga
dan anak keturunan kita.
Itulah ketentuan yang berhubungan tentang Allah SWT selaku pencipta dan
selaku pemilik alam semesta ini beserta isinya termasuk di dalamnya manusia.
Lalu sudahkah kita memahaminya dengan baik dan benar kondisi dan keadaan ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar