Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 03 Januari 2024

KESAKSIAN YANG DAPAT KITA LAKUKAN SAAT SYAHADAT (PART 1 OF 2)

 

Untuk lebih meningkatkan kualitas syahadat yang telah kita miliki serta dalam rangka memformat ulang syahadat yang telah kita miliki dan agar manusia yang ada di muka bumi menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya sewaktu melaksanakan syahadat. Dan juga dalam rangka pelaksanaan komitmen ruh yang sudah menyatakan hanya bertuhankan kepada Allah SWT tetap terjaga dan terpelihara kualitasnya dari waktu ke waktu.

 

Berikut ini akan kami kemukakan kesaksian yang dapat kita lakukan saat bersyahadat melalui apa-apa yang terdapat di alam semesta ini serta melalui apa-apa yang terdapat dalam diri kita sendiri serta melalui hewan atau tumbuhan yang ada di dekat diri kita. Yang mana telah dikemukakan oleh “H.Bachtiar Ma’ani” dalam bukunya “Syahadat: Pembuka Jalan Menuju Kebahagiaan Hakiki”. Dan selanjutnya kami berharap dengan adanya kesaksian yang langsung kita lakukan mampu  membuat diri kita menjadi mawas diri sewak-tu menjalankan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya sekaligus khalifah-Nya di muka bumi sehingga diri kita tidak tergelincir ke jalan yang salah. Dan inilah kesaksian yang dimaksud.

 

1.   Kesaksian Melalui Apa-Apa Yang Ada di alam Semesta. Untuk dapat mencip-takan alam semesta ini tentu sang pencipta alam wajib memiliki Kehendak, Kemampuan serta Ilmu yang sangat hebat secara bersamaan. Hal ini dikarenakan jika Kehendak tanpa diiringi oleh Kemampuan dan Ilmu yang terjadi adalah angan-angan belaka, demikian pula jika Kemampuan tanpa di iringi oleh Kehendak dan Ilmu maka yang terjadi adalah omong kosong atau mimpi di siang hari (the day dream). Sedangkan jika yang ada hanya Ilmu tanpa diiringi dengan Kemampuan dan Kehendak yang ada hanyalah konsep kosong belaka.

 

Dan jika sekarang alam semesta ini sudah ada dan sedang ditempati oleh diri kita dan juga untuk anak dan keturunan diri kita, maka pencipta alam dapat dipastikan memiliki Kehendak dan Kemampuan yang sangat hebat secara bersamaan.  Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 19 berikut ini: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak (784)? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru (surat Ibrahim (14) ayat 19).”

 

(784) maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuam, melainkan dengan penuh hikmah.

 

Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 19 di atas dikemukakan bahwa Allah SWT lah yang menciptakan langit dan bumi dengan Haq. Selanjutnya lihatlah lalu renungkanlah dan persaksikanlah langit dan bumi yang saat ini kita tempati, ia begitu besar, ia begitu indah, ia begitu luas, ia begitu mempesona, ia ada tidak dengan sendirinya. Dan jika langit dan bumi saja sudah sebegitu hebat, indah, mempersona. Lalu bagaimana dengan kondisi kemampuan yang menciptakannya? Berdasarkan “Dalil Aqli” tidak mungkin sesuatu yang lebih lemah, lebih rendah atau bahkan sama kemampuannya dapat menciptakan sesuatu yang lebih tinggi dari kemampuan yang dimilikinya. Jika ini jawaban dari “Dalil Aqli” maka dapat dipastikan Allah SWT selaku pencipta langit dan bumi pasti memiliki kehendak dan kemampuan serta Ilmu yang sangat tinggi yang tidak akan mungkin dikalahkan oleh apa-apa yang diciptakannya.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sadarkah anda, tahukah anda, mengertikah anda, bahwa anda termasuk diri kita hanyalah ciptaan yang tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan dengan Allah SWT. Untuk itu tidak ada jalan lain jika ingin tetap hidup dan berada di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT maka sudah seharusnya kita mengakui, kita mengimani dengan ilmu dan kejujuran yang kita miliki dengan menyatakan Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mengadakan, yang mampu menciptakan langit dan bumi  beserta isinya.

 

Dan agar syahadat yang kita laksanakan selalu berada di dalam kesesuaian dengan kehendak Allah SWT. Alangkah baiknya kita tidak berhenti mempersaksikan apa yang kemukakan di atas dan sebaiknya kita mampu mempersaksikan beberapa hal yang patut kita persaksikan sebagai bahan bagi diri kita untuk memperbaiki, meningkatkan kem-bali, meluruskan kembali, serta untuk memper-tahankan kualitas syahadat yang telah kita laksanakan dengan mempersaksikan apa-apa yang terdapat di alam semesta ini, seperti:

 

a.    Adanya Pergantian Siang dan Malam. Lihatlah alam semesta ini, ada malam ada siang, ada pagi ada sore, apakah hal ini bisa terjadi begitu saja terjadi tanpa ada yang mengaturnya? Jika jawaban kita siang dan malam tidak bisa terjadi begitu saja, lantas siapakah yang sanggup mengaturnya? Apakah manusia sanggup mengaturnya, apakah hewan atau tumbuhan sanggup mengaturnya, apakah jin dan syaitan sanggup mengaturnya, apakah nabi dan rasul sanggup mengaturnya? Jika semuanya tidak ada yang sanggup mengaturnya, maka dapat dipastikan yang sanggup melakukan itu pasti di luar manusia, pasti di luar hewan dan tumbuhan, pasti di luar jin dan syaitan, pasti di luar nabi dan rasul. Lalu siapakah yang sanggup mengaturnya? Untuk itu mari kita perhatikan surat An Naml (27) ayat 86 berikut ini : Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. dan berdasarkan surat Fathir (35) ayat 13 berikut ini: “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.

 

Berdasarkan 2 (dua) buah ayat di atas ini, yang sanggup melakukannya hanyalah Allah SWT. Jika ini adalah kondisinya, lalu apa yang harus kita perbuat dengan syahadat yang kita lakukan? Jika kita telah bersyahadat sesuai dengan konsep dasar sebuah kesaksian maka pada saat kita melaksanakan syahadat maka kita wajib menyatakan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mempergantikan siang dan malam. Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menundukkan matahari dan bulan berjalan menurut waktu yang ditentukan atau menurut garis edarnya masing-masing.

 

Sekarang apa jadinya jika di alam semesta ini tidak ada cahaya dan juga tidak ada patokan waktu akibat tidak teraturnya peredaran matahari dan bulan yang dicipta-kan oleh  Allah SWT? Di alam akan terjadi kekacauan karena yang ada hanyalah gelap dan gelap dikarenakan kita tidak bisa membedakan mana siang dan mana malam, atau yang ada hanya siang saja. Sedangkan Allah SWT menciptakan siang dan malam bukanlah tanpa maksud dan tujuan tertentu. Adanya siang, manusia diperintahkan oleh  Allah SWT untuk mencari sebahagian karunia-Nya sedangkan adanya malam harus dipergunakan untuk istirahat. Di lain sisi dengan adanya cahaya di siang hari, akan memudahkan tumbuhan untuk memproses CO2 menjadi O2 yang sangat dibutuhkan hewan dan manusia dan juga dapat membantu proses pembentukan zat hijau daun menjadi buah yang dapat di konsumsi oleh manusia dan juga oleh hewan.

 

Sedangkan dengan adanya perhitungan waktu akan memudahkan manusia melaksanakan sebahagian dari perintah Allah SWT yang pelaksanaannya sangat berhubungan erat dengan waktu atau waktu memegang peranan penting saat diri kita melaksanakan perintah Allah SWT seperti perintah mendirikan shalat, perin-tah melaksanakan puasa dan zakat, serta perintah menunaikan haji. Hal ini sebagai-mana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (surat Al Qashsah (28) ayat 73).”

 

Setiap manusia sudah diberikan oleh Allah SWT sebuah modal dasar yang sama yaitu adanya waktu untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Modal dasar waktu yang diberikan oleh Allah SWT bukanlah barang gratisan, bukan pula barang yang dapat diperjualbelikan. Namun sesuatu yang akan dimintakan pertanggung- jawaban oleh Allah SWT. Dan sebagai orang yang telah mampu mempersaksikan adanya waktu di balik beredarnya matahari dan bulan di dalam porosnya masing-masing, lalu sudahkah kita mampu mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya!  

 

b.    Air sebagai sumber kehidupan dan turunnya hujan. Tahukah kita ada berapa ba-nyak air yang ada di alam semesta ini? Siapapun orangnya, apapun kedudukannya, dapat dipastikan ia tidak akan pernah tahu berapa jumlah air yang ada di alam semesta ini. Sekarang lihatlah air yang ada di lautan, lalu lihat pula yang ada di sungai, serta yang ada di danau, selanjutnya siapakah yang mampu menciptakan air dengan segala kehebatan yang terkandung di dalamnya serta dengan jumlah yang sebanyak itu?

 

Jika kita termasuk orang yang mempunyai akal sehat seperti yang dikemukakan oleh Allah  SWT dalam surat Az Zumar (39) ayat 21 berikut ini: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (surat Az Zumar (39) ayat 21). Berdasarkan ketentuan ayat ini diketahui bahwa yang menciptakan air adalah Allah SWT.

 

Sekarang lihatlah siklus air yang terdapat di muka bumi ini, air dari bawah bergerak ke atas dalam bentuk uap air karena adanya sinar matahari dan setelah terkumpul di atas maka air  akan kembali lagi ke bawah melalui hujan. Timbul pertanyaan, siapakah yang mampu mengatur, siapakah yang membuat proses air seperti itu atau apakah terjadinya hujan hanya akibat proses alam semata? Allah SWT sebagai Inisiator yang juga Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi beserta segala isinya termasuk di dalamnya air, maka Allah SWT pasti berkuasa terhadap air yang diciptakannya. Dan jika air yang ada di bawah bergerak ke atas lalu kembali ke bawah menjadi hujan merupakan kehendak Allah SWT yang berlaku bagi air.

 

Jika kita hanya memandang terjadinya hujan akibat proses alam semata, secara kasat mata memang seperti itulah keadaanya. Akan tetapi jika kita mempunyai akal sehat seperti yang dikemukakan oleh Allah SWT melalui surat  Az Zumar (39) ayat 21 diatas, maka sebenarnya Allah SWT lah yang mengatur dan membuat pergera-kan air yang ada di bawah naik ke atas kembali lagi ke bawah menjadi hujan. Allah SWT menciptakan hujan, dalam rangka menyuburkan tanah-tanah, mensirkulasi kelebihan air dari suatu tempat ke tempat lainnya serta dalam rangka menambah jumlah air. Sehingga dengan proses itulah akan terjadi pemerataan kesuburan tanah di muka bumi. Suburnya tanah di permukaan bumi akan memberikan banyak manfaat bagi manusia serta hewan dan juga akan memudah-kan manusia saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.

 

Allah SWT telah memberikan peringatan kepada seluruh umat-Nya mengenai terjadinya hujan. Hujan di dalam ilmu Allah SWT bukan merupakan hasil dari proses alam. Hujan merupakan bagian dari kehendak Allah SWT untuk kepen-tingan seluruh makhluknya yang ada  di muka bumi. Hal ini sebagaimana dikemu-kakan dalam hadits berikut ini: “Ibn Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda; Allah ta'ala berfirman:"Sesungguhnya barangsiapa berkata: Hujan telah turun kepada kami karena bintang anu atau bintang anu, maka ia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang itu dan barangsiapa berkata: Allah telah menurunkan hujan kepada kami, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kufur kepada bintang itu". (HQR Atthabarani, 272:33).

 

Apabila kita sebagai umat-Nya sampai salah di dalam menyikapi terjadinya hujan, maka Allah SWT akan memberikan sanksi kepada umatnya yang berani menga-takan bahwa hujan karena proses alam semata sehingga ia menyatakan terjadinya hujan karena adanya bintang anu dan bintang anu, yaitu sebagai manusia kufur. Allah SWT memberikan predikat sebagai manusia kufur dikarenakan umatnya telah menyepelekan Allah SWT yang seolah-olah Allah SWT tidak ada, seolah-olah Allah SWT bukanlah pencipta dan pemilik dari air. Sehingga proses alamlah yang lebih tinggi dari pada Allah SWT. Untuk itu jangan pernah salahkan Allah SWT jika air dan hujan yang awalnya diciptakan oleh Allah SWT untuk kemas-lahatan umat manusia lalu tiba-tiba air dan hujan justru menjadi penghancur umat manusia itu sendiri sebagai bencana alam.  

 

Itulah air dan itulah hujan, yang di dalamnya bisa menjadi berkah bagi manusia dan juga bisa menjadi ancaman dan bencana bagi manusia juga. Selanjutnya timbul pertanyaan kepada diri kita, apakah hal ini tidak cukup menghantarkan diri kita untuk melaksanakan syahadat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT? Jika apa-apa yang telah dipertontonkan dan juga telah diperlihatkan Allah SWT melalui air dan hujan, tidak bisa menjadikan diri kita menyatakan dengan tulus dan ikhlas bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mengadakan, menciptakan air dan hujan di alam semesta ini, rasanya kita tidak patut dan pantas menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di bumi yang dimiliki oleh Allah SWT ini.

 

Untuk itu carilah air ataupun hujan yang diciptakan oleh selain Allah SWT yang tentunya bukan berada di alam semesta ini sebab alam semesta ini adalah milik Allah SWT. Jika kita tidak mampu menemukan air dan hujan selain yang dimiliki dan diciptakan oleh Allah SWT, tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk melaksanakan syahadat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT terkecuali jika kita ingin pulang kampung ke neraka.   

 

c.   Adanya Udara dan Adanya Angin. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang saat ini sedang menjalankan tugas di muka bumi, ada tiga buah pertanyaan yang akan kami ajukan kepada anda, yaitu:

 

(1)  mampukah diri kita melihat secara langsung O2 atau udara yang setiap saat kita butuhkan untuk bernapas;

(2) mampukah kita menghitung berapa jumlah O2 atau Udara yang ada di alam semesta ini;

(3)  mampukah kita membuat sendiri O2 atau udara untuk kebutuhan diri kita sendiri?

 

Jawaban untuk  point 1 saja, manusia termasuk diri kita tidak mampu melihat secara langsung O2 atau udara yang kita hirup untuk bernapas. Sekarang jika melihat saja diri kita tidak mampu bagaimana mungkin kita sanggup membuat O2 atau udara ataupun sanggup untuk menghitung berapa jumlah O2 atau udara yang ada di alam semesta ini. Betapa rendahnya kemampuan diri kita atau betapa lemahnya diri kita. Timbul pertanyaan kenapa dikatakan rendah dan lemah kemampuan kita? 


Coba bayangkan untuk sesuatu yang kita butuhkan setiap saat saja kita tidak sanggup melihatnya. Kita tidak sanggup menghitungnya dan kita pun tidak sanggup mengadakannya baik sedikit apalagi banyak. Sebagai manusia, diri kita tidak akan mungkin bisa dilepaskan dari keberadaan udara atau O2  di alam semesta ini apa yang harus kita sikapi jika kita ingin tetap hidup sebagai manusia di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang telah tahu diri sudah sepatutnya dan sepantasnya diri kita bersyukur kepada Allah SWT atas udara yang telah diberikannya secara cuma-cuma kepada diri kita.

 

Dan untuk mengucapkan syukur kepada Allah SWT tidak cukup dengan meng-ucapkan hamdallah dan terima kasih semata. Akan tetapi kita harus dapat memperlihatkan rasa syukur tersebut dengan melaksanakan syahadat Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan udara atau O2 yang kita butuhkan secara cuma-cuma (gratis) yang dilanjutkan dengan memelihara dan menjaga kesinambungan serta ketersediaan udara yang sehat bagi kepentingan keberlang-sungan umat manusia di muka bumi serta mempergunakan, mendayagunakan udara secara baik dan benar agar ketersediaan udara bagi regenerasi umat manusia di muka bumi dapat berjalan dengan baik.

 

Sekarang ada satu hal yang akan kami utarakan kepada jamaah sekalian, yaitu jika manusia yang sudah diangkat menjadi abd’ (hamba)-Nya dan khalifah-Nya tidak mampu menciptakan O2 atau udara untuk kepentingan dirinya sendiri, selanjutnya apakah manusia dengan kondisi ini dapat dikatakan lebih hebat dari pencipta dari O2, sehingga ia tidak mau mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan di alam semesta ini? Dalam keadaan seperti ini hanya manusia yang sadar dirilah atau manusia yang sudah tahu dirilah yang mampu menempatkan Allah SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah itu sendiri. Selanjutnya, jika kita termasuk orang yang telah memiliki Ilmu dan juga telah memiliki Kejujuran yang tinggi maka sudah sepatutnya dan sepantasnya kita mengakui Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan udara yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup yang ada di alam semesta ini.

 

Lalu bagaimana dengan angin atau udara yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya akibat adanya perbedaan suhu ruangan atau akibat adanya perbe-daan temperatur suatu tempat dengan tempat lainnya? Seperti halnya udara, maka angin pun tidak bisa dilihat secara langsung oleh manusia, akan tetapi angin hanya bisa dirasakan keberadaannya oleh manusia. Allah SWT berfirman: “dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira[1173] dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya[1174] dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur. (surat Ar Ruum (30) ayat 46)

 

[1173] Pembawa berita gembira Maksudnya: awan yang tebal yang ditiup angin lalu menurunkan hujan. karenanya dapat dirasakan rahmat Allah dengan tumbuhnya biji-biji yang telah disemaikan dan menghijaunya tanaman-tanaman serta berbuahnya tumbutumbuhan dan sebagainya.

[1174] Yaitu: dengan seizin Allah dan dengan sekehendak-Nya.

 

Sekarang dapatkah manusia membuat angin? Sepanjang angin itu pada mulanya adalah udara yang bergerak maka manusia tidak akan bisa membuat angin. Manusia hanya bisa membuat gerakan yang berasal dari kipas angin untuk mengge-rakkan udara melalui putaran kipas angin. Allah SWT berfirman: “dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, Maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. (surat Faathir (35) ayat 9)

 

Selanjutnya jika diri kita tidak mampu bercermin, tidak mampu merenung, tidak mampu mengakui hanya Allah SWT sajalah yang mampu menciptakan udara dan angin, maka dapat dipastikan ada sesuatu yang salah di dalam syahadat yang telah kita laksanakan. Untuk itu lakukanlah perbaikan syahadat yang telah kita laksa-nakan sebelum ruh tiba dikerongkongan atau semakin cepat syahadat yang telah kita laksanakan diperbaiki maka semakin baik dan semakin cepat pula merasakan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT.

 

d.    Teraturnya Matahari, Bulan dan Bumi Berproses. Saksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang pengaturan yang dilakukan oleh Allah SWT dari Arsy-Nya sehingga alam semesta ini mampu berproses secara teratur dari waktu ke waktu tanpa ada yang menghalanginya dan tanpa ada yang mampu menghambat-nya. Untuk itu lihatlah matahari yang selalu muncul dari arah timur dan tenggelam di arah barat, apakah hal ini terjadi dengan sendirinya? Lihat pula bulan dan matahari yang beredar pada garis orbitnya masing-masing tanpa pernah saling tertukar posisinya?

 

Lihat pula siklus kehidupan hewan, katakanlah kupu-kupu, yang dimulai dari adanya telur, lalu ulat, lalu kepompong yang kemudian menjadi kupu-kupu, apakah hal ini tidak kita perhatikan dengan seksama! Hal ini sebagaimana dikemu-kakan dalam firman-Nya berikut ini: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memper-hatikan? Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitungan-mu[1190] yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (surat As Sajdah (32) ayat 4-5-6)’.

 

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

[1190] Maksud urusan itu naik kepadanya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat. ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan keagunganNya.

 

Sekarang jika ada Tuhan selain Allah SWT di muka bumi ini, mintalah kepada tuhan tersebut tidak usah membuat matahari, bulan, bintang, bumi yang baru sebagai tandingan yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Lalu mintalah tuhan tersebut untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya dengan memindahkan terbitnya matahari menjadi terbit di sebelah barat lalu tenggelam di sebelah timur, mampukah ia melakukannya seperti yang dilakukan oleh Allah SWT terbit di timur tenggelam  di barat?  

 

Rasanya tidak akan pernah ada Tuhan selain Allah SWT yang mampu melakukan itu semua dan jika ini adalah keadaanya kenapa kita masih tidak mau mengakui dengan sepenuh hati bahwa  hanya  Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak di sembah di jagad raya ini. Untuk itu jika ada orang atau jika ada kelompok tertentu yang mengaku-ngaku dirinya adalah Tuhan selain Allah SWT yang masih menumpang di muka bumi yang tidak pernah ia ciptakan sendiri, katakanlah kepada mereka untuk Taubatan Nasuha sebelum Malaikat Izrail datang melaksanakan tugas untuk mencabut nyawa mereka.  

 

e. Laut beserta Isinya. Saksikanlah dengan ilmu dan kejujuran yang kita miliki tentang  keberadaan laut yang ada di jagad raya ini, melalui laut manusia akan memperoleh banyak manfaat seperti sumber makanan, sumber perhiasan, tempat berlayarnya kapal-kapal untuk mencari karunia Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan di dalam surat An Nahl (16) ayat 14 berikut ini: “Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.

 

Dan jangan lupa saksikan pula keberadaan tumbuhan atau pohon-pohon yang dari padanya kita dapat menikmati buahnya untuk kita makan. Sebagai orang yang sedang menumpang di langit dan di bumi yang dimiliki oleh Allah SWT, sanggup-kah kita membuat laut atau sanggupkah kita menumbuhkan satu pohon saja atau sanggupkah kita menciptakan semut atau menciptakan sebutir jagung atau sebutir gandum atau sebutir jawawud seperti yang kami kemukakan di dalam hadits qudsi berikut ini: Ibn Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Siapakah yang lebih dzalim dari seorang yang hendak menciptakan sesuatu seperti ciptaan-Ku, maka biarlah mereka menciptakan sebutir jagung atau sebutir gandum dan jawawud. (HQR Ahmad dan Bukhari, Muslim, 272:164)

 

Allah SWT berfirman: “Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (surat An Naml (27) ayat 60)

 

Jika diri kita tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan itu semua, berarti diri kita dapat dikatakan sebagai tamu yang sombong, tamu yang tidak tahu diri sudahlah menumpang dan menempati muka bumi namun pemilik dan pencipta-nya, dalam hal ini adalah Allah SWT justru dilawannya, justru tidak dihormatinya atau malah ingin digantikannya. Adanya kondisi ini sudah seharusnya dan sudah pula sepatutnya kita harus tahu diri sehingga mampu menempatkan diri kita sebagaimana mestinya, yaitu sebagai tamu dan juga sebagai ciptaan, dan mampu menempatkan Allah SWT sesuai dengan kebesaran dan kemahaan yang dimiliki-Nya.  

 

f.     Gemerlapnya bintang di langit. Saksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang ki-ta miliki tentang  gemerlapnya bintang-bintang  yang ada di langit yang begitu luas, yang sampai dengan saat ini tidak ada satupun manusia yang sanggup menghitung berapa jumlahnya dan dimana batas akhir dari langit itu. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: ““dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. (surat Al An'am (6) ayat 97).” Jika untuk menghitung jumlah bintang saja manusia tidak sanggup melakukannya, sekarang bagaimana mungkin manusia akan sanggup menciptakan bintang yang bercahaya di alam semesta ini.

 

Sekarang adakah Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan bintang, yang mampu menciptakan bulan, yang mampu menciptakan matahari, yang mampu mencip-takan planet-planet lainnya seperti yang telah diciptakan Allah SWT. Jika tak seorangpun yang mampu, masih tidak cukupkah keadaan yang telah diperton-tonkan dan diperlihatkan oleh Allah SWT secara terang benderang menjadikan diri kita mampu melaksanakan syahadat sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT?

 

g.    Adanya Air dan Kesuburan Tanah. Saksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang kesuburan yang ada di muka bumi, yang diperoleh dari adanya air yang diciptakan oleh Allah SWT. Adanya kesuburan tanah, maka akan tumbuh dengan mudah pohon-pohon yang buahnya dapat kita manfaatkan untuk makanan serta dengan adanya pepohonan maka CO2 dapat diproses menjadi O2 untuk kepentingan manusia dan juga hewan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (surat Al An'am (6) ayat 99).

 

Sekarang sanggupkah diri kita untuk menciptakan pohon yang buahnya dapat kita makan dan dapat pula menjadikan udara menjadi bersih? 

 

Adanya 7(tujuh) buah contoh kesaksian yang kami kemukakan yang terdapat di alam semesta ini, kiranya sudah cukup bagi diri kita untuk menyatakan syadahat bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mengadakan, yang mampu menciptakan, yang mampu memelihara, yang mampu mengayomi alam semesta ini dari sejak di ciptakan sampai dengan akhir zaman. Akan tetapi jika apa-apa yang telah dipertunjuk- kan dan apa-apa yang telah diperlihatkan oleh Allah SWT di alam semesta ini belum juga dapat menghantarkan diri kita untuk melaksanakan syahadat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Maka bersiap-siaplah menerima hal-hal yang sesuai dengan kehendak syaitan yang akan dapat membawa diri kita pulang kampung ke neraka jahannam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar