Untuk
lebih meningkatkan kualitas syahadat yang telah kita miliki serta dalam rangka
memformat ulang syahadat yang telah kita miliki dan agar manusia yang ada di
muka bumi menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya sewaktu
melaksanakan syahadat. Dan juga dalam rangka pelaksanaan komitmen ruh yang
sudah menyatakan hanya bertuhankan kepada Allah SWT tetap terjaga dan
terpelihara kualitasnya dari waktu ke waktu.
Berikut
ini akan kami kemukakan kesaksian yang dapat kita lakukan saat bersyahadat
melalui apa-apa yang terdapat di alam semesta ini serta melalui apa-apa yang terdapat
dalam diri kita sendiri serta melalui hewan atau tumbuhan yang ada di dekat
diri kita. Yang mana telah dikemukakan oleh “H.Bachtiar Ma’ani” dalam bukunya “Syahadat: Pembuka Jalan Menuju Kebahagiaan Hakiki”. Dan selanjutnya
kami berharap dengan adanya kesaksian yang langsung kita lakukan mampu membuat diri kita menjadi mawas diri sewak-tu
menjalankan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya sekaligus khalifah-Nya di muka bumi
sehingga diri kita tidak tergelincir ke jalan yang salah. Dan inilah kesaksian
yang dimaksud.
1. Kesaksian
Melalui Apa-Apa Yang Ada di alam Semesta. Untuk dapat
mencip-takan alam semesta ini tentu sang pencipta alam wajib memiliki Kehendak,
Kemampuan serta Ilmu yang sangat hebat secara bersamaan. Hal ini dikarenakan
jika Kehendak tanpa diiringi oleh Kemampuan dan Ilmu yang terjadi adalah
angan-angan belaka, demikian pula jika Kemampuan tanpa di iringi oleh Kehendak
dan Ilmu maka yang terjadi adalah omong kosong atau mimpi di siang hari (the
day dream). Sedangkan jika yang ada hanya Ilmu tanpa diiringi dengan Kemampuan
dan Kehendak yang ada hanyalah konsep kosong belaka.
Dan jika
sekarang alam semesta ini sudah ada dan sedang ditempati oleh diri kita dan
juga untuk anak dan keturunan diri kita, maka pencipta alam dapat dipastikan
memiliki Kehendak dan Kemampuan yang sangat hebat secara bersamaan. Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 19 berikut
ini: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak (784)? Jika Dia
menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk
yang baru (surat Ibrahim (14) ayat 19).”
(784) maksudnya: Allah menjadikan semua
yang disebutkan itu bukanlah dengan percuam, melainkan dengan penuh hikmah.
Berdasarkan
surat Ibrahim (14) ayat 19 di atas dikemukakan bahwa Allah SWT lah yang
menciptakan langit dan bumi dengan Haq. Selanjutnya lihatlah lalu renungkanlah
dan persaksikanlah langit dan bumi yang saat ini kita tempati, ia begitu besar,
ia begitu indah, ia begitu luas, ia begitu mempesona, ia ada tidak dengan
sendirinya. Dan jika langit dan bumi saja sudah sebegitu hebat, indah,
mempersona. Lalu bagaimana dengan kondisi kemampuan yang menciptakannya? Berdasarkan
“Dalil Aqli” tidak mungkin sesuatu
yang lebih lemah, lebih rendah atau bahkan sama kemampuannya dapat menciptakan
sesuatu yang lebih tinggi dari kemampuan yang dimilikinya. Jika ini jawaban
dari “Dalil Aqli” maka dapat
dipastikan Allah SWT selaku pencipta langit dan bumi pasti memiliki kehendak
dan kemampuan serta Ilmu yang sangat tinggi yang tidak akan mungkin dikalahkan
oleh apa-apa yang diciptakannya.
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sedang melaksanakan tugas di muka
bumi, sadarkah anda, tahukah anda, mengertikah anda, bahwa anda termasuk diri
kita hanyalah ciptaan yang tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan dengan
Allah SWT. Untuk itu tidak ada jalan lain jika ingin tetap hidup dan berada di muka
bumi yang diciptakan oleh Allah SWT maka sudah seharusnya kita mengakui, kita mengimani
dengan ilmu dan kejujuran yang kita miliki dengan menyatakan Tiada Tuhan selain
Allah SWT yang mampu mengadakan, yang mampu menciptakan langit dan bumi beserta isinya.
Dan agar syahadat
yang kita laksanakan selalu berada di dalam kesesuaian dengan kehendak Allah
SWT. Alangkah baiknya kita tidak berhenti mempersaksikan apa yang kemukakan di
atas dan sebaiknya kita mampu mempersaksikan beberapa hal yang patut kita
persaksikan sebagai bahan bagi diri kita untuk memperbaiki, meningkatkan kem-bali,
meluruskan kembali, serta untuk memper-tahankan kualitas syahadat yang telah
kita laksanakan dengan mempersaksikan apa-apa yang terdapat di alam semesta
ini, seperti:
a. Adanya
Pergantian Siang dan Malam. Lihatlah alam semesta ini, ada malam ada
siang, ada pagi ada sore, apakah hal ini bisa terjadi begitu saja terjadi tanpa
ada yang mengaturnya? Jika jawaban kita siang dan malam tidak bisa terjadi
begitu saja, lantas siapakah yang sanggup mengaturnya? Apakah manusia sanggup
mengaturnya, apakah hewan atau tumbuhan sanggup mengaturnya, apakah jin dan
syaitan sanggup mengaturnya, apakah nabi dan rasul sanggup mengaturnya? Jika
semuanya tidak ada yang sanggup mengaturnya, maka dapat dipastikan yang sanggup
melakukan itu pasti di luar manusia, pasti di luar hewan dan tumbuhan, pasti di
luar jin dan syaitan, pasti di luar nabi dan rasul. Lalu siapakah yang sanggup
mengaturnya? Untuk itu mari kita perhatikan surat An Naml (27) ayat 86 berikut
ini : “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa
Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan
siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. dan berdasarkan
surat Fathir (35) ayat 13 berikut ini: “Dia memasukkan
malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang
(berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan
orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa
walaupun setipis kulit ari”.
Berdasarkan 2 (dua) buah ayat di atas ini, yang sanggup melakukannya
hanyalah Allah SWT. Jika ini adalah kondisinya, lalu apa yang harus kita
perbuat dengan syahadat yang kita lakukan? Jika kita telah bersyahadat sesuai
dengan konsep dasar sebuah kesaksian maka pada saat kita melaksanakan syahadat
maka kita wajib menyatakan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu
mempergantikan siang dan malam. Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu
menundukkan matahari dan bulan berjalan menurut waktu yang ditentukan atau
menurut garis edarnya masing-masing.
Sekarang apa jadinya jika di alam
semesta ini tidak ada cahaya dan juga tidak ada patokan waktu akibat tidak
teraturnya peredaran matahari dan bulan yang dicipta-kan oleh Allah SWT? Di alam akan terjadi kekacauan
karena yang ada hanyalah gelap dan gelap dikarenakan kita tidak bisa membedakan
mana siang dan mana malam, atau yang ada hanya siang saja. Sedangkan Allah SWT
menciptakan siang dan malam bukanlah tanpa maksud dan tujuan tertentu. Adanya
siang, manusia diperintahkan oleh Allah
SWT untuk mencari sebahagian karunia-Nya sedangkan adanya malam harus
dipergunakan untuk istirahat. Di lain sisi dengan adanya cahaya di siang hari,
akan memudahkan tumbuhan untuk memproses CO2 menjadi O2 yang sangat dibutuhkan
hewan dan manusia dan juga dapat membantu proses pembentukan zat hijau daun
menjadi buah yang dapat di konsumsi oleh manusia dan juga oleh hewan.
Sedangkan dengan adanya
perhitungan waktu akan memudahkan manusia melaksanakan sebahagian dari perintah
Allah SWT yang pelaksanaannya sangat berhubungan erat dengan waktu atau waktu
memegang peranan penting saat diri kita melaksanakan perintah Allah SWT seperti
perintah mendirikan shalat, perin-tah melaksanakan puasa dan zakat, serta perintah
menunaikan haji. Hal ini sebagai-mana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:
“dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya
(pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (surat Al Qashsah (28) ayat 73).”
Setiap manusia sudah diberikan oleh Allah SWT sebuah
modal dasar yang sama yaitu adanya waktu untuk menjalani kehidupan di dunia
ini. Modal dasar waktu yang diberikan oleh Allah SWT bukanlah barang gratisan,
bukan pula barang yang dapat diperjualbelikan. Namun sesuatu yang akan
dimintakan pertanggung- jawaban oleh Allah SWT. Dan sebagai orang yang telah
mampu mempersaksikan adanya waktu di balik beredarnya matahari dan bulan di
dalam porosnya masing-masing, lalu sudahkah kita mampu mempergunakan waktu
dengan sebaik-baiknya!
b. Air sebagai sumber kehidupan dan turunnya
hujan. Tahukah
kita ada berapa ba-nyak air yang ada di alam semesta ini? Siapapun orangnya,
apapun kedudukannya, dapat dipastikan ia tidak akan pernah tahu berapa jumlah air
yang ada di alam semesta ini. Sekarang lihatlah air yang ada di lautan, lalu
lihat pula yang ada di sungai, serta yang ada di danau, selanjutnya siapakah
yang mampu menciptakan air dengan segala kehebatan yang terkandung di dalamnya
serta dengan jumlah yang sebanyak itu?
Jika kita termasuk orang yang
mempunyai akal sehat seperti yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Az Zumar (39) ayat 21 berikut
ini: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa
Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi
sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. (surat
Az Zumar (39) ayat 21). Berdasarkan
ketentuan ayat ini diketahui bahwa yang menciptakan air adalah Allah SWT.
Sekarang
lihatlah siklus air yang terdapat di muka bumi ini, air dari bawah bergerak ke
atas dalam bentuk uap air karena adanya sinar matahari dan setelah terkumpul di
atas maka air akan kembali lagi ke bawah
melalui hujan. Timbul pertanyaan, siapakah yang mampu mengatur, siapakah yang
membuat proses air seperti itu atau apakah terjadinya hujan hanya akibat proses
alam semata? Allah SWT sebagai Inisiator yang juga Pencipta dan Pemilik dari
langit dan bumi beserta segala isinya termasuk di dalamnya air, maka Allah SWT
pasti berkuasa terhadap air yang diciptakannya. Dan jika air yang ada di bawah
bergerak ke atas lalu kembali ke bawah menjadi hujan merupakan kehendak Allah
SWT yang berlaku bagi air.
Jika kita
hanya memandang terjadinya hujan akibat proses alam semata, secara kasat mata
memang seperti itulah keadaanya. Akan tetapi jika kita mempunyai akal sehat
seperti yang dikemukakan oleh Allah SWT melalui surat Az Zumar (39) ayat 21 diatas, maka sebenarnya
Allah SWT lah yang mengatur dan membuat pergera-kan air yang ada di bawah naik
ke atas kembali lagi ke bawah menjadi hujan. Allah SWT menciptakan hujan, dalam
rangka menyuburkan tanah-tanah, mensirkulasi kelebihan air dari suatu tempat ke
tempat lainnya serta dalam rangka menambah jumlah air. Sehingga dengan proses
itulah akan terjadi pemerataan kesuburan tanah di muka bumi. Suburnya tanah di
permukaan bumi akan memberikan banyak manfaat bagi manusia serta hewan dan juga
akan memudah-kan manusia saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi.
Allah SWT telah memberikan peringatan kepada seluruh umat-Nya mengenai terjadinya
hujan. Hujan di dalam ilmu Allah SWT bukan merupakan hasil dari proses alam. Hujan
merupakan bagian dari kehendak Allah SWT untuk kepen-tingan seluruh makhluknya
yang ada di muka bumi. Hal ini
sebagaimana dikemu-kakan dalam hadits berikut ini: “Ibn
Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda; Allah ta'ala
berfirman:"Sesungguhnya barangsiapa berkata: Hujan telah turun kepada kami
karena bintang anu atau bintang anu, maka ia telah kufur kepada-Ku dan beriman
kepada bintang itu dan barangsiapa berkata: Allah telah menurunkan hujan kepada
kami, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kufur kepada bintang itu". (HQR Atthabarani, 272:33).
Apabila kita sebagai umat-Nya
sampai salah di dalam menyikapi terjadinya hujan, maka Allah SWT akan
memberikan sanksi kepada umatnya yang berani menga-takan bahwa hujan karena
proses alam semata sehingga ia menyatakan terjadinya hujan karena adanya
bintang anu dan bintang anu, yaitu sebagai manusia kufur. Allah SWT memberikan
predikat sebagai manusia kufur dikarenakan umatnya telah menyepelekan Allah SWT
yang seolah-olah Allah SWT tidak ada, seolah-olah Allah SWT bukanlah pencipta
dan pemilik dari air. Sehingga proses alamlah yang lebih tinggi dari pada Allah
SWT. Untuk
itu jangan pernah salahkan Allah SWT jika air dan hujan yang awalnya diciptakan
oleh Allah SWT untuk kemas-lahatan umat manusia lalu tiba-tiba air dan hujan
justru menjadi penghancur umat manusia itu sendiri sebagai bencana alam.
Itulah air
dan itulah hujan, yang di dalamnya bisa menjadi berkah bagi manusia dan juga
bisa menjadi ancaman dan bencana bagi manusia juga. Selanjutnya timbul
pertanyaan kepada diri kita, apakah hal ini tidak cukup menghantarkan diri kita
untuk melaksanakan syahadat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT? Jika
apa-apa yang telah dipertontonkan dan juga telah diperlihatkan Allah SWT
melalui air dan hujan, tidak bisa menjadikan diri kita menyatakan dengan tulus
dan ikhlas bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mengadakan,
menciptakan air dan hujan di alam semesta ini, rasanya kita tidak patut dan
pantas menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di bumi yang
dimiliki oleh Allah SWT ini.
Untuk itu
carilah air ataupun hujan yang diciptakan oleh selain Allah SWT yang tentunya
bukan berada di alam semesta ini sebab alam semesta ini adalah milik Allah SWT.
Jika kita tidak mampu menemukan air dan hujan selain yang dimiliki dan
diciptakan oleh Allah SWT, tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk
melaksanakan syahadat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT terkecuali jika
kita ingin pulang kampung ke neraka.
c. Adanya Udara dan Adanya Angin.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang saat ini sedang
menjalankan tugas di muka bumi, ada tiga buah pertanyaan yang akan kami ajukan kepada
anda, yaitu:
(1) mampukah diri kita melihat secara langsung O2 atau udara yang setiap saat
kita butuhkan untuk bernapas;
(2) mampukah kita menghitung berapa jumlah O2 atau Udara yang ada di alam
semesta ini;
(3) mampukah kita membuat sendiri O2 atau udara untuk kebutuhan diri kita
sendiri?
Jawaban untuk point 1 saja, manusia termasuk diri kita tidak mampu melihat secara langsung O2 atau udara yang kita hirup untuk bernapas. Sekarang jika melihat saja diri kita tidak mampu bagaimana mungkin kita sanggup membuat O2 atau udara ataupun sanggup untuk menghitung berapa jumlah O2 atau udara yang ada di alam semesta ini. Betapa rendahnya kemampuan diri kita atau betapa lemahnya diri kita. Timbul pertanyaan kenapa dikatakan rendah dan lemah kemampuan kita?
Coba bayangkan
untuk sesuatu yang kita butuhkan setiap saat saja kita tidak sanggup melihatnya.
Kita tidak sanggup menghitungnya dan kita pun tidak sanggup mengadakannya baik
sedikit apalagi banyak. Sebagai manusia, diri kita tidak akan mungkin bisa
dilepaskan dari keberadaan udara atau O2
di alam semesta ini apa yang harus kita sikapi jika kita ingin tetap
hidup sebagai manusia di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang telah tahu
diri sudah sepatutnya dan sepantasnya diri kita bersyukur kepada Allah SWT atas
udara yang telah diberikannya secara cuma-cuma kepada diri kita.
Dan untuk mengucapkan syukur kepada Allah SWT tidak cukup dengan meng-ucapkan
hamdallah dan terima kasih semata. Akan tetapi kita harus dapat memperlihatkan
rasa syukur tersebut dengan melaksanakan syahadat Tiada Tuhan selain Allah SWT
yang mampu menciptakan udara atau O2 yang kita butuhkan secara cuma-cuma
(gratis) yang dilanjutkan dengan memelihara dan menjaga kesinambungan serta
ketersediaan udara yang sehat bagi kepentingan keberlang-sungan umat manusia di
muka bumi serta mempergunakan, mendayagunakan udara secara baik dan benar agar
ketersediaan udara bagi regenerasi umat manusia di muka bumi dapat berjalan
dengan baik.
Sekarang
ada satu hal yang akan kami utarakan kepada jamaah sekalian, yaitu jika manusia
yang sudah diangkat menjadi abd’ (hamba)-Nya dan khalifah-Nya tidak mampu
menciptakan O2 atau udara untuk kepentingan dirinya sendiri, selanjutnya apakah
manusia dengan kondisi ini dapat dikatakan lebih hebat dari pencipta dari O2,
sehingga ia tidak mau mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan di
alam semesta ini? Dalam keadaan seperti ini hanya manusia yang sadar dirilah atau
manusia yang sudah tahu dirilah yang mampu menempatkan Allah SWT sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh Allah itu sendiri. Selanjutnya, jika kita termasuk orang
yang telah memiliki Ilmu dan juga telah memiliki Kejujuran yang tinggi maka
sudah sepatutnya dan sepantasnya kita mengakui Tiada Tuhan selain Allah SWT
yang mampu menciptakan udara yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup yang ada
di alam semesta ini.
Lalu bagaimana
dengan angin atau udara yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya
akibat adanya perbedaan suhu ruangan atau akibat adanya perbe-daan temperatur
suatu tempat dengan tempat lainnya? Seperti halnya udara, maka angin pun tidak
bisa dilihat secara langsung oleh manusia, akan tetapi angin hanya bisa
dirasakan keberadaannya oleh manusia. Allah SWT
berfirman: “dan di antara tanda-tanda
kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita
gembira[1173] dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya
kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya[1174] dan (juga) supaya kamu dapat
mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur. (surat
Ar Ruum (30) ayat 46)
[1173]
Pembawa berita gembira Maksudnya: awan yang tebal yang ditiup angin lalu
menurunkan hujan. karenanya dapat dirasakan rahmat Allah dengan tumbuhnya
biji-biji yang telah disemaikan dan menghijaunya tanaman-tanaman serta
berbuahnya tumbutumbuhan dan sebagainya.
[1174]
Yaitu: dengan seizin Allah dan dengan sekehendak-Nya.
Sekarang
dapatkah manusia membuat angin? Sepanjang angin itu pada mulanya adalah udara
yang bergerak maka manusia tidak akan bisa membuat angin. Manusia hanya bisa
membuat gerakan yang berasal dari kipas angin untuk mengge-rakkan udara melalui
putaran kipas angin. Allah SWT berfirman: “dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu
menggerakkan awan, Maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami
hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. (surat
Faathir (35) ayat 9)
Selanjutnya jika diri kita tidak mampu bercermin, tidak mampu merenung, tidak mampu
mengakui hanya Allah SWT sajalah yang mampu menciptakan udara dan angin, maka
dapat dipastikan ada sesuatu yang salah di dalam syahadat yang telah kita
laksanakan. Untuk itu lakukanlah
perbaikan syahadat yang telah kita laksa-nakan sebelum ruh tiba dikerongkongan
atau semakin cepat syahadat yang telah kita laksanakan diperbaiki maka semakin
baik dan semakin cepat pula merasakan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT.
d. Teraturnya Matahari, Bulan dan Bumi Berproses. Saksikanlah
dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang pengaturan yang dilakukan
oleh Allah SWT dari Arsy-Nya sehingga alam semesta ini mampu berproses secara
teratur dari waktu ke waktu tanpa ada yang menghalanginya dan tanpa ada yang
mampu menghambat-nya. Untuk itu lihatlah matahari yang selalu muncul dari arah
timur dan tenggelam di arah barat, apakah hal ini terjadi dengan sendirinya?
Lihat pula bulan dan matahari yang beredar pada garis orbitnya masing-masing
tanpa pernah saling tertukar posisinya?
Lihat
pula siklus kehidupan hewan, katakanlah kupu-kupu, yang dimulai dari adanya
telur, lalu ulat, lalu kepompong yang kemudian menjadi kupu-kupu, apakah hal
ini tidak kita perhatikan dengan seksama! Hal ini sebagaimana dikemu-kakan
dalam firman-Nya berikut ini: “Allah lah yang menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang
penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu
tidak memper-hatikan? Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitungan-mu[1190] yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (surat As Sajdah (32) ayat 4-5-6)’.
[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah
satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan
kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam
memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat
bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at
bagi orang-orang kafir.
[1190] Maksud urusan itu naik
kepadanya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat. ayat ini suatu tamsil bagi
kebesaran Allah dan keagunganNya.
Sekarang jika ada Tuhan selain Allah SWT di muka bumi ini, mintalah
kepada tuhan tersebut tidak usah membuat matahari, bulan, bintang, bumi yang
baru sebagai tandingan yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Lalu mintalah tuhan
tersebut untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya dengan memindahkan terbitnya
matahari menjadi terbit di sebelah barat lalu tenggelam di sebelah timur,
mampukah ia melakukannya seperti yang dilakukan oleh Allah SWT terbit di timur
tenggelam di barat?
Rasanya tidak akan pernah ada Tuhan selain Allah SWT yang mampu melakukan
itu semua dan jika ini adalah keadaanya kenapa kita masih tidak mau mengakui
dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang
berhak di sembah di jagad raya ini. Untuk itu jika ada orang atau jika ada
kelompok tertentu yang mengaku-ngaku dirinya adalah Tuhan selain Allah SWT yang
masih menumpang di muka bumi yang tidak pernah ia ciptakan sendiri, katakanlah
kepada mereka untuk Taubatan Nasuha sebelum Malaikat Izrail datang melaksanakan
tugas untuk mencabut nyawa mereka.
e. Laut
beserta Isinya. Saksikanlah dengan ilmu dan kejujuran
yang kita miliki tentang keberadaan laut
yang ada di jagad raya ini, melalui laut manusia akan memperoleh banyak manfaat
seperti sumber makanan, sumber perhiasan, tempat berlayarnya kapal-kapal untuk
mencari karunia Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan di dalam surat An
Nahl (16) ayat 14 berikut ini: “Dan
Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang
segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang
kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari
sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.”
Dan
jangan lupa saksikan pula keberadaan tumbuhan atau pohon-pohon yang dari
padanya kita dapat menikmati buahnya untuk kita makan. Sebagai orang yang
sedang menumpang di langit dan di bumi yang dimiliki oleh Allah SWT, sanggup-kah
kita membuat laut atau sanggupkah kita menumbuhkan satu pohon saja atau
sanggupkah kita menciptakan semut atau menciptakan sebutir jagung atau sebutir
gandum atau sebutir jawawud seperti yang kami kemukakan di dalam hadits qudsi berikut
ini: Ibn Abbas ra,
berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Siapakah yang lebih dzalim
dari seorang yang hendak menciptakan sesuatu seperti ciptaan-Ku, maka biarlah
mereka menciptakan sebutir jagung atau sebutir gandum dan jawawud. (HQR
Ahmad dan Bukhari, Muslim, 272:164)
Allah SWT berfirman: “Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang
menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?
bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
(surat An Naml (27) ayat 60)
Jika diri kita tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan itu semua,
berarti diri kita dapat dikatakan sebagai tamu yang sombong, tamu yang tidak
tahu diri sudahlah menumpang dan menempati muka bumi namun pemilik dan pencipta-nya,
dalam hal ini adalah Allah SWT justru dilawannya, justru tidak dihormatinya
atau malah ingin digantikannya. Adanya kondisi ini sudah seharusnya dan sudah
pula sepatutnya kita harus tahu diri sehingga mampu menempatkan diri kita
sebagaimana mestinya, yaitu sebagai tamu dan juga sebagai ciptaan, dan mampu
menempatkan Allah SWT sesuai dengan kebesaran dan kemahaan yang
dimiliki-Nya.
f. Gemerlapnya
bintang di langit. Saksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran
yang ki-ta miliki tentang gemerlapnya
bintang-bintang yang ada di langit yang
begitu luas, yang sampai dengan saat ini tidak ada satupun manusia yang sanggup
menghitung berapa jumlahnya dan dimana batas akhir dari langit itu. Hal ini
sebagaimana firman-Nya berikut ini: ““dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui. (surat Al An'am (6) ayat 97).” Jika
untuk menghitung jumlah bintang saja manusia tidak sanggup melakukannya,
sekarang bagaimana mungkin manusia akan sanggup menciptakan bintang yang
bercahaya di alam semesta ini.
Sekarang adakah Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan bintang, yang
mampu menciptakan bulan, yang mampu menciptakan matahari, yang mampu mencip-takan
planet-planet lainnya seperti yang telah diciptakan Allah SWT. Jika tak
seorangpun yang mampu, masih tidak cukupkah keadaan yang telah diperton-tonkan
dan diperlihatkan oleh Allah SWT secara terang benderang menjadikan diri kita
mampu melaksanakan syahadat sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT?
g. Adanya Air dan Kesuburan Tanah.
Saksikanlah dengan Ilmu dan Kejujuran yang kita miliki tentang kesuburan
yang ada di muka bumi, yang diperoleh dari adanya air yang diciptakan oleh Allah
SWT. Adanya kesuburan tanah, maka akan tumbuh dengan mudah pohon-pohon yang
buahnya dapat kita manfaatkan untuk makanan serta dengan adanya pepohonan maka
CO2 dapat diproses menjadi O2 untuk kepentingan manusia dan juga hewan. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “dan
Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air
itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (surat Al An'am (6) ayat 99).
Sekarang
sanggupkah diri kita untuk menciptakan pohon yang buahnya dapat kita makan dan
dapat pula menjadikan udara menjadi bersih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar